Senin 15 Aug 2011 17:38 WIB

Arifudin Anwar, Dari Penyanyi Gereja Menjadi Pengelola Pesantren

Arifudin Anwar
Foto: Dok. BWA
Arifudin Anwar

Ulet dan penuh tawakal. Itulah dua kata yang pas untuk menggambarkan sosok Arifudin Anwar, seorang dai yang berkiprah di kawasan Flores, Nusa Tenggara Timur, mengingat medan dakwah di Nusa Tenggara Timur, khususnya kawasan Flores, cukup berat.  Di awal dakwahnya, Ustadz Arifudin kerap menggunakan sepeda untuk naik-turun bukit menyambangi umat Islam yang butuh bimbingan.

“Dengan penerangan sinar rembulan saya kayuh sepeda naik-turun perbukitan,” tuturnya mengenang masa-masa itu. Semua ia jalani dengan tekun dan penuh tawakal kepada Allah, walaupun tidak menerima bayaran dari jamaah pengajiannya yang memang rata-rata masyarakat ekonomi lemah dari kalangan petani dan nelayan.

Selepas menuntut ilmu di Ngruki, Jawa Tengah tahun 1986, Arifudin sempat mengajar enam bulan di pesantren tersebut, kemudian menjalani tugas dakwah di kampung Arab, Bima, NTB.  Baru pada tahun 1988 kembali ke kampung halaman di Adonara, Nusa Tenggara Timur, dan memulai kegiatan dakwah dan membentuk jamaah pengajian di sana.

Tahun 1998 ia memberanikan diri membuka pesantren, namun mengalami kegagalan, Tantangan dari masyarakat --yang  belum terbiasa dengan lembaga pesantren-- terlalu kuat bagi Arifudin muda ketika itu. Lima tahun kemudian, tahun 2001, ia pun melanjutkan pendidikan di salah satu perguruan tinggi di Jakarta dan mengantongi gelar S1 Ekonomi. Tahun 2002 sambil menjalani kuliah, Arifudin bersama beberapa teman dakwahnya kembali membuka pesantren yang diberi nama Ikhwatul Mukminin, dan Alhamdulillah bisa berlanjut sampai sekarang.  Pesantren ini memiliki jenjang pendidikan SMP-SMA untuk santri-santrinya.

Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, ia bisa saja mencari nafkah di Jakarta atau melakukan aktivitas dakwahnya di kota-kota di pulau Jawa, daerah yang perekonomiannya lebih menjanjikan. Tapi, panggilan dakwah dari kampung halamannya lebih kuat untuk mengajaknya pulang.

Untuk menjaga agar dapur tetap ngebul dan dakwah berjalan lancer, ia pun berdagang di pasar. “Modal dagang cuma sembilan puluh ribu rupiah, itu yang saya punya ketika itu, berdagang sabun di sana,” tuturnya. Tanpa malu ia menggelar dagangannya di emper toko, padahal keluarga besarnya adalah salah satu keturunan Sultan Ternate.

Kini ia semakin bersyukur karena memiliki  dua buah truk yang digunakan sebagai angkutan umum dan peternakan sapi, penghasilan dari keduanya digunakan untuk menunjang kegiatan pesantrennya “Ikhwatul Mukminin”  yang saat ini telah memiliki 90 orang santri.

Pria kelahiran Adonara, Nusa Tenggara Timur, 44 tahun silam punya masa lalu unik. Karena orang tuanya bercerai, ia diasuh dalam lingkungan keluarga Katolik. Padahal ibunya sempat memeluk Islam tapi meninggalkan keislamannya. Karena itulah Arifudin lekat dengan lingkungan gereja, bahkan kerap tampil di paduan suara gereja. Tapi, Allah masih terus memberikan hidayah kepadanya. Ia pun kembali kepada agama Islam.    

Keprihatinannya terhadap nasib kaum muslimin di tanah kelahirannya membuatnya semakin bersemangat untuk meningkatkan martabat mereka, baik dari sisi keagamaan maupun perekonomiannya.  Untuk itulah ia membangun pesantren sederhana untuk membina kader-kader dakwah.  

Pada tahun 2010, dimulai interaksi pertamanya dengan Badan Wakaf Al Qur’an (BWA). Saat itu BWA menyalurkan Al Qur’an Wakaf untuk beberapa kawasan di Nusa Tenggara Timur, salah satunya di daerah Ile Ape dan Adonara. Sekitar 500 Al Qur’an wakaf di salurkan di Ile Ape dan Adonara, Nusa Tenggara Timur.

Kerjasama beliau dengan BWA terus berkelanjutan, yakni menjadi partner lapangan untuk rencana project wakaf sarana air bersih bagi desa-desa kaum muslimin di Ile Ape, Nusa Tenggara Timur. “Malu kami kalau bicara mandi,” katanya kepada jamaah dalam acara Tabligh Akbar di Mesjid Agung Barkah Bekasi, hari ahad (14/8). Jangankan mandi, di musim kering, untuk beristinja pun mereka terpaksa menggunakan bonggol jagung. Masya Allah.

Untuk itulah Ustadz Arifudin berharap partisipasi kaum muslimin mewakafkan hartanya guna pembangunan sarana air bersih melalui program Water Action for People yang digalang oleh Badan Wakaf Al Qur’an.  Bagi kaum muslimin yang ingin berpartisipasi dalam program wakaf untuk daerah NTT silahkan klik www.wakafquran.org

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement