Anda di halaman 1dari 147

Tinjauan Seni Rupa

Aliran Seni Rupa dan Periode Seni Rupa Modern Indonesia

Deddy Award Widya Laksana

Pengertian Aliran Seni Rupa (Mazhab Seni Rupa)


Aliran seni rupa atau mazhab seni rupa adalah pergerakan seniman-seniman yang memiliki satu
prinsip-prinsip dan gaya/style yang sama dalam menciptakan karya yang tercetus dalam periode
waktu tertentu. Aliran seni rupa terbagi melalui skala pergerakan (mazhab besar atau kecil) dan
sumber tercetusnya aliran seperti pergerakan bersama seniman dalam menyikapi sesuatu
(movement), school (paguyuban/perguruan) dan lain-lain. Ada pergerakan yang sengaja
dicetuskan oleh suatu grup/ instansi, ada juga yang terjadi secara alamiah dalam konteks
masyarakat tertentu.

Aliran seni rupa sangat beranekaragam, terdapat banyak aliran-aliran kecil yang masih belum
mendapatkan banyak sorotan publik seni. Aliran juga dapat bersifat saling berdialog satu sama
lain, dalam artian aliran B dapat menjadi pergerakan menentang aliran A yang telah mapan
terlebih dahulu.

Aliran seni rupa juga bersifat fluktuatif, aliran lama yang sebelumnya ditentang atau telah
banyak ditinggalkan dapat muncul kembali dengan berbagai pengembangan retrospektifnya.
Aliran juga dapat terpengaruh satu sama lain dan mungkin saja melahirkan aliran baru. Seniman
secara individu juga dapat terpengaruh atau sengaja mengambil khazanah yang
disukai/disetujuinya kedalam karyanya jika memang pengaruhnya dinilai positif dalam
memperkaya kedalaman karyanya.

Sekilas tentang Periodisasi Aliran Seni Rupa


Untuk memaksimalkan pengetahuan mengenai aliran seni rupa ada baiknya kita menelusuri
berbagai aliran seni rupa tersebut mengikuti periodisasi seni. Melalui penjelajahan waktu aliran
seni rupa, kita dapat mengenal berbagai keterkaitan satu sama lain antara aliran seni rupa
tersebut. Berbagai konteks yang menyelubungi masing-masing aliran di masa aliran itu tercetus
akan tampak dengan lebih jelas. Penampakan wujud aliran berdasarkan konteks waktunya dapat
kita bandingkan satu sama lain untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih berlapis mengenai
aliran seni rupa itu sendiri. Irisan antar aliran dapat dijadikan parameter lebih dalam untuk
menganalisis keunikan masing-masing aliran seni lukis.

Disini akan dibahas beberapa aliran seni rupa yang paling dominan dalam kualitas catatan
sejarah dan aliran-aliran yang besar pada masanya. Diurutkan sesuai periodisasi seni rupa dunia
karena tujuan tulisan ini adalah untuk memperkenalkan beberapa pergerakan aliran seni lukis.
Aliran yang akan dibahas adalah aliran seni era Renaisans hingga ke Pop Art. Sejarah seni era
klasik (sebelum masehi) akan dibahas dilain kesempatan pada artikel sejarah seni rupa,
sementara seni era kontemporer masih terlalu radikal dan belum cukup mapan untuk
dibandingkan di periodisasi ini.

Tabel Periodisasi Sejarah Seni Dunia

Secara singkat periodisasi aliran seni rupa berarti gaya/style seni dari masa ke masa berdasarkan
inskripsi yang terekam di sejarah seni rupa. Periodisasi tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah
ini.

Periode Seni Tahun


Egyptian Art/ Seni Mesir Kuno 3000 – 350 SM
Greek Art/ Seni Yunani Kuno 900 – 30 SM
Roman Art/ Seni Roma 500 SM – 400
Chinese Art / Seni Cina 202 SM – 220
Pre-Columbia/ Pra Kolombia 900 – 1299
India 1200 – 1299
Romanesque 1000 – 1200
Gothic Art 1100 – 1300
China (Dinasti Ming) 1368 – 1643
Italian Renaissance/ Renaisans Itali 1400 – 1600
Northern Renaissance/ Renaisans Utara 1400 – 1600
Baroque 1600 – 1700
India (Pengaruh Islam) 1725 – 1775
Periode Seni Tahun
Rococo 1700 – 1776
Oceania Sekitar 1780-an
Neo Classicism 1780 – 1820
Romanticism/ Romantisisme 1800 – 1850
Oceania 1875 – 1970
Realism/ Realisme 1850 – 1900
Impressionism/ Impresionisme 1860 – 1886
Africa/ Afrika 1900 – 1950
Africa/ Afrika 1900 – 1999
Fauvism/ Fauvisme 1904 – 1908
Japan/ Jepang 1880 – 1920
Cubism/ Kubisme 1908 – 1914
Surrealism/ Surealisme 1921 – 1942
Abstract Expressionism/ Abstrak
1946 – 1960
Ekspresionisme
Pop Art 1950 – 1960
Minimalism/ Minimalisme 1960 – 1970
Neo Expressionism Sekitar 1980-an

Garis besar periodisasi pergerakan seni

Aliran Seni Rupa Berdasarkan Periodisasi Seni Dunia


Aliran Gothic Art/ Seni Goth

Gothic adalah istilah yang digunakan untuk mengidentifikasi sebuah periode yang dimulai
sekitar pertengahan abad kedua belas dan berlangsung sampai akhir abad kelima belas, di
beberapa daerah hingga abad keenam belas. Nama istilah itu dibuat oleh kritikus sebagai
cemoohan seni periode tersebut karena tidak berpegang pada standar seni Yunani dan Romawi
kuno.

Nama tersebut diambil dari Suku Goth (suku barbar) yang telah berhasil menjatuhkan Roma.
Istilah Gothic diberikan pada bangunan-bangunan baru yang didirikan berdasarkan keinginan
suku Goth. Suku Goth tidak mendesain atau sengaja membangun berbagai arsitektur yang
bergaya gothic. Style yang digunakan masih berpatok pada standar seni roma. Banyak bangunan
yang telah dirancang berdasarkan gaya Romawi. Tetapi saat penyelesaiannya dipaksa untuk
diubah oleh kaum Goth yang telah berhasil menaklukan Roma, untuk menghilangkan pengaruh
budaya aslinya.
Contoh Gothic Art: Mary Magdalene, oleh Torun SS Johns. Foto: Pko, gambar asli diperoleh
melalui: wikipedia.com.
Aliran Seni Rupa Renaissance/ Renaisans

Secara garis besar, periode renaisans berlangsung sekitar 200 tahun pada tahun1400-1600. Kata
renaissance secara harfiah berarti “kelahiran kembali” dan merupakan terjemahan Perancis dari
bahasa itali: rinascita. Dua komponen utama gaya Renaisans adalah sebagai berikut:

1. Membangkitkan kembali bentuk klasik yang awalnya dikembangkan oleh orang Yunani
dan Romawi kuno yang telah ‘dihilangkan’ oleh kaum Goth pada periode sebelumnya.
2. Renaisans juga melakukan penekanan dan perhatian intensif terhadap kepentingan
sekuler dalam humanisme dan penegasan pentingnya individu.
3. Periode Renaisans dalam sejarah seni berbarengan dengan awal zaman besar penemuan
dan eksplorasi barat, ketika keinginan umum bangsa barat adalah untuk terus berkembang
serta menguji semua aspek yang ada di alam dunia.

Pada masa Renaisans, para seniman tidak lagi dianggap sebagai perajin (artisan) belaka, seperti
pada masa lalu di abad pertengahan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah seniman muncul
sebagai kepribadian independen, serupa/sederajat dengan penyair dan penulis. Seniman mencari
solusi baru untuk masalah formal dan visual, dan banyak dari mereka juga dikhususkan untuk
melakukan eksperimen ilmiah. Dalam konteks renaisans, perspektif matematis atau linier
dikembangkan, sebuah sistem di mana semua benda dalam lukisan atau relif dihubungkan baik
secara proporsional maupun rasional. Akibatnya, permukaan yang dicat dianggap sebagai jendela
alam, dan menjadi tugas pelukis untuk menggambarkan dunia ini dalam karya seni mereka.

Akhirnya pelukis mulai mencurahkan lebih banyak perhatian pada penggambaran pemandangan
alam seperti pohon, bunga, tanaman, pegunungan jauh, dan langit. Seniman mempelajari efek
cahaya di alam terbuka dan bagaimana cara mata memandang semua elemen yang beragam di
alam. Mereka mengembangkan aerial perspective, di mana semakin jauh objek semakin tidak
mencolok dan kurang tajam objek tersebut saat dipandang. Pelukis dari Flanders dan Belanda
memperkenalkan cat minyak sebagai media baru seni di masa ini, dimana tempera (adonan gips
dan putih telur) adalah media seni yang sebelumnya umum digunakan.

Tokoh Penting Renaisans

Raphael /Rafael

Pelukis dan arsitek renaisans asal Italia, Raphael terkenal dengan karyanya yang berjudul Sistine
Madonna (Madonna di San Sisto) dan untuk komposisi tokoh besarnya di Vatikan, Roma.
Karyanya dikagumi karena kejelasan bentuk dan kesederhanaan komposisi untuk pencapaian
visual berideologi Neoplatonis; mengangkat keagungan manusia.
Contoh karya aliran renaisans: Sistina Madonna oleh Raphael, gambar asli diperoleh melalui
wikipedia.com

Michelangelo

Michelangelo dianggap sebagai salah satu seniman terbesar sepanjang hidupnya. Ia terkenal
melalui karyanya yang berupa lukisan, patung, dan arsitektur. Meskipun lukisan di langit-langit
Kapel Sistina adalah yang paling dikenal dari karyanya, dia lebih menganggap dirinya sendiri
sebagai seorang pematung. Praktiknya terhadap seni dianggap tidak biasa pada masanya.
Michelangelo selalu berkarya berdasarkan rancangan desain (menyiapkan sketsa desain terlebih
dahulu sebelum mengeksekusi karya asli). Michelangelo lebih banyak menghabiskan masa
hidupnya sebagai pematung dan membuat media seni lain hanya dalam periode tertentu.
Contoh karya aliran renaisans: David oleh Michelangelo, gambar asli diperoleh melalui
wikipedia.com

Leonardo Da Vinci

Leonardo da Vinci adalah Pelukis, desainer, pematung, arsitek, dan insinyur asal Italia adalah
salah satu sampel terbaik sebagai individu seniman renaisans. Tidak hanya mengeksplorasi
keindahan, memiliki banyak talenta dan mengeksplorasi sains adalah salah satu ciri khas
seniman renaisans. Leonardo da Vinci dapat menjadi lambang idealisme humanis era renaisans.
Last Supper/ Perjamuan Terakhir (1495- 98) dan Mona Lisa adalah lukisan Renaisans yang
paling populer dan berpengaruh di masanya. Sayangnya dibalik kebrilianannya itu hanya 17
lukisan yang bisa bertahan dan beberapa di antaranya belum selesai. Leonardo tampak memiliki
etos kerja yang kurang baik dalam menyelesaikan karyanya, bisa jadi karena dia terlalu banyak
menghabiskan masa hidupnya untuk melakukan bermacam hal sekaligus.
Contoh karya aliran renaisans: The Last Supper oleh Leonardo da Vinci, gambar asli diperoleh
melalui wikipedia.com

Pengertian Aliran Seni Lukis

Aliran seni lukis adalah gaya, genre atau paham khas yang diikuti oleh individu atau kelompok
tertentu dalam menciptakan karya seni lukis. Aliran yang dimaksud ini dapat berupa gagasan
pokok yang dicetuskan oleh seseorang, atau mengalir alami muncul sendiri dalam perkembangan
seni lukis.

Beberapa aliran biasanya saling berdialog satu sama lain; aliran B muncul karena merasa aliran
A sudah tidak relevan dengan keadaan zaman, atau terlalu memojokan kaum tertentu, Aliran C
muncul karena merasa keduanya sempurna jika digabungkan.

Berikut ini adalah beberapa Aliran seni lukis terbesar berurutan dari urutan kemunculannya.
Aliran Seni Lukis Terbesar & Terpenting dalam Sejarah

Romantisisme

Aliran romantisisme adalah aliran yang menggambarkan suatu kenyataan yang ada melalui cara
yang lebih dramatis dan memiliki suasana seperti mimpi. Kapal terombang-ambing dalam cuaca
badai, Sosok manusia berdiri dipuncak bukit pada saat Senja, dsb. Romantisisme menguak
keindahan suatu tema dari gaya teatrikalnya, bukan hanya mengandalkan subjek yang indah saja.

Tokoh Penting Romantisisme

1. Francisco Goya
2. Caspar David Friedrich
3. JMW Turner
4. Theodore Gericault
5. Henry Fuseli
6. Jean Auguste Dominique Ingres
7.

Pengertian Aliran Romantisisme

Aliran Romantisisme adalah aliran yang mengedepankan unsur emosi suatu karya dengan cara
penggambaran dan pembangunan citra yang dramatis, teatrikal dan memiliki suasana seperti
dalam mimpi (dream-like).

Aliran ini menitikberatkan emosi, imajinasi dan ide untuk kembali pada keniscayaan sejarah dan
alam. Romantisisme adalah bentuk perlawanan pada seni neoklasik yang terikat pada norma,
selalu seimbang namun statis. Gerakan ini juga berusaha untuk memutarbalikkan konvensi
sosial, terutama pada kedudukan kaum aristokrat di masa itu.

Mengapa disebut Romantisisme?

Aliran Romantisisme diambil dari kata dasar “Roman”. Romantisisme berarti hal yang ke-
roman-roman-an. Roman adalah sastra klasik yang bercerita tentang kehebatan manusia,
pencapaian manusia, penaklukan bangsa asing (penjajah) yang disajikan secara dramatis. Di
bidang sastra indonesia, aliran ini juga biasa disebut dengan aliran romantik, untuk
membedakannya dari istilah romantis.

Terkadang banyak orang yang menyebut aliran ini sebagai aliran romantisme (dari romantis).
Hal tersebut tidak tepat karena keduanya memiliki makna yang berbeda. Bahkan keduanya sama
sekali tidak memiliki kesepadanan kata sedikitpun.

Sejarah Aliran Romantisisme

Romantisisme berawal dari akhir abad 18 di Eropa Barat. Gerakan artistik ini adalah aliran seni
yang berawal dari sastra dan merambah hingga ke gerakan intelektual secara umum.

Istilah Romantisisme pertama kali digunakan di Jerman pada akhir 1700-an oleh para kritikus
August dan Friedrich Schlegal yang menulis buku kritik berjudul romantische Poesie (puisi
romantik). Penyair Inggris William Wordsworth menjadi suara utama gerakan romantisisme di
tahun 1815-an.

Wordsworth memiliki gagasan utama bahwa puisi harus menjadi luapan spontan perasaan yang
kuat. Melawan tatanan sosial, kepercayaan setempat, dan nilai-nilai yang mapan Romantisisme
menjadi gerakan seni yang dominan di seluruh Eropa pada tahun 1820-an.

Sejarah romantisisme dipengaruhi oleh datangnya revolusi industri yang mulai meninggalkan
kealamian dunia dan destruktif terhadap lingkungan. Banyak seniman yang menolak praktik-
praktik industrialisasi yang kurang memperhatikan dampak negatifnya terhadap alam.

Meskipun belum dikategorikan sebagai seni modern, romantisisme telah melawan gerakan seni
klasik yang telah mapan sebelumnya. Romantisisme sudah mulai mengeksplorasi bentuk estetis
lain yang tidak hanya mencari keindahan suatu objek belaka. Romantisisme menggali nilai luhur
yang agung dari suatu subjek, sebagai pengganti kecantikan dan keindahan fisik.

Ciri-Ciri Aliran Romantisisme

Romantisisme tidak dapat diidentifikasi dengan suatu gaya, teknik, atau sikap yang tunggal,
namun memiliki ciri umum yang seragam. Ciri tersebut adalah:
1. Imajinatif; Meskipun tetap realistis (tidak ada fantasi), adegan yang digunakan pada
romantisisme cenderung tampak teatrikal dan bukan pemandangan sehari-hari, untuk
menciptakan adegan tersebut diperlukan daya imajinasi yang tinggi.
2. Subjektif; Penciptaan seni dianggap sebagai ekspresi diri seniman.
3. Menggunakan intensitas emosional yang tinggi.
4. Pencitraan atau suasana memiliki kualitas dream-like (seperti mimpi).
5. Menggambarkan perasaan kuat yang tidak harfiah atau menggunakan perumpaan dan
simbol.

Tokoh Aliran Romantisisme, Karya & Penjelasan

Fransisco Goya

Francisco Goya dianggap sebagai seniman romantisisme asal Spanyol yang paling penting pada
akhir abad 18-an. Sepanjang karirnya Goya banyak mengabadikan sejarah melalui lukisannya.
Goya sering disebut sebagai Old Masters yang terakhir dan pelukis modern yang pertama
(transisi dari renaisans menuju romantisisme). Selain melukiskan sejarah dia juga sering melukis
potret bernuansa kontemporer (pada masanya) yang berarti sudah meninggalkan tradisi
neoklasik.
Contoh Aliran Romantisisme: The Second of May 1808 & Penjelasan

Contoh karya aliran romantisisme: The Second of May 1808 oleh Fransisco Goya,
wikipedia.com

Lukisan ini adalah salah satu contoh sejarah yang dilukiskan oleh Fransisco Goya. Goya
menyaksikan sendiri pendudukan Perancis di Spanyol pada tahun 1808. Upaya untuk
menurunkan kerajaan Spanyol dari Madrid memicu pemberontakan yang luas. Pemberontakan
itu terjadi pada 1-2 Mei 1808.

Goya mengabadikan peristiwa tersebut dengan lukisan yang mereka adegan tanpa
menyaksikannya secara langsung. Ia hanya mengetahui informasi tersebut, lalu menggambarkan
dengan imajinasinya. Lukisan ini adalah salah satu contoh bagaimana para seniman romantik
bekerja dengan imajinasi tinggi dan mempresentasikannya dengan cara yang dramatis melalui
adegan peperangan yang sengit.

J.M.W Turner

Joseph Mallord William Turner adalah seniman asal Inggris yang dikenal dengan pewarnaan
ekspresif, pemandangan imajinatif dan gambar dramatis. Sehingga dapat dengan mudah
diketahui bahwa ia adalah seniman beraliran romantisisme. Lukisan Turner yang paling terkenal
adalah lukisan pemandangan lautanya. Turner lahir di Maiden Lane, Covent Garden, London, di
keluarga kelas menengah rendah yang sederhana. Dia tinggal di London sepanjang hayatnya,
mempertahankan aksen kampungnya dan tetap bersikap rendah hati di masa tenarnya.

Turner belajar di Royal Academy of Arts dari tahun 1789. Selama belajar disana, dia juga
menjabat sebagai juru gambar arsitek (drafter). Ia membuka galeri sendiri pada tahun 1804 dan
menjadi profesor di Royal Academy pada tahun 1807 dan mengajar sampai tahun 1828. Ia gemar
melakukan perjalanan keliling Eropa dari tahun 1802 dan pulang membawa banyak sketsa
pemandangan di perjalanannya.

Contoh Karya Aliran Romantisisme: Fishermen at Sea & Analisis

Contoh karya aliran romantisisme: Fishermen at Sea oleh J.M.W Turner, wikipedia.com
Lukisan ini adalah lukisan pertama yang dipamerkan Turner di Royal Academy. Pemandangan
terang bulan ini merupakan salah satu trendsetter pemandangan malam hari di abad ke-18.

Cahaya bulan yang kontras tidak dapat ditandingi oleh cahaya halus lentera yang berkedip-kedip.
Turner seakan ingin menekankan bahwa kekuatan alam tidak dapat ditandingi oleh manusia.

Ombak yang tampak tidak tenang memberikan tensi lebih pada suasana lukisan. Tidak hanya itu,
di background lukisan terdapat siluet batu karang yang ditakuti oleh para nelayan di masa itu,
karena berbahaya dan kerap memakan korban terutama di setting malam hari yang gelap.

Tokoh Aliran Romantisisme: Caspar David Friedrich

Caspar David Friedrich adalah pelukis pemandangan Romantik Jerman abad ke-19. Ia adalah
salah satu seniman Jerman yang paling berpengaruh pada masanya. Ia juga menjadi tokoh
terpenting dalam sejarah Romantisisme. Friedrich terkenal karena lukisan pemandangan alegoris
atau bersifat simbolis universal, seperti fabel; cerita bintang yang menyimbolkan perilaku
manusia. Lukisan Friedrich biasanya menampilkan sosok kontemplatif dalam pemandangan yang
berhadapan dengan gelapnya malam, kabut pagi, pohon tandus atau reruntuhan kuno.

Minat utama Friedrich adalah perenungan terhadap alam dunia dan karyanya yang seringkali
simbolis berusaha menyampaikan tanggapan subjektif dan emosional terhadap alam. Lukisan
Friedrich biasanya menempatkan kehadiran manusia dalam perspektif kecil di tengah
pemandangan yang besar. Perspektif tersebut menurut sejarawan seni Christopher John Murray
mengarahkan pandangan pemirsa terhadap dimensi metafisik mereka.
Wanderer above a Sea of Fog & Analisisnya

Wanderer Above the Sea of Fog (Pengelana di atas Lautan Kabut) oleh Caspar David Friedrich,
wikipedia.com

Wanderer above a Sea of Fog menggambarkan seorang pria yang memegang tongkat, berdiri di
atas bebatuan yang menghadap ke sebuah hamparan bukit yang berbatu dan berkabut.
Rambutnya tertiup angin di depan langit yang dipenuhi oleh awan putih yang sulit dibedakan
dari kabut. Latar dibelakangnya juga sangat berkabut dan membuat gunung yang berada
dibelakangnya nyaris tak terlihat.
Friedrich mengibaratkan pemandangan tersebut sebagai lautan kabut. Ini merupakan salah satu
contoh gaya berpikir seniman romantisisme yang selalu menggunakan simbolisme dan
perumpamaan dalam lukisannya.

Lukisan ini dapat menghasilkan interpretasi:

Manusia tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan alam dunia yang luas dan penuh misteri
seperti yang digambarkan dalam pemandangan lautan kabut pada lukisan. Namun hal tersebut
tidak menghentikan langkah manusia dengan segala akalnya (menggunakan tongkat, pakaian
hangat) untuk menjelajahi dunia, meskipun halang rintang tampak dimana-mana.

Ketika manusia merenungkan luasnya lautan kabut di hadapnya, ia tidak tahu ada apa di depan
sana. Semua hal sangat tidak dapat diprediksi, manusia hanya dapat melihat petunjuk-petunjuk
kecil yang hadir dibalik kabut.

Referensi

1. Romanticism, Repositori Universitas Hawaii. Diakses tanggal 03 Agustus


2018. http://www2.hawaii.edu/~freeman/courses/phil330/14.%20Rom…
Naturalisme

Pengertian Naturalisme

Naturalisme adalah aliran seni yang mengutamakan keakuratan dan kemiripan objek yang dilukis
agar tampak natural dan realistis seperti referensinya yang terdapat di alam. Naturalisme adalah
bentuk apresiasi Seniman pada keindahan alam. Biasanya seniman mengangkat tema keindahan
pemandangan di sekitar, seperti yang terjadi pada pergerakan mooi indie di Indonesia (Hindia
Belanda, tepatnya).

Seniman terkadang memilih setting cahaya yang lebih dramatis pada saat sebelum terbit atau
tenggelamnya matahari, untuk mendapatkan pencahayaan golden hours. Pemilihan cahaya
dramatis seperti itu adalah salah satu ciri Romantisisme yang diberontak oleh aliran Naturalisme.
Naturalisme menganggap dalam pencahayaan yang tidak dramatis seperti itupun keindahan alam
tetap dapat digambarkan.

Aliran naturalisme adalah salah satu contoh bagaiman sebuah Aliran juga dapat didefinisikan
berabad-abad setelah pergerakan awalnya muncul. Karena meskipun pergerakan naturalisme
adalah wujud pengembangan dari realisme serta melawan romantisisme, prototipnya sudah ada
dari abad ke 17-an. Pada 1820-an, bentuk awal Naturalisme sudah menjadi tren dominan dalam
lukisan pemandangan, sebagian besar karena pengaruh seniman Inggris John Constable.

Selama periode ini, kelompok dan sekolah seniman untuk masyarakat sudah didirikan di
berbagai lokasi yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa sekolah itu adalah: Akademi Norwich
di Inggris timur, Akademi Hudson River di New York State, dan Akademi Barbizon di Prancis
tengah, yang mempengaruhi seluruh Eropa.

Perbedaan Naturalisme dan Realisme

Pengertian naturalisme sering tertukar dengan aliran realisme, padahal sebetulnya cukup mudah
untuk membedakannya. Aliran realisme mengangkat tema yang realistis, gambar pada lukisan
tidak harus selalu mirip dengan referensinya. Justru Naturalisme-lah yang mengutamkan
kemiripan gambar yang dilukiskan sesuai dengan referensinya di alam. Meskipun realisme juga
dapat memanfaatkan kemiripan tersebut untuk membuat gagasan dan tema yang lebih realistis.
Sastra Naturalisme

Berbeda dengan istilah naturalisme yang sering digunakan pada seni rupa, di dunia sastra
naturalisme berarti prosa fiksi yang lebih radikal dari cerita realisme. Artinya sastra aliran
naturalisme akan menceritakan dengan gamblang kenyataan yang sering terjadi sehari-hari tanpa
menyensor adegan atau dialog yang kontroversial.

Naturalisme pada seni rupa dapat menjadi istilah yang digunakan untuk menyatakan “kemiripan
dengan alam”, gambar yang sangat mirip dengan referensinya dapat disebut natural, diluar
konteks aliran Naturalisme. Sementara pada dunia sastra Naturalisme biasa ditulis dengan huruf
“N” besar untuk menyatakan bahwa naturalisme disana adalah istilah spesifik untuk suatu aliran,
bukan istilah natural untuk konteks apa saja.

Ciri-Ciri Aliran Naturalisme

1. Mengutamakan kemiripan gambar pada lukisan dengan objek yang dilukis sesuai dengan
referensi
2. Teknik dan kepiawaian seniman menjadi senjata utama
3. Membawakan tema-tema lukisan yang indah namun berdasarkan kemurniannya
4. Naturalisme adalah bentuk apresiasi seniman terhadap keindahan alam
5. Mengangkat tema keindahan pemandangan di sekitar seniman
6. Melukiskan kecantikan atau ketampanan potret manusia apa adanya, tanpa dilebih-lebihkan

Tokoh penting & Contoh Lukisan Naturalisme

1. John Constable

John Constable adalah seniman asal Inggris yang dianggap sebagai salah atu tokoh seniman yang
paling berpengaruh dalam perkembangan aliran naturalisme. Dia menolak gaya lukisan
pemandangan pada masanya. Constable menyatakan bahwa “Kebiasaan pelukis hari ini
adalah bravura, sebuah upaya untuk menggambarkan sesuatu yang melampaui kebenaran”.

Ia memilih untuk menciptakan cara representasi sendiri yang berdasarkan mentransfer apa yang
dilihatnya sejujur mungkin di atas kanvas. Selain itu John memilih untuk melukis apa yang ada
disekitarnya terlebih dahulu. Dalam surat yang ditulis untuk koleganya ia menulis “I should paint
my own places best
“. Ia juga tertarik pada pergantian cahaya dan awan di alam tanpa membeda-bedakan mana yang
lebih indah.

Lukisan Naturalisme John Constable

Dedham Vale (1816) & Analisisnya

Contoh lukisan naturalisme: Deadham Vale oleh: John Constable

Teknik-teknik Constable belum sepenuhnya tercapai disini. Karya ini dilukis pada masa
mudanya dengan latar belakang politik dan perang di negaranya sedang kisruh. Meskipun begitu
lukisan ini telah menunjukkan komitmennya terhadap pengamatan alam yang akurat dan jujur,
tampak pada rincian dari pepohonan dan langit sangat mendetail.

Mata pengamat diarahkan pada bagian terjauh sungai pemandangan, sepanjang rute sungai ke
menara jauh dari gereja Dedham, yang meskipun kecil, membentuk titik fokus yang kuat untuk
karya tersebut. Pohon-pohon di kedua sisi kanvas juga membentuk bingkai ke bagian tengah
gambar yang menampilkan pemandangan utamanya. Ia menampilkan pemandangan disekitar
rumahnya itu dengan apik, melalu pengelihatan yang estetis tanpa melebih-lebihkannya.

Maria Bicknell (1816) & Analisisnya

Potret Maria Bicknell oleh: John Constable


Lukisan ini adalah potret dari tunangan Constable, dilukis sekitar tiga bulan sebelum pernikahan
mereka. Potret ini dikatakan sangat mirip dengan wajah Maria Bicknell. Meskipun tingkat
kemiripannya akurat, John tidak malu untuk menunjukkan marka sapuan kuasnya dan justru
membuat kontras yang indah antara latar belakang dan potret wajah yang berada di depan.
Menciptakan keindahan yang tidak ditutup-tutupi, seperti bagaimana bekas sapuan kuasnya
ditunjukan tanpa keraguan.

The White Horse (1819) & Analisisnya

contoh lukisan naturalisme: the white horse oleh: john constable

Dalam lukisan ini Constable menggambarkan adegan kehidupan pedesaan yang wajar. Tidak
menerapkan emosi atau ekspresi, mengasihani atau merayakan kehidupan kerja orang-orang
yang dilukisnya. Ia hanya mempresentasikannya apa yang telah ia lihat. Constable menunjukkan
para pria yang melanjutkan cara hidup yang telah mereka jalani selama berabad-abad, meskipun
ancaman industrialisasi semakin meningkat.
2. Thomas Cole

Lahir di area industri Inggris, Cole pindah ke Amerika Serikat semasa mudanya, dan sejak saat
itu selalu berusaha untuk menangkap keindahan eksotik dari gurun-gurun yang terdapat di benua
Amerika. Lukisan-lukisan Thomas Cole, ikut menjadi monumen untuk berbagai harapan dan
kecemasan bangsa Amerika yang baru tumbuh selama pertengahan abad ke-19. Dia dianggap
sebagai seniman pertama yang membawa mata pelukis pemandangan Eropa ke lingkungan
Amerika. Tetapi sosok ini juga tetap mengekspresikan pemandangan Amerika yang unik.

Lukisan Naturalisme Thomas Cole

Lake with Dead Trees (Catskill) (1825) & Analisisnya

contoh lukisan naturalisme : Lake with Dead Trees (Catskill) oleh: Cole Thomas
Lake with Dead Trees menggambarkan pemandangan Pegunungan Catskill di tenggara New
York. Di tepi danau yang yang sunyi ini dikelilingi oleh pohon-pohon mati, dan dua ekor rusa
yang sedang bergerak kesana kemari. Latar belakang pemandangan di lukis pada saat senja akan
tiba. Di balik hutan itu matahari yang akan tenggelam masih menyinarkan cahayanya menembus
langit yang berawan.

Meskipun karya ini adalah lukisan naturalis yang berfokus pada teknis dan keakuratan
menggambar, terdapat arti atau interpretasi yang dapat diproduksi. Lukisan ini sering diartikan
sebagai kontemplasi dan dialog antara hidup dan mati, dan berlalunya waktu yang menjadi saksi
bisu terhadap dialog tersebut.

The Consummation of Empire (1836) & Analisisnya

Contoh lukisan naturalisme : The Consummation of Empire oleh Thomas Cole


Lukisan ini adalah salah satu dari rangkaian lima lukisan berjudul The Course of Empire yang
dipesan oleh Luman Reed. Setiap lukisan dalam seri ini menggambarkan lanskap yang sama
pada tahap yang berbeda dari kebangkitan hingga kejatuhan peradaban imajiner ini. Seluruh seri
ini dimaksudkan sebagai peringatan tentang ambisi Kekaisaran yang berlebihan. Lukisan ini
menggambarkan kekaisaran pada puncak kekuasaannya lengah dan terbius dalam ambisinya
sendiri yang malah membuat kehancuran kota.

Amerika baru saja membebaskan diri dari Kerajaan Inggris ketika lukisan ini dibuat. Ia ingin
memperingatkan bahwa negara baru tidak boleh jatuh ke perangkap yang sama dengan
pendahulunya di Eropa. Lebih dari itu, seri ini tampaknya mengekspresikan kecemasan Cole
tentang ancaman perambahan industri dan ekspansi urban ke lanskap Amerika yang tumbuh
dengan begitu pesatnya, sehingga menghiraukan alam disekitarnya.

3. William Bliss Baker

William Bliss Baker adalah seniman yang lahir di Amerika Serikat. Ia mengawali pendidikan
seninya di National Academy of Design pada tahun 1876. Baker adalah seniman berbakat yang
telah menggelar banyak pameran bahkan ketika ia masih menjalani studinya. Karena Baker
sudah mahir melukis jauh sebelum ia memulai pendidikan formalnya. Ia juga memenangkan
banyak penghargaan seperti penghargaan Elliot dan Hallgarten yang merupakan penghargaan
berkelas pada masanya.

Dapat dikatakan juga, William Bliss Ba ker adalah seniman naturalisme dengan kemampuan
teknis yang terhebat di aliran ini. Teknik melukisnya yang begitu akurat menginspirasi banyak
kelahiran aliran baru yang diilhami oleh Aliran naturalisme. Baik para pelakon aliran
fotorealisme di zaman modern, hingga para hyper-realisme di era kontemporer sekarang. Baker
meninggal di usia muda pada awal usia 27 tahun-nya akibat kecelakaan berseluncur es.
Lukisan Naturalisme Thomas Cole

Fallen Monarchs (1886) dan Analisisnya

Contoh lukisan naturalisme: Fallen Monarchs (1886) oleh: william bliss baker

Lukisan ini menggambarkan dua pohon tumbang, kontras dengan pohon yang baru saja tumbuh
menghiasi hutan itu. Cahaya yang menembus ranting dan dahan pohon memberikan suasana
spiritual dan imaji harapan pada karya tersebut. Lagi-lagi contoh tata ungkap yang dapat berhasil
diberikan meskipun seniman secara objektif hanya mentransfer alam ke dalam lukisan.

Fallen monarchs disebut sebagai masterpiece dari Thomas Cole, padahal karya ini merupakan
lukisan yang dihasilkan pada awal karirnya. Keakuratan dalam penggambaran pemandangan di
lukisan ini mengalahkan hasil foto yang dapat diambil pada zamannya. Berbeda dengan aliran
lain yang menghindari kemampuan utama fotografi, Ia berhasil menaklukan teknologi itu
langsung melalui sapuan kuasnya.
4. Abdullah Suriosubroto

Abdullah Surisubroto disebut sebagai pelukis Indonesia generasi pertama yang telah
mendapatkan reputasi internasional pada abad ke 20, setelah Raden Saleh mendahuluinya pada
abad ke 19. Abdullah ialah anak dari tokoh pergerakan nasional dr. Wahidin Sudirohusodo.
Abdullah Suriosubroto disekolahkan pendidikan kedokteran ke Negeri Belanda, namun ia lebih
memilih untuk menjadi pelukis.Ia adalah ayah dari pelukis Basoeki Abdullah dan pematung
Trijoto Abdullah.

Lukisan Naturalisme Abdullah Suriosubroto

Pemandangan Gunung (1935)

Contoh lukisan naturalisme : Pemandangaan Gunung oleh: Abdullah Suriosubroto

Lukisan pemandangan ini adalah cikal bakal dari lukisan klasik Indonesia. Lukisan yang akan
mempengaruhi seluruh pelukis naturalis dalam menggambarkan pemandangan lokal.
Pemandangan Indonesia yang identik dengan gunung biru dibelakang hamparan sawah dan
diapit oleh bukit hutan tropis. Pemandangan gunung merupakan salah satu lukisan yang menjadi
koleksi presiden pertama Republik Indonesia, Bung Karno.
5. Basuki Abdullah

Basuki Abdullah adalah putra dari Abdullah Suriosubroto. Ia juga ikut menjadi salah satu
pengaruh terbesar di dunia seni rupa Indonesia. Abdullah Sejak dari kecil (umur 4 tahun) Basuki
Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan formal
seni di Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beldeende Kunsten) Den Haag, Belanda. Biografi
lengkap, contoh lukisan hingga ke analisis alirannya dapat dibaca disini: Basuki Abdullah –
Biografi dan Analisis Aliran Karya.

Lukisan Naturalisme Basuki Abdullah

Pantai Flores (1942)

Contoh lukisan naturalis : Pantai flores, oleh: Basuki Abdullah

Referensi

1. http://archive.ivaa-online.org/pelakuseni/abdullah-suriosubroto
Realisme

Pengertian Aliran Realisme

Realisme adalah aliran seni yang mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang
kebanyakan. Istilah realisme pada aliran ini bukan merujuk pada tingkat kemiripan atau
keakuratan gambar lukisan dengan referensinya. Aliran yang mengusung ide tersebut
disebut Naturalisme. Tema dan wacana-nya yang realistik, bukan gambarnya. Meskipun gambar
yang realistis (naturalis tepatnya) sejalan dengan ide penggambaran realistis yang ingin dicapai
oleh pergerakan ini.

Di Indonesia kata realistik terlalu identik dengan gaya menggambar yang mirip dengan referensi
aslinya. Padahal dalam KBBI realisme sendiri diartikan sebagai aliran kesenian yang berusaha
melukiskan atau menceritakan sesuatu sebagaimana kenyataannya (KBBI, 2016). Ketika kita
berusaha meniru referensi semirip mungkin, kita sedang berusaha untuk menciptakan lukisan
yang sealamiah mungkin (natural) mirip dengan aslinya, menirukan alam. Maka dari itu, istilah
yang lebih sesuai untuk hal tersebut sebetulnya naturalis, bukan realis.

Beberapa ahli berpendapat bahwa realisme adalah gerakan seni modern yang pertama. Karena
realisme dinilai telah menolak bentuk tradisional seni dan lembaganya yang dianggap sudah
tidak relevan di era Revolusi Industri. Realisme muncul di era distruptif, ditandai dengan
revolusi industri yang melaju pesat dan menghasilkan perubahan sosial yang luas.

Kemunculan Realisme

Royal Academy of Painting and Sculpture telah mendominasi sirkulasi produk kesenian di
Prancis selama hampir dua abad. Prancis adalah kebudayaan seni yang paling unggul di dunia
pada masa itu. Berasumsi untuk menjaga keunggulannya, Akademi Seni Prancis menetapkan
standar-standar tertentu untuk karya seni di seluruh Eropa. Salah satu caranya adalah dengan
memberikan berbagai pelatihan untuk para seniman muda berbakat. Selain itu akademi ini juga
mengkurasi dan memilah karya yang layak dipamerankan di galeri The Paris Salon.

Akademi menetapkan tema yang diambil dari mitologi klasik, Alkitab, literatur, atau sejarah
manusia sebagai tema terbaik. Hanya sebagian kecil pelukis ternama yang diizinkan melukis
dalam genre ini, dan karya mereka adalah karya yang paling di angkat oleh Akademi. Genre juga
dijadikan tolak ukur untuk melakukan penilaian. Potret Tokoh Penting dan kelas atas diangap
menjadi genre yang paling baik. Disusul oleh lukisan Pemandangan dan Still Life (Benda mati
seperti: Ceret, makanan, dsb).
Seiring berjalannya waktu, Akademi dianggap semakin tidak mampu untuk mengakomodir
keadaan zamannya oleh sebagian seniman. Sebagian seniman merasa berbagai standar yang
ditentukan oleh Akademi tersebut terlalu kaku untuk zaman modern. Tema yang ditentukan
terlalu pilih kasih dan di nilai tidak adil untuk semua kalangan manusia.

Maka, munculah para pelukis Realisme yang menggantikan gambaran idealistik dari seni
tradisional dengan peristiwa keseharian di kehidupan nyata. Mengangkat masyarakat biasa untuk
mendapatkan bobot yang sama dengan kasta atas. Keinginan para realis untuk mengangkat
kehidupan sehari-hari ke dalam kanvas adalah manifestasi awal keinginan avant garde untuk
menghubungkan seni pada kehidupan masyarakat umum.

Ciri Aliran Realisme

1. Mengangkat peristiwa keseharian yang dialami oleh orang kebanyakan


2. Menggambarkan masyarakat dan situasi kontemporer yang nyata dan khas dengan lingkungan
keadaan sehari-harinya
3. Karya realis menggambarkan manusia dari semua kelas dalam situasi dan kondisi aslinya.
4. Realisme tidak setuju terhadap subjek seni yang dibesar-besarkan (dramatis) ala Romantisisme.
5. Memiliki detail gambar yang menyerupai aslinya (natural) melalui teknik tinggi yang dikuasai
oleh pelukisnya.
6. Tidak menutupi kehidupan rakyat sederhana yang tidak memiliki rumah mewah atau pakaian
mahal seperti kaum bangsawan.
7. Objektif terhadap kaum atas, dalam artian tidak hanya kebaikannya saja yang diperlihatkan,
Misalnya: mengangkat peristiwa tragisnya perang yang hasilkan oleh permainan politik kelas
atas, melalui penggambaran pion-pion kecil dibawahnya.

Tokoh Penting & Contoh Lukisan Aliran Realisme

Gustave Courbet

Gustave Courbet adalah salah satu pencetus munculnya aliran seni rupa Realisme di pertengahan
abad ke-19. Ia menolak gaya klasik dan dominasi Akademi Seni di Prancis. Karyanya berfokus
pada realitas fisik benda-benda yang dia amati walaupun kenyataan itu dinilai tidak indah dan
memiliki muatan yang dianggap terlalu kontras.

Courbet melihat Realisme sebagai sarana untuk memperjuangkan hak-hak kaum tani dan rakyat
biasa di negaranya. Courbet juga telah lama terkenal karena tanggapannya yang berani terhadap
pergolakan politik di Prancis. Para keritikus menilai karyanya sebagai pengaruh penting dalam
memicu para seniman modern awal lainnya seperti Edouard Manet dan Claude Monet.
Lukisan Realisme A Burial at Ornans & Analisisnya

Contoh lukisan realisme: A Burial at Ornans oleh Gustave Courbet

Sebagai contoh utama Realisme, lukisan itu berdasar kepada fakta-fakta penguburan nyata dan
menghindari konotasi spiritual yang dilebih-lebihkan. Courbet memberikan penekanan
pergantian cahaya pada lukisan untuk menekankan bahwa kehidupan itu tidak abadi (hari
berganti sore ke malam, dst). Sementara tenggelamnya matahari dapat menjadi simbol untuk
transisi besar dari ketidakabadian manusia menuju keabadian di alam sana.

Beberapa kritikus di masa lalu melihat kepatuhan terhadap fakta-fakta dari kematian sebagai
penghinaan agama. Karena pada masa itu melukiskan tema kematian lazimnya adalah dengan
menggunakan Alegori dari riwayat manusia dan kisah yang terdapat di Alkitab. Melukiskan
prosesi pemakan seperti ini masih dianggap kontroversial pada masanya.

Jean-Francois Millet

Jean-Francois Millet adalah seorang pelukis Prancis dan salah satu pendiri sekolah Barbizon di
pedesaan Prancis. Millet adalah sosok seniman yang memiliki sikap hidup sederhana, berbeda
dengan tipikal Seniman lain di zamannya. Dia selalu tertarik untuk menggambarkan kebajikan
dari pekerjaan fisik yang dilakukan oleh masyarakat biasa. Millet terkenal melalui peristiwa dan
adegan para petani yang sedang bekerja di perkebunan. Ia juga dikenal sering menyelipkan sub-
teks (konotasi) pesan relijius yang sering menyertai lukisannya.
Millet berkesenian di tengah iklim politik kasta yang tengah bergejolak di Prancis. Karyanya
kurang diterima oleh sebagian kaum atas namun mendapat apresiasi yang baik dari masyarakat
biasa dan beberapa kritikus. Millet secara implisit merayakan ‘kebangsawan’ kelas petani dalam
karyanya yang membuatnya menjadi sorotan kaum elitis yang kurang menyukai pergerakannya.

The Potato Harvest dan Analisisnya

Contoh karya aliran realisme: The Potato Harvest oleh Jean-Francois Millet

Millet menggambarkan para petani kentang dalam salah satu adegan keseharian mereka ketika
sedang bekerja. Lukisan ini menunjukan betapa kerasnya pekerjaan yang meraka lakukan untuk
bertahan hidup. Adengan yang diambil spesifiknya adalah ketika para petani sedang memanen
kentang. Mereka tidak berhenti bekerja hingga matahari mulai tenggelam. Millet mengangkat
harkat derajat kaum petani sebagai fondasi dari kehidupan sosial yang langsung berhubungan
dengan kebutuhan utama manusia, yaitu bahan makanan.

Edouard Manet

Edouard Manet adalah seorang pelukis yang berasal dari Perancis, ia adalah salah satu seniman
yang pioner melukis kehidupan modern. Manet merupakan sosok penting dalam transisi dari
Realisme ke Impresionisme

Ia bergerak dan melukis bersama para Impresionis namun menolak menggunakan teknik yang
serupa. Lahir di keluarga kelas atas dengan koneksi politik yang kuat, Manet ‘menolak’ prospek
masa depan yang cerah dari keluarganya dan memilih bergelut dengan dunia seni.

A Bar at the Folies Bergere dan Analisisnya

Contoh karya aliran realisme: A Bar at the Folies Bergere oleh Edouard Manet
Manet menggambarkan suasana keseharian di Bar tempat ia biasa bercengkrama sambil
menggambar atau melukis dengan beberapa temannya. Ia memilih subjek sehari-hari yang
selama itu tidak pernah diangkat karena dinilai tabu. Pada lukisan ini Manet sengaja
menambahkan sosok Pria di bagian cermin Bar. Karakter tersebut seharusnya tidak tersorot jika
menggunakan perspektif yang akurat. Namun dengan menambahkan sosok tersebut karyanya
menjadi enigmatik dan memberikan pertanyaan Apakah sebetulnya sosok tersebut sebetulnya
tidak ada? dan hanya ada dipikiran model wanitanya saja? Permainan perspektif yang sengaja
sedikit dimainkan dan tidak akurat pada lukisan ini adalah salah satu alasan mengapa ia disebut-
sebut sebagai salah satu Bapak Seni Modern.

Referensi

1. Life in the Emerging Realism, Repositori District 155 Community High School. Diakses tanggal
05 Maret 2018. http://ww2.d155.org/clc/tdirectory/MSmalley/Shared%20Documents/AP%2…
Impresionisme

Pengertian Aliran Seni Rupa Impresionisme

Aliran seni rupa Impresionisme adalah aliran yang mengusung keakuratan warna pada
pencahayaan objek yang dilukis berdasarkan teori proses terjadinya warna melalui sapuan
sapuan kuas kecil namun berwarna. Aliran impresionisme melukis di alam terbuka dalam kurun
waktu yang singkat, sehingga harus mengorbankan keakuratan bentuk, namun sebagai
imbalannya mereka dapat menangkap keakuratan cahaya yang terjadi pada kurun waktu tertetu:
pagi, siang, menjelang matahari terbit, dsb).

Kemunculan Aliran Impresionisme

Impresionisme dimulai melalui terbentuknya kelompok seniman independen yang berbasis di


Paris dengan tokoh utama: Claude Monet. Kelompok ini dibentuk sebagai inisiatif para seniman
yang tidak mendapatkan kesempatan berpameran di Seni mainstream pada masa itu: The Paris
Salon.

Revolusi Industri dan perkembangan teknologi yang tergolong baru di masa itu juga mengilhami
pergerakan Impresionisme. Misalnya, bagaimana teknologi fotografi menjadi ancaman baru di
kala itu dan membuat kelompok ini berpikir keras untuk dapat tetap bersaing melalui karya lukis
mereka.

Melalui beberapa alasan tersebut, maka munculah berbagai ide yang mereka kembangkan untuk
membawa seni lukis ke level yang lebih tinggi. Berbagai ide tersebut mulai dari kecepatan
melukis, mereka berinisiatif untuk bisa melukis dengan lebih cepat dan langsung melihat
subjek/objek yang dilukis. Kemudian mereka juga terinspirasi oleh teori proses
terjadinya pembentukan warna yang terhitung baru di masa itu.

Pameran independen pertama kelompok tersebut membawa mereka menuju pintu kesuksesan
secara tidak langsung pada tahun 1870-1880-an. Nama aliran Impresionisme berasal dari judul
karya Claude Monet yang berjudul “Impression, Sunrise. Karya tersebut memprovokasi kritikus
Louis Leroy untuk membuat istilah tersebut dalam sebuah kritik negatif yang diterbitkan di
LeCharivari. Leroy mengatakan bahwa karya kelompok tersebut tampak seperti lukisan yang
belum selesai, kurang detail, tidak realistik dan hanya impresi/ kesan.
Namun pada akhirnya banyak kritikus yang menilai bahwa karya mereka justru membawa
nuansa baru pada dunia Seni Rupa. Warna yang terang bertolak belakang dengan palet warna
yang umumnya digunakan pada zaman itu. Sapuan kuas yang cepat dan meninggalkan marka
kuas yang kontras dianggap tidak menutup-nutupi media yang mereka gunakan. Mereka
dianggap berhasil membawa seni lukis sejajar kembali dengan teknologi fotografi.

Pengaruh Teori Warna terhadap Aliran Impresionisme

Impresionisme dipengaruhi oleh teori warna yang dikemukakan oleh Sir Isaac Newton dan
Eugene Chevreul. Newton adalah salah satu ilmuwan pertama yang meneliti tentang proses
terjadinya pembentukan warna. Sekitar 1671-an ia menemukan asal usul warna ketika
menyorotkan cahaya pada prisma yang menghasilkan warna pelangi. Percobaan tersebut
menunjukan bahwa warna berasal dan berada di cahaya. Disusul oleh teori pembagian warna
berdasarkan warna primer dan proses pencampurannya untuk membentuk warna-warna yang
lain.

Pengelompokan warna tersebut berdampak drastis terhadap karya-karya yang diciptakan oleh
para impresionis. Mereka meninggalkan gagasan yang menggunakan warna coklat atau hitam
untuk membuat bayangan. Sebagai gantinya, mereka menggunakan Teori Warna Newton untuk
membuat bayangan yang berpendapat bahwa sejatinya warna hitam itu tidak ada, hitam hanyalah
tanda bahwa suatu objek kurang mendapatkan cahaya. Maka mereka menggunakan warna
kebalikan untuk membuat bayangan.

Cahaya matahari sejatinya berwarna kuning, maka mereka banyak menggunakan warna kuning
pada warna kulit manusia. Sementara bayangan adalah warna kebalikan dari pantulan cahaya
yang menyentuh kulit manusia. Maka mereka menggunakan warna ungu sebagai yang
merupakan warna kebalikan dari kuning untuk warna bayangannya. Untuk mengerti konsep
warna kebalikan dibutuhkan pengetahuan lingkaran warna harmonis yang dapat disimak
di: Perpaduan Warna Harmonis menggunakan Teori Warna & Seni

Ciri-ciri Aliran Impresionisme

1. Gambar pada lukisan tidak detail, hanya impresi saja yang tampak mirip jika dilihat dari jauh
2. Palet warna yang cerah dan kontras berdasarkan teori pengelompokan lingkaran warna
3. Fokus melukis pantulan cahaya pada subjeknya, dibandingkan subjeknya sendiri
4. Menggunakan sapuan kuas kecil yang disebut dab yang merupakan istilah luar untuk cocolan
sambal
5. Marka kuas pada lukisan cenderung tampak dan tidak ditutup-tutupi
6. Tidak menggunakan warna hitam
Tokoh & Contoh Karya Impresionisme

Claude Monet

Claude Monet adalah pencetus gerakan impresionis di Prancis. Sebagai seniman hebat yang
inspirasional, Monet adalah tokoh penting yang membentuk kelompok seni independen yang
memulai lahirnya aliran impresionisme. Monet lebih menyukai melukis di luar, di udara terbuka
(ein plein) dan menangkap kejadian cahaya pada waktu tertentu. Hasil karya Monet yang paling
terkenaladalah lukisan berseri yang dia hasilkan dengan melukis subjek pemandangan yang sama
berkali-kali pada berbagai waktu (sore, subuh, malam, dsb).

Lukisan Impresionisme Water Lilies & Analisisnya

Contoh lukisan aliran impresionisme: Water Lilies oleh Claude Monet


Water Lilies merupakan salah satu lukisan dari seri pemandangan halaman rumahnya sendiri
yang dibuat sekitar tahun 1890-an. Monet melukiskan pemandangan yang sama seperti ini pada
berbagai waktu: siang, sore, hingga ke malam hari, sama seperti seri lukisannya yang lain.
Meskipun menggunakan sapuan kuas cepat dan tidak presisi Manet berhasil mencitrakan
pemandangan air pada lukisan ini. Refleksi dibuat hanya dengan indikasi-indikasi semi abstrak
namun bekerja dengan sangat efektif. Seri Water Lilies disebut-sebut sebagai salah satu
Mahakarya dari Maestro Impresionis ini.

Berthe Morisot

Berthe Marie Pauline Morisot adalah seorang pelukis wanita yang merupakan anggota kelompok
pelukis independen yang diinisiasi oleh Monet. Ketika pameran kedua kelompok impresionis itu
dibuka, seorang Kritikus menyebut para partisipannya sebagai “lima atau enam orang gila”,
karena salah satu dari mereka adalah seorang wanita, yaitu Morisot. Morisot mencapai
kesuksesan di usia yang masih sangat muda, pada usia 23.

Sebagai pelukis wanita pada masa itu Morisot mendapatkan berbagai kendala karena gendernya.
Morisot memiliki kesempatan yang lebih terbatas dari pria dan ia dilarang untuk mengejar
pendidikan yang sama dengan rekan-rekan prianya. Meskipun begitu Morisot tetap
mengembangkan koneksi dan dukungan keluarga yang memungkinkannya untuk mengukir karir
independennya sebagai seniman wanita. Ia berkarir sebagai seniman lebih dari tiga dekade. Ia
berhasil menulis namanya di sejarah seni Perancis, bahkan seni dunia.
Eugene Manet and His Daughter at Bougival & Analisisnya

Contoh lukisan impresionisme: Eugene Manet and His Daughter at Bougival oleh Berthe
Morisot.

Sapuan kuas dengan marka yang kontras dalam sekejap mengundang mata kita untuk
memperhatikannya. Morisot membuat lukisan ini seakan menjadi Snapshot kamera yang spontan
dan menangkap momen seorang Ayah dan Anaknya yang sedang menikmati waktu bersama.
Impresi potret sangat terasa dan memiliki estetika yang lebih menggoda jika dibandingkan
dengan jepretan fotografi. Suasana juga sangat terbentuk dengan baik dan memberikan
pencitraan yang menyenangkan di lokasi yang tampak seperti taman sederhana di dekat rumah
itu.
Pierre-Auguste Renoir

Pierre-Auguste Renoir adalah salah satu seniman Impresionis Prancis yang ikut berpengaruh
besar dalam perkembangan aliran impresionisme. Sebagai perupa yang fokus terhadap
kecantikan dan terutama keindahan feminin, dikatakan bahwa: “Renoir adalah perwakilan
terakhir dari sebuah tradisi yang berjalan langsung dari Rubens ke Watteau.” Dia adalah ayah
dari aktor Pierre Renoir, pembuat film Jean Renoir dan seniman keramik Claude Renoir.

Dance at Le moulin de la Galette & Analisisnya

Contoh Karya Aliran Impresionis: Dance at Le moulin de la Galette oleh Pierre-Auguste Renoir.

Lukisan ini merupakan salah satu karya yang paling terkenal di aliran Impressionisme. Lukisan
menggambarkan suasana minggu sore yang khas di Moulin de la Galette , Paris. Pada akhir abad
ke-19, Para kelas pekerja Paris akan berkumpul dan menghabiskan waktu bersama di sana
menari, minum-minum, dan makan hingga dini hari.
Suasana riuh pada lukisan ironisnya malah menenangkan pandangan kita. Lukisan seakan tidak
memiliki fokus yang pasti, namun ketika kita mulai menjelajahinya, maka kita tidak akan bisa
berhenti disitu saja. Pandangan kita akan diarahkan ke setiap sudut lukisan melalui ritma yang
dinamis dan berujung pada puncak suasana kehangatan pesta tersebut.

Referensi

1. Impressionism, theartstory.org. Diakses tanggal 05 Maret 2018.


http://www.theartstory.org/movement-imp…
Fauvisme

Pengertian Fauvisme

Aliran fauvisme adalah aliran yang menekankan kualitas unsur-unsur seni seperti garis, bentuk
dan warna yang kuat diatas nilai-nilai realistis yang masih dipertahankan oleh Impresionisme.
Dapat dikatakan fauvisme adalah versi yang lebih radikal dari impresionisme. Meskipun
impresionisme telah keluar dari prinsip realisme atau naturalisme, namun sifat dasarnya masih
meniru alam. Fauvisme menggunakan gaya yang hampir mirip dengan impresionisme, namun
menolak ide dasar peniruan alam tersebut.

Istilah fauvisme berasal dari bahasa Prancis les Fauves yang berarti “Binatang Buas”. Diambil
dari komentar seorang Kritikus Seni Louis Vauxcelles yang takjub terhadap karya-karya para
seniman fauvisme. Kritikus itu menjuluki para seniman-seniman fauvisme sebagai Binatang
Buas karena mereka dianggap telah memberontak berbagai prinsip seni mainstream di Paris pada
masa itu, namun berhasil menghasilkan karya yang tak kalah hebat.

Ide Kunci Fauvisme

Salah satu keunggulan dari aliran fauvisme adalah aliran ini berhasil membuat warna menjadi
unsur seni yang independen. Warna tidak hanya menjadi warna baju, warna langit atau warna
kulit, namun menjadi salah satu unsur yang berdiri sendiri tanpa menjadi representasi fisik
apapun. Warna digunakan sebagai simbol, penyampaian ekspresi, membangun suasana dan
sebagainya.

Karenanya warna-warna yang digunakan pada karya aliran fauvisme cenderung kontras, terang
dan cerah sebagai tanda dari kebebasan warna yang tidak hanya menjadi parameter benda lain
belaka. Warna terang juga digunakan untuk menyalurkan ekspresi manusia melalui gambar atau
lukisan yang dirasa masih kurang, tidak seperti ekspresi manusia pada lisan atau tulisan.

Aliran fauvism termasuk aliran yang tidak terlalu besar pergerakannya, dan hanya berlangsung
singkat (1905-1908). Maka dari itu terkadang aliran fauvisme digeneralisirkan dengan beberapa
aliran yang serupa menggunakan istilah aliran Post-Impresionisme (Pasca-Impresionisme) atau
aliran-aliran paska Impresionisme.
Sejarah Fauvisme

Pada awal abad ke-20, para pelukis Post-Impresionis Prancis seperti Van Gogh, Gauguin, Seurat,
dan Cézanne dianggap sebagai pelopor seni avant-garde. Eksperimen kolektif mereka dengan
aplikasi cat, subjek, garis ekspresif, dan warna sebagai unsur independen adalah salah satu alasan
munculnya Fauvisme.

Selain itu, apresiasi Dunia terhadap artefak-artefak kebudayaan yang baru saja ditemukan di
daerah Afrika membuka pandangan-pandangan baru terhadap seniman-seniman Eropa. Seni
yang di masa itu baru mulai terhubung dengan faktor ekstrinsiknya, yaitu kajian Antropologi
yang memperkenalkan gagasan-gagasan baru tentang representasi seni kepada masyarakat.
Penemuan-penemuan tersebut menjadi salah satu faktor yang mempercepat pertumbuhan dan
perkembangan Seni Modern Eropa.

Diawali oleh Henri Matisse

Henri Matisse adalah seniman yang memiliki pengaruh utama pada aliran Fauvisme. Lalu
bagaimana awalnya hingga Matisse dapat mengembangkan aliran Fauvisme? Seperti seniman
lain di masanya, Matisse sangat dipengaruhi oleh pemikiran Moreau bahwa ekspresi pribadi
adalah salah satu atribut paling penting dari seorang seniman. Matisse muda juga sangat tertarik
kepada teknik dan bahasa visual yang sistematis dari Pointillisme, yang telah dipelopori oleh
rekan senegaranya seperti Georges Seurat dan Paul Signac.

Meskipun Matisse tidak menerapkan teori Pointillist langsung pada karyanya, penerapan titik-
titik kecil cat dalam berbagai warna untuk menciptakan nada visual yang harmonis adalah
sesuatu yang membuat Matisse terpesona. Pengamatannya terhadap teknik ini mendorongnya
untuk mengembangkan “struktur warna”, atau bidang-bidang besar yang menghasilkan efek
dekoratif yang digunakan untuk membangun suasana.

Menggabungkan semua ide itu, Matisse berpaling dari penggunaan warna ringan, pencampuran
warna kompleks dan mulai menggunakan warna cerah, langsung dari tube, sebagai sarana untuk
menyampaikan ekspresi. Perjalanannya ke Corsica pada tahun 1898 juga semakin menambah
minatnya dalam menangkap efek cahaya alami yang kuat melalui warna-warna cat murni.

Pada akhirnya, Fauvisme mengudara meskipun hanya untuk sebuah episode yang pendek.
Namun aliran ini memberikan dampak yang cukup besar. Bahkan setelah bubarnya kelompok
fauvisme, yang juga menandai akhir dari alirannya, aliran ini terus mempengaruhi seni selama
beberapa dekade ke depan.
Ciri-Ciri Aliran Fauvisme

1. Warna mencolok yang tidak melihat keakurasian pada referensi model atau objek yang dilukis.
2. Bentuk gambar pada lukisan diiringi oleh garis tegas
3. Warna digunakan untuk mengekspresikan gagasan Seniman
4. Keakurasian bentuk gambar pada referensi model atau subjek dihiraukan
5. Menyampaikan gagasan atau pesan pribadi dari pelukisnya
6. Marka kuas yang kontras dan tidak ditutup-tutupi

Tokoh Fauvisme dan Contoh Karyanya

Tokoh-tokoh Seniman penting yang mengusung aliran Fauvisme diantaranya adalah:

1. Henri Matisse
2. Maurice de Vlaminck
3. Andre Derain
4. Kees van Dongen
5. Raoul Dufy
6. Georges Braque

Henri Matisse

Selain menjadi Bapak fauvisme, Matisse juga dikenal sebagai salah satu rival terbesar dari Pablo
Picasso. Meskipun Matisse juga tertarik terhadap aliran kubisme, ia menolak gagasan umumnya.
Ia lebih memilih untuk terus mengembangkan fauvisme bersama kelompoknya. Ia berpendapat
bahwa seni harus tetap lembut, menenangkan dan tidak kaku seperti kubisme.

Hampir seluruh ciri dan gagasan kunci fauvisme muncul pada karyanya. Namun salah satu yang
menjadi ciri khas lebihnya adalah kebebasannya dalam menggambar. Ia tidak ingin teknis,
akurasi dan semua beban dalam proses melukis muncul pada karyanya. Sehingga kesalahan
anatomi atau bentuk yang sedikit melenceng, dibiarkan begitu saja selama ekspresinya masih
tersampaikan. Henri Matisse berpendapat bahwa seni tidak boleh menyulitkan seniman, justru
harus memberikan kegembiraan pula dalam prosesnya.
Contoh Karya Fauvisme: Green Stripe dan Analisis

Contoh lukisan fauvisme “The green Line” oleh Henri Matisse

Model merupakan istrinya sendiri Amelie, lukisan ini merupakan salah satu lukisannya yang
paling terkenal di zaman 20-an. Pengambilan subjek yang mengenakan pakaian sehari-hari
adalah salah satu ciri dari seniman modern di masa itu. Tidak seperti lukisan renaisans yang
cenderung hanya melukiskan seseorang yang mengenakan pakaian terbaiknya dalam lukisan.

Matisse hanya menggunakan warna untuk menggambarkan wajah istrinya, dalam artian ia tidak
menggunakan shading dan highlight. Warna hangat dijadikan highlight dan warna dingin
digunakan sebagai pengganti shading. Garis hijau (green stripe) membagi wajah Amelie menjadi
dua bagian, seperti yang biasa dilakukan dalam teknik pencahayaan side lighting lukisan maupun
fotografi, namun sekali lagi ia menggunakan warna, bukan value (gelap-terang). Marka kuas
yang tampak jelas adalah salah satu ciri khas Matisse yang tidak ingin menunjukan tingkat
kesulitan yang dialami oleh seniman ketika melukis.
Maurice de Vlaminck

Maurice de Vlaminck adalah salah satu rekan Matisse dalam persaingan mereka dengan para
kubisme, atau boleh dibilang spesifiknya; Pablo Picasso. Kesamaan yang dimiliki oleh dua
seniman pemberontak ini adalah kemampuan luar biasa untuk berinovasi, untuk menciptakan
sesuatu yang baru. Bagi Picasso, ide itu adalah Kubisme; sementara Vlaminck dan rekan-
rekannya, inovasi itu adalah penggunaan warna-warna cerah dan ekspresif yang tidak lain adalah
fauvisme. Sebetulnya Vlaminck adalah salah satu seniman yang vokal dalam mengkritisi
perkembangan seni rupa modern, namun ironisnya, ternyata dia sendiri adalah salah satu pelopor
seni modern sejati.

Keunikan Vlaminck dari rekan fauvisme lainnya adalah penggunaan outline yang lebih tegas,
berat dan gelap berlawanan dengan warna bentuk yang dibalutinya sendiri; lembut, ringan dan
cerah. Ciri khas tersebut menjadi focal point tambahan bagi gaya fauvisme sendiri yang sudah
sangat kontras dan ekspresif. Seperti sikapnya yang tampak hipokrit (munafik) terhadap seni
modern, hal ini juga terjadi pada gaya lukisnya. Meskipun ia sering menghina Kubisme dan
menyebutnya bukan lawan yang pantas untuk Fauvisme, beberapa lukisannya justru tampak
diwarnai oleh gaya kubisme. Mungkin ini adalah salah satu contoh nyata dari anekdot klise
bahwa membenci dapat berarti mencintai.

Contoh Karya Fauvisme Maurice de Vlaminck: The Dancer at Rat Mort dan Analisisnya

Contoh lukisan fauvisme “The dancer at Rat Mort” oleh Maurice de Vlaminck
Karya ini adalah representasi dari penari klub malam bohemia di paris yang bernama Le Rat
Mort (Tikus Mati). Meskipun Vlaminck menggunakan seorang model, tampaknya ia tidak ingin
lukisan ini dikategorikan sebagai lukisan potret. Buktinya begitu banyak fitur dan bentuk yang
disederhanakan, salah satunya adalah mata besar yang tidak sesuai dengan proporsi sebenarnya.
Selain menjadi salah satu ciri seni modern, dengan mata tersebut ia juga seakan membuat simbol
bahwa penari anonim ini dengan berani berhadapan dengan penonton. Kosmetik yang tebal
menunjukkan kemuakannya terhadap unsur dunia modern. Ia tidak menggunakan kosmetik
tersebut untuk mempercantik modelnya, namun untuk menunjukan betapa berlebihannya gaya
hidup modern.

André Derain

André Derain memiliki peran besar dalam pengembangan dua gerakan artistik paling signifikan
di awal abad ke-20. Dia, Henri Matisse, dan Maurice de Vlaminck menghasilkan Fauvisme.
Berbeda dengan anggota kelompok fauvisme lain, ia justru terhitung cukup dekat dengan sosok
yang dianggap sebagai rival fauvisme, yaitu Pablo Picasso. Karena kehadiran Derain, terjadi
proses sintesis dari fauvisme dan berbagai gagasan Picaso yang disebut-sebut merupakan bagian
integral dari Kubisme awal.

Namun demikian, kontribusinya sebagai penghasil gagasan di balik gerakan-gerakan ini terus
diperdebatkan, dan beberapa menganggapnya hanya sebagai ide turunan saja. Perdebatan
tersebut disebabkan oleh fakta bahwa ia secara terus-menerus mencari makna artistik dan
berusaha menciptakan seni abadi yang dihapus dari kekhasan zaman modern. Sepanjang
hidupnya, ia terus bereksperimen dengan berbagai idiom gaya lukis. Bagaimanapun ia tetap
menjadi salah satu sosok penting yang mengawali penyebaran seni modern di dunia.
Contoh karya Fauvisme dari Andre Derain Turning Road, (L’Estaque)

Contoh fauvisme: Turning Road, oleh Andre Derain

Lukisan ini, menggambarkan lokasi populer yang dilukis oleh banyak seniman modern lainnya,
termasuk Cézanne dan Braque. Karya ini menggambarkan tekniknya banyak dipengaruhi oleh
leluhur artistik langsungnya, dimana secara bersamaan pula ia mulai mengembangkannya ke
arah baru. Meskipun minat terhadap garis pantai L’Estaque di Prancis Selatan dimiliki oleh
banyak orang, versi Derain berbeda. Ini bukan lukisan pemandangan murni, pencitraan tokoh-
tokoh dalam alam mengingatkan tema Arcadian yang tampak dalam lukisan-lukisan Simbolisme.
Lukisan ini membangkitkan gagasan “deformasi dekoratif” yang dikenal oleh para Simbolis,
membangkitkan kebenaran esensial dalam pencarian seni abadi.

Referensi

1. https://www.theartstory.org/movement-fauvism.htm
Ekspresionisme

Pengertian Aliran Ekspresionisme

Ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menganggap bahwa seni merupakan sesuatu yang
keluar dari diri seniman, bukan dari peniruan alam dunia. Seniman memiliki ingatan dan cara
pandang tersendiri dari apa yang pernah dilihatnya di alam, lalu diekspresikan pada karyanya.
Seniman ekspresionis menghiraukan berbagai teknik penciptaan formal untuk mendapatkan
ekspresi yang lebih murni dan tanpa tekanan dari kepentingan ekstrinsik Seni. Singkatnya dapat
dikatakan bahwa Ekspresionisme adalah aliran seni rupa yang menonjolkan ungkapan dari dalam
jiwa.

Meskipun begitu biasanya seorang ekspresionis tetap memiliki kemampuan teknis yang hebat
dan sensitibilitas tinggi terhadap issue-issue seni. Baik secara langsung (mempelajarinya sendirI)
maupun secara tidak langsung; terpengaruh dari lingkungannya yang kaya akan khazanah seni.
Hanya saja aliran ini memang menentang teknik-teknik yang telah mapan sebelumnya dan
memilih untuk menggunakan formulanya sendiri, gejala yang biasa terjadi dalam proses
perkembangan seni.

Kemunculan Aliran Ekspresionisme

Ekspresionisme muncul di berbagai kota di seluruh Jerman sebagai tanggapan terhadap


kecemasan yang tersebar luas tentang hubungan manusia yang semakin “tidak harmonis” dengan
alam dunia. Ekspresionisme mencemaskan perasaan kehilangan unsur keaslian dan spiritualitas
dari seni yang hanya mengkopi. Ekspresionisme muncul sebagai bagian dari reaksi terhadap
Impresionisme dan seni akademis klasik yang sudah mencapai puncak artistik yang mapan yang
dianggap terlalu kaku karena hanya meniru alam.

Ekspresionisme sangat diilhami oleh aliran Simbolisme pada seni abad ke-19. Vincent van Gogh,
Edvard Munch, dan James Ensor adalah seniman-seniman yang sangat berpengaruh pada
munculnya aliran Ekspresionisme. Gerakan aliran Ekspresionisme berlangsung dari sekitar 1905
hingga 1920 dan menyebar ke seluruh Eropa bahkan dunia. Pengaruhnya akan terasa sepanjang
sisa abad ini dalam seni Jerman.

Teknologi baru dan upaya urbanisasi besar-besaran mengubah pandangan masyarakat dunia.
Sehingga para ekspresionis ingin mencerminkan dampak psikologis dari perkembangan tersebut.
Cara yang mereka lakukan adalah dengan menjauh dari meniru apa yang mereka lihat, ke arah
ekspresi emosional dan psikologis tentang bagaimana dunia mempengaruhi mereka dalam
karyanya. Akar Ekspresionisme dapat ditelusuri ke seniman Post-Impresionisme seperti Vincent
Van Gogh.

Istilah “Ekspresionisme” diperkirakan diciptakan pada tahun 1910 oleh sejarawan seni Ceko,
Antonin Matejcek, yang bermaksud untuk menunjukkan karya yang tampak kebalikan dari aliran
Impresionisme. Para Impresionis berusaha untuk mengekspresikan keindahan alam dan wujud
manusia melalui lukisannya, para Ekspresionis justru hanya berusaha untuk mengekspresikan
dunia yang diingat dan dirasakan oleh mereka.

Istilah aliran Ekspresionisme juga pada awalnya sering digunakan untuk mengkategorikan para
seniman Post -Impresionisme. Itu sebabnya mengapa Vincent Van Gogh juga sering disebut
sebagai pengusung aliran Ekspresionisme. Karena ia memang dikategorikan sebagai ekspresionis
sebelum pengkategorian aliran Post-Impresionisme dibuat. Vincent juga dapat dikatakan sebagai
seorang ekspresionis, Karena ia merupakan salah satu Tokoh penting dari kemunculan aliran ini.

Ciri-ciri Aliran Ekspresionisme

1. Tidak mengutamakan kemiripan atau kenaturalan objek yang dilukis


2. Sapuan kuas yang berani, tidak malu-malu dan ekspresif
3. Teknik menggambar yang tampak naif, namun tetap memiliki komposisi yang apik
4. Mementingkan ekspresi individu seniman dibandingkan dengan peniruan alam
5. Menggunakan warna sebagai simbol untuk suatu hal, bukan sebagai pewarna objek
6. Menolak ideologi modern yang berlebihan dan memberikan imbas semakin tidak memanusia
7. Mencemaskan keorisinalitasan seni terhadap imitasi alam

Tokoh Penting & Contoh Lukisan Aliran Ekspresionisme

Edvard Munch

Edvard Munch adalah seorang seniman yang dikenal selalu mengangkat issue-issue kematian
yang berhubungan dengan penyakit kronis, pembebasan stigma seksual, dan aspirasi religius. Dia
mengungkapkan wacana tersebut melalui karya-karyanya yang semi abstrak, subjek misterius
dan warna simbolis yang intens.

Munch dibesarkan oleh Ayahnya yang merupakan seorang fundamentalis Agama “radikal” dan
menganggap bahwa kematian dini Ibunya adalah bentuk hukuman dari Tuhan. Munch yang
dicekoki oleh anggapan ayahnya yang seperti itu justru malah menjadi pemberontak pada ide-ide
fundamental agama seperti itu. Sehingga tema itu juga yang menjadi obsesinya dalam berkarya.
Lukisan Ekspresionis The Scream & Analisisnya

Contoh aliran Ekspresionisme: The Scream oleh: Edvard Munch (1893-1910)


The Scream adalah potret dirinya sendiri yang sedang berjalan bersama kedua temannya di
trotoar yang menghadap ke kota Oslo. Munch baru saja pulang atau sedang dalam perjalanan
menuju rumah sakit jiwa, dimana kakak perempuannya Laura Catherine sedang dirawat. Hal
tersebut diketahui melalui pernyataannya mengenai lukisan ini, ia berkata:

“Aku sedang berjalan dengan dua temanku, ketika matahari terbenam; tiba-tiba, langit berubah
menjadi merah, semerah darah. Aku berhenti sejenak dan bersandar di pagar … menggigil
ketakutan. Lalu aku mendengar jeritan yang sangat keras, jeritan alam yang tak terbatas.”

Kekaburan aliran yang dihasilkan oleh Munch pada lukisan ini merupakan salah satu kelebihan
yang selalu diutarakan oleh para kritikus seni. Langit dan awan pada lukisan ini mengingatkan
kita pada karya Starry Night, namun kita juga dapat menemukan elemen estetika dari aliran
Fauvisme, Ekspresionisme, dan Surealisme yang muncul berbarengan pada lukisan ini.

Ernst Ludwig Kirchner

Ernst Ludwig Kirchner adalah sosok Pemimpin kelompok seni Die Brücke yang berkembang di
Dresden dan Berlin sebelum Perang Dunia I. Ia dianggap sebagai salah satu seniman
Ekspresionisme yang paling berbakat di Jerman. Ia membentuk kelompok tersebut karena
termotivasi oleh pandangan manusia di dunia modern dan perasaan kehilangan wacana
spiritualitas dan orisinalitas. Ia menolak gaya akademik dan ide dari dunia modern yang
dianggap semakin tidak memanusia.

Saat Perang Dunia kesatu sedang berlangsung Kirchner mengasingkan diri di Davos, Swiss.
Disana ia menghasilkan banyak karya lukis namun karyanya tidak berhasil menarik perhatian
dunia seni mainstream Jerman. Ketika Nazi menguasai Jerman di awal tahun 1930-an dia juga
menjadi korban kampanye Nazi yang ingin memusnahkan “Kemerosotan Seni”. Depresi dan
tertekan, ia akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.
Lukisan Ekspresionis Marzella & Analisisnya

Contoh aliran Ekspresionisme: Marzella oleh Kirchner (1909)

Model pada lukisan ini adalah seorang gadis bernama Marzella, putri dari seorang janda yang
bekerja di sirkus yang Kirchner kunjungi. Marzella adalah penggambaran yang provokatif
terhadap seorang gadis muda yang bahkan belum melewati masa pubernya. Warna-warna
kontras yang tidak wajar pada wajahnya, dan bahasa tubuh posenya yang menirukan pose
dewasa menyimbolkan kedewasaan yang dipalsukan. Ernst mungkin prihatin dengan keadaan
anak-anak yang kehilangan masa kanak-kanaknya karena imbas dari kehidupan modern.

Lukisan itu adalah contoh teknik sketsa cepat yang digunakan oleh anggota Die Brucke. Teknik
tersebut dinyatakan oleh mereka dapat menangkap ekspresi dan jiwa sebenarnya dari subjek.
Melalui sapuan kuas yang spontan, seluruh ekspresi alami dari model akan tergambar lebih
murni. Lukisan ini juga menunjukkan pengaruh Edvard Munch pada karya Kirchner, karena
komposisi lukisan ini tampaknya didasarkan dari apresiasinya terhadap karya Puberty (1892)
oleh Munch.

Affandi

Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis yang terkenal dengan teknik khas menumpahkaan
cat dari tube-nya langsung pada kanvas. Ia menyebut dirinya sendiri sebagai “Pelukis Kerbau”
yang secara eksplisit berarti terlalu bodoh untuk menjadi seniman. Namun dalam perjalanan
karirnya ia tetap mampu memahami dan menggeluti bidang seni rupa. Ia lebih senang
mempelajari sesuatu dengan cara langsung terjun menggelutinya.

Ia adalah seniman yang pengaruhnya cukup besar pada perkembangan seni rupa Indonesia.
Affandi juga sempat ikut andil dalam perjuangan negeri ini dalam meraih kemerdekaannya
melalui dunia seni. Ikuti kisah selengkapnya disini: Affandi – Biografi, Aliran & Analisis Karya
Lukis.

Lukisan Ekspresionis Potret Diri (Affandi) & Analisisnya

Potret Diri, oleh Affandi


Potret diri adalah salah satu tema yang paling sering dibawakan oleh Affandi. Lukisan ini
meletakan fokusnya pada wajah sosok laki-laki tua yang merupakan dirinya sendiri. Komposisi
lukisan terdiri dari garis-garis melengkung, bergelombang, tebal, berantakan dan bertekstur
kasar. Warna yang digunakan sangatlah kontras dan hangat.

Lukisan itu menggambarkan sang seniman, dalam suasana hati yang sangat spiritual dan
emosional (berkontemplasi, bukan marah). Subjeknya adalah cerminan diri yang sudah tua
karena memiliki rambut putih dan kepala yang hampir botak. Potret tampak sedang menghisap
pipa tembakau, yang bisa jadi menunjukan insting self destruction yang makin menjadi pada
usianya yang sudah tidak lagi muda. Meskipun begitu melalui tumpahan catnya, ia masih
menunjukkan gairah estetis yang membara pada masa tuanya.

Affandi adalah seorang pelukis ekspresionis yang terkenal melalui teknik khas menumpahkaan
cat dari tube-nya langsung pada kanvas, kemudian menyapukan sebagian cat dengan jari-jarinya.
Affandi menyebut dirinya sendiri sebagai “Pelukis Kerbau” yang tak mau baca teori. Namun
dalam perjalanan karirnya ia tetap mampu memahami dan menggeluti bidang seni rupa. Ia lebih
senang mempelajari sesuatu dengan cara langsung terjun ke lapangan.

Affandi lahir di Cirebon, Hindia Belanda pada tahun 1907, putra dari R. Koesoema yang
berprofesi sebagai mantri ukur di pabrik gula Ciledug. Affandi lahir pada saat Indonesia masih
dibawah kekuasaan Belanda, sehingga sulit bagi keturunan pribumi biasa untuk mendapatkan
pendidikan yang tinggi. Affandi hanya menyelesaikan pendidikannya hingga AMS (Algemene
Middelbare School) setara dengan SMA.

Awal Karir

Affandi telah gemar menggambar dari semasa kecilnya. Affandi juga telah memperlihatkan
bakat seni-nya dari semenjak sekolah dasar. Namun ia baru benar-benar menggeluti dunia seni
lukis di sekitar 1940-an. Sulit bagi Affandi untuk memperoleh pekerjaan seni di masanya, masa
dimana Indonesia masih dikuasai oleh Belanda.

Awal karir Affandi diawali dengan menjadi seorang guru dan juru sobek karcis. Karena lebih
tertarik pada bidang seni lukis ia juga sempat menjadi penggambar reklame bioskop di salah satu
bioskop di Bandung. Namun pekerjaan tersebut tidak lama digelutinya.

Selain tidak mendapatkan pendidikan formal, Affandi juga bukan tipikal orang yang gemar
membaca. Ia lebih senang mempelajari berbagai hal dengan terjun langsung mengpraktikannya.
Hal ini dapat dilihat dengan aktifnya seniman yang satu ini dalam berbagai kegiatan organisasi
selama masa hidupnya.
Kelompok Lima Bandung

Pada tahun 1930 ia bergabung dengan kelompok Lima Bandung, yaitu kelompok lima orang
pelukis yang berada di Bandung. Sekumpulan orang yang semuanya memiliki andil besar dalam
perkembangan seni rupa Indonesia. Lima pelukis tersebut adalah: Barli Sasmitawinata,
Sudarso, Hendra Gunawan, Wahdi dan Affandi sebagai pimpinan kelompok tersebut. Dapat
dilihat meskipun Affandi adalah tipikal orang yang tidak suka belajar teori, ia adalah praktisi
yang handal dalam berorganisasi hingga dipercaya sebagai pimpinan kelompok.

Kelompok Lima Bandung memiliki pengaruh yang lumayan besar dalam perkembangan seni
rupa di Indonesia. Namun berbeda dengan kelompok serupa lainnya, Lima Bandung lebih fokus
terhadap kegiatan melukis dan belajar bersama antar pelukis. Tidak se-formal kelompok lain
seperti Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Kegiatan tersebut sangat cocok untuk
Affandi yang kurang menyukai pendidikan formal namun tetap dapat belajar dan saling
memberikan pengaruh satu sama lain antar seniman.

Pameran Tunggal Pertama

Tahun 1943, Affandi berhasil menggelar pameran tunggal pertamanya di Gedung Poetera
Djakarta. Saat itu Jepang sedang menduduki kekuasaan Indonesia, setelah berhasil merebut
kekuasaan Belanda. Empat Serangkai proklamator kemerdekaan Indonesia yang terdiri dari
Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan Kyai Haji Mas Mansyur ikut ambil
bagian dalam pameran tersebut.

Mereka memimpin Seksi Kebudayaan Poetera, atau Poesat Tenaga Rakyat. Dalam Seksi
Kebudayaan tersebut Affandi juga ikut berpartisipasi sebagai tenaga pelaksana. Tokoh penting
Indonesia lain, yaitu S. Soedjojono juga ikut andil sebagai penanggung jawab, Ia adalah orang
yang berhubungan langsung dengan dengan Soekarno.

Era Proklamasi

Tahun 1945 menjadi tahun yang sangat penting bagi Indonesia. Saat itu semua tokoh
kemerdekaan tengah sibuk untuk mempersiapakan proklamasi kemerdekaan. Termasuk para
seniman dan budayawan yang ikut mempersiapkan berbagai propaganda positif untuk
menyerukannya ke seluruh negeri. Tembok-tembok dipenuhi kata-kata penyeru kemerdekaan
seperti “Merdeka atau mati” yang dikutip dari pidato Bung Karno.
Affandi sebagai salah satu seniman yang aktif berkarya bersama Empat Serangkai ikut ambil
bagian. Ia mendapatkan bagian untuk membuat poster yang dapat menyerukan serta menggalang
seluruh masyarakat Indonesia dalam proklamasi kemerdekaan. Poster itu berupa gambar
seseorang yang dirantai dan berhasil memutuskannya sambil mengibarkan bendera merah putih.
Gambar simbolis yang blak-blakan dalam pesannya. Dibawahnya terdapat tulisan “Boeng, Ajo
Boeng!” (Bung, Ayo Bung!) yang menyerukan semangat bagi rakyat untuk turut menyukseskan
kemerdekaan.

Poster Boeng Ajo Boeng, oleh Affandi. dgi.or.id

Kata-kata tersebut diperoleh dari Penyair ternama Chairil Anwar. Saat itu Affandi berkonsultasi
pada Chairil mengenai kata-kata yang tepat untuk ditaruh pada posternya. Rupanya kata-kata itu
terinspirasi dari ucapan yang biasa digunakan oleh pekerja seks komersil yang menawarkan
dirinya pada zaman itu. Meskipun datang dari ucapan yang sebetulnya kontroversial, namun
Penyair era 45 itu tahu bahwa ajakan tersebut dapat mengandung makna yang positif dengan
konteks yang benar. Kata ajakan yang sederhana sekaligus kuat untuk disebarkan ke seluruh
negeri.
Beasiswa Santiniketan

Bakat melukis Affandi mendapat banyak perhatian dari dunia, salah satunya adalah dari India. Ia
mendapatkan tawaran Beasiswa sekolah melukis dari Akademi Santiniketan. Affandi menerima
tawaran tersebut, namun setibanya disana ia ditolak dalam program beasiswa tersebut. Alasannya
karena pihak Santiniketan menganggap bahwa Affandi tidak memerlukan pelatihan melukis lagi.

Akhirnya biaya beasiswa itu digunakan untuk menggelar pameran-pameran di negeri tersebut. Ia
mengadakan pameran keliling India. Ia tinggal disana selama dua tahun untuk terus melukis dan
anggap saja mengikuti program residensial, karena ia tidak jadi untuk bersekolah disana.
Disanalah namanya semakin menggema di dunia sebagai salah satu pelukis terbaik dari
Indonesia.

Pameran Keliling Eropa

Pada tahun 1951 hingga 1977, ia mengadakan pameran keliling di negara-negara Eropa. Affandi
ditunjuk oleh pemerintah Indonesia untuk menjadi wakil Indonesia dalam pameran Internasional
di Brazili dan Venezia tahun 1954. Ia berhasil memenangkan hadiah pertama di San Paolo. Pada
tahun 1957, ia mendapat tawaran program residensial dari Amerika Serikat untuk mempelajari
metode pendidikan seni di sana selama empat bulan. Affandi juga sempat menggelar pameran
tunggal di World House Gallery, New York.

Pada tahun 1962, ia mendapatkan gelar guru besar kehormatan dari Ohio State University. Ia
mengajar mata kuliah seni lukis di universitas tersebut. Selang tujuh tahun pada tahun 1969, ia
menerima anugerah seni dan medali emas dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia. Pemerintah juga mengangkatnya menjadi anggota kehormatan untuk seumur hidup di
Akademi Jakarta. Pada tahun yang sama pula, ia dipilih untuk menjadi ketua IAPA (International
Art Plastic Association) perwakilan Indonesia. IAPA adalah badan seni international di bawah
naungan UNESCO.

Penghargaan

Affandi kemudian Menerima gelar kehormatan Doctor Honoris Causa dari University of
Singapore pada tahun 1974. Tak berhenti disana saja pada tahun 1977, ia menerima hadiah
perdamaian International dari Yayasan Dag Hammerskoeld. Kemudian ia juga memperoleh gelar
Grand Maestro dari San Marzano Florence, Italia. Ia juga sekaligus diangkat menjadi anggota
Komite hak-hak asasi manusia dari Diplomatic Academy of Peace PAX MUNDI di Castello
ditempat yang sama. Sepulangnya dari Itali, ia mendapat undangan dari Raja Arab Saudi untuk
menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Maryati.
Pada tahun 1978, ia menerima penghargaan piagam tanda kehormatan Bintang Jasa Utama dari
Presiden Indonesia yang menjabat pada orde tersebut, yaitu Presiden Soeharto. Penghargaan
tersebut diberikan atas jasa-jasanya yang besar terhadap negara dan bangsa Indonesia secara
umum, termasuk bidang seni. Tahun 1984 Affandi menggelar pameran bersama di Houston,
Texas, Amerika Serikat, berbarengan dengan pelukis besar Indonesia lainnya: S. Sudjojono
dan Basuki Abdullah.

Tahun 1986, Affandi diangkat menjadi Anggota Dewan Penyantun Institut Seni Indonesia (ISI)
Yogyakarta. Pada tahun 1987, ia mengadakan pameran tunggal pada ulang tahunnya yang ke-80.
Pameran tersebut sekaligus menjadi peresmian penggunaan gedung pameran seni rupa milik
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang terletak di jalan Medan Merdeka Timur, Gambir
Jakarta, yang kini telah berganti nama menjadi Galeri Nasional.

Meskipun telah mendapatkan banyak penghargaan Affandi tetap memiliki pemikiran yang
sederhana dan bersikap low profile. Bahkan ketika kritikus Barat menyatakan bahwa lukisan
Affandi memberikan perspektif baru pada aliran ekspresionisme, ia malah balik bertanya “Aliran
apa itu?”. Ia juga sering menyebut dirinya sendiri sebagai “Seniman Kerbau” yang secara
implisit menyebut dirinya sendiri terlalu rendah untuk disebut sebagai seniman. Ia juga sering
mengatakan bahwa ia lebih pantas untuk disebut sebagai tukang gambar.

Kematian

Sejak tahun-tahun tersebut kesehatannya mulai sering terganggu, bahkan kehadirannya pada
pembukaan pameran ia sudah menggunakan kursi roda. Namun, semangatnya untuk melukis tak
kunjung padam. Pada pembukaan itu Ia mendemostrasikan cara melukis potret diri yang disebut
tenggelam di pusaran tujuh mata hari. Karya itu kemudian dihadiahkan kepada Pemerintah
Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang diterima oleh Prof. Dr.
Fuad Hassan.

Affandi kembali mendapatkan penghargaan dari Badan Koordinasi Kesenian Nasional Indonesia
(BKKNI) yang prosesinya dilakukan di Istana Negara dan diberikan langsung oleh Presiden
Soeharto. Affandi saat itu masih menggunakan kursi roda karena kesehatannya kian menurun.
Penghargaan tersebut berlanjut dengan dibangunnya Museum Affandi, di sisi kali Gajah Wong
Yogyakarta dan sempat dikunjungi oleh Presiden Soeharto bersama tamu negara dari Malaysia,
Dr. Mahathir Mohammad.
Karya Affandi

Karya Affandi yang ditinggalkan sangatlah banyak. Affandi adalah seniman yang sangat
produktif dan telah menghasilkan lebih dari 2000 lukisan semasa hidupnya. Ia dikategorikan
menganut aliran ekspresionisme oleh banyak kritikus. Meskipun begitu, awal karirnya dimulai
dengan lukisan yang mencirikan aliran realisme yang masih sedikit dipengaruhi oleh
romantisisme.

Aliran ekspresionisme

Aliran Ekspresionisme adalah aliran yang mengusung ide bahwa seni muncul dari dalam diri
seniman, bukan dari penggambaran alam dunia disekitarnya. Meskipun asalnya tetap dari alam
disekitarnya, namun seniman memiliki ingatan dan cara pandang tersendiri yang kemudian
diekspresikan pada karyanya. Seniman ekspresionis lebih fokus pada ekspresi tersebut dan
menghiraukan berbagai teori dan teknik penciptaan. Terdengar tidak mengherankan jika Affandi
dilansir sebagai seniman ekspresionis yang hebat, karena gaya berkeseniannya sendiri memang
sudah seperti itu.

Lukisan Penting Karya Afandi

1. Ibuku (1941)

buku, oleh: Affandi. galeri-nasional.or.id


Lukisan berjudul “Ibuku” belum menggunakan ciri khas Affandi yang membuatnya terkenal.
Namun lukisan ini menjadi catatan yang penting, bahwa meskipun Affandi mengabaikan teknik
pada karya ekspresionisnya, ia dapat melakukan teknik lukis realistik (naturalis tepatnya). Sosok
ibunya sendiri yang sudah tua digambarkan mengenakan pakaian sehari-harinya. Namun ibunya
berpose anggun seperti pada lukisan-luksan era renaisans – romantisisme. Tangannya ditaruh di
pundaknya, menunjukkan bahwa Affandi mengerti mengenai pose potret yang dianggap indah
untuk menunjukkan sosok potret perempuan berdasarkan teknik lukis Barat.

Sapuan kuasnya sudah tampak sangat berani dan menunjukkan bahwa ia sudah terbiasa untuk
melukis lukisan yang tampak natural dan mirip aslinya. Ekspresi wajahnya menimbulkan enigma
yang selalu mempertanyakan perasaan apa yang sedang dirasakan oleh sang Ibu. Sedih? Marah?
atau memang raut wajahnya saja yang sudah menggambarkan manis-pahitnya kehidupan yang
telah dijalaninya.

2. Potret Diri & Topeng-topeng Kehidupan (1961)

Potret Diri dan Topeng-Topeng Kehidupan, oleh: Affandi


Affandi terkenal karena karya figuratifnya, terutama pada tahun 1960-an. Ia senang bermain
dengan tema pertunjukan wayang topeng dan peran stereotip dari karakter bertopeng. Presentasi
subjek topeng dapat meperlihatkan kepribadian tertentu dengan disposisi yang apik dari potret
dirinya sendiri. Penekanan estetikanya melalui sapuan cat yang dinamis dan khas (menumpahkan
cat langsung dari tube) diiringi dengan pilihan palet warna yang kelam semakin menjadi
identitasnya.

Baginya potret diri terkadang menjadi perwakilan dari manusia. Ia menggunakan potretnya
karena ingin melukis walaupun tidak memiliki subjek sebagai referensi. Maka, potret dirinya
sendirilah yang di lukis. Topeng-topeng kehidupan bisa menjadi representasi ide spiritualnya
sendiri yang merasa bahwa mendapatkan godaan dan bisikan dari setan. Kelemahannya sebagai
manusia yang tidak kuasa melawan godaan dituangkan dalam lukisan ini.

Meskipun bisa jadi kita memproduksi makna lain seperti mungkin topeng-topeng tersebut adalah
kegetiran di masa tenarnya. Orang-orang “bertopeng” kian menghampiri hanya untuk
memanfaatkan ketenarannya saja. Muak akan hal itu ia tidak mengutarakannya secara langsung,
tetapi membicarakannya melalui lukisannya.

3. Potret Diri (1981)

Potret Diri, oleh Affandi. galeri-nasional.or.id


Potret diri adalah salah satu tema yang paling sering dibawakan oleh Affandi. Lukisan
didominasi oleh wajah seorang tokoh laki-laki. Lukisan ini berfokus pada wajah sosok laki-laki
yang merupakan dirinya sendiri. Terdiri dari garis-garis melengkung, bergelombang, tebal,
berantakan dan bertekstur kasar. Warna yang digunakan sangat kontras dan hangat.

Lukisan itu menggambarkan sang seniman sendiri, dalam suasana hati yang sangat spiritual dan
emosional (berkontemplasi, bukan marah). Subjeknya adalah cerminan diri yang sudah tua
karena memiliki rambut putih dan kepala yang hampir botak. Potret tampak sedang menghisap
pipa tembakau, yang bisa jadi menunjukan insting self destruction yang makin menjadi pada
usianya yang sudah tidak lagi muda. Meskipun begitu melalui sapuan, atau tepatnya tumpahan
catnya, ia masih menunjukkan gairah estetis yang membara.

Affandi pernah berkata: “Motif yang paling aku hafal dan paling aku senangi ialah rupaku dhewe
yang elek, mirip Sukrasana ini,” Ia terus menerus mengulang-ulang menggambar Potret
wajahnya sendiri hingga puluhan kali. Namun setiap potret wajah memiliki ekspresi yang
berbeda, meskipun masih dalam satu teknis yang hampir sama.

Terdapat catatan yang Affandi tulis sendiri tentang lukisan potret diri yang berjudul Oongkol
(1946) Ia menulis menulis: “Pernah terdjadi, bahwa saja beberapa bulan tida bisa melukis,
walaupun tiap pagi saja pergi untuk melukis. Pada suatu hari saja pulang kerumah dengan tangan
hampa, tida dapat lukisan. Merasa marah dongkol, sekonjong-konjong lihat dalam katja muka
saja sendiri dengan expressi dongkol ini. Itu waktu djuga lukisan dibikin. Aneh, berbulan2 tida
dapat motiet, sekonjong motiet dekat sekali, muka sendiri”

Referensi

1. Saylor.org. Expressionism. https://www.saylor.org/site…


2. Arsip Galeri Nasional, http://arsip.galeri-nasional.or.id/pelaku_sen…
Kubisme

Pengertian Kubisme

Kubisme adalah aliran seni rupa yang memuat beberapa sudut pandang dari suatu objek atau
figur dalam satu gambar yang sama, sehingga menghasilkan lukisan yang terfragmentasi dan
terdeformasi. Aliran ini juga seakan memecah gambar melalui penyederhanaan objek hingga
menyerupai bentuk geometris. Suatu lukisan potret dapat terdiri dari angle samping dan angle
depan secara bersamaan sehingga menghasilkan kejanggalan yang artistik.

Sejarah Kubisme

Kubisme bermula di sekitar tahun 1907 ketika Picasso mulai menggunakan gaya ini dalam karya
berjudul “Demoiselles D’Avignon”. Karya ini disebut sebagai prototype atau karya pra-
Kubisme. Dalam karya ini sudah tampak berbagai ciri-ciri aliran kubisme seperti distori yang
radikal pada hidung, latar yang terfragmentasi dan mata yang posisinya janggal namun
memberikan ekspresi artistik. Georges Braque yang melihat lukisan itu di studio Picasso tertarik
dan menanggapi gaya yang digunakan Picasso dengan mengeksplorasi gaya yang serupa.

Demoiselles D’vignon, karya Pablo Picasso. diperoleh dari: pablopicasso.org


Akhirnya aliran ini tercipta melalui eksperimen mereka berdua, Pablo Picasso dan Georges
Braque. Kolaborasi erat antara Picasso dan Braque dimulai pada tahun 1909 dan memiliki
dampak penting untuk asal-usul aliran kubisme. Kedua seniman ini bertemu secara teratur untuk
membahas perkembangan eksperimen mereka. Keduanya tinggal di bagian Montmartre
bohemian di Paris pada tahun-tahun sebelum dan selama Perang Dunia I. Hal itu membuat
kolaborasi mereka lebih mudah untuk dilakukan.

Asal-Muasal Penamaan Aliran Kubisme

Lalu kenapa aliran ini sendiri disebut Kubisme? Nama aliran Kubisme berasal dari komentar
yang dibuat oleh kritikus Louis Vauxcelles ketika melihat beberapa lukisan Georges Braque
yang dipamerkan di Paris pada tahun 1908. Ia mendeskripsikan lukisan Braque
menyederhanakan objeknya menjadi bentuk geometris sehingga tampak kekubus-kubusan; cube
(cubist). Istilah itulah yang menyebar ketika aliran ini semakin mendapatkan perhatian publik.

Inspirasi dan Pengaruh

Kubisme dapat dikatakan dipengaruhi dan terinspirasi oleh karya-karya Paul Cezanne, hingga
salah satu fase awalnya disebut Cezzanian Cubism. Karya Cezanne sudah tidak memperhatikan
perspektif yang akurat. Sehingga karya yang ia lukis tidak memiliki perspektif yang konsisten,
beberapa objek tampak ganjil karena tidak adanya perspektif yang jelas. Namun itu adalah salah
satu hal yang membuatnya tampak lebih menarik dibandingkan dengan karya klasik yang pada
masa itu sudah dianggap terlalu datar.

Pablo Picasso juga terinspirasi oleh topeng-topeng dari suku Afrika. Gaya yang digunakan untuk
membuat topeng-topeng tersebut sangat tidak natural/realistik, penuh distorsi namun tetap
menghadirkan citra manusia yang hidup. Picasso sempat berkata: “Wajah terdiri dari mata,
hidung dan mulut yang dapat didistribusikan dengan cara apa pun sesuai dengan keinginan
Anda’. Artinya bisa saja kita menggambar mulut di atas hidung dan mata dibawah hidung, jika
kita menginginkannya. Itu adalah salah satu cara pandang Kubisme yang penting untuk di garis
bawahi.

Jenis Kubisme

Aliran kubisme berkembang dalam dua fase yang berbeda. Fase pertama adalah Kubisme
Analitik (Analytics Cubism), dan fase selanjutnya adalah Sintesis (Synthetic Cubism). Namun
tahapan Kubisme ini masih diperdebatkan dan terus diperbarui hingga hari ini. Beberapa
pendapat Ahli lain mengatakan bahwa Kubisme memiliki tiga bahkan empat fase. Satu fase
sebelum Analitik, dan satu lagi setelah Sintesis. Jenis-jenis aliran Kubisme tersebut adalah:
Kubisme Cezannian / Cezannian Cubism (1908 – 1909)

Ini adalah fase awal dari Kubisme, yang masih mentah-mentah terinspirasi dari karya-karya
Cezanne. Pandangan retrospektif terhadap Cezanne banyak mengilahmi seniman-seniman untuk
mengambil sisi positif dari karyanya. Salah satunya adalah kebebasan perspektif yang dapat
membuat karya lebih dinamis dan tidak hanya mengimitasi alam.

Kubisme Analitik / Analytics Cubism (1910 – 1912)

Disebut analitik karena pada fase ini Kubisme berkembang dengan cara yang sangat sistematis.
Karya didasarkan pada observasi objek dalam konteks latar belakang dan eksplorasi berbagai
sudut pandangnya. Picasso dan Braque membatasi subjek mereka pada genre potret tradisional
dan still life. Mereka juga membatasi palet mereka pada warna bumi (earth tone) dan abu-abu
yang dimatikan untuk mengurangi kejelasan antara bentuk figur dan objek yang terfragmentasi.

Kubisme Sintesis / Synthesis Cubism (c.1912 – c.1914)

Pada tahun 1912 Picasso dan Braque mulai memperkenalkan unsur-unsur asing ke dalam
komposisi mereka. Picasso menambahkan wallpaper yang mirip anyaman pada karyanya yang
berjudul: Still Life with Chair-Caning (1912). Braque menempelkan guntingan koran ke
kanvasnya, memulai eksplorasi gerakan kolase. Intinya fase ini disebut Sintesis karena mereka
mulai menyusun dan menggabungkan benda non cat pada lukisannya.

Kubisme Kristal / Crystal Cubism (1915 – 1922)

Kubisme kristal adalah bentuk penyederhanaan dari berbagai fase sebelumnya. Pada fase ini
kubisme ditekankan terhadap bidang geometris datar yang saling tumpang tindih (juxtaposed).
Disini kubisme menjadi lebih dekat pada abstrak formalistik, karena bentuk nonrepresentatif
geometris hampir mengontrol seluruh elemen karya seni.

Ciri-Ciri Aliran Kubisme

1. Menggunakan beberapa perspektif sekaligus dalam satu gambar, sehingga menunjukkan objek
dari berbagai sudut pandang.
2. Melakukan deformasi dan dekonstruksi terhadap objek yang di lukis (mulut diatas mata, hidung
dibawah, dsb).
3. Menyederhanakan objek menjadi mirip dengan bentuk geometris (hidung seperti segitiga, siku
seperti trapesium, dsb).
4. Mengeksplorasi bentuk terbuka, membiarkan ruang mengalir melalui bentuk, memadukan latar
belakang ke objek didepannya.
5. Pada fase kedua Kubisme (Synthetic Cubism) seniman kubisme banyak menggunakan benda
sehari-hari sebagai tanda abstrak (potongan koran, dsb).

Seniman Penting & Contoh Karya Kubisme

Georges Braque

Georges Braque berada di garis depan gerakan seni revolusioner Kubisme. Karya Braque
sepanjang hidupnya berfokus pada objek still life dan cara melihat objek dari berbagai perspektif
melalui warna, garis, dan tekstur. Ia disebut-sebut sebagai pencetus dan pengembang utama dari
Kubisme, meskipun Picasso yang lebih mempopulerkannya ke publik.

Braque memulai pergerakan seninya sebagai anggota Fauvisme, ia mulai mengembangkan


Kubisme setelah bertemu dengan Pablo Picasso. Bahkan dalam suatu fase lukisan-lukisan
mereka memiliki banyak kesamaan dalam warna, gaya, dan tema. Namun Braque menyatakan
bahwa tidak seperti Picasso, karyanya lebih cenderung terhadap komposisi murni dari ruang dan
gambar. Berbeda dengan Picasso yang menggunakan figur dan objek sebagai Tanda Ikon.
Braque mencari keseimbangan dan harmoni dalam komposisinya, terutama melalui papier
collés, teknik kolase kertas yang ditemukan berbarengan dengan eksperimennya terhadap
Kubisme di tahun 1912.
Contoh Karya Aliran Kubisme: Bottle and Fishes (1910-12) dan Analisisnya

Bottle and Fishes (1910-12) oleh Georges Braque

Ciri-ciri kubisme sangat terasa pada lukisan ini. Objek-objek seperti ikan terfragmentasi, bagian
setengah kepala dibawah, sisanya diatas. Beberapa objek yang dilukis pun tampak terbuka dan
menyatu dengan latar belakang. Penyederhanaan bentuk juga sangat kental terjadi, berbagai
objek di lukisan ini tampak hanya seperti bentuk geometris yang saling menumpuk satu sama
lain. Botol tampak berfungsi sebagai satu-satunya jembatan ke gambar representatif dalam dunia
deformatif yang radikal tersebut.

Braque menggambar botol dan ikan sepanjang karier melukisnya. Lukisan ini adalah salah satu
contoh dari Analytic Cubism, fase awal kolaborasinya mengembangkan kubisme bersama
Picasso. Lukisan ini memiliki karakteristik palet warna earth tone yang ringan, sehingga
menghasilkan citra yang lembut meskipun objek yang dilukis terhitung berantakan dan banyak.
Tekstur sapuan kuas yang dinamis mengisi berbagai potensi kekosongan pada unsur lukisan yang
besar dan luas. Komposisinya yang rapi dengan menggunakan objek vertikal yang bertumpu
pada tumpuan horizontal ikut membantu menyeimbangkan lukisan ini.

Pablo Picasso

Pablo Picasso adalah seniman paling dominan dan berpengaruh pada paruh pertama abad ke-20.
Terutama karena perintisan Kubismenya bersama Georges Braque. Ia juga disebut sebagai
penemu teknik kolase dan memberikan kontribusi besar pada aliran Simbolisme dan Surealisme.
Meskipun karya utamanya adalah lukisan, namun patungnya juga sangat berpengaruh, dan dia
juga menjelajahi berbagai media dan bidang lain seperti seni grafis dan keramik. Picasso
memiliki kepribadian karismatik, sehingga mudah baginya untuk menjadi semakin terkenal.

Picasso dipengaruhi oleh Paul Cézanne dan Henri Rousseau, hingga seni prasejarah dan kira-
kriya suku Afrika. Picasso banyak meminjam struktur dan imaji-imaji pengaruhnya tersebut
membawanya menuju Kubisme, di mana ia mendekonstruksi konvensi perspektif mapan ala
Renaisans. Inovasi-inovasi ini akan memiliki konsekuensi yang luas untuk hampir semua seni
modern, merevolusi sikap seniman terhadap penggambaran bentuk dan ruang.

Pendalaman Picasso pada Kubisme juga akhirnya membawanya ke penemuan teknik kolase, di
mana ia meninggalkan gagasan gambar sebagai jendela pada benda-benda di dunia. Ia mulai
menganggapnya hanya sebagai susunan tanda-tanda yang digunakan dengan cara berbeda.
Terkadang objek tersebut hanya berupa ikon (representasi langsung), terkadang juga menjadi
simbol. Buah pemikiran ini juga akan sangat berpengaruh selama beberapa dekade kedepan dari
era Kubisme.
Contoh Karya Pablo Picasso: Guernica dan Analisisnya

Contoh lukisan kubisme Guernica oleh Picasso

Guernica (1937) karya Pablo Picasso adalah salah satu lukisan paling terkenal sepanjang masa.
Seperti banyak karya seni terkenal lainnya, makna lukisan ini tidak jelas dan dibiarkan terbuka
lebar untuk ditafsirkan. Guernica adalah kota kecil di Spanyol utara yang menjadi sasaran latihan
pemboman oleh Luftwaffe Jerman selama Perang Saudara Spanyol.

Melihat kebiasaan Picasso yang sering menggunakan tanda metafor, kemungkinan besar lukisan
ini menampilkan banyak simbol, seperti banteng, kuda, dan seorang pria dengan pedang.
Berbagai objek dan figur tersebut tampaknya memperlihatkan adegan adu banteng. Olahraga
tradisional yang ekstrim ini secara tidak langsung adalah simbol dari Spanyol.

Tapi Guernica tidak menggambarkan kemenangan matador melawan banteng seperti pada karya
umumnya. Alih-alih lukisan ini menggambarkan kekalahan. Banteng tampak berdiri tegak dan
dielukan kemenangannya. Sementara di sebelahnya tampak seorang matador tergeletak dengan
pedang patah di tangan. Di sisi lain, kudanya sekarat dan tampak kesakitan. Picasso seperti ingin
mengatakan bahwa Bangsanya (Spanyol) telah kalah oleh bangsanya sendiri dan semua pihak
menderita; perang saudara. Perang hanya menyisakan manifestasi dari ego akan kekuasaan itu;
Banteng, sosok antagonis yang seharusnya dikalahkan oleh sang Matador.

Diperkuat oleh pernyataan-pernyataan Picasso, tema utama Guernica adalah perang. Ia


menyajikan gambaran tentang dampak perang yang menghancurkan. Picasso menyelesaikan
Guernica pada tahun 1937 ketika kekisruhan politik meluas tidak hanya di Spanyol, tetapi di
seluruh dunia. Perang Dunia II dimulai hanya beberapa tahun setelah lukisan ini selesai dibuat.
Di Guernica, banyak korban berjatuhan, bahkan beberapa masih hidup dalam penderitaan. Hal
itu sesuai dengan gambaran yang ada di lukisan ini. Sosok terlentang di lukisan ini yang tampak
seperti mayat dan di dibingkai oleh korban yang masih hidup namun terluka parah dan kesakitan.
Kepalanya digambarkan terlempar ke belakang sambil meratap kesakitan. Sosok di sebelah kiri
adalah seorang ibu yang menggendong bayi yang tampaknya telah meninggal dalam tragedi
kemanusiaan tersebut.

Juan Gris

Juan Gris adalah satu-satunya seniman yang cukup berbakat untuk membuat Picasso merasa
terancam. Gaya kubismenya dibangun di fondasi Kubisme awal namun selanjutnya ia mengarah
ke arah kubisme baru. Sebagai anggota dari kelompok seniman avant-garde di Paris, Gris
mengadaptasi eksperimen Pablo Picasso dan Georges Braque. Lukisan-lukisan Gris unik,
berbeda dari seniman lainnya karena latar belakangnya sebagai ilustrator, ia terbiasa bermain
dengan elemen-elemen desain yang biasa digunakan untuk membuat gambar komersial.

Berbeda dengan Kubis lain, tujuan utama Gris adalah untuk memanjakan mata. Seperti yang
dikatakan oleh seniman itu sendiri, ‘Saya lebih suka emosi yang memperbaiki aturan’. Terlepas
dari perlakuan yang sama radikalnya terhadap ruang dan objek, komposisi Gris tetap seimbang,
palet yang dipilih adalah warna-warna yang terang, dan subjek yang sering digunakan adalah
tema avant-garde. Seperti Picasso dan Braque, ia juga mulai menempelkan kertas koran dan
iklan ke dalam karyanya. Ciri khasnya dalam teknik kolase adalah ia meninggalkan potongan
iklan/koran yang lebih besar, seolah-olah tetap ingin menjaga integritas informasi aslinya.

Contoh Karya Kubisme Harlequin with a Guitar dan Analisisnya

Harlequin with a Guitar oleh Juan Gris


Lukisan ini adalah karya favorit mentor Gris, Picasso. Harlequin adalah karakter utama di
commedia dell’arte (teater topeng yang berasal dari Italia abad ke-16) dan seorang penipu
dengan kecenderungan untuk bertindak semaunya sendiri. Harlequin adalah subjek yang sering
diangkat dalam bidang seni, muncul di sekitar 40 karyanya yang dibuat dari 1917 hingga 1925.

Di sini, latar belakangnya sebagai ilustrator terlihat di mata dan mulut subjek yang kekartun-
kartunan. Garis-garis grafik cerah yang menelusuri sosok dan kostumnya juga ikut memperkuat
kesan poster komersial yang muncul. Nada warna yang hangat dan subjek yang akrab
memberikan harmoni yang artistik. Jari-jari tangan kanan Harlequin berfungsi ganda sebagai
kontur gitar memperlihatkan kecerdasan visual Juan Gris.

Referensi

1. Richardson, John. (1971). Cubism and Logic di Modern Art and Scientifict THOUGHT. Hlm.
107-127. University of Chicago Press. Di akses tanggal 30-07-2019.
2. Sgourev, Stoyan. (2013). How Paris Gave Rise to Cubism (and Picasso): Ambiguity and
Fragmentation in Radical Innovation. Organization Science. 24. 1601-1617.
10.1287/orsc.1120.0819. Di akses tanggal 29-07-2019.
3. Golasarium Istilah Seni dari Tate Gallery. https://www.tate.org.uk/art/art-terms/c/cub…. Di
akses tanggal 30-07-2019.
Dadaisme

Pengertian Dadaisme

Dadaisme adalah aliran yang tidak ingin membuat suatu karya indah secara fisik, namun
bermuatan kritik tajam, pesan perdamaian atau pesan sosial lain dengan cara membuat sindiran
tidak langsung, hingga ke ungkapan langsung yang provokatif terhadap kaum-kaum yang
dianggap memberikan pengaruh negatif pada kelangsungan hidup manusia

Aliran dadaisme menggunakan tema-tema yang bertentangan dengan seni tinggi Eropa yang
dianggap sebagai aliran mainstream pada masa itu. Mereka menggunakan tema-tema yang
mengerikan, terkadang justru kekanak-kanakan atau naif, hingga ke tema-tema mistis yang
menyeramkan, atau apapun yang tidak menunjukan keindahan estetis bergaya seni yang telah
mapan sebelumnya.

Ciri-ciri Dadaisme

1. Mengandung imaji yang cenderung tidak indah, kotor dan provokatif.


2. Memuat pesan yang mempertanyakan kembali arti seni, peran seniman dan estetika secara
umum.
3. Menyampaikan seruan anti perang melalui satir atau sindirian tidak langsung terhadap
kekejaman perang.
4. Berisikan pesan anti kaum borjuis yang pada masa itu dianggap menyebabkan Perang Dunia I
5. Menggunakan objek-objek “readymade” atau sesuatu yang telah ada, seperti objek
sehari-hari yang ada disekitar kita: gelas, toilet, sendok, dll. Objek tersebut di susun atau
dirangkai menjadi karya seni seperti kolase, patung dan instalasi.

Dadaisme adalah aliran yang sangat terikat dengan konteks sejarahnyanya, aliran ini tidak fokus
pada pengembangan gaya alirannya sendiri, melainkan pada gerakan sosial yang dilakukan
dengan latar Perang Dunia I. Sehingga salah satu hal yang harus dilakukan untuk lebih
memahami aliran ini adalah dengan mengikuti latar belakang sejarah yang membentuknya.

Sejarah Dadaisme

Revolusi Industri pada awal abad ke-20 di Eropa sangat berdampak besar bagi kemajuan
kehidupan umat manusia. Dalam dunia seni pun terjadi revolusi penting yang dilakukan para
seniman terhadap tradisi seni Eropa. Tradisi yang selama itu merupakan arus besar (mainstream)
dianggap tidak mampu lagi membuka kemungkinan baru dalam berkesenian dan para seniman
Namun era revolusi industri ini juga membawa pengaruh negatif. Yaitu diproduksinya mesin-
mesin perang yang semakin canggih seperti senapan laras panjang, meriam jarak jauh, tank baja.
Ironisnya, penciptaan mesin-mesin pembunuh tersebut diatasnamakan kemajuan teknologi pula.

Perang Dunia I pada tahun 1914 yang menelan korban sebanyak 10 juta orang di Eropa adalah
pemicu munculnya aliran Dadaisme. Dibalik cerita kelam itu, muncul berbagai asumsi dan
evaluasi objektif mengenai penyebabnya. Para seniman dada menganggap kaum borjuislah
yang membawa peradaban Eropa menuju kehancuran. Maka dari itu dilakukan penentangan
politik melalui seni yang diatasnamakan sebagai dada.

Sehingga selain anti perang, para seniman dada juga menyerukan gerakan seni anti kemapanan.
Yaitu mengkritik, hingga memaki-maki berbagai gaya seni dan karya seni lama yang cenderung
disukai dan dikoleksi oleh para kaum borjuis. Karena berbagai pandangan tersebut, akhirnya
aliran ini melahirkan paradigma berkesenian yang serbakacau, destruktif, nihilistis, absurd,
provokatif, dan bahkan antiseni.

Kelahiran Aliran Dadaisme

Dadaisme dimulai sekitar awal februari tahun 1916 di Zurich, Swiss saat terjadinya perang dunia
I (1914-1918). Swiss sebagai negara netral tidak terlibat perang dan menjadi tempat pengungsian
yang aman. Sekelompok pengungsi yang terdiri atas seniman dan budayawan seperti pelukis dari
Alsatia Jean Arp, penyair dan filsuf penting Jerman Hugo Ball, Richard Huelsenbeck, perupa
Marcel Janco, dan penyair Rumania Tristan Tzara mendirikan sebuah kabaret yang
dinamai Cabaret Voltaire di sebuah bar bernama Meierei.

Tempat yang disewa Ball ini dirancang sebagai pusat hiburan artistik dan merupakan tempat
berkumpulnya para seniman. Pelukis, penyair, penyanyi, penari, dramawan dari berbagai negara
yang terlibat perang mempertunjukkan kebolehannya masing-masing disana. Di tempat inilah
dada berkembang dan merambah ke semua gerakan seni lainnya, termasuk seni rupa. Dada lahir
sebagai reaksi dari kengerian perang dunia pertama.

Pengaruh Dadaisme

Seperti aliran lainnya, meskipun menggembor-gemborkan pesan antiseni, dadaisme cenderung


berjalan secara linier yang setiap babaknya merupakan kelanjutan dari aliran sebelum dan
sesudahnya, sehingga berhasil menjadi aliran mainstream yang baru. Aliran ini berhasil menjadi
antitesis dari aliran sebelumnya dan menjadi pengaruh bagi aliran yang muncul setelahnya.
Sylvester dalam Sulastianto (1993:9) menyebut adanya sisi konservatif yang berupaya
melestarikan nilai-nilai yang pernah tumbuh sebelumnya, dan ada sisi radikal yang merupakan
pengingkarannya justru melahirkan pendekatan beserta nilai-nilai estetis baru.

Sehingga adanya dua aliran seni yang saling bertentangan tersebut justru akan melahirkan suatu
pandangan baru yang dapat membawa seni rupa ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Dalam hal ini, dadaisme berkaitan dengan gerakan seni kubisme dan surealisme, kemudian
mempengaruhi gerakan seni setelahnya, seperti abstrak ekspresionisme, pop art pada era 1960an
hingga seni kontemporer abad 21.

Tokoh-tokoh Dadaisme

Francis Picabia

Dikenal sebagai “Papa Dada” yang berarti “Bapak Dadaisme” adalah salah satu tokoh utama
gerakan seni rupa Dadaisme di Paris dan New York. Ia adalah teman dekat Marcel Duchamp
yang merupakan salah satu tokoh penting dari aliran dadaisme. Francis terkenal dengan karya-
karyanya yang menggunakan gambar rancu, komik erotis, sparepart mesin hingga ke lukisan
berbasis teks yang mulai menggambarkan aspek seni konseptual.

Contoh Karya Dadaisme Very Rare Picture on the Earth dan Penjelasannya

Contoh lukisan dadaisme: very rare picture on earth


Very Rare Picture on the Earth adalah karya kolase pertama Picabia. Media karya ini terdiri dari
cat minyak dan cat besi, lembaran perak, lembaran emas dan kayu. Gambar tersebut bukanlah
gambar, sehingga sangat cocok untuk disebut sebagai “sangat jarang”, sesuai denga judul
karyanya yang berarti “gaambar yang sangat langka di bumi

Karya ini adalah representasi dari konsep Picabia yang ingin membuat simbolisme menggunakan
objek-objek mesin yang ada di dunia industri. Karya ini juga menunjukan bahwa sangat mungkin
bagi seniman untuk menggunakan simbolisme alternatif, diluar simbolisme-simbolisme klise
yang telah terlalu banyak digunakan, seperti hewan, alam dan mitos.

Marcel Duchamp

Duchamp menantang gagasan tentang apa itu seni dengan konsep readymade, yaitu objek sehari-
hari yang diproduksi secara massal. Objek-objek tersebut direnggut dari konteks awalnya lalu
diubah menjadi karya seni. Found object dari readymade di masa itu menjadi inovasi yang
mengejutkan bagi dunia seni, yang menganggap seorang seniman harus menciptakan semua
elemen karyanya dari awal, tanpa menggunakan barang yang sudah tersedia.

