Anda di halaman 1dari 11

LEGENDA DUNIA DARI TANAH BATAK

Muhammad Harton Arifin Ritonga


Bahasa dan Sastra Arab – Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: 19310025@student.uin-malang.ac.id

Andien Faturrahman
Bahasa dan Sastra Arab – Universitas Isalm Negri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: 19310026@student.uin-malang.ac.id

ABSTRACT

North Sumatra is a well-known province in Indonesia with many tourist objects


scattered in many cities and districts. One of them is Toba Samosir Regency
which is not only known in Indonesia but to other countries. Behind this
beautiful place, there is a legend about the early formation of Lake Toba.
Because this is the right time to explain the legend, this article is structured to:
1.) understand the origin of the formation of Lake Toba 2.) Know the story at
the time of the formation of Lake Toba.

Keywords : folklore, history, literature

ABSTRAK
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal
dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan
kabupatennya. Salah satunya adalah Kabupaten Toba Samosir yang bukan
hanya dikenal di Indonesia namun sampai ke negara lain. Dibalik tempatnya
yang indah tempat itu memiliki legenda tentang awal terbentuknya danau Toba.
Oleh karena ini adalah saat yang tepat untuk menjelaskan Legenda tersebut,
Artikel ini disusun untuk : 1.) memahami asal usul terbentuknya danau Toba
2.) Mengetahui Cerita pada saat terbentuknya danau Toba

Kata kunci : Cerita rakyat , sejarah, sastra


PENDAHULUAN

Danau toba dan pulau samosir terbentuk karena letusan gunung toba pada
zaman tersier dan zaman kuarter pada kisaran 74.000 tahun yang lalu dengan
melontarkan sekitar 3000 km3 kandungan perut bumi yang kemudian membentuk
dataran di tanah Batak. Setelah meletus gunung berapi itu sebagian membentuk
ceruk yang sekarang menjadi danau toba.
Di sekitar area danau toba dan pulau samosir didiami masyarakat suku
Batak Toba dengan berbagai marga lebih dari 50 marga dan masing-masing warga
menempati wilayah tersendiri menurut marganya. Tidak mengherankan jika
dalam wilayah atau perkampungan tertentu, penghuninya sangat homogen dalam
arti terdiri dari satu marga. Menurut cerita lokal, masing-masing marga berasal
dari seorang pionir yang dulunya membuka daerah yang bersangkutan. Marga
pionir tersebutlah yang kemudian marga raja di wilayah itu.
Pada masa lalu masyarakat Batak Toba hidup dalam organisasi dengan
norma-norma bentukan sendiri yang kerap disebut adat, patik, dan uhum. Mereka
hidup di satuan wilayah tertentu dengan tujuan hidup bersama marga yang sama.
Di masyarakat Batak Toba ada beberapa istilah yang ditujukan untuk menyatakan
kesatuan teritorial yaitu huta, lumban, dan sosor. Huta merupakan kesatuan
teritorial yang dihuni oleh keluarga yang berasal dari satu klan/ marga, lumban
berarti suatu wilayah yang dihuni oleh keluarga-keluarga yang merupakan warga
dari satu bagian klan, sedangkan sosor adalah suatu wilayah yang dihuni oleh
keluarga yang merupakan warga dari keturunan pendiri huta.
Hidup saling berdampingan di berbagai wilayah membuat masyarakat
Batak Toba semakin dekat dengan marga-marga lain di sekitar danau toba.
Komunikasi dengan menggunakan bahasa Batak Toba yang terjalin memudahkan
masyarakat saling berinteraksi. Demikian juga halnya dengan nilai-nilai dan
norma yang dianut, masyarakat suku Batak Toba memiliki falsafah hidup Dalihan
Na Tolu, disingkat DNT yang berarti tungku berkaki tiga.
Butir di dalam DNT tersebut adalah;

1) Somba marhula-hula

Hula-hula adalah keluarga dari pihak istri, hula-hula ini menempati posisi
paling dihormati dalam pergaulan adat Batak Toba. Artinya tanpa ada
pihak keluarga dari istri maka tidak mungkin ada sang istri sekarang. Oleh
sebab itu, saling menghormatilah terhadap sesama manusia apalagi kepada
orang yang telah berjasa yang menghadirkan istri ada di dunia ini.
2) Manat mardongan tubu

Arti harafiahnya adalah bahwa kita saling memahami sebagai saudara


kandung yang berasal dari ibu yang sama dan dari perut yang sama. Di
dalam marga Batak Toba banyak klan satu bertautan dengan klan lain
walaupun tidak saudara kandung, tetapi tetap dianggap sebagai dongan
tubu.
3) Elek marboru

Dalam adat-istiadat Batak Toba, boru (anak perempuan) menempati posisi


sebagai orang yang aktif di dapur. Contoh dalam sebuah pesta adat, maka
posisi boru dari marga yang sedang beracara wajib melangsungkan
rutinitasnya di dapur. Oleh karena pekerjaannya ini maka posisi boru
wajib disayang.

Bukan hanya falsafah hidup yang dimiliki dan dijalankan suku Batak
Toba, gorga atau pola hias juga merupakan hal yang esensi sebagai budaya dan
nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Pola hias/ ornamen pada rumah adat
Batak Toba berarsitektur rumah panggung, atapnya cenderung dibuat
melengkung. Ornamen menjadi ciri khas rumah adat suku Batak Toba, pola hias
dalam bentuk berbagai macam binatang serta sulur-suluran yang terdapat pada
rumah adat Batak Toba yang dibuat dengan hiasan rumbai-rumbai seperti bulu-
bulu yang panjang baik itu pada pahatan flora ataupun pahatan fauna.
Cicak dalam bangunan-bangunan megalitik yang disimbolkan sebagai
lambang kejujuran atau kebenaran dipahatkan bagi kelompok pemimpin sebagai
tanda bahwa pimpinan tersebut merupakan tokoh yang jujur dan benar dalam
memimpin masyarakat. Tampaknya binatang yang menjadi objek pahatan para
ahli pahat bermuara pada alam di sekelilingnya termasuk berbagai jenis flora dan

fauna yang pada perkembangannya digambarakan secara di stilir (digayakan tetapi


tidak meninggalkan bentuk aslinya).
Selain itu suku Batak Toba juga memiliki kesenian di bidang tari yaitu
Tor-tor, diiringi alat musik tradisional seperti: gong, saga-saga, tagading, dan
seruling. Budaya suku Batak Toba juga terlihat dari ornamen busana yang
dikenakan. Ulos Batak dikenal memiliki banyak jenis diantaranya: Ulos Saput,
Ulos Kematian, Ulos Pernikahan, Ulos Ragi Idup.
Seiring perkembangan zaman struktur sosial dan budaya suku Batak Toba
mulai mengalami perubahan, seperti: kebutuhan akan informasi yang serba cepat
dan efektif melalui berbagai media cetak, media televisi, dan media sosial.
Penerapan nilai dan budaya tampak masih melekat seperti DNT, pemakaian ulos,
penggunaan alat musik tradisional. Namun tidak demikian dengan bahasa Batak
Toba sebagai media komunikasi. Masyarakat suku Batak Toba mulai membubuhi
bahasa Batak Toba dengan kata serapan bahasa Indonesia dan bahasa asing, bukan
hanya dalam dialog saja, tetapi juga dalam penulisan.
Aksara Batak Toba yang kini tersimpan dalam sebuah museum di Belanda
sebagian ditulis pada laklak (kulit kayu) yang dilipat sedemikian rupa dan
disampul dengan alim (lampak) yang lebih keras. bambu, tulang kerbau. Menurut
sebuah penelitian seorang ahli filolog (aksara kuno) Dr. Uli Kozok, aksara Batak
dalam laklak ini berisi umpasa (perumpamaan) berisi pesan moral yang selalu
diucapkan dalam pergaulan adat Batak baik pernikahan maupun kematian. Aksara
Batak Toba banyak terdapat dalam penulisan: Ilmu putih (Pagar, Sarang timah,
Porsimboraon), Ilmu hitam (Pengulubalang, Pamunu tanduk, gadam), Ilmu lain-
lain (Tamba tua, Dorma, Parpangiron), Obat-obatan, Ahli nujum.
Di banyak masyarakat yang mengenal tulisan terdapat naskah-naskah kuno
yang umurnya dapat mencapai ratusan atau bahkan ribuan tahun. Aksara yang
terdapat pada naskah-naskah kuno pada umumnya berbeda dengan aksara yang
terdapat dalam naskah yang lebih baru. Dengan cara memperbandingkan aksara-
akasara yang terdapat dalam naskah-naskah lama, hal ini dapat membantu
menyusun semacam silsilah aksara.
Sangat disayangkan bahwa aksara Batak Toba kini jarang dipelajari di
sekolah-sekolah yang ada di Tapanuli. Alasan dari penyusun kurikulum sekolah-
sekolah tampak tidak jelas. Padahal apabila ditanamkan sejak dini nilai-nilai
budaya luhur, salah satu mengajarkan aksara Batak Toba kepada generasi muda
merupakan langkah awal untuk menjaga eksistensi budaya itu sendiri.
Contoh aksara Batak

Walaupun sebagian orangtua era akhir 90-an hanya bisa melafalkan


abjadnya saja. Konon setiap kelompok di dalam sebuah wilayah dengan wilayah
yang lainnya dihubungkan dengan sistem komunikasi dan bahasa yang sama yaitu
bahasa Batak dan menggunakan aksara Batak. Sekitar tahun 1990-2000-an di
wilayah sekitar Tapanuli di Sekolah Dasar masih dipelajari bahasa Batak Toba
secara khusus dalam pelajaran Muatan Lokal (Mulok), demikian juga cara
penulisan dan pengejaan aksara Batak. Sejak akhir tahun 2000-an pembelajaran
aksara Batak ini mulai bergeser, sekolah-sekolah sudah jarang secara khusus
belajar aksara Batak Toba.
Di sekitar Tapanuli banyak gapura selamat datang menggunakan huruf
Batak sebagai pemisah antara daerah. Namun sayang sekali kini tulisan-tulisan
Batak tersebut sudah tampak memprihatinkan dan buruk karena papan plang telah
lapuk. Generasi masa kinipun tidak mengerti arti dari tulisan yang ada pada plang
tersebut. Juga tampak tidak ada upaya untuk memperbaiki plang lapuk tersebut.
Dahulu juga di tiap jabu (rumah) suku Batak Toba selalu terdapat tulisan
aksara Batak sebagai penyambutan tamu “horas”. Namun kini bahkan nyaris sulit
ditemukan rumah yang mengadopsi tulisan aksara Batak. Kebanyakan plang atau
tanda bertuliskan huruf latin yang memang lebih mudah dipahami oleh kita.
Dominasi ini semakin menekan keberadaan aksara Batak Toba, kita lebih akrab
dengan penulisan huruf latin. Faktor lain adalah perkembangan arus modernisasi
memposisikan dirinya sebagai tuan bagi aksara Batak Toba dan aksara nusantara
lainnya.
Saat ini penggunaan aksara nusantara seperti aksara Jawa mulai digalakkan
lagi seperti yang terdapat pada kawasan Keraton Jogjakarta, aksara Sunda terlihat
pada penggunaannya di plang nama jalan di Bandung. Upaya ini masih belum
cukup untuk mempertahankan keberadaan aksara-aksara nusantara, terutama untuk
aksara Batak Toba dibutuhkan ekstra tenaga dan upaya yang inovatif agar aksara
tersebut, yang merupakan bagian dari identitas bangsa tetap melekat dan tetap ada.
Seharusnya aksara nusantara yang beragam jenisnya itu tidak terabaikan begitu
saja. Diperlukan perhatian khusus untuk melestarikannya agar tetap ada sebagai
bagian dari warisan leluhur dan sejarah.
Kebanyakan masyarakat suku Batak Toba tidak tahu menerapkan aksara
Batak Toba pada penulisan dan pengejaan. Kendala ini dipengaruhi beberapa faktor
yaitu; huruf latin lebih mendominasi dan lebih mudah dipergunakan, pengetahuan
mengenai aksara Batak cukup minim dan kesulitan dalam menyatukan tiap abjad.
Melihat fenomena yang melanda masyarakat suku Batak Toba maka penulis
bertujuan untuk merancang dan mendesain typeface berbasis aksara Batak Toba.
Melihat jumlah entitas dan populasi suku Batak Toba dengan beragam budaya ini
maka diperlukan sebuah upaya agar aksara Batak ini tetap eksis dan menjadi
warisan leluhur yang dilestarikan.
Permasalahan ini dipandang penulis terjadi karena pelestarian kebudayaan
di bidang aksara Batak Toba sangat sedikit bahkan terbilang sulit ditemukan.
Acuan referensi buku dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan aksara Batak
Toba menjadi standar indikator untuk melanjutkan penelitian akan pengetahuan dan
perluasan wawasan mengenai kebudayaan Batak Toba, namun bahan – bahan studi
kepustakaan ini sangat kurang memadai.
PEMBAHASAN

Pada jaman dahulu kala terlihat seorang pemuda tampak sedang memancing di tepi
sungai. Namun nahas, sepanjang hari itu tak ada seekor ikan pun yang terkena alat pancingnya.
Pemuda itu sangat miskin. Sehari-hari, ia membantu tetangganya menjaga sawah. Jika tak ada
yang meminta bantuannya, ia memancing ikan atau berburu ayam di hutan. “Alangkah
malangnya nasibku hari ini. Ikan-ikan itu bersembunyi di mana, ya?” tanyanya dalam hati.
Karena hari sudah gelap, ia pun segera membereskan alat pancingnya. Saat pemuda itu hendak
beranjak pergi saat tiba-tiba seekor ikan besar berwarna kuning keemasan naik ke permukaan
sungai. “Wah… ini dia yang kutunggu dari tadi,” kata pemuda itu dengan riang. Secepat kilat
ditangkapnya ikan itu.

Sesampainya di rumah, pemuda itu bersiap memasak ikan tangkapannya. Namun melihat
tatapan ikan itu, ia mengurungkan niatnya. Ikan itu seolah-olah berkata,”Jangan bunuh aku.”
“Ikan cantik, aku akan memeliharamu. Biarlah malam ini aku makan nasi berlauk garam saja.”
Kata pemuda itu. Ikan itu ia letakan di sebuah tempayan dan diberinya makan beberapa butir
nasi. Keesokan harinya, pemuda itu pergi ke sawah. Hari sudah sore ketika pemuda itu pulang.
Saat itu ia sungguh lapar. Ia berencana untuk memasak sayur yang didapatnya dari pemilik
sawah. Saat memasuki dapur, mata pemuda itu terbelalak. Ia melihat banyak hidangan lezat di
sana. Ada nasi putih hangat, gulai ikan, samba’, dan aneka sayuran. Ia mengucek mata karena tak
percaya. “Apo aku sedang bermimpi?” pikirnya. Namun karena sudah sangat lapar, ia tak lagi
berpikir panjang. Dilahapnya semua hidangan itu sampai licin tak bersisa.

Sejak itu, setiap hari selalu tersedia hidangan lezat di rumahnya. Lama- kelamaan, ia
menjadi penasaran dan memutuskan untuk mengintip siapa gerangan yang menyediakan
makanan, ia ingin berterima kasih. Keesokan paginya, pemuda itu pura-pura pergi ke sawah.
Namun sebenarnya ia bersembunyi di dekat jendela dapurnya. Tak lama kemudian ia mendengar
kesibukan di dapur. Aroma masakan pun tercium sampai keluar. Penasaran, ia mengintip dan
jendela dapur. Alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang gadis cantik sedang memasak.
“Siapa dia,” bisiknya. Dalam sekejap, pemuda itu langsung jatuh cinta pada wanita cantik itu.
“Hai, siapa kau dan sedang apa di rumahku?” tanya pemuda itu. Wanita cantik itu
menoleh kaget. Wajahnya pucat pasi karena ketahuan. “A… a… aku… ah… bagaimana
menjelaskannya padamu?” katanya bingung. Pemuda itu melompati jendela dapur dan melongok
ke tempayan. Ikan itu hilang. “Apakah kau ikan yang kupelihara di ternpayan ini?” tanya
pemuda itu menyelidik. “Eh… ehm… benar. Aku adalah siluman ikan. Akulah yang memasak
setiap hari. Aku berterima kasih karena kau tidak membunuhku,” jawabnya. Pemuda itu senang.
Ternyata ikan yang ditangkapnya adalah seorang wanita cantik. “Karena kau sudah ada di sini,
maukah kau menikah denganku? Aku berjanji akan menjagamu dengan baik,” kata pemuda itu
melamar.

Wanita itu tampak bingung, tapi akhirnya menjawab “Aku tidak keberatan menjadi
istrimu. Namun ada saat-saat tertentu aku harus berubah menjadi ikan. Aku minta kau menjaga
rahasia ini, bahkan kepada anak kita kelak. Jangan sekali-kali kau memberitahu bahwa ibunya
adalah seekor ikan,” katanya lagi. Pemuda itu tersenyum dan mengangguk mantap. Akhirnya,
mereka menikah dan hidup rukun. Pasangan suami-istri itu dikaruniai seorang anak laki-laki.
Anak itu suka sekali makan, sehingga tubuhnya besar dan gemuk. Tak ada makanan yang tak
disukainya dan ia mudah sekali merasa lapar. Baru saja selesai makan, ia bisa makan lagi dengan
lahap. Ia seperti tak pernah kenyang. Suatu hari, ibunya menyuruhnya untuk mengantar makan
slang untuk sang Ayah yang sedang bekerja di sawah. “Ingat, makanan ini untuk ayahmu. Jangan
mencicipinya apalagi memakannya. Ayahmu bisa marah,” pesan ibunya. “Balk Bu,” sang Anak
pun berangkat dengan riang.

“Aduh, aku haus,” tiba-tiba di tengah perjalanan anak itu mengeluh. Kemudian
dibukanya bekal untuk ayahnya. “Ah, ada teh hangat. Lumayan untuk menghilangkan rasa
hausku,” katanya sambil meneguk teh untuk ayahnya itu. Lalu matanya tertumpu pada sebuah
bungkusan. “Wah, apa ini ya? Coba aku lihat.” Ternyata bungkusan itu berisi nasi dan sepotong
ayam goreng. Air Iiurnya langsung menetes. “Jika aku memakannya sedikit saja, tentu Ayah tak
akan tahu.” Tak sadar ia sudah melahap habis semua makanan itu. Yang tersisa hanyalah tulang-
tulang ayam. Anak itu ketakutan, tapi ia tetap harus menemui ayahnya.
“Apa ini? Tulang? Ibumu memberi aku makan tulang? Ia pikir aku kucing?” teriak
ayahnya dengan marah. Sang anak memandang ayahnya dengan ketakutan. Ia tak tega jika
ibunya yang disalahkan. “Eh… Ayah… bukan salah Ibu. Semua ini salahku. Aku yang memakan
bekal itu sampai habis. Maafkan aku Ayah, aku tak bisa menahan diri.” Mendengar pengakuan
anaknya, sang Ayah malah makin marah. “Dasar anak ikan. Beginilah jika seekor ikan mendidik
anak, benar-benar tak becus!” teriak ayahnya. Sang ayah lupa pada janjinya sebelum menikahi
istrinya. “Huuu… huuu… Ibuu… Ayah mengataiku anak ikan. Katanya Ibu tak becus
mendidikku karena Ibu adalah seekor ikan. Apa itu benar Bu?” si anak pulang melapor pada
ibunya sambil menangis. Ibunya terkejut. “Rupanya suamiku sudah lupa pada janjinya.”

Ketika suaminya tiba di rumah, istrinya berkata “Mulai saat ini, aku akan membawa
anakku pulang ke alamku. Jangan pernah berharap kau bisa menemui kami lagi.” Belum sempat
suaminya menjawab, langit menjadi gelap dan hujan turun dengan derasnya. Siluman ikan itu
mengajak anaknya keluar dari rumah dan berdiri di tanah lapang. Petir menyambar-nyambar dan
tiba-tiba tubuh ibu dan anak itu hilang entah ke mana. Hujan pun reda seiring dengan hilangnya
mereka. Sang suami tak dapat menemukan mereka. Ia menyesal dan meratapi kesalahannya.
“Istriku, anakku… kembalilah. Maafkan aku yang telah mengingkari janji kepada kalian.”
Namun semuanya sia-sia. Tiba-tiba, dari tempat ibu dan anaknya tadi berdiri, muncullah mata air
yang cukup deras.

Airnya terus mengalir hingga membentuk danau yang cukup luas. Danau itulah yang
sampai sekarang disebut Danau Toba. Tak ada yang tahu, ke mana perginya ibu dan anak tadi.
Mungkin mereka kembali menjadi ikan dan tinggal di Danau Toba itu. Danau Toba terletak di
provinsi Sumatera Utara ini mendapat predikat sebagai danau terbesar di Asia Tenggara. Hingga
saat ini daya tarik alamnya yang mempesona menjadikan lokasi ini menjadi wisata yang menarik
bagi wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Pada umumnya mayoritas
masyarakat yang tinggal d sekitar daerah Danau Toba bersuku Batak dengan ragam profesi
sebagian besar adalah sebagai petani, pedagang dan nelayan.
KESIMPULAN

Daerah danau toba sampai saat ini mayoritas penduduknya halak ( orang ) batak yang
terdiri dari berbagai macam marga. Masyrakat danau toba sampai saat ini masih yang memegang
teguh adat istiadat yang sudahada sejak zaman para raja-raja. Tradisi-tradisi yang sudah ada
sejak zaman para raja batak terdahulu pun masih sangat terjaga sampai saat ini. Sebagian besar
masyarakat batak menggantungkan kehidupan perekonomiannya dari danau toba, mulai dari
nelayan, pemandu wissata, perhotelan, dan pedagang

Kesimpulan dari kisah legenda asal usul danau toba adalah pentingnya arti menepati
sebuah janji janganlah sekali-kali melanggar sumpah yang pernah diucapkan karena akan
berakibat buruk dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/
Danau_Toba&ved=2ahUKEwjBxIOinr7sAhVaAXIKHfJmBhQQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw
01wwUYCx8w9IBFZOBSGUSJ&cshid=1603028067413

http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/asal-usul-terjadinya-danau-toba.html?m=1

http://www.gobatak.com/asal-usul-danau-toba/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dongengceritarakyat.com/
cerita-rakyat-sumatera-utara-asal-mula-danau-toba/
&ved=2ahUKEwjh3fO8wL3sAhXQfn0KHcIHB5MQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw2q1MgIWN
fEulPlbc4klbFc&ampcf=1

https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-danau-toba-dari-sumatra-utara/

Anda mungkin juga menyukai