Anda di halaman 1dari 3

Perbedaan Mite, Legenda dan Dongeng.

Mite atau mitos merupakan cerita rakyat yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat
pedukungnya. Jadi, mite atau mitos ini adalah cerita yang dianggap suci dan diyakini benar-
benar terjadi.

Legenda atau legere adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh empunya cerita sebagai
sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karenanya legenda sering kali dianggap sebagai sejarah
kolektif. Meski demikian, karena tidak tertulis, maka kisah-kisah tersebut telah mengalami
distorsi, sehingga sering sekali jauh berbeda dengan aslinya.

Dongeng merupakan cerita yang diangkat dari khazanah masa silam tentang tokoh-tokoh
manusia/ makhluk lainnya/ benda-benda yang dibuat sama dnegan manusia. Dongeng
merupakan suatu kisah yang bersifat mistis.

Latihan

1. Identifikasi informasi pantun rakyat batak toba dan simpulan isi dari pantun tersebut!

Jawab

Masyarakat Batak Toba memiliki salah satu tradisi lisan yang dapat dikelompokkan ke dalam
bentuk puisi lama, bernama umpasa. Umpasa digubah dengan syarat-syarat berbait, bersajak, dan
berirama, serta diperkeras lagi dengan jumlah baris dan suku kata tertentu. Kata-kata yang
tersusun dalam bentuk kalimat pada umpasa mengandung nilai kepuitisan, berisi falsafah hidup,
etika kesopanan, undang-undang,dan kemasyarakatan.

Contoh Umpasa:

Napuran tano-tano

Rangging masi ranggongan

Badanta padao-dao

Tondintai masigonggoman
Arti Harfiah:

Sirih yang masih menjalar di tanah

Menjalar saling tindih-menindih

Tubuh kita saling berjauhan

Tubuh kita saling berjauhan

Umpasa di atas merupakan perbandingan kebiasaan tumbuh-tumbuhan dengan kepercayaan


terhadap manusia yang memiliki roh. Umpasa terdiri dari empat baris, bersajak aa/aa atau ab/ab.

Umpasa ini mempunyai nilai religi tradisional yang membandingkan sifat daunan sirih
dengan pemahaman religi terhadap manusia yang terdiri dari dua unsur, yaitu tubuh dan roh.

Kebiasaan dari daunan sirih apabila masih menjalar di tanah (belum menjalar di pohon atau
di tembok) akan saling tindih-menindih satu dengan lainnya. Demikian jugalah halnya kebiasaan
daunan sirih itu dibandingkan dengan manusia, walaupun tubuhnya saling berjauhan tetapi
rohnya akan saling tindih-menindih dan berdekapan satu dengan yang lain.

2. Menelaah struktur dan kebahasaan pantun

Struktur pantun terdiri dari 4 baris, dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris
terakhir berisi isi. Antara sampiran dan isi terdapat hubungan yang sangat halus dan harus
dimaknai dalam konsep budaya.

3. Lagenda yang berasal dari daerah batak toba

Lagenda Sigalegale

Sigalegale boneka yang dibuat sedemikian rupa sehingga bisa digerakkan dari belakang. Ada
tali yang menghubungkan bagian kepala dan lengannya sehingga Si Gale Gale pun bergerak. 400
tahun yang lalu Sigalegale sudah terkenal, cerita singkatnya sebagai berikut:

Dihuta Samosir tersebutlah kerajaan yang dipimpin seorang raja yang memiliki seorang anak
laki-laki. Dahulu kala disetiap huta mempunyai pemimpin yakni Raja yang masih berperang
antar kerajaan untuk memperembutkan daerah kekuasaan.
Saat itu dalam suatu perang antar kerajaan, kemudian Raja tersebut menyuruh anaknya yang
bernama Manggale. Manggale adalah anak satu-satunya dari keturunan Raja tersebut. Didalam
pertempuran itu Manggalepun tewas dalam peperangan itu. Mengetahui hal tersebut, Raja
tersebutpun bersedih dan terpukul. Mengingat bahwa anaknya si Manggale adalah satu-satunya
pewaris tahtah kerajaan, turut tewas dalam peperangan. Akhirnya Raja itupun jatuh sakit selalu
memikirkan anaknya sebagai pewaris tahta kerajaannya.

Hari demi hari sakit yang diderita Raja tersebut semakin kritis dan tidak ada harapan lagi
untuk bertahan hidup. Para penasehat Rajapun berkumpul dan rapat untuk membahas
kesembuhan Raja tersebut, segala obat-obatanpun sudah dilakukan untuk menyembuhkan
penyakit yang diderita Raja tersebut. Akhirnya para penasehat-penasehatnya memanggil Datu
(dukun) untuk membuatkankan patung kayu yang menyerupai wajah Manggale.

Pergilah Datu tersebut ke hutan untuk mengambil kayu tertentu untuk memahat patung
menyerupai wajah Manggale. Setelah patung tersbut selesai, berangkatlah para penatua dan
penasehat kerajaan ke hutan dimana patung tersebut di pahat. Dilakukanlah upacara ritual yang
dipimpin Datu tersebut yakni meniup Sordam dan memanggil arwah anak sang raja agar masuk
kedalam patung yang sudah jadi tersebut yang menyerupai Manggale. Kemudian patung tersebut
disunglah ke kerajaan sembari dilaksanakan upacara Gondang Sabangunan. Setibanya
rombongan di istana kerajaan, melihat patung yang menyerupai anaknya, Raja tersebutpun
spontan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Akhirnya Raja itupun bisa kembali memimpin
Kerajaan melihat patung tersbut persis seperti wajah anak sematawayangnya, Manggale.

Anda mungkin juga menyukai