Andien Faturrahman
Bahasa dan Sastra Arab – Universitas Isalm Negri Maulana Malik Ibrahim Malang
Email: 19310026@student.uin-malang.ac.id
ABSTRACT
ABSTRAK
Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang dikenal
dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di banyak kota dan
kabupatennya. Salah satunya adalah Kabupaten Toba Samosir yang bukan
hanya dikenal di Indonesia namun sampai ke negara lain. Dibalik tempatnya
yang indah tempat itu memiliki legenda tentang awal terbentuknya danau Toba.
Oleh karena ini adalah saat yang tepat untuk menjelaskan Legenda tersebut,
Artikel ini disusun untuk : 1.) memahami asal usul terbentuknya danau Toba
2.) Mengetahui Cerita pada saat terbentuknya danau Toba
Danau toba dan pulau samosir terbentuk karena letusan gunung toba pada
zaman tersier dan zaman kuarter pada kisaran 74.000 tahun yang lalu dengan
melontarkan sekitar 3000 km3 kandungan perut bumi yang kemudian membentuk
dataran di tanah Batak. Setelah meletus gunung berapi itu sebagian membentuk
ceruk yang sekarang menjadi danau toba.
Di sekitar area danau toba dan pulau samosir didiami masyarakat suku
Batak Toba dengan berbagai marga lebih dari 50 marga dan masing-masing warga
menempati wilayah tersendiri menurut marganya. Tidak mengherankan jika
dalam wilayah atau perkampungan tertentu, penghuninya sangat homogen dalam
arti terdiri dari satu marga. Menurut cerita lokal, masing-masing marga berasal
dari seorang pionir yang dulunya membuka daerah yang bersangkutan. Marga
pionir tersebutlah yang kemudian marga raja di wilayah itu.
Pada masa lalu masyarakat Batak Toba hidup dalam organisasi dengan
norma-norma bentukan sendiri yang kerap disebut adat, patik, dan uhum. Mereka
hidup di satuan wilayah tertentu dengan tujuan hidup bersama marga yang sama.
Di masyarakat Batak Toba ada beberapa istilah yang ditujukan untuk menyatakan
kesatuan teritorial yaitu huta, lumban, dan sosor. Huta merupakan kesatuan
teritorial yang dihuni oleh keluarga yang berasal dari satu klan/ marga, lumban
berarti suatu wilayah yang dihuni oleh keluarga-keluarga yang merupakan warga
dari satu bagian klan, sedangkan sosor adalah suatu wilayah yang dihuni oleh
keluarga yang merupakan warga dari keturunan pendiri huta.
Hidup saling berdampingan di berbagai wilayah membuat masyarakat
Batak Toba semakin dekat dengan marga-marga lain di sekitar danau toba.
Komunikasi dengan menggunakan bahasa Batak Toba yang terjalin memudahkan
masyarakat saling berinteraksi. Demikian juga halnya dengan nilai-nilai dan
norma yang dianut, masyarakat suku Batak Toba memiliki falsafah hidup Dalihan
Na Tolu, disingkat DNT yang berarti tungku berkaki tiga.
Butir di dalam DNT tersebut adalah;
1) Somba marhula-hula
Hula-hula adalah keluarga dari pihak istri, hula-hula ini menempati posisi
paling dihormati dalam pergaulan adat Batak Toba. Artinya tanpa ada
pihak keluarga dari istri maka tidak mungkin ada sang istri sekarang. Oleh
sebab itu, saling menghormatilah terhadap sesama manusia apalagi kepada
orang yang telah berjasa yang menghadirkan istri ada di dunia ini.
2) Manat mardongan tubu
Bukan hanya falsafah hidup yang dimiliki dan dijalankan suku Batak
Toba, gorga atau pola hias juga merupakan hal yang esensi sebagai budaya dan
nilai nilai yang terkandung di dalamnya. Pola hias/ ornamen pada rumah adat
Batak Toba berarsitektur rumah panggung, atapnya cenderung dibuat
melengkung. Ornamen menjadi ciri khas rumah adat suku Batak Toba, pola hias
dalam bentuk berbagai macam binatang serta sulur-suluran yang terdapat pada
rumah adat Batak Toba yang dibuat dengan hiasan rumbai-rumbai seperti bulu-
bulu yang panjang baik itu pada pahatan flora ataupun pahatan fauna.
Cicak dalam bangunan-bangunan megalitik yang disimbolkan sebagai
lambang kejujuran atau kebenaran dipahatkan bagi kelompok pemimpin sebagai
tanda bahwa pimpinan tersebut merupakan tokoh yang jujur dan benar dalam
memimpin masyarakat. Tampaknya binatang yang menjadi objek pahatan para
ahli pahat bermuara pada alam di sekelilingnya termasuk berbagai jenis flora dan
Pada jaman dahulu kala terlihat seorang pemuda tampak sedang memancing di tepi
sungai. Namun nahas, sepanjang hari itu tak ada seekor ikan pun yang terkena alat pancingnya.