Marcel Duchamp juga menolak keberadaan keindahan biasa yang ia sebut dengan keindahan
retinal (keindahan visual) karena dianggap terlalu mudah untuk dihasilkan dan lebih memilih
untuk melakukan pendekatan yang lebih intelektual terhadap karya yang ia buat. Ia lebih
mengagungkan konsep dibalik karya seni. Karena pandangan ini juga, ia dinobatkan sebagai
bapak dari seni konseptual.
Contoh Karya Dadaisme L.H.O.O.Q (1919) dan Penjelasannya

Contoh karya dadaisme: LHOOQ oleh Marcel Duchamp

LHOOQ adalah salah satu contoh penggunaan konsep readymade Duchamp. Karya ini berupa
kartu pos bergambar lukisan monalisa (portrait of lisa gherardini) yang diberi kumis dan
janggut. Karya ini adalah salah satu contoh keabsurd-an dan kejenakaan yang biasa ditampilkan
oleh para seniman Dadaisme.
Memberikan elemen maskulin pada gambar lukisan monalisa yang merupakan potret seorang
perempuan seakan menguak berbagai issue gender yang tabu dan tak pernah selesai bahkan
hingga saat ini. Tidak ada pernyataan langsung dari Duchamp mengenai penafsiran tersebut,
namun melalui citra karya ini berbagai penafsiran mengenai issue kesetaraan gender dan
homosexual terbuka lebar.

Karya ini juga menentang seni tinggi Eropa dengan menyajikan imaji yang dianggap murahan
dan sepele, yang sebelumnya tidak akan digunakan pada tradisi seni klasik.

Hannah Hoch

Sangat sulit dan teritung langka bagi seorang perempuan untuk bisa aktif sebagai seniman di
masa ini, namun tidak bagi Hoch. Melihat fenomena itu, ia gencar mempromosikan gagasan
bahwa wanita juga dapat memasuki ranah kreatif kepada masyarakat umum.

Hoch secara eksplisit membahas masalah kesetaraan gender dan arti sosok wanita dalam
masyarakat modern. Teknik transformasinya terhadap elemen visual yang telah ada, lalu
mengintegrasikannya menjadi suatu kesatuan dalam karya baru adalah salah satu ciri khasnya
yang paling menonjol.

Ia menunjukan bahwa seniman tidak cukup hanya untuk piawai dalam menggambar saja,
melainkan harus mampu membuat komposisi yang padu padan dari berbagai gambar lain yang
ditemukan dimanapun. Teknik kolasenya adalah primadona dari seniman-seniman dada yang
lain.
Contoh karya Dada: Cut With the Kitchen Knife Through the Last Weimar Beer-Belly
Cultural Epoch in Germany (1919-20) & Analisis

contoh dadaisme: cut with the kitchen knife through the last weimar beer belly cultural epoch in
germany, oleh hoch hannah

Karya ini menunjukan kepiawaian Hanna dalam menyusun photo montage dari berbagai gambar
yang ia temukan (found object). Potongan kertas yang memuat gambar dan teks dari koran dan
majalah di susun sedemikian rupa hingga membentuk suatu kesatuan yang meskipun berantakan,
kusam dan berimaji kotor, tetap terlihat apik dan dinamis. Didalmanya terdapat berbagai pesan
berupa kolase teks misterus yang mengundang pertanyaan; teka-teki (enigmatik).

Referensi & Daftar Pustaka

1. Sulastianto, Harry. (2012). Dadaisme, Sebuah Revolusi Seni. Jurnal Ilmiah Universitas
Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI.
Surealisme

Pengertian Surealisme

Surealisme adalah aliran yang menghadirkan kontradiksi antara mimpi dan realita menjadi nyata
dalam gambar yang memperlihatkan objek nyata dalam keadaan yang tidak mungkin terjadi,
seperti dalam mimpi atau alam bawah sadar manusia. Surealisme menggunakan pendekatan teori
psikologi Freud yang mengeksplorasi alam bawah sadar dan citra mimpi manusia sebagai salah
satu penggambaran dari hasrat manusia.

Mimpi-mipi atau citra alam bawah sadar itu dikatakan menunjukkan keinginan dan hasrat
manusia yang sebenarnya, namun dikubur di alam bawah sadar karena tekanan sosial atau hal
lain untuk tidak menunjukkannya. Meskipun ditutupi, bukan berarti hal yang menjadi hasrat atau
keinginan sebenarnya dari seseorang adalah hal yang negatif.

Bisa jadi sesuatu yang dipendam tersebut terjadi karena malu, tidak percaya diri, hingga ditakuti
karena trauma tertentu. Hal itu juga bisa sesederhana mimpi dimasa kecil seseorang yang kian
memudar karena harus menghadapi realitas yang lebih logis di masa dewasanya.

Kemunculan Surealisme

Aliran Seni Rupa Surealisme adalah salah satu gerakan yang paling besar di abad ke-20. Alirann
ini diproklamirkan oleh Andre Breton, seorang Sastrawan Dada dalam tulisan Manifesto
Surealisnya pada tahun 1924. Aliran ini bermula dari dunia sastra, dan berujung menular ke
dunia seni rupa.

Namun beberapa ahli berpendapat bahwa aliran ini telah muncul dari tahun 1917, melalui karya
Giorgi de Chirico yang menghadirkan pemandangan trotoar kota dengan gaya yang tampak
seperti halusinasi. Meskipun pada akhirnya Chirico meninggalkan gaya melukisnya yang seperti
itu, namun karyanya menginspirasi Max Ernst untuk menggunakan gaya serupa.

Seperti hampir semua aliran seni, Surealisme adalah produk yang muncul dari periode
sejarahnya. Aliran ini muncul dari reruntuhan aliran Dada yang memberontak terhadap zona
nyaman yang dihasilkan oleh kaum kelas menengah. Mereka tidak setuju terhadap kepuasan
kaum menengah tersebut, mereka menyimpulkan bahwa kelas menengah adalah kaum yang
paling terhimpit horisonnya dengan zona nyaman mereka sendiri. Hingga mereka tidak sadar
bahwa sebenarnya mereka adalah salah satu kaum yang paling dirugikan di tatanan masyarakat
modern.

Hal itu menjelaskan bagaimana dada dengan ide-idenya yang mengejutkan dan di luar akal sehat
ingin mencoba menggugah para kelas menengah keluar dari pemikiran yang generik. Surealisme
masih meminjam ide tersebut, namun melakukannya dengan cara membawa citra mimpi yang
imajinatif pada objek-objek yang nyata. Sementara dada menghadirkan sesuatu yang
mengejutkan melalui citranya yang buruk, acak atau tidak lazim dipandangan masyarakat umum.
Surealisme selalu ingin membebaskan pikiran dari batasan realistis yang dibangun oleh
masyarakat modern.

Terdapat polemig diantara para sejarawan mengenai akhir dari aliran ini. Bagi banyak sejarawan,
Surealisme berakhir setelah Perang Dunia II, ketika gerakan seni modern lainnya menjadi
populer. Sementara para ahli lain berpendapat bahwa kematian André Breton pada tahun 1966
menandai berakhirnya gerakan surealis. Sementara polemig lain berpendapat bahwa aliran ini
tetap berlanjut sampai hari ini dan banyak tercermin pada karya seni kontemporer.

Psikoanalisis Sigmund Freud

Breton menulis dalam Manifesto Surealisnya bahwa bentuk seni ideal dapat diciptakan melalui
alam bawah sadar. Ia membahas teknik “otomatis”, atau secara spontan menulis mengikuti alam
bawah sadar tanpa memikirkan sesuatu yang realistis membebani prosesnya. Hal itu diilhami
dari Psikoanalisis Freudian, yang populer di masa itu.

Psikoanalisis Freud yang populer pada masa itu, merupakan sumber inspirasi besar bagi Breton
dan Surealis lainnya. Freud adalah Ilmuan psikologi yang mengeksplorasi pikiran alam bawah
sadar dan citra mimpi untuk mengungkap hasrat dan keinginan manusia yang sebenarnya melalui
alam bawah sadar mereka. Freud bahkan memecahkan tabu seputar hasrat seksualitas manusia
melalui teorinya. Namun bukan berarti hal yang menjadi hasrat atau keinginan sebenarnya dari
seseorang adalah hal yang negatif saja.

Dalam konteks tertentu, gambar surealis dapat dianggap sebagai penafsiran visual dari analisis
Freudian. Keinginan alam bawah sadar seniman bisa memanifestasikan dirinya dalam berbagai
imaji atau pencitraan yang mengejutkan. Wanita yang terbang, wajah manusia yang aneh, burung
yang berenang, dsb. Fragmen-fragmen yang mengherankan itu mengapung dalam ruang mimpi
dan seringkali memberikan perasaan kurang nyaman yang berujung mnejadi aneh atau
mengejutkan baik dalam media lukisan, fotografi atau film.
Surealisme dan Fantasi

Salah satu yang harus menjadi catatan penting dalam aliran seni rupa surealisme adalah
surealisme tidak sama dengan fantasi. Surealisme terinspirasi dari citra mimpi dan bawah alam
sadar manusia. Dengan begitu surealisme tidak akan membawa konteks suatu subjek atau objek
yang tidak berada dilingkungan manusia dan alam dunia.

Berbeda dengan fantasi surealisme mengambil objek-objek keseharian yang terdapat di


kehidupan dan alam kita lalu memanipulasinya sedemikian rupa hingga tidak tampak seperti
kenyataan lagi. Surealisme tidak berfantasi mengenai mahluk seperti naga atau mahluk lainnya
dalam mite, etos dan bentuk fantasi lainnya. Keduanya berdekatan namun bukan genre yang
sama.

Tokoh Aliran Surealisme

Rene Magritte

Rene Mgritte (21 November 1898 – 15 Agustus 1967) adalah salah satu seniman Belgia yang
paling terkenal di abad ke-20. Rene Magritte mendapatkan banyak sanjungan atas pendekatannya
yang istimewa terhadap Surealisme. Namun sebelum menjadi seniman, untuk menunjang
kehidupannya ia menghabiskan bertahun-tahun bekerja memproduksi dan mendesain cover
buku.

Magritte tertarik pada keberadaan kelas menengah, kelas yang menghabiskan hampir seluruh
waktunya untuk bekerja dan menghabiskan uangnya untuk bertahan hidup. Kurang miskin untuk
disubsidi oleh pemerintah, namun tidak mampu membeli kebutuhan pokok seperti rumah.
Sebuah kehidupan yang ia lambangkan melalui pria yang mengenakan topi bowler.

Contoh Karya Aliran Surealisme: Golconda dan Analisisnya


ontoh Karya Aliran Surealisme: Golconda oleh Rene Magritte

Karya ini menggambarkan adegan hujan manusia, dimana semua orang tampak hampir identik
satu sama lain dan mengenakan baju yang sama, lengkap dengan topi bowler. Meskipun
demikian bisa jadi pria-pria tersebut hanya melayang (levitating) karena tidak ada indikasi
gerakan tersirat. Latar belakangnya adalah kawasan pinggiran kota yang mirip dengan kawasan
tempat tinggal Magritte, ia juga berpakaian dengan cara yang sama, seperti orang-orang yang
mengapung itu. Topi bowler adalah topi yang biasa dikenakan oleh para kaum menengah di
masa itu.

Salah satu interpretasi atau tafsiran yang dapat diproduksi adalah bahwa Magritte ingin
menunjukkan garis batas antar individualitas dan asosiasi atau kelompok telah hilang dan kabur
di masa modern. Semua pria ini berpakaian sama, memiliki fitur tubuh yang sama dan semuanya
melayang bersamaan di area yang sama. Kebebasan individu telah hilang, padahal hal itu
merupakan salah satu dasar dari hak asasi manusia untuk mengekspresikan dirinya sendiri
sebagaimana ia mau.

Frida Kahlo

Frida Kahlo biasanya menggunakan simbolisme visual dari rasa sakit fisik yang dialaminya
dalam usaha untuk lebih memahami penderitaan emosional. Dari sejak kecil Kahlo telah
menderita polio yang menyebabkan kakinya tidak seimbang (besar sebelah). Sepanjang hidupnya
pun Frida mengalami sakit yang tak kunjung sembuh dan banyak menghabiskan waktunya di
rumah sakit.

Sebelum Kahlo, bahasa kehilangan, kematian, dan kedirian, telah diteliti dengan baik oleh
banyak seniman pria, namun belum dibedah secara signifikan oleh seorang wanita. Bukan itu
saja, Kahlo juga tidak hanya masuk ke ranah simbolisme yang umum, tapi dia juga
memperluasnya dengan cara membuat simbolnya sendiri.

Kahlo tidak hanya dikategorikan sebagai seniman surealisme, tapi juga menjadi tokoh
pergerakan seni feminis. Dia banyak membuat ikon-ikon khas yang digunakan sepanjang
karirnya, termasuk pita, rambut, dan hewan. Ia berhasil menciptakan banyak cara baru untuk
membahas aspek identitas wanita yang paling kompleks sekalipun.

Tidak hanya seorang seniman yang hebat, Frida juga merupakan sosok yang banyak dikagumi
melalui pribadinya yang unik. Potret wajah Kahlo juga sangat ikonik, dengan ciri khas alis yang
tebal dan bersatu (uni-brow). Ia memiliki pengaruh besar bagi seniman lain. Hingga saat ini,
masih banyak seniman kontemporer yang menggunakan citra potretnya untuk digunakan sebagai
referensi karyanya.
Lukisan Surealisme The Wounded Deer & Analisisnya

Contoh Karya Aliran Surealisme: The Wounded Deer oleh Frida Kahlo

Lukisan ini menghadirkan sosok hibrida antara rusa dan seorang manusia yang merupakan potret
wajah pelukisnya sendiri, Frida Kahlo. Ia memposisikan dirinya menjadi mahluk yang tidak
berdaya dan terluka akibat dari anak panah yang menancap disekujur tubuhnya. Tampaknya
mahluk hibrida ini tengah diburu di hutan.

Jika dilihat dari adegan lukisan, Kahlo ingin menegaskan bahwa dia masih hidup, namun panah
yang telah menancap diseluruh tubuhnya perlahan akan membunuhnya. Mahluk itu tampak
mengenakan anting-anting mutiara, seolah-olah menyoroti keinginannya untuk menjadi wanita
biasa lainnya yang mungkin dapat hidup lebih lama karena tidak mengidap penyakit yang di
deritanya. Ia juga tampak memperlihatkan keinginannya untuk hidup lebih bebas di alam
terbuka.

Kahlo tidak menggambarkan dirinya sebagai rusa jantan dengan tanduk besar. Hal ini
menunjukkan spiritualitasnya terhadap pemikiran feminism (kesetaraan gender). Semacam satir
terhadap keadaan dunia seni yang selalu dikuasai oleh kaum pria, jarang sekali wanita yang
memiliki kesempatan untuk menjadi seniman. Disini juga ia menunjukan ketertarikannya untuk
mengapresiasi seniman besar lain di masa lalu. Lukisan ini diasosiasikan dengan lukisan tema St.
Sebastian yang memiliki adegan serupa, panah-panah menancap disekujur tubuhnya.

Salvador Dali

Salvador Dali adalah salah satu seniman surealis paling terkenal, dominan dan produktif di abad
ke-20. Dali disebut sebagai pioner seniman yang mengerti bahwa keteran komersil juga
diperlukan untuk seorang seniman. Ia sering muncul di TV dan intensif mendapatkan wawancara
pers. Dalam perjalanan karirnya yang panjang, dia tidak hanya melukis, namun menyelami
media seni lainnya seperti seni pahat, seni grafis, desain, periklanan, film, sastra dan mungkin
yang paling terkenal adalah kolaborasinya dengan Luis Buñuel dan Alfred Hitchcock.

Selain karena keahlian teknisnya yang tak terbantahkan Dali juga terkenal karena kepribadiannya
yang flamboyan dan eksentrik. Dalam penggunaan awal morfologi organik, karyanya membawa
ciri khas seniman spanyol Pablo Picasso dan Joan Miro. Lukisannya juga menunjukkan
ketertarikan pada seni Klasik dan Renaisans, hal tersebut terlihat jelas melalui gaya hiper
realistik dan penggunaan simbolisme religius dalam karyanya.

The Persistence of Time dan Analisisnya

Contoh Karya Aliran Surealisme: The Persistence of Time oleh Salvador Dali
The Persistence of Time adalah Lukisan yang paling ikonik dan terkenal dari Salvador Dali.
Lukisan ini menggambarkan berbagai jam dinding dan wekar yang tampak meleleh. Dali
membuat benda yang seharusnya keras menjadi tampak lunak. Kehadiran Pohon yang sepertinya
tumbuh diatas blok kayu yang mirip seperti meja menambah kekontrasan yang terjadi antara
realita dan citra mimpi. Horison yang luas namun tampak kosong ditambah dengan tebing yang
dilukiskan secara jelas meskipun jaraknya tidak dekat membuat latar belakang lukisan ini tampak
seperti dalam alam mimpi, atau hanya ilusi.

Keteguhan waktu (The Persistence of Time) tampaknya yang menjadi sorotan utama pada karya
ini. Bisa jadi Dali ingin membahas bagaimana keteguhan waktu dapat diporak-porandakan oleh
manusia. Keinginan manusia untuk menjadi efisien di masa itu banyak menghabiskan waktunya
sendiri sebagai bayaran yang paling mahal. Atau apakah karya ini merupakan satir dari
masyarakat modern yang banyak menghabiskan waktunya dengan sia-sia?

Contoh Karya Aliran Surealisme: Dali Atomicus oleh Salvador Dali, gambar asli diperoleh
melalui: wikiart.org
Aliran Seni Abstrak Ekspresionisme

Aliran yang berkembang di New York pada tahun 1940-1950an tidak hanya mencakup karya
pelukis yang mengisi kanvas mereka dengan bidang warna dan bentuk abstrak, tetapi juga yang
melukis diatas kanvas mereka dengan ekspresionisme gerakan yang dinamis dan spontan.
Abstrak Ekspresionisme telah menjadi istilah yang paling diterima untuk sekelompok seniman
yang memiliki banyak kesamaan.

Semua seniman Abstrak Ekspresionisme berkomitmen pada seni sebagai ungkapan diri, lahir
dari emosi dan tema universal yang mendalam, dan sebagian besar dibentuk atau terpengaruh
oleh warisan Surealisme, sebuah gerakan yang mereka terjemahkan ke dalam gaya baru yang
sesuai dengan suasana hati pasca perang yang penuh kecemasan dan trauma di masa itu. Dalam
kesuksesan mereka, pelukis New York ini berhasil menumbangkan Paris dari tahta-nya sebagai
pemimpin seni modern, dan menjadi panggung pertama bagi dominasi Amerika dalam dunia seni
internasional.

Ketidakstabilan politik di Eropa pada tahun 1930an membawa beberapa Surealis terkemuka
untuk pindah ke New York. Karena itu banyak penganut aliran Abstrak Ekspresionisme yang
dipengaruhi oleh fokus Surealisme dalam menambang alam bawah sadar yang mereka gunakan
dalam karyanya. Ini mendorong ketertarikan mereka terhadap simbol mitos dan simbol dasar dan
ini membentuk pemahaman mereka tentang melukis dirinya sebagai pertarungan antara ekspresi
diri dan kekacauan alam bawah sadar.

Sebagian besar seniman yang terlibat dengan Abstrak Ekpresionisme baru mendapatkan
pemahan yang sepenuhnya pada tahun 1930an. Mereka dipengaruhi oleh politik yang berhaluan
kiri, dan menghargai sebuah seni yang didasarkan pada pengalaman pribadi/ subjektif. Sedikit
yang mempertahankan pandangan politik radikal mereka sebelumnya, namun banyak yang terus
mengadopsi sikap avant-gardists yang blak-blakan. Setelah dewasa sebagai seniman pada saat
Amerika terpuruk secara ekonomi dan merasa terkucil dan terisolasi secara budaya, ekspresi
Abstrak Ekspresionis kemudian disambut sebagai avant garde pertama yang otentik.

Tokoh Penting Abstrak Ekspresionisme

Jackson Pollock

Pollock selalu menjadi kontroversi di dunia seni. Mungkinkah seorang pelukis drip painting alias
seseorang yang melemparkan cat ke kanvas dengan tongkat, yang menuangkan dan
melemparkannya untuk menciptakan pusaran, cipratan warna dan garis yang tak tentu arah, dapat
dianggap seniman hebat? Kritikus New York nyatanya berpikir seperti itu. Keunggulan Pollock
di antara para Abstrak Ekspresionis telah melegenda. Dilengkapi dengan kisah kehidupan
pribadinya yang tragis. Ia memiliki ketergantungan alkohol hingga menyebabkan kematiannya di
umur yang relatif masih muda. Teknik Drip painting yang menjadikannya terkenal dimulai
disekitar akhir 1940-an dianggap salah satu dari teknik lukis yang paling orisinal abad ini.

Contoh aliran abstrak ekspresionisme: Number 5 oleh Jackson Pollock, gambar asli diperoleh
melalui: jackson-pollock.org

Willem de Kooning

Setelah Jackson Pollock, Willem de Kooning adalah seniman asal Belanda (tinggal di Amerika)
yang paling menonjol dan terkenal dari aliran Abstrak Ekspresionis. Lukisannya
menggambarkan gaya gerak gestasional yang kuat. De Kooning mengembangkan gaya lukisan
abstrak yang tampak merupakan percampuran dari beberapa aliran yaitu: Kubisme, Surealisme
dan Ekspresionisme. Meskipun ia membangun reputasinya dengan serangkaian karya abstrak, ia
merasakan ketertarikan yang kuat terhadap seni lukis tradisional dan akhirnya karyanya yang
paling terkenal adalah perpaduan dari gaya abstrak dan figuratif klasik. Kooning tertarik dengan
subjek wanita sebagai inspirasi lukisannya. Dia terus melukis sampai usia delapan puluhan,
bahkan ketika pikirannya mulai terganggu secara signifikan oleh penyakit Alzheimer.
Contoh aliran abstrak ekspresionis: Woman I oleh Willem de Kooning, gambar asli diperoleh
melalui moma.org

Mark Rothko

Tokoh terkemuka di antara pelukis New York School lainnya, Mark Rothko bergerak melalui
banyak gaya artistik sampai mencapai gaya khasnya pada tahun 1950an dengan bentuk lembut
dan bentuk persegi panjang yang mengambang di bidang warna lain yang sedikit bernoda.
Dipengaruhi oleh mitologi dan filsafat, dia berkeras agar seninya penuh dengan konten, dan
penuh dengan gagasan tetapi hanya mengguratkan sedikit bentuk. Pemikir revolusioner sosial,
dan hak untuk mengekspresikan diri, Rothko juga menjelaskan pandangannya dalam banyak esai
dan tulisan kritis.

Contoh aliran abstrak ekspresionis: Blue Green and Brown oleh Mark Rothko, Gambar diperoleh
melalui: mark-rothko.org
Aliran Seni Pop Art

Aliran seni rupa Pop art dimulai oleh beberapa seniman New York seperti Andy Warhol, Roy
Lichtenstein, James Rosenquist, dan Claes Oldenburg. Semuanya menggambarkan subjek citra
yang populer di masyarakat. Pop Art merupakan gerakan menentang ide karya seni yang selalu
harus didasari oleh nilai-nilai luhur dan keagungan tertentu (tema klasik atau abstrak, dll). Pop
Art tidak bertema populer, melainkan mengisolasi berbagai kultur-kultur populer tersebut dari
ketenarannya dan menjadikannya karya seni.

Masih terpengaruh oleh Abstrak Ekspresionis, Pop Art melakukan reproduksi ulang gambar yang
bisa populer, diambil dari media massa dan budaya populer lainnya, merupakan pergeseran besar
bagi arah modernisme. Materi subjek seni menjadi jauh dari tema tradisional ‘seni tinggi’ tentang
moralitas, mitologi, dan sejarah klasik; Sebaliknya, seniman Pop merayakan benda-benda biasa
dan orang-orang dalam kehidupan sehari-hari pada masa modern. Melalui cara itu, seniman Pop
Art berusaha mengangkat budaya populer ke tingkat yang sama dengan ‘seni tinggi’.

Dengan menciptakan lukisan atau patung benda budaya massa dan bintang media, gerakan seni
Pop bertujuan mengaburkan batas antara budaya seni ‘tinggi’ dan budaya ‘rendah’. Konsep
bahwa tidak ada hirarki budaya dan seni itu dapat meminjam dari sumber manapun telah menjadi
salah satu karakteristik Pop art yang paling berpengaruh di dunia seni.

Pop Art dan Abstrak Ekspresionisme

Bisa dikatakan bahwa Abstrak Eskpresionisme mencari dan menggambarkan ekspresi trauma
manusia setelah zaman perang dalam alam bawah sadar dan jiwa. Sementara seniman Pop
mencari jejak trauma yang sama di dunia periklanan, kartun, dan citra populer yang dimediasi
secara luas. Tapi mungkin lebih tepat untuk mengatakan bahwa seniman Pop adalah seni pertama
yang menyadari bahwa tidak ada akses instant pada emosi/ekspresi apa pun, baik itu jiwa atau
alam. Seniman Pop Art percaya semuanya saling terhubung, dan karena itu berusaha membuat
koneksi tersebut harfiah dalam karya seni mereka.

Meskipun Pop At mencakup beragam subjek dengan sikap dan postur yang berbeda satu sama
lain, namun sebagian besar merujuk ke formula yang sama: ekspresi emosional karyanya
dihilangkan. Berbeda dengan ekspresi yang lugas dari abstraksi gestur Abstrak Ekspresionis
yang mendahuluinya, Pop Art umumnya memiliki ekspresi yang netral.
Industri Produksi Massal pasca Perang Dunia II

Seniman aliran seni rupa Pop Art memperhatikan manufaktur dan produksi massal pasca Perang
Dunia II yang lebih besar dari revolusi industri dan kesuksesan media massa seperti Koran, radio
dan TV dalam mengambil perhatian banyak masyarakat. Beberapa kritikus telah menyebutkan
pilihan subjek seni Pop Art sebagai dukungan antusias dari pasar kapitalis dan barang-barang
yang beredar, sementara yang lain menganggap unsur kritik budaya dalam peningkatan seni pop
sehari-hari terhadap seni tinggi: dengan mengikat status komoditas barang yang diwakili pada
status objek seni itu sendiri, berarti menekankan tempat seni sebagai sebuah komoditas.

Mayoritas seniman Pop memulai karir mereka dalam seni komersial: Andy Warhol adalah
ilustrator majalah dan desainer grafis yang sangat sukses; Ed Ruscha juga seorang desainer
grafis, dan James Rosenquist memulai karirnya sebagai pelukis papan reklame. Latar belakang
mereka di dunia seni komersil melatih mereka dalam kosakata visual budaya massa serta teknik
untuk memadukan alam seni dan budaya populer dengan mulus.

Tokoh Penting Pop Art

Andy Warhol

Andy Warhol adalah seorang ilustrator komersil yang sukses dan dibayar mahal di New York. Ia
telah sukses bahkan sebelum dia mulai membuat karya seni yang ditujukan untuk galeri. Karya
grafis (gesut) dari Marilyn Monroe, kaleng sup Campbell, dan berita koran sensasional menjadi
ciri khasnya. Karya-karya tersebut dengan cepat menjadi salah satu ciri identik seni Pop Art. Dia
berhasil keluar dari belenggu kemiskinan keluarganya yang adalah imigran Eropa Timur di
Pittsburgh. Prestasi puncaknya adalah meninggikan kepribadiannya sendiri sampai pada tingkat
ikon populer. Hal itu membuatnya mewakili tingkat ketenaran baru bagi seniman, yaitu sebagai
selebriti.
Contoh aliran pop art: Marilyn Diptych oleh Andy Warhol, Gambar diperoleh melalui:
wikipedia.org

Roy Lichtenstein

Roy Lichtenstein adalah salah satu seniman Pop Art Amerika pertama yang mencapai
popularitas tinggi, dia sering disebut juga menjadi penangkal petir untuk kritik gerakan Pop Art.
Karya awalnya beragam, ia telah bereksperimen dan mencoba banyak aliran, menunjukkan
pemahaman yang cukup besar tentang karya modern. Namun, gaya Pop yang matang yang ia
dapatkan pada tahun 1961, dan terinspirasi oleh komik. Gambar-gambar ikonalnya sejak itu
menjadi identik dengan seni Pop. Metodenya menciptakan gambar memadukan aspek reproduksi
mekanis dan gambar tangan telah menjadi pusat pemahaman kritik tentang pentingnya gerakan
tersebut.
Contoh aliran pop art: Drowning Girl oleh Roy Lichtenstein, Gambar diperoleh melalui:
wikipedia.org

James Rosenquist

James Rosenquist paling dikenal karena lukisan kolase kolosal gambar fragmen yang
disandingkan secara misterius. Gambar yang di kolase sebagian besar diambil dari iklan dan
media massa. Dalam kanvas yang besar, gambar produk konsumen, persenjataan, dan selebriti
yang tampak tidak terkait ini mengisyaratkan masalah sosial, politik, dan budaya senimannya
sendiri. Selama enam dekade dalam karirnya, Rosenquist terus menciptakan lukisan-lukisan
provokatif yang besar. Relevansi karyanya bergantung pada keterlibatan mereka dalam isu-isu
ekonomi, politik, lingkungan, dan ilmiah saat ini.
Contoh aliran pop art: President Elect oleh James Rosenquist, Gambar diperoleh melalui:
guggenheim.org

Referensi

1. Art Insight: Art Timeline, Repositori Universitas Ball State. Diakses tanggal 03 Maret 2018.
http://www.bsu.edu/artinsight/media/timeline.pdf
2. Renaisasance Art and Architecture, Repositori Perguruan Tinggi Muhlenberg, Allentown.
Diakses tanggal 05 Maret 2018.
http://www.muhlenberg.edu/depts/forlang/new_llc/faculty_websites/luba_iskold/courses/rus_cult
/renaissance.pdf
3. Romanticism, Repositori Universitas Hawaii. Diakses tanggal 03 Maret 2018.
http://www2.hawaii.edu/~freeman/courses/phil330/14.%20Romanticism.pdf
4. Life in the Emerging Realism, Repositori District 155 Community High School. Diakses tanggal
05 Maret 2018.
http://ww2.d155.org/clc/tdirectory/MSmalley/Shared%20Documents/AP%20Euro%20History/U
nit%2012%20-%20Life%20in%20the%20Emerging/12.REALISM.pdf
5. Impressionism, theartstory.org. Diakses tanggal 05 Maret 2018.
http://www.theartstory.org/movement-impressionism.htm
6. Brahman, Diana, 2001. Introduction to Surrealism, Repositori New Orleans Museum of Art.
Diakses tanggal 06 Maret 2018. https://noma.org/uploads/Surrealism-1320356779.pdf

1. Brahman, Diana, 2001. Introduction to Surrealism, Repositori New Orleans Museum of Art.
Diakses tanggal 06 Maret 2018. https://noma.org/uploads/Surr..
2. https://tcf.ua.edu/Classes/Jbutler/T340/SurManifesto/ManifestoOfSurre..
Periode Seni Rupa Modern Indonesia

Sejarah seni rupa Indonesia adalah salah satu kisah yang membanggakan sekaligus menghanyutkan.
Bagaimana tidak, salah satu peradaban tua yang maju ini berkali-kali di interfrensi keberadaannya oleh
budaya asing. Namun masyarakat Nusantara juga mengandalkan penyerapan dan akulturasi dari budaya
luar untuk bisa berkembang dengan cepat. Sehingga, sejarah kita mengalami ekuilibrium budaya yang
akhirnya membuncah setelah kedatangan Islam dan kolonialisme Eropa.

