Bengkuang Yang Tak Lagi Primadona Di Kota Bengkuang

:


Oleh MC KOTA PADANG, Minggu, 15 April 2018 | 18:57 WIB - Redaktur: Tobari - 4K


Padang, InfoPublik - Meskipun bukan berasal dari Indonesia, Bengkuang adalah salah satu buah khas dari Kota Padang. Buah yang memiliki nama latin Pachyrhizus erosus tersebut banyak diminati sebagai oleh-oleh para wisatawan yang mengunjungi kota Padang.

Banyak daerah lain di Sumatera Barat yang juga menanam bengkuang. Namun bengkuang yang berasal dari kota Padang, lebih populer dan banyak dikenal oleh orang di luar kota Padang. Hal tersebut karena bengkuang yang ditanam dan berasal dari kota Padang memiliki rasa yang lebih manis, buah yang renyah dan ukuran yang besar dibanding daerah lain.

Saat ini, untuk mendapatkan buah tangan khas Padang ini terbilang susah-susah gampang, karena tidak banyak pedagang yang berjualan bengkuang di pasar tradisional. Sedangkan di kawasan Jalan Hamka yang dulunya terdapat puluhan pedagang buah bengkuang, kini hanya ditemui beberapa saja.

Wirman (63) salah seorang pedagang buah bengkuang yang ditemui di Jalan Hamka mengatakan bahwa saat ini memang tidak banyak yang berjualan di kawasan tesebut. Karena kadang di kawasan tersebut ada satpol pp yang berjaga, selain itu pasokan bengkuang yang didapat tidak banyak. 

"Kadang agak susah dapat bengkuang. Kadang ada yang mengantar namun kadang tidak, sehingga kadang harus membeli dari kuranji atau lubuk alung," katanya, minggu (15/4).

Lebih lanjut ia mengatakan, untuk penjualan sering tidak menentu di kawasan tersebut. "Sekarung bengkuang kadang baru habis tiga hari. Namun saat musim liburan kadang setengah karung bisa habis dalam satu hari. Ya, namanya berdagang, sering tidak menentu pembelinya," jelasnya.

Untuk pasokan bengkuang sendiri saat ini, ia memang banyak mengambil dari luar Padang. Ia mengatakan bahwa bengkuang dari Padang saat ini banyak dibawa keluar. "Kini orang banyak beli dan ambil dari luar, kalau ambil dari padang harga juga tida menentu," keluhnya.

Sementara itu di tempat terpisah, Ambai (53) salah seorang petani bengkuang mengkatakan bahwa desakan faktor ekonomi membuat banyak para petani lain nya beralih menanan sayur-mayur. 

Bengkuang itu masa tanamnya 4-5 bulan baru bisa panen, sehingga lahan tersebut tidak begitu produktif. Jadi banyak yang beralih menanam sayur, karena masa tanamnya cuma 20 hari.

Selain itu, kesulitan mendapatkan bibit menjadi alasan lain kenapa tidak begitu banyak yang menanam bengkuang saat ini, "Kebanyakan yang bertanam bengkuang mereka tidak menanam bibit, biasa mereka (petani) beli, sehingga setelah panen mereka kesulitan mendapatkan bibit baru," katanya.

Ia bercerita bahwa petani-petani bengkuang di luar kota Padang,seperti Lubuk Basung, Pariaman, atau Pesisir, sebenarnya berasal dari warga Kuranji yang merantau ke daerah tersebut, "Orang Kuranji yang menikah dengan orang luar, kadang mereka membuka lahan baru disana, sehingga saat ini banyak bengkuang-bengkuang berasal dari luar kota," katanya.

Namun meskipun begitu, kualitas bengkuang dari luar kota tidak sebagus yang dihasilkan di Padang, karena faktor tanah disana tidak begitu bagus. Kalau menanam bengkuang bagusnya tanam di tanah yang agak merah karena rendah kadar asamnya. 

"Dan di Kuranji ini PH tanahnya rendah, beda dengan kawasan lain," ungkap pria yang mengaku sudah bertanam bengkuang dari kecil tersebut.

Menurutnya, peluang usaha untuk petani bengkuang masih bagus, pasalnya permintaan akan bengkuang sebenarnya cukup tinggi, dan dirinya terkadang kewalahan untuk memenuhinya.

Selain pelanggan tetap yang kesini, saya juga memasok untuk tukang rujak keliling, serta sejumlah cafe-cafe. Sedangkan istri saya yang berjualan di Pasar raya saja bisa menjual 60 hingga 100 kg bengkuang perharinya.

Untuk memenuhi permintaan tersebut, dirinya terpaksa mengambil bengkuang dari luar kota Padang seperti Lubuk Alung, Pariaman, Batusangkar dan Pesisir Selatan. "Biasa pesanan via telpon, lalu paginya di antar ke Pasar dan uangnya tinggal transfer," jelasnya. (McPadang/putra/toeb)