Pemuda itu sangat miskin. Sehari-hari, ia membantu tetangganya menjaga sawah. Jika tak ada
yang meminta bantuannya, ia memancing ikan atau berburu ayam di hutan. “Alangkah
malangnya nasibku hari ini. Ikan-ikan itu bersembunyi di mana, ya?” tanyanya dalam hati.
Karena hari sudah gelap, ia pun segera membereskan alat pancingnya. Saat pemuda itu hendak
beranjak pergi saat tiba-tiba seekor ikan besar berwarna kuning keemasan naik ke permukaan
sungai. “Wah… ini dia yang kutunggu dari tadi,” kata pemuda itu dengan riang. Secepat kilat
ditangkapnya ikan itu.
Sesampainya di rumah, pemuda itu bersiap memasak ikan tangkapannya. Namun melihat
tatapan ikan itu, ia mengurungkan niatnya. Ikan itu seolah-olah berkata,”Jangan bunuh aku.”
“Ikan cantik, aku akan memeliharamu. Biarlah malam ini aku makan nasi berlauk garam saja.”
Kata pemuda itu. Ikan itu ia letakan di sebuah tempayan dan diberinya makan beberapa butir
nasi. Keesokan harinya, pemuda itu pergi ke sawah. Hari sudah sore ketika pemuda itu pulang.
Saat itu ia sungguh lapar. Ia berencana untuk memasak sayur yang didapatnya dari pemilik
sawah. Saat memasuki dapur, mata pemuda itu terbelalak. Ia melihat banyak hidangan lezat di
sana. Ada nasi putih hangat, gulai ikan, samba’, dan aneka sayuran. Ia mengucek mata karena tak
percaya. “Apo aku sedang bermimpi?” pikirnya. Namun karena sudah sangat lapar, ia tak lagi
berpikir panjang. Dilahapnya semua hidangan itu sampai licin tak bersisa.
Sejak itu, setiap hari selalu tersedia hidangan lezat di rumahnya. Lama- kelamaan, ia
menjadi penasaran dan memutuskan untuk mengintip siapa gerangan yang menyediakan
makanan, ia ingin berterima kasih. Keesokan paginya, pemuda itu pura-pura pergi ke sawah.
Namun sebenarnya ia bersembunyi di dekat jendela dapurnya. Tak lama kemudian ia mendengar
kesibukan di dapur. Aroma masakan pun tercium sampai keluar. Penasaran, ia mengintip dan
jendela dapur. Alangkah terkejutnya ia saat melihat seorang gadis cantik sedang memasak.
“Siapa dia,” bisiknya. Dalam sekejap, pemuda itu langsung jatuh cinta pada wanita cantik itu.
“Hai, siapa kau dan sedang apa di rumahku?” tanya pemuda itu. Wanita cantik itu
menoleh kaget. Wajahnya pucat pasi karena ketahuan. “A… a… aku… ah… bagaimana
menjelaskannya padamu?” katanya bingung. Pemuda itu melompati jendela dapur dan melongok
ke tempayan. Ikan itu hilang. “Apakah kau ikan yang kupelihara di ternpayan ini?” tanya
pemuda itu menyelidik. “Eh… ehm… benar. Aku adalah siluman ikan. Akulah yang memasak
setiap hari. Aku berterima kasih karena kau tidak membunuhku,” jawabnya. Pemuda itu senang.
Ternyata ikan yang ditangkapnya adalah seorang wanita cantik. “Karena kau sudah ada di sini,
maukah kau menikah denganku? Aku berjanji akan menjagamu dengan baik,” kata pemuda itu
melamar.
Wanita itu tampak bingung, tapi akhirnya menjawab “Aku tidak keberatan menjadi
istrimu. Namun ada saat-saat tertentu aku harus berubah menjadi ikan. Aku minta kau menjaga
rahasia ini, bahkan kepada anak kita kelak. Jangan sekali-kali kau memberitahu bahwa ibunya
adalah seekor ikan,” katanya lagi. Pemuda itu tersenyum dan mengangguk mantap. Akhirnya,
mereka menikah dan hidup rukun. Pasangan suami-istri itu dikaruniai seorang anak laki-laki.
Anak itu suka sekali makan, sehingga tubuhnya besar dan gemuk. Tak ada makanan yang tak
disukainya dan ia mudah sekali merasa lapar. Baru saja selesai makan, ia bisa makan lagi dengan
lahap. Ia seperti tak pernah kenyang. Suatu hari, ibunya menyuruhnya untuk mengantar makan
slang untuk sang Ayah yang sedang bekerja di sawah. “Ingat, makanan ini untuk ayahmu. Jangan
mencicipinya apalagi memakannya. Ayahmu bisa marah,” pesan ibunya. “Balk Bu,” sang Anak
pun berangkat dengan riang.
“Aduh, aku haus,” tiba-tiba di tengah perjalanan anak itu mengeluh. Kemudian
dibukanya bekal untuk ayahnya. “Ah, ada teh hangat. Lumayan untuk menghilangkan rasa
hausku,” katanya sambil meneguk teh untuk ayahnya itu. Lalu matanya tertumpu pada sebuah
bungkusan. “Wah, apa ini ya? Coba aku lihat.” Ternyata bungkusan itu berisi nasi dan sepotong
ayam goreng. Air Iiurnya langsung menetes. “Jika aku memakannya sedikit saja, tentu Ayah tak
akan tahu.” Tak sadar ia sudah melahap habis semua makanan itu. Yang tersisa hanyalah tulang-
tulang ayam. Anak itu ketakutan, tapi ia tetap harus menemui ayahnya.
“Apa ini? Tulang? Ibumu memberi aku makan tulang? Ia pikir aku kucing?” teriak
ayahnya dengan marah. Sang anak memandang ayahnya dengan ketakutan. Ia tak tega jika
ibunya yang disalahkan. “Eh… Ayah… bukan salah Ibu. Semua ini salahku. Aku yang memakan
bekal itu sampai habis. Maafkan aku Ayah, aku tak bisa menahan diri.” Mendengar pengakuan
anaknya, sang Ayah malah makin marah. “Dasar anak ikan. Beginilah jika seekor ikan mendidik
anak, benar-benar tak becus!” teriak ayahnya. Sang ayah lupa pada janjinya sebelum menikahi
istrinya. “Huuu… huuu… Ibuu… Ayah mengataiku anak ikan. Katanya Ibu tak becus
mendidikku karena Ibu adalah seekor ikan. Apa itu benar Bu?” si anak pulang melapor pada
ibunya sambil menangis. Ibunya terkejut. “Rupanya suamiku sudah lupa pada janjinya.”
Ketika suaminya tiba di rumah, istrinya berkata “Mulai saat ini, aku akan membawa
anakku pulang ke alamku. Jangan pernah berharap kau bisa menemui kami lagi.” Belum sempat
suaminya menjawab, langit menjadi gelap dan hujan turun dengan derasnya. Siluman ikan itu
mengajak anaknya keluar dari rumah dan berdiri di tanah lapang. Petir menyambar-nyambar dan
tiba-tiba tubuh ibu dan anak itu hilang entah ke mana. Hujan pun reda seiring dengan hilangnya
mereka. Sang suami tak dapat menemukan mereka. Ia menyesal dan meratapi kesalahannya.
“Istriku, anakku… kembalilah. Maafkan aku yang telah mengingkari janji kepada kalian.”
Namun semuanya sia-sia. Tiba-tiba, dari tempat ibu dan anaknya tadi berdiri, muncullah mata air
yang cukup deras.
Airnya terus mengalir hingga membentuk danau yang cukup luas. Danau itulah yang
sampai sekarang disebut Danau Toba. Tak ada yang tahu, ke mana perginya ibu dan anak tadi.
Mungkin mereka kembali menjadi ikan dan tinggal di Danau Toba itu. Danau Toba terletak di
provinsi Sumatera Utara ini mendapat predikat sebagai danau terbesar di Asia Tenggara. Hingga
saat ini daya tarik alamnya yang mempesona menjadikan lokasi ini menjadi wisata yang menarik
bagi wisatawan dalam negeri maupun wisatawan luar negeri. Pada umumnya mayoritas
masyarakat yang tinggal d sekitar daerah Danau Toba bersuku Batak dengan ragam profesi
sebagian besar adalah sebagai petani, pedagang dan nelayan.
KESIMPULAN
Daerah danau toba sampai saat ini mayoritas penduduknya halak ( orang ) batak yang
terdiri dari berbagai macam marga. Masyrakat danau toba sampai saat ini masih yang memegang
teguh adat istiadat yang sudahada sejak zaman para raja-raja. Tradisi-tradisi yang sudah ada
sejak zaman para raja batak terdahulu pun masih sangat terjaga sampai saat ini. Sebagian besar
masyarakat batak menggantungkan kehidupan perekonomiannya dari danau toba, mulai dari
nelayan, pemandu wissata, perhotelan, dan pedagang
Kesimpulan dari kisah legenda asal usul danau toba adalah pentingnya arti menepati
sebuah janji janganlah sekali-kali melanggar sumpah yang pernah diucapkan karena akan
berakibat buruk dikemudian hari
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.m.wikipedia.org/wiki/
Danau_Toba&ved=2ahUKEwjBxIOinr7sAhVaAXIKHfJmBhQQFjAAegQIAxAC&usg=AOvVaw
01wwUYCx8w9IBFZOBSGUSJ&cshid=1603028067413
http://folktalesnusantara.blogspot.com/2008/12/asal-usul-terjadinya-danau-toba.html?m=1
http://www.gobatak.com/asal-usul-danau-toba/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://dongengceritarakyat.com/
cerita-rakyat-sumatera-utara-asal-mula-danau-toba/
&ved=2ahUKEwjh3fO8wL3sAhXQfn0KHcIHB5MQFjAAegQIARAB&usg=AOvVaw2q1MgIWN
fEulPlbc4klbFc&cf=1
https://dongengceritarakyat.com/cerita-rakyat-danau-toba-dari-sumatra-utara/