Pengertian Sejarah dan Fungsinya

Sejarah adalah pengetahuan mengenai peristiwa yang pernah terjadi di masa lampau dalam kurun
waktu tertentu. Kejadian sejarah tersebut dapat diamati melalui bukti-bukti tertulis, dokumentasi
dialog maupun saksi bisu seperti artefak. Selain itu, peristiwa sejarah juga dapat mencatat
berbagai konteks lain yang lebih luas seperti budaya suatu masyarakat dalam disiplin ilmu
turunannya.

Namun dalam perkembangannya sejarah juga menggunakan disiplin Ilmu Bandingan untuk
memastikan akurasi sumber yang diperoleh. Karena seperti pada kebiasaan peradaban manusia
umumnya, dokumentasi sumber sejarah biasanya ditulis oleh pihak yang unggul dimasanya.
Sehingga sumber sejarah menjadi tidak objektif dan berpihak. Membandingkan antar sumber
menjadi hal yang krusial untuk mendapatkan kebenaran yang sejati.

Jadi apa itu Sejarah Seni Rupa? Rasanya sudah jelas jika kita telah mengetahui pengertian
sejarah itu sendiri dan pengertian Seni Rupa.

Fungsi dan Manfaat Sejarah

Berbagai peristiwa yang telah terjadi di masa lampau adalah kenyataan yang tidak dapat diubah.
Peristiwa yang telah terjadi tersebut merupakan salah satu bagian dari kenyataan yang sedang
kita hadapi sekarang. Sementara itu peristiwa yang terjadi pada waktu yang akan datang
merupakan kenyataan yang dapat direncanakan dari sekarang.

Masa lampau, masa sekarang dan masa depan merupakan rangkaian berkaitan yang erat satu
sama lain. Keterkaitan rangkaian itulah yang mendorong manusia untuk mempelajari sejarah.
Kita dapat menggunakannya sebagai salah satu referensi untuk membentuk rencana menghadapi
masa depan.
Pembagian Periodisasi Sejarah Seni Rupa Indonesia

Masyarakat nusantara tidak memiliki tradisi pencatatan sejarah yang kuat. Apalagi catatan
historis mengenai sejarah seni rupa. Sehingga sebagian besar sumber sejarah yang diperlukan
harus digali dari dokumentasi zaman kolonial.

Karena alasan itu pula benda-benda prasejarah seni rupa Indonesia sendiri merupakan material
yang sangat penting sebagai sumber sejarah. Para arkeolog memegang peranan sangat penting
untuk menguak sejarah seni rupa Indonesia.

Maka dari itu, salah satu hal yang dilakukan sebelum membahas sejarah seni rupa Indonesia
adalah menentukan jenis periodisasi yang ingin dibahas. Apakah kita akan membahas sejarah
Indonesia berdasarkan pertumbuhannya atau kita akan melihat periodisasi berdasarkan ciri
peninggalannya?; kacamata Arkeologi.

Intinya, kita dapat menyusun linimasa perkembangan seni rupa Indonesia berdasarkan
pertumbuhan, atau ciri peninggalannya seperti yang akan dijelaskan di bawah ini.

Periodisasi Sejarah Seni Rupa Indonesia Berdasarkan PertumbuhannyaZaman prasejarah


Sejak permulaan adanya manusia dan kebudayaan sampai kira-kira abad ke-5 Masehi.
Zaman ini dapat dibagi menjadi beberapa Zaman yaitu: zaman batu tua (Paleolitikum),
zaman batu tengah (Mesolitikum), dan zaman batu muda (Neolitikum).

1. Zaman logam
Meliputi: zaman perunggu; dan zaman besi. Zaman tembaga tidak ditemukan di Asia, termasuk
di Indonesia.
2. Zaman purba
sejak datangnya pengaruh India, yakni pada abad-abad pertama tarikh Masehi sampai lenyapnya
kerajaan Majapahit (sekitar 1500 M).
3. Zaman madya
Sejak datangnya pengaruh Islam di Indonesia, yakni menjelang akhir zaman Majapahit sampai
akhir abad ke-19.
4. Zaman baru
Sejak masuknya anasir-anasir Barat dan teknologi modern Indonesia, yakni kira-kira tahun 1900
Masehi sampai saat ini.
Periodisasi Sejarah Seni Rupa Indonesia Berdasarkan Ciri Peninggalannya

1. Seni rupa Prasejarah


2. Seni rupa Hindu-Budha
3. Seni rupa Islam
4. Seni rupa modern

Dari perbedaan kedua periodisasi diatas dapat dilihat dengan jelas bagaimana beberapa istilah
sejarah dalam sejarah seni rupa akan saling berkaitan atau berkontradiksi satu sama lain antara
periodisasi berdasarkan peninggalan dan pertumbuhan zaman. Disini akan dibahas sejarah seni
rupa Indonesia berdasarkan urutan ciri peninggalannya, namun tidak akan mengabaikan konteks
zaman-nya juga.

Sejarah Seni Rupa Indonesia

Sebelumnya Eropa dianggap sebagai pelopor seni rupa karena ditemukannya berbagai benda seni
kuno disana. Namun kemudian pernyataan tersebut diragukan, karena beberapa temuan benda
dan karya seni yang lebih tua di benua Afrika dan Asia Tenggara. Salah satu temuan karya tertua
itu adalah lukisan di gua Sulawesi yang berada di Indonesia.

Hingga saat ini diperkirakan lukisan gua tersebut adalah lukisan tertua di dunia. Penjelasan
tersebut sejalan dengan apa yang akan kita bahas pertama disini, yaitu Seni Rupa Prasejarah.

Sejarah Seni Rupa Prasejarah

Pembagian seni rupa prasejarah di Indonesia dibedakan atas dua periode, yaitu zaman batu dan
zaman perunggu. Pembabakan tersebut didasarkan atas kemampuan teknik dan teknologi
masyarakat prasejarah tersebut. Terutama dalam menciptakan alat-alat yang diperlukan dalam
mendukung kelangsungan hidupnya.

Hal ini ditunjukkan dengan bukti artefak-artefak yang mereka tinggalkan. Zaman batu atau
disebut juga zaman Megalitik yang terdiri dari:

1. Zaman batu tua (Paleolitik).


2. Zaman batu tengah (Mesolitik).
3. Zaman batu muda (Neolitik).
Kehidupan Zaman Prasejarah

Manusia hidup di masa Prasejarah dalam jangka waktu yang sangat panjang. Pada masa ini
hidup manusia belum terlalu bergantung ke peralatan (gawai) seperti sekarang. Namun manusia
sudah mulai membuat alat-alat yang dapat membantu menjalani kehidupnya di dunia.

Namun, alat-alat yang dibuat masih sederhana dan menyerupai bentuk bahan mentahnya.
Misalnya alat untuk mencari umbi-umbian sebagai bahan makanan atau alat untuk berburu. Alat-
alat tersebut dibuat menggunakan batu yang di pecahkan, tulang binatang yang diasah, dsb.

Kehidupan manusia pada masa ini juga belum sepenuhnya menetap, mereka masih berpindah-
pindah dari satu tempat ke tempat lainnya tergantung pada situasi dan kondisi setempat atau
biasa disebut dengan istilah nomaden. Jika tempat tinggal mereka sudah tidak subur lagi atau
buruan disana habis, maka mereka akan pindah dan mencari tempat tinggal baru.

Tempat singgah yang digunakan di masa ini hanyalah sebatas gua atau dataran terbuka yang
terbebas dari ancaman binatang buas.Di masa nomaden ini sering terjadi hal yang tidak
diinginkan, terutama untuk anak-anak dan wanita. Sering di temukan rangka manusia yang
terpisah jauh dari temuan lainnya, yang berarti adalah beberapa korban dalam perjalanan jauh
ketika berpindah.

Sayangnya manusia prasejarah belum mampu membuat rumah sebagai tempat tinggal tetap yang
aman. Sehingga pada umumnya mereka tinggal di gua untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Ketika mulai menetap di gua inilah, aktivitas manusia dalam membuat berbagai karya juga mulai
bertambah, seiring kebutuhan yang meningkat untuk menciptakan alat-alat pertanian sederhana,
ritual, dsb. Pada akhirnya manusia mulai menemukan logam dan mengetahui cara mengolahnya.
Bahkan lama-kelamaan logam mulai menggeser kedudukan batu, yang pada akhirnya hanya
berfungsi sebagai benda pusaka saja dan kehilangan nilai praktis.

Karya Seni Rupa Prasejarah

Salah satu peninggalan yang paling kuno dari kesenian Indonesia adalah lukisan pada dinding
gua-gua, seperti yang ditemukan di Papua, di Kepulauan Kei dan Seram hingga di Sulawesi
Selatan. Lukisan-lukisan tersebut antara lain berupa cap telapak tangan dan telapak kaki,
gambar-gambar manusia yang sederhana, gambar-gambar binatang seperti babi hutan, cecak,
kadal, kura-kura, kerbau, dan lain sebagainya.
Di beberapa gua di Indonesia yang telah disebutkan di atas terdapat bahkan terdapat gambar
telapak tangan dengan jari terpotong (tidak utuh). Ada pula gambar seekor binatang yang tampak
sedang diburu dengan menggunakan tombak. Van Heekeren, seorang arkeolog yang meneliti
gua-gua di dekat Maros Sulawesi Selatan menyatakan bahwa lukisan babi hutan tertombak panah
maupun ratusan gambar tangan yang terdapat di sana diduga telah ada sejak tahun 2000 sebelum
Masehi, bersamaan dengan berkembangnya kebudayaan Toala.

Sedangkan pakar lain seperti Dr. Josef Roder yang melakukan penelitian di daerah Papua
menemukan lukisan-lukisan disana telah ada dari sejak 1000 tahun sebelum Masehi. Beberapa
diantaranya bahkan baru dibuat 3-4 abad yang lalu.

Beberapa peninggalan artefak terpenting dari seni rupa prasejarah Indonesia antara lain:

1. Kriya batu: Kapak genggam


2. Kriya tanah liat / gerabah (Mesolitik-Neolitik)

Contoh karya seni rupa prasejarah indonesia

3. Lukisan dinding gua (Mesolitik-Megalitik)


Lukisan prasejarah di Gua Sulawesi

4. Bangunan megalitik (menhir, dolmen, sarkopak).

contoh dolmen prasejarah

5. Ragam hias

1. prasejarah yang menyatu dengan benda kriya

Peninggalan Seni Rupa Prasejarah di Sulawesi Selatan

Salah satu peninggalan tertua di Indonesia bahkan di dunia berada di Sulawesi Selatan, tepatnya
di Leang Timpuseng. Hasil penelitian yang dilakukan oleh kerjasama Pusat Arkeologi Nasional,
Balai Arkeologi Makassar, BPCB Makassar, University of Wollongong dan Universitas Griffith
sepanjang tahun 2011-2013 menunjukkan bahwa stensil tangan yang berada disana berumur
39.900 tahun. Disana juga ditemukan lukisan babirusa betina yang usianya tidak kalah tua, yaitu
35.400 tahun.
Contoh seni rupa prasejarah Stensil/Cap tangan di gua sulawesi

Tradisi Megalitik

Tradisi megalitik muncul setelah adanya tradisi bercocok tanam, atau masa neolitik. Biasanya
bangunan megalitik dipergunakan sebagai sarana pemujaan. Pemujaan tersebut didasarkan atas
kepercayaan mengenai adanya hubungan antara yang hidup dengan yang mati. Manusia
prasejarah mempercayai adanya pengaruh kuat dari roh orang yang telah meninggal terhadap
kesejahteraan masyarakat dan kesuburan tanaman.

Karena itu, jasa dari seorang kerabat yang telah meninggal seringkali diabadikan dengan
mendirikan bangunan batu besar, yang kemudian dianggap sebagai medium penghormatan
(ritual), tempat bersemayam roh dan sekaligus sebagai lambang si mati (Wahyono dkk., 1991:
29).

Bentuk-bentuk bangunan megalitik tersebut berupa menhir, meja batu, dll. Bentuk-bentuk
peninggalan monumental megalitik di Indonesia diwarnai oleh batu yang berkaitan dengan
pemujaan maupun upacara-upacara penguburan. Walaupun tradisi ini sudah hampir punah,
namun beberapa daerah di Indonesia seperti Nias, Toraja, Flores, dan Sumba masih
menjalankannya.

Contoh Karya seni zaman Perunggu

Gelombang perpindahan kedua dari daratan Asia ke Nusantara pada 500 tahun sebelum Masehi
membawa serta kebudayaan perunggunya ke tempat tinggal mereka yang baru. Hal ini
meninggalkan banyak peninggalan sejarah seni rupa baru di Indonesia. Peninggalan artefaknya
antara lain:
1. Kria Perunggu/Seni Dongson (genderang perunggu)
2. Kapak perunggu
3. Patung perunggu
4. Ragam hias Prasejarah/Tradisi pada karya perunggu

Gong nekara selayar, contoh benda seni perunggu prasejarah

Ciri-ciri seni rupa prasejarah Indonesia

Untuk mempermudah pemahaman karya seni di zaman ini sebaiknya kita mengetahui ciri-ciri
dari objek seni yang ditemukannya. Adapun ciri-ciri tradisi seni hias Indonesia yang bersumber
dari seni prasejarah itu sendiri, antara lain:

1. Kecenderungan untuk menggunakan bentuk flora dan fauna yang menimbulkan kesan dekoratif
sesuai dengan lingkungannya yang agraris.
2. Menampilkan bentuk-bentuk ornamen geometri (meander, swastika, tumpal, pilin, pilin
berganda, lingkaran, dan sebagainya).
3. Kecenderungan menampilkan motif-motif hias perlambangan (simbolis) sesuai dengan
pandangan hidup religi yang masih kosmis-magis.
4. Kecenderungan pada penggunaan warna dasar sesuai dengan lingkungan alam dan pandangan
kepercayaan.

Sumber inspirasi yang banyak dimanfaatkan sebagai objek seni antara lain burung sebagai
lambang roh manusia yang telah meninggal. Bagi masyarakat Dayak burung Enggang dianggap
sebagi lambang dunia atas. Binatang reptil juga banyak digunakan, seperti buaya, kadal, ular,
kura-kura dianggap sebagai lambang dunia bawah.
Kemudian, binatang lainnya adalah kuda, kerbau, dan gajah sebagai kendaraan roh orang yang
telah meninggal. Kerbau juga dapat disebut sebagai lambang kesuburan, dan penolak bala.
Berbagai ciri seni hias prasejarah ini menjadi dasar dari tradisi seni Indonesia yang berpengaruh
pada zaman berikutnya, yaitu periode Hindu-Budha atau bisa di sebut zaman klasik.

Sejarah Seni Rupa Klasik (Hindu-Budha)

Berdasarkan peninggalan arkeologisnya, zaman klasik di Indonesia dapat dibagi menjadi dua
periode, yaitu:

1. Zaman Klasik Tua yang berkembang antara abad ke-8—10 M


2. Zaman Klasik Muda yang berkembang antara abad ke-11—15 M

Kedua zaman itu berkembang di berbagai wilayah nusantara, termasuk Jawa, Sumatera dan Bali,
namun bukti arkeologi dalam zaman Klasik Tua banyak didapatkan di wilayah Jawa tengah.
Karena itu terkadang beberapa ahli menyebut zaman klasik ini juga dengan Zaman Jawa Tengah.

Penyebutan itu sebetulnya kurang tepat. Seperti yang telah dibahas diatas bahwa pembagian
zaman harus berdasarkan pada kronologi waktunya, bukan banyak temuannya. Pembagian
Zaman Klasik yang didasarkan pada kronologi peninggalan tersebut untuk memperluas cakupan
kajian, jadi tidak melulu bicara tentang tinggalan di Jawa bagian tengah atau timur belaka
(Munandar 1995: 108).

Perkembangan Zaman Seni Rupa Klasik Indonesia

Masa Sejarah (Paskasejarah, lawan dari Prasejarah) di Indonesia dimulai setelah ditemukannya
bukti prasasti-prasasti awal (bertarikh sekitar abad ke-4 M) ditemukan di wilayah Kutai,
Kalimantan Timur yang menyebut nama raja Mulawarman dan Jawa bagian barat yang
menyebutkan Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnnawarmman.

Prasasti-prasasti itu menggunakan aksara Pallava dengan bahasa Sansekerta (Suleiman, 1974:
14—15); sedangkan nafas keagamaan yang terkandung dalam prasasti-prasasti tersebut bercorak
Veda kuno, masih belum memuja Trimurti. Dalam masa sejarah itulah pengaruh kebudayaan
India mulai datang dan berkembang secara eksklusif di beberapa bagian Nusantara.
Namun kedepannya pengaruh kebudayaan India awal yang menyebarkan ajaran Veda-Brahmana
tersebut tampak kurang diminati lagi oleh masyarakat nusantara. Runtuhnya kerajaan
Tarumanagara di Jawa Barat juga ikut mempengaruhi hal ini.

Tidak ada lagi yang meneruskan ritual Veda Kuno yang didominasi oleh kaum Brahmana. Justru
muncul kerajaan baru yang bernafaskan Hindu Trimurti di wilayah Jawa Tengah pada abad ke-8
M. Kerajaan itu adalah Mataram Kuno yang membangun Prasasti Canggal pada tahun 732 M.

Dalam prasasti itu dinyatakan nama raja yang menitahkan pembangunan prasasti, yaitu Sanjaya.
Nafas keagamaan yang cukup kentara dalam prasasti itu adalah Hindu-saiva, karena bait-baitnya
banyak memuliakan Siva Mahadeva (Poerbatjaraka 1952: 53—55).

Bersamaan dengan masuknya pengaruh Hindu-saiva, datang pula pengaruh agama Buddha dari
aliran Mahasanghika (Mahayana) ke tengah-tengah masyarakat Jawa Kuno. Akhirnya di Jawa
bagian tengah antara abad ke-8—10 M berkembang 2 agama besar, yaitu Hindu-saiwa (Hindu-
saiva) dan Buddha Mahayana yang berasal dari India.

Dalam perkembangannya banyak dihasilkan berbagai bentuk kesenian, seni yang masih bertahan
hingga sekarang adalah bukti-bukti seni rupa yang berupa arca dan relief serta dan karya
arsitektur bangunan suci.

Karya Seni Rupa Zaman Klasik (Hindu-Budha)

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, karya seni rupa zaman klasik Hindu-Budha didominasi oleh
arsitektur religi dan ragam hias dindingnya. Ragam hias yang paling umum digunakan adalah
padma teratai. Padma dapat melambangkan tahta dewa tertinggi, terbentuknya alam semesta,
kelahiran Budha, kebenaran utama, tempat kekuatan hayati dan suci bagi kaum Yogin dan rasa
kasih. Bentuk hias lain yang dominan adalah:

1. Swastika yang melambangkan daya dan keselarasan jagad raya.


contoh swastika di pura goa lawah bali. wikipedia.

2. Kalamakara yang terdiri dari Kala yang melambangkan waktu, dan Makara yang berupa
makhluk seperti buaya.

contoh karya seni rupa klasik indonesia: kalamakara, indonesiaasisee.

3. Kinnara, berwujud manusia setengah burung yang merupakan anggota dari kelompok dewa
penghuni langit.

Pengaruh zaman Hindu-Budha dalam bidang seni rupa sangat kental dalam bidang arsitektur,
khususnya arsitektur pada bangunan candi. Candi di Indonesia dibedakan menjadi candi Hindu
dan candi Budha.

1. Candi Hindu,
Arsitektur candi Hindu Indonesia memiliki gaya yang mirip hingga dengan gaya India Selatan.
Misalnya Candi Syiwa Lara Jonggrang di Jawa Tengah. Candi tersebut melukiskan penafsiran
masyarakat (atau setidaknya perancangnya) mengenai keadaan setempat yang terperinci, hingga
ke berbagai tempat pemujaan agama Hindu yang menunjukkan ciri Syiwaisme.

Peninggalan seni rupa hindu, candi prambanan

2. Candi Budha,
Bangunan candi Budha, seperti Candi Borobudur, tidak memiliki gaya yang mirip dengan gaya
India. Borobudur terdiri atas sepuluh tingkat konsentris. Enam tingkat paling bawah dirancang
sebuah bidang persegi, sementara empat tingkat di atasnya merupakan stupa utama berbentuk
lingkaran.

candi borobudur (budha). formasimediaindonesia.

Seni Hias Pra-Islam

Selain kebudayaan dan ragam hias yang dihasilkan dari akulturasi India, masyarakat nusantara
juga telah memiliki kebudayaan ragam hias khas yang tidak datang dari India, seperti kain batik.
Awal pembuatan batik sudah dimulai sejak zaman prasejarah, kain simbut dari Priangan adalah
contoh batik asli yang dibuat dari bahan kanji ketan sebagai penutup kain (Yudoseputro,
1986:96, Djumena, 1990: 86-87, Anas, 1997:15-16).

Sebutan batik yang paling tua terdapat dalam sebuah naskah Sunda yang ditemukan di selatan
Cirebon dan bertanggal 1440 Saka/1518 M (Lombard, 1996: 193). Kata batik belum disebut
disana, tetapi yang ada adalah kata tulis yang sejak itu lazim dipakai untuk pembubuhan malam
ke atas kain.

Selain itu disebut-sebut nama teknis dari sembilan motif, yang beberapa diantaranya terus
muncul dari masa ke masa. Istilah batik untuk pertama kali disebut dalam tulisan Eropa di
Daghregister di Batavia, tertanggal 8 April 1641.

Teknik batik dapat dengan cepat menyebar di Jawa karena tekniknya berasal dari pesisiran dan
pelabuhan. Batik masuk ke kerajaan Mataram, kemudian berkembang dan dibudayakan di
Cirebon, Pekalongan, Yogya, Solo, dsb. Di ibukota-ibukota Jawa bagian tengah, motif dan warna
batik selalu mengikuti kaidah-kaidah yang ketat. Sebaliknya di pesisir batik terus menerus
diperbaharui dan mengikuti selera khas dari pengerajinnya.

Sejarah Seni Rupa Madya (Pengaruh Islam)

Pengaruh Islam terhadap seni rupa Indonesia terjadi dari hasil perdagangan yang dimulai sejak
abad ke-11. Para pedagang dari Gujarat, India, adalah yang diketahui yang paling berpengaruh
besar dalam menyebarkan agama Islam di Indonesia. Mereka membangun permukiman di
sepanjang Pantai Timur Sumatra dan Aceh. Selanjutnya pusat-pusat kebudayaan Islam dibangun
secara bertahap di Demak dan Jepara.

Islam memberikan pengaruh kebudayaan yang besar terhadap seni rupa nusantara. Salah satu
pengaruh terbesarnya adalah pandangan retrospektif terhadap kebudayaan-kebudayaan nusantara
sebelum dipengaruhi oleh Zaman Klasik hingga ke Prasejarah. Motif-motif binatang dan yang
berhubungan dengan kepercayaan manusia perlahan berkurang.

Hal ini disebabkan oleh usaha para pemeluk Islam untuk menyebarkan agamanya di Indonesia
dihadapkan dengan permasalahan budaya masyarakat nusantara dari kepercayaan sebelumnya
masih kentara. Ragam hias nusantara digantikan oleh pola hias bentuk-bentuk alam. Beberapa
pengaruh terbesar Islam pada seni rupa Indonesia adalah sebagai berikut.
Pola hias bentuk-bentuk alam

Pada zaman madya kegemaran menggunakan motif hias yang bersumber pada ragam hias
geometris dan ragam hias tumbuhan hadir kembali di masyarakat nusantara. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, sebetulnya ragam hias geometri dan alam sudah dikenal sejak zaman
prasejarah.

Namun, pada zaman Islam semacam di revive atau dikampanyekan ulang menggunakan
pendekatan retrospektif terhadap budaya yang dianggap lebih Islami daripada kepercayaan-
kepercayaan masyarakat nusantara sebelumnya. Motif ini selalu muncul kembali dalam
perkembangan seni dekoratif Indonesia dengan pola dan susunan yang baru.

Pada masa Islam motif-motif hias geometri ini terus berkembang, sebagai bentuk penerus tradisi
seni hias zaman Hindu-Budha maupun sebagai hasil pengembangannya. Hal tersebut tampak
jelas pada ornamen batik yang berkembang pesat pada masa Islam.

Adanya ragam hias motif tumbuhan yang sudah lama dikenal di Indonesia sangat mudah
dipahami, karena lingkungan alam Indonesia yang kaya dengan tumbuhan selalu menjadi sumber
daya cipta para seniman untuk berkarya. Sesuai dengan kosmologi bangsa Indonesia, maka jenis
tumbuhan yang hadir sebagai hiasan memiliki arti perlambangan.

Pada masa Hindu-Budha arti perlambangan ini disesuaikan dengan ikonografi dalam kesenian
Hindu dan Budha. Pada masa Islam nilai-nilai perlambangan tersebut tetap dipelihara dan
dikembangkan terus dalam menentukan desain ornamental melalui pandangan yang baru.

Pahatan Makam

Batu nisan gaya Gujarat ditemukan di Samudera Pasai (Aceh Utara) dan Gresik. Pahatan yang
digunakan berbeda dengan pahatan yang biasa ditemukan di nusantara sebelumnya. Sama seperti
pola hias yang kembali banyak menggunakan bentuk-bentuk alam. Terkadang kaligrafi Islam
juga digunakan.

Arsitektur gaya Islam Indonesia

Arsitektur masjid Indonesia berbeda dengan yang ditemukan di negara Islam lainnya. Masjid
lama dibangun dengan mengikuti prinsip dasar bangunan kayu, dan disertai dengan
pembangunan pendapa di bagian depan. Akulturasi budaya nusantara dan islam tampak jelas
disini.

Selain itu juga biasanya masjid di Indonesia memiliki atap tumpang yang memberikan ventilasi,
dan disangga oleh deretan tiang kayu. Masjid-masjid tersebut terdapat di Cirebon, Banten,
Demak, dan Kudus. Bagian dalamnya dihiasi berbagai pola hias bentuk-bentuk alam seperti
bunga, dedaunan, pola geometris dan kaligrafi.

masjid wapaue, salah satu masjid tertua di Indonesia

Kaligrafi

Kaligrafi nusantara sangat dipengaruhi oleh Islam, khususnya kaligrafi Arab. Berbagai benda
yang biasa digunakan untuk upacara adat di Indonesia di masa ini juga sering dihiasi oleh
kaligrafi. Berbagai senjata seperti belati, tombak, dan pedang juga sering dihiasi kaligrafi.

Istana juga kini dihiasi oleh kaligrafi. Wayang juga sering dihiasi oleh kaligrafi untuk
menyamarkan bentuk manusianya. Arab gundul juga sempat menjadi aksara yang cukup
dominan digunakan sebagai tulisan sehari-hari masyarakat nusantara.

Batik Islam

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, batik sebetulnya telah ditemukan dari masa prasejarah.
Namun pada Seni Rupa Madya inilah perkembangannya mulai melaju pesat. Karena berkembang
pada masa ini pula, batik juga ikut dipengaruhi oleh budaya islam.
Ragam hias ilmu ukur yang sering dijumpai pada atik seperti tumpal, banji, meander, swastika
dan motif pilin mulai ditinggalkan. Digantikan oleh motif flora seperti bunga, bentuk buah, dan
dedaunan.

Sejarah Seni Rupa Modern

Disini Indonesia telah terbentuk sebagai koloni Belanda dan masih bernama Hindia-Belanda.
Perjalanan seni rupa modern Indonesia terbata-bata dibawah penjajahan VOC. Meskipun begitu
program kolonialisasi Belanda berhasil mencetak setidaknya satu orang yang diketahui merintis
seni rupa di negeri ini. Periode itu kemudian menstimulus periode seni rupa modern lainnya.
Periode-periode seni rupa modern tersebut adalah sebagai berikut.

Periode Perintis (1826-1880)

Raden Saleh adalah seniman yang dikenal sebagai pelopor seni rupa modern Indonesia, karya-
karyanya bernilai tinggi dan telah dikenal luas oleh masyarakat dunia. Karena kemahirannya
dalam melukis menggunakan teknik Barat (modern untuk masyarakat Nusantara), Tokoh penting
Seni rupa Indonesia ini juga disebut sebagai Sang Pembaru.

Raden Saleh lahir dengan nama lengkap Raden Saleh Sjarif Bestaman di tahun 1807, tanggal
lahir dan bulannya tidak diketahui. Lahir di Terboyo, dekat Semarang, Jawa Tengah dari Rahim
Mas Adjeng Zarip. Saat baru berusia sepuluh tahun, Raden Saleh diserahkan kepada pamannya
yang menjabat sebagai Bupati Semarang, ketika Indonesia masih dikolonialisasi oleh Belanda
(Hindia Belanda).

Raden Saleh sudah gemar menggambar dari sejak kecil. Bakatnya di bidang seni sudah mulai
menonjol saat Saleh kecil bersekolah di sekolah rakyat (Volks-School). Tak jarang di kala
gurunya sedang mengajar, ia malah asyik menggambar. Meskipun begitu, sang guru tak pernah
marah, karena kagum melihat hasil karya muridnya.
Belajar kepada Pelukis asal Belgia A.A.J. Payen

Selain memiliki kepekaan terhadap seni yang tinggi, Saleh juga dikenal sebagai sosok yang
ramah, sopan dan mudah bergaul. Karena sifatnya yang hangat dan supel itulah, Saleh tidak
menemui kesulitan saat harus menyesuaikan diri dalam lingkungan orang Belanda. Karena
sifatnya itu pula ia mendapatkan kesempatan dari Prof. Caspar Reinwardt untuk menjadi calon
pegawai di Lembaga Pusat Penelitian Pengetahuan dan Kesenian di Bogor.

Di lembaga tersebut Saleh bertemu dengan seorang pelukis keturunan Belgia bernama A.A.J.
Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa,
untuk hiasan kantor Departemen van Kolonieen Belanda. Payen tertarik pada bakat Raden Saleh
dan berinisiatif memberikan bimbingan.

Payen sebenarnya tidak terlalu menonjol di kalangan seniman lukis Belanda, namun peran
mantan mahaguru Akademi Senirupa di Doornik, Belanda, ini nyatanya sangat membantu Saleh
mendalami teknik seni lukis Barat. Ia mengajarkan berbagai teknik lukis Barat, misalnya teknik
melukis dengan cat minyak. Payen juga mengajak Saleh muda dalam perjalanan dinas keliling
Jawa untuk mencari model dan pemandangan untuk dilukis.

