JAKARTA, iNews.id - Reog Ponorogo merupakan kesenian khas Jawa Timur yang sudah mendunia. Kesenian tersebut bahkan sempat diklaim negeri jiran Malaysia.
Reog Ponorogo memang identik dengan nuansa mistis dan magis. Hal ini karena sang pemain mampu memanggul topeng kepala singa yang beratnya mencapai 50-60 kg.
Namun, kesenian Reog Ponorogo ternyata memiliki nilai filosofi tinggi. Kesenian itu konon diajarkan salah satu adik Raden Patah (Walisongo) yang biasa disapa Betoro Katong.
Dikutip dari mediasantrinu, KH Husein Ilyas Mojokerto dalam ceramahnya mengenai Wilayah di Tanah Jawa yang Belum Bisa Dimasuki Ajaran Islam menjelaskan, Walisongo yang begitu besar memperjuangkan agama Islam terlebih di Tanah Jawa, belum bisa memasuki ajaran Islam di wilayah Ponorogo yang berada di sisi timur Gunung Lawu.
Kenapa walisongo belum bisa memasukkan didikan agama Islam kewilayah Ponorogo? Karena situasi dan kondisi pada saat itu belum saatnya untuk memasukkan ajaran agama Islam.
Sifat daerah di Ponorogo “lir kadyo macan” yang diberi nama singo barong dan didukung oleh para warok. Ada warok surogentho. Warok suromenggolo dan seterusnya. Namun meskipun demikian, Para Walisongo selalu berdoa agar salah satu anak turunnya bisa menyebarkan ajaran agama Islam di Ponorogo.
Lalu munculah adik Raden Patah yang biasa dipanggil Betoro Katong. Dia kemudian memasukkan didikan agama Islam ke wilayah Ponorogo setelah masanya walisongo. Betoro Katong itu bermakna “lir kadyo dewo kamanungsan” ampuhnya.
Editor: Kastolani Marzuki