Jejak Penyakit Mematikan Zaman Prasejarah : Dari Fosil Sangiran Hingga Relief Candi Borobudur
Bukti-buktinya tercatat dalam sejumlah artefak. Semisal yang tertinggal pada fosil manusia purba di Sangiran, atau relief yang ada di Candi Borobudur.
Penulis: Setya Krisna Sumargo | Editor: Mona Kriesdinar
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA – Jejak wabah penyakit mematikan diyakini ada sejak masa prasejarah. Secara bergelombang di berbagai peradaban, penyakit yang membunuh ini muncul bergantian.
Bukti-buktinya tercatat dalam sejumlah artefak. Semisal yang tertinggal pada fosil manusia purba di Sangiran, atau relief yang ada di Candi Borobudur.
Di situs purba Sangiran, ditemukan tengkorak Homo erectus yang relatif masih utuh. Di bagian kepalanya ditemukan jejak penyakit, yang diduga karena infeksi.
Sementara di fosil tulang paha manusia Trinil, ada petunjuk terjadi inflamasi otot yang membuat pertumbuhan tulang jadi tidak normal.
“Di bagian parietal kiri dan kanan, ada lesion atau jejak penyakit, mungkin infeksi atau apa, masih belum begitu jelas,” kata Sofwan Noerwidi.
Demikian paparan peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta yang sedang menimba ilmu paleontologi prasejarah di Paris, Prancis, Selasa (21/4/2020) sore.
Presentasi dilakukan jarak jauh via aplikasi Zoom, dan ditayangkan secara langsung via akun You Tube Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas).
Sofwan Noerwidi mengirimkan makalah pendek yang dipresentasikannya, ke Tribunjogja.com.
Ia mengizinkan publikasi atas materi tersebut, selain perbincangan virtual yang berlangsung dua jam.
Diskusi dimoderatori Rama Putra Siswantara dari Puslit Arkenas.
Makalah Sofwan diberi judul “Wabah Dalam Sejarah Peradaban Manusia”.
Secara kronologis, Sofwan memaparkan periodisasi zaman, jejak-jejak wabah yang pernah dibuat atau muncul, serta cara manusia meresponnya.
Secara teknis, jejak masa lalu terkait wabah dan penyakit itu bisa diketahui dari ekofak dan artefak. Lalu lewat prasasti serta relief-relief di candi-candi kuno di Nusantara.
“Fosil prasejarah yang ditemukan di Gua Harimau, Sumatera Selatan, juga pernah ditemukan jejak lesion pada tengkorak. Mungkin akibat TBC atau leprosy (lepra),” kata Sofwan.