Karena kemampuan Raden Saleh yang dinilai Payen semakin matang, Ia kemudian mengusulkan
agar anak didiknya itu mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda. Usulan itu kemudian
mendapatkan dukungan yang positif dari G.A.G.Ph. van der Capellen, setelah Gubernur Jenderal
Hindia Belanda (1819 – 1826) itu melihat karya Raden Saleh.

Belajar ke Belanda

Pada tahun 1829, hampir bersamaan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh
Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen memberangkatkan Saleh untuk belajar ke Belanda.
Keberangkatannya bukan hanya untuk belajar seni lukis tapi mengemban tugas juga untuk
mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge mengenai adat-istiadat Jawa, Bahasa Jawa, dan
Bahasa Melayu.

Di Belanda, Raden Saleh belajar di bawah bimbingan Cornelius Kruseman dan Andries
Schelfhout. Semasa menimba ilmu di sana, kemampuan berkembang pesat. Kesempatan untuk
bisa belajar di luar negeri benar-benar dimanfaatkan Raden Saleh. Dua tahun pertama ia
memperdalam bahasa Belanda dan belajar teknik mencetak menggunakan batu.
Sedangkan di bidang seni, selama lima tahun pertama ia belajar melukis potret dari Cornelis
Kruseman dan tema pemandangan dari Andries Schelfhout. Mereka berdua adalah seniman yang
karyanya memenuhi standar mutu rasa seni orang Belanda pada saat itu.

Secara perlahan, namanya mulai dikenal, Raden Saleh bahkan menggelar pameran di Den Haag
dan Amsterdam. Masyarakat Belanda sangat mengapresiasi karyanya. Mereka tidak menyangka
seorang pelukis muda pribumi Hindia Belanda dapat menguasai teknik seni lukis Barat dengan
baik.

Setelah studinya di Belanda selesai, Raden Saleh tidak langsung pulang ke Tanah Air, tapi justru
mengajukan permohonan agar boleh tinggal lebih lama. Agar ia dapat mempelajari ilmu lain di
luar melukis, yaitu ilmu pasti, ukur tanah, dan pesawat. Raja Willem I (1772-1843) dan
pemerintah Hindia Belanda, mengabulkan permintaannya, dan menangguhkan kepulangannya ke
Indonesia. Namun ia tidak mendapat beasiswa dari pemerintah Belanda lagi.

Saat pemerintahan Raja Willem II (1792-1849), Raden Saleh mendapat dukungan untuk
meneruskan studinya. Ia dikirim ke Dresden, Jerman untuk menambah wawasannya. Ia tinggal
selama lima tahun dengan status sebagai tamu kehormatan Kerajaan Jerman. Tahun 1843, Raden
Saleh meneruskan petualangannya untuk menuntut ilmu ke Weimar. Setahun kemudian ia
kembali ke Belanda dan menjadi pelukis istana kerajaan Belanda.

Menjelajahi Eropa

Meski telah banyak menghasilkan banyak masterpiece, keingintahuannya pada seni belum juga
terpuaskan. Raden Saleh terus menggali kemampuannya dengan mempelajari seni lukis dari
negara Eropa lain di luar Belanda. Selama kurun waktu tahun 1844-1851, Saleh tinggal dan
berkarya di Prancis. Disaat aliran romantisisme sedang berkembang di Eropa dari awal abad 19.
Wawasan seninya bertambah dengan menghabiskan waktu disana. Ia sangat mengagumi karya
pelukis Perancis yang dikenal sebagai tokoh romantisisme bernama Ferdinand Victor Eugene
Delacroix (1798-1863). Sejak itu, ciri aliran romantisisme muncul dalam lukisan-lukisan Raden
Saleh.

Sejak itu, Saleh mulai melukiskan pelbagai satwa liar yang dipertemukan dengan manusia.
Seperti adegan-adegan perburuan hewan liar, yang merupakan salah satu ciri aliran
romantisisme. Beberapa kritikus berpendapat bahwa melalui karyanya, ia menyindir hawa nafsu
manusia yang terus mengusik makhluk lain. Misalnya dengan berburu banteng, rusa, singa, dan
sebagainya. Saleh banyak mengembara ke banyak tempat untuk mencari sumber inspirasi yang
ia cari.
Ketika berada di Eropa, ia menjadi saksi mata revolusi Februari 1848 di Paris, yang akhirnya
turut mempengaruhi dirinya. Tahun 1846, dari Perancis, ia bersama pelukis Prancis kenamaan,
Horace Vernet, pergi ke Aljazair dan tinggal selama beberapa bulan. Disitulah Raden Saleh
mendapat inspirasi untuk melukis kehidupan satwa di padang pasir. Pengamatannya
membuahkan sejumlah lukisan perkelahian satwa buas dalam ukuran-ukuran frame yang besar.

Negara Eropa lain yang pernah ia datangi adalah Austria dan Italia. Petualangannya di benua
Eropa berakhir pada tahun 1851. Raden Saleh pulang ke Indonesia bersama istrinya,
seorang wanita Belanda.

Pulang ke Hindia Belanda

Walaupun sempat menjadi pelukis kerajaan Belanda, ia tak sungkan mengkritik politik represif
pemerintah Hindia Belanda. Meskipun mendapatkan pendidikan Barat, Raden Saleh tetap
menjadi sosok yang menjunjung tinggi idealisme kebebasan dan kemerdekaan negara. Ia tetap
menentang penindasan Belanda terhadap Nusantara. Pemikirannya itu digambarkannya dalam
lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pemerintah kolonial Belanda.

Begitu pulang ke tanah kelahirannya, Raden Saleh ditunjuk menjadi konservator pada Lembaga
Kumpulan Koleksi Benda-benda Seni. Di sela-sela kesibukannya, ia masih banyak menghasilkan
karya berupa beberapa lukisan potret keluarga keraton dan pemandangan lokal. Di saat karirnya
semakin melambung, Raden Saleh harus menghadapi kenyataan pahit karena pernikahan
pertamanya berakhir dengan perceraian. Namun ia kembali membangun rumah tangga dengan
seorang gadis keluarga ningrat keturunan Keraton Solo.

Setelah pernikahannya yang kedua, Ia tinggal di Batavia (Jakarta) di kawasan Cikini. Ia


menghibahkan sebagian dari halamannya yang luas untuk dijadikan kebun binatang. Kini kebun
binatang itu menjadi Taman Ismail Marzuki. Sedangkan rumahnya yang megah menjadi Rumah
Sakit Cikini, Jakarta.

Penghargaan Raden Saleh

Raden Saleh banyak dikagumi di negara-negara Eropa. Berbagai penghargaan diberikan pada
Raden Saleh. Di antaranya, bintang Ridder der Orde van de Eikenkoon (R.E.K.), Commandeur
met de ster der Frans Joseph Orde (C.F.J.), Ridder der Kroonorde van Pruisen (R.K.P.), Ridder
van de Witte Valk (R.W.V.), dan masih banyak lagi. Pemerintah Indonesia juga memberikan
penghargaan pada tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Yaitu Piagam
Anugerah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.
Lukisan Raden Saleh

Lukisan Raden Saleh banyak ditemukan di belahan dunia, karena Saleh memang sempat
berpetualang ke negara-negara Eropa untuk menimba ilmu dan pengalaman. Perjalanannya
tersebut juga banyak mempengaruhi gagasannya dalam berkarya.

Aliran Seni Lukis Raden Saleh

Aliran Seni lukis Raden Saleh banyak dipengaruhi oleh dua aliran utama yang sedang berdialog
hangat di Barat pada masa hidupnya. Ia mempelajari teknik lukis setelah periode Renaisans
banyak mempengaruhi dunia seni Barat. Namun Ia juga merasakan dampak dari aliran seni rupa
yang sedang mapan pada saat itu, yakni aliran seni rupa romantisisme.

Ciri-ciri aliran romantisisme sangat kental pada karyanya setelah dia berpetualang ke negara-
negara Eropa. Aliran romantisisme adalah aliran yang mengutamakan imajinasi, emosi, dan
sentimen idealisme yang biasanya dituangkan melalui alegori alam. Karena itulah banyak lukisan
Raden Saleh yang melibatkan satwa liar dan pemandangan alam yang dramatis. Bahkan lukisan
suasananya pun tetap dibumbui oleh pencahayaan alam yang emosional.

Karya-Karya Penting Raden Saleh

Raden Saleh menghasilkan banyak sekali karya yang memuat pelbagai tema dan subjek. Teknik
lukisnya banyak dipengaruhi oleh seniman-seniman Barat. Meskipun demikian Ia tidak lantas
lupa pada tanah airnya sendiri. Hal tersebut dapat dilihat pada lukisan Penangkapan Diponegoro
hasil karyanya.
Penangkapan Diponegoro (1857)

Deskripsi, Analisis dan Penafsiran Penangkapan Diponegoro

Pangeran Diponegoro dan pengikutnya tampak tidak membawa senjata pada lukisan ini. Keris di
pinggang, ciri khas Diponegoro, pun tak ada. Tampaknya Raden Saleh ingin menunjukkan,
peristiwa itu terjadi di bulan Ramadhan. Meskipun Saleh tidak sedang berada di Hindia Belanda
pada peristiwa itu, ketika pulang ia langsung mencari pelbagai informasi mengenai berita
penangkapan tersebut. Pangeran Diponegoro dan pengikutnya datang untuk berunding, namun
gagal.

Diponegoro ditangkap dengan mudah karena jenderal De Kock tahu bahwa musuhnya sedang
tidak siap untuk berperang di bulan Ramadhan. Meskipun tampak tegang, Pangeran Diponegoro
tetap digambarkan berdiri dalam pose siaga. Wajahnya yang bergaris keras tampak menahan
emosi, tangan kirinya menggenggam tasbih yang mungkin ingin menunjukan Beliau tetap
bersabar dan tidak lupa pada yang Maha Kuasa ketika musibah menimpanya.

Dalam lukisan itu tampak Raden Saleh menggambarkan sosok yang mirip dengan dirinya
sendiri. Sosok itu menunjukan sikap empati menyaksikan suasana tragis itu bersama pengikut
Pangeran Diponegoro yang lain. Jenderal De Kock pun kelihatan tampak sangat segan dan
menaruh hormat saat menangkap Pangeran Diponegoro menuju ke tempat pembuangan.
Perburuan Banteng (1855)

Deskripsi, Analisis dan Penafsiran Perburuan Banteng

Pada lukisan ini tampak segerombolan manusia yang sedang memburu banteng. Mereka semua
tampak beringas, menunjukan emosi yang siap untuk membunuh banteng yang berusaha untuk
melawan. Tampak perlawanan banteng tersebut berhasil menjatuhkan salah satu pemburu yang
berusaha menangkapnya.

Terdapat ciri paradoks dari Romantisisme disini, manusia seolah diputarbalikan menjadi mahluk
yang buas (seperti hewan) yang berburu mangsanya. Padahal banteng bukanlah hewan yang
lazim diburu di nusantara. Tidak ada budaya untuk memakan santapan daging banteng di Hindia
Belanda, latar belakang Raden Saleh pada saat menciptakan karya ini.

Hewan yang dipertemukan dengan sifat agresif manusia ini tampak secara tidak langsung
menyindir nafsu manusia yang terus mengusik mahluk lain. Padahal predator alami sendiri
biasanya tidak berani untuk memburu banteng. Tapi manusia dengan nafsu yang tidak terbatas
berani dan bahkan berhasil menaklukan hewan yang raja rimba saja tidak berani menyentuhnya.
Singa berburu agar dapat bertahan hidup, berburu adalah satu-satunya sumber makanan baginya.
Sementara manusia? Sebetulnya apa yang diburu dalam perburuan banteng itu?

Die Lowenjagd / Perburuan Singa (1839)

Deskripsi, Analisis dan Penafsiran Perburuan Banteng

Tampak segerombolan pemburu yang beretnis Timur Tengah (Arab) sedang berusaha untuk
memburu Singa. Latar perburuan di gurun padang pasir yang sepertinya bukan habitat asli dari
Singa. Singa memang hidup di savanna afrika, namun bukan di padang pasir timur tengah.
Padahal Raden Saleh pernah berkunjung ke timur tengah dan pastinya mengetahui fakta ini.
Perburuan singa yang berlatar di timur tengah ini tampaknya bukan hanya sekedar lukisan
dokumentasi semata.

Pada tahun 1882 Inggris berhasil menaklukan Mesir dan beberapa negara Timur tengah lainnya.
Singa dikenal sebagai lambang Kerajaan Inggris. Mungkinkah lukisan pertarungan dengan Singa
ini mengalegorikan keadaan Timur Tengah pada masa itu? Dilihat dari korelasinya hal tersebut
sangatlah relevan. Gambar pada lukisan ini adalah kumpulan simbol yang menyuarakan
penjajahan Inggris pada masa itu. Meskipun Mesir telah kalah, mereka masih tetap ingin
berjuang untuk merebut kembali kemerdekaannya.

Penutup

Salah satu yang menjadi catatan penting adalah banyak informasi yang mengatakan bahwa
Raden Saleh adalah pelukis yang mengusung aliran romantisme. Aliran Seni lukis Raden Saleh
bukan romantisme, melainkan Romantisisme. Kedua istilah tersebut memiliki makna yang
berbeda bahkan diluar kenyataan bahwa romantisme bukanlah kata baku pada Bahasa Indonesia

Referensi

1. Algadri, Hamid. 1994 Dutch Policy against Islam and Indonesians of Arab Descent in Indonesia:
LP3ES
2. Kusnadi, Seni Rupa Modern, http://archive.ivaa-online.org/files/uploads/texts/55-
60%20seni%20rupa%20modern.pdf
A. Periode Indonesia Jelita (Mooi Indie)

Masa ini merupakan kelanjutan dari periode perintis, setelah berakhirnya periode perintis karena
meninggalnya Raden Saleh. Nama besar yang muncul di periode ini adalah Abdullah Surio
Subroto dan diikuti oleh anak-anaknya, Sujono Abdullah, Basuki Abdullah dan Trijoto Abdullah.
Pelukis Indonesia lainnya juga ikut bermunculan seperti Sunoyo, Suharyo, Pringadi, Henk
Ngantung, Wakidi, dll. Periode ini disebut dengan masa Indonesia Jelita karena Senimannya
banyak melukiskan tentang kemolekan atau keindahan alam Hindia-Belanda.

Karya penting Periode Indonesia Jelita:

1. Abdullah SR: Pemandangan di sekitar Gn. Merapi, Pemandangan di Jawa Tengah, Dataran
Tinggi di Bandung
2. Pringadi, melalui lukisan Pelabuhan Ratu
3. Basuki Abdullah: Pemandangan, Gadis sederhana, Pantai Flores, Gadis Bali

Basuki Abdullah dikenal sebagai pelukis aliran realisme dan naturalisme. Lahir di masa kolonial
dan meninggal di era kemerdekaan membuatnya menjadi native post kolonial. Mungkin konteks
tersebutlah yang membuat Basuki Abdullah tak kunjung berhenti dalam mengeksplorasi berbagai
tema dan teknik lukis. Ia terpengaruh oleh banyak teknik dan aliran di masa hidupnya. Mulai dari
sekolahnya di Belanda, hingga studi bandingnya ke negara-negara eropa lain.

Meskipun demikian ia tetap tidak meninggalkan berbagai kearifan lokal dan tradisi negeri ini.
Tema kebangsaan dan bela negara tidak luput dari lukisannya. Jika kita melihat karyanya,
Abdullah terpengaruhi oleh aliran romantisisme tetapi tidak terlalu berlebihan dan masih berada
di selimut aliran realisme. Meskipun begitu, aliran realisme yang ia usung juga terkadang tidak
memiliki gambaran yang di indah-indahkan dan disitulah garis aliran naturalisme ditarik.

Mungkin berbagai kontradiksi tersebut juga yang menjadikannya salah satu seniman terhebat
sepanjang masa di Indonesia. Basuki Abdullah adalah seorang maestro yang tak pernah berhenti
melukis bahkan tidak takut untuk terus bereksplorasi. Dinamika lukisannya sama seperti
kehidupannya yang melewati berbagai masa yang yang cukup rumit. Dilengkapi dengan
kecintaan dari dini pada seni dan pendidikan yang mumpuni.

Biografi Basuki Abdullah

Basoeki Abdullah lahir di Desa Sriwidari, Surakarta Jawa Tengah, 27 Januari 1915 dengan
Indonesia yang masih berstatus Hindia Belanda. Lahir dari pasangan R. Abdullah Suryosubroto
dan Raden Nganten Ngadisah. Kakek Basuki Abdullah adalah seorang figure sejarah
Kebangkitan Nasional Indonesia, yaitu dokter Wahidin Sudirohusodo. Ayahnya adalah seorang
pelukis juga, salah satu tokoh Mooi indie.

Sejak dari kecil (umur 4 tahun) Basuki Abdullah sudah mulai menyukai dunia seni. Ia mulai suka
menggambar figur-figur penting seperti Yesus Kristus, Mahatma Ghandi, dll. Dalam usianya
yang masih muda Basoeki Abdullah telah berhasil menggambar dengan tingkat kemiripan dan
teknis yang luar biasa.

Basuki Abdullah mendapatkan pendidikan yang masih diselenggarakan oleh pemerintah


Belanda. Pendidikan dasar hingga menengahnya ditempuh di HIS (Hollands Inlandsche Scool)
kemudian dilanjutkan ke MULO (Meer Ultgebried Lager Onderwijs).

Pada tahun 1913 Basuki Abdullah mendapatkan bea siswa untuk melanjutkan pendidikannya di
Akademi Seni Rupa (Academie Voor Beldeende Kunsten) di Den Haag, Belanda berkat bantuan
dari Pastur Koch SJ. Ia menyelesaikan studinya dalam waktu dua tahun lebih dua bulan dan
meraih penghargaan sertifikat Royal International of Art (RIA). Tak berhenti disana setelah itu ia
juga mengikuti semacam program studi banding di beberapa sekolah seni rupa di Paris dan
Roma.

Aliran Seni Basuki Abdullah

Aliran Seni Basuki Abdullah telah lama dilansir sebagai seorang naturalis. Karya Basoeki
Abdullah dinilai cenderung memperindah realitas yang ada, tetapi di beberapa karyanya ia
tampak menampilkan subjek lukisannya apa adanya, seperti yang dapat dilihat pada karyanya
yang berjudul “Adik dan Kakak”.
Kakak dan Adik oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui galeri-nasional.or.id
Meskipun Abdullah terkenal melalui aliran naturalisme, sebetulnya karirnya juga
memperlihatkan berbagai aliran lain yang tidak mengkerucut pada hanya satu mazhab saja.
Melalui karyanya kita dapat merasakan aliran-aliran lain seperti romantisisme dan realisme. Ia
juga sering mengambil subjek dari dongeng, legenda dan mitos. Abdullah juga melukis karya
abstrak di masa hidupnya.

Tampaknya Basoeki Abdullah adalah seorang seniman yang sudah mulai berlayar di gaya seni
kontemporer pada masanya. Ia tidak menganut mazhab tertentu dan terus bereksperimen dengan
berbagai aliran yang diinginkannya. Meskipun begitu pada akhirnya aliran naturalismelah yang
paling mengharumkan namanya.

Selain itu, naturalisme sendiri memiliki beberapa sudut pandang yang berbeda dalam cabang
seni. Dalam seni rupa terdapat pendapat bahwa naturalisme adalah realisme yang
mengungkapkan subjek tidak lebih indah dari yang sebenarnya. Subjek atau objek ditampilkan
apa adanya namun tetap dapat terlihat indah.

Sementara di dunia sastra, naturalisme adalah bentuk realisme yang lebih radikal: Apa adanya
tanpa ‘sensor’ dalam artian figur subjek yang dibicarakan digambarkan apa adanya tanpa
mempertimbangkan estetika dan etika secara umum. Keterpurukan sosial biasanya diceritakan
dengan gamblang.

Secara umum lukisan-lukisan Basuki Abdullah berpijak pada tradisi melukis Romantisisme dan
Naturalisme. Gambar dalam kanvas selalu tampak memanjakan mata dan memperlihatkan
kemampuan teknis keindahan secara fisik. Keindahan visual tampak lebih menonjol pada
permukaan kanvas, bukan keindahan isi atau makna. Keindahan visual dari teknik adalah titik
fokus dari karya-karya Basoeki Abdullah.

Aliran Naturalisme dan Realisme

Banyak yang masih keliru ketika menerjemahkan apa yang dimaksud dengan aliran Realisme.
Aliran realisme adalah aliran yang menggambarkan keadaan keseharian dengan sewajar-
wajarnya, bukan berarti lukisan harus memiliki tingkat kemiripan yang tinggi. Wacana, gagasan
atau subjeknya yang realistis, bukan gambarnya. Justru aliran Naturalisme-lah yang mengusung
ide untuk membuat gambar subjek semirip mungkin dengan aslinya, atau realistik. Naturalisme
adalah aliran yang menggambarkan alam atau potret manusia semirip mungkin dengan referensi
aslinya.

Karya Karya Penting Basuki Abdullah


Seperti yang telah diuatarakan sebelumnya, Karya Basuki Abdullah menyelimuti banyak sekali
tema subjek. Selain itu gaya teknis yang digunakan juga beragam dari romantisisme hingga ke
seni abstrak. Beberapa tema utama yang sering ia bawakan akan dibahas dibawah ini.

Tema Dongeng, Legenda, Mitos dan Tokoh Terkenal

Karya Abdullah juga menelusuri tema dongeng, legenda, mitos dan tokoh terkenal. Abdullah
memulai pameran awalnya dengan menggunakan tema ini. Berkat bantuan Prof. Wolff
Schoemacher, seorang guru besar atanomi di Technische Hoogeschool ia mendapat kesempatan
untuk memamerkan lukisannya di Jaarbeurs (Pameran Dagang Bandung). Untuk seorang bangsa
Indonesia, kesempatan tersebut sangatlah langka karena biasanya yang mengikuti pameran
Jarbeeurs hanyalah pelukis-pelukis dari Eropa saja.

Pertempuran Gatotkaca dan Antasena, gambar diperoleh melalui kemdikbud.go.id


Potret dan Figur Wanita

Subjek kecantikan wanita adalah salah satu karya Basoeki Abdullah yang paling menonjol. Ia
selalu fokus terhadap kecantikan-kecantikan lokal perempuan Indonesia, meskipun tidak
membatasinya disitu saja. Subjek yang dilukis beragam dari perempuan yang mengenakan
pakaian tradisional hingga ke pakaian modern pada masanya. Potret dan figur pria juga
sebetulnya tidak dilewatkan oleh Basoeki Abdullah.

Javanese Girl oleh Basoeki Abdullah, gambar diperoleh melalui wikiart.org


Wajah Model oleh Basuki Abdullah, gambar diperoleh melalui museumbasoekiabdullah.or.id
Mooi Indië: Mendokumentasikan Keindahan Alam Indonesia

Basuki Abdullah juga banyak melukis pemandangan, situasi masyarakat yang sedang beraktifitas
(seperti membajak sawah) hingga binatang dan tumbuh-tumbuhan, baik secara bersama-sama
maupun tunggal. Dalam kategori pemandangan, biasanya ia juga memadukan figur manusia
yang sedang berinteraksi dengan alam.

Karya-karya pemandangan Basoeki Abdullah tampak terinspirasi oleh lukisan pemandangan


gaya Inggris, seperti yang digubah oleh John Constable. Ia juga sedikit terpengaruhi oleh gaya
langit yang dikembangkan oleh William Turner. Meskipun Basuki Abdullah menambahkan
kesan keindahannya (ciri khas aliran naturalisme) tetapi ia tergolong tidak melakukan
penympangan yang terlalu jauh dari realita. Subjek dan Objek yang digambar tidak terlalu
berlebihan dan masih alami.
Referensi

1. Museum Basuki Abdullah 2009. Lukisan Basuki Abdullah Tema Dongeng, Legenda, Mitos dan
Tokoh. Jakarta: Penerbit Museum Basuki Abdullah.
2. museumbasoekibadullahor.id, Menyelisik Kisah Pameran Awal Basoeki Abdullah.
Periode PERSAGI

Pada periode ini, Indonesia sedang berjuang untuk mendapatkan hak kemerdekaannya dari
Belanda. Pergolakan di segala bidang pun terjadi, begitu pula dalam bidang kesenian yang
sedang berusaha mencari ciri khasnya, yaitu Seni Rupa Indonesia. Salah satu seniman besar yang
dikenal memiliki kontribusi tinggi adalah S. Sdjojono. Ia merasa tidak puas dengan periode seni
Jelita yang serba indah, karena dianggap bertolak belakang dengan kejadian yang melanda tanah
air.

Sebagai langkah pergerakannya S. Sudjojono dan Agus Jayasuminta bersama rekan-rekannya


yang lain mendirikan PERSAGI (Persatuan Ahli-ahli Gambar Indonesia). Persagi bertujuan
untuk mengembangkan seni rupa di Indonesia dengan mencari gaya Indonesia asli. Konsep
persagi itu sendiri adalah semangat dan keberanian, bukan sekedar keahlian melukis, melainkan
melukis dengan tumpahan jiwa.

Karya-karya penting PERSAGI:

1. Sudjojono: Di depan kelambu terbuka, Cap Go Meh, Jongkatan dan Bunga kamboja
2. Agus Jayasuminta: Barata Yudha, Arjuna wiwaha, Dalam Taman Nirwana
3. Otto Jaya: Penggodaan, Wanita impian
seni rupa modern indonesia di depan kelambu terbuka oleh Soedjojono. lukisanku.id

Periode Pendudukan Jepang

Kegiatan seni rupa pada masa ini di dominasi oleh kelompok Keimin Bunka Shidoso. Kelompok
ini membawa misi propaganda pembentukan kekaisaran Asia Timur Raya yang di inisiasi oleh
Jepang. Kelompok ini didirikan oleh tentara Dai Nippon dan dibantu oleh seniman Indonesia
seperti Agus Jayasuminta, Otto Jaya, Subanto, Trubus, Henk Ngantung.

Namun masyarakat kita juga tidak berhenti berjuang sendiri, kelompok asli Indonesia
mendirikan PUTRA (Pusat Tenaga Rakyat), tokoh-tokoh yang mendirikan kelompok ini adalah
tokoh empat serangkai yaitu: Ir. Sukarno, Moh. Hatta, KH. Dewantara dan KH. Mas Mansyur.
Seniman yang khusus menangani bidang seni lukis adalah S. Sudjojono dan Affandi. Pelukis
yang ikut bergabung dalam PUTRA diantaranya adalah: Hendra Gunawan, Sudarso, Barli,
Wahdi, dll.
Periode Akademi (1950)

Periode ini memulai pengembangan seni rupa Indonesia melalui pendidikan formal. Lembaga
Pendidikan yang bernama ASRI berdiri tahun 1948 kemudiaan secara formal tahun 1950
Lembaga tersebut mulai membuat rumusan-rumusan untuk mencetak seniman-seniman dan
calon guru seni rupa di Indonesia. Pada tahun 1959 di Bandung dibuka program Seni Rupa ITB,
kemudian dibuka jurusan pendidikan seni rupa disemua IKIP (Institut keguruan dan ilmu
pendidikan) diseluruh Indonesia.

Periode Seni Rupa Baru

Di sekitar tahun 1974 muncul kelompok baru dalam seni lukis yang dipelopori oleh Jim
Supangkat, S. Prinka, Dee Eri Supria, dkk. Kelompok ini menampilkan gaya baru dalam seni
lukis Indonesia yang terpengaruh oleh keilmuan seni modern barat. Kelompok ini berusaha
untuk membebaskan diri dari batasan-batasan seni rupa yang telah ada. Konsep kelompok ini
adalah:

1. Tidak membedakan disiplin seni


2. Menghilangkan sikap seseorang dalam mengkhususkan penciptaan seni
3. Mendambakan kreatifitas baru
4. Membebaskan diri dari batasan-batasan yang sudah mapan
5. Bersifat eksperimental

Referensi

1. Soedarso SP. (1990/1991). Seni Rupa Indonesia dalam Masa Prasejarah


2. Soekmono. (1993). Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1, 2, 3 Yogyakarta: Kanisius.
3. Munandar, A.A. & Yulianto, K. (1995). Research Report: Arsitektur Gua sebagai Sarana
Peribadatan dalam Masa Hindu-Buddha. Depok: Universitas Indonesia.
4. Yudoseputro. (1986). Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung : Angkasa
5. Djumena, Nian S. 1990. Batik Dan Mitra (Batik And Its Kind). Jakarta: Djambatan
6. Anas, Biranul. 1997. Indonesia Indah “Batik” Buku ke-8. Jakarta: Yayasan Harapan Kita, BP3
Taman Mini Indonesia Indah.
Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, Nilai, Kaidah

Pengertian Teks Cerita Sejarah

Pengertian teks cerita sejarah adalah kisah imajinasi yang ditulis dengan tokoh atau latar sejarah
yang benar-benar terjadi. Meskipun imajinatif, teks ini tetap memuat sejarah yang faktual,
namun hanya digunakan untuk latar belakang dan beberapa unsur lainnya saja

Pada dasarnya hampir semua prosa atau novel dapat memuat nilai sejarah jika gaya penulisan
yang digunakan adalah gaya realis. Namun, kandungan sejarahnya tidak akan sekuat teks cerita
sejarah. Untuk menghilangkan kekaburan yang rentan terjadi, kita juga harus memahami apa itu
teks sejarah.

Teks Sejarah

Teks sejarah adalah tulisan yang berisi cerita, kejadian atau peristiwa yang benar-benar pernah
terjadi atau berlangsung di masa lalu. Bedanya sangat jelas bahwa teks sejarah bukanlah cerita
imajinasi, namun dapat disampaikan melalui gaya penulisan prosa non fiksi atau tetap dikisahkan
melalui gaya penulisan sastra.

Tentunya, khusus untuk teks yang satu ini kita harus benar-benar memahami apa yang dimaksud
dengan sejarah terlebih dahulu. Berikut adalah penjelasannya.

Sejarah

Secara etimologis sejarah berasal dari kata “syajaratun” (dibaca: syajarah) dalam bahasa Arab
yang artinya adalah pohon kayu. Makna pohon yang dimaksud adalah mengacu pada
menggambarkan pohon tumbuh dari tanah ke atas, bercabang, menumbuhkan dahan, daun,
hingga bunga dan bahkan buahnya. Kata sejarah tersimpan makna pertumbuhan atau kejadian
(Yamin, 1958, hlm.4).

Sementara itu, dalam bahasa Inggris, sejarah disebut dengan history. History berasal dari bahasa
Yunani yakni historia yang berarti apa yang diketahui karena penyelidikan. Sehingga dapat
diartikan bahwa sejarah adalah pengetahuan yang berhubungan dengan bermacam peristiwa yang
terjadi di masyarakat melalui proses penyelidikan.
Melalui asal muasal arti kata di atas kita dapat mengetahui bahwa sejarah menyangkut suatu
rentetan proses terjadinya suatu pengetahuan melalui penyelidikan atau penelitian. Sehingga,
sejarah adalah rekam jejak peristiwa yang diambil berdasarkan fakta yang pernah terjadi.

