Danais DIY Belum Dipakai untuk Pelestarian Aksara Jawa
Aksara Jawa akan tetap lestari selama masih ada peringatan Hari Aksara Internasional yang bisa memasukkan pelestarian Aksara Jawa
Penulis: Kurniatul Hidayah | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Umar Priyono, berterus terang bahwa selama ini pemanfaatan Danais belum menyentuh secara langsung ke pelestarian Aksara Jawa.
"Kita terus terang tidak menggunakan Danais. Itu dari masyarakat," jelasnya ketika ditemui di Kompleks Kepatihan seusai bertemu dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, Jumat (9/9/2016).
Umar mengimbuhkan, Aksara Jawa akan tetap lestari selama masih ada peringatan Hari Aksara Internasional yang bisa memasukkan pelestarian Aksara Jawa di dalamnya.
Selanjutnya, terkait dengan riset pengembangan aksara jawa, akan didiskusikan setelah Kongres Bahasa Jawa yang digelar pada November mendatang.
Sementara itu, tokoh masyarakat, Arief Noorcahyo atau yang biasa disapa Yoyok mengatakan akan terus mengajak masyarakat bersenang-senang dengan Aksara Jawa.
Jika sebelumnya ia bersama seniman menamai tiap lubang di aspal jalanan Yogya dengan Aksara Jawa, ke depan ia tetap akan menggunakan ruang publik untuk berekspresi.
"Selanjutnya mungkin kuburan. Selama ini kuburan yang dianggap angker, bisa kita berikan sentuhan Aksara Jawa agar kesan angkernya hilang," jelasnya.
Namun, walaupun menghilangkan kesan angker, Yoyok nantinya berupaya menjaga kesakralan peristirahatan terakhir umat manusia tersebut.
Caranya, masih tetap dengan seniman, yakni seniman mural yang selama ini dianggap vandalis diajak untuk membubuhi tembok di kuburan dengan Aksara Jawa.
"Tembok dibersihkan dan dicat dengan bagus. Akhirnya makam tetep sakral tapi tidak terlihat angker," ungkap pria yang juga tergabung dalam Gerakan Literasi Aksara Jawa tersebut.
Disinggung eksistensi Aksara Jawa, ia mengatakan masih optimis Aksara Jawa tetap lestari sampai kapanpun. Hal tersebut dikarenakan setiap harinya masih ada penutur berbahasa jawa di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
"Saya yakin nantinya Bahasa Jawa bisa jadi identitas suatu daerah," ungkap Yoyok. (*)