Pengertian Novel Sejarah

Sementara itu, novel sejarah berarti tulisan imajinasi atau prosa fiksi yang bertokoh dan/atau
berlatar peristiwa sejarah yang ditulis menggunakan gaya novel yang berarti dibahas secara
panjang lebar dan mendetail. Meskipun tidak benar-benar merekam kejadian peristiwa atau
tokoh nyata, namun dasar sejarahnya ada.

Perbedaannya dengan teks cerita sejarah? Teks adalah istilah umum. Bisa jadi mengacu pada
cerpen, novelet, atau justru skenario drama.

Perlu diulangi kembali bahwa meskipun kisah dalam novel sejarah adalah cerita imajinasi,
latarnya kaya akan sejarah nyata yang pernah terjadi. Misalnya bagaimana Pramoedya Ananta
Toer menulis novel sejarah “Bumi Manusia”. Apa saja latar sejarah yang termuat dalam novel
tersebut? Contohnya: Dulu Indonesia adalah Hindia Belanda dan pemerintahan tersebut benar-
benar pernah ada di masa lalu.

Dalam novel tersebut juga termuat kisah kekejamaan kolonialisme Belanda. Dceritakan pula
mengenai pelanggaran hak asasi manusia, ketidakadilan pengadilan terhadap pribumi, nilai adat
istiadat Indonesia, dsb. Meskipun bukan rekaman fakta, namun berbagai kisah tersebut dapat
ditelusuri kebenarannya melalui sejarah.

Dapat disimpulkan bahwa novel sejarah adalah novel yang di dalamnya terdapat penjelasan dan
cerita mengenai fakta kejadian masa lalu yang latar belakang terjadinya memiliki nilai
kesejarahan tetapi disajikan berdasarkan imajinasi penulisnya.

Perbedaan Teks Sejarah dan Novel Sejarah

Simpulannya, teks sejarah adalah fakta, sementara teks cerita dan novel sejarah adalah imajinasi
atas fakta. Sementara itu, berikut adalah analisis bandingan perbedaan novel sejarah dengan teks
sejarah.
No. Teks Sejarah Novel Sejarah

Dituntut untuk menyajikan hal-hal Bebas untuk menggambarkan sesuatu yang


1. faktual yang benar-benar ada dan pernah tidak pernah ada.
terjadi.

Sejarawan wajib untuk menyampaikan Novelis bebas sepenuhnya dalam menciptakan


sesuatu sebagaimana adanya, sesuai sesuai dengan imajinasinya mengenai apa,
2. dengan realita, tidak boleh direka atau kapan, siapa, dan dimananya, namun tetap
ditambah-tambahkan. memiliki keterkaitan dengan situasi atau tokoh
sejarah.

Hubungan antar fakta satu dengan yang


lainnya perlu direkonstruksi, setidaknya Imajinasi dan kemampuan mencipta pengaranglah
3. yang mewujudkan cerita sebagai suatu koherensi
melibatkan topografis atau kronologinya.
yang memiliki hubungan dengan situasi sejarah.

Sejarawan harus bisa membuktikan Tidak terikat pada fakta sejarah sepenuhnya,
bahwa yang dibawakan pada masa kini terutama bagi mengenai apa, siapa, kapan dan
4.
dapat dilacak eksistensinya di masa lalu. di mana, tidak butuh bukti atau saksi seperti
teks sejarah.

Sejarawan terikat pada fakta mengenai


apa, siapa, kapan, dan di mana Pelaku atau tokoh, hubungan, situasi, dan
kondisi masyarakat dapat berasal dari
5.
Pelaku-pelaku, hubungan antarpelaku, imajinasi yang hanya memiliki relevansi
kondisi, situasi hidup, dan keadaan dengan sejarah.
masyarakat secara universal harus sesuai
dengan kenyataan yang terjadi.

(Kemdikbud, 2017, hlm. 51)


Novel sejarah dikategorikan sebagai novel rekon atau novel ulang. Novel rekon terdiri dari tiga
jenis, yakni:

1. Rekon pribadi, yang memuat keterlibatan penulis dalam peristiwa secara langsung.
2. Rekon faktual, berisi kejadian faktual, eksperimen ilmiah, jurnal warta, catatan kepolisian, dsb.
3. Rekon imajinatif, memuat kisah faktual namun dikhayalkan kembali menjadi cerita yang lebih
rinci dan menarik.

Tentunya novel sejarah termasuk pada rekon imajinatif. Dimana sejarah hanya menjadi dasar
untuk berbagai unsur pembangun novelnya saja. Maka dari itu, selain menikmati ceritanya,
sangat penting bagi kita untuk mampu mendapat informasi apa saja yang benar-benar faktual dan
mana yang imajinasi dari novel sejenis ini.

Nilai-Nilai Novel Sejarah

Novel sejarah banyak mengandung nilai-nilai yang disajikan secara implisit (langsung) dan
implisit (tidak langsung). Sebagian besar nilai yang dihasilkan masih sesuai dengan kehidupan
saat ini atau dapat menjadi pembelajaran di masa ini. Berikut adalah nilai-nilai yang dapat hadir
dalam novel sejarah.

1. Nilai Budaya
2. Nilai Moral/Etika
3. Nilai Agama
4. Nilai Sosial
5. Nilai Estetis/Keindahan

Menentukan Hal Menarik dari Novel Sejarah

Kemenarikan yang terdapat dalam novel sejarah akan menghasilkan berbagai pertanyaan yang
menyenangkan untuk didiskusikan. Karena, kita akan terus dibuat penasaran oleh berbagai
kejadian dan peristiwa yang ada di dalamnya.

Benarkah kejadian seperti itu pernah terjadi? Di mana? Apakah tokoh yang mengagumkan itu
nyata? Novel sejarah akan terus menggelitik rasa penasaran kita. Selain menghibur, novel jenis
ini juga akan memperkaya pengetahuan kita akan sejarah yang tentunya dapat menjadi
pembelajaran berguna bagi kita untuk menghadapi masa depan.

Menentukan hal menarik dari novel sejarah dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
1. Kapankah latar dan waktu cerita dalam novel sejarah tersebut?
2. Dimanakah latar novel sejarah tersebut?
3. Peristiwa apa yang dikisahkan?
4. Siapa saja tokohnya?
5. Bagian mana yang menandakan bahwa novel itu adalah novel sejarah? (pisahkan antara fakta
dan imajinasi)

Struktur Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah, seperti cerita lainnya (novel, cerpen, dll) termasuk dalam kategori cerita
ulang. Sehingga, baik teks cerita sejarah ataupun novel sejarah memiliki struktur teks yang sama,
yakni: orientasi, pengungkapan peristiwa, konflik, komplikasi, evaluasi, dan koda. Berikut
adalah struktur teks cerita sejarah menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 43).

1. Pengenalan situasi cerita (orientasi, exposition)


Pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan latar belakang baik waktu, tempat, maupun
lokasi dan awal mula kejadian atau peristiwa. Tokoh dan hubungan antartokoh juga mulai
diperkenalkan dengan cara yang sesuai dengan kebutuhannya.
2. Pengungkapan peristiwa
Bagian ini mengungkapkan peristiwa atau kejadian awal yang berpotensi menimbulkan berbagai
masalah, pertentangan, atau kesukaran yang menghadang tokoh, terutama tokoh utama
(protagonis).
3. Konflik (rising action)
Disini terjadi peningkatan masalah, pertikaian atau peristiwa lainnya yang menyebabkan
kesukaran tokoh ikut meningkat pula.
4. Puncak Konflik (komplikasi)
Merupakan bagian yang paling mendebarkan, menghebohkan dan memuncak dari masalah,
pertikaian atau peristiwa lainnya yang dihadapi oleh para tokohnya.
5. Penyelesaian (resolusi)
Jika tidak diikuti oleh koda, biasanya bagian ini adalah akhir dari cerita (ending) yang berisi
pengungkapan bagaimana tokoh utama dan tokoh lainnya menyelesaikan berbagai permasalahan
yang menimpanya. Terkadang dapat melalui penjelasan maupun penilaian terhadap nasih dan
sikap yang dialami oleh tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa.
6. Koda
Merupakan komentar yang membahas kembali isi semua peristiwa dan perilaku tokoh yang
terlibat. Terkadang bagian ini memberikan interpretasi amanat, tetapi tidak disarankan. Lebih
baik biarkan pembaca menyimpulkannya sendiri. Bagian ini adalah opsional, terkadang koda
digunakan untuk membuat semacam teaser untuk buku lanjutannya, dsb.

Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah memiliki ciri khas atau kaidah kebahasaan dalam penulisannya. Berikut
adalah beberapa kaidah kebahasaan teks cerita sejarah.
1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau, seperti: “prajurit diperintahkan untuk
membersihkan gudang senjata telah menyelesaikan tugasnya”, “Gajah mada telah berhasil
menaklukkan musuhnya”.
2. Banyak menggunakan kata atau konjungsi yang menyatakan urutan waktu (kronologis) seperti:
mula mula, setelah itu, lalu, kemudian, sejak saat itu.
3. Menggunakan banyak kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan atau biasa disebut kata
kerja material: menggores, mendayung, menggenggam.

1. Banyak menggunakan kalimat tidak langsung dalam menceritakan tuturan tokoh, misalnya:
menceritakan bahwa, mengungkapkan, menurut, mengatakan bahwa, menuturkan.
2. Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang ada di dalam pikiran tokoh (kata
kerja mental) seperti: mengharapkan, mendambakan, merasakan, menganggap, menginginkan.
3. Menggunakan banyak dialog atau percakapan langsung antar tokoh.
4. Menggunakan kata sifat atau descriptive language untuk menggambarkan tokoh, tempat, atau
suasana.

Langkah Menyusun Teks Cerita Sejarah

Menurut Kosasih (2017) berikut adalah beberapa langkah untuk menyusun atau menulis teks
sejarah menurut.

1. Tentukan tema. Sejarah apa yang akan digunakan sebaga latar dan penyokong utama dari teks
cerita sejarah?
2. Buat kerangka sejarah terlebih dahulu dan dapat disusun dengan secara: a) kronologis, b) sebab
akibat, c) tindakan tokoh, d) urutan tempat, e) rentetan peristiwa
3. Cari literatur, sumber sejarah, buku, dan media yang relevan lainnya untuk mengumpulkan fakta-
fakta sejarah.
4. Kembangkan menjadi teks sejarah dahulu jika diperlukan, kemudian tuangkan sejarah tersebut
dalam cerita sejarah yang diinginkan sesuai dengan imajinasi.
5. Cermati kembali teks cerita sejarah yang disusun, baik itu struktur , isi ataupun kaidah
kebahasaanya.

Contoh Teks Cerita Sejarah

Contoh teks cerita sejarah beserta strukturnya dalam berbagai jenis dan tema tulisan dapat dilihat
pada artikel di bawah ini:

Referensi

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia


SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
2. Kosasih, E. (2017). Jenis-jenis Teks. Bandung: Penerbit Yrama Media
Contoh teks cerita sejarah beserta strukturnya

Contoh teks cerita sejarah pada artikel ini ditulis dengan singkat namun padat dan menerapkan
kaidah serta susunan struktur yang sesuai. Berikut adalah beberapa contoh teks cerita sejarah
dalam berbagai jenis dan topik seperti: teks sejarah non fiksi, sejarah fiksi, dan teks cerita sejarah
candi Borobudur.

Contoh Teks Sejarah Non Fiksi

Contoh di bawah ini merupakan sejarah berdasarkan peristiwa yang pernah terjadi namun
dikemas melalui teks narasi berupa teks cerita sejarah non fiksi.

Kekalahan Kerajaan Malaka

Pengenalan

Malaka merupakan salah satu pusat perdagangan rempah di Asia yang sangat besar dan ramai.
Kapal-kapal perdagangan dari Gujarat, Bengali, Persia, dan Negara lainnya berdatangan ke
Malaka untuk berdagang. Hal tersebut menjadikan kerajaan Malaka semakin makmur dan
berkembang.

Namun, hal tersebut pula yang menyebabkan negara lain tertarik dengan potensi yang dapat
dihasilkan oleh jalur perdagangan Malaka. Salah satu negara yang tertarik adalah Portugis. Maka
Portugis pun merencanakan dan melakukan ekspedisi laut menuju Malaka.

Pengungkapan Peristiwa (berisi: konflik & komplikasi)

Konflik

Kedatangan Portugis ke wilayah Malaka langsung menimbulkan kecurigaan rakyat Malaka. Hal
tersebut dikarenakan mereka datang berbondong-bondong atas nama negaranya, bukan atas
nama perseorangan seperti pedagang lainnya. Pedagang tidak mungkin membawa armada
sebesar dan sekokoh itu untuk melakukan transaksi jual beli di tanah nusantara.
Kapal-kapal yang berdatangan pun bukan kapal sembarangan apalagi kapal dagang. Kapal yang
mereka bawa ke perwira Malaka merupakan kapal perang yang diperlengkapi dengan meriam-
meriam besar yang siap untuk ditembakkan kapan saja.

Armada Portugis yang datang pertama kalinya di perairan Malaka dipimpin oleh Diego Lopez de
Sequcira. Mereka datang dengan alasan untuk berdagang ,bahkan pimpinan mereka pun datang
meminta izin kepada Sultan Mahmud Syah. Namun permintaan tersebut ditolak karena rakyat
dan Sultan Mahmud Syah telah mengetahui tujuan sebenarnya dari Portugis. Yakni, untuk
menguasai jalur perdagangan di perairan Malaka.

Komplikasi

Akhirnya, rakyat Malaka yang curiga segera menyerang armada Portugis. Kemudian, serangan
tersebut dijadikan alasan oleh Albuquerque, pemimpin pasukan Portugis, untuk mengadakan
serangan balasan. Perang berlangsung dengan cukup lama, sangat dahsyat dan menelan banyak
korban di kedua belah pihak.

Penutup

Pertempuran demi pertempuran dilalui dan pada akhirnya Kerajaan Malaka tidak mampu
menahan serangan Portugis yang bertubi-tubi. Sayangnya kerajaan dan rakyat Malaka tidak
dapat berkutik karena harus menghadapi persenjataan Portugis yang jauh lebih modern.

Pada akhirnya Malaka berhasil ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511. Sultan Malaka
terpaksa melarikan diri ke Pulau Bintan. Meskipun begitu, perlawanan rakyat Malaka tidak
berhenti disana saja. Perlawanan rakyat terus berjalan meskipun dalam skala kecil dan bersifat
local saja.

Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi

Jaka Tingkir adalah tokoh nyata yang ada dalam sejarah tetapi sering dikaitkan dengan berbagai
cerita fantasi. Dikatakan bahwa Jaka tingkir memilki kesaktian berupa kekuatan magis yang
tidak dapat dilakukan oleh kebanyakan kesatria lain.

Berikut adalah salah satu contoh teks cerita sejarah fiksi berdasarkan tokoh Jaka Tingkir.
Garis Keturunan Tingkir

Bukit Borobudur tampak lebih muram dari biasanya. Di tepian jalannya terlihat sosok seorang
pemuda yang sedang berjalan menuju ke jalan setapak. Jalan setapak yang akan membawanya ke
sungai yang biasa digunakan oleh warga sekitar untuk mencuci dan membersihkan diri.

Pemuda itu tampak bermuram pula, mengenakan selempang yang menopang belati kecil dan
keris di punggungnya. Langkah kecil kaki pemuda itu akhirnya mengantarnya ke tepian sungai
tujuannya. Ia kemudian lekas melepas alas kakinya dan duduk di atas batu lalu mencemplungkan
kakinya ke dalam riak air sungai.

Konflik

Namun, tanpa sepengetahuannya, dua orang asing tengah membuntutinya dari semenjak ia
melewati bukit Borobudur. Kedua orang itu tampak mengendap-endap dan memperhatikan
setiap gerak-gerik pemuda muram itu. Mereka berdua adalah Arya Penangsang dan Ken Arok,
utusan dari kerajaan.

Mereka berdua ditugaskan untuk membuntuti orang-orang mencurigakan yang baru


menginjakkan kakinya di tanah Jawa. Ketika pemuda itu tengah melepaskan sabuk pinggang dan
perlengkapan kesatrianya, dua orang mencurigakan itu pun lekas bereaksi.

Klimaks/Komplikasi

“Pusaka dan jimatnya sedang dilepas, saya pikir ini adalah kesempatan kita kisanak” bisiknya.
Arya Penangsang hanya membalasnya dengan anggukan kepala. Tak lama mereka berdua berlari
dan berusaha menerkam pemuda itu dengan ajian mematikan. Namun, seketika itu pula petir
menyambar dan mereka berdua terpental jauh ke belakang.

“Ajian apa ini?” Arya Penangsang bertanya sambil menahan kesakitan. “Tidak mungkin, “ balas
Ken Arok. “Ia mampu mengeluarkan ajian tanpa jimat apalagi pusaka” Arya Penangsang
keheranan. “Apakah menurut kisanak juga, ia adalah…”. “Ya, tidak salah lagi, ia pasti garis
keturunan sakti”. “Tapi keturunan siapa ki?” Ken Arok bertanya kembali. “Petir sebesar itu,
hanya keturunan sakti Jaka Tingkir yang mampu mengeluarkannya”.
Penutup

Tanpa panjang lebar mereka berdua memutuskan untuk berlari menjauh dari pemuda itu.
Pemuda yang ternyata merupakan darah keturunan sakti dari Jaka Tingkir. Mereka berdua
berhasil melarikan diri dan membawa berita mengenai keberadaan garis keturunan Jaka Tingkir
ke kerajaan. Dapat ditebak bahwa penyerangan ini bukanlah upaya akhir dari usaha penaklukan
semua garis keturunan sakti oleh Majapahit.

Contoh Teks Cerita Sejarah Candi Borobudur

Kepala di Balik Kemegahan Borobudur

Pengenalan

Candi Borobudur merupakan salah satu bangunan warisan terbesar nusantara yang masih
bertahan hingga sekarang. Candi ini merupakan peninggalan Dinasti Syailendra yang dapat
ditelusuri ke berbagai kerajaan terbesar di nusantara.

Megahnya Candi Borobudur tentu tidak lepas dari kehebatan nusantara di masa lampau. Banyak
orang termasuk para ahli yang tak habis pikir bagaimana bangunan semegah itu dapat dibangun
oleh manusia di masa lampau. Memikirkan untuk membangunnya di masa kini saja rasanya sulit.

Pengungkapan Peristiwa (berisi: konflik & komplikasi)

Konflik

Candi Borobudur diperkirakan mulai di inisiasi pada abad ke-9 ketika wilayah tersebut dikuasai
oleh Dinasti Syailendra yang dipimpin oleh Maharaja Samaratungga. Raja bertitah kepada
seorang arsitek yang bernama Gunadharma untuk membangun candi megah yang tidak akan
tertandingi keindahannya.
Namun proses pembangunannya tidak berjalan dengan lancar. Proyek besar itu berjalan secara
tersendat-sendat yang kemungkinan disebabkan akibat tingkat kesulitannya yang sangat tinggi.
Ditambah lagi sempat terjadi berbagai konflik internal di dalam dinasti tersebut.

Komplikasi

Sempat terjadi perpecahan antara keluarga dinasti Syailendra pemeluk Hindu dengan
keluarganya yang belakangan telah memeluk agama Buddha. Pergantian maha raja dan
pergolakan politik di kerajaan pun terjadi karena masalah ini. Namun untungnya perpecahan
tersebut hanya berlangsung secara singkat saja. Pada akhirnya keduanya dapat berdampingan
untuk memerintah kerajaan secara bersamaan.

Penutup

Pembangunan candi Borobudur pun akhirnya dapat diteruskan meskipun Samaratungga sudah
tidak berkuasa lagi di dinasti Syailendra. Setelah 50 hingga 70 tahun kemudian akhirnya
bangunan megah candi Borobudur dapat diselesaikan. Meskipun sayangnya Gunadharma sang
arsiteknya sendiri tidak dapat melihat hasil akhirnya.

Teks narasi-Pengertian, Struktur,Unsur,Ciri,Jenis dan


Fungsi
Pengertian Teks Narasi

Teks narasi adalah jenis teks yang berisi cerita yang disampaikan melalui alur peristiwa yang
disusun secara kronologis atau kausalitas atau sebab-akibatnya. Teks ini merupakan salah satu
jenis teks yang memiliki banyak turunan. Turunan tersebut meliputi teks cerita fantasi, teks fabel,
teks cerita sejarah, berita dalam bentuk narasi, dsb.

Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh tim Kemdikbud (2017, hlm. 194)
bahwa apa itu teks narasi adalah teks yang mencakup semua jenis tulisan atau lisan yang
mengandung unsur cerita. Bahkan, di luar jenis-jenis teks turunan lainnya, dalam kehidupan
sehari-hari pun kita tes terlibat dengan cerita. Misalnya, berbincang dengan teman sambil
menceritakan suatu kejadian adalah kegiatan bercerita pula yang berarti, sebetulnya kita sedang
bernarasi secara lisan.
Kemudian, Tim Kemdikbud (2017, hlm. 50) menambahkan bahwa narasi merupakan cerita fiksi
yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa. Maksudnya, cerita tersebut disampaikan
secara berurutan mulai dari latar belakang hingga puncak kejadian.

Sementara itu, Okke (2015, hlm. 52) menyatakan bahwa narasi adalah serangkaian peristiwa
yang terjadi pada seorang tokoh (manusia, binatang, tanaman, atau benda) bisa peristiwa nyata,
meskipun disebut fiktif. Ditandai dengan adanya hubungan waktu, peristiwa disusun secara
kronologis.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa teks narasi adalah teks yang menyampaikan cerita berupa
rangkaian peristiwa yang terjadi pada suatu tokoh mulai dari latar belakang terjadinya peristiwa
hingga puncak peristiwa dan penyelesaiannya.

Struktur Teks Narasi

Teks narasi terdiri dari beberapa bagian yang membentuknya menjadi suatu teks utuh dan
berbeda dengan teks yang lain. Secara umum Kosasih (2016, hlm. 300-302) mengatakan bahwa
struktur narasi terbagi menjadi beberapa bagian, yang meliputi:

1. Pengenalan situasi cerita (exposition, orientasi),


pada bagian ini, penulis mulai memperkenalkan tokoh, dan hubungan antartokoh, hingga menata
adegan yang akan membawa mereka pada alur peristiwa.
2. Pengungkapan peristiwa,
bagian struktur narasi ini menyajikan peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah,
pertentangan, atau kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3. Menuju konflik (rising action),
terjadi peningkatan keterpurukan, kehebohan, atau perhatian kegembiraan, hingga kemunculan
berbagai situasi yang menyebabkan bertambahnya kesukaran tokoh menuju puncak konflik.
4. Puncak konflik (turning point),
puncak konflik atau disebut juga dengan klimaks adalah bagian narasi yang paling
menghebohkan atau mendebarkan, di mana kisah sedang berada pada puncak konfliknya.
5. Penyelesaian (evaluasi, resolusi),
bagian ini mengulas seluruh penjelasan atau penilaian mengenai sikap atau nasib yang menimpa
tokoh-tokoh nya setelah mengalami puncak konflik pada bagian klimaks.
6. Koda,
Bagian ini merupakan bagian opsional yang berupa komentar terhadap keseluruhan isi cerita
yang sebagai penutup kisah.

Unsur Unsur Teks Narasi


Keraf (2010, hlm. 45) menyatakan bahwa narasi terdiri atas beberapa unsur pembentuknya pula.
Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut ini.

1. Tema, yang merupakan pokok pembicaraan dan dasar atas pengembangan kisah yang
diceritakan oleh penulis.
2. Latar, yakni waktu, lingkungan sosial, dan tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan.
3. Penokohan, yaitu bagaimana watak dan penggambaran tokoh yang terdapat dalam karangan
narasi.
4. Alur, merupakan pola atau rangkaian tindak-tanduk peristiwa atau kejadian yang berusaha
memecahkan konflik dalam narasi.

Ciri Ciri Teks Narasi

Seperti teks lainnya, narasi memiliki beberapa ciri khusus yang membedakannya dengan genre
teks lain. Menurut (Keraf, 2010, hlm. 136) ciri-ciri dari narasi adalah sebagai berikut.

1. Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan dan dirangkai dalam urutan waktu tertentu.
2. Berusaha menjawab pertanyaan: apa yang sedang terjadi?
3. Terdapat konfik, karena narasi dibangun oleh suatu alur cerita dan alur tersebut tidak akan
membosankan jika tidak ada konflik.

Selain itu, Semi (2013, hlm. 31) mengungkapkan beberapa ciri teks narasi lainnya sebagai
berikut.

1. Berupa cerita atau kisah mengenai peristiwa hingga pengalaman penulis.


2. Kejadian atau peristiwa dari cerita yang disampaikan dapat berupa peristiwa nyata atau sebatas
imajinasi hingga gabungan keduanya.
3. Narasi disusun berdasarkan konflik, tanpanya alur akan menjadi kurang menarik.
4. Mengandung nilai estetika
5. Menekankan susunan alur secara kronologis.

Sementara itu, Tim Kemdikbud (2017, hlm. 50) menyatakan bahwa ciri umum teks narasi adalah
sebagai berikut.

1. Narasi memiliki cerita yang berisi perkembangan kejadian atau peristiwa.


2. Rangkaian peristiwa dalam cerita teks narasi digerakkan dengan hukum sebab-akibat. Cerita
berkembang dari tahap pengenalan (apa, siapa, dan di mana kejadian terjadi), timbulnya
pertentangan, dan penyelesaian/akhir cerita. Rangkai n cerita ini disebut alur.
3. Teks narasi memiliki tokoh dengan wataknya yang mengalami rangkaian peristiwa.
4. Narasi memiliki tema atau ide pokok yang menjadi pusat pengembangan cerita secara
keseluruhan
5. Memiliki amanat yang berkaitan dengan nilai-nilai kehidupan dan sifatnya harus disimpulkan
dari isi cerita (tidak disampaikan secara langsung).

Fungsi Teks Narasi

Berdasarkan tujuan dan manfaat yang dapat dirasakan ketika menulis atau membaca teks narasi,
fungsi dari teks ini adalah sebagai berikut.

1. Mengisahkan suatu cerita melalui rangkaian alur cerita dan unsur-unsur lainnya.
2. Dalam tipe teks narasi tertentu, teks berfungsi untuk memperluas pengetahuan pembaca atau
pendengarnya akan suatu hal (teks sejarah, berita berbentuk narasi, dsb).
3. Penghantar amanat atau pesan sosial melalui perwatakan tokoh dan berbagai kejadian yang
terjadi di dalamnya.
4. Menjelaskan secara terperinci mengenai suatu peristiwa hingga pembahasan sebab-akibatnya
pula.

Kaidah Kebahasaan Teks Narasi

Setiap jenis teks pasti memiliki kaidah atau ciri khusus kebahasaan yang digunakan tidak
terkecuali teks narasi. Kosasih (2016, hlm. 305) mengungkapkan bahwa kaidah kebahasaan
narasi adalah sebagai berikut.

1. Banyak menggunakan kalimat yang bermakna lampau.


2. Cenderung banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu atau biasa disebut dengan
konjungsi kronologis.
3. Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan.
4. Kaya akan kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung sebagai cara menceritakan
tuturan seorang tokoh yang dibawakan oleh penulis.
5. Menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh
(kata kerja mental).
6. Biasanya, penulis berperan langsung sebagai orang pertama dan terlibat dalam cerita yang
bersangkutan, sehingga akan banyak menggunakan kata orang pertama dalam menyampaikan
ceritanya, seperti: aku, saya dan kami.
7. Bisa juga penulis hanya menjadi orang ketiga, sehingga berperan sebagai pengamat. Oleh karena
itu, tulisan akan banyak menggunakan kata ganti orang ketiga seperti: dia, mereka,

Jenis Teks Narasi


Tentunya jika kita membicarakan jenis teks narasi, terdapat banyak genre teks yang bergantung
pada teks narasi dalam penyampaiannya. Jenis-jenis genre tersebut sesederhana:

1. Teks cerita fantasi


2. Teks cerita sejarah
3. Cerita inspiratif
4. Teks fabel
5. Teks hikayat
6. Cerpen
7. Novel, dsb.

Namun, jika kita menarik pembagian pada akar dari wacana (teks) narasi, menurut Keraf, (2010,
hlm. 136-138) teks narasi dibedakan menjadi dua jenis utama yang akan dipaparkan pada
penjelasan di bawah ini.

1. Narasi Ekspositoris (Narasi Informasional)

Narasi Ekspositoris merupakan narasi yang memiliki sasaran penyampaian informasi secara tepat
mengenai suatu peristiwa dengan tujuan memperluas pengetahuan pembaca lewat kisahnya. Pada
narasi ekspositoris, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya.

Pelaku yang ditonjolkan biasanya hanya satu orang dan dikisahkan mulai dari awal sampai saat
ini atau hingga akhir kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka berbagai
ketentuan eksposisi juga berlaku di sini. Ketentuan tersebut meliputi penggunaan bahasa yang
logis, berdasarkan fakta, dan bersifat objektif.

Intinya, narasi ekspositoris memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Memperluas pengetahuan.
2. Menyampaikan informasi suatu peristiwa.
3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
4. Bahasanya condong ke bahasa informatif sehingga menitikberatkan kata-kata denotatif.
2. Narasi Sugestif (Narasi Artistik)

Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk menggambarkan suatu maksud hingga seolah-
olah pembaca atau pendengar melihat dan merasakannya sendiri. Narasi ini juga biasanya
berusaha untuk memberikan suatu amanat secara tidak langsung.

Berbeda dengan narasi ekspositoris, tujuan jenis narasi ini adalah memberikan makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman, bukan memperluas pengetahuan. Ciri-ciri
narasi sugestif adalah:

1. Menyampaikan makna.
2. Melibatkan imajinasi.
3. Penalaran berfungsi sebagai alat penyampaian makna.
4. Bahasanya cenderung figuratif sehingga menitikberatkan kata-kata konotatif.

Contoh Teks Narasi

Contoh teks narasi beserta strukturnya yang memiliki kaidah kebahasaan sebagaimana mestinya
dapat di lihat pada link berikut ini:

Referensi

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMP/MTs
Kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Keraf, Gorys.(2010). Argumentasi dan narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
3. Kosasih, E. (2016). Jenis-jenis teks. Bandung: Yrama Widya.
4. Okke, Z., Basoeki, A. (2015). Teori wacana. Jakarta: Penaku.
5. Semi, M. Atar. (2013). Kritik Sastra. Jakarta: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai