Anda di halaman 1dari 284

PEDAGOGI : TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

1. Penulis : Winarto, M.Pd


2. Editor Substansi : Drs. Taufiq Ekoyanto
3. Editor Bahasa : Lisa Astari, S.Pd
4. Perevisi : Winarto, M.Pd
5. Reviewer : R. Haryadi PR, S.T., M.Si.
Is Yuli Gunawan, S.Pd, M.Pd

PROFESIONAL : WAWASAN SENI RUPA BARAT DAN TIMUR


1. Penulis : Dr. Hajar Pamadhi, M.A. (Horns)
2. Editor Substansi : Dr. AAK. Suryahadi, M.Ed,CA
3. Editor Bahasa : Muh. Agung Widodo, M.Pd
4. Perevisi : Dr. Basuki Sumartono, M.Sn
5. Reviewer : Drs. F.X. Supriyono, M. Ds
Dra. Wiwik Pudiastuti, M. Sn

Desain Grafis dan Ilustrasi:


Tim Desain Grafis

Copyright © 2018
Direktorat Pembinaan Guru Pendidikan Dasar
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang


Dilarang mengopi sebagian atau keseluruhan isi buku ini untuk kepentingan komersial
tanpa izin tertulis dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
SAMBUTAN

Peran guru profesional dalam proses pembelajaran sangat penting sebagai kunci
keberhasilan belajar siswa. Guru profesional adalah guru yang kompeten
membangun proses pembelajaran yang baik sehingga dapat menghasilkan
pendidikan yang berkualitas dan berkarakter prima. Hal tersebut menjadikan guru
sebagai komponen yang menjadi fokus perhatian pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dalam peningkatan mutu pendidikan terutama menyangkut
kompetensi guru.

Pengembangan profesionalitas guru melalui Program Pengembangan


Keprofesian Berkelanjutan merupakan upaya Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependikan dalam
upaya peningkatan kompetensi guru. Sejalan dengan hal tersebut, pemetaan
kompetensi guru telah dilakukan melalui Uji Kompetensi Guru (UKG) untuk
kompetensi pedagogik dan profesional pada akhir tahun 2015. Peta profil hasil
UKG menunjukkan kekuatan dan kelemahan kompetensi guru dalam
penguasaan pengetahuan pedagogik dan profesional. Peta kompetensi guru
tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak
lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG
sejak tahun 2016 dan akan dilanjutkan pada tahun 2018 ini dengan Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kompetensi guru sebagai agen perubahan dan sumber belajar
utama bagi peserta didik. Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
bagi Guru dilaksanakan melalui Moda Tatap Muka.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan i


Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
(PPPPTK) dan, Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan
Tenaga Kependidikan Kelautan Perikanan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(LP3TK KPTK) merupakan Unit Pelaksanana Teknis di lingkungan Direktorat
Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan yang bertanggung jawab dalam
mengembangkan perangkat dan melaksanakan peningkatan kompetensi guru
sesuai bidangnya. Adapun perangkat pembelajaran yang dikembangkan tersebut
adalah modul Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui
Pendidikan dan Pelatihan Guru moda tatap muka untuk semua mata pelajaran
dan kelompok kompetensi. Dengan modul ini diharapkan program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan memberikan sumbangan yang sangat
besar dalam peningkatan kualitas kompetensi guru.

Mari kita sukseskan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan melalui


Pendidikan dan Pelatihan Guru ini untuk mewujudkan Guru Mulia karena Karya.

Jakarta, Juli 2018


Direktur Jenderal Guru
dan Tenaga Kependidikan,

Dr. Supriano, M.Ed.


NIP. 196208161991031001

ii Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas selesainya Modul Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) bagi Guru jenjang Sekolah
Menengah Atas mata pelajaran Seni Budaya. Modul ini merupakan dokumen
wajib untuk pelaksanaan Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.
Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru merupakan tindak
lanjut dari hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2015 dan bertujuan untuk
meningkatkan kompetensi guru dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
mata pelajaran yang diampu.

Sebagai salah satu upaya untuk mendukung keberhasilan program diklat,


Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) pada tahun
2018 melaksanakan review, revisi, dan pengembangan modul pasca-UKG 2015.
Modul hasil review dan revisi ini berisi materi pedagogi dan profesional yang
telah terintegrasi dengan muatan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan
Penilaian Berbasis Kelas yang akan dipelajari oleh peserta Program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan bagi Guru jenjang Sekolah


Menengah Atas ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi bagi peserta
diklat PKB untuk dapat meningkatkan kompetensi pedagogi dan profesional
terkait dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai guru mata pelajaran Seni
Budaya. Peserta diklat diharapkan dapat selalu menambah pengetahuan dan
keterampilannya dari berbagai sumber atau referensi lainnya.

Kami menyadari bahwa modul ini masih memiliki kekurangan. Masukan, saran,
dan kritik yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan untuk
penyempurnaan modul ini di masa mendatang. Terima kasih yang sebesar-
besarnya kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
terwujudnya modul ini. Semoga Program Pengembangan Keprofesian

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan iii


Berkelanjutan ini dapat meningkatkan kompetensi guru demi kemajuan dan
peningkatkan prestasi pendidikan anak didik kita.

Yogyakarta, Juli 2018


Kepala PPPPTK Seni dan Budaya,

Drs. M. Muhadjir, M.A.


NIP 195905241987031001

iv Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


DAFTAR ISI

SAMBUTAN.......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................vii
DAFTAR TABEL ................................................................................................xiv
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Tujuan........................................................................................................... 2
C. Peta Kompetensi .......................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup.............................................................................................. 4
E. Cara Penggunaan Modul .............................................................................. 6
KEGIATAN PEMBELAJARAN 1 ........................................................................ 15
TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN ........................................... 15
A. Tujuan......................................................................................................... 15
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .................................... 15
C. Uraian Materi .............................................................................................. 16
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................... 52
E. Latihan / Kasus / Tugas .............................................................................. 54
F. Rangkuman ................................................................................................ 54
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 55
H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus......................................................... 56
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2 ........................................................................ 57
SEJARAH PERKEMBANGAN SENI RUPA BARAT DAN TIMUR ...................... 57
A. Tujuan......................................................................................................... 57
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .................................... 57
C. Uraian Materi .............................................................................................. 58
D. Aktivitas Pembelajaran ............................................................................... 87
E. Latihan / Kasus / Tugas .............................................................................. 90
F. Rangkuman ................................................................................................ 90

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan v


G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 91
H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus......................................................... 94
KEGIATAN PEMBELAJARAN 3 ........................................................................ 95
PERKEMBANGAN SENI RUPA ........................................................................ 95
TIMUR .............................................................................................................. 95
A. Tujuan......................................................................................................... 95
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .................................... 95
C. Uraian Materi .............................................................................................. 95
D. Aktivitas Pembelajaran.............................................................................. 160
E. Latihan / Kasus / Tugas ............................................................................ 163
F. Rangkuman .............................................................................................. 163
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 164
H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus....................................................... 166
KEGIATAN PEMBELAJARAN 4 ...................................................................... 167
PERKEMBANGAN SENI RUPA BARAT .......................................................... 167
A. Tujuan....................................................................................................... 167
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi .................................. 167
C. Uraian Materi ............................................................................................ 168
D. Aktivitas Pembelajaran.............................................................................. 251
E. Latihan / Kasus / Tugas ............................................................................ 254
F. Rangkuman .............................................................................................. 254
G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ................................................................ 255
H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus....................................................... 257
PENUTUP ....................................................................................................... 259
EVALUASI ....................................................................................................... 261
GLOSARIUM ................................................................................................... 263
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 265

vi Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka ............................................... 7


Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh ............................................... 8
Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In ............................... 10
Gambar 4 Relief Kehidupan Sosial Mesir Kuno ................................................ 66
Gambar 5 Patung Discobolus ............................................................................ 67
Gambar 6 Skema Proses Representasi ............................................................. 71
Gambar 7 Dewa Apollo ...................................................................................... 74
Gambar 8 Patung Mesir di Piramida .................................................................. 76
Gambar 9 Dewa Agni sebagai Dewa Api dalam kepercayaan Hindhu ............... 78
Gambar 10 Dewi Aphroditesebagai Dewi Cinta dan Hasrat Seksual, Erotisme,
dan Kekuatan Perempuan; karya Sandro Boticelli, judul Aphrodite. ................... 78
Gambar 11 Patung Raja Pendeta ...................................................................... 80
Gambar 12 The Las Super, karya Leonardo da Vinci ........................................ 83
Gambar 13 Filippo Lippo Falling in Love with His Model, karya Paul Delaroche 84
Gambar 14 Skema Segitiga Kekuatan menjadi pusat perhatian kajian seni yang
berbasis kepercayaan (agama).......................................................................... 97
Gambar 15 Skema Alur Penciptaan Karya Seni ............................................... 98
Gambar 16 Materai Shiva ................................................................................ 100
Gambar 17 Materai Banteng ............................................................................ 101
Gambar 18 Patung torso, hasil kebudayaan Sungai Sindu .............................. 102
Gambar 19 Patung Kop Pendeta, hasil Kebudayaan sungai Sindu .................. 102
Gambar 20 Kapitel Simastambha. ................................................................... 104
Gambar 21 Kapitel Wirabhastambha ............................................................... 104
Gambar 22 Profil Yunani Klasik ....................................................................... 105
Gambar 23 Jubah menutup kedua belah bahu, dan tampak penggambaran yang
naturalistik ....................................................................................................... 105
Gambar 24 Budha dalam posisi pralamba padasana ...................................... 105
Gambar 25 Perkembangan bentuk seni bangun Stupa ................................... 107
Gambar 26 Stupa Sanchi................................................................................. 108

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan vii


Gambar 27 a, b. Relief gerbang dan Torana Stupa Sanchi .............................. 109
Gambar 28 Rekonstruksi Chaitya Grha Karlee ................................................ 109
Gambar 29 a dan b, Dekorasi ruang dalam Chaitya Grha Karlee .................... 110
Gambar 30 Bangunan kuil karang Sapta Ratha ............................................... 110
Gambar 31 Bangunan Gaya Arryaverta ........................................................... 111
Gambar 32 Hoysala-Gaya Dravida .................................................................. 112
Gambar 33 Sleeping Budha ............................................................................. 112
Gambar 34 Patung Hari-hara ........................................................................... 113
Gambar 35 Siwa Menari .................................................................................. 113
Gambar 36 Kuil Bayon ..................................................................................... 114
Gambar 37 Angkorvat di Kamboja ................................................................... 115
Gambar 38 Angkorvat di Kamboja ................................................................... 115
Gambar 39 Kala-Makara di candi Prambanan-Yogyakarta .............................. 115
Gambar 40 Patung Kwan Jin duduk................................................................. 118
Gambar 41 Patung Kwan Jin Berdiri ................................................................ 118
Gambar 42 Bejana ritual (You), dari zaman Dinasti Zhou Barat ....................... 119
Gambar 43 Motif Tumbuh-tumbuhan ............................................................... 119
Gambar 44 Hiasan Keranjang.......................................................................... 119
Gambar 45 Contoh motif kaligrafi dalam orakel (tulang) .................................. 120
Gambar 46 Motif Burung Phoenix (teknik ukir datar) ........................................ 121
Gambar 47 Ukir Batu Burung Phoenix pada hiasan makam ............................ 121
Gambar 48 Bentuk Tao T‘ieh, tradisi sebelum Budhisme ................................. 122
Gambar 49 Tao T‘ieh (Bentuk separo) ............................................................. 122
Gambar 50 Contoh Miniatur Kuil pada bangunan Makam di Cina .................... 123
Gambar 51 Bentuk tulisan pictograph .............................................................. 124
Gambar 52 Seni Lukis Pemandangan ............................................................. 126
Gambar 53 Seni Lukis Tamasya ...................................................................... 126
Gambar 54 Seni Lukis Sajak............................................................................ 127
Gambar 55 Seni Grafis .................................................................................... 127
Gambar 56 Patung Budha Amidha, di kota Nara ............................................. 128
Gambar 57 Kuil Horyuji, di kota Nara ............................................................... 129
Gambar 58 Pallet raja Narmer ......................................................................... 131
Gambar 59 Detail Releif ................................................................................... 131

viii Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 60 Huruf Hieroglyph ........................................................................... 132
Gambar 61 Contoh Huruf Demotis ................................................................... 133
Gambar 62 Contoh Huruf Hieratis ................................................................... 133
Gambar 63 Contoh Huruf Pada Cartouche ...................................................... 134
Gambar 64 Kompleks Piramida raja Khufu di Gizeh ........................................ 139
Gambar 65 Susunan Piramid Raja Khufu Di Gizeh (Penampang Vertikal) ....... 139
Gambar 66 Struktur Mastaba ........................................................................... 140
Gambar 67 Ornamen ular Kobra (animal) ........................................................ 141
Gambar 68 Ornamen Kanteleen (vegetal) ....................................................... 141
Gambar 69 Pallet ............................................................................................. 142
Gambar 70 Patung Ranefer posisi berdiri tegak .............................................. 143
Gambar 71 Patung Patung Raja Kafra............................................................. 143
Gambar 72 Skema Alur Pengaruh terhadap Penciptaan Kesenian Islam ........ 145
Gambar 73 Denah Masjid Amru....................................................................... 147
Gambar 74 Denah Masjid Qusyair Amra ......................................................... 147
Gambar 75 Tiang Masjid Qoiruwan ................................................................. 148
Gambar 76 Lengkung masjid Cordova............................................................. 148
Gambar 77 Arcade bertingkat Masjid Cordova ................................................ 149
Gambar 78 Arcade lengkung tajam disangga oleh tiang-tiang ......................... 149
Gambar 79 Mimbar Sokullu, Istanbul-Turki ...................................................... 150
Gambar 80 Mimbar masjid Sulaiman, Istanbul-Turki........................................ 150
Gambar 81 Mimbar Khanakah, Sultan Barquq, Kairo ...................................... 150
Gambar 82 Mimbar Masjid Teheran-Iran ......................................................... 150
Gambar 83 Bentuk Awal Lengkung ................................................................. 151
Gambar 84 a, b. Muqarnas di masjid Khargird, Khurasan-Persia..................... 151
Gambar 85 Masjid Jum‘at di Veramin, Teheran-Iran ........................................ 151
Gambar 86 Gaya Turki – Yugoslavia ............................................................... 152
Gambar 87 Masjid Gaya Mesir ........................................................................ 152
Gambar 88 Gaya Persia–India......................................................................... 153
Gambar 89 Masjid Aya Sophia ........................................................................ 153
Gambar 90 Masjid Gaya Arabia-Syria.............................................................. 153
Gambar 91 Menara Masjid Seville ................................................................... 154
Gambar 92 Menara Masjid Qairuan ................................................................. 154

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan ix


Gambar 93 Menara Jam, Afganistan ............................................................... 154
Gambar 94 Menara Samara ............................................................................ 154
Gambar 95 Menara Ibnu Tulun ........................................................................ 154
Gambar 96 Pancaran air Masjid Seville ........................................................... 155
Gambar 97 Pancaran air di Madrasah Bou Inaniyah ........................................ 155
Gambar 98 Pancaran air di Al Hambr .............................................................. 155
Gambar 99 Moristan Ulu Cami......................................................................... 156
Gambar 100 Moristan Divrigi-Turki .................................................................. 156
Gambar 101 Pasar Fest Merdina-Maroko ....................................................... 156
Gambar 102 Kharavanserei di Asad Pasha-Damaskus ................................... 156
Gambar 103 Interior al Hambra ....................................................................... 157
Gambar 104 Denah al Hambra ........................................................................ 158
Gambar 105. Contoh Makam Hudavend Hatun Di Nigde ................................. 159
Gambar 106 Hiasan Keramik pada Mikhrab .................................................... 160
Gambar 107 Dewa Pencipta Karya Seni .......................................................... 168
Gambar 108 Dewa Penata Tari ....................................................................... 168
Gambar 109 Beberapa model Tiang ................................................................ 169
Gambar 110. Lukisan Dinding Altamira ............................................................ 170
Gambar 111. Relief Patung Biomofisme .......................................................... 171
Gambar 112. Goresan figur Gajah di dinding Gua Altamira ............................. 172
Gambar 113. Lukisan Dinding Bison di Gua Lascaux ...................................... 172
Gambar 114 Dewa Venus dari Willendorf ....................................................... 173
Gambar 115 Patung Bison Licking Insect Bite ................................................. 174
Gambar 116 Monumen Salesbury di Inggris .................................................... 175
Gambar 117 Bangunan Kolosium ................................................................... 180
Gambar 118 Kuil Pantheon ............................................................................. 180
Gambar 119 Katakombe Domitilla, di Roma .................................................... 182
Gambar 120 Gereja San Clemente, Roma ...................................................... 182
Gambar 121 Permulaan Masa Gereja Basilica ................................................ 182
Gambar 122 Gereja Vitalle Ravena ................................................................. 183
Gambar 123 Bangunan Aquaduct .................................................................... 184
Gambar 124. Patung Kaisar Agustus bahan Marmer ....................................... 184
Gambar 125 Relief pada Kuil Zeus, Menggambarkan Dewa dan Raksasa ...... 185

x Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 126 Patung kepala Constantin Agung ................................................ 185
Gambar 127 Ilustrasi pada Vas........................................................................ 186
Gambar 128 Lukisan Fresco oleh Giotto (1164), di Nerezi ............................... 189
Gambar 129 Lukisan Mosaic Justinian dan pengikutnya................................. 189
Gambar 130 Denah Masjid Aya Sophia ........................................................... 192
Gambar 131 Mosaik di San Vitale, Ravenna.................................................... 193
Gambar 132 Sarcopaghus Junia Basus ........................................................... 194
Gambar 133 Cathedral Modena Tolouse Perancis .......................................... 196
Gambar 134 Relief di Cathedral Autun di Burgundy ......................................... 197
Gambar 135 Ilustrasi buku, tersimpan di perpustakaan St. Audomarus ........... 198
Gambar 136 Lukisan Kain Tenun Terseimpan di Bayeux ................................ 198
Gambar 137 Wajah Cathedral Laon................................................................. 200
Gambar 138 Tiang patung di portal Chartres ................................................... 201
Gambar 139 Seni Kaca Patri, Cathedral Cahrtres............................................ 202
Gambar 140 Lukisan panel karya Cimabue dan Giotto .................................... 203
Gambar 141 Katedral Charles ......................................................................... 205
Gambar 142 Penobatan Sang Perawan, karya Fra Angelico ........................... 207
Gambar 143 Lukisan Masaccio: The Tribute Money” Florence, 1387-1455 ..... 207
Gambar 144 Birth of Venus (Sandro Botticelli) ................................................. 208
Gambar 145 Lukisan Pietro Vannucci berjudul ―The Handing of The Keys to St.
Peter” Florence, 1387-1455. ............................................................................ 209
Gambar 146 Monalisa, karya Leonardo da Vinci ............................................. 210
Gambar 147 Patung Donatello di luar Uffizi Galleria ........................................ 211
Gambar 148 Putto dan Dolpin. Andrea del Verrochio, Florence ....................... 211
Gambar 149 Arsitektur Fillipo........................................................................... 212
Gambar 150 Sta. Maria Novella Leon Batista Alberty ...................................... 213
Gambar 151 Lukisan Michelangelo Buonarroti The Creator God created Adam
langit-langit kapel Sistine (Florence, 1387 – 1455)........................................... 214
Gambar 152 Sacred and Propane Love karya Titian ....................................... 215
Gambar 153 Lukisan Paolo Veronese berjudul The Feast in The Hoese of Levi‖
Florence, 1387 – 1455. .................................................................................... 216
Gambar 154 The Rape of The Sabine Women ................................................ 217
Gambar 155 Dinding bersiku pada Sistine Chapel ........................................... 218
Gambar 156 "Penculikan Proserpina" (1621-1622).......................................... 221

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan xi


Gambar 157 Kupido membuat busurnya dari gada Herkules oleh Edmé
Bouchardon, 1747–50...................................................................................... 221
Gambar 158 Johann Fischer von Erlach; tahun 1715 ...................................... 222
Gambar 159 The interior of the Hagia Sophia in Istanbul, Turkey .................... 222
Gambar 160 Gereja de São Franciscode Assis di São João del Rei, 1749–1774,
oleh arsitek Brazil Aleijadinho .......................................................................... 222
Gambar 161 karya William Hoghart ................................................................. 223
Gambar 162 Karya Thomas Gainsborough, Tuan dan Nyonya Andrews, 1750 223
Gambar 163 Angelica Kauffman, Potret David Garrick, sekitar 1765 .............. 224
Gambar 164 Artes & Humor de Mulher ............................................................ 224
Gambar 165 Autoportrait (1790) ...................................................................... 225
Gambar 166 Judith Beheading Holofernes 1598-1599 Galleria Nazionale D'arte
Antica, Rome. .................................................................................................. 225
Gambar 167 Theodore Gerricault: Raft of Medusa .......................................... 226
Gambar 169 karya Daumier Gargantua (1831) ................................................ 229
Gambar 170 karya Courbete: Pemakaman di Ornans...................................... 229
Gambar 171 Karya Jacques-Louis David: Sumpah Hoartius............................ 231
Gambar 172 Karya Millet, The Gleaners, 1857. Musée d'Orsay, Paris............ 232
Gambar 173 Karya Manet: The Execution of Emperor Maximilian, th. 1868 .... 233
Gambar 174 karya Thomas Gainsborough Portrait of the Artist with his Wife and
Daughter, about 1748 ...................................................................................... 234
Gambar 175 Impression, Sunrise (Impression, soleil levant) (1872/1873)........ 235
Gambar 176 Karya Vincent van Gogh Malam-malam Penuh Bintang 1889 ..... 236
Gambar 177 Perahu Cadik. Karya Affandi ....................................................... 236
Gambar 178 Henri Rousseau The Hungry Lion Throws Itself on the Antelope,
1905 ................................................................................................................ 238
Gambar 179 Karya Henri Matisse Portrait of Madame Matisse (The Green
Stripe), 1906, ................................................................................................... 238
Gambar 180 karya Georges Braque, Woman with a Guitar, 1913.................... 239
Gambar 181 Les Demoiselles d'Avignon ......................................................... 240
Gambar 182 Kazimir Malevich, Black square 1915 .......................................... 241
Gambar 183 Robert Delaunay, 1912, Windows Open Simultaneously ............. 241
Gambar 184 Wassily Kandinsky, (cat air) 1910................................................ 242
Gambar 185 Karya Marinett, Poem of Marinetti on a wall in Leiden ................. 243

xii Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 186 Karya Samuel Monnier "Fibonacci word" work of fractal art, a type of
algorithmic art, ................................................................................................. 243
Gambar 187 Karya Hans Arp-Collage Arranged According To The Laws Of
Chance ............................................................................................................ 244
Gambar 188 Karya, Cut with the Dada Kitchen Knife through the Last Weimar
Beer-Belly Cultural Epoch in Germany, 1919, .................................................. 244
Gambar 189 Karya Marcel Duchamp, Fountain,1917 ...................................... 245
Gambar 190 Karya Salvador Dali, The Persistence of Memory 1931............... 247
Gambar 191 The Elephant Celebes, 1921(Karya Max Ernst) .......................... 247
Gambar 192 Peinture (Karya Juan Miro) ......................................................... 248
Gambar 193 Nanas by Niki de Saint Phalle in Hanover, Germany ................... 250
Gambar 194 Public fountain sculpture that is also a musical instrument
(hydraulophone) .............................................................................................. 251

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan xiii


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul .................................................................. 14


Tabel 2. Perkembangan kognitif anak menurut J. Piaget ................................... 23

xiv Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Modul ‗Wawasan Seni Rupa Barat dan Seni Rupa Timur‘ ini merupakan
bagian dari keseluruhan modul belajar seni rupa. Modul ini bersifat teori, oleh
karenanya berisi kajian tentang karya seni rupa. Kajian adalah suatu
pembahasan tentang isi, prinsip, konsep dan gagasan. Selanjutnya jika
dikaitkan dengan pengetahuan tentang kajian seni rupa Barat dan seni rupa
Timur dapat diartikan suatu pembahasan tentang isi, prinsip, konsep dan
gagasan seni rupa di dunia Barat dan di Dunia Timur.

Dalam perkembangannya, seni rupa Barat dan Timur pada saat ini sulit
dideteksi isi, prinsip, konsep maupun gagasannya, karena telah terjadi saling
bertukar pengaruh, dan berkembang. Sebagai suatu karya seni rupa,
kemungkinan bentuk akan selalu berkembang karena sifat kreativitas dan
ekspresi yang selalu berdekatan dengan situasi dan jamannya. Pembahasan
Seni Rupa Barat dan Timur melalui bahasan sejarah perkembangan ide,
konsep penciptaan yang ditelusuri melalui ujud karya Seni Rupa.
Pembahasan dengan menggunakan komparasi: membandingkan, mengulas
ciri khas dan karakter, dari sudut pandang:
1. Perbedaan cara menciptakan karya seni, latar belakang penciptaan
karya seni Barat dan Timur, termasuk di dalamnya adalah unsur-unsur
yang mempengaruhi penciptaan karya seni rupa serta ide yang
mendaari penciptaan karya seni.
2. Bentuk-bentuk karya seni rupa di lihat dari beberapa aspek, diantaranya:
aspek teknik, berupa desain atau prinsip penyusunan, aspek objek
berkarya seni serta aspek warna .

Bertolak dari sudut pandang kesejarahan, pembahasan modul wawasan


Seni Rupa Barat dan Timur ini tidak serta melepaskan perkembangan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 1


pemahaman tentang estetika atau ide tentang keindahan dari ke dua daerah.
Seni Barat mempunyai catatan lebih lengkap dari pada seni Timur, karena
tradisi menulis dan meneliti secara alamiah dan rasionalitas digunakannya.
Dunia Timur yang diungkapkan dalam beberapa buku seni baik sejarah, teori
praktis maupun filsafatnya sebagian besar ditulis oleh peneliti dari dunia
Barat, oleh karenanya pemahaman ide dan gagagsan ke Timur an hampir
terlewatkan. Pandangan dari penulis Barat condong kepada pemahaman
fisik atau luar dengan menebak cara cipta perupa (seniman). Padahal ke dua
daerah atau wilayah (Barat dan Timur) ini mempunyai sudut padang yang
berbeda. Bangsa Barat menulis sejarah seni Timur cenderung dipengaruhi
oleh persoalan bentuk atau fisik dan hanya menyinggung sepintas tentang
kepercayaan yang melatar belakangi. Berangkat dari pemahaman ini, maka
penulisan wawasan disertai dengan mengulas pengaruh sistem kepercayaan
terhadap perkembangan seni serta keindahan. Tulisan tentang wawasan
seni Barat dan Timur ini akan dimulai dengan memahami persoalan latar
belakang penciptaan dan unsur-unsur yang mempengaruhi penciptaan seni
termasuk objektivikasi penciptaan.

Selanjutnya, pola perbandingan bentuk yang diungkapkan sebenarnya untuk


memahami lebih dalam latar belakang. Untuk lebih jelasnya akan
diungkapkan perbandingan karya seni sejak masa purba atau budaya
Primitif. Dari pengungkapan karya–karya primitif kemudian berkembang
menuju masyarakat kerajaan akan digambarkan dengan analisa
komprehensif agar menemukan titik pijak memahami perbedaan tersebut.
Demi kejelasan modul ini pembelajar modul diharapkan membaca buku
terkait dan artikel di internet tentang sejarah seni rupa Barat dan Timur,
terutama gambaran tentang bentuk karya seni Primitif hingga klasik, modern
dan kontemporer.

B. Tujuan

Setelah mempelajari dengan seksama modul kelompok kompetensi B ini


baik melalui uraian bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pedagogi tentang teori-teori

2 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dan prinsi-prinsip pembelajaran dan kemampuan profesional dalam bidang
wawasan seni rupa barat dan seni rupa timur dengan memperhatikan aspek
kerjasama, disiplin, perbedaan pendapat, dan pengelolaan kebersihan ruang
secara kolaboratif.

C. Peta Kompetensi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 3


D. Ruang Lingkup

Kegiatan Pembelajaran 1
Teori dan prinsip-prinsip pembelajaran
a. mengidentifikasi macam-macam teori pembelajaran dengan
memperhatikan
b. menguraikan kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran
c. menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran 2
Sejarah perkembangan seni rupa Barat dan Timur
a. perkembangan seni rupa Barat dan Timur
b. seni rupa Barat dan seni rupa Timur.
c. periodesasi penciptaan karya seni.

Kegiatan Pembelajaran 3
Perkembangan seni rupa Timur dan Islam
a. memahami pandangan hidup orang Timur dalam karya seni rupa
b. mengidenifikasi kesenian india
c. mengidenifikasi masa awal karya seni rupa Cina
d. mengidenifikasi kesenian Mesir

Kegiatan Pembelajaran 4
Perkembangan seni rupa Barat
a. Prasejarah Seni Rupa Barat
b. Perkembangan Seni Rupa di Eropa Masa Abad Pertengahan
c. Masa Gotik
d. Jaman Kejayaan Renaisance
e. Neoklassikalisme menuju Realisme
f. Modernisme dan Postomodernisme

Secara keseluruhan pembelajaran seni rupa di sekolah menengah terdiri


dari pelajaran berkarya yang dibantu dengan menguasai teori dan teknik
berkarya. Modul ini mengupas seni Barat dan Timur yang berisi ide dan

4 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


teknik penciptaan. Pembelajaran seni rupa terdapat dua hal yang utama:
teori dan praktek. Teori yang dimaksudkan adalah dasar pengembangan ide
seperti pemahaman tentang arti, makna, serta sejarah perkembangan ide
yang tervisualkan dalam karya seni rupa. Teori untuk menciptakan disebut
dengan tepri praktis dan lebih dekat dengan nama teknik penciptaan.
Praktek berkarya adalah penciptaan karya seni dengan arah membuat
karya seni dengan gagagsan serta ide sendiri maupun diminta oleh orang
lain (order).

Lingkup wawasan seni rupa berupa teori penciptaan, seperti: ide dan
gagagsan penciptaan karya seni yang dilakukan oleh seniman maupun
masyarakat. Pengertian teori, dalam hal ini adalah wawasan keteknikan
atau teori yang mendasari teknik penciptaan maupun teori untuk
menggugah ide dan gagasan. Wawasan seni rupa Barat dan seni rupa
Timur. Atau dengan kata lain, teori tentang wawasan seni rupa Barat dan
seni rupa Timur berupa informasi tentang penciptaan dan sejarah maupun
latar belakangnya serta gambaran-gambaran karya secara periodik
berdasarkan dasar pemikiran dan teknik penciptaan karya seni rupa. Untuk
itu pembahasan bentuk suatu karya seni rupa akan disertai dengan
pembahasan sejarah perkembangan ide yang diungkapkan melalui aliran
seni, dan gaya seni sebagai langgam lukisan.

Pembahasan mengenai karya seni rupa, berangkat dari sejarah akan


didominasi oleh pembahasan seni lukis. Menurut Soedarso SP. (2000)
istilah seni rupa yang diakan diungkap lebih banyak kepada seni lukis;
terutama untuk seni Modern. Karena dalam seni patung dan seni hias tidak
menunjukkan daya pikiran yang terungkap secara murni. Biasanya, seni
patung lebih banyak menggambarkan bentuk ‗ikon‘ agama atau
kepercayaan. Hal ini berbedan dengan seni lukis; dalam seni lukis pikiran
dan gagagsan pribadi seniman dalam menginterpretasi bentuk serta cara
mengungkapkanjnya (ekspresi) sangat jelas. Bahkan, pada masa seni rupa
Modern, seniman bebas mengemukakan pendapat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 5


Secara keseleruhuan seni lukis dpat menggambarkan kondisi masyarakat
pendukungnya, termasuk proses sosial maupun produk sosial. Di sisi lain,
karya-karya Seni Rupa Modern tersebut banyak dipengaruhi oleh unsur
politik, dan perkembangan ilmu pengetahuan. Seolah ilmu pengetahuan
dapat tergambarkan dalam ide berkarya seni lukis. Seni Lukis menjadi
tampang utama dalam perbincangan soal isi dan gagasan; tidak seperti
membicarakan seni patung yang dianggap sebagai alat beragama. Seni
patung dihadirkan dianggap sebagai media melancarkan propaganda suatu
agama, maka sangat tidak tepat untuk diurakan dalam konteks eksprsi diri.
Langgam patungpun juga sangat terbatas pad aide yang dikonsepkan
dalam agama. Sebagai contoh patung ―Patung Pietà (1498-1499) adalah
sebuah patung marmer karya Michelangelo yang terletak di basilika Santo
Petrus di Roma, Italia adalah representasi bentuk Yesus setelah turun dari
salib. Ide ini memaksa penonton (penikmat) karya seni untuk memahami
bentuk patung. Penikmat tidak diperkenankan untuk menerjemahkan lain
dari sebuah patung tersebut. Patung menjadi ilkon serta informasi
kesedihan seorang Yesus yang sedang diturunkan dari penyiksaan orang
yang tidak suka kepadanya. Dunia patung dianggap kerdil, maka
diharapkan masuk ke dalam dunia seni lukis yang mampu memberi
gambaran ekspresif dan pikiran seseorang.

E. Cara Penggunaan Modul

Secara umum, cara penggunaan modul pada setiap Kegiatan Pembelajaran


disesuaikan dengan skenario setiap penyajian mata diklat. Modul ini dapat
digunakan dalam kegiatan pembelajaran guru, baik untuk moda tatap muka
dengan model tatap muka penuh maupun model tatap muka In-On-In. Alur
model pembelajaran secara umum dapat dilihat pada bagan dibawah.

6 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 1. Alur Model Pembelajaran Tatap Muka

1. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka Penuh


Kegiatan pembelajaran diklat tatap muka penuh adalah kegiatan fasilitasi
peningkatan kompetensi guru melalui model tatap muka penuh yang
dilaksanakan oleh unit pelaksana teknis dilingkungan Ditjen. GTK
maupun lembaga diklat lainnya. Kegiatan tatap muka penuh ini
dilaksanakan secara terstruktur pada suatu waktu yang di pandu oleh
fasilitator.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 7


Tatap muka penuh dilaksanakan menggunakan alur pembelajaran yang
dapat dilihat pada alur dibawah.

Gambar 2. Alur Pembelajaran Tatap Muka Penuh

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model tatap muka penuh dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan fasilitator memberi kesempatan kepada
peserta diklat untuk mempelajari:
1) latar belakang yang memuat gambaran materi
2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.
4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
5) langkah-langkah penggunaan modul

b. Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi B yang
berisi materi pedagogi tentang teori dan peinsip-prinsip pembelajaran
dan materi profesional tentang wawasan seni rupa Barat dan Timur

8 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


fasilitator memberi kesempatan kepada guru sebagai peserta untuk
mempelajari materi yang diuraikan secara singkat sesuai dengan
indikator pencapaian hasil belajar. Guru sebagai peserta dapat
mempelajari materi secara individual maupun berkelompok dan dapat
mengkonfirmasi permasalahan kepada fasilitator.

c. Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada modul dan
dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada aktivitas
pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan yang akan secara
langsung berinteraksi di kelas pelatihan bersama fasilitator dan
peserta lainnya, baik itu dengan menggunakan diskusi tentang
materi, malaksanakan praktik, dan latihan kasus.

Lembar kerja pada pembelajaran tatap muka penuh adalah


bagaimana menerapkan pemahaman materi-materi yang berada
pada kajian materi.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini juga peserta secara aktif


menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data sampai pada
peserta dapat membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran.

d. Presentasi dan konfirmasi


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi hasil kegiatan
sedangkan fasilitator melakukan konfirmasi terhadap materi dan
dibahas bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-
review materi berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran.

e. Persiapan tes akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan
tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan
layak tes akhir.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 9


2. Deskripsi Kegiatan Diklat Tatap Muka In-On-In
Kegiatan diklat tatap muka dengan model In-On-In adalan kegiatan
fasilitasi peningkatan kompetensi guru yang menggunakan tiga kegiatan
utama, yaitu In Service Learning 1 (In-1), on the job learning (On), dan In
Service Learning 2 (In-2). Secara umum, kegiatan pembelajaran diklat
tatap muka In-On-In tergambar pada alur berikut ini.

Gambar 3. Alur Pembelajaran Tatap Muka model In-On-In

Kegiatan pembelajaran tatap muka pada model In-On-In dapat dijelaskan


sebagai berikut.
a. Pendahuluan
Pada kegiatan pendahuluan disampaikan bertepatan pada saat
pelaksanaan In service learning 1 fasilitator memberi kesempatan
kepada peserta diklat untuk mempelajari:
1) latar belakang yang memuat gambaran materi

10 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


2) tujuan kegiatan pembelajaran setiap materi
3) kompetensi atau indikator yang akan dicapai melalui modul.
4) ruang lingkup materi kegiatan pembelajaran
5) langkah-langkah penggunaan modul

b. In Service Learning 1 (IN-1)


1) Mengkaji Materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi B,
yang berisi materi pedagogi tentang teori dan peinsip-prinsip
pembelajaran dan materi profesional tentang wawasan seni rupa
Barat dan Timur, fasilitator memberi kesempatan kepada guru
sebagai peserta untuk mempelajari materi yang diuraikan secara
singkat sesuai dengan indikator pencapaian hasil belajar. Guru
sebagai peserta dapat mempelajari materi secara individual
maupun berkelompok dan dapat mengkonfirmasi permasalahan
kepada fasilitator.
2) Melakukan aktivitas pembelajaran
Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan rambu-rambu atau instruksi yang tertera pada
modul dan dipandu oleh fasilitator. Kegiatan pembelajaran pada
aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan atau
metode yang secara langsung berinteraksi di kelas pelatihan, baik
itu dengan menggunakan metode berfikir reflektif, diskusi,
brainstorming, simulasi, maupun studi kasus yang kesemuanya
dapat melalui Lembar Kerja yang telah disusun sesuai dengan
kegiatan pada IN1.

Pada aktivitas pembelajaran materi ini peserta secara aktif


menggali informasi, mengumpulkan dan mempersiapkan rencana
pembelajaran pada on the job learning.

c. On the Job Learning (ON)


1) Mengkaji materi
Pada kegiatan mengkaji materi modul kelompok kompetensi B,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 11


yang berisi materi pedagogi tentang teori dan peinsip-prinsip
pembelajaran dan materi profesional tentang wawasan seni rupa
Barat dan Timur, guru sebagai peserta akan mempelajari materi
yang telah diuraikan pada in service learning 1 (IN1). Guru
sebagai peserta dapat membuka dan mempelajari kembali materi
sebagai bahan dalam mengerjaka tugas-tugas yang ditagihkan
kepada peserta.

2) Melakukan aktivitas pembelajaran


Pada kegiatan ini peserta melakukan kegiatan pembelajaran di
sekolah maupun di kelompok kerja berbasis pada rencana yang
telah disusun pada IN1 dan sesuai dengan rambu-rambu atau
instruksi yang tertera pada modul. Kegiatan pembelajaran pada
aktivitas pembelajaran ini akan menggunakan pendekatan atau
metode praktik, eksperimen, sosialisasi, implementasi, peer
discussion yang secara langsung di dilakukan di sekolah maupun
kelompok kerja melalui tagihan berupa Lembar Kerja yang telah
disusun sesuai dengan kegiatan pada ON.

Pada aktivitas pembelajaran materi pada ON, peserta secara aktif


menggali informasi, mengumpulkan dan mengolah data dengan
melakukan pekerjaan dan menyelesaikan tagihan pada on the job
learning.

d. In Service Learning 2 (IN-2)


Pada kegiatan ini peserta melakukan presentasi produk-produk
tagihan ON yang akan di konfirmasi oleh fasilitator dan dibahas
bersama. pada bagian ini juga peserta dan penyaji me-review materi
berdasarkan seluruh kegiatan pembelajaran

e. Persiapan tes akhir


Pada bagian ini fasilitator didampingi oleh panitia menginformasikan
tes akhir yang akan dilakukan oleh seluruh peserta yang dinyatakan
layak tes akhir.

12 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


3. Lembar Kerja
Modul pembinaan karir guru kelompok komptetansi B, tentang wawasan
seni rupa Barat dan Timur teridiri dari beberapa kegiatan pembelajaran
yang didalamnya terdapat aktivitas-aktivitas pembelajaran sebagai
pendalaman dan penguatan pemahaman materi yang dipelajari.

Modul ini mempersiapkan lembar kerja yang nantinya akan dikerjakan


oleh peserta, lembar kerja tersebut dapat terlihat pada table berikut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 13


Tabel 1. Daftar Lembar Kerja Modul
No Kode LK Nama LK Keterangan

1. LK.01. Penerapan teori pembelajaran TM, IN1

2. Resume perkembangan seni rupa TM, IN2


LK.02.
Barat dan Timur

3. Mengidentifikasi Perkembangan Seni TM, 1N2


LK.03.
Rupa Timur Dan Islam

4. mengidentifikasi perkembangan seni TM, IN2


LK.04.
rupa Barat

Keterangan.
TM : Digunakan pada Tatap Muka Penuh
IN1 : Digunakan pada In service learning 1
ON : Digunakan pada on the job learning

14 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
TEORI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

A. Tujuan

Setelah mempelajari dengan seksama materi kegiatan pembelajaran 1 baik


melalui uraian yang bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara
diharapkan dapat meningkatkan kemampuan mengemukakan secara
lengkap teori dan prinsip-prinsip pembelajaran dengan memperhatikan
aspek kemandirian, kedisiplinan, menghargai sikap kerjasama serta
keterbukaan terhadap kritik dan saran.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 1 ini, Anda diharapkan


mampu mengemukakan teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
ditandai dengan kecakapan dalam:
1. mengidentifikasi macam-macam teori pembelajaran dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerja sama, serta
keterbukaan terhadap kritik dan saran.
2. menganalisis kelebihan dan kekurangan teori pembelajaran dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerja sama, serta
keterbukaan terhadap kritik dan saran.
3. menjabarkan prinsip-prinsip pembelajaran dengan memperhatikan
aspek kemandirian, kedisiplinan, kerja sama, serta terbuka terhadap
kritik dan saran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 15


C. Uraian Materi

1. Teori Pembelajaran
Dalam psikologi dan pendidikan, pembelajaran secara umum
didefinisikan sebagai suatu proses yang menyatukan kognitif, emosional,
lingkungan dan pengaruh pengalaman untuk memperoleh, meningkatkan,
atau membuat perubahan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan
pandangan dunia. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang
terjadi ketika belajar berlangsung. Penjelasan tentang apa yang terjadi
merupakan teori-teori belajar. Teori belajar adalah upaya untuk
menggambarkan bagaimana orang dan hewan belajar, sehingga
membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.

Belajar merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh


individu untuk suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak
memiliki sikap menjadi bersikap benar, dari tidak terampil menjadi
terampil melakukan sesuatu. Belajar tidak hanya sekedar memetakan
pengetahuan atau informasi yang disampaikan. Namun bagaimana
melibatkan individu secara aktif membuat atau pun merevisi hasil belajar
yang diterimanya menjadi suatu pengalamaan yang bermanfaat bagi
pribadinya.

Pembelajaran merupakan suatu sistim yang membantu individu belajar


dan berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan. Teori adalah
seperangkat azaz yang tersusun tentang kejadian-kejadian tertentu dalam
dunia nyata. Teori merupakan seperangkat preposisi yang didalamnya
memuat tentang ide, konsep, prosedur dan prinsip yang terdiri dari satu
atau lebih variable yang saling berhubungan satu sama lainnya dan dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji serta dibuktikan kebenarannya. Dari dua
pendapat ini, teori adalah seperangkat azaz tentang kejadian-kejadian
yang di dalamnnya memuat ide, konsep, prosedur dan prinsip yang dapat
dipelajari, dianalisis dan diuji kebenarannya. Teori belajar adalah suatu
teori yang di dalamnya terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan peserta didik, perancangan metode

16 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


pembelajaran yang akan dilakspeserta didikan di kelas maupun di luar
kelas.

Ada tiga kategori utama atau kerangka filosofis mengenai teori-teori


belajar, yaitu: teori belajar behaviorisme, teori belajar kognitivisme, dan
teori belajar konstruktivisme. Teori belajar behaviorisme hanya berfokus
pada aspek objektif diamati pembelajaran. Teori kognitif melihat
melampaui perilaku untuk menjelaskan pembelajaran berbasis otak. Dan
pandangan konstruktivisme belajar sebagai sebuah proses di mana
pelajar aktif membangun atau membangun ide-ide baru atau konsep.
a. Teori belajar behaviorisme
Teori behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage
dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi
belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan
praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran
behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model
hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar
sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan
akan menghilang bila dikenai hukuman.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu


menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain, belajar
merupakan bentuk perubahan yang dialami peserta didik dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru
sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini
yang terpenting adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan
keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang
terjadi di antara stimulus dan respon dianggap tidak penting
diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang juga dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 17


(reinforcement) penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positive
reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu juga bila
penguatan dikurangi (negative reinforcement) respon pun akan tetap
dikuatkan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan teori behavioristik


adalah ciri-ciri kuat yang mendasarinya yaitu:
1) Mementingkan pengaruh lingkungan.
2) Mementingkan bagian-bagian.
3) Mementingkan peranan reaksi.
4) Mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui
prosedur stimulus respon.
5) Mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk
sebelumnya.
6) Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan
pengulangan.
7) Hasil belajar yang dicapai adalah munculnya perilaku yang
diinginkan.

Sebagai konsekuensi teori ini, para guru yang menggunakan


paradigma behaviorisme akan menyusun bahan pelajaran dalam
bentuk yang sudah siap, sehingga tujuan pembelajaran yang harus
dikuasai peserta didik disampaikan secara utuh oleh guru. Guru tidak
banyak memberi ceramah, tetapi instruksi singkat yng diikuti contoh-
contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi. Bahan
pelajaran disusun secara hierarki dari yang sederhana samapi pada
yang kompleks. Tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian kecil yang
ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu. Pembelajaran
berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Kesalahan
harus segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya
perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang
diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah tebentuknya
suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat

18 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat
penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku
yang tampak.

Kritik terhadap behavioristik adalah pembelajaran peserta didik yang


berpusat pada guru, bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada
hasil yang dapat diamati dan diukur. Kritik ini sangat tidak berdasar
karena penggunaan teori behavioristik mempunyai persyartan tertentu
sesuai dengan ciri yang dimunculkannya. Tidak setiap mata pelajaran
bisa memakai metode ini, sehingga kejelian dan kepekaan guru pada
situasi dan kondisi belajar sangat penting untuk menerapkan kondisi
behavioristik.

Menurut Guthrie hukuman memegang peranan penting dalam proses


belajar. Namun ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak
sependapat dengan Guthrie, yaitu:
1) Pengaruh hukuman terhadap perubahan tingkah laku sangat
bersifat sementara.
2) Dampak psikologis yang buruk mungkin akan terkondisi (menjadi
bagian dari jiwa si terhukum) bila hukuman berlangsung lama;
3) Hukuman yang mendorong si terhukum untuk mencari cara lain
(meskipun salah dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
Dengan kata lain, hukuman dapat mendorong si terhukum
melakukan hal-hal lain yang kadangkala lebih buruk daripada
kesalahan yang diperbuatnya.

b. Teori belajar kognitivisme


Teori belajar kognitif mulai berkembang pada abad terakhir sebagai
protes terhadap teori perilaku yang yang telah berkembang
sebelumnya. Model kognitif ini memiliki perspektif bahwa para peserta
didik memproses infromasi dan pelajaran melalui upayanya
mengorganisir, menyimpan, dan kemudian menemukan hubungan
antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah ada.
Model ini menekankan pada bagaimana informasi diproses.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 19


Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah Ausubel,
Bruner, dan Gagne. Dari ketiga peneliti ini, masing-masing memiliki
penekanan yang berbeda. Ausubel menekankan pada apsek
pengelolaan (organizer) yang memiliki pengaruh utama terhadap
belajar. Bruner bekerja pada pengelompokkan atau penyediaan
bentuk konsep sebagai suatu jawaban atas bagaimana peserta didik
memperoleh informasi dari lingkungan.

Teori ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil


belajar. Bagi yang menganut aliran kognitivistik belajar tidak hanya
melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Lebih dari itu
belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks.
Menurut teori kognitivistik, ilmu pengetahuan dibangun didalam diri
seseorang melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan
lingkungan. Proses ini tidak hanya berjalan terpatah-patah, terpisah-
pisah, tetapi melalui proses mengalir, bersambung dan menyeluruh.

Menurut psikologi kognitif belajar dipandang sebagai usaha untuk


mengerti sesuatu. Usaha itu dilakukan secara aktif oleh peserta didik.
Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu. Para psikolog pendidikan kognitif berkeyakinan
bahwa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sangat menentukan
keberhasilan mempelajari informasi atau pengetahuan yang baru.
1) Robert M. Gagne
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitif adalah teori
pemrosesan informasi yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne.
Berdasarkan teori ini belajar dipandang sebagai proses
pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan
pengolahan otak manusia dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Reseptor (alat indera): menerima rangsangan dari lingkungan
dan mengubahnya menjadi rangsaangan neural, memberikan
symbol informasi yang diterimanya dan kemudian diteruskan.

20 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


b) Sensory register (penampungan kesan-kesan sensoris): yang
terdapat pada syaraf pusat, fungsinya menampung kesan-
kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga terbentuk
suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk sebagian
masuk ke dalam memori jangka pendek dan sebagian hilang
dalam system.
c) Short term memory (memory jangka pendek): menampung
hasil pengolahan perceptual dan menyimpannya. Informasi
tertentu disimpan untuk menentukan maknanya. Memori
jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpanannya juga
pendek. Informasi dalam memori ini dapat ditransformasi
dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan ke
memori jangka panjang.
d) Long term memory (memori jangka panjang): menampung
hasil pengolahan yang ada di memori jangka pendek.
Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan
lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
e) Response generator (pencipta respon): menampung informasi
yang tersimpan dalam memori jangka panjang dan
mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

2) Jean Piaget
Menurut Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga
tahapan, yaitu:
a) Asimilasi: proses pengintegrasian informasi baru ke struktur
kognitif yang sudah ada.
b) Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam
situasi baru.
c) Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara
asimilasi dan akomodasi.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus


disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 21


peserta didik. Proses belajar yang dialami seorang anak berbeda
pada tahap satu debfab tahap lainnya yang secara umum semakin
tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga
semakin abstrak cara berpikirnya. Oleh karena itu, guru
seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif anak
didiknya serta memberikan isi, metode, media pembelajaran yang
sesuai dengan tahapannya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses


genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme
biologis perkembangan sistem syaraf. Yang dimaksud di atas
adalah setiap seseorang yang mengalami bertambahnya umur
maka semakin komplekslah susunan sel syarafnya dan semakin
meningkat pula kemampuannya dalam belajar. Piaget
menyimpulkan bahwa daya pikir atau kekuatan mental anak yang
berbeda usia akan berbeda pula secara kualitatif.

Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi jika mengikuti tahap-


tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilbrasi (penyeimbangan).
Pengertian dari asimilasi adalah proses perubahan apa yang
dipahami sesuai dengan unsur kognitif yang ada sekarang,
sementara akomodasi adalah proses perubahan struktur kognitif
sehingga dapat dipahami. Dengan kata lain, apabila individu
menerima informasi atau pengalaman baru maka informasi
tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok denganstrktur kognitif
yang telah dipunyainya. Sedangkan proses ekuilibrasi adalah
penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Konsep-konsep terpenting dalam teori kognitif selain
perkembangan kognitif adalah adaptasi intelektual oleh Jean
Peaget, discovery learning oleh Jerome Bruner, reception learning
oleh Ausubel.

22 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Tabel 2. Perkembangan kognitif anak menurut J. Piaget

Tahap Umur Ciri Pokok


Pengembangan

Sensori Motorik 0-2 Tahun Berdasarkan tindakan


langkah demi langkah

Pra Operasional 2 – 7 Tahun Penggunaan simbol atau


bahasa tanda konsep
intuitif

Operasi Konkret 8 – 11 Tahun Pakai aturan jelas/logis


reversibel dan kekekalan

Operasi Formal 11 Tahun ke Hipotesis abstrak deduktif


atas dan induktif logis dan
probabilitas

3) Ausubel
Menurut Ausubel peserta didik akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan
baik dan tepat kepada peserta didik (advanced organizer). Dengan
demikian, akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar
peserta didik. Advanced Organizer adalah konsep atau informasi
umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari
oleh peserta didik. Advanced Organizer memberikan tiga manfaat
yaitu, (a) menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi
yang akan dipelajari, (b) berfungsi sebagai jembatan yang
menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan yang akan
dipelajari, (c) dapat membantu peserta didik untuk memahami
bahan belajar secara lebih mudah. Bedasarkan konsepsi dari
Ausubel yang dikembangkan oleh para pakar teori kognitif
dibentuk suatu model yang eksplisit yaitu disebut dengan
skemata. Di mana pertama, skemata mempunyai fungsi untuk
menggambarkan atau mempresentasikan organisasi
pengetahuan, kedua, adalah sebagai tempat untuk mengkaitkan
atau mencantolkan pengetahuan baru.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 23


4) Bruner
Sementara Bruner mengusulkan teori yang disebutnya free
discovery learning. Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan suatu aturan
termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya melalui
contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang
menjadi sumbernya.

Beberapa tahapan belajar menurut Brunner:


a) Tahap enaktif (dalam tahap ini peserta didik secara langsung
terlibat dalam memanipulasi objek.
b) Tahap ikonik: tahapan di mana kegiatan peserta didik
berhubungan dengan mental, merupakan gambaran dari objek
yang dimanipulasinya.
c) Tahap simbolik: tahapan di mana anak-anak memanipulasi
simbol-simbol atau objek tertentu.

Keuntungan belajar menemukan:


a) Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik sehingga dapat
memotivasi peserta didik untuk menemukan jawabannya.
b) Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara
mandiri dan mengharuskan peserta didik untuk menganalisis
dan memanipulasi informasi.

Teori-teori kognitif ini juga sarat akan kritik terutama konsep


Piaget karena sulit diterapkan di tingkat lanjut. Selain itu beberapa
konsep tertentu, seperti intelegensi, belajar dan pengetahuan
yang mendasari teori ini sukar dipahami dan pemahaman itu
sendiri pun belum tuntas.

Kelebihan kognitivistik:
a) menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri.
b) membantu peserta didik memahami bahan belajar secara
lebih mudah.

24 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Kekurangan kognitivistik:
a) teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b) sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannya masih belum tuntas.

c. Teori Belajar Konstruktivisme


Konstruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat
pendidikan dapat diartikan konstruktivisme adalah suatu upaya
membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern.
Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit
demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas
dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat.
Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna
melalui pengalaman nyata.

Dengan teori konstruktivisme peserta didik dapat berfikir untuk


menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat keputusan.
Peserta didik akan lebih paham karena mereka terlibat
langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham
dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selain itu
peserta didik terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep. Konstruktivistik menekankan pada belajar
sebagai pemaknaan pengetahuan struktural, bukan pengetahuan
deklaratif sebagaimana pandangan behavioristik. Pengetahuan
dibentuk oleh individu secara personal dan sosial.

Pemikiran konstruktivisme personal dikemukakan oleh Jean Peaget


dan Konstruktivisme Sosial dikemukakan oleh Vygotsky. Belajar
berdasarkan konstruktivistik menekankan pada proses perubahan
konseptual (conceptual-change process). Hal ini terjadi pada diri

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 25


peserta didik ketika peta konsep yang dimilikinya dihadapkan dengan
situasi dunia nyata. Dalam proses ini peserta didik melakukan
analisis, sintesis, berargumentasi, mengambil keputusan, dan
menarik kesimpulan sekalipun bersifat tentatif. Konstruksi
pengetahuan yang dihasilkan bersifat viabilitas, artinya konsep yang
telah terkonstruksi bisa jadi tergeser oleh konsep lain yang lebih
dapat diterima.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang


subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya
dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek
menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi
sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang
diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus
diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan
organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi
secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam


proses pembelajaran, peserta didik yang harus mendapatkan
penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan
pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain. Mereka
yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan
belajar peserta didik secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas
dan keaktifan peserta didik akan membantu mereka untuk berdiri
sendiri dalam kehidupan kognitif peserta didik. Belajar lebih diarahkan
pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan
berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan
teman sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide
dan pengembangan konsep baru. Karenanya aksentuasi dari
mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan
pada pebelajar.

26 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik,
yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam
kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan
pembelajran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman Hakikat
pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng
dikatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat
temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas
kolaboratif, dan refleksi serta interpretasi. Mengajar berarti menata
lingkungan agar orang yang belajar termotivasi dalam menggali
makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini maka si
belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang
dipakai dalam menginterpretasikannya.

Fornot mengemukakan aspek-aspek konstruktivistik sebagai berikut:


adaptasi (adaptation), konsep pada lingkungan (the concept of
environment), dan pembentukan makna (the construction of
meaning). Dari ketiga aspek tersebut oleh J. Piaget bermakna, yaitu
adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses kognitif di mana
seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman
baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya.
Asimilasi dipandang sebagai suatu proses kognitif yang
menempatkan dan mengklasifikasikan kejadian atau rangsangan baru
dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini berjalan terus.
Asimilasi tidak akan menyebabkan perubahan/pergantian skemata
melainkan perkembangan skemata. Asimilasi adalah salah satu
proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri
dengan lingkungan baru perngertian orang itu berkembang.

Pandangan konstruktivistik tentang tujuan pembelajaran: Penyajian isi


menekankan pada penggunaan pengetahuan secara bermakna

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 27


mengikuti urutan dari keseluruhan ke bagian. Pembelajaran lebih
banyak diarahkan untuk meladeni pertanyaan atau pandangan si
belajar. Aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada data primer
dan bahan manipulatif dengan penekanan pada keterampilan berpikir
kritis. Pembelajaran menekankan pada proses.

Pandangan konstruktivistik tentang tujuan pembelajaran: Orang yang


belajar harus bebas dari ketidakteraturan, ketidakpastian,
kesemrawutan. Kebebasan menjadi unsur yang esensial dalam
lingkungan belajar. Kegagalan atau keberhasilan, kemampuan atau
ketidakmampuan dilihat sebagai interpretasi yang berbeda yang perlu
dihargai. Kebebasan dipandang sebagai penentu keberhasilan
belajar. Si belajar adalah subjek yang harus memapu menggunakan
kebebasan untuk melakukan pengaturan diri dalam belajar. Kontrol
belajar dipegang oleh orang yang belajar.

Pandangan konstruktivistik tentang evaluasi pembelajaran: Evaluasi


menekankan pada penyusunan makna secara aktif yang melibatkan
keterampilan terintegrasi, dengan menggunakan masalah dalam
konsteks nyata. Evaluasi yang menggali munculnya berpikir
divergent, pemecahan ganda, bukan hanya satu jawaban benar.
Evaluasi merupakan bagian utuh dari belajar dengan cara
memberikan tugas-tugas yang menuntut aktivitas belajar yang
bermakna serta menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks
nyata. Evaluasi menekankan pada keterampilan proses dalam
kelompok.

d. Teori – Teori Belajar Proses


1) Teori Skinner
Teori Skinner disebut juga dengan teori pengkondisian
peran. Pelopor teori ini adalah B.F. Skinner. Inti dari teori ini
adalah di mana konsekunsi perilaku akan menyebabkan
perubahan dalam probabilitas perilaku itu akan terjadi.
Konsekuensi imbalan atau hukuman bersifat sementara pada

28 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


perilaku. Contoh seorang peserta didik akan mengemas bukunya
secara rapi jika dia tahu bahwa dia akan diberikan hadiah oleh
gurunya.

Menurut Skinner, pengkondisian terdiri dari 2 konsep utama yaitu:


penguatan (reinforcement), yang terbagi kedalam
penguatan positif dan penguatan negatif, dan hukuman
(punishment). Penguatan positif (positive reinforcement) adalah
apa saja stimulus yang dapat meningkatkan sesuatu tingkah
laku. Contoh seorang peserta didik yang mencapai prestasi tinggi
diberikan hadiah maka dia akan mengulangi prestasi itu dengan
harapan dapat hadiah lagi. Penguatan bisa berupa benda,
penguatan sosial (pujian, sanjungan) atau token (seperti nilai
ujian). Penguatan negatif (negative reinforcement) apa saja
stimulus yang menyakitkan atau yang menimbulkan keadaan tidak
menyenangkan atau tidak mengenakan perasaan sehingga dapat
mengurangi terjadinya sesuatu tingkah laku. Contoh seorang
peserta didik akan meninggalkan kebiasaan terlambat
mengumpulkan tugas/PR karena tidak tahan selalu dicemooh oleh
gurunya. Hukuman (punishment) adalah apa saja stimulus yang
menyebabkan sesuatu respon atau tingkah laku menjadi
berkurang atau bahkan langsung dihapuskan atau
ditinggalkan. Contoh seorang peserta didik yang tidak
mengerjakan PR tidak dibolehkan bermain bersama teman-
temannya saat jam istirahat.

Ada sejumlah teknik-teknik dalam pengkondisian operan yang


dapat digunakan untuk pembentukan tingkah laku dalam
pembelajaran yaitu:
a) Pembentukan respon (shaping behaviour)
Teknik pembentukan respon ini dilakukan dengan cara
menguatkan pada saat setiap kali ia bertindak kearah yang
diinginkan sehingga ia menguasai atau belajar merespon
sampai suatu saat tidak lagi menguatkan respon

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 29


tersebut. Prosedur pembentukan respon bisa digunakan untuk
melatih tingkah laku peserta didik dalam proses pembelajaran
agar secara bertahap mampu merespon stimulus dengan
baik. Contoh: apabila seorang guru memberikan ceramah,
reaksi peserta didik sebagai pendengar dapat mempengaruhi
bagaimana guru itu bertindak. Jika sekelompok peserta didik
mengangguk– angguk kepala mereka, ini dapat menguatkan
guru tersebut untuk berceramah lebih semangat lagi.

b) Generalisasi, diskriminasi dan penghapusan


Generalisasi adalah penguatan yang hampir sama dengan
penguatan sebelumnya akan dapat menghasilkan respon
yang sama. Contoh: seorang peserta didik akan mengerjakan
PR dengan tepat waktu karena pada minggu lalu mendapat
pujian di depan kelas oleh gurunya ketika menyelesaikan PR
tepat waktu. Diskriminasi adalah respon organisme terhadap
sesuatu penguatan, tetapi tidak terhadap penguatan yang
lain. Contoh: seorang peserta didik mengerjakan PR dengan
tepat waktu Karena mendapat pujian dari gurunya pada mata
pelajaran IPA, tetapi tidak begitu halnya ketika mendapat
pujian dari guru IPS. Respon ini bisa berbeda karena cara
memberikan pujiannya sudah berbeda. Penghapusan adalah
suatu respon terhapus secara bertahap apabila penguatan
atau ganjaran tidak diberikan lagi. Contoh: seorang peserta
didik yang mampu mengerjakan PR dengan tepat waktu tadi
bisa secara bertahap menjadi tidak tepat waktu karena
gurunya tidak pernah lagi memberikan pujian sama sekali.

c) Jadwal penguatan (schedule of reinforcement)


Skinner menyatakan bahwa cara atau waktu pemberian
penguatan dapat mempengaruhi respon. Penguatan disini
dibagi menjadi 2 yaitu penguatan berkelanjutan (continous
inforcement) dan penguatan berkala (variabel reinforcement).
Penguatan berkelanjutan adalah penguatan yang diberikan

30 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


pada setiap saat setiap kali menghasilkan respon. Contoh:
setiap kali peserta didik mampu mengerjakan soal dengan
betul, guru selalu memberikan pujian kepadanya. Penguatan
berkala adalah penguatan yang diberikan dalam jangka waktu
tertentu.

Penguatan berkala terbagi dua, yaitu: berdasarkan nisbah


(rasio) yang disebut penguatan nisbah, dan berdasarkan
interval waktu atau disebut juga dengan penguatan waktu.
Penguatan nisbah dibagi menjadi dua, yaitu: nisbah
tetap adalah apabila penguatan diberikan setelah beberapa
respon terjadi. Misalnya ada 10 kali peserta didik memberikan
respon baru diberikan 1 kali penguatan. Dan nisbah
berubah adalah apabila penguatan diberikan setelah
beberapa kali respon muncul, tetapi kadarnya tidak
tetap. Misalnya penguatan diberikan kepada peserta didik
kadang kala setelah 10 kali respon kadang kala setelah 5
respon. Penguatan waktu juga dibagi dua, yaitu: waktu
tetap adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu
yang ditetapkan. Misalnya memberikan pengutan kepada
setiap respon yang muncul setelah 1 menit. Waktu berubah
adalah apabila penguatan diberikan pada akhir waktu yang
ditetapkan, tetapi waktu yang ditetapkan itu berbeda
berdasarkan respon yang muncul.

d) Penguatan positif
Penguatan posistif dilakukan dengan memberikan penguatan
sesegera mungkin setelah suatu tingkah laku
muncul. Misalnya seorang peserta didik yang dapat
menjawab pertanyaan guru maka pada saat itu juga guru
segera memberikan pujian.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 31


e) Penguatan intermiten
Penguatan intermiten dilakukan dengan memberikan
penguatan untuk memelihara perubahan tingkah laku atau
respon positif yang telah dicapai seseorang. Dengan
penguatan seperti ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri
individu. Misalnya : seorang peserta didik yang tadinya malu
untuk membaca puisi di depan kelas, kemudian secara
bertahap dia sudah tidak malu lagi dan mampu membaca
puisi di depan kelas. Maka guru memberikan pujian di depan
teman-temannya agar keberanian membaca puisi di depan
kelas tersebut dapat terpelihara.

f) Penghapusan
Penghapusan dilakukan dengan cara tidak melakukan
penguatan sama sekali atau tidak memprediksi respon yang
akan muncul pada seseorang. Misalnya peserta didik yang
berbicara lucu dengan maksud memancing teman-temannya
bergurau agar suasana kelas menjadi gaduh, tidak diberikan
sapaan oleh guru bahkan guru tidak menghiraukannya. Denga
demikian, peserta didik yang bersangkutan akan merasa
bahwa apa yang dilakukannya tidak berkenan di hati
gurunya sehingga dia tidak akan melakukannya lagi.

g) Percontohan (modeling)
Percontohan adalah perilaku atau respon individu yang
dilakukan dengan mencontoh tingkah laku orang
lain. Contohnya: seorang peserta didik berusaha berbicara
dengan suara keras, tidak terges-gesa, sistematis, dan mudah
dipahami karena dia meniru guru IPA yang selalu
menunjukkan perilaku seperti itu pada saat mengajar. Oleh
karena itu seorang guru harus mampu menunjukkan tutur
kata, sikap, kemampuan, kecerdasan dan tingkah laku yang
dapat dicontoh oleh peserta didik.

32 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Kelemahan dalam teori Skinner, yaitu bahwa respon yang
diberikan peserta didik yang kemudian diberi penguatan
tidaklah esensial, menurutnya yang eseinsial adalah bahwa
seseorang akan belajar dengan baik melalui peniruan, melalui
apa yang dilihatnya dari seseorang, tayangan, dll. yang
menjadi model untuk ditiru. Pengertian meniru ini bukan
berarti mencontek, tetapi meniru hal-hal yang dilakukan oleh
orang lain, terutama guru. Jika tulisan guru baik, guru
berbicara sopan santun dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar,tingkah laku yang terpuji,menerangkan dengan
jelas dan sistematik, maka peserta didik akan menirunya. Jika
contoh-contoh yang dilihatnya kurang baik iapun menirunya.
Dengan demikian guru harus menjadi manusia model yang
professional.

h) Token ekonomi
Token ekonomi adalah memberikan gambaran terhadap
sesuatu yang memiliki nilai ekonomi ketika seseorang telah
mampu menunjukkan respon atau tingkah laku yang positif
sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya guru memberi
hadiah buku novel yang bagus kepada seorang peserta didik.

2) Teori Gagne
Robert Gagne lahir tahun 1916 di North Andover. Beliau
mendapatkan gelar A.B. pada Yale tahun 1937 dan pada tahun
1940 mendapat gelar Ph.D. Ada beberapa hal yang
melandasi pandangan Gagne tentang belajar. Menurutnya
belajar bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas
yang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku,
dimana tingkah laku itu merupakan proses komulatif dari belajar.
Artinya banyak keterampilan yang dipelajari memberikan
sumbangan bagi belajar keterampilan yang lebih rumit. Menurut
Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang
diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 33


perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek
belajar yang kumulatif. Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar
itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat
didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks.
Hasil belajar merupakan kapabilitas. Setelah belajar, orang
memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya
kapabilitas tersebut berasal dari (a) stimulasi yang berasal dari
lingkungan; dan (b) proses kognitif yang dilakukan peserta didik.
Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan
informasi menjadi kapabilitas baru. Juga dikemukakan bahwa
belajar merupakan faktor yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan, perkembangan tingkah laku merupakan hasil dari
aspek kumulatif belajar. Berdasarkan pandangan ini Gagne
mendefinisikan pengertian belajar secara formal bahwa
belajar adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas
manusia yang berlangsung selama satu masa waktu dan tidak
semata-mata disebabkan oleh proses pertumbuhan. Perubahan itu
berbentuk perubahan tingkah laku. Hal itu dapat diketahui dengan
jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah
laku yang diperoleh setelah belajar. Perubahan tingkah laku dapat
berbentuk perubahan kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap,
minat atau nilai. Perubahan itu harus dapat bertahan selama
periode waktu dan dapat dibedakan dengan perubahan karena
pertumbuhan, missalnya perubahan tinggi badan atau
perkembangan otot dan lain-lain.

Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase


utama, yaitu:
a) Fase pengenalan (apprehending phase). Pada fase ini peserta
didik memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap
artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Ini berarti bahwa
belajar adalah suatu proses yang unik pada tiap peserta didik,

34 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dan sebagai akibatnya setiap peserta didik bertanggung jawab
terhadap belajarnya karena cara yang unik yang dia terima
pada situasi belajar.
b) Fase perolehan (acquisition phase). Pada fase ini peserta didik
memperoleh pengetahuan baru dengan menghubungkan
informasi yang diterima dengan pengetahuan sebelumya.
Dengan kata lain pada fase ini peserta didik membentuk
asosiasi-asosiasi antara informasi baru dan informasi lama.
c) Fase penyimpanan (storage phase). Fase storage/retensi
adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi yang
disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka
panjang, melalui pengulangan informasi dalam memori jangka
pendek dapat dipindahkan ke memori jangka panjang.
d) Fase pemanggilan (retrieval phase). Fase retrieval/recall,
adalah fase mengingat kembali atau memanggil kembali
informasi yang ada dalam memori. Kadang-kadang dapat saja
informasi itu hilang dalam memori atau kehilangan hubungan
dengan memori jangka panjang. Untuk lebih daya ingat maka
perlu informasi yang baru dan yang lama disusun secara
terorganisasi, diatur dengan baik atas pengelompokan-
pengelompokan menjadi katagori, konsep sehingga lebih
mudah dipanggil.

Kemudian ada fase-fase lain yang dianggap tidak utama, yaitu :


a) Fase motivasi
Sebelum pelajaran dimulai guru memberikan motivasi kepada
peserta didik untuk belajar.
b) Fase generalisasi
Adalah fase transer informasi pada situasi-situasi baru, agar
lebih meningkatkan daya ingat, peserta didik dapat diminta
mengaplikasikan sesuatu dengan informasi baru tersebut.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 35


c) Fase penampilan
Adalah fase dimana peserta didik harus memperlihatkan
sesuatu penampilan yang nampak setelah mempelajari
sesuatu.
d) Fase umpan balik
Peserta didik harus diberikan umpan balik dari apa yang telah
ditampilkan (reinforcement).

e. Teori-teori kognitif
1) Pemrosesan informasi
Teori pemrosesan informasi adalah teori kognitif tentang belajar
yang menjelaskan pemrosesan, penyimpanan, dan pemanggilan
kembali pengetahuan dari otak. Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, perlu menerapkan
suatu strategi belajar tertentu yang dapat memudahkan semua
informasi diproses di dalam otak melalui beberapa indera.
Pemrosesan informasi menyatakan bahwa peserta didik mengolah
informasi, memonitoringnya, dan menyusun strategi berkenaaan
dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan ini adalah proses
memori dan berfikir (thinking). Peserta didik secara bertahap
mengembangkan kapasitas untuk mengembangkan untuk
memproses informasi, dan secara bertahap pula mereka biasa
mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks.
Pemrosesan informasi pada awalnya menggunakan sistem
komputer sebagai analog. Penggunaan sistem komputer sebagai
analog cara manusia memproses, menyimpan dan mengingat
kembali informasi sesungguhnya kurang tepat karena terlalu
menyederhpeserta didikan manusia. Cara manusia memproses
informasi sesungguhnya lebih kompleks dibandingkan dengan
komputer.

Roobert Siegler mendeskripsikan tiga karateristik utama dari


pendekatan pemrosesan informasi, yaitu : proses pikiran,

36 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


mekanisme pengubahan dan modifikasi diri. Pemikiran menurut
pendapat Siegler berfikir adalah pemerosesan informasi. Ketika
peserta didik merasakan, melakukan, mempresentasikan dan
menyimpan informasi dari dunia sekelilingnya, mereka sedang
melakukan proses berfikir. Pikiran adalah sesuatu yang sangat
fleksibel, yang menyebabkan individu bisa beradaptasi dan
menyesuaikan diri dengan perubahan dalam lingkungan, tugas
dan tujuan. Mekanisme pengubahan menurut Siegler dalam
pemrosesan informasi fokus utamnya adalah pada peran
mekanisme pengubah dalam perkembangan. Ada empat
mekanisme yang bekerjasama menciptakan perubahan dalam
keterampilan kognitif peserta didik, yaitu: ecoding (penyandian),
otomatisasi, konstruksi strategis dan generalisasi.

Ecoding adalah proses memasukkan informasi kedalam


memori. Aspek utama dari pemecahan problem adalah
menyandikan informasi dan relevan dan mengabaikan informasi
yang tidak relevan. Otomatisasi adalah kemampuan untuk
memproses informasi dengan sedikit atau tanpa usaha. Seiring
dengan bertambahnya usia dan pengalaman, pemerosesan
informasi menjadi makin otomatis, dan peserta didik bisa
mendeteksi hubungan– hubungan baru antara ide dan kejadian.
(Kail, 2002 dalam Santrock, 2010: 311). Konstruksi strategi yaitu
penemuan prosedur baru untuk memproses informasi. Peserta
didik perlu menyandikan informasi kunci untuk suatu problem dan
mengoordinasikan informasi tersebut dengan pengetahuan
sebelumnya yang relevan untuk memecahkan masalah. Agar
dapat manfaat penuh dari strategi baru diperlukan generalisasi.
Peserta didik perlu melakukan generalisasi, atau mengaplikasikan
strategi pada problem lain.

Modifikasi diri: Peserta didik memainkan peran aktif dalam


perkembangan mereka. Mereka menggunakan pengetahuan dan
strategi yang telah mereka pelajari untuk menyesuaikan respon

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 37


pada situasi pembelajaran yang baru. Peserta didik membangun
respon baru dan lebih canggih berdasarkan pengetahuan dan
strategi sebelumnya.

2) Metakognisi
Metakognisi adalah suatu kemampuan individu berdiri di luar
kepalanya dan berusaha merenungkan cara dia berfikir atau
merenungkan proses kognitif yang dilakukan. Pengetahuan
metakognisi melibatkan usaha monitoring dan refleksi pada pikiran
seseorang pada saat sekarang. Aktivitas metakognisi terjadi pada
saat peserta didik secara sadar menyesuaikan dan mengelola
strategi pemikiran mereka pada saat memecahkan masalah dan
memikirkan sesuatu tujuan.

Orang yang pertama memperkenalkan istilah metakognisi


adalah John Flavell. Ia membagi metakognisi keempat variabel
yang penting, yaitu:
1) Variabel individu
Variabel individu mengandung makna bahwa manusia itu
adalah organisme kognitif atau pemikir. Segala tindak-tanduk
kita adalah akibat dari cara kita berfikir. Variabel individu
dibagi menjadi:
(1) Variabel intra individu
Variabel intra individu adalah apa saja yang terjadi di
dalam diri seseorang. Misalnya seseorang yang
mengetahui dirinya lebih pandai dalam mata pelajaran
matematika dibandingkan dengan mata pelajaran sejarah.
(2) Variabel antar individu
Variabel antar individu adalah kemampuan individu
membandingkan dan membedakan kemampuan kognitif
dirinya dengan orang lain. Misalnya seorang peserta didik
mengetahui bahwa dirinya pandai pada mata pelajaran IPA
dibandingkan dengan teman yang duduk dengan dia di
kelasnya.

38 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


2) Variabel universal
Variabel universal adalah pengetahun yang diperoleh dari
unsur-unsur yang ada didalam sistem budaya sendiri. Misalnya
mengetahui bahwa sebagai manusia kita lupa. Sebenarnya
kita paham terhadap apa yang kita lupakan, tetapi lama
kelamaan kita sadar bahwa kita tidak paham.
3) Variabel tugas
Variabel tugas adalah kesanggupan individu untuk mengetahui
kesan-kesan, pentingnya dan hambatan sesuatu tugas kognitif.
Contoh: seandainya informasi yang disampaikan oleh guru
adalah sesuatu yang sulit dan peserta didik tahu bahwa guru
tersebut tidak akan mengulangi, maka para peserta didik tentu
akan memberikan perhatian yang lebih serius dan
mendengarkan serta memproses informasi itu dengan lebih
teliti.
4) Variabel strategi
Variabel strategi adalah pengetahuan tentang bagaimana
melakukan sesuatu atau mengatasi kesulitan yang timbul.

f. Teori Humanistik
Teori belajar sosial (humanistik) diperkenalkan oleh Albert Bandura
(1977--1986) yang menjelaskan tentang pengaruh penguatan dari luar
diri atau lingkungan seorang peserta didik. Aktivitas kognitif dalam diri
peserta didik (kemampuan) belajar siswa dilalui dengan cara
―modelling‖ atau mencontoh perilaku orang lain. Teori ini
mementingkan pilihan pribadi, kreativitas, dan aktualisasi dari setiap
individu yang belajar. Bandura mengemukakan ada 6 (enam) prinsip
yang mendasar dalam menerapkan teori belajar humanistik, yaitu (1)
menyatakan perilaku, (2) kemampuan membuat atau memahami
simbol/tanda/lambang, (3) kemampuan berpikir ke depan, (4)
kemampuan untuk seolah-olah mengalami sendiri apa yang dialami
orang lain, (5 kemampuan mengatur diri sendiri dan (6) kemampuan
untuk berefleksi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 39


Menurut Gane dan Berliner beberapa prinsip dasar dari pendekatan
humanistik yang dapat kita gunakan untuk mengembangkan
pendidikan:
1) Peserta didik akan belajar dengan baik apa yang mereka mau dan
perlu ketahui. Saat mereka telah mengembangkan kemampuan
untuk menganalisa apa dan mengapa sesuatu penting untuk
mereka sesuai dengan kemampuan untuk mengarahkan perilaku
untuk mencapai yang dibutuhkan dan diinginkan, mereka akan
belajar dengan lebih mudah dan lebih cepat. Sebagian besar
pengajar dan ahli teori belajar akan setuju dengan dengan
pernyataan ini, meskupun mereka mungkin akan tidak setuju
tentang apa tepatnya yang menjadi motivasi peserta didik.
2) Mengetahui bagaimana cara belajar lebih penting daripada
membutuhkan banyak pengetahuan. Dalam kelompok sosial kita
dewasa ini dimana pengetahuan berganti dengan sangat cepat,
pandangan ini banyak dibagi diantara kalangan pengajar,
terutama mereka yang datang dari sudut pandang kognitif.
3) Evaluasi diri adalah satu satunya evaluasi yang berarti untuk
pekerjaan Peserta didik. Penekanan disini adalah pada
perkembangan internal dan regulasi diri. Sementara banyak
pengajar akan setuju bahwa ini adalah hal yang penting, mereka
juga akan mengusung sebuah kebutuhan untukmengembangkan
kemampuan Peserta didik untuk berhadapan dengan
pengharapan eksternal. Pertemuan dengan pengaharapan
eksternal seperti ini menghadapkan pertentangan pada sebagian
besar teori humanistik.
4) Perasaan adalah sama penting dengan kenyataan. Banyak tugas
dari pandangan humanistik seakan memvalidasi poin ini dan
dalam satu area, pengajar yang berorientasi humanistik membuat
sumbangan yang bererti untuk dasar pengetahuan kita.
5) Peserta didik akan belajar dengan lebih baik dalam lingkungan
yang tidak mengancam. Ini adalah salah satu area dimana
pengajar humanistik telah memiliki dampak dalam praktek
pendidikan. Orientasi yang mendukung saat ini adalah lingkungan

40 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


harus tidak mengancam baik secara psikologis, emosional dan
fisikal. Bagaimanapun, ada penelitian yang menyarankan
lingkungan yang netral bahkan agak sejuk adalah yang terbaik
untuk Peserta didik yang lebih tua dan sangat termotivasi.
Menurut aliran humanistik, para pendidik sebaiknya melihat
kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan
kurikukum untuk memenuhi kebutuhankebutuhan ini.

Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai


keinginan alami untuk berkembang, untuk lebih baik, dan juga belajar.
Jadi sekolah harus berhati-hati supaya tidak membunuh insting ini
dengan memaksakan anak belajar sesuatu sebelum mereka siap. Jadi
bukan hal yang benar apabila anak dipaksa untuk belajar sesuatu
sebelum mereka siap secara fisiologis dan juga punya keinginan.
Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu
Peserta didik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih tinggi,
bukan sebagai konselor seperti dalam Freudian ataupun pengelola
perilaku seperti pada behaviorisme.

Secara singkatnya, pendekatan humanistik dalam pendidikan


menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus
pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal
ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk
pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati
keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting
dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan
akademik. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha
agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-
baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari
sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 41


Para pendidik hanya membantu peserta didik untuk mengembangkan
dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri
mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Teori ini
cocok untuk diterapkan pada materi-materi yang bersifat
pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan analisis
terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilan dari teori ini adalah:
peserta didik senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir peserta didik, serta meningkatnya kemauan
sendiri.

Menurut teori ini ciri-ciri guru yang baik adalah yang memiliki rasa
humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan
peserta didik dengan mudah dan wajar. Mampu mengatur ruang kelas
lebih terbuka dan mampu menyesuaikannya pada perubahan.
Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa
humor yang rendah, mudah menjadi tidak sabar, suka melukai
perasaan peserta didik dengan komentar yang menyakitkan, bertindak
agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.

2. Kekurangan dan Kelebihan Teori Pembelajaran


a. Kelebihan dan Kekurangan Teori Behavioristik
1) Kelebihan teori behavioristik
a) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi
dan kondisi belajar.
b) Metode behavioristik ini sangat cocok untuk memperoleh
kemampuan yang menbutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas,
kelenturan, refleksi, daya tahan, dan sebagainya.
c) Guru tidak banyak memberikan ceramah sehingga peserta
didik dibiasakan belajar mandiri. Jika menemukan kesulitan
baru ditanyakan kepada guru yang bersangkutan
d) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi

42 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen
atau pujian.
e) Mampu membentuk suatu perilaku yang diinginkan
mendapatkan penguatan positif dan perilaku yang kurang
sesuai mendapat penghargaan negatif, yang didasari pada
perilaku yang tampak.
f) Dengan melalui pengulangan dan pelatihan yang kontinyu
dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan peserta didik
yang sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir
dalam satu bidang tertentu maka akan lebih dapat dikuatkan
lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang kontinue
tersebut dan lebih optimal.
g) Bahan pelajaran yang disusun secara hierarkis dari yang
sederhana sampai pada yang kompleks dengan tujuan
pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil yang ditandai
dengan pencapaian suatu keterampilan tertentu mampu
menghasilkan suatu perilaku yang konsisten terhadap bidang
tertentu.

2) Kekurangan teori behavioristik


a) Sebuah konsekuensi bagi guru, untuk menyusun bahan
pelajaran dalam bentuk yang sudah siap.
b) Tidak setiap mata pelajaran bisa menggunakan metode ini.
c) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu situasi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi peserta
didik yaitu guru sebagai sentral, bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah, guru melatih dan menentukan apa yang
harus dipelajari peserta didik.
d) Peserta didik berperan sebagai pendengar dalam proses
pembelajaran dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 43


e) Penggunaan hukuman yang sangat dihindari oleh para tokoh
behavioristik justru dianggap metode yang paling efektif untuk
menertibkan peserta didik
f) Peserta didik dipandang pasif, perlu motivasi dari luar dan
sangat dipengaruhi oleh penguatan yang diberikan guru.
g) Penerapan teori behavioristik yang salah dalam suatu kondisi
pembelajaran juga mengakibatkan terjadinya proses
pembelajaran yang sangat tidak menyenangkan bagi peserta
didik yaitu guru sebagai sentral bersikap otoriter, komunikasi
berlangsung satu arah guru melatih dan menetukan apa yang
harus dipelajari peserta didik sehingga dapat menekan
kreatifitas peserta didik. Peserta didik hanya mendengarkan
dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif
sehingga inisiatif peserta didik terhadap suatu permasalahan
yang muncul secara temporer tidak bisa diselesaiakn oleh
peserta didik.

b. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Kognitivistik


1) Kelebihan teori kognitivistik
a) Menjadikan peserta didik lebih kreatif dan mandiri.
b) Membantu peserta didik memahami bahan belajar secara lebih
mudah.
2) Kekurangan teori kognitivistik
a) Teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
b) Sulit dipraktikkan khususnya di tingkat lanjut.
c) Beberapa prinsip seperti intelegensi sulit dipahami dan
pemahamannya masih belum tuntas.

c. Kelebihan Teori Belajar Konstruktivistik


1) Berfikir: dalam proses membina pengetahuan baru, peserta didik
berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari ide dan membuat
keputusan.

44 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


2) Faham: oleh karena peserta didik terlibat secara langsung dalam
membina pengetahuan baru, mereka akan lebih faham dan boleh
mengaplikasikannya dalam semua situasi.
3) Ingat: oleh karena peserta didik terlibat secara langsung dengan
aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep, yakin peserta
didik melalui pendekatan ini membina sendiri kefahaman mereka.
Justru mereka lebih yakin menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam situasi baru.
4) Kemahiran sosial: kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi
dengan rekan dan guru dalam membina pengetahuan baru.

d. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Humanistik


1) Kelebihan teori belajar humanistik
a) Teori ini cocok untuk diterapkan dalam materi pembelajaran
yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
b) Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah eserta didik
merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
c) Peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak
terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya
sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika
yang berlaku.

2) Kekurangan teori belajar humanistik


a) Peserta didik yang tidak mau memahami potensi dirinya akan
ketinggalan dalam proses belajar.
b) Peserta didik yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan
diri sendiri dalam proses belajar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 45


3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran
a. Perhatian dan motivasi
Perhatian dalam pembelajaran mempunyai peranan yang sangat
penting. Kenyataan menunjukkan bahwa tanpa perhatian tidak
mungkin terjadi pembelajaran baik dari pihak guru sebagai pengajar
maupun dari pihak peserta didik yang belajar. Perhatian peserta didik
akan timbul apabila bahan pelajaran yang dihadapinya sesuai dengan
kebutuhannya, apabila bahan pelajaran itu sebagai sesuatu yang
dibutuhkan tentu perhatian untuk mempelajarinya semakin kuat.

Secara psikologis, apabila sudah berkonsentrasi (memusatkan


perhatian) pada sesuatu maka segala stimulus yang lainnya tidak
diperlukan. Akibat dari keadaan ini kegiatan yang dilakukan tentu akan
sangat cermat dan berjalan baik. Bahkan akan lebih mudah masuk ke
dalam ingatan, tanggapan yang terang, kokoh dan lebih mudah untuk
diproduksikan.

Motivasi juga mempunyai peran penting dalam kegiatan pembelajaran.


Seseorang akan berhasil dalam belajar kalau keinginan untuk belajar
itu timbul dari dirinya. Motivasi dalam hal ini meliputi dua hal: 1)
mengetahui apa yang akan dipelajari, 2) memahami mengapa hal
tersebut patut dipelajari. Kedua hal ini sebagai unsur motivasi yang
menjadi dasar permulaan yang baik untuk belajar. Sebab tanpa kedua
unsur tersebut kegiatan pembelajaran sulit untuk berhasil.

Seseorang yang mempunyai motivasi yang cukup besar sudah dapat


berbuat tanpa motivasi dari luar dirinya. Itulah yang disebut motivasi
intrinsik, atau tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan. Sebaliknya, bila motivasi intrinsiknya kecil, maka dia perlu
motivasi dari luar yang disebut ekstrinsik, atau tenaga pendorong yang
ada di luar. Motivasi ekstrinsik ini berasal dari guru, orang tua, teman,
buku-buku dan sebagainya. Kedua motivasi ini dibutuhkan untuk
keberhasilan proses pembelajaran, namun yang memegang peranan
penting adalah peserta didik itu sendiri yang dapat memotivasi dirinya

46 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


yang didukung oleh kepawaian seorang guru dalam merancang
pembelajaran yang dapat merangsang minat sehingga motivasi
peserta didik dapat dibangkitkan.

Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat pembelajaran. Sebagai


tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar,
sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensia dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar peserta didik dari segi kognitif, afektif dan
psikomotor. Motivasi adalah unsur utama dalam pembelajaran dan
pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya perhatian anak,
apabila anak memperhatikannya secara spontan tanpa memerlukan
usaha (perhatian tidak sekehendak, perhatian tidak disengaja). Bila
terjadi perhatianspontan yang bukan disebabkan usaha dari guru yang
membuat pelajaran begitu menarik, maka perhatian ini tidak
memerlukan motovasi, walaupun dikatakan bahwa motivasi dan
perhatian harus sejalan. Berbeda halnya kalau perhatian yang
disengaja atau sekehendak, hal ini diperlukan motivasi.

b. Keaktifan
Mengajar adalah proses membimbing pengalaman belajar.
Pengalaman tersebut diperoleh apabila peserta didik mempunyai
keaktifan untuk bereaksi terhadap lingkungannya. Apabila seorang
anak ingin memecahkan suatu persoalan dia harus dapat berpikir
sistematis atau menurut langkah-langkah tertentu, termasuk dia
menginginkan suatu keterampilan tentunya harus pula dapat
menggerakan otot-ototnya untuk mencapainya.

Termasuk dalam pembelajaran, peserta didik harus selalu aktif. Mulai


dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai pada kegiatan psikis
yang susah diamati. Dengan demikian belajar yang berhasil harus
melalui banyak aktifitas baik fisik maupun psikis. Bukan hanya
sekedar menghafal sejumlah rumus-rumus atau informasi taetapi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 47


belajar harus berbuat, seperti membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya.

Prinsip aktivitas di atas menurut pandangan psikologis bahwa segala


pengetahuan harus diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman
sendiri. Jiwa memiliki energy sendiri dan dapat menjadi aktif karena
didorong oleh kebutuhan-kebutuhan. Sadi, dalam pembelajaran yang
mengolah dan merencana adalah peserta didik dengan kemauan,
kemampuan, bakat dan latar belakang masing-masing, guru hanya
merangsang keaktifan peserta didik dengan menyajikan bahan
pelajaran.

c. Keterlibatan langsung
Prinsip keterlibatan langsung merupakan hal yang penting dalam
pembelajaran. Pembelajaran sebagai aktifitas mengajar dan belajar,
maka guru harus terlibat langsung begitu juga peserta didik. Prinsip
keterlibatan langsung ini mencakup keterlibatan langsung secara fisik
maupun non fisik. Prinsip ini diarahkan agar peserta didik merasa
dirinya penting dan berharga dalam kelas sehingga dia bisa menikmati
jalannya pembelajaran.

Edge Dale dalam Dimyati mengatakan bahwa: ―belajar yang baik


adalah belajar melalui pengalaman langsung‖. Pembelajaran dengan
pengalaman ini bukan sekedar duduk dalam kelas ketika guru sedang
menjalankan pelajaran, tetapi bagaimana peserta didik terlibat
langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan
pembelajaran yang ditetapkan guru berarti pengalaman belajar bagi
peserta didik.

d. Pengulangan
Prinsip pembelajaran yang menekankan pentingnya pengulangan
yang barangkali paling tua seperti yang dikemukakan oleh teori
psikologi daya. Menurut teori ini bahwa belajar adalah melihat daya-
daya yang ada pada manusia yang terdiri dari daya mengamat,

48 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


menangkap, mengingat, menghayal, merasakan, berpikir dan
sebagainya. Daya-daya tersebut akan berkembang.

Teori lain yang menekankan prinsip pengulangan adalah teori


koneksionisme. Tokohnya yang terkenal adalah Thorndike dengan
teorinya yang terkenal pula yaitu ―law of exercise‖ bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, dan pengulangan
terhadap pengalaman-pengalaman itu memperbesar timbulnya respon
benar. Selanjutnya teori dari psychology conditioning respons sebagai
perkembangan lebih lanjut dari teori konseksionisme yang dimotori
oleh Pavlov yang mengemukakan bahwa perilaku individu dapat
dikondisikan dan belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan
suatu perilaku atau respons terhadap sesuatu. Begitu pula mengajar
membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu perbuatan sehingga
menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan yang sesungguhnya, tetapi
dapat juga oleh stimulus penyerta.

Ketiga teori di atas menekankan pentingnya prinsip pengulangan


dalam pembelajaran walaupun dengan tujuan yang berbeda. Teori
yang pertama menekankan pengulangan untuk melatih daya-daya
jiwa, sedangkan teori yang kedua dan ketiga menekankan
pengulangan untuk membentuk respons yang benar dan membentuk
kebiasaan. Meskipun ketiga teori ini tidak dapat dipakai untuk
menerangkan semua bentuk belajar, tetapi masih dapat digunakan
karena pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
Sebab, dalam pembelajaran masih sangat dibutuhkan pengulangan-
pengulangan atau latihan-latihan. Hubungan stimulus dan respons
akan bertambah erat kalau sering dipakai dan akan berkurang bahkan
hilang sama sekali jika jarang atau tidak pernah digunakan. Oleh
karena itu, perlu banyak latuhan, pengulangan, dan pembiasaan.

e. Proses individual
Proses pembelajaran yang berlangsung di sekolah-sekolah pada saat
ini masih cenderung berlangsung secara klasikal yang artinya seorang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 49


guru menghadapi 30-40 orang peserta didik dalam satu kelas. Guru
masih juga menggunakan metode yang sama kepada seluruh peserta
didik dalam kelas itu. Bahkan mereka memperlakukan peserta didik
secara merata tanpa memperhatikan latar belakang social budaya,
kemampuan, atau segala perbedaan individual peserta didik. Padahal
setiap peserta didik memiliki ciri-ciri dan pembawaan yang berbeda.
Ada peserta didik yang memiliki bentuk badan tinggi kurus, gemuk
pendek, ada yang cekatan, lincah, periang, ada pula yang lamban,
pemurung, mudah tersinggung dan beberapa sifat-sifat individual yang
berbeda.

Untuk dapat memberikan bantuan agar peserta didik dapat mengikuti


pembelajaran yang disajikan oleh guru, maka guru harus benar-benar
dapat memahami ciri-ciri para peserta didik tersebut. Begitu pula guru
harus mampu mengatur kegiatan pembelajaran, mulai dari
perencanaan, proses pelaksanaan sampai pada tahap terakhir yaitu
penilaian atau evaluasi, sehingga peserta didik secara total dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan baik tanpa perbedaan yang
berarti walaupun dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda-
beda.

f. Tantangan
Prinsip pembelajaran yang berupa tantangan, peserta didik tidak
merasa tertantang bila hanya sekedar disuapi sehingga dirinya tinggal
menelan apa yang diberikan oleh guru. Sebab, tanpa tantangan
peserta didik merasa masa bodoh dan kurang kreatif sehingga tidak
berkesan materi yang diterimanya. Agar pada diri peserta didik timbul
motivasi yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik, maka
materi pembelajaran juga harus menantang sehingga peserta didik
bergairah untuk mengatasinya.

Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran dengan salah satu prinsip
konsep contextual teaching and learning yaitu inkuiri. Di mana
dijelaskan bahwa inkuiri merupakan proses pembelajaran yang

50 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


berdasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir
secara sistematis. Jadi, peserta didik akan bersungguh-sungguh
dalam menemukan masalahnya terlebih dahulu kemudian
menemukan sendiri jalan keluarganya.

g. Balikan dan penguatan


Prinsip pembelajaran yang berkaitan dengan balikan dan penguatan,
ditekankan oleh teori operant conditioning, yaitu law of effect. Bahwa
peserta didi akan belajar bersemangat apabila mengaetahui dan
mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik merupakan balikan
yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi hasil usaha belajar
selanjutnya. Namun dorongan belajar tidak saja oleh penguatan yang
menyenangkan atau penguatan positif, penguatan negatif pun dapat
berpengaruh pada hasil belajar selanjutnya.

Apabila peserta didik memperoleh nilai yang baik dalam ulangan tentu
dia akan belajar bersungguh-sungguh untuk memperoleh nilai yang
lebih baik untuk selanjutnya. Karena nilai yang baik itu merupakan
penguatan yang positif sebaliknya, bila peserta didik memperoleh nilai
yang kurang baik tentu dia merasa takut tidak naik kelas, dia
terdorong pula untuk lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif
yang berarti bahwa peserta didik mencoba menghindar dari peristiwa
yang tidak menyenangkan.

Format sajian berupa tanya jawab, eksperimen, diskusi, metode


penemuan sebagainya merupakan cara pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan. Balikan yang
diperoleh peserta didik setelah belajar dengan menggunakan metode-
metode akan menarik yang membuat peserta didik terdorong untuk
belajar lebih bersemangat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 51


D. Aktivitas Pembelajaran

Melalui diskusi kelompok dan pencatatan Anda diharapkan mampu


menguasai materi teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang ada dalam
kegiatan pembelajaran ini dengan memperhatikan kemandirian, kerjasama,
kedisiplinan, dan terbuka terhadap kritik dan saran. Di bawah ini adalah
serangkaian kegiatan belajar yang dapat Anda lakukan untuk memantapkan
pengetahuan, keterampilan, serta aspek pendidikan karakter yang terkait
dengan uraian materi pada kegiatan pembelajaran ini:
1. Pada tahap pertama, Anda dapat membaca uraian materi dengan teknik
skimming atau membaca teks secara cepat dan menyeluruh untuk
memperoleh gambaran umum materi.
2. Berikutnya Anda dianjurkan untuk membaca kembali materi secara
berurutan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari keterlewatan materi
dalam bahasan kegiatan pembelajaran ini.
3. Fokuslah pada materi atupun sub materi yang ingin dipelajari. Baca baik-
baik informasinya dan cobalah untuk dipahami secara mandiri sesuai
dengan bahasan materinya.
4. Bacalah referensi dari sumber lain yang relevan dan diskusikan bersama
kelompok untuk memperkuat pemahaman anda berkaitan dengan materi
yang dipelajari!
5. Setelah semua materi Anda pahami, lakukan aktivitas pembelajaran
dengan mengerjakan lembar kerja yang ada.

Lembar Kerja. 1.1 Penerapan Teori Pembelajaran


Tujuan kegiatan:
Melalui diskusi kelompok dan pencatatan Anda diharapkan mampu
menguasai materi teori dan prinsip-prinsip pembelajaran yang ada dalam
kegiatan pembelajaran ini dengan memperhatikan kemandirian,
kerjasama, kedisiplinan, dan terbuka terhadap kritik dan saran.
Langkah kegiatan:
a. Bentuklah kelompok diskusi dan pelajari uraian materi secara
bersama-sama
b. Secara berkelompok pelajarilah lembar kerja penerapan teori

52 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


pembelajaran
c. Diskusikan materi secara terbuka, saling menghargai pendapat
dengan semangat kerjasama
d. Isilah lembar kerja penerapan teori pembelajaran berdasarkan diskusi
kelompok dan selesaikan sesuai waktu yang disediakan
e. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi

LK.1.1 Penerapan Teori Pembelajaran


Perubahan
Penerapan Perubahan
Perilaku (aktif,
No. Teori dalam Hasil
serius, biasa,
pembelajaran Pembelajaran
tidak aktif)

1.

2.

3.

4.

5.

6. Dalam kegiatan diklat tatap muka penuh, Lembar Kerja 1.1 ini Anda
kerjakan di dalam kelas pelatihan dengan dipandu oleh fasilitator. Dalam
kegiatan diklat tatap muka In-On-In, Lembar Kerja 1.1 Anda kerjakan
pada saat in service learning 1 (In-1) dengan dipandu oleh faslitator.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 53


E. Latihan / Kasus / Tugas

Setelah Anda menyelesaikan seluruh kegiatan pembelajaran 1, silahkan isi


format refleksi berikut ini untuk mengukur penguasaan materi Anda.
Penerapan Kekurangan
No. Teori Kelebihan
Dalam pembelajaran /kelemahan
.
1.

2.

3.

4.

5.

.
6.

7.

8.

F. Rangkuman

Teori belajar adalah suatu teori yang di dalamnya terdapat tata cara
pengaplikasian kegiatan belajar mengajar antara guru dan peserta didik,
perancangan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan di kelas
maupun di luar kelas. Namun teori belajar ini tidaklah semudah yang dikira,
dalam prosesnya teori belajar ini membutuhkan berbagai sumber sarana
yang dapat menunjang, seperti: lingkungan peserta didik, kondisi psikologi
peserta didik, perbedaan tingkat kecerdasan peserta didik. Semua unsur ini

54 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dapat dijadikan bahan acuan untuk menciptakan suatu model teori belajar
yang dianggap cocok, tidak perlu terpaku dengan kurikulum yang ada
asalkan tujuan dari teori belajar ini sama dengan tujuan pendidikan.

Modul ini sudah cukup banyak membahas tetang teori-teori


pembelajaran. Teori-teori pembelajaran tersebut menjelaskan apa itu
belajar dan bagaimana belajar itu terjadi. Teori Behavioristik merupakan
teori yang menyatakan bahwa belajar adalah perubahan dalam tingkah laku
sebagai akibat dari interaksi antar stimulus dan respon. Teori
Pengkondisian Klasik menyatakan bahwa belajar merupakan suatu usaha
dari organisme untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimulus yang pada
akhirnya menghasilkan sustu respon. Teori Gestalt lebih menekankan
belajar adalah kecenderungan mempersepsikan apa yang terlihat dari
lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Inti dari Teori Skinner adalah
dimana konsekuensi perilaku akan menyebabkan perubahan dalam
probabilitas perilaku itu akan terjadi. Teori Gane menyatakan bahwa belajar
bukan merupakan proses tunggal melainkan proses luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku. Teori Pemrosesan
Informasi menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah
informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup
lama. Metakognisi adalah suatu kemampuan individu di luar kepalanya dan
berusaha merenungkan cara dia berfikir atau merenungkan proses kognitif
yang dilakukan. Sedangkan Sibernetik mengatakan bahwa belajar adalah
pengolahan informasi. Jadi masing-masing teori menjelaskan belajar dan
pembelajaran dalam pengertian yang berbeda-beda.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Setelah mengikuti kegiatan pembelajaran 1 tentang teori dan prinsip-


prinsip pembelajaran, beberapa pertanyaan berikut perlu Anda jawab
sebagai bentuk umpan balik dan tindak lanjut.
1. Apakah setelah mempelajari kegiatan pembelajaran 1 ini Anda
mendapatkan pengetahuan dan keterampilan memadai tentang teori dan
prinsip-prinsip pembelajaran?

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 55


2. Apakah materi kegiatan pembelajaran 1 ini telah tersusun secara
sistematis sehingga memudahkan proses pembelajaran?
3. Apakah Anda merasakan manfaat penguatan pendidikan karakter
terutama dalam hal kerjasama, disiplin, dan menghargai pendapat orang
lain selama aktivitas pembelajaran?
4. Hal apa saja yang menurut Anda kurang dalam penyajian materi kegiatan
pembelajaran 1 ini sehingga memerlukan perbaikan?
5. Apakah rencana tindak lanjut Anda dalam kaitannya dengan proses
belajar mengajar di sekolah setelah menuntaskan kegiatan pembelajaran
1 teori dan prinsip-prinsip pembelajaran?

H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus

Ada pada materi pembelajaran 1: bagian teori menurut ahli, kelebihan dan
kelemahan dari masing-masing teori.

56 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
SEJARAH PERKEMBANGAN SENI RUPA BARAT
DAN TIMUR

A. Tujuan

Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan pembelajaran 2 baik yang


bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menganalisis sejarah perkembangan seni rupa
barat dan timur dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan,
kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan saran.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 2 ini, Saudara diharapkan


mampu menganalisis sejarah perkembangan seni rupa barat dan timur yang
ditandai dengan kecakapan dalam:
1. menganalisis perkembangan seni rupa barat dan timur dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, dan terbuka terhadap
kritik dan saran.
2. menganalisis seni rupa barat dan seni rupa timur dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan dan terbuka terhadap
kritik dan saran.
3. menganalisis periodesasi penciptaan karya seni dengan memperhatikan
aspek kemandirian, kedisiplinan, dan terbuka terhadap kritik dan saran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 57


C. Uraian Materi

1. Perkembangan Seni Rupa Barat Dan Timur


Dalam beberapa buku yang membicarakan tentang sejarah, agama,
politik, ekonomi maupun budaya atau yang lain sering muncul kata barat
dan timur. Sebenarnya, kata ini merupakan istilah dan bukan kata barat
dan timur. Istilah Barat merujuk kepada peta geografi dengan dunia
belahan barat di mana orang-orang di dunia belahan barat ini mencari
hubungan kerja berupa perdagangan atau hubungan diplomatik dengan
berjalan ke arah timur. Dunia Barat merupakan istilah untuk peta geografi
belahan dunia sebelah barat. Kegiatan mereka melakukan hubungan
dagang ini dengan berlayar maupun jalan darat menuju dunia belahan
timur. Untuk menguatkan istilah para pelancong atau hubungan
diplomatik tersebut sekelompok orang yang berasal dari belahan barat
disebut dengan orang Barat. Berbagai karakteristik dan gaya mereka
menjadi ciri khas orang Barat. Selanjutnya segala sesuatu tentang
perikehidupan (proses sosial) dan hasil karya (produk sosial) diberi istilah
dunia Barat, orang Barat serta gaya Barat. Demikian pula orang-orang
yang berada di daerah atau belahan dunia timur, segala usaha
mempertahankan hidup yang berupa proses sosial maupun produk sosial
disebut dunia Timur. Termasuk di dalamnya adalah kesenian, kesenian
yang berada pada belahan dunia Barat disebut seni Barat dan yang
berada di sebelah timur disebut dengan kesenian Timur.

Istilah ini berkembang untuk aliran berpikir atau berpaham (isme) Barat
dan Timur. Dunia Timur sebagai tujuan perjalanan mencari nafkah bagi
orang Barat ini dijadikan objek budaya, ideologi serta kesenian. Mereka
mempunyai kesenian dengan ciri yang berbeda, seperti karya seni rupa,
musik, tari, serta karya seni terapan seperti baju (fashion) serta asesori
maupun karya bangunan (arsitektur). Dalam peta tersebut, sesuai
dengan bilangan wilayah terdapat istilah: Timur Dekat, Timur Tengah dan
Timur Jauh.

58 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Istilah wilayah budaya ini memberi gambaran dunia Timur sebagai
berikut:

a. Timur Dekat merujuk kepada kawasan Levant atau Sham (sekarang


Israel, Jalur Gaza, Lebanon, Suriah, Tepi Barat dan Yordania),
Anatolia (sekarang Turki), Mesopotamia (Irak dan Suriah timur), dan
Plato Iran (Iran). Istilah alternatif yang jarang dipakai adalah 'Asia
Barat Daya'.
b. Timur Tengah termasuk bagian dari benua Asia, atau Afrika-Eurasia.
Pusat dari wilayah ini adalah daratan di antara Laut Mediterania dan
Teluk Persia serta wilayah yang memanjang dari Anatolia, Jazirah
Arab dan Semenanjung Sinai. Disebutkan juga area tersebut meliputi
wilayah dari Afrika Utara di sebelah barat sampai dengan Pakistan di
sebelah timur, dan Kaukasus dan/atau Asia Tengah di sebelah utara.
Media, dan beberapa organisasi internasional (seperti PBB)
umumnya menganggap wilayah Timur Tengah adalah wilayah Asia
Barat Daya (termasuk Siprus dan Iran) ditambah dengan Mesir.
c. Timur Jauh, termasuk wilayah Asia Timur, Rusia Timur Jauh, dan
Asia Tenggara, Asia Selatan terkadang dikaitkan dalam istilah ini
untuk persoalan ekonomi dan budaya.
(https://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Jauh)

Dunia Timur dengan khasnya, memberikan daya tarik bagi orang Barat
untuk menyelidiki proses sosial dan produk sosial yang termuat dalam
pesan berkarya seni. Kedatangan orang Barat ke Timur ini dapat
dikatakan mencari inspirasi yang dapat menguntungkan kehidupannya,
seperti perdagangan rempah-rempah, penyebaran agama, serta
penyelidikan tentang seni dan latar belakang penciptaannya. Proses
komunikasi dan interaksi Barat dan Timur pada saat ini sudah tidak
kelihatan seperti pada masa yang lalu. Oleh karenanya, untuk membahas
karakteristik seni rupa antara dunia Barat dan dunia Timur berangkat dari
masa lalu dan diimplementasikan ke masa sekarang agar mempunyai
gambaran perkembangan seni rupa pada saat itu dan sekarang.
Pemahaman karakter ini dengan menunjukkan karya yang bersifat kasat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 59


mata, dan selanjutnya dikembangkan dengan pola-pola ilmiah dengan
mengajukan materi karya seni rupa murni maupun terapan.

Perlu diketahui bahwa referensi tentang seni rupa Timur dalam beberapa
kepustakaan kurang lengkap dan terperinci, sebab para penulis berasal
dari kalangan akademisi Barat sering mengutamakan bentuk dari pada
makna. Pemberian makna yang diberikan untuk mengulas seni rupa
Timur masih pada tataran fisik, artinya yang tampak dan merupakan
gejala bentuk dan warna yang dikaitkan dengan tujuan penciptaan.
Seorang sarjana Barat yang berasal dari Timur Tengah namun bertempat
tinggal di Amerika memberikan ulasan tentang penulisan Seni Rupa
Timur ini dengan istilah Orientalism. Dalam kata sederhana orientalisme
berasal kata orient yang berari Timur. Dalam kesederhanaan kata
orientalisme berarti Timur yang di timurkan. Hal berangkat dari logika
bahwa posisi dunia Timur tersebut jauh dari benua Eropa, atau posisi
daerah yang berada di sebelah Timur benua Eropa. Benua Timur ini
termasuk Asia kecil meliputi India, Persia, Turki, Arab jaman dahulu, serta
daratan Cina, Jepang dan Indonesia. Daerah ini terletak sebelah Timur
Inggris, Belanda serta Eropa lainnya.

Julukan Timur yang memberikan indikasi negatif diungkapkan pula oleh


Edward W Said (2010: 7) dalam buku yang berjudul Orientalisme.
Pengarang ini mengungkap tulisan Panikkar KM tentang perilaku seorang
pelacur berkebangsaan Arab:

―Flaubert orang Barat yang berjumpa dengan perempuan Arab Kuchuk


Haneem dianggap reprsentasi wanita Timur; dituliskan perjumpaannya
dengannya sebagai pekerja sex. Wanita yang mampu memberi
keindahan sex. Ditulisnya gaya, senyum dan bahkan bisa menduga isi
hatinya, padahal Kuchuk tidak pernah menyatakan sesuatu,
menceritakan tentang dirinya pun tidak, apa lagi curah hati, namun
Flaubert bisa menuliskannya. Bukankah ini sebuah interpretasi palsu;
tanpa bertanya dan melihat dunia Kuchuk yang sesungguhnya berani

60 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


menuliskan dalam catatan pribadi tentang karakter Timur dengan harga,
bahkan menjadi representasi wanita Timur‖.

Bangsa Timur tidak banyak mengungkapkan ekspresi, melainkan simbol-


simbol dalam berkomunikasi termasuk karya seninya. Kondisi ini dapat
dikatakan bahwa tulisan orang Barat hanya sepintas bentuk dan
pertemuan pertamanya. Dugaan ini tentu saja tidak akurat karena hanya
berada pada posisi luar dan tidak mampu mengungkap ‗sikap diam sang
wanita Arab‘ tersebut.
a. Pandangan Hidup Bangsa Barat dan Timur
Istilah Timur dapat digunakan untuk menunjukkan pandangan hidup
atau falsafah hidup yang mendasari setiap langkah berkarya seni
rupa. Bangsa Timur yang dekat dengan alam ini memberi ruang
kontemplasi memahami keberadaan dunia atau alamnya. Alam
sebagai inspirasi dalam berkehidupan dan alam menjadi penyelaras
hidup. Artinya, alam mampu memberi inspirasi hidup dan berkarya
seni. Ananda Comaraswammi (1920) mengatakan bahwa penciptaan
karya seni rupa India melalui proses ‗mengangkap irama hidup alam‘.
Menangkap irama hidup adalah memahami lebih dalam arti hidup
bagi bangsa Timur. Bangsa Timur menyerahkan dirinya dalam
proses alam, oleh karenanya unsur alam menginspirasi penciptaan.
Beberapa karya seni patung India yang menggambarkan dewa
Sudharsana sebagai dewa air, Marutha sebagai dewa angin dan
masih banyak lagi yang dalam hal ini menunjukkan kepercayaan
terhadap dinamisme alam. Alam mempunyai kekuatan yang dahsyat
dalam kehidupan manusia, makanya harus dipuja agar memberikan
gaib dan kekuatan hidup bagi manusia.

Trisno Sumarjo (1952) dalam artikel di majalah ‗Sani‘, mengatakan


―mustahil orang Barat dapat memahami budaya Timur karena tidak
mungkin dapat merasakan manisnya minum kopi tanpa gula‖.
Sebuah anekdot ini memberi arti bahwa belajar tentang budaya
Timur termasuk kesenian Timur harus melalui pemahaman yang
mendalam, tidak saja dengan melihat luar atau gejala fisik lalu dapat

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 61


menjelaskan secara detail sebagai isi dari sebut karya seni rupa.
Minum kopi tanpa gula adalah proses ‗merasakan‘ dan memahami
makna manis dalam pahit, adalah sebuah catatan tentang
merasakan bagi bangsa Timur tidak sama dengan merasakan bentuk
dan kulitnya atau gejala. Kemungkinan gejala pahit tersebut
bermakna manis, sehingga apa yang tampak belum tentu
menyiratkan isi hati. Demikian pula karya-karya seni rupa Timur,
bukan saja dilihat dari bentuk, melainkan apa yang hadir di belakang
bentuk tersebut. Bentuk adalah akibat dari ‗rasa‘ dan ‗merasakan‘,
tidaknya dipikir dan dikatakan sama dengan ujudnya. Dunia seni
Timur berangkat dari perasaan yang bersifat imanensi menemukan
picture‟s thinking.

Bangsa Barat hanya mampu melihat gejala bukan numenon yang


seterusnya menjadikan gambaran bentuk, melainkan apa yang dilihat
adalah apa yang ada dipikiran dan dirasakan. Perbedeaan ini
menyebabkan cara pandang bangsa Barat terhadap karya seni Timur
mirip dengan apa yang mereka temukan di alam Barat. Kondisi inilah
yang seterusnya menjadikan orang Timur dianggap sebagai bangsa
yang kecil karena tidak mempunyai gaya ekspresi pribadi. Padahal,
bangsa Baratlah yang tidak mengetahui isi dan makna yang
terkandung dalam karya seni. Isi bukan saja arti dan makna, namun
latar belakang makna serta keinginan sebagai tujuan hidup
tersembunyikan dalam bentuk. Bentuk-bentuk visual inilah yang tidak
dipahami dengan ‗rasa‘.

Dunia Barat dan dunia Timur yang dijadikan istilah dalam modul ini
menjadi semacam rujukan tentang ciri khas, baik orang, perilaku
maupun karyanya. Dalam istilah berkesenian (mencipta karya seni),
istilah ini merujuk pada cara berpikir seniman, cara perperilaku
seniman, cara berkomunikasi seniman, ide penciptaan, gaya, aliran
serta ujud dalam karya seni sebenarnya termasuk seni rupa, tari,
musik, drama atau teater maupun aksesori yang melekat pada tubuh
seseorang. Ciri khas ini kemudia digunakan untuk mengidentifikasi

62 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


karya seni rupa yang murni maupun fungsional seperti seni pakai.
Istilah seni Barat dan Timur dalam modul ini dibatasi pada seni rupa
yaitu lukis, patung, arsitektur (seni bangunan) dan peralatan. Proses
maupun produk seni rupa ini menunjukkan tingkat perkembangan ide
dan teknologi berkarya. Sampai saat ini produk tersebut sulit
dipisahkan secara tegas, karena telah bercampur unsur Barat dan
Timur, bahkan istilah Barat dan Timur oleh sebagian ahli dikatakan
tidak relevan. Alasan utama istilah tersebut dikatakan tidak relevan
karena sulit dideteksi secara tegas dan jelas bentuk, isi serta
maknanya.

Kedua belahan tersebut (Barat dan Timur) sudah saling menyusup


dan mempengaruhi diantaranya baik secara samar-samar maupun
ekstrim penampakannya. Mereka nantinya memunculkan karya baru
dengan tidak mengistilahkan karya Barat dan Timur lagi. Dengan
demikian, istilah tersebut diberlakukan dengan konteks sejarah dan
politik. Sedangkan, permasalahan budaya, diantaranya tidak hadir
secara terpisah. Implementasinya dalam karya seni rupa tampak
sejalan pada masa seni klasik dan seni moderni; keduanya berbeda
namun mempunyai terminologi bentuk yang sama, bahkan ide
datang dari perintah kerajaan maupun agama. Kuasa agama dan
kuasa pemerintahan kerajaan menjadi satu ide kuasa, karena
keduanya ingin dijadikan sebagai latar belakang penciptaan. Sedang
masa modernisme hadir dalam konteks pembaharuan ide dan
memasukkan prinsip ilmiah dan akademik dalam model penciptaan
karya seni.

Dalam rangka menjelaskan seni rupa Barat dan Timur dilakukan


tinjauan sejarah dan bahkan merujuk kepada sejarah perkembangan
ide penciptaan. Hal ini berbeda dengan prinsip sejarah sebagai
disiplin ilmu yang mempelajari secara detail (rinci) berdasarkan tahun
berkarya. Hal ini berbeda dengan perkembangan sejarah pemikiran
perkembangan ide, yang tidak dapat ditentukan secara pasti
gagasan dimulainya. Kemungkinan suatu aliran karya seni akan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 63


hadir sebelumnya, namun tidak dimasukkan dalam kriteria
perkembangan yang terkini. Inilah uniknya pembahasan tentang
bentuk karya seni rupa Barat dan seni rupa Timur yang tidak akan
lepas dari kajian sejarah; baik sejarah perkembangan pemikiran
maupun sejarah sosial. Kedua unsur ini sangat erat hubungannya
dengan ujud seni rupa.

Catatan kecil
Uraian materi pembelajaran tentang seni rupa Barat dan
seni rupa Timur secara keseluruhan telah selesai terdapat
beberapa istilah penting yang muncul dan sering disebut,
padahal pengertiannya kadang berbeda ketika memberi
contoh bentuk maupun ide penciptaan, maka untuk
memahami lebih lanjut dapat dilakukan dengan memahami
pengertian dasar dan pengembangannya. Silahkan
menyimak kata dan kalimat khas yang sering muncul dalam
pembahasan di atas maupun selanjutnya.

b. Pengaruh Alam Terhadap Kepercayaan


Suatu teori psikologi (psycho-homeostatic) dikemukakan oleh Frank
LK Hsiu (dalam Kuntjaraningrat, 1986) yang membahas pengaruh
alam, sekaligus berfungsi untuk menganalisis perilaku berkesenian
suatu masyarakat atau perorangan. Alam sebagai homeo
mempengaruhi pola berpikir masyarakat. Sebagai contoh alam yang
tandus, dimana tanah garapan pertanian penuh batu dan sulit
ditanami maka akan memaksa penghuni lokasi tanah tandus
tersebut bekerja keras. Demikian pula suatu daerah yang
mempunyai musim lebih dari dua, maka jadwal dan kedisiplinan
penghuni untuk bercocok tanam akan berbeda.

Di samping tanah pertanian, kondisi manusia pun tergantung oleh


musim Daerah yang memiliki dua musim (panas dan hujan) ini
mempunyai tanah yang subur dibandingkan daerah dengan musim
lebih dari dua. Selain harus bekerja bersama mereka juga bekerja
dengan kekuatan sendiri untuk mengejar musim yang segera

64 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


berganti. Bagi daerah yang mempunyai dua musim terdapat waktu
luang yang berlebih daripada penghuni bermusim lebih dari dua.
Sisa waktu digunakan untuk memikirkan kehidupan pasca kehidupan
atau live in here after. Segala sesuatu dihubungkan dengan
persoalan kehidupan pasca mati. Kemudian timbullah pemikiran
dunia atas dan dunia bawah. Dunia atas adalah kehidupan pasca
meninggal dan dunia bawah adalah dunia nyata yang dijalani oleh
manusia di dunia ini. Mereka menghubungkan rasionalitas dengan
imajinasi menumbuhkan pikiran berkhayal.

Kondisi di dunia Timur yang subur menghasilkan rempah dan buah


segar yang dibutuhkan oleh bangsa Barat. Mereka berbondong-
bondong mendekat ke Timur untuk mencari penghidupan untuk
dibawa ke dunianya. Dari sinilah orang yang datang dari arah Barat
menyebutnya dunia Timur, yaitu dunianya orang-orang yang penuh
berkah. Di samping hasil bumi, ternyata bangsa Barat juga
mengagumi kesenian yang dihasilkan oleh bangsa-bangsa Timur
penuh dengan eksotika cerita dan spiritualitas. Mereka menganggap
dunia seni Timur tidak realistis dan dianggap idealistis yang berbau
spiritual atau mitologi. Kehidupan mitologi bagi bangsa Timur sangat
subur, ketika memikirkan dunia atas, dan digambarkan seolah-olah
nyata dengan dukungan kepercayaan yang khas.

Korelasi alam dan kehidupan manusia tampak ketika menjawab


pertanyaan tentang hubungan mansuia dan Tuhan. Bangsa Timur
akan menjelaskan pertanyaan di atas dengan prinsip teologis,
sedangkan bangsa Barat dengan prinsip antroposentris. Prinsip
teosentrisme berdasarkan dari pemikiran ‗Tuhan merupakan sumber
dari segala macam sumber kehidupan‘ Semula kahadiran manusia
itu merupakan hasil pertemuan dan perkawinan dari kekuatan alam
yang nantinya disebut dengan dewa. Dewa memberi kekuatan hidup
manusia sedangkan menurut bangsa Barat kehadiran manusia
adalah suatu proses alami, demikian pula dalam menjawab
kehadiran manusia di dunia ini adalah suatu proses alami

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 65


perkawinan anatara makhluk laki-laki dengan wanita. Mereka
menngambarkan kejadian ini merupakan hasil perkawinan semata,
oleh karenya tidak menjalurkan hubungan teologi melainkan
hubungan antropologis.

Bangsa Timur mempercayai kehadiran manusia itu merupakan takdir


Tuhan. Sisi gelap yang diciptakan oleh Tuhan sangat rahasia, oleh
karenanya manusia membuka tabir kegelapan dengan kekuatan atau
power yang tidak dapat dideteksi dengan kasat mata. Manusia
menyerahkan diri kepada sistem alam yang menghadirkan manusia.
Sedangkan bangsa Barat meyakini kekuatan itu pada manusia
sendiri, manusia melalui kekuatan menciptakan manusia.

Di bawah ini lukisan dinding pada piramid (Mesir Kuno) dilengkapi


pictograf menggambarkan kehidupan dunia Bawah dan Dunia atas.
Idealisme dewa dilihat simbol-simbol kehidupan yang diterjemahkan
dalam bentuk ikon, logo dan simbol visual. Sebuah persembahan
untuk raja sebagai pemerintah di dunia nyata ini merupakan
pengganti pemerintahan dunia Atas. Melalui persetujuan raja, maka
upacara untuk menurunkan berkah agar tidak mendapatkan denda
dari dewa (dunia Atas) dilakukanlah upacara. Perilaku ini akhirnya
menjadi sebuah tradisi bagi bangsa Timur dalam menjalani
kehidupan.

Gambar 4: Relief Kehidupan Sosial Mesir Kuno


Sumber: achaqori.blogspot.com

66 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Bangsa Barat tidak menerima pola ritual seperti bangsa Timur,
manusia menurut harfiahnya berasal dari kekuatan alam, maka untuk
menghasilkan manusia dan dunianya mereka cenderung
mempercayai kekuatan manusia dengan kerja kerasnya akan
menghasilkan makanan dan kehidupan yang layak. Di bawah ini
terdapat patung Discobolos yang merupakan gambaran manusia
pelempar cakram. Manusia yang dimaksud adalah manusia idola,
idola tersebut berupa tanda fisik dengan postur tubuh yang kekar
dan proporsional. Proporsional dengan ukuran (kanon) 8,5 X kepala
manusia. Seorang tokoh manusia pelempar cakram atau benda
dengan jarak jauh ini dianggap sebagai laki-laki idola karena kokoh
dan ulet bekerja mampu melempar cakram jarak jauh.

Gambar 5: Patung Discobolus


Sumber: news.okezone.com

Kekuatan inilah menjadi sosok idola sosok dewa yang dibayangkan


menyelesaikan persoalan kehidupan di dunia nyata seperti bercocok
tanam untuk menghasilkan hasil bumi. Maka manusia yang kuat
ditandai dengan postur tubuh kuat dan berotot karena bekerja keras.

c. Tumbuhnya Kehidupan Sosial


Berangkat dari teori psikohomeostatik di atas dapat digunakan untuk
melihat kehidupan masyarakatnya. Dengan kondisi tanah subur,
maka masyarakat sering berkumpul untuk membicarakan kehidupan
setelah mati. Hubungan pertemanan menjadi prinsip hidup dan
budaya dapat dibangun dengan pertemanan tersebut. Orang-orang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 67


Timur yang mempunyai waktu lebih untuk melakukan komunikasi
dan berkumpul daripada orang Barat yang harus secara terjadwal
melakukan kerja sistematis. Sisa waktu untuk membicarakan
budaya, seni dan politik (pemerintahan), sehingga mereka tidak
teramat banyak memikirkan proporsi kehidupan dengan ketat.
Kehidupan setelah mati akhirnya diberikan kepada sekelompok
orang yang dapat mengurusi dan memelihara sistem upacara.
Akhirnya pola ini menjadi tradisi, dimana bangsa Timur menyerahkan
persoalan kehidupan kepada ahlinya, yaitu para pemuka
kepercayaan dari pemuka tersebut. Sistem upacara dibentuk dan
tata pergaulan diciptakan.

Diantara porsi itulah terdapat kelompok yang bebas melakukan


penciptaan seni dan budaya. Persoalan kepemerintahan akan
dikembangkan oleh kerajaan dan sekaligus raja mengatur
transportasi kehidupan dan membaginya dengan adil berdasarkan
tugasnya. Konsep masyarakat adalah bekerja bersama, tidak sendiri
dan saling bergantung satu dengan yang lain. Kehidupan ini disebut
dengan kehidupan sosial. Dalam kehidupan sosial terdapat
kepercayaan diantara sekelompok masyarakat. Sekelompok inilah
yang nantinya mendapat predikat berdasarkan kinerja dan
tanggungjawabnya. Mereka menciptakan pranata sistem sosial untuk
menguatkan proses sosial yang selalu terjadi di kalangan kehidupan
sosial. Dan produk sosial pun akhirnya digunakan untuk menentukan
kelas atau kelompok sosial yang sedang melakukan proses sosial.

Dalam kehidupan kesenian akhirnya terjadi gradrasi dalam


memanfaatkan produk sosial tersebut. Sekelompok tertentu
menentapkan sebagai kelompok atas dengan menguatkan
hegemoninya. Di samping karya seni juga diciptakan proses sosial
yang akan memberikan gambaran terjadinya penyekatan hubungan.
Dari sisi inilah kerajan sebagai pemegang otoritas proses sosial
menentukan produk sosial yang akan digunakan oleh masyarakat.
Hegemoni atas ini kemudian menetapkan posisi tertinggi dan dalam

68 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


kasus tertentu menguasai hak cipta dan sekaligus hak pakainya. Hak
cipta yang tertinggi berada pada hegemoni penguasa kerajaan, dan
menentukan pola-pola berbudaya pada masyarakat yang diperintah.
Dalam kondisi seperti ini sering terjadi klaim atas seni, seni dimiliki
oleh hegemoni atas dan masyarakat sebagai rakyat ditempatkan
pada posisi tiruan. Ciptaan tertuinggi dimiliki oleh kerajaan dan hak
pakai penuh olehnya tidak dapat disalin sebagai tiruan langsung.
Tiruan adalah turunan yang harus berada pada posisi bawah.
Misalnya: dalam batik sandang (jejarit) kelompok rakyat
diperbolehkan mengenakan jejarit sesuai dengan motif tertentu yang
agak kasar, atau motif yang tidak sama dengan hegemoni klasik.
Dilihat secara sepintas perbedaan ini menyebabkan parana sistem
sosial terbuat dengan struktur khusus sehingga gradasi tersebut
menjadi titik tolak untuk melihat penciptaan karya seni.

Beberapa lokasi atau daerah kehidupan bangsa Timur terjadi gradasi


dalam sistem sosial, mulai dari kehidupan Bangsa Mohenjo Darro
dan Harrapa di India, dimana bangsa Hindhu bertahan dalam
kehidupan terjadi struktur masyarakat yang dihasilkan oleh keadaan
geografi. Masyarakat yang berdiam di atas berhak menentukan
sistem kendali masyarakat yang berada di bawah, lantaran posisi
tinggi maka orang atas dapat mengatur air. Demikian pula pada
daerah Jawa, kerajaan sebagai hegemoni atas berhak menentukan
posisi sosial dalam strukturnya. Golongan pemimpin yang dalam
kesepakatan sebagai garda perang, dijadikan senjata utama
menentukan kedudukan paling tinggi. Pemerintahan mengatur
segala upaya masyarakat bergerak. Posisi kedua diberikan kepada
pemimpin upacara, kelompok pemimpin upacara ini yang nantinya
menentukan ‗upacara pengorbanan dan pengabdian‘. Seterusnya
adalah kawula atau rakyat yang berada di bawah selalu dipimpin dan
dinyatakan sebagai kelompok yang memberi penghidupan material
kepada hegemoni di atas. Peran lembaga agama atau kepercayaan
ini seterusnya memberi masukan kepada pimpinan tentang seluk
beluk upacara dan ritualnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 69


Posisi kerajaan menjadi sentral menentukan proses sosial yang
terjadi di dalam lingkungan atau daerah kerajaan. Proses sosial ini
kemudian memberi arah terjadinya atau bentuknya produk sosial
termasuk penciptaan karya seni. Posisi hegemoni tertinggi
menentukan kanon estetika (Hajar Pamadhi, 2015) dan jenis seni
yang pantas dipentaskan.

d. Budaya Timur dan Barat dalam Ekspresi


Strata sosial dan alam ternyata memberi pengaruh cara pada produk
sosial yang dihasilkan, termasuk cara dan laku berekspresi bagi
rakyat serta hegemoninya. Hegemoni atas menentukan pola-pola
serta aturan main dalam mengekspresikan kesenian, termasuk cara
ciptanya. Hegemoni atas menetukan kesenian tinggi dengan pola
khas dan kanonnya terukur berdasarkan simbolika visualnya (bentuk
warna dan kompoisisi). Bentuk mempunyai makna yang hanya dapat
diterjemahkan oleh kelompok tertentu, yaitu seorang sastrawan atau
orang yang dianggap pakar di bidangnya. Dalam hal ini sudah dapat
diduga, bahwa kondisi ekspresi seni sangat ditentukan oleh aturan
main. Rakyat atau kawula tidak mampu memberi arti, karena akan
terjadi kesalahan. Oleh karenanya, kerajaan menentukan seorang
pustaka yang berasal dari golongan pemimpin adat dan upacara,
atau cendekia yang ditunjuk berdasarkan prinsip hegemoni.

Ekspresi orang-orang bawah dianggap ekspresi kasar karena tidak


masuk dalam rangkaian kanon yang telah ditentukan, oleh
karenanya sering dikatakan sebagai prinsip penjajahan ide.
Beberapa kelompok seniman pada masa kontemporer maupun
modern menganggap kondisi ini menjadi ikatan primordial bagi
kelompok penguasa. Seni Timur menjadi lebih tertutup dengan
simbol-simbol yang dinyatakan dalam kanonnya. Seniman menjadi
tidak bebas menciptakan karya seni, sehubungan dengan aturan
main.

70 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pada dekade keberhasilan Islam masuk dalam ranah sosial,
kesenian di daerah Timur menjadi lebih terikat dengan prinsip
agama. Agama menciptakan struktur ide terbatasi oleh aturan
agama, sehingga seniman semakin terbatasi dan semakin sempit
ketika akan membebaskan pikiran dan perasaan. Sinkronisme
ideologi wilayah dengan daerah pikiran agama menjadikan seni
Timur di kemudian hari mempunyai ciri khas. Ciri khas yang sangat
ketat dalam menentukan bentuk, warna dan variasi ide serta
gagasan. Dengan ‗larangan‘ menggambarkan makhluk hidup bagi
penganut ajaran Islam memberikan khas seni hias (ornamen)
menjadi kuat. Seniman sangat terikat ketika akan melakukan
objektivikasi dan objektivasi, karena telah dibentuk dengan prinsip
khusus ketika akan mencipta karya seni, khususnya seni rupa.
Namun di sisi lain, kreativitas seni pada seniman tetap memberikan
seni ornamen sebagai titik awal menjadikan bentuk nondekoratif atau
dekoratif tidak sempurna.

Proses interpretasi dan


representasi

Objektivikasi visualisasi

Objek dilihat Manusia Subjek karya


kasat mata
seni

Gambar 6: Skema Proses Representasi

2. Seni Rupa Barat dan Seni Rupa Timur

Istilah Barat dan Timur secara implisit telah diuraikan di atas, keduanya
mempunyai karakter khas. Karakteristik seni ini dapat dilihat dari ide

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 71


penciptaan, cara cipta serta bentuk fisik. Ide penciptaan adalah gagasan
yang mendasari penciptaan karya seni, seperti latar belakang, tujuan,
sejarah seniman maupun proses sosial seniman di masyarakat. Cara
cipta dalam tulisan modul ini termasuk teknik dan langkah mencipta,
sedangkan bentuk adalah luaran yang dapat dinimati oleh mata, seperti
komposisi, tema, objek, warna dan lainnya. Perbedaan ini dapat dilihat
dari sudut pandang: (a) psikologi, (b) filsafat atau cara berpikir seniman
dan masyarakat yang mempengaruhi, (c) sosiologi termasuk di dalamnya
adalah masyarakat pendukung dan masyarakat yang memberikan arahan
berdasarkan adat, tradisi, maupun etika masyarakatnya. Kondisi ini
berjalan secara simultan. Artinya, karya seni yang dijadikan titik lihat
perkembangan ide dan gagasan maupun prinsip penciptaan.

Secara garis besar dapat dirangkum pengaruh psikologi terhadap


perkembangan penciptaan. Hal ini bergantung pada kondisi lingkungan
maupun kesiapan seniman menanggapi lingkungan. Frank LK Shiu
(dalam Koentjaraningrat, 1986) mengatakan bahwa lingkungan sangat
banyak mempengaruhi cara berpikir dan merasakan bagi manusia. Teori
ini dikenal dengan psiko-homeostatik yaitu ilmu yang mempelajari
pengaruh lingkungan terhadap perilaku manusia dan perilaku manusia
membentuk kejiwaan, kejiwaan mempengaruhi ekspresi manusia. Siklus
ini yang dinamankan pengaruh alam serta lingkungannya terhadap
berkarya seni rupa.

Contoh: masyarakat yang kuat dengan kepercayaan akan berpengaruh


pada pola, karakter karya seni rupa. Kepercayaan mendapat ide dari
alam. Ketika mengekspresikan gagasan diatur dan diarahkan oleh
petunjuk kepercayaan dari masyarakatnya.

Daerah yang sering mengalami musibah alam gunung meletus (erupsi),


banjir, panas, angin ribut akan mempengaruhi masyarakat membuat
bangunan untuk menangkal atau menahan musibah tersebut. Di sisi lain,
masyarakat menganggap musibah sebagai pemberian Dewa, maka

72 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dibangun tradisi agar Dewa tidak memurkai dan menciptakan upacara
mengusir musibah.

Upacara persembahan kepada Dewa berbeda dengan upacara kepada


masyarakat atau orang awam, maka diperlukan pesyaratan khusus agar
upacara tersebut diterima. Upacara dirancang dengan seni tari dengan
gerakan yang indah, musik: dengan menciptakan irama dan nada hening
yang dapat meningkatkan imajinasi penyembahan, dan seni rupa menata
sesaji agar dewa lebih senang dan menerima permintaan penyembah.
Kini alam memberi pengaruh langsung maupun tidak kesemuanya
diterima sebagai bagian dari penyembahan.

Teori Psiko-homeostatik, filsafat (cara berpikir kritis) dan sosiologi jika


diterapkan untuk mengupas kesenian Barat maupun Timur terdapat
analisis sebagai berikut:
a. Seni Barat
Kehidupan dunia Barat lebih rasional karena kondisi alam yang keras
memaksa orang berpikir rasional. Alam di Barat mempunyai 4 musim,
dengan rata-rata setiap 3 bulan sekali terjadi perubahan musim.
Musim-musim tersebut mempengaruhi pola kerja masyarakat untuk
mempertahankan hidup, diantaranya harus bekerja tepat, cepat dan
cekatan, jika tertinggal satu musim akan tertinggal mengolah alam
menjadi lahan bercocok tanam. Untuk menanam pohon serta
tumbuhan juga harus teliti karena cuaca atau iklim akan memaksa
petani menciptakan alat dan jadwal dengan teratur. Kerja keras,
sistematis maupun praktis berdampak pada sistem berkehidupan,
mereka selalu menjadikan pijakan pertama ketika manusia ingin
hidup secara wajar. Kerja yang akurat, tepat, cepat serta teliti akan
memberikan hasil bercocok tanam berlipat ganda. Pola bekerja
tersebut mempengaruhi jiwa masyarakat yang bergantung kepada
kerja orang. Jika kerja orang lamban akan ditinggal musim, sehingga
masa depannya akan kehilangan kesempatan menanam pohon.
Kondisi ini menciptakan masyarakat berperilaku tegas, tepat serta
cepat bekerja.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 73


Prinsip hidup ini berpengaruh kepada penciptaan karya seni di Barat.
Awalnya mereka mempersyaratkan melakukan ketepatan baik ketika
menggambar manusia maupun yang lain, ukuran (kanon) manusia,
jenis dan bentuk unsur tubuh yang diungkap dengan jelas. Idola
mereka bangsa Barat akhirnya dapat ditebak, kehadiran persyaratan
bahwa seni harus perfeksionis. Ketepatan menggambar manusia
merupaikan prestasi seorang seniman. Masyarakat berpendapat
bahwa dunia ini bergantung pada tangan manusia, manusia sebagai
sumber dari kehadiran dunia atau disebut berpikir antroposentris.

Gambar 7: Dewa Apollo


Sumber: news.okezone.com

Berpikir antroposentris ini mendambakan manusia sebagai pengubah


dan pencipta alam, oleh karenanya mengidolakan Dewa dan Tuhan
mereka adalah ujud manusia sempurna. Bentuk dewa mereka adalah
manusia sempurna, misal: Aphrodite, Karyatide, Apollo adalah tokoh
wanita cantik dan pria tampan dengan ukuran dan bentuk badan ideal
manusia sempurna.

74 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


b. Seni Timur
Alam Timur berbeda dengan alam Barat. Musim dan iklim yang
lunak akan memberikan kemudahan manusia bercocok tanam.
Artinya, bekerja di ladang dan persawahan tidak banyak
membutuhkan pemikiran yang keras. Hal ini menyebabkan waktu
luang dipergunakan untuk memikirkan tentang kehidupan setelah
mati (live in here after), dan menciptakan karya seni berbasis
perenungan. Keindahan karya seni rupa khususnya dipikirkan dan
dirasakan beserta dengan ide serta kepercayaan terhadap kehidupan
setelah mati. Karya seni Timur menjadi terkesan angker karena lebih
banyak diisi dengan perenungan mendalam. Artinya, berpikir tentang
sebelum, sedang dan sesudah ada kehadiran (metafisik).

Berpikir sebelum kehadiran maksudnya adalah berpikir penyebab


keberadaan suatu objek, bangsa Timur mengidolakan bentuk dari
perilaku dan kejadian sebagai penyebab kehadiran objek tersebut.
Pemikiran ke arah masa sebelum ini menjadikan atma, jiwa, ruh hadir
terlebih dahulu dan manusia merupakan akibat dari kehadiran ruh.
Ruh bersifat abadi, oleh karenanya akan hadir pada setiap saat Ruh
tidak hilang atau meninggal, karena selalu mendampingi dan mencari
tempat untuk kehidupan ruh tersebut. Maka, saat ini, manusia selalu
harus memikirkan ruh yang hadir sebelumnya. Mereka berimajinasi
(menggambarkan) bentuk ruh yang pernah hadir sebelumnya dengan
mengaitkan ide ruh nenek moyang. Konsep ini mempengaruhi sistem
kehidupan dan tradisi bangsa Timur mengenal ruh nenek moyang
dan ruh yang akan mencari tubuh sebagai media untuk hinggap
dalam kehidupannya.

Kehidupan era Mesir Kuno menggambarkan bahwa penyebutan


manusia itu terdapat 3 (tiga) arah: (a) manusia adalah badan, yang
kemudian disebut olehnya adalah ba; ba ini bersifat tidak kekal,
karena ba dapat merasakan sakit dan senang, kenyang dan lapar. Ba
dapat melakukan aktivitas kegiatan yang luas. Ka, adalah
penyebutan kepada manusia dari segi batin berfungsi sebagai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 75


perwakilan ba ketika akan menghadap perintah atau wahyu. Jadi ka
adalah sisi fisik halus sebuah badan atau raga yang mampu
menerima perintah dari dewa. Pengembaraan manusia ka ini
digambarkan mampu menerima bisikan kata dan kalimat dari dewa.
Manusia ra adalah ruh manusia yang mengisi ba sehingga dapat
berpikir dan menentukan pendapat. Ide tentang ra mirip dengan
pengertian ruh, yaitu sesuatu yang ada pada manusia yang bisa
menggerakkan dua komponen di atas ba dan ka). Ra mampu
mengendalikan dan menggerakkan pikiran orang. Penikmat meyakini
bahwa ra berada pada ka. Ka sendiri adalah satuan bentuk yang
dihadirkan dari pikiran ra tadi. Ka bergerak atau memberi
kemungkinan komunikasi sebagai representasi pesan yang
disampaikan oleh ra atau tokoh yang bergerak untuk mewujudkan
keinginan ra.

Gambar 8: Patung Mesir di Piramida


Sumber: ranvez3.wordpress.com

Manusia yang hidup di dunia ‗kini‘ diberi tugas dan kewajiban


melestarikan ruh nenek moyang dalam bentuk persembahan dan
penyembahan kepadanya. Hal ini berdampak kepada penciptaan
kaarya seni, karya seni yang diciptakan merupakan hasil pemikiran
(kontemplasi) terhadap kehadiran ruh tersebut. Persembahan kepada
ruh nenek moyang wajib dilakukan karena ruh tersebut dapat
membantu kehidupan manusia sekarang. Idola manusia adalah

76 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


nenek moyangnya, karena hidup ini pernah didahului oleh kehadiran
nenek moyang.

Ruh mempunyai sifat kekal tidak hilang atau mati, maka ruh mampu
memberi harapan kehidupan bagi manusia. Idola Dewa sesembahan
berupa idealisme sifat manusia. Hal ini berbeda dengan dewa bangsa
Barat yang diidolakan bentuk manusia sempurna mampu mengubah
alam. Idola dewa bangsa Timur menjadi bersifat simbolik, karena
bentuk tersebut hadir dari prinsip metafisik tentang kehidupan ruh
nenek moyang. Dewa merupakan idealisme dan simbolisme
sempurna seseorang, dalam beberapa patung yang diciptakan
mengacu bentuknya kepada gambaran idealis tentang sifat dan
ketugasan manusia di dunia.

Misalnya patung Dewi Padi (Dewi Sri) digambarkan seorang wanita


yang piawai menanam dan menuai padi. Wanita ini dianggap
sempurna karena mampu menyuburkan tanaman padi. Asesori dan
properti berupa peralatan mengolah, menanam dan
mengembangkan padi menjadi sempurna untuk dijadikan ciri khas
dewa kesuburan.

Di bawah ini terdapat dua buah karya yang menggambarkan sosok


dewa berasal dari dunia Barat dan Timur. Kedua gambar ini
menunjukkan perbedaan faktual, gambar dewa di dunia Barat
berdasar idealisme tubuh manusia, sedangkan di Timur penuh
simbolisme dan makna.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 77


Gambar 9: Dewa Agni sebagai Dewa Api dalam kepercayaan Hindhu

Gambar 10: Dewi Aphroditesebagai Dewi Cinta dan Hasrat Seksual,


Erotisme, dan Kekuatan Perempuan; karya Sandro Boticelli, judul
Aphrodite.
sumber:http://www.amazine.co/24571/mitologi-yunani-peran-kisah-
aphrodite-sang-dewi-cinta/

Untuk membaca patung Aphrodite (Barat) dilihat dari tampilan wanita


cantik idola masa itu, sedangkan dewi kecantikan adalah gambaran
seorang wanita yang mampu memberi penghidupan manusia. Patung
dewi Roro Jonggrang candi Prambanan berperan sebagai dewi
kecantikan dilihat dari simbol bentuk. Tubuh berdiri dengan berlekuk
tiga titik dimana titik atas adalah kepala, titik tengah adalah badan
dan pinggul dan titik bawah adalah kaki sampai kepada lutut.

78 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


3. Periodesasi Dan Penciptaan Karya Seni

Orang memahami keindahan yang ada dalam karya seni itu berkembang
berdasarkan persepsinya, sesuai dengan era atau jamannya.
Selanjutnya, perbincangan tentang keindahan identik dengan
perbincangan tentang seni dan kesenian karena keindahan merupakan
tujuan utama berkarya seni. Sejak prasejarah (primitif) hingga sekarang
ini tujuan dan latar belakang penciptaan karya seni berkembang
berdasarkan kebutuhan, tujuan hidup dan teknologi. Karya seni pun
mengalami bentuk serta penampilan di ruang pamer berbeda.

Karya manusia tidak serta merta dapat dikatakan seni, karena seni harus
dipersyaratkan dengan ekspresi, ide dan gagasan serta keindahan yang
akan ditonjolkan. Semuanya tidak lepas dari dasar penciptaan yaitu
pemikiran. Seni hadir tidak lepas dari kebutuhan pribadi maupun
lingkungan, karena seni selalu merujuk penikmat atau penonton.
Penonton atau penikmat akan memberi respon berdasarkan hasil akhir
karya seni. Istilah berpikir bukan berarti hanya menggunakan otak namun
terdapat unsur rasa yang mempengaruhi berpikir manusia. Berpikir
menyatu dengan rasa manusia, maka menurut istilah Imanuel Kant,
seorang filsuf yang hidup di jaman pertengahan (abad ke17 sampai
dengan 18) ini menyebutkan akal dan budi manusia. Akal dan budi
tersebut memerlukan otak dan rasa untuk menemukan ide.

Sepanjang masa selalu berpikir dan merasakan untuk memperoleh


kehidupan yang layak, seperti makan, minum, bergaul dan menciptakan
karya seni. Jadi, karya seni merupakan hasil berpikir dan merasakan atau
melalui akal dan budi (Imanuel Kant, 1770). Pada kesempatan ini istilah
berpikir diartikan secara umum yaitu usaha menemukan sesuatu yang
bermanfaat untuk kehidupan. Pemikiran Kant yang penting adalah
memajukan akal budi (Verstand), rasio (Vernunft), dan pengalaman
inderawi.(http://aprillins.com/biografi-immanuel-kant-sang-filsuf-jerman).
Akal budi ialah pemikiran di balik pemikiran rasio harus mengetahui latar
belakang perbuatan seseorang ketika menghasilkan karya. Kant

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 79


menyatakan sebuah karya seni sebagai alat dan medium berpikir, dan
mengembangkan gagasan seseorang menuju kejayaan. Namun secara
garis besar sejarah pemikiran seni dimulai sejak manusia ingin
mempertahankan hidup disadari ataupun tidak berseni merupakan bagian
dari hidup manusia.
a. Periode Awal Atau Perioda Kegelapan Mencipta Seni
Periode awal sering disebut perioda kegelapan karena identifikasi
terhadap seni dan karya seni belum jelas. Seseorang mencoba
memahami seni sebatas memiliki kegunaan praktis dalam
penyembahan. Ekspresi seni masih pada taraf usaha memenuhi
standar sebagai alat atau media berkomunikasi kepada orang lain.
Orang-orang tidak sadar ketika menciptakan karya seni, seperti:
membuat peralatan kapak genggam, atau cangkir sederhana dari
batu. Patung yang diciptakan berupa patung ekspresi kehidupan di
lingkungan sekitarnya, bercocok tanam, makan, atau berkumpul dan
saling mengurai kehidupan.

Gambar 11: Patung Raja Pendeta


Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mohenjo_Daro#

Bentuk patung dari pemikiran ideal manusia. Dewa sebagai


manifestasi bentuk manusia ideal pada daerah tertentu pematungan
dewa berupa dari gambaran binatang (biomorfis).
Dikatakan biomorfisme karena karya seni patung mengambil ide dari
hewan, ideal manusia jika dari hewan atau binatang seniman

80 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


menganggap binatang ini sebagai representasi dewa yang berujud
manusia. Namun di belahan India pada masa kejayaan Mohenjodaro
dan Harrapa, ditemukan patung wanita dengan asesori kalung.
Patung ini menggambarkan seorang wanita dengan asesori gelang
dan kalung. Ide patung ini adalah ingin membicarakan kecantikan
wanita dimana kalung dan gelang merupakan asesori wanita cantik.
Perkembangan patung di Barat maupun di Timur ternyata mempunyai
ide yang sama, yaitu memuja wanita sebagai mutiara hidup, sebagai
tokoh yang dipuji mampu memberikan kebahagiaan di dunia.

b. Periode Terang: Seni Sebagai Peniruan Alam


Perkembangan seni rupa semakin maju di dunia Barat, karena
berangkat dari logika, mencipta merupakan bagian dari kegiatan
berpikir dan merasakan seperti memikirkan ilmu dan pengetahuan.
Tokoh utama perioda terang adalah Plato. Sebenarnya tokoh ini
adalah seorang filsuf, namun karena kepandaiannya tokoh ini
menguatkan seni rupa itu dilihat dengan instrumen mata. Dari mata
ditemukan pengalaman inderawi tentang bentuk dan warna yang
menyenangkan.

Alam fenomenal merupakan alam indrawi, alam biasa, pengalaman


sehari-hari, yaitu alam yang dilihat secara nyata oleh mata manusia.
Indera mata menangkap bentuk dalam konteks alam abadi yaitu alam
nyata yang sejati atau permanen. Alam dapat dibuka oleh rasio
melewati proses pengamatan lahiriyah. Proses lahiriyah ini kemudian
muncul pikiran menggambar alam melalui ‗abstraksi‘ dari bentuk alam
bersifat sirkularitas yang dipahami atau dikenal sebagai ‗rupa‘. Rupa
ini memberi indikasi bahwa bentuk-bentuk memang ada dan eksis
secara independen dari kesadaran.

Plato mengatakan bahwa suatu realitas terdiri dari dua ―dunia‖.


―Dunia‖ benda-benda jasmani yang dapat ditangkap panca indera dan
―dunia‖Idea. Dunia benda-benda serba jamak, berubah dan tidak
sempurna. Sedangkan dunia ideal itu kekal, tunggal (―yang baik‖ itu

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 81


hanya ada satu, ―yang indah‖ itu hanya ada satu), sempurna dan
tidak berubah. Lalu bagaimana hubungan antar kedua ―dunia‖ ini?
Dunia idea mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Ada
tiga cara Plato menjelaskan hubungan ―kedua dunia‖ ini, yakni:
idea hadir dalam benda-benda jasmani, Benda-benda jasmani
mengambil bagian dalam Idea (metexis), idea merupakan model bagi
benda-benda jasmani (paradigma).‖

(Beryn Imtihan, http://www.scribd.com/doc/238359288/Pandangan-


Plato-Tentang-Dunia-Ide-Dan-Dunia-Indrawi#scribd, diunggah Sep
01, 2014).

Pemikiran Plato ini memberikan inspirasi karya seni sebagai peniruan


alam Mimesis, yang didasari oleh semboyan ‗Ars Imitarur Naturam‟
dengan meniru alam akan menemukan dunia ide penciptaan, melalui
tangkapan inderawi memunculkan the picture‟s thinking sebagai
bentuk di luar mata sebagai kemampuan mengingat. Kemudian
diinterpretasikan agar cocok dengan medium yang ada, terjadilah
proses representasi. Proses ini memasukkan gambaran bentuk yang
nyata yang telah dapat dipahami oleh seniman dan selanjutnya akan
dituangkan ke dalam taferil dua dimensi dengan penuh keyakinan
sebagai tiruan dalam arti bukan fotokopi (penjiplakan). Karya seni
menjadi medium untuk menyatakan the picture‟s thinking tersebut,
karena akan membuahkan prinsip penciptaan berdasarkan minat dan
hati seniman.

c. Periode Kejelasan: Seni sebagai Alat dan Media Penyembahan


Seiring dengan berjalannya waktu, seniman mencoba menggapai ide
bentuk dari the picture‟s thinking tersebut dengan interpretasi
berdasarkan keyakinan (agama) yang melatarbelakangi. Prinsip ini
kemudian menjadi catatan khusus ‗seni untuk keperluan media
kepercayaan/keyakinan‘. Harapan hadirnya picture‟s thinking ini
adalah menghasilkan bentuk (dihasilkan berdasarkan ‗pengetahuan
tentang agama‘) yang mampu memberikan konsentrasi kepada

82 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


pemeluknya. Patung-patung atau gambar/lukisan memberikan cerita
pangjang sebuah ‗ayat‘ yang dituangkan ke dalam lukisan. The Last
Super lukisan Leonardo da Vinci mampu memberi ide tentang
perjamuan terakhir Yesus.

Gambar 12 The Las Super, karya Leonardo da Vinci


Sumber: http://www.haltadefinizione.com/

d. Periode Pencerahan: Kehadiran Prinsip Akademik


Periode ini telah banyak dipengaruhi oleh pikiran ilmu pasti yang lain,
termasuk biologi, anatomi, maupun perspektif. Ilmu dan pengetahuan
ini membuat seniman mempelajari posisi dan kedudukan secara
matematis dan mendasarkan pada hukum prespektif dengan benar.
Demikian pula ketika ilmu warna yang dikembangkan oleh para
sarjana ilmu kimia dan beberapa ilmu pendukung lainnya, mulai
diketemukan cara dan metode penciptaan lebih berkualitas. Perioda
ini juga masuk dalam masa renaisance yang menyebabkan ‗seni
lukis‘ lebih dihargai daripada seni patung. Dengan melukis, seorang
seniman mampu menemukan dirinya dalam karakteristik karya seni.
Seniman selanjutnya menuangkan warna sebagai khas dan sapuan
kuas berwana menjadi ciri khas goresannya. Masing-masing seniman
kemudian mengembangkan gaya atau langgam berdasarkan selera
dan minat berkarya. Dalam perkembangan aliran, keterampilan
melukis ini nantinya dibakukan pada masa seni modern yang
didominasi oleh pemikiran rasional teknik maupun ide penciptaannya.
Perhatikan karya dibawah.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 83


Gambar 13: Filippo Lippo Falling in Love with His Model, karya Paul
Delaroche
Sumber: www.huntfor.com

Penggambaran secara detail dengan memanfaatkan teknik perspektif


dengan benar serta dibantu realistisnya bentuk melalui ilmu
perspektif. Anatomi manusia sangat tepat (akurat) jika dilihat dari
susunan keriput kulit. Hal ini menjadi penanda hadirnya beberapa
ilmu pengetahuan khususnya ilmu yang dipelajari secara akademik
seperti Anatomi, biologi, matematika, perspektif maupun kimia.
Akhirnya periode ini dikatakan sebagai perioda seni akademik.

e. Periode Kerajaan Berkuasa


Periode akademik seniman dituntut dengan ketaatannya memahami
posisi ilmu lain yang dapat membantu kemunculan seni yang terukur
secara fisik. Perkembangan selanjutnya adalah seni yang terukur itu
ditetapkan oleh sekelompok ahli yang mengatur regulasi penciptaan.
Regulasi ini mendapat asupan dari dua gelombang besar yaitu
kerajaan dan agama Katolik. Kekuatan kerajaan adalah klaim atas
karya yang mempunyai bobot akademik sedangkan agama adalah
pemesan untuk keperluan gereja. Keduanya pada saat pertama kali
muncul merupakan lembaga yang bergensi tinggi. Para kurator seni
yang ada di dalamnya sangat antusias untuk membakukan tata cipta
para seniman dan akhirnya berhasil membuat kanon-kanon estetika.

84 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Kanon atau ukuran ini tidak lepas dari pengaruh para pemikir atau
filsuf, seperti Imanuel kant, Rene Descartes, Huserl dan sebagainya.
Sesaat kondisi ini ditentukan oleh para akademisi, namun belakangan
para kapitalis menguasai dunia ekonomi dan pemerintahan. Seolah
kerajaan menjadi alat untuk menentukan posisi agama dijadikan alat
untuk memahami dan menyetujui legitimasi hegemoni kapitalis.
Karena pada saat itu para kapitalis telah menguasai pasar seni dan
pemerintah (kerajaan) harus mengakui kekuatan para kapitalis (yang
selanjutnya kapitalis ini disebut sebagai borjuis). Kelompok ini
menjadi penentu nilai dan sekaligus harga sebuah karya seni.
Gambaran kekuasaan ini sampai kepada proses pencarian ide
seorang seniman yang harus tunduk kepada aturan kapitalis borjuis
tersebut. Kekuasaan kerajaan menjadi gambaran positif dalam
perkembangan gaya dan corak lukisan. Beberapa seniman masa
romantisme dan klasikisme ini mampu menembus pasar ideologi
penciptaan seni di Eropa. Serentak gaya ini diikuti wilayah lain dan
menjadi pusat intelektual seni.

f. Periode Seni Berpresisi Tinggi


Ketika periode kerajaan telah menentukan kanon (ukuran baik-buruk)
estetika berdasarkan pengamatan. Pengamatan sangat dipengaruhi
oleh kanon yang telah ditentukan sehingga posisi seni seolah menjadi
peniruan alam yang berlebihan. Presisi kanon menjadi ukuran
melukis model. Bertolak idealisme kerajaan dan agama menjadikan
beberapa karya seni lukis pada masa itu melebihi dari realisme.
Bahkan pada suatu saat realisme ini menjadi idealisme realistik, yaitu
kekuatan mimesis terhadap objek berpresisi tinggi. Perkembangan ini
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan di masa modern. Para
seniman berkreasi dengan kekuatan teknik tinggi, kekuatan mata
menelanjangi bentuk dengan ilmu pengetahuan, akhirnya keteknikan
menjadi ukuran keberhasilannya.
Di sisi lain, beberapa sosiolog dan filsuf memajukan kondisi sosial,
maka muncullah karya seni yang merespon sosial. Gustave Courbete
yang mencoba memunculkan realisme sosial, objektivikasi terhadap

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 85


‗Tukang Pemecah Batu‘ menggegerkan dunia akademi seni d‘ Beaux.
Seketika reaksi keras para penentu kebijakan seni menolak
kehadirannya seni semacam komik kehidupan. Hasil ini menjadi
tontonan yang tidak menarik dan harus keluar dari lingkungan seni
akademi.

Kemunculannya yang dijadikan tonggak sejarah berdirinya aliran


sisialisme ini justru mendapat apresiasi dari rakyat. Rakyat merasa
dihargai sebagai objek yang patut diteladani. Penghargaan terhadap
tukang batu sebagai objek melukis menjadikan pelukis Gustave
Courbet (1819-1877) menjadi wakil rakyat.

g. Periode Bebas Berekspresi dan Seni Nonfiguratif


Bagi pengikut Courbete, dunia semakin sempit, karena objek selalu
diperbincangkan dalam setiap pertemuan seni akademi. Dirinya
keluar dari lingkaran tersebut dan pengikutnya justru
mengembangkan seni hakiki. Seni lukis ini mengandalkan pikiran
yang hakiki, bahwa inti sebuah karya seni adalah estetika. Estetika
bersifat pribadi oleh karenanya mulailah berkembang prinsip seni
yang bebas dari ikatan primordial ‗presisi objek maupun presisi teknik
berkarya‘.

Dampak kebebasan ini oleh beberapa seniman digunakan sebagai


senjata menentukan ‗jenis Seni‘. seni bebas dari ikatan dan klaim
kerajaan, seni harus mampu menguat dengan gaya sendiri serta
mengayuhkan gambaran visionernya seorang seniman. Seniman
sebagai sosok yang dianggap penting karena mampu mengeluarkan
uneg-uneg yang ada pada pikiran manusia. Seniman boleh
menentukan objek dan subjeknya, baik objek formal dan maupun
materialnya. Bagi sekelompok seniman yang ingng mengobjekkan
peristiwa harian sebagai hasil tatapan mata, maupun hasil pemikiran
berupa picture‟s thinking. Akhirnya apa yang dilihat bukan apa yang
dilukiskan, melainkan apa yang dilihat menimbulkan pikiran baru, dan

86 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


pikiran ini menggugah ide untuk membuat sesuatu yang berbeda dari
kenyataan yang dilihat.

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran dalam kegiatan modul ini lebih menekankan


kemandirian pembelajar sehingga sangat diperlukan keaktifan dalam
beraktivitas baik secara personal maupun kelompok. Selain itu juga
dibutuhkan kedisiplinan, pemahaman berpikir kritis, minat, dan kemampuan
sendiri. Dalam aktivitas pembelajaran digunakan pendekatan ataupun
metode yang bervariasi, tetapi karena pembelajaran yang dilakukan adalah
pembelajaran seni maka sangat diperlukan juga pendekatan estetik.

Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata


pelajaran selalu dikaitkan dengan norma atau nilai-nilai perilaku peserta,
yang akan terrefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter tidak hanya pada ranah kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik di
lingkungan sekolah sampai pada lingkungan masyarakat.

Serangkaian kegiatan belajar yang dapat Saudara lakukan untuk


memantapkan pengetahuan, keterampilan, serta aspek pendidikan karakter
yang terkait dengan uraian materi pada kegiatan pembelajaran ini.
1. Pada tahap pertama, Saudara dapat membaca uraian materi atau
membaca teks secara cepat dan menyeluruh untuk memperoleh
gambaran umum materi, serta mengamati gambar-gambar sejarah
perkembangan seni rupa barat dan timur pada modul ini.
2. Berikutnya Saudara dianjurkan untuk membaca kembali materi secara
berurutan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari keterlewatan materi
dalam bahasan kegiatan pembelajaran ini.
3. Fokuslah pada materi atupun sub materi yang ingin dipelajari.
4. Baca baik-baik informasinya dan cobalah untuk dipahami secara
mandiri sesuai dengan bahasan materinya.
5. Latihkan secara personal atau berkelompok materi praktek dan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 87


sesuaikanlah dengan prosedur yang ada di modul. Ulangi latihan
tersebut sampai Saudara terampil sesuai tingkat pencapaian yang
ditentukan dalam modul.
6. Setelah semua materi Saudara pahami, lakukan aktivitas pembelajaran
dengan mengerjakan lembar kerja berikut.

Lembar Kerja 2.
Menganalisis Perkembangan Sejarah Seni Rupa Barat dan Timur
Tujuan:
Melalui diskusi Saudara diharapkan mampu menganalisis sejarah
perkembangan seni rupa barat dan timur dengan memperhatikan
kemandirian, kedisiplinan, menghargai perbedaan pendapat serta
memiliki kemauan kuat untuk lebih kreatif.

Langkah Kerja:
a. Persiapkanlah alat dan bahan untuk kerja kreatif dengan semangat
kerjasama, disiplin, saling menghargai, dan menjaga keaktifan
berkomunikasi dengan sesama peserta maupun fasilitator.
b. Pelajarilah lembar kerja rencana kerja mengidentifikasi sejarah
perkembangan seni rupa barat dan timur
c. Baca kembali uraian materi, lakukanlah studi referensi lainnya yang
mendukung dan observasi baik secara langsung atau berdasar
pengalaman kemudian diskusikan dengan sesama peserta.
d. Isilah lembar kerja rencana mengidentifikasi sejarah perkembangan
seni rupa barat dan timur untuk mendapatkan hasil yang optimal,
memiliki nilai artistik pada karya dan proses kerja yang cermat dan
teliti.

88 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Lembar Kerja Rencana menganalisisi sejarah perkembangan seni rupa
barat dan timur

No. Aspek yang Dianalisis Hasil Analisis


1. Ciri-Ciri Seni Rupa Barat

2. Ciri-Ciri Seni Rupa Timur

3. Prinsip Penciptaan Seni Rupa Barat

4. Prinsip Penciptaan Seni Rupa Timur

5 Perbedaan Seni Rupa Barat Dan


Timur

7. Dalam kegiatan diklat tatap muka penuh, Lembar Kerja 02 ini Saudara
kerjakan di dalam kelas pelatihan dengan dipandu oleh fasilitator. Dalam
kegiatan diklat tatap muka In-On-In, Lembar Kerja 02 ini Saudara
kerjakan pada saat on the job training (On) secara mandiri sesuai
langkah kerja yang diberikan dan diserahkan serta dipresentasikan di
hadapan fasilitator saat in service learning 2 (In-2) sebagai bukti hasil
kerja.

Pembelajaran yang berfungsi untuk membangkitkan rasa ingin tahu,


minat, dan perhatian Saudara tentang suatu tema atau topik
pembelajaran akan menginspirasi saudara untuk aktif belajar, serta
mendiagnosis atau mencari tahu kesulitan yang akan dihadapinya. Hal
ini dilakukan dengan cara menstrukturkan tugas-tugas dan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 89


menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi
pembelajaran yang diberikan.

E. Latihan / Kasus / Tugas

Diskusi tentang sejarah perkembangan seni rupa Barat dan Timur.

F. Rangkuman

Dunia Barat dan dunia Timur yang dijadikan istilah dalam modul ini menjadi
semacam rujukan tentang ciri khas, baik orang, perilaku maupun karyanya.
Dalam istilah berkesenian (mencipta karya seni), istilah ini merujuk pada
cara berpikir seniman, cara perperilaku seniman, cara berkomunikasi
seniman, ide penciptaan, gaya, aliran serta ujud dalam karya seni
sebenarnya termasuk seni rupa, tari, musik, drama atau teater maupun
aksesori yang melekat pada tubuh seseorang. Ciri khas ini kemudia
digunakan untuk mengidentifikasi karya seni rupa yang murni maupun
fungsional seperti seni pakai. Istilah seni Barat dan Timur dalam modul ini
dibatasi pada seni rupa yaitu lukis, patung, arsitektur (seni bangunan) dan
peralatan. Proses maupun produk seni rupa ini menunjukkan tingkat
perkembangan ide dan teknologi berkarya. Sampai saat ini produk tersebut
sulit dipisahkan secara tegas, karena telah bercampur unsur Barat dan
Timur, bahkan istilah Barat dan Timur oleh sebagian ahli dikatakan tidak
relevan. Alasan utama istilah tersebut dikatakan tidak relevan karena sulit
dideteksi secara tegas dan jelas bentuk, isi serta maknanya.

Istilah Timur dapat digunakan untuk menunjukkan pandangan hidup atau


falsafah hidup yang mendasari setiap langkah berkarya seni rupa. Bangsa
Timur yang dekat dengan alam ini memberi ruang kontemplasi memahami
keberadaan dunia atau alamnya. Alam sebagai inspirasi dalam
berkehidupan dan alam menjadi penyelaras hidup. Artinya, alam mampu
memberi inspirasi hidup dan berkarya seni. Ananda Comaraswammi (1920)
mengatakan bahwa penciptaan karya seni rupa India melalui proses
‗mengangkap irama hidup alam‘. Menangkap irama hidup adalah

90 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


memahami lebih dalam arti hidup bagi bangsa Timur. Bangsa Timur
menyerahkan dirinya dalam proses alam, oleh karenanya unsur alam
menginspirasi penciptaan. Beberapa karya seni patung India yang
menggambarkan dewa Sudharsana sebagai dewa air, Marutha sebagai
dewa angin dan masih banyak lagi yang dalam hal ini menunjukkan
kepercayaan terhadap dinamisme alam. Alam mempunyai kekuatan yang
dahsyat dalam kehidupan manusia, makanya harus dipuja agar memberikan
gaib dan kekuatan hidup bagi manusia.

Sedangkan bangsa Barat hanya mampu melihat gejala bukan numenon


yang seterusnya menjadikan gambaran bentuk, melainkan apa yang dilihat
adalah apa yang ada dipikiran dan dirasakan. Perbedeaan ini menyebabkan
cara pandang bangsa Barat terhadap karya seni Timur mirip dengan apa
yang mereka temukan di alam Barat. Kondisi inilah yang seterusnya
menjadikan orang Timur dianggap sebagai bangsa yang kecil karena tidak
mempunyai gaya ekspresi pribadi. Padahal, bangsa Baratlah yang tidak
mengetahui isi dan makna yang terkandung dalam karya seni. Isi bukan saja
arti dan makna, namun latar belakang makna serta keinginan sebagai tujuan
hidup tersembunyikan dalam bentuk. Bentuk-bentuk visual inilah yang tidak
dipahami dengan ‗rasa‘.

G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Modul ini merupakan salah satu sarana ataupun media belajar yang paling
sederhana dan dapat dijadikan sebagai acuan belajar tentang sejarah
perkembangan seni rupa barat dan timur

Kesederhanaan modul ini diharapkan dapat merangsang dan merefleksikan


spirit untuk lebih banyak lagi melakukan latihan-latihan mengientifikasi
sejarah perkembangan seni rupa barat dan timur.

Materi tentang sejarah perkembangan seni rupa barat dan timur ini dapat
dipahami jika kita banyak melihat, mengenal dan memiliki perbendaharaan
visual karya-karya seni. Selanjutnya perlu banyak membaca referensi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 91


sejarah seni, teori seni maupun apresiasi seni. Dalam kegiatan
pembelajaran ini hanya berisi pengetahuan tentang sejarah perkembangan
seni rupa barat dan timur.

Dengan demikian diharapkan setelah melakukan latihan-latihan dan


mengerjakan lembar kerja berdasarkan modul ini, selanjutnya dapat
melakukan latihan-latihan berikutnya dengan cara-cara yang lebih variatif.
Agar hasil pelatihan ini dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
peningkatan mutu pendidikan, perlu diadakan usaha-usaha nyata pasca
pelatihan yang dituangkan dalam program tindak lanjut dengan kata lain,
program tindak lanjut merupakan bentuk komitmen dari para stakeholder
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam program tindak
lanjut tersebut

Setelah mempelajari modul ini, Saudara diharapkan dapat melaksanakan


program tindak lanjut di sekolah masing-masing. Program Tindak Lanjut,
merupakan bentuk program yang bersifat rinci, sistimatis, sederhana dan
operasional, ditulis dalam bentuk metrik yang terdiri dari komponen tujuan,
jenis-jenis kegiatan, sumber daya yang mendukung kegiatan, indikator
keberhasilan sebagai alat kontrol atau evaluasi serta jadwal kegiatan.

Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara


berkesinambungan. Peran kepala sekolah, guru, dan pengawas sangat
penting karena mereka yang akan berperan secara langsung dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di wilayah yang menjadi tanggungjawab
mereka.

Pada kesempatan ini Saudara dari masing-masing sekolah, baik guru


maupun kepala sekolah diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam
pembuatan program tindak lanjut. Perlu diingat bahwa hasil implementasi
program tindak lanjut yang berupa tagihan-tagihan akan memengaruhi
kompetensi Saudara

92 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang
dilakukan oleh peserta diklat setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana
Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan
tanggung jawabnya.

Dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup


hal-hal sebagai berikut.
1. "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang akan dilakukan di tempat
kerjanya.
2. "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh
sehingga kegiatan yang direncanakan terlaksana dengan baik dan
benar.
3. "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang
harus dan perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut;
masyarakat, staf yang lain atau pimpinan lembaga.
4. "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu
kapan akan dimulai dan kapan akan berakhir.
5. "Di mana", yaitu menyebutkan di mana kegiatan tersebut akan
dilakukan. Apakah akan dilakukan di lapangan dengan widyaiswara dan
perangkat lembaga lainnya ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya
atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di
luar lembaga lain yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut yang telah disusun sebagaimana telah


diuraikan di atas, maka akan dengan mudah pihak yang bertanggung jawab
terhadap program pelatihan dapat mengetahui keluaran dan hasil serta
dampak pelatihan.

Dengan demikian, jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak


hanya ada di pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Hal yang
paling penting adalah komitmen dan dukungan dari semua pihak, khususnya
pimpinan lembaga atau instansi pengirim sehingga pengetahuan dan
keterampilan" yang didapat selama pelatihan bisa diterapkan sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 93


H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus

Asia Tenggara, Asia Selatan ctt. Pertanyan dan jawaban ini mendasari
berpikir selanjutnya bahwa bangsa Barat tidak mampu mengungkap isi hati
bangsa Timur.

Tema lukisan untuk rakyat di atas sebagai cikal bakal aliran sosialisme,
akhirnya Courbete dinyatakan sebagai bapak Realisme.
1. Tidak ada, mereka berbeda menafsirkan dan memfungsikan bangunan,
di Mesir bangunan sebagai kubur, dan di India sebagai rumah
pemujaan. Adapun perkembangan akhir terdapat kesamaan fungsi
sebagai makam, yaitu pada masa kejayaan Budha. (ingat Stupa Sanchi
memuat selembar pakaian Sidharta Gautama).
2. Diletakkan pada tiga posisi yaitu di luar piramida, di dalam (tengah
piramida) dan di bawah dengan dengan sarcopaghus).
3. Kehidupan setelah mati sama dengan di dunia maka harta karun juga
diikutkan dalam penguburan

94 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


KEGIATAN PEMBELAJARAN 3
PERKEMBANGAN SENI RUPA TIMUR

A. Tujuan

Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan pembelajaran 3 baik yang


bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan seni rupa Timur
dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan
terbuka terhadap kritik dan saran.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 3 ini, Saudara diharapkan


mampu perkembangan seni rupa timur yang ditandai dengan kecakapan
dalam:
1. memahami pandangan hidup orang timur dalam karya seni rupa dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan
terbuka terhadap kritik dan saran.
2. menganalisis kesenian India dengan memperhatikan aspek
kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan
saran.
3. menganalisis masa awal karya seni rupa Cina dengan memperhatikan
aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik
dan saran.
4. menganalisis kesenian Mesir dengan memperhatikan aspek
kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan
saran.
C. Uraian Materi

1. Pandangan Hidup Orang Timur dalam Karya Seni Rupa

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 95


Karya rupa yang dipengaruhi oleh alam, menunjukkan sifat
kedaerahan, jika karya tersebut dipengaruhi oleh kepercayaan, apa
yang terjadi?

Pernyataan tersebut di atas mengarahkan kepada strategi belajar


modul tentang keunikan karya rupa di dunia Timur. Wawasan seni rupa
Timur dalam modul ini hakikatnya bertujuan praktis, yaitu dalam rangka
memperkuat bahasan tentang karakteristik seni rupa di Indonesia.
Sehingga, para guru mampu menghubungkan seni rupa Indonesia yang
akhirnya mempunyai kekhasan atau keunikan.

Cakupan bahasan seni rupa Timur cukup luas, bertolak dari suatu teori
kesejarahan, materi ini berpusat pada empat daerah penting yang
disebut titik kesuburan kesenian (The four creeds of fertilization) yaitu:
Mesir, Sumeria, India dan Cina. Dijelaskan lebih lanjut daerah ini
merupakan pusat tumbuhnya kesenian lanjutan. Melihat sedemikan
luas bahasan seni rupa Timur, maka untuk memberikan gambaran jelas
akan dibatasi pada materi kebudayaan India dan kebudayaan Islam
sebagai pengaruh yang paling kuat, sedangkan untuk memberikan
wawasan filsafat, bahasan tersebut dikembangkan menuju dua
kebudayaan yang melatarbelakangi kehadiran, yaitu Mesopotamia
Babilonia dan Mesir Kuno.

Secara garis besar Kesenian Timur berlandaskan agama atau


kepercayaan, dan kondisi ini mempengaruhi cara cipta mereka (lihat
cara cipta seni: Theory of Magic and Rellegy). Cara tanggap agama
/kepercayaan mereka berbeda-beda sehingga cara merepresentasikan
dalam karya juga variatif. Beberapa pustaka sejarah banyak
menyebutkan, bahwa suatu kepercayaan (agama dalam arti kuno)
terdiri atas tiga struktur yang kuat yaitu: kepercayaan merupakan tiang
kehidupan bangsa Timur (theocentric), maka karya seni berpusat
kepada Tuhan. Tuhan digambarkan sebagai kekuatan tunggal yang
menguasai kehidupan, yaitu kehidupan konteks batin maupun
jasmaniah. Kekuatan Tuhan terikat dengan nyawa atau ruh yang dapat
menggerakkan cipta-rasa dan karsa manusia sehingga dapat

96 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


menikmati dunia nyata ini. Pada peristiwa tertentu, Tuhan memberikan
wewenang kepada raja sebagai care taker dunia, yaitu pemberian
hukuman fisik kepada manusia, karena sifat Tuhan yang maha halus.
Sedang versi lain, Tuhan juga tidak dapat berhubungan langsung
dengan manusia, maka diciptakannya malaikat untuk membawa berita
kepada manusia terpilih (archetypal man) untuk menyampaikan berita
Tuhan. Adapun konsepsi konstelasi dapat digambarkan sebagai
berikut:

The power of life


(kekuatan hidup)

Gambar 14: Skema Segitiga Kekuatan menjadi pusat perhatian kajian seni
yang berbasis kepercayaan (agama).

Kondisi alam dunia Timur subur, para petani mempunyai sisa waktu
yang banyak; hal ini berbeda dengan keadaan alam di Barat. Petani
terpaksa harus memutar otak dan bekerja keras untuk menghadapi
putaran musim yang cepat. Sisa waktu Orang Timur bekerja di ladang
akan digunakan untuk memikirkan hal-hal yang mistik terhadap alam
tadi, sehingga mereka berkontemplasi tentang konsepsi kehidupan
baru setelah mati atau pasca hidup (life in herafter). Pemikiran terhadap
dunia setelah mati ini akhirnya mucul metakognisi (metacognition) yang
akhirnya menghasilkan simbolisme.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 97


POLA PIKIR MANUSIA

ALAM KEHIDUPAN
PASCA
HIDUP
POLA RASA MANUSIA

(KEPERCAYAAN)

Karya Lukis Karya Seni Bangun (Candi, Stupa,


Vihara

Karya Seni Hias


Patung Zoomorphic

Karya Seni Hias


(ORNAMEN)

Gambar 15: Skema Alur Penciptaan Karya Seni

Sinkretisme kepercayaan juga terjadi antara kepercayaan lama (primitif)


misalnya: animisme, dinamisme dengan konsepsi kehidupan pasca
hidup ini memberi inspirasi kehadiran hasil karya seni seperti kesenian
kubur, kesenian patung serta seni bangun yang cenderung

Patung Zoomorphic Dan

Biomorphic
98 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan
diaktualisasikan sebagai rumah ibadat. Akhirnya, karya yang banyak
dibuat adalah seni patung dan seni bangun. Kesemuanya ini akhirnya
memunculkan seni lukis, ornamen atau yang menjadi karya utuh yang
sinkron diantaranya.

2. Kesenian India

Dalam pembahasan selanjutnya, kesejarahan seni rupa Timur terurai


dalam Gaya Timur Kuna I terfokus pada masa kesenian Hindu Budha
India yang berpengaruh di Asia, Cina, Mesir-Mesopotamia, dan
Kesenian Islam.
a. Masa Awal Karya Seni Rupa India
Diperkirakan tahun 3000 SM diketemukan peradaban kebudayaan
sungai Indus yang didukung oleh suku asli Dravida. Komunitas
Dravida mendiami sepanjang tepian sungai Sindhu atau Indus
selama kurun ribuan tahun. Nama sungai ini kemudian menjadi
inspirasi nama baru kebudayaan India (istilah Sindhu atau Indus
menjadi India). Kepercayaan mereka menyembah dewa alam yang
dimanifestasikan kedalam bentuk binatang (zoomorphic); antara
lain lembu, gajah, harimau, dan monyet.

Peradaban mula ini terpusat di dua kota yaitu Mohenjodaro dan


Harrapa sekitar 3500 BC. Peradaban ini terletak di sepanjang
sungai yang banjir setiap tahun 2 kali, maka tata letak kotanya
(master plan) khusus dirancang sebagai kota air.
1) Tata kota dilengkapi parit dan got agar melapangkan jalannya
air banjir, agar air tidak terhalangi. Diperkirakan tata letak
masing-masing bangunan secara keseluruhan berbentuk atrium.
2) Rumah panggung didisain dengan bentuk dan susunan sama
dengan lantai atas, terdiri pintu, jendela dan ventilasi.
Rancangan jendela yang besar dapat juga berfungsi sebagai
pintu. Ventilasi berfungsi sebagai pengatur udara dan sirkulasi
air sewaktu banjir.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 99


3) Pada waktu air surut mata pencaharian masyarakat lembah
Indhus pertanian dengan mengandalkan peninggalan lumpur
dari banjir, dan pada waktu pasang bemata pencaharian
perikanan.
4) Alat transportasi pada waktu surut adalah kendaraan darat,
sedangkan pada waktu air pasang adalah kapal atau perahu
cadik.
5) Perkampungan tersebut terletak di sebelah timur sungai Indhus
dan di sebelah barat digunakan untuk pemakaman, hal ini
sesuai dengan kepercayaan bahwa hidup selayaknya putaran
matahari.
6) Air merupakan pangkal kehidupan, maka kepercayaan yang
dianut adalah penganut dewa matahari dan dewa sungai.

Sistem pemerintahan dua kota lama tersebut sudah kuat, buktinya


mereka mampu menciptakan alat legitimasi administrasi
pemerintahan berupa zegel cylinder yang berfungsi sebagai lak
atau materai. Fungsi materai ini diduga untuk mengesahkan
maklumat raja atau perihal bisnis.

Gambar 16: Materai Shiva


Sumber: Sherman E.Lee, tt, p. 22

100 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 17: Materai Banteng
Sumber : Sherman E.Lee, tt, (p. 22)

Supremasi kepercayaan masyarakat kota Mohenjodaro dan


Harrapa adalah kepada matahari, karena mampu memberikan
sumber energi kepada semuanya. Kemudian matahari disembah
sebagai dewanya. Dampak dari kepercayaan terhadap matahari ini
adalah mereka membayangkan suatu kehidupan itu seperti
peristiwa timbul dan tenggelamnya matahari. Titik mula kehidupan
seperti munculnya matahari disebelah timur sungai dan tenggelam
di sebelah barat sungai, maka perkampungan manusia ditata
seperti putaran matahari. Di sebelah timur sungai untuk
perkampungan orang yang masih hidup. sedangkan di sebelah
barat merupakan perkampungan pasca hidup (makam).
Perkampungan tersebut didirikan di atas bukit, mereka
menganggap dekat dengan rumah Tuhan yang berada di langit.
Tuhan-tuhan mereka divisualisasikan dalam bentuk patung; dua
patung ini merupakan embrio bentuk pantung India di kemudian
hari.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 101


Gambar 18: Patung torso, hasil kebudayaan Sungai Sindu
Sumber: Sherman E.Lee, tt, (p.19)

Gambar 19: Patung Kop Pendeta, hasil Kebudayaan sungai Sindu


Sumber: Sherman E.Lee, tt, (p.19)

Akhirnya agama Hindu yang berkembang di dua kota lama tersebut


terdesak oleh pemerintah Asoka (273–232 SM). Raja ini merupakan
pemimpin pendatang yang diperkirakan dari bangsa Arya dengan

102 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Sasanid. Pemerintan yang terkenal adalah Asoka. Raja ini
mengganti agama resmi kerajaan dengan agama Budha.
Diperkirakan, usaha raja ini sebagai taubat atas peperangan yang
pernah dilakukan, dan kemudian mencintai perdamaian. Dianggap
oleh masyarakat sekitar Asoka Devanampiya berarti Asoka diterima
Dewa, dan Piyadhasi Asoka paling bagus/indah.

Perkembangan agama Budha pesat sekali, usaha pematungan


(iconografi) figur Budha sesuai dengan ciri-ciri. Kata iconografi
secara etimologi (asal-usul kata) adalah: icon dan graphi. Icon
berarti bayangan atau bayangan yang dilukiskan kembali berupa
bentuk-bentuk yang simbolis; graphi diartikan sebagai tulisan.
Dalam ―History of World Art‖, kata iconografi diartikan: the
identification of religious character indeidents, and symbols in the
art, (Everard M, Upjohn, 1958,p.835). Disamping itu, di masa
kejayaan dihasilkan karya rupa seperti stambha atau Lath = Menhir
= Obelisk yaitu: tugu batu yang berisikan maklumat raja. Stambha
tugu berkapital Singa (Simastambha), Lembu (Wirabhastambha),
Kuda (Acwarastambha), Gajah (Ganastambha), dan Cakra
(Dharmastambha), terbuat dari batu monolith.

Sebelum berlanjut, berikan contoh di candi-candi di Indonesia,


dimana patung seorang dewa dibuat dari batu monolith. Gambarlah
secara tertulis dengan lengkap!

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 103


Gambar 20: Kapitel Gambar 21: Kapitel
Simastambha. Wirabhastambha
Sumber: Up John. 107 Sumber: Up John, 107

b. Karya Seni Patung Agamis


Corak kesenian India-Budha pertama kali adalah Gandhara, yang
terletak di sebelah barat laut India. Daerah ini merupakan jalan raya
perdagangan antara dunia Barat dengan Timur lewat darat. Maka
daerah ini terbuka terhadap pengaruh Kebudayaan Barat seperti
Persia, Roma, maupun Yunani Kuno. Pada waktu itu pengaruh
teknik pematungan sangat kuat, sehingga karya-karyanya disebut
dengan Romano Budhistik dan Graeco Budhistik. Disamping dari
Barat kesenian Gandhara dipengaruhi oleh Asia Pedalaman
(Afghanistan) dan China, dan karya local genious seperti patung
Yaksa dengan Maha Purusha Laksana yang digambarkan seperti
pengemis. Propertinya ialah tongkat dan tempurung. Jika
dirangkum maka pengaruh Yunani atau Graeco Budhistik terlihat
pada roman muka. Diantaranya pewarnaan kulit dengan kuning
emas, Rambut biru berombak, jubah jingga disertai Nimbus,
Pralamba Padasana.

104 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 22: Profil Yunani Klasik Gambar 23: Jubah
Sumber: Sherman Lee. Tt.28 menutup kedua belah
bahu, dan tampak
penggambaran yang
naturalistik
Sumber: Sherman Lee,
tt. 26

Gambar 24: Budha dalam posisi pralamba padasana

Pada masa pemerintahan raja Kaniska mempunyai corak seni


patung yaitu Gandhara dan Mathura, di samping itu unsur Hindu
mulai muncul. Seni patung Zaman Mathura ditandai dengan ciri-ciri:
(a) usnisha merupakan sanggul, (b) rambut tersisir halus, (c) roman
muka india asli, (d) praba berukir dan dilengkapi Chatra, (e) jubah
menutup bahu kiri dan agak dekoratif, (f) image Yaksa dan patung
raja menunjukkan corak India asli.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 105


Gaya masa Gandhara corak patung menyatu dengan corak
Mathura, penciptaan seni patung mulai digemari dan mencapai titik
sempurna dengan perpaduan kedua gaya (Kesenian India di
sebelah tengah). Corak baru ini bernama Gupta. Patung-patung
tersebut dilengkapi dengan sikap tangan (mudra) dan sikap kaki
(cana), serta tanda-tanda yang lain seperti usnisha (otak ketiga).
Jubah menutup bahu kanan dan dibuat dekoratif tipis. Roman muka
India asli namun properti mengambil unsur lain.

Pada abad ke empat, peninggalan seni bangun berkembang:


asrama biksu atau vihara, kuil, stupa, dan chaityagrha (rumah
pemujaan/ruang penyembahan) yang terbuat dari kayu, namun sisa
bangunan itu kini tinggal sedikit karena bahannya mudah lapuk, dan
lagi tradisi suka membongkar atau merombak bangunan lama
menjadi bangunan baru.

Zaman harsa merupakan zaman penyebaran agama Budha ke luar


negeri, yaitu ke negeri Tiongkok, Jepang, Tibet, Birma, Kamboja
dan Ceylon serta Indonesia. Pada abad VIII sampai abad X Masehi
corak kesenian terutama daerah Ellora, penciptaan rumah
pemujaan dibuat besar bergerombol. Namun karya patung sudah
tidak lagi diciptakan dengan seni, melainkan sebagai konsumsi
reproduksi sehingga iconografi Budha semakin melebar, misalnya
lukisan, relief, maupun keramik dan cor logam. Karya rupa tersebut
terkoleksi pada: (a). The Seven Pagodas di pantai Karo Mandel
(pada kesenian Mammalapuram), dan pada (b). Lukisan dinding
Ajanta yang dilaksanakan dengan teknik Fresco (pembuatannya
dimulai dengan menghaluskan dinding karang lalu ditutup dengan
lapisan, kemudian digambarkan dengan warna merah, ditutup
dengan teraverte sehingga gambar-gambar masih tampak baru
kemudian diberi warna dan kontur hitam.
c. Seni Bangun Stupa
Stupa adalah bangunan yang berfungsi sebagai kuburan dan
sekaligus sebagai pemujaan. Semula bangunan ini dibuat dari

106 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


tanah, kayu dan bambu dan merupakan gambaran property Bhiksu
(atribut pengemis), seperti tempurung dan tongkat. Ide tempurung
ini merupakan gundukan tanah dan akhirnya diganti dengan
tumpukan batu atau berlapis marmer berbentuk Saudara (lengkung
setengah bola). Stupa yang dibangun Asoka adalah Sanchi yang
terdiri dari 3 stupa, terdapat 4 gapura teknik ukir, dan stupa Barhut
yang dibuat pada tahun 150 SM. Stupa Amaravati yang dibangun
250 M tinggal puing-puingnya, kemungkinan bahan yang digunakan
bata merah dan kayu. Stupa ini menunjukkan kemewahan
hiasannya, karena banyak ditampilkan ukiran tembus dan bergaya
krawingan sebagai ciri khas teknik pahat batu, stupa ini tidak
berpagar (pagar = Torana) serta tidak ada prasada yang berbentuk
piramida jenjang.

Gambar 25: Perkembangan bentuk seni bangun Stupa

Pada gambar 25 terdapat model stupa yang berkembang: (1) stupa


merupakan gundukan tanah berfungsi sebagai bekas atau tempat
menguburkan jenazah. Selang beberapa tahun di sebuah daerah
terdapat stupa gundukan tanah dibuat permanen, sehingga
mengesankan bangunan yang sesungguhnya. Bangunan stupa
sebagai makam seolah dijadikan tempat peristirahatan, menunggu
sebelum pada titik akhir mengalami kesempurnaan. (2) Stupa
dibangun dengan penambahan tembok yang mengelilingistupa
menjadi lebih kokoh, seolah menjadi kerajaan orang yang

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 107


meninggal (raja yang meninggal) atau sebagai rumah ke dua. (3)
imajinasi stupa sebagai tempat peristirahatan menjadi semakin
kuat, dilengkapi dengan hiasan dan menjadi rumah ke dua setelah
meninggal. Peristirahatan terakhir sebelum menuju kesempurnaan.
Beberapa hiasan telah disempurnakan dengan menghubungkan
cerita dalam kitab suci. (4) stupa diciptakan berdasarkan
pandangan hidup daerah, dan pandangan hidup daerah ini
dipengaruhi oleh agama yang sudah terjadi sinkretisme, sehingga
bentuk stupa memuncak dan semakin tinggi seperti yang ada di
daerah India Utara. (5) Stupa jenis ini mengalami pengembangan
bentuk berdasarkan kemampuan potensi, seperti di daerah Cina.
Bahan dasar membangun berasan dari kayu dan batu, sehingga
mudah melakukan sculpturing atau pemahatan yang sesuai dengan
kondisinya.

Stupa Sanchi pada gambar 23 menunjukkan desain yang nantyinya


sebagai pedoman membangun stupa. Lengkung stupa ini
memberikan gambaran mirip dengan kubah masjid dalam kejayaan
agama Islam bergaya Mesir. Stupa Sanchi telah dilengkapi gapura
atau Gopuram seperti tampak pada gambar di bawah (gambar no
24). Jelas sekali ornament yang diopahatkan sangat rumit dan
penggambaran figur dewa sudah lengkap dengan atributnya.
Gapura sangat rumit bahkan diselesaikan dengan model krawingan
(tembus).

Gambar 26: Stupa Sanchi


Sumber: Sherman Lee, tt. 50

108 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 27: a, b. Relief gerbang dan Torana Stupa Sanchi
Sumber: Sherman Lee , tt. 50

d. Seni Bangun Pemujaan Chaitya Grha


Karya seni bangun selanjutnya adalah Chaitya Grha. Bangunan ini
berujud kuil korokan, yaitu kuil goa yang dibuat berlobang pada
gunung karang ataupun lereng/tebing pantai dari tanah karang.
Tradisi ini berasal dari zaman batu (Prasejarah) seperti telah
diungkap dalam modul Sejarah Seni Rupa Indonesia. Beberapa
diantaranya yang dibuat pada masa sejarah India adalah: Karlee,
Ajanta dan Padame. Kesemua seni bangun ini dikorokkan ke gua
karang di tepi pantai.

Gambar 28: Rekonstruksi Chaitya Grha Karlee


Sumber: Sherman Lee, tt. 60

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 109


Gambar 29: a dan b, Dekorasi ruang dalam Chaitya Grha Karlee
Sumber: Sherman Lee, tt, 69

Perkembangan seni bangun di India Tengah sangat menarik, di


bagian tengah tidak terdapat lereng atau pantai curam, sehingga
para seniman membuat kuil atau rumah pemujaan dengan
merombak gunung karang. Salah satu kelompok kuil yang didiami
oleh Bangsa Dravida sebagai bangsa asli India bernama kuil Sapta
Ratha dengan mengambil nama pewayangan Drupadi, Bima,
Harjuna dst.

Gambar 30: Bangunan kuil karang Sapta Ratha


Sumber: Sherman Lee, tt, 80

110 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


e. Keunikan Gaya Seni Bangun Utara dan Selatan
Perkembangan seni bangun India dipengaruhi oleh agama Jaina
(asimilasi atau sinkretisme Hindu-Budha dan kepercayaan sebelum
Budha). Rumah pemujaan menyesuaikan kondisi lingkungan dan
karater postur tubuh orang. Orang Utara yang banyak dihuni oleh
Bangsa Arya (postur tubuh orang India dan Barat), maka seni
bangun tersebut tampak langsing, meninggi. Sedangkan rumah
pemujaan Selatan terasa sintal dan tambun, karena bangsa Dravida
termasuk tambun, berkulit hitam dan berambut lurus-hitam.
Penyesuaian bangunan dengan postur tubuh ini berpengaruh pula
dalam hiasan rumah pemujaan. Hiasan dengan posisi mendatar
tersebut terasa memberikan kesan memendek; hal ini berbeda
dengan rumah pemujaan di sebelah utara. Bentuk hiasan vertikal
yang sering digunakan oleh bangsa Aryawerta memberikan kesan
melangsing dan tidak penuh justru terasa lebih anggun. Keunikan
seni bangun India

Gambar 31: Bangunan Gaya Arryaverta


Sumber: silvanaekasari.blogspot.com/2010/01/bangunan-india.html

Ciri khas bangunan ini adalah:


1) Bangunan pemujaan berdiri sendiri (tidak bergerombol )
2) Langsing karena banyak garis vertikal berkesan menara
3) Hiasan tidak banyak.
4) Hiasan puncak bernama Amalka

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 111


Gambar 32: Hoysala-Gaya Dravida
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Arsitektur_Hoysala

f. Penyebaran Budhisme di luar India


Perkembangan kesenian India, terutama Budhis kala itu lebih maju
daripada Hindhuisme; hal ini berpengaruh pada beberapa daerah
seperti, Birma, Vietnam, Mianmar. Di Sailan (Cylon) Budha
dipatungkan dalam keadaan tidur (the sleeping Budha) mempunyai
arti lambang pengabdian. Sedangkan di Nepal, dua agama Hindu-
Budha menyatu dengan nama Hari-hara. Hal ini menandakan
bahwa keduanya mempunyai kesejajaran dalam perkembangan.
Patung dewa. Civanataraja atau Siva menari (Dancing Civa)
merupakan perpaduan patung Hindu-Budha.

Gambar 33: Sleeping Budha


Sumber: www.123rf.com/stock-photo/sleeping_buddha.html

112 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 34: Patung Hari-hara
Sumber: http://www.cambodia-picturetour.com/hari-hara/

Gambar 35: Siwa Menari


Sumber: Upjohn, 1958: 715

Perkembangan patung di luar India ternyata sangat dipengaruhi


oleh tradisi setempat, demikian pula seni bangun. Rumah pemujaan
seperti Chaitya Grha maupun stupa juga berkembang.
Perkembangannya sangat unik, sebagian terpengaruh kesenian
India dan Cina. Seni Bangun Cina pagoda mempengaruhi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 113


bangunan di Thailand, tetapi juga dari India. Di Kamboja, dua buah
bangunan penting seperti pagoda Swe Dagon, Angkorvat dan
Angkorthom merupakan karakteristik bangunan Asia Selatan.

Bangunan ini sekarang telah lapuk karena peperangan antar suku


dan terkena racun hujan kuning. Kehebatan bangunan ini adalah
ornament pada kuil adalah bayo;, atau patung dewa angin yang
digambarkan berkepala empat, menunjukkan empat penjuru angin.
Di samping itu terdapat pagar bergambar makara (gubahan bentuk
ular dinaiki oleh para Bhiksu menyeberang lautan susu) sebagai
makna kesatuan dalam menyeberang lautan kemakmuran.

Gambar 36: Kuil Bayon


Sumber: Sherman E.Lee, tt: 238

114 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 37: Angkorvat di Kamboja
Sumber: Sherman E.Lee, tt: 238

Gambar 38: Angkorvat di Kamboja


Sumber: Sherman E.Lee, tt: 238

Gambar 39: Kala-Makara di candi Prambanan-Yogyakarta


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Candi_of_Indonesia

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 115


3. Masa Awal Karya Seni Rupa Cina

Pernahkah para guru mendengar kebudayaan Dongson? Kebudayaan


ini berasal dari negeri Cina. Mereka datang ribuan tahun silam melalui
daratan Kalimantan menuju daerah lain. Semenjak itu kesenian Cina
yang lain mulai masuk ke Indonesia. Kesenian Cina yang memberi
andil gaya dan keunikan karya rupa Indonesia sebenarnya merukapan
kesenian tua; kehidupannya dipengaruhi oleh kebudayaan India
sehingga menjadi negeri Budhis kedua. Selain itu kesenian Asia
Pedalaman dengan keahlian cor logam dikembangkan oleh bangsa
Cina.

Kebudayaan politik Cina khususnya politik pemerintahan juga maju,


mereka dikatakan negeri pertama di dunia Timur yang mengenalkan
pemerintahan distrik atau propinsi. Cakupan kekuasaan kekaisaran
Cina sangat luas, sehingga diperlukan jalan khusus mengontrol daerah
lain. Disitulah dibangun jalan raksasa yang menghubungkan antar
daerah. Jalan raksasa tersebut terkenal dengan tembok raksasa.

Kepercayaan orang Cina dynamisme seperti terungkap dalam legenda


Pan Ku mengakar kuat, mereka percaya bahwa dunia ini adalah
jelmaan dari makhluk manusia raksasa. Ketika, Pan Ku merasa lapar
dan seterusnya menangis, air tersebut berubah menjadi banjir dan
hujan, jika Pan Ku sakit batuk maka hentakan nafas menjadi angin ribut
dan halilintar yang menyambar bangunan dan goyangan badannya
menjadi gempa; demikian pula jika perut sakit maka isi dunia akan
bergolak. Bumi manusia diibaratkan perut Pan Ku. Maka diwajibkan
kepada orang-orang Cina yang tinggal di bumi hendaknya
menentramkan Pan Ku dengan memberi sesaji dan mengadakan
upacara setiap kebutuhannya. Kebutuhan akan upacara ini akhirnya
diciptakan karya rupa: guci dan vas anggur untuk perlengkapan
upacara, tempat kemenyan berbentuk rumah, serta beberapa artefak
lempengan (stele) yang bertuliskan maklumat (kaligrafi) kesetiaan
dibuat dimana-mana. Kepercayaan selanjutnya adalah Kong Hu Cu

116 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dan Taoisme. Kedua ajaran ini sampai saat ini mampu mendasari
kepercayaan bangsa Cina. Ajaran ini disinkretiskan dengan Budhisme.
Akhirnya pengikut semakin banyak.

Kebudayaan Cina awal dengan kepercayaan dinamisme berada di


sekitar sungai Yang Tse (Yang Tse Kiang). Mereka biasa membuat
benda kebutuhan sehari-hari, seperti tembikar vas, serta peralatan
upacara. Hasil karya tersebut dihiasi dengan motif burung phoenix dan
hiasan anyam. Dari motif ini dapat diduga bahwa masyarakat Cina saat
itu biasa anyam tikar, karena motif tersebut digunakan menghias
tembikar. Motif burung sangat terkenal, karena burung merupakan
kendaraan nyawa manusia yang meninggal menuju alam abadi. Motif
ini juga masuk di Indonesia semasa kebudayan prasejarah. Motif
anyam kepar diperkirakan berasal kebudayaan lembah sungai Tse
Kiang berkembang di pantai selatan Jawa.

a. Tradisi Patung
Bangsa Cina saat itu belum mengenal teknik patung manusia,
patung yang mereka buat masih dengan teknik sederhana. Namun,
telah membuat patung untuk keperluan upacara. Perkembangan
patung menjadi pesat ketika hubungan dengan India semakin erat,
dimana para seniman Cina belajar mematung di daerah, Gandhara
Gupta dan Mathura. Kemudian, bangsa Cina mengembangkan
patung Budha menurut versi Cina dimana wajah India digubah
menjadi ke Cina-an. Misalnya: patung Kwan Jin atau Kwan Im
adalah dewi belas kasihan merupakan penjelmaan Awalokiteswara.
Badan patung ini diciptakan langsing seperti wanita, atribut dan
properti seperti wanita bangsawan.

Perkembangan patung di Cina dikategorikan tiga tahap:


1) Perioda senyum dikulum (Arkhais), dimulai abad 5-6 M; ditandai
dengan bentuk wajah tersenyum tanpa ekspresi. Tampak bibir
diangkat namun tidak diikuti perubahan anatomis wajah.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 117


2) Perioda melangsing, ditandai dengan badan ditarik langsing
membuat luwes gerakan tubuh; diperkirakan 550-618 M.
3) Perioda meniang (kematangan) bentuk; pada masa dinasti
T‘ang seputar tahun 618-750 M. Bentuk patung Budha semakin
meniang seperti wanita. (William Wilet, ibid. p. 298).

Gambar 40: Gambar 41:


Patung Kwan Jin duduk Patung Kwan Jin Berdiri
Sumber: Upjohn, Sumber: Upjohn, Everard
EverardM., 1958: 78 M., 1958: 78

b. Hasil Seni Hias


Hiasan yang dipakai untuk memperindah keramik tersebut ternyata
tidak hanya berfungsi sebagai ornamen saja, melainkan hiasan atau
ornamen tersebut mempunyai simbolis. Dari ornamen-ornamen
tersebut banyak motif motif seperti:
1) Motif geometris, atau motif alam seperti kelok sungai (meander),
pilin (spiral). Di samping ini merupakan motif garis miring pada
sebuah keramik vas yang terdapat di masa Pan Shan 2200 SM
dikomposisikan dengan pilin mursal tersebut berkembang
menjadi motif Ma Ch‟ang.

118 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 42: Bejana ritual (You), dari zaman Dinasti Zhou Barat
Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:You_with_zigzag_thunder
_pattern.jpg

2) Motif vegetal atau tumbuh-tumbuhan, motif ini tidak banyak


ditampilkan, karena motif ini kurang memberikan sumbangan arti
simbolis terhadap penyembahan ruh nenek moyang.

Gambar 43: Motif Tumbuh-tumbuhan


Sumber: Upjohn, Everard M., 1958: 60

3) Motif figural, adalah motif manusia; motif ini tidak banyak


dimunculkan dalam seni hias Cina, karena kepercayaannya
menunjukkan bahwa ruh nenek moyang tidak senang jika ada
figure manusia. Kalau pun ada bentuk manusia disamarkan.

Gambar 44: Hiasan Keranjang


Sumber: Upjohn, Everard M., 1958: 60

4) Motif Kaligrafi, motif ini sengaja hadir untuk kebutuhan khusus,


seperti pengobatan yang sekarang ini banyak dijual di Cina
untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 119


Gambar 45: Contoh motif kaligrafi dalam orakel (tulang)
Sumber: Upjohn, Everard M., 1958: 40

5) Motif binatang, motif ini banyak dipakai untuk menghiasi


keramik, terutama keramik-keramik properti upacara. Motif
binatang yang banyak ditampilkan antara lain singa atau
harimau, naga atau ular, burung phoenix. Dari hasil peninggalan
seperti ini sedikit dapat dibaca bahwa pada masa itu terdapat
kepercayaan menyembah ruh moyang. Hal ini diperkuat oleh
ornamen simbolis figur manusia. Motif ini berasal dari Orakel.
Ornamen ini kemungkinan besar merupakan imajinasi dari
penggambaran ruh nenek moyang yang hidup di alam kedua.

120 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 46: Motif Burung Phoenix (teknik ukir datar)
Sumber: Michael Sullivan, 1969:17

Gambar 47: Ukir Batu Burung Phoenix pada hiasan makam


Sumber: Michael Sullivan, 1969: 17

Ornamen motif naga dan harimau menggambarkan kekuatan


alam, harimau merupakan simbol kekuatan, kekuasaan
(harimau atau singa adalah penguasa hutan). Di Indonesia
bentuk ini mirip dengan Banaspati (bana=wana=hutan, pati=raja,
jadi banaspati adalah raja hutan atau harimau). Banaspati,
makara atau Tao T‟ieh. Di bawah ini terdapat penggabungan
dua unsur harimau yang dihadapkan secara simetris: biji mata
Tao T‟ieh dan hidung.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 121


Gambar 48: Bentuk Tao T‟ieh, tradisi sebelum Budhisme
Sumber: Peter Swan, 1964,22

Gambar 49 Tao T‟ieh (Bentuk separo)


Sumber: Michael Sullivan, 1969:17

Keterangan :
1) jambul
2) tanduk berbentuk huruf C
3) ekor, merupakan gambaran keseluruhan
4) simbaran ekor yang juga sebagai bulu ekor
5) rahang bawah
6) kening atau dahi
7) paruh berfungsi sebagai taring
8) jungur hidung, sebagai garis-garis tulang hidung
9) rahang atas berfungsi sebagai belalai
10) gambaran paruh secara utuh
11) mata kaki, atau cakar kaki

122 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


c. Seni Bangun
Tradisi membangun sebenarnya belum kuat, karena bangsa Cina
pada saat itu masih memfokuskan pada upacara, oleh karenanya
tidak dapat dikatakan negeri bangunan seperti di India. Terdapat
dua dugaan tentang seni bangun Cina. Pertama, bangunan yang
dibuat dari bahan yang mudah lapuk, sehingga habis dimakan oleh
waktu. Kedua, konsentrasi kepada penciptaan perlengakapan
upacara. Namun demikian, dari hasil analisis para ahli,
perlengkapan upacara yang berbentuk bangunan tersebut dapat
diduga ada kaitannya dengan bentuk peralatan upacara. Di samping
ini adalah nisan pada kuburan, yang diperkirakan sebagai miniatur
rumah pada saat itu. Bangunan ini jika dibandingkan dengan
pagoda yang difungsikan oleh para pemeluk Budhisme Cina ada
kemiripannya, diduga bentuk rumah saat itu bertingkat seperti yang
diketemukan dalam kuburan.

Gambar 50: Contoh Miniatur Kuil pada bangunan Makam di Cina


Sumber: Sumber: Peter Swan, 1964, 10

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 123


d. Seni Huruf Cina
Tidak kalah menarik untuk dikaji dalam seni rupa adalah huruf Cina.
Perkembangan huruf di Cina berasal dari pictograf, yang akhirnya
disederhanakan menjadi huruf.

Gambar 51: Bentuk tulisan pictograph


Sumber: Michael Sullivan,op.cit.,p.17.

e. Lukisan Cina
Tradisi melukis di Cina sejak jajaran Kong Hu Cu, bangsa Cina
beranggapan berseni merupakan perbuatan yang luhur karena
berpahala (Cohn-terjemahan; 1956:272). Untuk memperoleh
kesempurnaan gaya lukis, seniman muda dapat belajar kepada
yang senior dengan mengkopi, namun tidak boleh mencantumkan
nama pelukis. Maka, seni lukis Cina banyak yang anonim. Seni
lukis analog dengan seni sastra, mereka menginterprestasi alam
dalam bahasa rupa dan sastra, sesuai dengan kriteria. Dalam hal ini
seniman harus memenuhi nasehat teknis yang mencerminkan religi
(ajaran agama) atau filasatnya, serta tradisi yang dianut. Tradisi ini
oleh bangsa Cina dikatakan Hsieh Ho, yang berisi:
1) Menangkap irama hidup (batin)
2) Menyatakan sruktur hakiki garis.
3) Harus ada penyerupaan.
4) Memakai warna-warni dan tinta dengan hati-hati
5) Memperhatikan komposisi dan peranan ruang

124 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


6) Pentingnya mengkopi pelukis-pelukis besar untuk memperkaya
kemungkinan-kemungkinan sendiri. ( Ibid, p. 343 ).

Menangkap irama hidup ialah usaha seniman menyelaraskan


dengan kondisi alam, sehingga memahami isi dan rahasia alam.
Jika telah penuh ide dan gagasan tentang alam tersebut seniman
menyatakan dalam garis yang hakiki serta spontan. Ketika orang
melihat hasilnya karya rupa maupun sastra hendaknya menyatakan
keserupaan, warna- dapat digunakan untuk membantu. Seniman
selanjutnya secara tidak sadar tetap memnggunakan esensi
komposisi agar kesatuan ruang tetap terjaga.

Sejak awal seni lukis Cina cenderung menggunakan komposisi


juncta mirip dengan komposisi lukisan Bali tradisional. Pernyataan
ruang ditempuh dengan menempatkan kesan jauh pada bagian
atas, sedangkan kesan dekat diletakkan pada posisi bawah. Teknik
melukis di atas kertas dan beralatan tinta dan kuas mempunyai
nada yang sama dengan seorang sastrawan, yaitu dikenal dengan
sebutan ―Empat Harta Kamar Kerja, kertas, pensil, sebatang tinta,
batu penggosok. Sebenarnya, penggunaan kertas baru diketahui
secara pasti setelah Tsai Lun berhasil melumatkan batang bambu
menjadi bubur kertas, dengan teknik press akhirnya menjadi kertas.
Selanjutnya warna-warna dibuat dari bahan alami tumbuh-
tumbuhan warna hijau diperoleh dari tembaga, merah dari vermiliun
atau dioxyde air raksa, warna putih diperoleh dari kerang atau timah
bakar. Kuning dari getah rotan, biru dari nila dan masih banyak lagi.
(Oswald Siren, 1934,p.2).

Seni lukis Cina terdapat dua bentuk lukisan yaitu makemono


(gulungan mendatar - gambar 50) dan kakemono (gulungan
menurun, gambar 51). Gaya lukisan mendatar mempunyai maksud
lukisan keduniawian, misalnya pengabdian untuk sesama umat atau
pengabdian kepada semua orang atau masyarakat menurun
(vertikal) seperti huruf Cina adalah prinsip penyembahan antara

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 125


makhluknya kepada Tuhan. Jika berupa lukisan atau menurun
menaik dianalogkan dengan kepercayaan. Lukisan Cina
mempunyai 3 gaya, pertama seni lukis pemandangan (gambar no:
49), kedua, seni lukis tamasya (gambar no 50), ketiga, seni lukis
sajak (gambar no: 51). Selain seni lukis juga berkembang seni
cetak (seni Grafik, gambar no 52). Seni Grafik muncul karena harga
seni lukis naik maka direproduksi dengan dicetak.

Gambar 52: Seni Lukis Pemandangan


Sumber: www.terrariaonline.com

Gambar 53: Seni Lukis Tamasya


Sumber: www.terrariaonline.com

126 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 54: Seni Lukis Sajak
Sumber: hdimagegallery.net

Gambar 55: Seni Grafis


Sumber: Oswald Siren, 1934,p.68

f. Kesenian Budhis Cina Berkembang di Jepang dan Korea


Jepang terkenal sebagai negeri matahari terbit. Bangsa Jepang
sejak jaman purbakala percaya akan kekuatan matahari sebagai
sumber dari segala sumber. Kesetiaan kepada dewa matahari
tersebut menyebabkan munculnya bendera Jepang berlambang
matahari. Sejarah bangsa Jepang menunjukkan sebagai bangsa
yang kuat memelihara alam; beberapa karya rupa seperti seni

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 127


bangun, dan seni taman maupun merangkai bunga merupakan bukti
kesatuan pikirnya dengan alam.

Namun dari segi kepercayaan, Jepang kelihatan satu pandangan


dengan Cina maupun Korea, karena baik Korea maupun Jepang
pernah dijajah oleh bangsa Cina. Pada saat itu Cina sedang
mengembangkan laskar agama Budha melalui perdagangan
maupun penyebaran agama, yang akhirnya negeri itu
mensikretiskan dengan kepercayaan setempat. Karya yang
menyolok dan berkembang pesat di Jepang adalah seni patung,
seni bangun dan seni Lukis. Perkembangan seni patung, Jepang
mendapat pengaruh kuat dari Budhisme Cina, sehubungan prinsip
perkembangan yang sama. Seni bangun, pagoda Jepang
mempunyai spesifikasi kerumitannya pada seni bangun kayu.
Sebagai contoh kuil Nara, merupakan bangunan megah yang rumit
dengan penataan usuk sehingga menjadi ornamen ukir konstruksi
dan membentuk nuansa magis. Bangunan ini untuk melaksanakan
perjamuan minum teh Chado.

Gambar 56: Patung Budha Amidha, di kota Nara


Sumber: Oswald Siren, 1934,p.98

128 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 57: Kuil Horyuji, di kota Nara
Sumber: Oswald Siren, 1934,p.102

4. Kesenian Mesir

Mesir atau Mesr adalah nama yang diberikan oleh orang-orang Arab
kepada lembah sungai Nil, waktu mereka pada abad 7 sesudah Masehi
memegang kekuasaan pada daerah ini. Orang Yunani menyebut
Aiguptos atau Egypte. Dari tulisan ini, dapat diketahui, bahwa penduduk
sungai Nil dari Zaman Kuno memberi nama Kemi atau Kemet yang
berarti ―Hitam,‖ karena sebagai tempat tinggal orang Mesir. Kata yang
dipergunakan untuk membedakan lembah sungai berwarna Hitam
dengan gurun berwarna kuning dan merah. Tanah Mesir berada
disepanjang lembah sungai Nil, dekat Elephantine sampai delta di tepi
Laut Tengah. Meskipun hampir tidak pernah hujan, tanah Mesir
merupakan tanah yang sangat subur yang disebabkan oleh banjir
sungai Nil pada setiap tahun yang selalu meninggalkan lumpur subur.
Kondisi istimewa Mesir ini berbentuk seperti daerah panjang namun
sempit, serta letak yang terpisah dari negara lain.

a. Huruf Mesir dan Sistem Kemasyarakatan


Sejak jaman dinasti (dinasti = keluarga raja-raja), sebagai kepala
Negara adalah seorang raja yang disebut Firaun atau Per-o. Raja
mempunyai kekuasaan besar seperti dewa, sehingga orang takut

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 129


menyebut namanya. Kata per-o (berarti rumah besar) artinya rumah
dan kebudayaan untuk yang berkedudukan tinggi seperti raja;
disamping itu juga disebut Pharao berarti Imam Agung. Karena raja
selain sebagai pemimpin pemerintahan juga sebagai pemimpin
agama.

Seperti bangsa primitif yang lain, kebudayaan Mesir Kuno telah


mencapai tingkat peradaban yang tinggi; hal ini dibuktikan sejak
abad ke-43 SM, mereka telah membuat penanggalan atau kalender
perhitungan tahun. Mereka menghitung tahun menjadi 365 ¼ hari
(tahun matahari). Penanggalan ini mereka tuliskan dan hubungkan
dengan kepercayaan terhadap dewa matahari. Huruf atau tulisan
telah mereka kenal, dan sebagai medianya digoreskan pada dinding
atau benda dari batu, kayu, logam, juga pada gulungan papirus.
Secara garis besar huruf Mesir ada 3 jenis, yaitu hieroglyph, huruf
hieratis dan demotis. Masing-masing jenis mempunyai spesifikasi
tujuan dan bentuknya.

b. Huruf hieroglyph: bentuk huruf tertua.


Hieroglyph berarti tulisan suci yang digoreskan, merupakan
pictography dan sebagai huruf penting, suci, dan magis, digunakan
untuk mencatat hal khusus. Gambar di bawah ada pada Pallet atau
tempat melumat cat wajah raja Narmer. Huruf hierogyph ini
menceritakan kemenangan Narmer dimana rakyat yang takluk,
dihitung dalam satuan panah dan dicatat oleh burung adapun posisi
kanan dan kiri adalah gambaran dewa peperangan mereka.

130 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 58: Pallet raja Narmer
Sumber: Upjohn, Everard M., 1958

Gambar 59: Detail Releif


Sumber: http://www.arden.com/theartifact/aegypt3/

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 131


Gambar 60: Huruf Hieroglyph
Sumber: Upjohn, Everard M., 1958

c. Huruf hieratis juga dikatakan sebagai tulisan imam, karena huruf


hieroglyph dianggap sulit dimodifikasi, diganti, dirubah atau
dipersingkat maka muncul huruf hieratis. Huruf ini untuk menulis
naskah pada daun papirus.
d. Huruf Demotis disebut sebagai huruf rakyat, macam huruf yang lebih
sederhana dari hieratis. Terjadi antara zaman akhir dari dinasti ke-
22 dan permulaan dinasti ke-26.

132 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 61: Contoh Huruf Demotis
Sumber: Upjohn, Everard M., 1958

Gambar 62: Contoh Huruf Hieratis


Sumber: Upjohn, Everard M., 1958

Berdasarkan mitos Mesir, penemu tulisan ialah dewa Thoth,


sebagai juru tulis dewa (care taker). Dewa ini membagikan huruf
dalam bentuk paket berdasarkan strata dan penggunaannya.
Tingkatan paling atas adalah tulisan suci untuk menerima dan
mengemukakan informasi keilahiahan (huruf hieroglif), bersifat
pictograph. Strata dibawahnya diberi hak untuk menuliskan
keinginannya dengan hieratis sehingga dapat berkomunikasi
dengan yang lain seperti komunikasi kepada semasa mereka hidup
maupun dengan yang sudah mendahului serta yang akan datang.
Generasi berikutnya sudah mereka bayangkan kehadirannya, oleh
karenanya agar senantiasa terjadi kesinambungan perlu menuliskan
wasiat kepada penerusnya. dengan huruf demotis.

Nama raja ditulis dengan hieroglif, maksudnya untuk meninggikan


kedudukan seorang raja, baik sebagai pemimpin negara juga
sekaligus pemimpin agama. Bagi dunia Timur, gaya pemerintahan
negara agama sangat popular, apalagi negara yang sedang
mengalami perubahan pranata sistem sosialnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 133


Gambar 63: Contoh Huruf Pada Cartouche
Sumber: http://www.arden.com/theartifact/aegypt3/

e. Kepercayaan terhadap Matahari dewa tertinggi.


Bagi orang Mesir, agama dan kepercayaan merupakan inspirasi
penciptaan karya rupa. Kepercayaan tertingginya kepada matahari
yang mereka sebut Ra, Rhe. Menurut kepercayaannya semua yang
ada di dunia ini hidup jika matahari ada. Matahari memberi
penghidupan kepada jasad renik sekecil apapun, karena dia mampu
memberi senyawa. Kepercayaan ini menjadi berlebihan sehingga
timbul mitos raja adalah keturunan matahari, karena raja mampu
memberi penghidupan rakyatnya. Berangkat dari sini diciptakan
lambang-lambang visual.

Akhirnya, pemujaan kepada dewa matahari berkembang kepada


pemujaan teman dan sahabat dewa matahari. Kercayaan orang
Mesir Kuno terhadap sejumlah sahabat dewa matahari menjadi
politeistme, antara lain:
1) Amon: dewa utama dari Thebe, dewa nasional Mesir yang biasa
dijadikan satu dengan dewa matahari Amon-Re, diwujudkan
sebagai manusia.
2) Anubis: dewa pengawetan jenasah, digambarkan manusia
berkepala anjing.
3) Hathor: dewa cinta berbentuk wanita bertanduk atau berkepala
lembu.
4) Horus: dewa matahari dari Edfu, digambarkan sebagai matahari
bersajap.

134 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


5) Isis: istri Osiris, ibu horus, Dewi cinta dan sebagai Ibu dewi.
6) Maat: dewi kenyataan dan keadilan, dengan bulu burung onta
dikepala.
7) Osiris: raja dunia akhirat, dipuja sebagai hakim pengingat agar
berkorban untuk kehidupan kekal. Dewa Osiris juga sebagai
pencabut nyawa.
8) Ptah: dewa pencipta dari Memphis dan pelindung kesenian. Re
: dewa matahari, digambarkan berkepala elang dan matahari.
9) Thoth: berbentuk manusia berkepala ibis, sebagai dewa ilmu
pengetahuan, dan juru tulis dewa.
10) Seth, atau disebut dewa neraka, gelap dan kegelapan;
menguasai padang pasir. Dia juga sering disebut oleh dewa
kesuburan.
11) Math, dewa dipuja lantaran dianggap dewa kebenaran dan
kesucian.
Dewa-dewa yang bertugas merusak, memelihara dan mencipta
ini menurut tradisi mereka dapat disiasati dengan menciptakan
properti dewa berupa lambang. Lambang ini diciptakan sesuai
dengan karakter dewa

a) Led : jimat yang dapat menjamin perlindungan


Osiris

b) ANKH : lambang kehidupan, atau dapat


dikatakan sebagai lambang the eternal of life, yaitu lambang
kekekalan hidup

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 135


Weja : lambang api, digunakan untuk
mengalah kan besidan akhirnya menjadi lambang
keemasan, perhiasan emas serta bau sedap dan
menyenangkan.

c) Menat : lambang, keturunan, kesuburan, hadiah


perkawianan, dan hadiah pemeliharaan

Vulture : lambang pertahanan dan kekuatan


dari dewa Isis, digunakan untuk penolak kutukan dan
penyakit digunakan bersama palang Ankh.

d) Uasek : kalung pemberi kekuatan untuk


pelepasan diri dari pembalut maut.

e) Mata dewa Horus: lambang kekuatan yang


sesungguhnya, dan penjelmaan dewa Matahari (Ra) yang
digunakan pada waktu upacara permintaan kepada dewa
Ra.

136 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Tet : Menggambarkan tiga kebenaran dalam
dunia ini, lingkaran di atas menunjukkan kepala dewa Isis
yang merahasiakan kematian dengan badan dewa Osiris
yang sangat adaptif bentuknya. Lambang kemantapan dan
kuat.

f) Guci Hati : lambang berpikir halus dan


kebaikan, kehidupan tenteram dan melindungi kematian.
Digambarkan guci tanpa kepala adalam body yang
sempurna di surga.

Dari lambang tersebut dapat diketahui, ternyata kepercayaan


mereka tentang kehidupan sesudah mati sistematis.
Kepercayaan ini memberi inspirasi baru terhadap penciptaan
karya rupa, misalnya: jenasah harus awet tidak boleh rusak atau
hancur maka diawetkan menjadi mumi. Mumi dimasukkan
sarcopagh agar tidak rusak dan makam diperkuat agar harta
karun dapat menyertai kepergian raja di alam baka. Maka
diciptakan mastaba atau piramida untuk mengamankan mumi.

f. Perkembangan Kerajaan di Mesir


1) Kerajaan Mesir Kuno ( 2650 -  2190 SM).
2) Kerajaan Mesir Kuno masa pemerintahan Firaun dari dinasti 3 -
8 dan di Memphis (dekat Kairo sekarang), yang terkenal ialah
Joser dari dinasti 3 dan Khufa, Chafre dan Menkaura dari
dinasti ke-4.
3) Kerajaan Tengah (2000 – 1700 SM).

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 137


4) Pemerintahan Mesir Kuno dipecah menjadi dua bagian (atas
dan bawah) agar memudahkan memerintah. Masa Menemhet,
kerajaan lebih maju dari induknya sehingga terjadi perpecahan
hebat.
5) Kerajaan Baru (1580 – 1000 SM).
6) Kerajaan Mesir Baru mencapai puncak keemasannya, kekayaan
negeri tetangga dirampas dikumpulkan dalam kerajaan dan
kemajuan pembangunan piramida juga terlihat pada abad 18,
19, 20 SM.

g. Hasil Kesenian
1) Piramida
Alam Mesir bertemperatur tinggi, kadang lebih dari 42 derajat.
Kondisi ini menyebabkan terjadinya graniet, bazalt, batu kapur,
marmer, dioriet dan lainnya. Batu alam dipergunakan untuk
bangunan: makam raja dan orang terkemuka. Mereka berprinsip
bahwa makam adalah rumah pasca hidup yang bersifat kekal
dan abadi. Untuk itu dibangun tempat sesaji, karena para ahli
waris harus dapat menempatkan dan memberi sesaji, makanan,
minuman, kemenyan. Dibuat juga, ruang penempatan patung
yang meninggal. Biasanya, makam raja merupakan bangunan
kelompok misal, makam raja Chafra merupakan kelompok yang
terdiri :
a) Piramid jasad Firaun, di dataran tinggi barat sungai Nil.
b) Makam raja Joser di Sakkara berbentuk jenjang merupakan
susunan mastaba.
c) Susunan piramida di atas mastaba (bent pyramid), terdapat
di Dahshur.
d) Piramida di Gizeh lambang ben-ben, emblem dari Amon-ra
dewa matahari.

138 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 64: Kompleks Piramida raja Khufu di Gizeh
Sumber: Heinrich., 1950

Gambar 65: Susunan Piramid Raja Khufu Di Gizeh (Penampang


Vertikal)
Sumber: Heinrich., 1950

Keterangan:
1. ruang jasad raja
2. ruang jasad permaisuri
3. ruang bawah
4. gang tinggi (besar)
5. gang rangkainya
6. lobang masuk disebelah utara; dari luar tak tampak karena
tertutup batu lapisan luar.
A. = inti dibuat dari balok-balok batu alam yang bertatahan
kasar.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 139


B. = lapisan luar dibuat dari graniet atau batu kapur yang
digosok halus puncak dripada.

2) Mastaba
Kata mastaba berarti bangku, atau disebut juga sebagai bangku
kematian. Hal ini menunjukkan adanya hubungan fungsi
sarcopagh dengan meja kubur yang merupakan cirri makam
jaman primitif. Mastaba terdiri dari dua bagian :

Gambar 66: Struktur Mastaba


Sumber: Jauhar Arifin, tt

a) Bagian atas tanah yang berbentuk piramid terpancung


dengan denah persegi panjang.
b) Bagian di bawah permukaan tanah yang merupakan ruang
menyimpan jasad.

3) Seni Hias

140 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 67 Ornamen ular Kobra (animal)

Gambar 68 Ornamen Kanteleen (vegetal)

Dua buah motif ornamen Mesir Kuno yang sering nampak dalam
piramida, karya ini sengaja tidak ditampakkan, karena suatu
kepercayaan bahwa hiasan dibuat untuk raja yang meninggal.
Disamping itu ornamen tersebut diciptakan dalam dua bentuk:
pertama dalam bentuk ornamen gambar atau warna, dan kedua
ornamen relief yang dipahatkan pada dinding piramida sebelah
dalam.

4) Seni Lukis
Lukisan relief makam menggambarkan pengetahuan tentang
kehidupan sehari-hari orang Mesir jaman Kerajaan Kuno.
Lukisan dan Relief tertua didapatkan pada perabot dan palet.
Dinasti ketiga menghasilkan relief atau lukisan yang berusaha
menyederhanakan bentuk. Sebaliknya dari dinasti ke-5 dan 6
sejumlah relief dipahatkan pada mastaba para bangsawan
(yang terkenal makam Ti). Diskusi yang sering muncul adalah
bentuk relief Mesir Kuno tersebut diberi warna sehingga sulit
dibedakan bidangnya. Seni lukis atau relief.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 141


Gambar 69: Pallet
Sumber: http://www.arden.com/theartifact/aegypt3/

5) Seni Patung
Untuk mengelabuhi, bangunan makam dilengkapi dengan
patung, patung Mesir diciptakan untuk kebutuhan upacara dan
penyembahan. Diantaranya secara tradisi patung yang terdapat
dalam makam dapat disebutkan sebagai berikut:
a) raga; Ka, dilahirkan bersama dengan raga, maka tetap
menjadi satu dengan raga, pada saat meninggal Ka terpisah
dari raga;
b) Ba, ialah jiwa atau ruh. Ba sering digambarkan sebagai
burung berkepala manusia.

Patung-patung Mesir Kuno masih kaku, posisi tubuh frontal dan


kedua kaki dan tangan relatif belum mewujudkan gerakan yang
baik. Beberapa patung diciptakan selaras dengan piramida dan
mastaba. Patung tersebut variatif, sebagian diberi warna
sehingga kelihatan hidup, namun pada patung karang dibiarkan
polos.

142 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 70: Patung Ranefer posisi berdiri tegak
Sumber: Heinrich., 1950

Gambar 71: Patung Patung Raja Kafra


Sumber: Heinrich., 1950

h. Kesenian Islam
1) Al Qur‘an dan Hadits sebagai sumber kebudayaan Islam
Kesenian Islam diciptakan oleh para pemeluk agam Islam. Ide
penciptaan kesenian berasal dari ajaran agama Islam kemudian

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 143


direpresentasikan kedalam visi Islam, dan sebagian diantaranya
merupakan visualsasi budaya berakar dari ajaran agama Islam.
Kehadirannya tidak saja di negeri Arab saja melainkan di
beberapa negeri yang mendapat pengaruh agama Islam seperti
Eropa, Afrika, Asia dan di semenanjung Arab sendiri. Kesenian
Islam bukan hanya kesenian Arab (catatan: kesenian Arab
dipengaruhi oleh kesenian sebelum Islam yaitu kesenian zaman
Jahiliyah).

Dalam siar agama, kepercayaan Islam juga mengenal tokoh


penyampai pesan Tuhan yaitu rasul maupun nabi (archetypal
man, sistem kepercayaan ini kalau di Jawa berkembang istilah
wali). Archetypal man agama Islam yang terkenal adalah
Muhammad yang menerima wahyu untuk disebarluaskan dalam
bentuk buku kitab suci Al Qur‘an. Kepercayaan Islam
berdasarkan Al Qur‘an, oleh pemeluknya diyakini sebagai
sumber dari segala sumber peraturan atau tradisi. Lewat wahyu
dan Hadits yang disampaikan oleh rasul berkembang
kebudayaan Islam. Hirarki tertinggi adalah Al Qur‘an. Dari Al
Qur‘an dan Hadist ini disusun ide dan pranata sistem
kebudayaan.

Skema di bawah ini menunjukkan bahwa kitab suci Al Qur‘an


diyakini sebagai sumber kepercayaan (agama) dan juga
kebudayaan. Termasuk di dalamnya adalah implementasi tata
aturan tersebut untuk penciptaan karya seni. Karya seni sebagai
bagian dari hasil kebudayaan Islam, dan kebudayaan Islam
bersumber dari Al Qur‘an. Daerah-daerah pengaruh
kepercayaan Islam tersebut menerjemahkan kebudayaan Islam
ke dalam faset kehidupan termasuk kesenian. Kesenian tidak
dan bukan merupakan alat serta media representasi
kepercayaan seperti pada kesenian sebelumnya.

144 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 72: Skema Alur Pengaruh terhadap Penciptaan Kesenian
Islam

Sejarah Islam tercatat sejak Chalifah Umar (634 – 644)


menaklukkan daerah sejak dari Eropa sampai Asia. Selama
pemekaran wilayah, ternyata kelompok Umar juga menyebarkan
agama. Pada kesempatan ini agama yang menyebar akhirnya
menyatu dengan budaya dan pandangan hidup daerah
jajahannya. Oleh karenanya kesenian Islam sendiri mempunyai
banyak corak sesuai dengan corak daerah jajahannya.
Perjalanan seabad mampu memberikan nuansa Islam mulai dari
Spanyol sampai India yang terbagi dalam 5 kelompok besar
corak kesenian Islam. Diantaranya:
a) Aliran Arab, berada di Saudi Arabia, Syria, Palestina, dan
Mesir,
b) Aliran moor, di Afrika Utara dan Spanyol,
c) Aliran Turki di Asia kecil, semenanjung balkan dan lain-
lainnya;

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 145


d) Aliran Persia di Persia, Mesopotamia dan India;
e) Aliran Indonesia, di Indonesia.

Untuk memahami aliran ini beberapa ahli menemukan cara


mengidentifikasi bentuk dan isi aliran kesenian Islam. Inti aliran
kesenian terletak pada cara mengungkapkan dan seberapa jauh
kesenian asli masih bertahan menerima norma dan visi Islam
dalam peradaban daerah. Sebagai contoh kesenian Indonesia,
tradisi bangsa Indonesia yang masih kuat mampu
menerjemahkan kesenian Islam menjadi kekhasannya. Ornamen
figual pengembangan kesenian Islam yang dibawa oleh para
penyebar agama lewat jalur perdagangan ini menjadi ciri khas
kesenian Indonesia.

2) Hasil Kesenian.
Kesenian Islam bersumber dari kepercayaan. Berangkat dari
kebutuhan inilah masjid berkembang. Satu rangkaian dengan
bangun masjid ini muncul seni hias, bentuk kubah atau atap,
menara, pancaran air, mikhrab, maksurah maupun mimbar.
a) Seni bangun masjid:
Masjid yang pertama kali hadir adalah Nabawi di Medinah.
Tata susunnya sederhana, dinding terbuat dari tanah liat
dilengkapi 3 pintu gerbang. Masjid tersebut merupakan
masjid terbuka (tidak beratap) dikelilingi oleh dinding dan di
tengah ada halaman yang dilengkapi pancaran air untuk
wudlu (Sahn el dzjama). Arah sembahyangnya Jerusalem,
maka dinding utara merupakan kiblat. Setelah ada perubahan
arah menghadap kiblat (Mekah), dinding selatan dilengkapi
dengan serambi dan dibuat pula mikhrab. Di depan lengkung
mikhrab agak kesamping diletakkan tempat duduk yang
terbuat dari papan kayu untuk nabi disebut mimbar. Contoh
masjid yang lengkap seperti susunan di atas berada di Fustat
di Mesir. Masjid Amru didirikan pada tahun 642, dinding
bagian dalam masjid Amru dilengkapi serambi, dan atap

146 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


datar dari kayu dipikul dengan arcadon (arcade) berupa
deretan lengkung yang dipikul oleh tiang penyangga.

Gambar 73: Denah Masjid Amru

Gambar 74: Denah Masjid Qusyair Amra


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 22

Contoh gambar masjid Qusyair Amra (daerah Andalusia)


pengembangan masjid halaman, denah tradisional segi
empat sudah berbentuk segitiga dilengkapi dinding
sederhana dan parit.

b) Gaya Lengkung Bangunan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 147


Kelengkapan bangunan masjid adalah hiasan seperti
kaligrafi, lengkung dan lukisan dinding. Dengan hadirnya
aliran ini ternyata juga mempengaruhi bentuk lengkung dan
hiasan yang lain. Salah satu bentuk lengkung difungsikan
sebagai penyangga adalah arcade. Ide arcade ini adalah
tiang-tiang penyangga balok architraft dan dilengkapi dengan
relung yang juga mirip dengan arcadenya. Diperkirakan
bentuk lengkung ini berasal dari peninggalan Yunani mirip
dengan lengkung lunas kapal.

Gambar 76: Lengkung masjid


Gambar 75: Tiang Masjid
Cordova
Qoiruwan
Sumber: Titus Burckhardt,
Sumber: Titus Burckhardt,
1976: 75
1976: 125

148 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 77:
Gambar 78: Arcade lengkung tajam
Arcade bertingkat
disangga oleh tiang-tiang
Masjid Cordova
Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 65
Sumber: Titus
Burckhardt, 1976:
127

c) Seni Mimbar
Mimbar merupakan seni Islami, perkembangan mimbar
dimulai dari tempat sembahyang nabi berupa tumpukan
papan atau balok kayu dan terpisah dengan dinding
bangunan. Kelengkapan mimbar adalah ukiran dan beberapa
diantaranya diberi hiasan atap mirip atap dengan bangunan
induknya, seperti atap lengkung atau ziggurat. Sebagian
besar mimbar tidak dihiasi dengan gambar atau ornamen
makhluk hidup. Hal ini mengikuti anjuran (Hadits Rasullulah,
yang diriwayatkan oleh Buchori Muslim 125) yang
menyatakan larangan menggambarkan makhluk hidup. Dari
aturan ini menjadikan beberapa karya Kesenian Islam tidak
membuat atau menempatkan makhluk hidup dalam
bangunan maupun hiasan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 149


Gambar 79: Mimbar Gambar 80: Mimbar masjid
Sokullu, Istanbul-Turki Sulaiman, Istanbul-Turki
Sumber: Titus Burckhardt, Sumber: Titus Burckhardt, 1976:
1976: 15 20

Gambar 81: Mimbar Gambar 82: Mimbar Masjid


Khanakah, Sultan Barquq, Teheran-Iran
Kairo Sumber: Titus Burckhardt, 1976:
Sumber: Titus Burckhardt, 22
1976: 20

d) Seni Bangun Atap (vault)


Perkembangan bentuk atap seiring dengan perkembangan
masjid. Pada masjid Nabawi atap terbuat dari daun kurma
yang dirangkai sedemikian rupa dalam berbagai bentuk. Atap
ini bermula untuk meneduhi kepanasan Rasulullah pada
waktu menjadi imam dan chatib sekaligus. Namun selang
berapa tahun atap yang tidak permanen ini kemudian
dibangun dengan bentuk yang variatif menuju bentuk-bentuk
yang semakin sempurna.
(1) dari bentuk sarang laba-laba yang disebut dengan
muqarnas;
(2) Stalagnit air di gua yang mengesankan jatuh ke lantai
dan
(3) Relung simetris dari ornamen tumbuhan.

Perkembangan bentuk atap mendapatkan berbagai


pengaruh:
(1) pengaruh kesenian tradisional (local genius)

150 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


(2) pengaruh kesenian Arab Jahiliyah (primitif) sebelum
Islam
(3) dari kesenian Kristen, bekas jajahan.

Gambar 83: Bentuk Awal Lengkung


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 25

Gambar 84: a, b. Muqarnas di masjid Khargird, Khurasan-Persia


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 27

Gambar 85: Masjid Jum‘at di Veramin, Teheran-Iran


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 43

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 151


e) Bangun Kubah
Karakteristik suatu bangunan masjid adalah kubah atau
lengkung atap bangunan. Dalam kesenian Islam bentuk
kubah variatif sekali, dan gaya ini mendapat pengaruh dari
berbagai kesenian daerah maupun kesenian bekas jajahan.
Beberapa diantara masjid yang berdiri merupakan pengalihan
fungsi bangunan gereja (rumah ibadah umat Katolik dan
Kristen). Akibat kekalahan perang bangunan tersebut diubah
menjadi gereja.

Gambar 86: Gaya Turki – Yugoslavia


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 55

Gambar 87: Masjid Gaya Mesir


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 91

152 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 88: Gaya Persia–India Gambar 89: Masjid Aya
Sumber: Titus Burckhardt, Sophia
1976: 109 Sumber Titus Burckharrdt,
1976: 108

Gambar 90: Masjid Gaya Arabia-Syria


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 110

f) Seni Bangun Menara


Kebudayaan Islam mempergunakan dan memfungsikan
menara sebagai tempat adzan, oleh karena itu kehadirannya
diharapkan mempunyai makna simbolik. Kata menara
berasal dari menaret yang berarti cahaya, selanjutnya
dijadikan satu kefungsiannya dengan masjid pada waktu
Khalifah dari Bani Umayah yaitu al Walied (705–715).
Akhirnya tradisi membuat menara ini nantinya berkembang
pada setiap aliran kesenian Islam.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 153


Gambar 91: Menara Gambar 92: Menara Masjid
Masjid Seville Qairuan
Sumber: Titus Burckhardt, Sumber: Titus Burckhardt,
1976: 82 1976: 82

Gambar 93: Menara Jam, Gambar 94: Menara


Afganistan Samara
Sumber: Titus Burckhardt, Sumber: Titus
1976: 83 Burckhardt, 1976: 76

Gambar 95: Menara Ibnu Tulun


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 83

154 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


g) Pancaran air (sebil)

Istilah sebil sering


digunakan dalam
kesenian Islam untuk
menunjukkan pancaran air
atau pancuran yang
berfungsi sebagai tempat
wudlu. Salah satu tempat
wudlu di aliran Moor,
tepatnya di masjid
Cordova digunakan
hiasan kepala singa untuk
memancarkan air wudlu.

Gambar 96: Pancaran air Masjid Seville


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 79

Gambar 97: Pancaran air di Gambar 98: Pancaran air di Al


Madrasah Bou Inaniyah Hambr
Sumber Titus Burckhardt, Sumber: Titus Burckhardt,
1976: 112 1976: 111

h) Moristan
Kata lain untuk menyebutkan rumah sakit atau tempat
berobat bagi rombongan kafilah dan para musafir. Pada
suatu ketika tabib tersebut berkumpul pada suatu masjid
halaman dan membuka praktek pengobatan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 155


Gambar 99: Moristan Ulu Gambar 100: Moristan
Cami Divrigi-Turki
Sumber: Titus Burckhardt, Sumber: Titus Burckhardt,
1976: 62 1976: 62

i) Khan atau Karavanserai


Bangunan ini mirip dengan ukail tetapi menyatu dengan
kereta. Bangunan ini tidak sengaja dibangun melainkan
menyatu dengan kereta, oleh karenanya lebih tepat jika
dikatakan sebagai kereta berdagang.

Gambar 101: Pasar Gambar 102: Kharavanserei di


Fest Merdina-Maroko Asad Pasha-Damaskus
Titus Burckhardt, 1976: Sumber: Titus Burckhardt,
56 1976: 57

j) Madrasah
Madrasah merupakan bangunan belajar (sekolah), kemudian
menyatu dengan masjid, karena pada waktu berdagang para
kafilah tinggal sebentar di halaman masjid sekalian belajar

156 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


agama. Lama kelamaan berfungsi sebagai masjid-sekolah.
Madrasah ini kemudian berdiri sendiri dan menjadi sekolah
khusus. Perkembangan mutakhir, madrasah menjadi satu
komplek dengan masjid dan makam (maoseleum).

k) Istana
Seiring dengan perkembangan penyiaran agama Islam,
beberapa seni bangun masjid maju dengan cepatnya. Disisi
lain, ternyata seni bangun Islam tersebut berkembang
menjadi seni bangun secular, seperti beteng, istana, dan
taman. Seni bangun beteng menyatu dengan susunan
kompleks istana, dan taman. Eksterior taman menyatu
dengan kompleks istana sebenarnya bukan hal baru, ide ini
datang dari kesenian sebelumnya dan juga kesenian Kristen
yang dibawa oleh para pengikut Kristen sebelum Islam masuk
wilayah jajahan. Salah satu taman al Hambra, susunannya
menyatu dengan kompleks istana. Taman tersebut dihuni oleh
para harem (isteri) raja yang dilengkapi dengan taman.

Gambar 103: Interior al Hambra


Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 86

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 157


Gambar 104: Denah al Hambra
Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 86

l) Kuburan
Seni bangun kubur di dalam kesenian Islam dilengkapi
dengan turbah adalah suatu bangunan yang didirikan di atas
makam (cungkup-bahasa Jawa). Bangunan ini semuanya
merupakan bagian susunan masjid, oleh karenanya
kehadirannya mempunyai pengertian yang bervariasi, seiring
dengan masjid. Namun, lama kelamaan bangunan ini
didirikan terpisah dengan masjid. Karakteristik bangunan ini
nantinya dapat berkembang menjadi maoseleum atau masjid
kuburan seperti makam Taj Mahal dibuat India. Di Kairo
terdapat bangunan turbah yang diperuntukkan sultan dan
para pengikut setia raja; bangunan ini terbuat dari batu
marmer.

158 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 105: Contoh Makam Hudavend Hatun Di Nigde
Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 87

3) Seni Hias
a) Ornamen dinding dan keramik
Kesenian di daerah Persia lebih banyak mengkreasikan
masjid sebagai medium ekspresinya. Mulai dari atap, langit-
langit, dinding sampai pada lantai. Karya keramik yang
sebenarnya diperuntukkan perabot rumah tangga diciptakan
untuk dinding, hingga kini menjadi andalan kesenian Islam
pada daerah tertentu.

Keramik dinding yang digunakan dengan teknik fayence


yaitu mengalami beberapa kali pembakaran dan
pembentukannya dengan disisipi materi lain, sehingga
terkesan susulan. Sebenarnya yang menarik selain keramik
lantai, dengan berbagai motif geometris, juga keramik
dinding dengan teknik mefel.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 159


Gambar 106: Hiasan Keramik pada Mikhrab
Sumber: Titus Burckhardt, 1976: 104

b) Ornamen Karpet dan Bordir


Kesenian Islam mengekspresikan pada ornamen, diantara
yang paling menonjol adalah ornamen geometris pada
karpet. Jenis karya seni ini diterapkan pada kain, karpet, dan
desain tegel (ornamen lantai). Kebanyakan diantara yang
muncul adalah motif tumbuhan atau vegetal yang
diselesaikan secara geometris. Beberapa diantara yang
muncul adalah kreasi dari bunga mawar (rozet) dengan
menonjolkan garis-garis tulang bunga yang dikuatkan
dengan kontur. Biasanya terdapat kesatuan ide antara
ornamen lantai dengan ornamen lengkung langitan.

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran dalam kegiatan modul ini lebih menekankan


kemandirian pembelajar sehingga sangat diperlukan keaktifan dalam
beraktivitas baik secara personal maupun kelompok. Selain itu juga
dibutuhkan kedisiplinan, pemahaman berpikir kritis, minat, dan kemampuan
sendiri. Dalam aktivitas pembelajaran digunakan pendekatan ataupun
metode yang bervariasi, tetapi karena pembelajaran yang dilakukan adalah
pembelajaran seni maka sangat diperlukan juga pendekatan estetik.
Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran selalu dikaitkan dengan norma atau nilai-nilai perilaku peserta,
yang akan terrefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter tidak hanya pada ranah kognitif, tetapi menyentuh pada

160 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik di
lingkungan sekolah sampai pada lingkungan masyarakat.

Serangkaian kegiatan belajar yang dapat Saudara lakukan untuk


memantapkan pengetahuan, keterampilan, serta aspek pendidikan karakter
yang terkait dengan uraian materi pada kegiatan pembelajaran ini.
1. Pada tahap pertama, Saudara dapat membaca uraian materi
mengidentifikasi perkembangan seni rupa Timur, atau membaca teks
secara cepat dan menyeluruh untuk memperoleh gambaran umum
materi, serta mengamati gambar-gambar perkembangan seni rupa
Timur pada modul ini.
2. Berikutnya Saudara dianjurkan untuk membaca kembali materi secara
berurutan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari keterlewatan
materi dalam bahasan kegiatan pembelajaran ini.
3. Fokuslah pada materi atupun sub materi yang ingin dipelajari.
4. Baca baik-baik informasinya dan cobalah untuk dipahami secara
mandiri sesuai dengan bahasan materinya.
5. Latihkan secara personal atau berkelompok materi praktek dan
sesuaikanlah dengan prosedur yang ada di modul. Ulangi latihan
tersebut sampai Saudara terampil sesuai tingkat pencapaian yang
ditentukan dalam modul.
6. Setelah semua materi Saudara pahami, lakukan aktivitas pembelajaran
dengan mengerjakan lembar kerja berikut.
Lembar Kerja 3.
Menganalisis Perkembangan Seni Rupa Timur
Tujuan:
Melalui diskusi Saudara diharapkan mampu membuat rencana untuk
menganalisis perkembangan seni rupa Timur dengan memperhatikan
kemandirian, kedisiplinan, menghargai perbedaan pendaat serta
memiliki kemauan kuat untuk lebih kreatif.
Langkah Kerja:
a. Persiapkanlah alat dan bahan untuk kerja kreatif dengan semangat
kerjasama, disiplin, saling menghargai, dan menjaga keaktifan
berkomunikasi dengan sesama peserta maupun fasilitator.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 161


b. Pelajarilah lembar kerja rencana mengidentifikasi perkembangan
seni rupa Timur.
c. Baca kembali uraian materi, lakukanlah studi referensi lainnya yang
mendukung dan observasi baik secara langsung atau berdasar
pengalaman kemudian diskusikan dengan sesama peserta untuk
mendapatkan pemahaman dan teknik tertentu dalam
memvisualkannya.
d. Isilah lembar kerja rencana mengientifikasi perkembangan seni
rupa Timur, untuk mendapatkan hasil yang optimal dan proses
kerja yang cermat dan teliti.

Lembar Kerja Rencana menganalisis perkembangan seni rupa Timur


No. Aspek Perencanaan Hasil Identifikasi
1
2
3
4
5
6
7

7. Dalam kegiatan diklat tatap muka penuh, Lembar Kerja 02 ini Saudara
kerjakan di dalam kelas pelatihan dengan dipandu oleh fasilitator.
Dalam kegiatan diklat tatap muka In-On-In, Lembar Kerja 3 ini Saudara
kerjakan pada saat on the job training (On) secara mandiri sesuai
langkah kerja yang diberikan dan diserahkan serta dipresentasikan di
hadapan fasilitator saat in service learning 2 (In-2) sebagai bukti hasil
kerja.

162 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Pembelajaran yang berfungsi untuk membangkitkan rasa ingin tahu,
minat, dan perhatian Saudara tentang suatu tema atau topik
pembelajaran akan menginspirasi saudara untuk aktif belajar, serta
mendiagnosis atau mencari tahu kesulitan yang akan dihadapinya. Hal
ini dilakukan dengan cara menstrukturkan tugas-tugas dan
menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas substansi
pembelajaran yang diberikan.

E. Latihan / Kasus / Tugas

Buatlah kajian untuk menganalisis ciri-ciri seni rupa Timur.

F. Rangkuman

Secara garis besar Kesenian Timur berlandaskan agama atau kepercayaan,


dan kondisi ini mempengaruhi cara cipta mereka (lihat cara cipta seni:
Theory of Magic and Rellegy). Cara tanggap agama /kepercayaan mereka
berbeda-beda sehingga cara merepresentasikan dalam karya juga variatif.
Beberapa pustaka sejarah banyak menyebutkan, bahwa suatu kepercayaan
(agama dalam arti kuno) terdiri atas tiga struktur yang kuat yaitu:
kepercayaan merupakan tiang kehidupan bangsa Timur (theocentric), maka
karya seni berpusat kepada Tuhan. Tuhan digambarkan sebagai kekuatan
tunggal yang menguasai kehidupan, yaitu kehidupan konteks batin maupun
jasmaniah. Kekuatan Tuhan terikat dengan nyawa atau ruh yang dapat
menggerakkan cipta-rasa dan karsa manusia sehingga dapat menikmati
dunia nyata ini. Pada peristiwa tertentu, Tuhan memberikan wewenang
kepada raja sebagai care taker dunia, yaitu pemberian hukuman fisik
kepada manusia, karena sifat Tuhan yang maha halus. Sedang versi lain,
Tuhan juga tidak dapat berhubungan langsung dengan manusia, maka
diciptakannya malaikat untuk membawa berita kepada manusia terpilih
(archetypal man) untuk menyampaikan berita Tuhan. Adapun konsepsi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 163


G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Modul ini merupakan salah satu sarana ataupun media belajar yang paling
sederhana dan dapat dijadikan sebagai acuan belajar tentang
mengidentifikasi perkembangan seni rupa Timur Kesederhanaan modul ini
diharapkan dapat merangsang dan merefleksikan spirit untuk lebih banyak
lagi melakukan latihan-latihan mengidentifikasi perkembangan seni rupa
Timur. Dalam latihan yang dilakukan dengan berbagai media yang paling
sederhana sampai dengan media yang proporsional.

Materi tentang perkembangan seni rupa Timur dapat dipahami jika kita
banyak melihat, mengenal dan memiliki perbendaharaan visual karya-karya
seni. Selanjutnya perlu banyak membaca referensi sejarah seni, teori seni
maupun apresiasi seni. Dalam kegiatan pembelajaran ini hanya berisi
pengetahuan tentang perkembangan seni rupa Timur Dengan demikian
diharapkan setelah melakukan latihan-latihan dan mengerjakan lembar kerja
berdasarkan modul ini, selanjutnya dapat melakukan latihan-latihan
berikutnya dengan cara-cara yang lebih variatif.

Agar hasil pelatihan ini dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
peningkatan mutu pendidikan, perlu diadakan usaha-usaha nyata pasca
pelatihan yang dituangkan dalam program tindak lanjut dengan kata lain,
program tindak lanjut merupakan bentuk komitmen dari para stakeholder
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam program tindak
lanjut tersebut

Setelah mempelajari modul ini, Saudara diharapkan dapat melaksanakan


program tindak lanjut di sekolah masing-masing. Program Tindak Lanjut,
merupakan bentuk program yang bersifat rinci, sistimatis, sederhana dan
operasional, ditulis dalam bentuk metrik yang terdiri dari komponen tujuan,
jenis-jenis kegiatan, sumber daya yang mendukung kegiatan, indikator
keberhasilan sebagai alat kontrol atau evaluasi serta jadwal kegiatan.

164 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara
berkesinambungan. Peran kepala sekolah, guru, dan pengawas sangat
penting karena mereka yang akan berperan secara langsung dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di wilayah yang menjadi tanggungjawab
mereka.

Pada kesempatan ini Saudara dari masing-masing sekolah, baik guru


maupun kepala sekolah diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam
pembuatan program tindak lanjut. Perlu diingat bahwa hasil implementasi
program tindak lanjut yang berupa tagihan-tagihan akan memengaruhi
kompetensi Saudara

Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang
dilakukan oleh peserta diklat setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana
Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan
tanggung jawabnya.

Dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup


hal-hal sebagai berikut.
1. "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang akan dilakukan di tempat
kerjanya.
2. "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh
sehingga kegiatan yang direncanakan terlaksana dengan baik dan
benar.
3. "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang
harus dan perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut;
masyarakat, staf yang lain atau pimpinan lembaga.
4. "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu
kapan akan dimulai dan kapan akan berakhir.
5. "Di mana", yaitu menyebutkan di mana kegiatan tersebut akan
dilakukan. Apakah akan dilakukan di lapangan dengan widyaiswara dan
perangkat lembaga lainnya ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya
atau di unit kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di
luar lembaga lain yang terlibat di dalamnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 165


Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut yang telah disusun sebagaimana
telah diuraikan di atas, maka akan dengan mudah pihak yang
bertanggung jawab terhadap program pelatihan dapat mengetahui
keluaran dan hasil serta dampak pelatihan.

Dengan demikian, jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak


hanya ada di pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Hal yang
paling penting adalah komitmen dan dukungan dari semua pihak,
khususnya pimpinan lembaga atau instansi pengirim sehingga
pengetahuan dan keterampilan" yang didapat selama pelatihan bisa
diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus

Mohon dicermati pada uraian materi tentang seni rupa timur dan untuk
referensi visual dapat menggunkan sumber belajar lain.
1. Seni bangun, kaligrafi, seni hias, dan ornamen.
2. Jenis karya seni ornamen berkait dengan pelarangan menggambarkan
makhluk hidup sehingga para seniman muslim mencari jalan keluar agar
ekspresi diri tetap terjaga.
3. Menara dari kata menaret atau me-Nur et, Nur adalah sinar illahi, maka
menara adalah tempat untuk munyuarakan sinar ilahi yaitu shlat
bersama di masjid.
4. Persi, atau kesenian India, karena mendapat pengaruh dari daerah
Gujarat-India-Persia.

166 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


KEGIATAN PEMBELAJARAN 4
PERKEMBANGAN SENI RUPA BARAT

A. Tujuan

Setelah mempelajari uraian materi pada kegiatan pembelajaran 4 baik yang


bersifat pengetahuan maupun keterampilan, Saudara diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan seni rupa Barat
dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan
terbuka terhadap kritik dan saran.

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 4 ini, Saudara diharapkan


mampu menganalisis perkembangan seni rupa Barat yang ditandai dengan
kecakapan dalam:
1. memahami prasejarah seni rupa Barat dengan memperhatikan aspek
kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan
saran.
2. menganalisis perkembangan seni rupa di eropa masa Abad
Pertengahan dengan memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan,
kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan saran.
3. menganalisis Masa Gotik dengan memperhatikan aspek kemandirian,
kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan saran.
4. menganalisis Jaman Renaisance dengan memperhatikan aspek
kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan terbuka terhadap kritik dan
saran.
5. menganalisis Neoklassikalisme menuju Realisme dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan
terbuka terhadap kritik dan saran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 167


6. menganalisis modernisme dan postomodernisme dengan
memperhatikan aspek kemandirian, kedisiplinan, kerjasama dan
terbuka terhadap kritik dan saran.

C. Uraian Materi

Di bawah ini terdapat dua buah patung Yunani Kuno yaitu (gambar 104)
dewa pencipta karya seni, (gambar 103) dewi penata tari. Kedua patung
tersebut mempunyai wajah cerah seperti tersenyum dengan penuh
keramahan. Hal ini berbeda dengan patung di jaman kejayaan India ataupun
Mesir. Patung ini sengaja berpenampilan mirip manusia ideal yang berparas
cakap. Ide pematungan dewa memang berangkat dari kehidupan nyata,
bangsa Barat lebih menekankan kepercayaan yang realistis, sehingga
berbeda dengan kehidupan bangsa Timur yang selalu memikirkan
kehidupan pasca mati. Mereka tidak mau mengenal kehidupan pasca mati
yang dianggap abstrak. Kepercayaan terhadap banyak dewa (polytheism)
digambarkan tidak seperti orang Timur. Dewa-dewa bangsa Barat dibuat
tampak ceria, dan ideal manusia. Dewa orang Timur terasa angker penuh
dengan makna simbolis. Diantara dewa-dewa yang muncul adalah Zeus
sebagai dewa Agung.

Gambar 107: Dewa Pencipta Karya Seni Gambar 108: Dewa Penata Tari
Sumber: Up John, 1958: 66 Sumber: Up John, 1958: 67

168 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Poseidon sebagai dewa laut, Palas Athena sebagai dewi ilmu pengetahuan,
dan Appolo sebagai dewa kebudayaan, serta dewa Hermes sebagai dewa
perdagangan. Para dewa ini tinggal di gunung Olympus. Kedua patung
ciptaan masa Yunani Kuno ini merupakan hasil karya seni rupa yang
dianggap berhasil; karena susunan dewa yang sangat ideo-realistic dimana
dewa adalah idealisme manusia sempurna. Dewa adalah manusia yang
ideal dengan segala atribut kemanusiaan, bukan ideo-symbolik yang penuh
makna dari setiap properti dewa. Seiring dengan perkembangan seni
patung, nantinya seni lukis dan seni bangun juga mengalami perkembangan
ciptaan yang luar biasa. Beberapa karakteristik tampilan tiang Ionia dan
Doria dengan pilar bergerigi sebagai rumah pemujaan dewa Zeus.

Gambar 109: Beberapa model Tiang


Sumber: Up John, 1958: 121

Temuan pilar seperti diatas menunjukkan bahwa masa itu telah dikenal
pemerintahan yang sistemik. Pilar yang artistik diikuti dengan bentuk istana
yang megah serta hasil kesenian yang lain. Diantara yang menonjol adalah
relief pada istana Xerxes Persepolis. Bangunan ini diperkirakan sangat luas
yang didalamnya juga tersusun tempat pemujaan para dewa yang mereka
anggap berpengaruh terhadap kehidupannya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 169


1. Prasejarah Seni Rupa Barat

Gambar 110: Lukisan Dinding Altamira


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Cave_of_Altamira

Masa prasejarah di Eropa sekitar 30000-1000 SM, karya yang sangat


nampak untuk dipelajari adalah seni lukis gua, patung dan seni bangun.
Karya-karya tersebut sampai saat ini ada yang masih relevan untuk
dikaji ulang tentang ide dasar penciptaan. Walaupun masa ini bersifat
praduga, kesenian yang dihasilkan menunjukkan kualitasnya, nampak
nuansa magis yang realistik. Barangkali kondisi ini dipengaruhi oleh
alam yang selalu membuat manusia bekerja keras dan realistik.
Kepercayaan terhadap hal gaib diujudkan dalam bentuk karya rupa
simbolis-realistik Seni rupa prasejarah bersifat ritual dan magis, karena
penciptaannya dikaitkan dengan upacara religi dan kepercayaan
terhadap kekuatan gaib. Namun karya seni rupa tersebut juga
menunjukkan hasil keterampilan dan intelektualitas, misalnya masa
paleolitikum, mesolitikum, dan neolitikum. Beberapa karya yang dapat
diidentifikasi diantaranya lukisan dinding, patung batu dan masih global
belum detail. Sebagai contoh karya tersebut adalah seperti pada
gambar 111.

170 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 111: Relief Patung Biomofisme
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Cave_of_Altamira

Diperkirakan masa pembuatan setua lukisan dinding di Altamira pada


perioda palaeolithikum Tengah. Bentuk patung dewa Venus yang
dipahatkan pada batu karang. Selain patung, lukisan, di masa itu juga
didapatkan perhiasan manik-manik. Perhiasan ini tidak banyak karena
sebagian besar telah diambil tanpa ada persediaan yang ada. Beberapa
musium di Inggris memasang manik-manik perhiasan tersebut.

Masyarakat purba pada zaman paleolitikum (30000-8000 SM) hidup di


dalam gua-gua, sebagai pengumpul makanan dan berburu binatang.
Dalam kehidupannya di gua selama ribuan tahun ini, ternyata mereka
mampu melahirkan karya seni rupa yang bernilai tinggi. Peninggalan
seni rupa paleolitikum yang terkenal adalah lukisan dinding gua (cave
painting). Lukisan gua di antaranya terdapat di gua Altamira di Spanyol
utara dan Lascaux di Perancis selatan. Lukisan di gua Altamira di
temukan oleh Marcelino da Sautuola, seorang penduduk setempat
yang tertarik pada bidang arkeologi. Semula penemuan ini diragukan,
tetapi pada tahun 1901 Abbe Preuil seorang arkeolog terkemuka
berhasil membuktikan keasliannya. Objek yang dilukiskan di gua
Altamira adalah binatang yang berkesan tiga dimensional, dengan

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 171


warna kemerah-merahan, oker dan hitam (lihat gambar lukisan dinding
di atas). Lukisan ini menunjukkan aspek monumental.

Lukisan di gua Lascaux di daerah Dordogme Perancis ditemukan pada


tahun 1941. Lukisan gua ini menampilkan objek binatang seperti bison,
rusa kutub, kuda dan serigala. Warna yang digunakan merah dan
kuning oker, yang berasal dari tanah dan dicampur dengan dengan
lemak binatang. Lukisan di gua Lascaux, Altamira, dan tempat lain,
menunjukkan sifat naturalis. Ketajaman pengamatan tercermin pada
penggambaran objeknya yang akurat. Lukisan ini menampilkan aspek-
aspek yang paling esensial untuk mewujudkan kesan gerak dan watak
obyeknya serta keanehan, kecerdikan dan keganasannya.

Gambar 112: Goresan figur Gajah di dinding Gua Altamira


Sumber: Up John, 1958: 18

Gambar 113: Lukisan Dinding Bison di Gua Lascaux


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Cave_of_Altamira

172 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Di beberapa tempat, lukisan jari-jari tangan dalam bentuk negative
space, diciptakan dengan cara menempatkan jari-jari tangan pada
dinding gua dan kemudian di sekitarnya di cat atau ditiupkan warna.
Terdapat pula lukisan jari-jari tangan dalam bentuk positif, yang
diperoleh dengan cara menempelkan jari-jari tangan yang sebelumnya
dilumuri cat. Ditafsirkan bahwa maksud pembuatannya bukan sekedar
untuk hiasan melainkan berkaitan dengan upacara ritual magis.
Kenyataannya bahwa lukisan-lukisan tersebut terdapat di tempat yang
gelap dan sulit dicapai.

Manusia paleolitikum ini juga meninggalkan patung dan ukiran.


Peninggalan seni patung yang terkenal pada zaman ini adalah patung
wanita yang disebut patung Venus. Patung ini menonjolkan ciri-ciri
seorang wanita, dengan bagian wajah yang diabaikan. Contoh patung
Venus yang terkenal adalah Venus dari Willendorf. Tubuh patung
Venus ini terbentuk oleh gumpalan-gumpalan, yang menonjolkan
bagian buah dada, perut, dan paha. Patung Venus bermakna sebagai
patung kesuburan.

Gambar 114: Dewa Venus dari Willendorf


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Cave_of_Altamira

Seni ukir berupa benda seperti patung, yang terbuat dari gading dan
tanduk. Contohnya sebuah hasil ukiran yang melukiskan seekor bison
dengan kepala yang menoleh ke belakang. Selain untuk mengukir
dengan teknik torehan permukaan seperti pada bison ini, teknik ukir

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 173


juga digunakan untuk membuat relief. Contohnya adalah relief kuda
yang ditemukan di Cap Blanc, tidak jauh dari Lascaux. Beberapa bagian
dari relief ini memiliki kedalam sampai 20 cm.

Gambar 115: Patung Bison Licking Insect Bite


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Cave_of_Altamira

Setelah masa pencairan es akibat pertambahan suhu, maka terjadi


suatu masa transisi, yang dikenal dengan zaman Batu Tengah (8000-
3000 SM). Pencairan es ini menyebabkan perpindahan binatang dan
para pemburu meninggalkan gua. Selama masa ini muncul lukisan-
lukisan dalam bentuk yang kecil-kecil dengan kesan lincah dengan
tema perburuan, perang, upacara religi, dan penenan. Lukisan-lukisan
ini dikerjakan pada batu-batu tempat berlindung (rock shelter).
Penggambaran binatang dikerjakan secara cermat dan realistis seperti
pada lukisan gua yang terdahulu, dengan menonjolkan segi
gerakannya. Objek manusia yang jarang ditemukan pada zaman
paleolitikum ditampilkan dalam jumlah yang banyak dengan sikap dan
penempatan yang bervariasi.

Makna lukisan-lukisan tersebut mungkin juga bersifat magis seperti


lukisan gua terdahulu merupakan catatan bergambar tentang peristiwa
penting. Lukisan ini terdapat di tempat khusus, menunjukkan bahwa
lukisan tersebut bersifat sakral. Pada zaman Neolitikum (3000-1000
SM) terjadi perubahan yang mendasar dalam kehidupan manusia, yaitu
mulai menetap dan hidup dengan bercocok tanam dan berternak

174 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


(simple agriculture societies). Untuk mengisi waktu luang mereka
melakukan kegiatan keterampilan untuk membuat pakaian, dan
pengamatan terhadap lingkungan alam. Kegiatan ini menyadarkan
mereka atas kekuatan baik maupun jahat yang tersembunyi.
Kepercayaan mengarah kepada anima (ruh) pada pohon, sungai, batu,
dan gunung bersifat animisme, maka dilakukan kegiatan magis.

Sebelum zaman Batu berakhir (sekitar 1150 SM), pada beberapa


tempat di Eropa ditemukan tulisan sebagai alat komunikasi. Mereka
dapat menghitung dan memperkirakan perubahan dalam ruang dan
waktu. Hasil seni rupa pada zaman ini berupa monumen batu. Hasil ini
berhubungan erat dengan kebiasaan baru seperti cara penguburan dan
pemberian tanda pada tempat-tempat yang sakral. Monumen-monumen
ini ditemukan di Spanyol dan Portugal, yang daerah perkampungan
pertama di bagian Eropa, yang diduga sebagai hasil perluasan
kekuasaan dan ekonomi dari Timur Dekat. Jadi monumen batu ini
tampaknya merupakan hasil budaya asing yang diadaptasi oleh
penduduk setempat. Kebiasaan mendirikan monumen batu
berkembang ke arah utara hingga mencapai Inggris. Monumen batu di
Eropa yang paling barat terbuat dari batu-batu besar yang masih kasar.
Berat batu ini sampai berton-ton dan tingginya mencapai 70 kaki
(disebut megalith), maka kebudayaan ini disebut kebudayaan megalitik.

Gambar 116: Monumen Salesbury di Inggris


Sumber: Up John, 1958: 22

Monumen-monumen batu yang berkembang di Eropa pada sekitar 3000


SM ini terdiri atas dolmen, menhir, dan kromlekh. Dolmen berbentuk

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 175


seperti meja, sehingga disebut meja batu, yang berfungsi sebagai
tempat penguburan. Menhir berbentuk tiang batu dibuat untuk
keperluan religi, pemujaan arwah nenek moyang atau matahari.
Kromlekh terdiri dari batu disusun melingkar dan salah satu yang
terkenal Stonehenge di lembah Salisbury (barat daya London Inggris).
Namun teori-teori baru menyebutkan bahwa Stonehenge merupakan
bangunan dengan astronomi (perbintangan) dan berfungsi untuk
meramal musim (kalender astronomi).

2. Perkembangan Seni Rupa di Eropa Masa Abad Pertengahan

Masa pra-aksara sampai dengan masa aksara telah dilalui oleh bangsa
Barat. Temuan huruf dan pembakuannya menjadikan semua peristiwa
dapat didokumentasikan secara objektif sehingga semua orang dapat
membaca menginterpretasikan dan meneruskan isi dan perubahannya.
Pada prinsipnya pembicaraan seni rupa Eropa mulai menampakkan
gaya dan aliran, dibandingkan dengan perkembangan seni rupa di
dunia Timur. Unsur pencatatan lebih maju dengan demikian segala
perubahan dan gerak gerik perkembangan seni rupa didokumentasikan
secara teliti, karena pengaruh ilmu dan pengetahuan inilah akhirnya
kesenian Eropa mempunyai data yang akurat.

Seni di Eropa menjadi parameter perkembangan seni dunia. Eropa


mampu menerbitkan genre yang relatif terdokumentasi secara objektif.
Secara garis besar perkembangan atau tahapan perkembangan di
Eropa dapat diuraikan dalam 5 tahap satuan era perkembangan, yaitu:
a. abad Pertengahan (medieval);
b. renaisans;
c. neoklasikisme menuju realisme;
d. modernisme;
e. Posmodernisme.
Masa perkembangan abad pertengahan di Eropa dapat diuraikan dalam
tahap:
a. masa awal abad pertengahan;

176 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


b. seni rupa Kristen Bizantium (1000-1453 M);
c. seni rupa Bangsa Romawi.

Perkembangan ini tampak pada seni bangun, baik seni bangun profan,
secular maupun fasilitas umum. Secara paralel juga berkembang seni
patung serta relief yang dapat memberi gambaran kemampuan teknik
masa akademisme seni rupa. Beberapa diantaranya telah muncul seni
lukis klasik yang berfungsi sebagai pendukung penyebaran agama
Kristen.
a. Masa Perkembangan Agama Kristen
Abad Pertengahan dapat dikatakan masa kejayaan agama Kristen
di Eropa. Beberapa buku menuliskan 3 tahap pada masa ini:
1) Masa Awal mulai berkembangnya agama Kristen/Medieval
(tahun 300 – 700 M)
2) Masa kejayaan Bizantium (500-1453 M).
3) Masa munculnya Romawi (1000-1300). Pada masa awal abad
pertengahan sistematisasi agama Kristen kuat sekali; artinya
agama mempunyai rangkaian kegiatan upacara, sistem
keyakinan yang di formalkan, sistem sosial yang memberi
kekuatan pada kelompok tertentu cepat maju. Terhadap karya
seni pun agama Kristen mempunyai andil yang cukup besar,
karena terdapatnya sistem resepsi seni dan ekspresi seni diatur
dan dibicarakan terus hingga menemukan kanon estetika.

Akhirnya, agama memberi dorongan hadirnya kesenian yang


berporos pada sistem agama Kristen. Ide penciptaan dipagari oleh
iconografi dan menjadi kanon penciptaan karya seni. Seniman
merasa terkungkung dengan kondisi ini dan dimulai dengan
mencoba mengalihkan pandangan agama yang sangat kuat dalam
aturan penciptaan. Seni patung yang semula terangkat dalam
prosesi upacara, lama kelamaan menghilang kreasinya dan menjadi
mode hiasan di Gereja atau peristiwa upacara keagamaan. Dalam
pustaka tersirat kesenian yang muncul adalah seni bangun
(arsitektur), seni lukis, seni patung dan dekorasi. Kesemuanya

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 177


berorientasi kepada kepercayaan. Sebagian menyebutnya masa
kegelapan.

b. Masa Awal Abad Pertengahan


Pada masa awal ini yang menampak adalah perkembangan agama
dari poros agama menemukan titik besaran tumbuhnya ide seni dan
budaya masa abad pertengahan. Sebenarnya masa awal ini masih
banyak dipengaruhi oleh tradisi kesenian dimana sebagian daerah
masih mempertahankan pola-pola tradisi dalam berkesenian.
Agama Kristen sebagian belum dianut secara sesungguhnya,
karena tradisi kepercayaan masih kuat. Beberapa kesenian masih
menyatu dan mencari simbiosa ide dan teknik. Seperti seni bangun
dan beberapa seni patung masih melanggengkan prinsip lama,
namun sebagian sudah diinstruksi oleh agama. Hasil kesenian ini
akan menguatkan agama, menentang dan mengasimilasikan
dengan kondisi nyata pada saat itu. Seni bangun masa abad
pertengahan awal ini masih banyak mengambil ide dari kesenian
sebelumnya.

1) Seni Bangun Profan

Bangsa Romawi mulai mengembangkan ciri khas seni bangun,


ini merupakan perkembangan yang selangkah lebih maju.
Karya seni rupa Romawi muncul dengan ciri khasnya. Namun
seputar 500 M gaya tersebut memutar tema dari konsepsi fisik
menuju falsafah agama Kristen, yaitu pada waktu Konstantinopel
diangkat menjadi ibu kota kerajaan Romawi (330 M), dianggap
sebagai akhir kejayaan zaman Romawi.

Kebudayaan Romawi merupakan penerus peradaban Yunani


dan Etruska lebih tertarik kepada kehidupan keduniaan. Baik
bangsa Yunani maupun bangsa Romawi kurang tertarik
berbincang tentang live in here after (kehidupan alam baka).
Kehidupan yang disenangi pemikiran sekularitas atau

178 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


memusatkan perhatian pada eksploitasi dunia fisik. Kondisi alam
membuktikan bahwa alam membentuk cara berpikir dan
berperilaku mereka, pola ini mempengaruhi konsep penciptaan
karya seni rupanya. Contoh beberapa dewa biomorfis yang
mengidealkan bentuk seperti manusia sempurna. Persepsi
mereka terhadap sosok dewa ideal adalah manusia sempurna,
manusia yang mempunyai tubuh pekerja ulet. Patung Apolo,
Venus dan sebagainya memberi gambaran postur yang ideal
pada masa itu. Idealisme ini ditulis secara lengkap dengan
lampiran tugas utama, di samping itu sosok dewa dipatungkan
agar dapat memberi gambaran utuh bentuk manusia dewa.

Usaha mengeskplorasi alam sangat sempurna, terutama pada


usaha menemukan teknik pahat. Melalui keterampilan ini bangsa
Roma mengembangkan pula keterampilan memahat dan
mengkonstruksi bangunan. Logika yang didasarkan untuk
menjawab pertanyaan adalah membuat bangunan yang kuat
dan indah (arsitektural). Keterampilan teknik bangunan telah
menghasilkan berbagai jenis bangunan. Bahan yang digunakan
adalah kayu, batu bata, batu, stucco, dan beton. Maka dapat
dikatakan bahwa bangsa ini adalah bangsa yang pertama kali
menggunakan beton yang diperkuat dengan pecahan-pecahan
batu, yang sering kali ditutup dengan stucco, batu bata, marmer,
dan travertine (batu kapur yang keras dan berwarna terang).
Bangunan menggunakan sistem post and linlte dan sistem dasar
konstruksi lengkung (arch), langit-langit lengkung (vault), dan
kubah (dome). Vault adalah lorong yang dibuat dengan
memperpanjang lengkung setengah lingkaran. Pada awal abad
kedua S.M. vault ini kemudian dibuat bersilang menjadi cross
vault. Selanjutnya pemikiran ini berkembang dengan
menambahkan atau mengombinasikan teknik cor beton maupun
stucco dengan teknik pahat, sehingga bangunan terlihat lebih
mewah.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 179


Bangunan kolosium (gambar 113) ini menunjukkan kemampuan
membangun dengan teknik cor yang dikombinasikan dengan
pahat, terasa indah (arsitektural) dan kokoh. Jika, di Yunani
tiang digunakan sebagai unsur struktural, maka di Romawi tiang
tersebut digunakan sebagai unsur dekorasi. Batang tiang Yunani
terbuat dari susunan drum (bagian-bagian yang berbentuk
silinder), sedangkan batang tiang Romawi pada umumnya
terbuat dari batu yang utuh (monolitik).

Gambar 117: Bangunan Kolosium Gambar 118: Kuil


Sumber: Up John, 1958: 127 Pantheon
Sumber: Up John, 1958: 126

Pada umunya seni bangun Romawi masih menggunakan unsur


Yunani, bangunan Romawi ini kaya dengan lengkung (triumphal
arch), seolah berdiri sendiri membentuk lengkung khas.
Bangunan ini dikatakan sebagai monumen, karena beberapa
tulisan yang dipahatkan pada dinding merupakan catatan
(inkskripsi) tentang peristiwa kemenangan. Pada bagian dalam
(interior) deretan tiang ditegakkan untuk membagi ruang tengah
(nave), ruang samping kanan maupun kiri (aisle). Bagian atap
(biasanya terbuat dari kayu) untuk ruang bagian tengah lebih
tinggi dari pada atap untuk ruang samping. Di antara kedua atap
ini terdapat deretan jendela yang disebut clerestory berfungsi
menerangi ruang tengah. Basilika berfungsi sebagai gedung
pertemuan, pengadilan, dan tempat raja bertemu dengan rakyat.
2) Seni Bangun Katakombe

180 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Agama Kristen telah menyebar di beberapa daerah Eropa.
Semula para pemeluk politheisme berdiam diri, namun setelah
terasa keberadaannya terancam, mereka mulai mengadakan
perlawanan. Baik yang berupa pertentangan frontal maupun
perang uratsyaraf. Akibatnya perang frontal pun akhirnya terjadi;
Kristiani merasa tidak aman lagi, maka penyebaran agama
dengan khotbah tidak berani dilaksanakan secara terbuka.
Penyebaran agama dilakukan di tempat tertutup seperti tempat
penyimpanan jenasah atau katakombe.

Dari katakombe ini kesenian Kristen berkembang, seperti seni


bangun kubur, seni lukis dan relief, terakota maupun patung.
Arsitektur Kristen Awal mewarisi teknik dan bentuk seni bangun
Romawi, tetapi tujuan pembangunan berbeda dan dilakukan
penyesuaian bentuk. Arsitek Kristen pada awal memusatkan
perhatian pada pembangunan gereja, martyria (bangunan
makam) dan tempat pembaptisan. Bangunan ini tidak semegah
seperti kuil Romawi namun memusatkan perhatian pada dunia
abadi dan pengalaman mistis para jemaah. Jika dilihat dari
kefungsian eksterior bangunan sederhana, dihiasi dengan
mozaik, tiang-tiang, arcade atau pilar (sebagian memanfaatkan
bekas tiang reruntuhan bangunan Romawi) yang dimodifikasi
dengan efek gradasi dan klimaks berfokus pada altar. Terdapat
dua jenis altar gereja yang berpola persegi empat dan berpola
memusat, keduanya memiliki akar dari arsitektur Romawi.
Bentuk dasar segi empat panjang seperti denah Basilica yang
mempunyai susunan: pintu masuk (propylaea), halaman terbuka
(atrium), serambi (narthex, vestbule) dan ruang utama (nave).
Ujung nave terdapat altar (transept) dan dijadikan ujuang
pandangan apse.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 181


Gambar 119: Katakombe Domitilla, di Roma
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Catacombs

Gambar 120: Gereja San Clemente, Roma


Sumber: Upjohn, 1958: 137

Gambar 121: Permulaan Masa Gereja Basilica


Sumber: Upjohn, 1958: 137

182 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Perkembangan selanjutnya, pada abad ke empat, dasar
bangunan memusat tersebut lazim untuk martyria maupun
gereja. Dasar bangunan memusat mempunyai berbagai variasi
bentuk khususnya di Syria dan Armenia; mulai yang berbentuk
melingkar ke yang bujur sangkar atau bentuk salib Yunani.
Variasi yang lain berkembanng pada zaman Bizantium. Gereja-
gereja memusat seringkali mempunyai kubah batu atau bata
ukuran besar umumnya diatapi dengan kayu meskipun langitan
melengkung (tunnel vault) serigkali digunakan mengatapi ruang
samping (aisle).

Gambar 122: Gereja Vitalle Ravena


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Basilica_of_San_Vitale

3) Seni Bangun Aquaduct

Salah satu hasil seni bangun Romawi yang sangat terkenal


adalah aquaduct, talang yang membawa air dari perbukitan
menuju kota-kota di Romawi. Bangunan ini tampaknya hanya
merupakan bangunan biasa, sesuai dengan fungsinya. Namun,
mengingat ukurannya yang luar biasa besar dan konstruksinya
yang berupa arcade (deretan lengkung) tinggi di atas
permukaan tanah, maka bangunan ini termasuk dalam seni
bangun bersejarah

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 183


Gambar 123: Bangunan Aquaduct
Sumber: Up John, 1958: 123

4) Seni Patung dan Relief

Gambar 124: Patung Kaisar Agustus bahan Marmer


Sumber: Up John, 1958: 114

Seni patung Yunani banyak mengadopsi gaya patung


sebelumnya dari daerah lain seperti seni patung Etruska dan
Yunani. Bangsa Romawi mengadopsi dan mengubah
(modifikasi) berdasarkan potensi bahan dengan kemampuan
teknik rekonstruksi menghasilkan patung anatomis. Teknik
pematungan meniru karya patung dari Yunani dikembangkan
menjadi gaya sendiri. Patung potret Romawi menggambarkan
tokoh dari bahan lilin, dibuat realistik sebagai ciri khas patung
Romawi.
Jika seni patung Yunani masih masif dengan idealisme
spiritualitas, maka seni patung Romawi dapat dikatakan lebih

184 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


maju selangkah dengan patung tematis. Beberapa karya patung
Romawi sudah menggambarkan peristiwa bersejarah. Gaya ini
mendorong perkembangan patung tematis dengan kekhasan
penggambaran ilusi ruang. Kemampuan mengekplorasi bahan
alam ditemukan dalam penggunaan lilin, terakota, batu, dan
perunggu untuk relief.

Gambar 125: Relief pada Kuil Zeus, Menggambarkan Dewa dan


Raksasa
Sumber: Up John, 1958: 127 Up John, 1958: 109

Gambar 126: Patung kepala Constantin Agung


Sumber: Up John, 1958: 127 Up John, 1958: 109

5) Seni Lukis dan Mosaik

Kemungkinan seni lukis Romawi mendapat pengaruh dari masa


helenistik. Ciri khasnya hampir sama dengan seni lukis dinding

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 185


pada abad kedua S.M. Komposisi terdiri atas bidang-bidang
warna dan secara keseluruhan terdapat ide mengimitasi gaya
relief marmer. Diperkirakan gaya ini merupakan gaya permulaan
(awal) kemudian disusul oleh gaya kedua pada tahun 100 S.M.
Ke arah naturalisme dalam pengembalian objek pemandangan
alam, manusia dan arsitektur. Ide ini merupakan usaha
membuat khayalan tentang ruang berperspektif linier. Ciri yang
menonjol dari aliran ini adalah efek gelap terang, perspektif
melayang (terlampau ekstrim) dan anatomi tubuh manusia yang
berlebihan.

Lukisan dinding dibuat dengan bahan tempera. Selain itu, juga


digunakan encaustic. Dasar lukisan terbuat dari lapisan plaster
halus yang dicampur dengan bubuk marmer. Lukisan juga
dikerjakan di atas dasar kayu yang ditempelkan di dinding
Mosaik digunakan secara luas baik untuk dinding maupun lantai
baik seni lukis dinding maupun mosaik menunjukkan
ketertarikan pada pengalaman dunia fisik. Beberapa diantaranya
dipraktekkan pada vas, karena pada masa ini peralatan upacara
seperti vas berkembang pesat.

Gambar 127: Ilustrasi pada Vas


Sumber: Up John, 1958: 97

186 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


3. Seni Rupa Kristen Bizantium (1000-1453 M)

a. Selayang Pandang Iconoclasm


Bizantium (Byzantine art) adalah nama yang diberikan kepada karya
sekelompok seniman yang berdomisili di daerah Roma Timur.
Kesenian ini juga sering disebut sebagai kesenian di bawah
kekuasaan pemerintahan Romawi Timur (the Eastern Roman-
Byzantine) mendapatkan pengaruh dari kerajaan. Kota Byzantium
merupakan kota lama (Konstantinopel) yang merupakan awal
perkembangan agama Kristen. Ambisi Konstantinopel untuk
mengungguli kota Roma, baik dari segi tata kota maupun iklim
berkeseniannya. Salah satu kelompok seniman atas dorongan
Ravenna, Venice, Sicily, Yunani, Rusia memegang prinsip Kristen.

Perkembangan pesat penciptaan karya seni ketika masa ini adalah


pada pemaknaan karya. Semula orientasi penciptaan pada
kemampuan teknik (prinsip fisik) kini dengan mendasarkan Kristen
sebagai dasar falsafah yang berpengaruh pada penciptaan karya
seni. Dalam perkembangan ini muncul prinsip ikon dan simbol dari
pembacaan naskah agama Kristen. Sebagai contoh dalam seni
bangun, kubah yang merupakan produk kesenian sebelum Kristen,
kemudian dimunculkan kembali dengan simbolisme kristen. Kubah
menjadi ciri khas bangunan Kristen, seperti gereja, biara serta
beberapa kastil (rumah) para bangsawan. Contoh gereja yang
sekarang ini menjadi masjid Aya Sophia pada masa kejatuhan
pemerintahan Konstantinopel (1453) akibat dorongan Kristen
Ortodok dan mulai berkembangnya agama Islam di Mediteranian.

Pengaruh kuat agama Kristen ternyata mampu membongkar visi


lama menjadi visi ke ‗Kristen‘ an. Visi Kristen ini membongkar
pemikiran Barat yang akhirnya berpengaruh terhadap konsep
penciptaan karya seni rupa, seni lukis, relief, patung maupun sedikit
pada bangunan. Semenjak Kiristen mengubah visi perilaku ini maka
terdapat pandangan baru dalam penciptaan karya rupa. Konsepsi

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 187


‗kehidupan‘ bagi agama Kristen adalah usaha menyelamatkan jiwa
manusia dari dosa yang telah dilakukan pendahulu. Pola ‗kredit‘ atas
dosa manusia ini mengubah pandangan bahwa manusia terlahir
denan penuh dosa. Manusia hidup adalah menghapuskan dosa
dengan banyak berbnuat baik. Untuk berbuat baik perlu dihadirkan
―jalan menuju pembebasan dosa‖ yaitu agama dan Kristen mampu
menjawab semua ini.

Konsep ini berkembang menjadi sebuah sistem kepercayaan disertai


dengan kelengkapannya. Terdapat kesamaan antara dunia agama
modern (non primitif) yang mengarahkan penyelamatan jiwa dan
proses pencapaian hidup sesudah mati, suatu simbol dari dunia
yang paling dalam. Bagi penciptaan karya rupa sendiri, kepercayaan
Kristen ini memberi inspirasi terhadap corak, gaya, bentuk serta
pemanfaatan teknik seni lukis, seni patung maupun seni bangun.

Di Romawi agama Kristen diresmikan sebagai agama kerajaan oleh


Kaisar Costantine (tahun 313), dan lukisan-lukisan dengan tema
Agama Kristen dibuat pada dinding katakombe (ruang bawah tanah
untuk keperluan penguburan, pertemuan dan peribadatan rahasia
umat Kristen). Dengan demikian masa Kristen Awal berlangsung
pada waktu yang bersamaan dengan Romawi Akhir. Pada umumnya
lukisan dan patung Bizantium pudar akibat paham anti
penggambarkan makhluk hidup (iconoclasm) terhadap iconophilesm
yang menyetujui penggambaran makhluk dalam patung dan lukisan.
Kaum iconoclast menganggap bahwa lukisan dan patung adalah
berhala dan oleh karena karya rupa yang agamis sebaiknya bersifat
simbolik dari pada menampilkan penggambaran langsung.
Pertarungan kedua paham ini bermula oleh adanya suatu edik
(pernyataan) pada tahun 726 yang melarang pembuatan lukisan
dan patung dari tokoh-tokoh suci (tahun 843 M.)

b. Seni Lukis dan Mozaik

188 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Seni lukis Kristen awal dimanfaatkan untuk lukisan dinding, lukisan
panel dan sebagai ilustrasi. Teknik yang digunakan adalah tempera,
ecaustic, dan fresco. Lukisan tertua (teknik fresco) ditemukan di
Katakombe Roma. Tema lukisan orang yang sedang beribadah dan
cerita-cerita keajaiban dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Cerita tersebut berupa sketsa figur kasar, ukuran kepala besar dan
mata membelalak, dan bentuk tubuh seperti boneka. Hasrat
menggambar ilusi kedalaman dan pemandangan kurang nampak.

Gambar 128: Lukisan Fresco oleh Giotto (1164), di Nerezi


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Byzantine_art

Gambar 129: Lukisan Mosaic Justinian dan pengikutnya


Sumber: Sumber: Fleming, 1985: 106

Selain seni lukis juga dihasilkan karya ilustrasi untuk rotulus (bentuk
gulungan dari kulit) seperti zaman Romawi. Namun selang berapa
lama diubah menjadi bentuk codeks (buku). Lembaran buku ini dari

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 189


kulit binatang (kertas baru digunakan sesudah abad ke 11). Ilustrasi
pada zaman Kristen awal menunjukkan berbagai tingkatan natural
yang berbeda. Bentuk-bentuk dekoratif, datar, konvensional, kaku
dan simbolis adalah karakter yang menonjol. Hal yang sama juga
ditemukan pada karya-karya mozaik.

c. Seni Patung
Seni patung masa awal kesenian Bizantium belum diperhatikan
secara khusus. Salah satu penyebabnya adalah pandangan
terhadap peran patung-patung yang dianggap sebagai manifestasi
berhala. Akan tetapi, penciptaan seni patung tetap dilakukan namun
dalam skala kecil (mini) karena persepsi keyakinan tersebut.
Orientasi perkembangan patung diujudkan pada seni hias
sarcophagi (peti mati), berupa relief maupun miniatur patung. Patung
tersebut berfungsi sebagai patung hiasan dari baham logam dengan
teknik cor. Di samping patung ditempatkan pada sarcopaghus juga
diciptakan reliquaries (tempat pusaka) berhiaskan patung dari bahan
gading yang diukir. Beberapa patung figur/potret yang diciptakan
menunjukkan kurangnya perhatian terhadap pembuatan secara
detail dan spesifik bahkan pada sebagian hasil karya belum
menampakkan presisinya.

Patung atau relief pada sarcopagh Kristen (abad ke-4 dan 5 M)


mempunyai dua jenis corak yaitu yang melukiskan cerita secara utuh
di sekeliling sarcopagh dan berupa relief dengan penampilan pada
tiap adegan dibagai atas panel yang dibatasi oleh pembatas berupa
relief tiang-tiang. Sebagai contoh, lukisan dinding katakombe yang
diisi dengan cerita kenabian, cerita nabi Yunus, pengorbanan nabi
Ishak, maupun nabi Musa dibuat secara berpanel, setiap panel
dibingkai dan dihias secara partial. Corak patung bergerak menuju
bentuk figur boneka yang disusun secara berulang-ulang seperti
relief pada gerbang kemenangan Kaisar Constantine pada zaman
Romawi pada abad ke-4.

190 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Jauh sebelum kedatangan Kristus, seni rupa Persia telah
mempengaruhi perkembangan seni patung nonfiguratif, beberapa
karya seni hias patung dikembangkan berdasarkan imajinasi bentuk
dewa yang. Contohnya sarcopagh kaisar Kostantinopel
menunjukkan desain ornamen abstrak bukan seni hias patung
seperti masa kesenian yang sedang berkembang saat itu, termasuk
usaha pengembangannya pada ukiran gading. Secara keseluruhan
dapat dikatakan terjadi penurunan minat menggambarkan dunia
yang bersifat fisik dengan imbangan pada bentuk dekoratif.
Beberapa motif hias geometrik, tumbuh-tumbuhan dan simbol
bersifat abstrak seperti bentuk sallib sebagai simbol Kristus mulai
digunakan secara resmi, walaupun simbol tersebut sudah ada
sebelum perkembangan kebudayaan Kristen.

d. Seni Bangun
Lama sebelum kedatangan Kristus, kubah digunakan sebagai simbol
surga dan dijadikan ide bangunan suci. Dasar bangunan kubah
memusat secara khusus merupakan karakter dari corak bangunan
gereja Bizantium. Tradisi di Kostantinopel dan daerah sekitarnya,
arsitek sering membangun dasar bangunan dibuat memusat dan
memanjang sering dikombinasikan menjadi bentuk basilica
berkubah yang pendek dan lebar. Atap kubah biasanya ditempatkan
di atas ruang bujur sangkar didukung oleh pendentif atau squinch.
Arsitektur Bizantium cenderung untuk menyembunyikan struktur
dengan hiasan mosaik yang berwarna.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 191


Gambar 130: Denah Masjid Aya Sophia
Sumber: Upjohn, 1958: 144, 145

e. Seni Lukis dan Mosaik


Pada abad ke enam, unsur Barat (Romawi) dan Timur telah berbaur
pada karya-karya seni rupa yang dihasilkan di Kostantinopel dan
sekitarnya. Sebagai hasilnya, corak tersebut merupakan usaha
pengabungan pose dingin, proporsi artifial dan corak dekoratif.
Secara formalitas terasa kaku namun dengan desain masih yang
sensual. Sekalipun Corak ini masih dapat disebut corak Bizantium
tetapi bukan formula yang pasti.

Bangkitnya ketertarikan terhadap seni rupa Yunani Romawi


khususnya selama abad ke-10 dan 12 memuat corak yang
berkembang pada masa tahun 500 sampai dengan 1453 menjadi
rumit. Lukisan dinding dan mosaik gereja-gereja di Italia bervariasi
dari tema-tema keduniaan corak Romawi Kuno hingga yang simbolis
khas Bizantium. Pengaruh Timur kuat pada mosaik, misalnya
mosaik di Ravenna merupakan salah satu pelopor dari kekaisaran
Bizantium yang berkuasa di dataran Italia selama abad ke-6.

192 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 131: Mosaik di San Vitale, Ravenna
Sumber: Fleming,1985: 100

Iconoclasm pada abad ke-8 dan 9 mendorong seniman Bizantium


hijrah ke Roma. Sesudah masa Iconoclasm, masa keemasan kedua
dari seni rupa Bizantium dari abad ke-9 hingga abad ke-12
membawa sejumlah perubahan corak: ekspresi emosi lebih tampak,
sifat massif dan anatomi lebih alamiah. Tetapi corak formal seni rupa
Bizantium masih melanjutkan gaya pengembangan gerak, drapery
dan figure naturalistik ditampilkan. Subyek lukisan cenderung
ditempatkan berdasarkan urutan tingkat kepentingannya. Sebagai
contoh Kristus sebagai sang hakim, figur Kristus (Yesus)
ditempatkan pada bagian kubah (lengkung) diharapkan menjadi
pusat perhatian, dan pendentif untuk malaikat dan rosul. Langit-
langit untuk apse diperuntukkan bagi perawan Maria, dan di daerah
dinding yang lain untuk tempat melukiskan peristiwa-peristiwa
bersejarah agama Kristen.

Pada ilustrasi naskah (manuskrip), ide simbolisme tetap dilakukan.


Lebih-lebih penggunaan simbolisme pada seni lukis dimunculkan
presferensi kesenangan. Seniman pada saat itu menggambar
kedamaian di surga. Kemudian terjadi pula ide penggambaran
bentuk tiga dimensi seperti yang dilakukan pada masa Romawi
kuno. Ide ini tercatat sebagai pengaruh dari corak ketimuran yang
ada di Barat. Presentasi pemandangan bervariasi, yaitu
menampilkan gaya lama dan sebagian seni lukis relief masih
muncul. Corak lukisan kadang-kadang dapat dilihat jelas melalui

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 193


teknik yang menampilkan pola keagamaan. Kristus yang dilukiskan
berjenggot menunjukkan latar belakang pengaruh Timur sedangkan
gambar Kristus tanpa jenggot belatar belakang corak Latin.

f. Seni Patung dan Relief


Sedikit patung monumental pada zaman Bizantium karena pematung
sulit mempresentasikan gagasan secara mandiri. Pada saat itu dasar
penciptaan patung untuk keperluan agama, maka para seniman
mencoba mengembangkan seni lukis. Seni lukis Bizantium ini
kemudian membawa nama masa ini ke muka peradaban seni lukis
Eropa. Di samping seni lukis dimanfaatkan untuk hiasan keranda
(sarcophagh). Sarcopagh dihias dengan relief tiga dimensi, seolah-
olah figur berdiri sendiri tanpa ada penyangga atau menempel pada
dinding tembok peti mati. Sebagai perkembangan mutakhir patung
menjadi relief sarcopagh terdapat di Kostantinopel.

Patung tersebut terdiri dari berbagai variasi corak Bizantium. Patung


difungsikan sebagai hiasan, kadang dari emas dan disertai lukisan
enamel dengan ukuran kecil guna penyebaran Bizantium.
Sarcophagus dari Theodorus dari St. Apollinare Classe di Ravenna
abad ke-7 menggambarkan kebahagiaan bangsa Bizantium yang
mampu mengubah dan menciptakan simbol-simbol yang dipadukan
dengan kaligrafi.

Gambar 132: Sarcopaghus Junia Basus


Sumber: Sumber: Fleming,1985: 82

194 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Sarcophagus dari Theodorus (St. Apollinare Classe)-Ravenna,
diperkirakan dibuat pada abad ke-7 menggambarkan ekspresi
kebahagiaan bangsa Bizantium seperti mampu mengubah dan
menciptakan simbol-simbol yang dipadukan dengan kaligrafi.
Sebagai contoh figur burung merak dimunculkan sebagai simbol
kekekala; anggur merujuk pada anggur perjamuan suci Kristen
adalah kebahagiaan setelah berada di alam lain (live in here after),
simbol Chi-Rho digabung dengan huruf alpha dan omega adalah
tanda kematian dan akan adanya kebangkitan kembali, huruf
pertama dan terakhkir alphabet Yunani, melambangkan Kristus.
Simbol yang berupa relief ini kurang memperhatikan detail.

4. Romaneski

Kesenian Romaneski berpusat di Eropa Utara, semula kesenian ini


kurang diminati karena terasa asing dan kurang mendetail. Selama
perkembangan masyarakat menuju urbanisasi maka karya-karya
tersebut diterima oleh urbanis. Sebenarnya, perkembangan urban di
masa ini terjadi karena krisis kepercayaan terhadap kekuatan gereja.
Pendeta Benidikte mulai mmemperjuangkan kedudukan urban dalam
konstelasi masyarakat menyebabkan daerah ini mulai berkembang.
Perjuangan pendeta Benidikte ini akhirnya didukung oleh Karel
Agung menuju kemajuan perkembangan agama Kristen yang pada
abad IX dan X berdampak luas akibat perkembangan masyarakat
urban terhadap seni dan ilmu pengetahuan. Beberapa karya seperti
seni bangun, seni patung, seni lukis serta relef dan mozaik menjadi
garapan penting para seniman. Walaupun orientasi kinerjanya pada
lingkungan gereja
a) Seni Bangun
Pada abad XI, teknik cor beton diketemukan sebagai pengaruh
terhadap perkembangan langit-langit lengkung-silang yang
sebelumnya telah ada pada Romawi-Yunani. Data lengkung-silang
empat ini menjadi ciri khas "Gaya Romanesk". Bentuk ini

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 195


mempunyai konstruksi pilar/tiang berhubungan membentuk langit-
silang lengkung bersatu di titik ruang tengah. Ketika langit-langit
dibangun di atas dasar bentuk persegi empat ruang tengah, ruang
muka, dan ruang sisi harus dibagi dalam segi empat (traveen),
supaya ruangan mendapat perimbangan komposisi. Ruang muka
dibuat sama besar dengan ruang tengah, dan ruang sisi tengah
sama dengan ukuran ruang tengah. Seluruh bangunan model
konstruksi ini terikat pada langit-langit.

Terdapat bentuk inkonsistensi pada bangunan ini, bagian samping


berkonstruksi biasa dan berdenah tanda silang (gereja silang), serta
dimanfaatkan sebagai makam (crypta). Menara yang dibangun jauh
dari desain Basilika pada masa kejayaan Romanesk. Demikian pula
penempatan patung yang diletakkan paling depan yaitu pada facade
dianggap pantas. Patung yang ditata rapi menempel pada tiang
bangunan dalam jumlah banyak dapat mengesankan bangunan
kokoh. Keunikan lain adalah: tembok luar terkesan disekat dengan
pilar lengkung yang bersusun sejajar membentuk bingkai tegak
(lisen) hingga berkesan hiasan, padahal fungsinya untuk mem-
perkuat tembok pada penjuru dan sekat menjadi tekanan yang kuat.

Gambar 133: Cathedral Modena Tolouse Perancis


Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Louis_VIII_dari_Perancis

196 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


b) Seni Patung
Seni di masa Romanesk dibuat untuk kepentingan agama, maka
bangunan serta patung didesain untuk kepentingan siar agama.
Tiang kapital, portal gereja dijadikan ornamen aktif (tiang
berpatung). Patung besar terdapat di dalam portal dan diberi
timpanon berbentuk setengah bundar. Seni patung Romanesk
diciptakan berdasarkan simbolisme dimana seniman satu ide
dengan agama. Penciptaan patung di Perancis lebih
mengesankan unsur spiritual daripada fisik. Hal ini berbeda
dengan patung Jerman yang mengutamakan fisik yang
monumental. Sedangkan di Belanda terdapat peninggalan patung
Romanesk Gereja St. Servaas, bersamaan dengan gaya patung
Chartres.

Gambar 134: Relief di Cathedral Autun di Burgundy

c) Seni Lukis
Ciri khas seni Romanesk berupa lukisan di atas perkamen (kulit
samak) yang berfungsi sebagai ilustrasi buku. Seni lukis
perkamen ini merupakan tradisi dari kehidupan sebelumnya,
nenek moyangnya mempersembahkan kata-kata doa untuk
meminta sesuatu kepada dewanya. Penciptaan dilandasi oleh
peraturan agama, (ideoplastis) yaitu bentuk figur sebuah patung
dihadirkan dari pemikiran dan tata aturan beragama. Bentuk-
bentuk yang diciptakan terkait dengan kebutuhan siar agama,
dalam hal ini makna simbol lebih diutamakan daripada bentuk

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 197


idealismenya. Warna ditebarkan pada bidang secara merata,
sehingga berkesan dekoratif, termasuk mosaik, kaca patri pada
jendela-jendela memberikan kesan monotone.

Gambar 135: Ilustrasi buku, tersimpan di perpustakaan St. Audomarus

Gambar 136: Lukisan Kain Tenun Terseimpan di Bayeux

5. Masa Gothic

Kesenian di masa Gotik dikatakan mencapai kesempurnannya.


Kesenian ini ditandai oleh beberapa peninggalan yang mampu
mensintesakan dengan peninggalan sebelumnya. Di samping itu
peranan gereja sangat penting, karena gereja mampu berperan
sebagai sponsor tumbuhnya cabang kesenian, diantaranya adalah
seni bangun, seni lukis maupun seni patung. Dalam hal seni patung,

198 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gotik mampu memajukan secara frontal, gereja selalu memesan
patung dalam berbagai manifestasi untuk kepentingan agama.

a. Seni Bangun
Perbaikan-perbaikan konstruksi yang dilakukan oleh ahli
bangunan Perancis pada abad ke-11 ternyata mendatangkan dua
keuntungan besar. Salah satu di antaranya, bahwa langit
lengkung tajam mengikuti bentuk bagian atas yang tinggi runcing,
mengurangi daya tekan yang terlalu berat, dibandingkan dengan
konstruksi bentuk cembung. Dan didapatnya cara pemasangan
langit-langit dengan memakai kuda-kuda, sehingga bagian
melengkung dapat ditahan oleh kuda-kuda yang dipasang mati.

Terdapat perbedaan gaya Romanesk dan Gotik tentang sistem


konstruksi. Bangunan abad XI dibuat langitan berat, sedangkan
abad XII dibuat ringan, sehingga mempunyai keseimbangan
antara daya tekan dan daya tahan. Keuntungan kedua ialah tiang-
tiang sudah dikurangi, maka cahaya lebih leluasa masuk melalui
jendela-jendela yang tinggi. Bangunan gereja Gotik dibuat
konstruksi tinggi dan diberi hiasan bergaya vertikal, maka disebut
gaya "vertikalisme". Gaya Gotik Perancis ini menyebar ke negara
sekelilingnya sampai lnggris. Di sini gereja dibangun dalam
ukuran tinggi dengan bagian puncaknya runcing. Gaya ini juga
berkembang di Jerman dengan bentuk menjulang.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 199


Gambar 137: Wajah Cathedral Laon
Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Laon

b. Seni Bangunan Profan


Kegemilangan abad pertengahan seperti terurai ternyata
berpengaruh terhadap perkembangan bangunan non gereja,
bangunan profan ini dibuat untuk keperluan perang, seperti puri
raja, bangsawan, tembok kota dan gerbang penjagaan.
Sedangkan gedung pemerintah, perumahan rakyat dibangun pada
akhir zaman pertengahan. Disamping itu dibangun pula menara
jaga dan tembok tebal berbentuk kantileen berfungsi sebagai
tempat melepaskan anak panah. Sekarang bekas peninggalan
tersebut telah punah, kebanyakan tembok kota bergaya Gotik
hampir sulit dijumpai, yang masih tampak adalah gerbang penjara
di Bergen op Zoom, dan gerbang Amsterdam (kedua-duanya
berada di Belanda).

c. Seni Patung
Pada umumnya gereja dihiasi dengan ornamen ukir berunsur ilmu
ukur (traceer) dan di bagian luar dihias dengan patung. Hal ini
tidak terdapat di Belanda, karena bahan bangunan utama
merupakan batu bata dan kurang menghasilkan patung dan
ukiran batu. Corak patung Gotik Perancis mengutamakan karakter

200 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


kejiwaan daripada bentuk luar yang ditujukan untuk kepentingan
peribadatan. Di samping patung batu, di Jerman dan Belanda
banyak terdapat patung kayu (Claus Sluter, dibuat pada tahun
1360 - 1406).

Ide pembuatan patung di Itali jika diklasifikasikan terdapat dua


aliran patung yait aliran Bizantium masih mempunyai kekhasan
dari negeri asal, penampilan sosok tokoh yang dipatungkan
dengan kesan tegak dan kaku, dan corak Longbard yang kasar.

Di sekitar tahun 1200 mendapat pengaruh dari ide pematungan


St. Franciscus (Assisia) diantaranya, pematung Vicolo Pisano (±
1200 - 1270). Pisano sendiri sebenarnya adalah seniman pertama
yang menciptakan patung diilhami oleh St. Franciscus. Hasil
karya Pisano berupa patung bertema. Tardisi mematung Pisano
dilanjutkan oleh anaknya Giovanni Pisano (± 1245 - 1314)

Gambar 138: Tiang patung di portal Chartres


Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Katedral_Chartres

d. Seni Lukis
1) Seni Kaca Patri
Seni kaca patri yang tertua menunjukkan dibuat pada abad ke-
12. Kaca-kaca berwarna dipotong-potong menurut bentuk yang
telah ditentukan, lalu disambung-sambung dengan patrian.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 201


Selain timah-timah, dipakai juga besi sebagai bingkai untuk
penahan tekanan angin. Jendela jendela dibagi pula atas petak-
petak yang sama dan tiap-tiap petak mempunyai gambar sendiri-
sendiri. Tetapi ada juga jendela-jendela yang keseluruhan
bidangnya merupakan sebuah lukisan. Palang-palang besi
bingkai dipasang membelah-belah lukisan.

Seni lukis kaca yang demikian ini tidak dapat dibuat orang lagi
sesudah abad ke-12 dan 13. Penyebabnya karena hasil dari
teknik yang belum sempurna, penuh dengan susunan kaca yang
tidak sama jenisnya, hal ini dapat menimbulkan efek yang
kemilau. Sebenarnya karya ini merupakan mozaik kaca. Jendela-
jendela Chartres yang termashur adalah karya-karya Gotik masa
permulaan perkembangan, yakni karya abad ke-12 dan
permulaan abad ke-13.

Gambar 139: Seni Kaca Patri, Cathedral Cahrtres


Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Katedral_Chartres

2) Lukisan Dinding dan Lukisan Panel


Pada zaman Romanesk seni lukis terbatas pada lukisan
miniatur. Hal ini karena gaya Gotik. Awal menggambarkan corak
fisioplastis (Physis = alam; plattein = memberi bentuk (bahasa
Yunani) meniru bentuk alam, yakni menekankan pada lahiriah.
Sesudah tahun 1300 lukisan panel dan lukis tembok mulai
diminati. Pelopor fisioplastis adalah Cimabue (± 1240-1300),

202 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


yang dapat dikatakan sealiran, meskipun baru dalam taraf
permulaan adalah Duccio, murid Cimabue yang menjadi
terkenal ialah Giotto (1260-1330). Meskipun Giotto melukis
keadaan alam seperti kenyataan (sesuai dengan kondisi), ia
juga melukis bebas. Gioto memperhatikan warna sebagai
simbol tertentu dan mulai memperhatikan tanda atau ikon.

Jika dilihat secara detail, lukisan-lukisan pada masa ini


kurang mengetengahkan prinsip perspektif, bahkan karya
yang berjenis seperti ini meluas. Langgam karya seni lukis ini
adalah belum tampak perspektif yang kuat, namun sudah
terdapat efek. Beberapa seniman seperti Jan van Eyck,
Jeroen Bosch (± 1450-1516) melukis dengan gaya tersebut
sampai abad XVI. Pada zaman tengah akhir ciri khas lukisan
sejenis diproduksi oleh pelukis Perancis Jean Fouquet (1415-
1485), Stephan Lochner pelukis Jerman (± 1400-1452),
Martin Schongauer (1455-1491), Michael Wolgmunt (1434-
1519), dan Cornelis Engebrechtsz dari Belanda (1468-1533).

Gambar 140: Lukisan panel karya Cimabue dan Giotto


Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Florence

6. Jaman Kejayaan Renaisance

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 203


Kata renaisans mengandung arti kelahiran kembali, istilah ini untuk
menandai masa kebangkitan kembali kebudayaan Yunani dan Romawi.
Kebangkitan dalam arti kembali menghargai kebebasan seniman
mengutarakan pendapat. Selama kurun ratusan tahun kekuatan gereja
dengan kanon estetikanya menyebabkan seniman harus mengabdi
kepada agama. Jika istilah ini dikaitkan dengan karya seni yang muncul
saat itu, tampak bahwa kemunculannya merupakan pengulangan
kejayaan masa lalu. Renaisance lebih menekankan arti pentingnya
kebebasan seniman. Hal ini berarti telah ada usaha meninggalkan
gereja yang dahulu menjadi sponsor.

Ketika masa awal, seni menjadi milik umum dan sebagian berbasis
sosial dan keagamaan, maka sejak renaisance kesenian mulai bersifat
pribadi. Artinya, kesenian tersebut sudah memunculkan gaya pribadi,
setidaknya pada kelompok yang menyataan suatu pendapat. Kesenian
ini telah meluas di dataran Eropa dan menjadikan sebuah kelompok
(group ) yang mempunyai kesamaan ideologi penciptaan karya seni.
Oleh karenanya, renaisance lebih mengutamakan gaya pribadi dan
pemberian hak kepada seniman untuk mencipta dan mengambil obyek
lukisan. Masa ini didukung oleh perkembangan ilmu dan pengetahuan.

Eksplorasi alam dan geografis sudah semakin kuat dengan kedalaman


sapuan kuas serta warna-warna yang kental untuk Eropa Barat.
Preferensi bentuk dan warna sudah lebih berani, misalnya nuansa otot
serta drapery pakaian yang bersifat seperti plastik. Dukungan kuat dari
masyarakat secara tidak langsung semakin kuat, yaitu bergesernya
dogma agama, maupun mosi tidak percaya terhadap reformasi agama.
Masa pada abad XII terjadi pertukaran ide, yaitu sejak zaman perang
salib pada perkembangan kehidupan kota yang bebas pada timbulnya
universitas, dan pada perhatian yang besar terhadap alam dan seni
antik selama masa gotik.
Secara teroritis gotik mulai berkembang pada 500-700 (M), masa ini
merupakan kebangkitan seni baru di Eropa. Gotik sendiri hadir pada
saat terjadi ketegangan para penginjil (pastur) dengan hegemoni

204 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


kerajaan. Semenjak ini, seni mencari jalan lepas dari krisis kepercayaan
gereja. Beberapa seniman menggabungkan diri dengan ‗kelompok
kerajaan‘, karena sudah percaya lagi dengan kerajaan yang terlalu
mengendalikan gagasan dan ide penciptaan seni rupa. Gereja
mempunyai hak kontrol atas nilai sebuah karya seni, sehingga seniman
harus menepati kanon (ukuran) estetika yang sudah ditentukan oleh
kerajaan.

Didorong oleh kekuatan akademisi, kesenian ini naik ketika kerajaan


dan gereja berebut simpati terhadap kesenian. Perseteruan ini
dimenangkan oleh pihak gereja namun masih dikontrol kuat oleh
konglomerasi kesenian sebagai kelompok borjuis. Kesenian gotik pada
seni bangun gereja menjadi semakin kuat, karena para penginjil
memberi kesempatan kepada seniman berkreasi. Beberapa

Ciri khas gotik adalah lengkung dan ornamen mendekati prinsip


keteratuan (geometri).

Gambar 141: Katedral Charles


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Katedral_Chartres

Di Belgia (berpusat di Tournai, Bruges, Ghent, Brussels, Louvain, dan


Antwerp) merupakan daerah di masa Burgundy pindah ke Flanders,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 205


daerah Dijon dijadikan pusat kegiatan seni rupa hingga tahun 1420.
Paris tetap menjadi kota yang penting bersama sama dengan
Fontainebleau pada abad XVI. Di Jerman, Cologne, Nurember, Vienna
dan Basel menjadi terkena imbasnya. Sementara itu London menjadi
pusat perkembangan renaisans yang terlambat di Inggris.

a. Seni Lukis
Tradisi lukisan Bizantium dan Gotik menjadi corak baru yang
dikerjakan oleh kelompok seniman Renaisance, terutama seniman
yang mendapat pengaruh adalah Giotto. Karakteristik karya terletak
pada penggambaran ruang, perspektif pencahayaan dengan
cahaya baik langsung maupun pantulan untuk membentuk ruang
dan bentuk plastis. Beberapa seniman masih mempertahankan
kontur garis pinggir membentuk wajah manusia mirip batu padas.
Tetapi pada akhir abad XV diperkuat dengan bayangan gelap-
terang. Secara keseluruhan, lukisan Itali abad XV memliki sifat
monumental dan media yang populer adalah fresco, tempera dan
glazir minyak.

Pelukis-pelukis renaisans Itali pada abad XV antara lain:


1) Fra Angelico (Florence, 1387-1455); nama aslinya Guido da
Vicchio untuk kemudian ganti menjadi Fra Angelico. Corak
gotik masa permulaan (1418-1430) terdapat dalam karya
Angelico yang berjudul ―The Coronation of The Virgin”
(penobatan Sang Perawan). Dua lukisan yang menjadi ciri awal
masa renaisans, sebagian ide gereja dengan kanon agama
tampak pada kostum gereja yang dikenakan pendeta.

206 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 142: Penobatan Sang Perawan, karya Fra Angelico
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Coronation _of_the_Virgin

2) Masaccio (Florence 1401-1428); ―The Tribute Money” lukisan


yang berperspektif warna maupun garis secara sistematis,
penggunaan efek gelap terang untuk melahirkan kesan tiga
dimensional.

Gambar 143: Lukisan Masaccio: The Tribute Money” Florence, 1387-1455


Sumber: dc-mrg.english.ucsb.edu

3) Pierro della Francisca (Itali Tengah 1415/1420-1492)


Pelukis ini juga penyair cosmografer, ahli matematika dan
arsitek. Lukisan yang menonjol adalah ―The Anounciation”
(penyampaian berita) menunjukkan perlakuannya yang halus
terhadap efek warna dan cahaya, penggarapan bentuk tiga
dimensional dengan perspektif yang sudah kuat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 207


4) Giovani Bellini (Venice, 1430-1516)
Pelukis asal dari Venesia, judul ―St Francis Receiving The
Stigmata” (St. Prancis) menunjukkan penggarapan detail, rumit
dan tegas, corak ini berubah dengan pencahayaan lebih lembut
dan tekanan pada efek warna secara keseluruhan.

5) Andrea Mantegna (Itali Utara 1431-1506)


Pada tahun 1459 Mantegna lebih senang menjadi pelukis
kerajaan dan khususnya menjadi pelukis keluarga Gonzaga di
Mantua dan dikenal sebagai pelukis dinding dengan teknik
fresco.

6) Sandro Botticelli (Florence 1444-1510)


Botticelli melepas tema kerajaan, namun masih memanfaatkan
warna gloria gereja. Studi warna ringan kepada Fra Filipo Lippi
dan mengembangkan draperi linier. Perkembangan melukis
disponsori keluarga Medici. Beberapa lukisan yang ada ―The
Birth of Venus”, (1481), dan hijrah ke Roma untuk melukis
fresko pada kapel Sistine

Gambar 144: Birth of Venus (Sandro Botticelli)


Sumber: Adi Kusriyanto, 2002

208 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


7) Pietro Vannucci (Itali Tengah, 1445-1523)
Pietro Vannucci lebih populer dengan nama Perugino, dia
adalah guru Raphael. Lukisan yang terkenal ―The Handing of
The Keys to St. Peter” (Penyerahan Kunci pada St Peter) pada
Kapel Sistine di Roma dikerjakan tahun 1480.

Gambar 145: Lukisan Pietro Vannucci berjudul ―The Handing of The


Keys to St. Peter” Florence, 1387-1455.
Sumber: www.wga.hu/html/p/perugino/sistina/keys.html

8) Leonardo dan Vinci (Florence, Milan, Amboise 1452-1519)


Leonardo lahir di dekat Florence dan belajar di studio Andrea
del Verrochio. Lukisan ―Sang Madonna dari Gua Batu” kuat
pada anatomi. Dari tahun 1483 -1500 Leonardo bekerja di
Milan dan melukis untuk keluarga Sforza. Lukisan yang menjadi
primadona adalah ‗The Last Supper‟ (perjamuan malam) di
Santa Maria Delle menunjukkan komposisi dramatis. Kemudian
―Monalisa‖ diselesaikan di Florence pada tahun 1506.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 209


Gambar 146: Monalisa, karya Leonardo da Vinci
Sumber: www.lukisan.info/art/lukisan-monalisa

b. Seni Patung dan Relief


Patung-patung Florentine dikerjakan berdasar studi anatomi dan
drappery naturalis yang bersifat keduniaan. Di samping patung
dihasilkan pula relief yang menunjukkan pendalamanan jiwa.
Bentuk patung bervariasi dilihat tema maupun dari fungsi. Tokoh-
tokoh yang dimunculkan adalah pahlawan dan dan tokoh agama
yang digali dari kitab suci. Pematung-pematung renaisans Itali
pada abad XV antara lain:
1) Lorenzo Ghiberti (Florence 1387-1455)
Karya Ghiberti pada pintu logam untuk tempat pembaptisan di
Florentine, ini menunjukkan transisi dari Gothik Akhir ke
Renaisans Awal. Cain and Abel menunjukkan ruang yang
sempit dan sesak.
2) Donatello (Florence, 1386-1466)
Donatello adalah anak Niccolò, lahir di Firenze (tahun 1386)
dan dididik di rumah keluarga Martelli. Pelatihan awal di
bengkel tukang emas, kemudian di studio Lorenzo Ghiberti.
Gattanmelatta karya patung berdiri sendiri.

210 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 147: Patung Donatello di luar Uffizi Galleria
Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Donatello

3) Andrea del Verzocchio (Florence 1435-1488)


Andrea del Verzocchio adalah seorang pematung teracota, batu
maupun perunggu, subyek yang diangkat antara lain potret
keagamaan dan kepahlawanan. Patung ‗Bartolomeo Colleoni‟
sedang menunggang kuda (Colleono adalah seorang pemimpin
militer) merupakan salah satu karya yang dihasilkannya.

Gambar 148: Andrea del Verrochio, Florence


Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Bartolomeo_Colleoni

c. Seni bangun

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 211


Seni bangun renaisans (gereja dan kastil) menggunakan hiasan
motif arsitektural Romawi yang berbeda dengan gotik bentuknya
menjulang dengan bentuk dasar tidak beraturan, dan hiasan
permukaan rumit. Tetapi desain arsitektur simpel dan jelas.
Contohnya adalah rumah sakit Foundling dan Kapel Pazzi di
Venice termasuk gaya renaisans bercampur dengan tradisi gotik
dan Bizantium.

1) Fillipo Brunelleschi (Florence, 1377-1446)


Desain hias bangunan berasal dari penggalian motif arsitektural
Romawi dan dikombinasikan secara proporsi matematika
sebagai arsitektur transisi. Contohnya adalah Gereja Santo
Spirito, di Florentine didesain tahun 1418.

Gambar 149: Arsitektur Fillipo


Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Filippo_Brunelleschi

2) Michelozzo di Bortolombo (Florence 1396-1472)


Michelozzo pioner arsitektur renaisans dengan karya istana
Medici-Ricardi di Florence terdapat unsur-unsur Romawi dalam
penggunaan lengkung, hiasan tembok dan cornice.

3) Leon Batista Alberty (Florence 1404-1472)


Leo atau Leon sebenarnya adalah nama panggilan. Alberty
karena lahir di Genoa dan mendapatkan pendidikan universitas
di Padua dan Bologna. Karya Alberty lebih banyak difokuskan
pada menghias tembok dan plaster-plaster dengan rangkaian

212 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


corak Doria pada lantai bawah, corak Ionia pada lantai
berikutnya dan corak Cirintha pada lantai atas istana Brucellai.
Di bawah ini salah satu karya Leon Alberty pada gereja St.
Santa Novella.

Gambar 150: Sta. Maria Novella Leon Batista Alberty


Sumber: www.britannica.com/biography/Leon-Battista-Alberti

4) Giulianodi Sangallo (Florence 1445-1516)


Sangallo adalah seorang seniman yang mendapatkan
pendidilkan dalam seni patung, teknik dan arsitektur. Karyanya
‗Santa Maria delle Cardery „ dibuat pada akhir abad XV sebagai
harmoni dan kesatuan keagamaan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 213


Catatan Khusus:

Perkembangan Renaisans puncak di Itali (1500-2000)

menekankan eksplorasi dunia fisik. Seniman melukis alam sesuai


bentuk ideal. Wajah dibuat umum dan tidak individu, drapery
disederhanakan. Sikap figur dinamik dan tekanan penyinaran
(chiaroscuro) menciptakan suasana dramatis. Lukisan dari Venesia
(Itali Utara) meninggalkan corak renaisans dengan penekanan
detail dan pencahayaannya lembut. Seniman renaisans Itali pada
akhir (1520 – 1600) tampil dalam berbagai corak mannerisme dan
menolak kanon figur (dibuat panjang dengan bahu sempit, pinggul
lebar dengan komposisi datar yang terasa berdesakan).

Pelukis-pelukis renaisans Itali pada abad XVI diantaranya:


a. Michelangelo Bounarroti (Florence 1475-1564)
Belajar seni lukis kepada Domenico Ghirlandaio dan seni
patung kepada Giovani Bertoldo. Lukisan fresko yang terkenal
adalah pada langit-langit Kapel Sistine di Vatikan (1508 dan
1512) atas desakan Paus Julius II. Antara 1536–1541
Michelangelo melukis Pengadilan di Hari Akhirat pada dinding
ujung Kapel Sistine dengan fokus pada figur manusia dengan
konsep ideal figure berotot.

Gambar 151: Lukisan Michelangelo Buonarroti The Creator God


created Adam langit-langit kapel Sistine (Florence, 1387 – 1455).
Sumber: www.britannica.com/biography/Michelangelo

214 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


b. Tiziano Vecelli (Titian) (Venice 1477/1490-1576Titian murid
Giovani Bellini menyenangi efek warna terang, lembut dan
bentuk masif ideal tubuh wanita tampak pada Sacred and
Propane Love.

Gambar 152: Sacred and Propane Love karya Titian


Sumber: www.titian-tizianovecellio.org

c. Raphael Sanzio (Florence dan Roma 1483-1520)


Raphael ke Florence pada tahun 1504–1508 dan melukis
potret dan Madonna yang berjudul ―The Madonna of The
Meadow‖ (Madonna di padang rumput) merupakan khas
lukisannya. Pada 1509 Paus Julius II mengundang Raphael
untuk melukis fresko di Vatikan.

d. Fransesca Mazzola, atau Parmigianino (Parma 1503-1540)


Pelukis ini mewakili mennerisme dengan efek pencahayaan
mirip Leonardo. Misalnya lukisan II Parmigianino, ‗Madonna
with Te Long Nec‟ (Madonna dengan Leher Panjang)
menunjukkan perpanjangan tubuh.

e. Jacopo Robusti, populer dengan Tintoretto (Venice, 1518 –


1594).
Tintoretto pelukis Vanesia yang mengagumi Titian dan
Michelangelo. Lukisannya tampil dalam ukuran yang besar,
missalnya ‗The Last Supper.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 215


f. Paolo Veronese (Venice 1528-1588)
Paolo Veronese terkenal sebagai pelukis potret dengan tema-
tema keagamaan, dan penuh hiasan arsitektural, pakaian
mewah, dan pengaturan meja altar yang elegan dan lebar The
Feast in The Hoese of Levi.

Gambar 153: Lukisan Paolo Veronese berjudul The Feast in The


Hoese of Levi‖ Florence, 1387 – 1455.
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/The_Feast_in_the_House_of_Levi

d. Seni Patung
Patung-patung renaisans mencapai puncak setelah terjadi sintesa
bentuk yang ideal dan kedalaman rasa. Corak renaisans puncak ini
cenderung menuju corak mannerisme dan proto barok.
Pematung Itali abad XVI diantaranya:
1) Michelagelo Buonarroti
Patung-patung masa permulaan dari Michelangelo seperti ‗The
Battle of The Centaurs‟ (perkelahian Centaur-binatang
khayalan). Michelangelo menyenangi bentuk tubuh berotot yang
dipengaruhi patung Yunani.
2) Benvenuto Cellini (Florence, Roma dan Perancis 1500 –1571)
Cellini mendapatkan latihan sebagai seorang tukang emas dan
pembuat medali, bekerja di Roma dari tahun 1519 –1540. Karya
master piece patung Perseus dikerjakan setelah kembali ke
Frolence.

3) Giovani da Bologna (Florence 1529 – 1608)

216 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Medici Mercury dan Apollo memiliki corak mannerisme,
penonjolan anatomi pada pose kewanitaan: The Rape of The
Sabine Women (pemerkosaan Wanita Sabina) menunjukkan
proto barok dari pada mannerisme.

Gambar 154: The Rape of The Sabine Women


Sumber: italianart.wikispaces.com/Rape+of+the+Sabine+Women

e. Seni Bangun
Perkembangan arsitektur pada masa renaisans mengalami
kemajuan dalam hal proporsi dan pengisian dinding dengan karya
patung. Pada masa akhir renaisans corak seni bangun ditandai
dengan penampilan patung yang sejajar dengan gaya Mannerisme.
Sebagian arsitek berani menampilkan patung sebagai center of
intereresst untuk menyatukan bangunan dengan hiasan patung.

Arsitek Renaisans Itali pada abad XVI antara lain:


1) Donato Bramanto (Milan dan Roma 1444-1514)
Donato adalah seorang pelukis yang menjadi arsitek di Roma
sesudah tahun 1500. Karyanya ‗Tempietto‟ terinspirasi kuil
Tholos Yunani Romawi yang menampakkan ciri arsitektur
Renaisans.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 217


2) Michelangelo Buonarroti
Desain Michelangelo pada gereja St. Peter adalah dinding
bersiku dan melengkung yang mampu menciptakan dinamika
bangunan barok.

Gambar 155: Dinding bersiku pada Sistine Chapel


Michelangelo Buonarroti, March 1475-18 February 1564)
Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Michelangelo

3) Baldassare Peruzzi (Siene dan Roma 1481-1536)


Peruzzi mendapatkan pendidikan seni lukis di Sienna. Tahun
1503 bersama Raphael, Jacopo Sansovino dan Michelangelo
mendesain gereja San Giovanni di Fiorantini. Karya utamanya
adalah ‗Palazzo Massimi‟ di Roma bercorak manneristis.

4) Andrea Palladio (Vecenza 1518-1580)


Palladio menciptakan karya arsitektur di daerahnya, desain-
desainnya tampak konservatif bila dibandingkan dengan karya
Michelangelo atau Peruzzi. Contoh karyanya adalah ‗Villa
Rotonda‟.

7. Neoklassikalisme menuju Realisme

Neo berasal dari bahasa Yunani berarti baru. Istilah neoklasikalisme


menunjukkan aliran dalam karya seni yang merujuk pengembangan
gaya klasikisme. Neoklasikisme melahirkan kembali gaya klasik yang
pernah mencapai puncak kejayaan menuju era realisme. Usaha
melakukan revolusi dengan mengubah ideologi idealisme menuju
realisme. Soedarso (2001), menjelaskan bahwa perubahan dari

218 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


idealisme menuju realisme dipengaruhi oleh perkembangan sosial.
Ketika kerajaan masih kuat dalam menentukan pilihan estetika maka
seniman terbelenggu oleh aturan main hegemonial tersebut, maka
seniman mengubah visi tersebut. Namun ketika seniman telah didahului
dengan masa renaisans dengan mengajukan kebebasan ekspresi maka
realisme menjadi patokannya.

Setelah revolusi Perancis 1789 kekuasaan feodalisme berkurang,


hegemoni telah berpindah dari kerajaan menuju kenyataan, diantaranya
masalah apresiasi dan menyoal estetika. Kaum intelektual memberikan
gambaran munculnya seni akademik dan di sisi lain industri telah
memberi isyarat menurunnya kekuasaan kerajaan menuju kekuasaan
industri. Di dalam perkembangan karya seni terjadi pilihan ganda yaitu
maju terus dengan mendasarkan pada kebebasan berkarya (termasuk
ide kanon yang ditolak, mengembangkan kesenian lama dengan wajah
baru neoklasikikalisme, atau ikut meramaikan kesenian baru menuju
modernisme.

Neoklasik ini muncul akibat reaksi terhadap fenomena seni


barok/rokoko dan menganggap bahwa sudah menyimpang dari kaidah
seni klasik, dengan sebutan jelek (ugly) dan penurunan nilai (dekaden).
Sekelompok penganut neoklasik ingin mengembalikan ideal klasik dan
mengembangkan kaidah-kaidah kuno Yunani dan Romawi klasik.
Bahkan setelah penggalian dua kota kuno Pompeii dan Herculanum,
upaya pengkajian seni klasik neoklasik menggunakan pendekatan
intelektual dalam berkarya oleh David beserta pengikutnya. Akan tetapi,
neoklasikisme mendapat kritikan karena karya seni yang kaku, dingin,
dan terlalu formal. Maka seni neoklasik ditentang pula oleh romantisme.

Bagaimana dengan perkembangan seni pada Abad ke-17 hingga ke-


19? Bagaimana pula nasib neoklasikisme yang bertentangan dengan
kelompok romantisme? Sehebat-hebatnya pertentangan yang terjadi
bukan berarti peperangan, melainkan perebutan legitimasi estetika.
Neoklasikisme ingin memperjuangkan klasik yang pernah mencapai

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 219


puncaknya sebagai landasan berkarya, sedangkan romantisme ingin
mengungkap idealisme kembali dalam suasana kebaruan.

Antara abad ke-17 hingga ke-19 muncul beberapa aliran atau tahapan
perkembangan yaitu seni neoklassikisme, seni romantik, seni
akademik, dan seni beraliran realisme. Aliran ini ingin merasionalkan
kondisi yang dianggap berhalusinasi tinggi. Dari kondisi ini hadir
kesenian barok dan rokoko yang meluruskan situasi.
a. Kesenian Barok dan Rokoko
Gaya barok mengembangkan idealisme, stiliran bentuk hingga mirip
gerak yang berlebihan dan rumit (detail) serta terkesan drama,
ketegangan, semangat yang hidup dan keagungan. Penampakan
gaya sekitar 1600 di Roma, Italia dan menyebar wilayah Eropa.
Barok berasal dari kata romawi ―tidak beraturan/menyimpang‖.
Tokoh barok adalah Michelangelo dan Palladio sehingga jangkauan
pengaruh seni barok sampai di Belanda dengan pelukis terkenal
Paul Rubert (1577-1640). Jacques Louis David (1748-1825)
termasuk pelukis neoklasik yang mengikuti kaidah akademisme
bersumber pada kesenian klasik. Dengan kemampuan
akademiknya Rubert melakukan beberapa modifikasi dan
pembaruan, terutama dalam tema. Tema seni dikembangkan tidak
berdasarkan pesanan penguasa, dan teknik melukis klasik.

b. Seni Patung
Setelah kepercayaan terhadap gereja berpindah ke kerajaan, maka
seni patung yang berorientasi keagamaan mulai menyusut.
Ketertarikannya adalah kepada lukisan, karena para seniman ingin
tampil tunggal. Penampilan tunggal ini dapat dilalui dengan
pameran secara cepat dan dengan usaha berekspresi dibebaskan.
Seni patung yang hadir tidak terlalu banyak, diantaranya:

220 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 156: "Penculikan Proserpina" (1621-1622)
Sumber:http://www.academia.edu/4239530/Kumpulan_Sejarah_Seni_Rup
a_Barat

Gambar 157: Kupido membuat busurnya dari gada Herkules oleh Edmé
Bouchardon, 1747–50

c. Seni Bangun
Dalam arsitektur barok, penekanan ditempatkan pada tiang, kubah,
cahaya-dan-bayangan (chiaroscuro), efek pewarnaan 'painterly',
dan permainan antara ruang isi dan kosong. Pada bagian dalam
ruangan (interior) barok, ruang kosong menandakan adanya tangga
monumental, berbeda dari arsitektur terdahulu. Memainkan
imajinasi pengguna bangunan melalui detail-detail yanghalus
namun rumit. Ciri lengkung, kurva, asimetri. Patung dekoratif serta
lukisan menyatu dengan struktur.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 221


Gambar 158: Johann Fischer von Gambar 159: The interior of
Erlach; tahun 1715 the Hagia Sophia in
Istanbul, Turkey

Gambar 160: Gereja de São Franciscode Assis di São João del Rei,
1749–1774, oleh arsitek Brazil Aleijadinho

d. Seni Lukis
Masa rokoko, dominasi karya seni lukis potret menyebar di
beberapa negara. Di Britania Raya, beberapa tokoh muncul dengan
sapuan halus dan mampu mengungguli yang lain, misalnya: William
Hogarth (1697–1764), dalam gaya realis, dan Francis Hayman
(1708–1776), Angelica Kauffman (1741–1807) di Swiss, Thomas
Gainsborough dan Joshua Reynolds (1723–1792), sama dengan
gaya Antony Van Dyck (1599–1641). Di Perancis Jean-Baptiste
Greuze menjadi pelukis favorit dari Denis Diderot (1713–1785), dan
Maurice Quentin de La Tour (1704–1788), Élisabeth Vigée-Lebrun
dijuluki sebagai pelukis potret dan pelukis sejarah yang ulung.

222 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Berikut ini adalah contoh karya pelukis pada masa rokoko:
1) William Hogarth (1697-1764), dalam gaya realis

Gambar 161: karya William Hoghart


Sumber: www.nationalgallery.org.uk/artists/william-hogarth

2) Thomas Gainsborough

Gambar 162: Karya Thomas Gainsborough, Tuan dan Nyonya


Andrews, 1750
Sumber: www.biography.com/people/thomas-gainsborough-9304943

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 223


3) Angelica Kauffman

Gambar 163: Angelica Kauffman, Potret David Garrick, sekitar 1765


Sumber: www.bbc.co.uk/arts/yourpaintings/artists/angelica-kauffman

4) Jean-Baptiste Greuze

Gambar 164: Artes & Humor de Mulher


www.getty.edu/art/collection/artists/580/jean-baptiste-greuze.
Élisabeth Vigée-Lebrun

224 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 165: Autoportrait (1790)
Sumber: www.biography.com/people/elisabeth-vigée-le-brun-37280

5) Michelangelo Merisi Dacaravagio.

Gambar 166: Judith Beheading Holofernes 1598-1599 Galleria


Nazionale D'arte Antica, Rome.
Sumber: www.nationalgallery.org.uk/artists/michelangelo-merisi-da-
caravaggio

Seniman ini menggunakan karateristik seni desain dengan


menganalogikan ukiran dengan simetris tubuh manusia, seperti:
Francesso Borromini, dikatedral San Carlo Alle Quatro Fontane,
Roma dan San Ivo della Sapienza, Roma.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 225


e. Romantisme
Pendirian akademi pada masa neoklasisme bertujuan untuk
meneruskan dan mempertahankan tradisi klasik dan sekaligus
sebagai pusat kegiatan seni kerajaan. Gaya seni akademi ini
selanjutnya diteruskan oleh seni romantisisme, sehingga sangat
wajar jika kedua gaya seni ini (neoklasisme dan romantisme)
dinamakan seni akademis. Hal ini akan menjadi ciri perkembangan
seni Perancis di abad ke-18 dan ke-19.

Romantisme berasal dari kata Perancis, roman (cerita), dan


memang dalam gaya romantisme juga mencerminkan adanya
pengaruh sastra roman Perancis. Terutama dalam melukiskan
cerita-cerita tragedi yang dasyat, kejadian dramatis yang
mencekam. romantisme merupakan gerakan yang meneruskan
neoklasisme tetapi sekaligus mereaksi dan menentang klasisme.
Pelopor gerakan Romantisme adalah Theodore Gericault (1791-
1824) dengan salah satu karyanya yang terkenal ―Rakit Medusa‖
(1818).

Gambar 167: Theodore Gerricault: Raft of Medusa


Sumber: www.louvre.fr/en/oeuvre-notices/raft-medusa

Neoklasisme dan romantisme merupakan dua gerakan yang


sekaligus sebagai aliran (gaya). Keduanya seiring bermunculan
namun terdapat pertentangan diantaranya. Pertentangan tersebut
pada misi dan visi penciptaan dan langgam seni. Jika dikaji secara
mendalam, keduanya masih tetap mempertahankan citra

226 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


akademisme yang bersumber pada kaidah teknis seni klasik.
Keduanya justru nantinya menghadirkan gaya realisme. Pelukis
yang terkenal dengan menampilkan ciri-ciri tersebut ialah Delacroix
(1798-1863) tampak pada kebebasaan hidup berpetualang
(bohemianisme), dan sukses dalam lingkungan salon. Karya-karya
Delacroix yang terkenal di antaranya: Pembunuhan besar-besaran
di Scio (1824), Perburuan Senja, dan Perampokan Rebecca.
Karya-karya ini mendorong pelukis lain mengikuti kemampuan
teknik seni akademik, yaitu ketepatan antara imajinasi dengan
kenyataan. Jika dikatakan sebagai pemicu munculnya realisme
karena idealisme yang ada dalam romantisme diubah visinya ke
dalam realisme.

Gambar 168: Pembunuhan Besar-Besaran di Scio


Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Eugène_Delacroix

Sebelum membahasa panjang lebar gaya realisme, sebaiknya


pembelajar memahami beberapa trik perbedaan antara
neoklasisme dengan romantisme. Keduanya, memiliki bentuk
penampilan yang relatif sama, sebagai contoh dapat dilihat pada
‗Kapal Medusa‘ dengan Delacroix ‗Pembunuhan Besar-besaran.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 227


f. Seni Realisme
Gerakan realisme muncul karena menentang seni neoklasisme dan
romantisme. Jika neoklasisme menggunakan rasio/intelektualnya
dalam mengungkapkan ide, dan romantisisme menggunakan
emosinya, maka realisme berkeinginan menggambarkan keadaan
nyata hidup manusia. Seniman realisme berkeinginan
menggambarkan obyek yang benar-benar real, tanpa ilusi, dan
bersumber dari kehidupan sehari-hari. Tokoh realisme yang
dianggap menentang dua aliran sebelumnya -yaitu Fransisco de
Goya (1746-1838), Honore Daumier (1807-1879) dan Gustave
Courbet (1819-1877). Kejadian di sekitar kehidupan para seniman
diungkapkan sebagai tema karya seni. Gaya dan aliran realisme
mengungkapkan citra estetik dan realita kehidupan dengan sikap
batin yang lebih otonom.

Mereka tidak lagi banyak terikat oleh tradisi seni klasik.


Perkembangan selanjutnya kaum realisme sudah menemukan
keasyikan menyerap realitas melalui interpenetrasinya terhadap
alam terbuka. Artinya, pelukis mengambil objek langsung ke desa
dan hutan. Seniman mengamati suasana alam secara langsung
dengan harapan menimbulkan subyektivitas menangkap gejala
alam (persepsi alam) dengan pengalamannya sendiri-sendiri.

Rousseau, Jules Dupre, JE Millet, dan Corot, yang menamakan


dirinya kelompok Barbizon. Kelompok ini yang menentang seni
akademis (sekaligus juga menentang tradisi klasik) karena atas
pengalaman hidup mereka di desa Barbizon, dekat hutan
Fontainebleau, Paris menemukan berbagai kebaruan yang bisa
memuaskan perasaan dan menyalurkan kebebasan berkarya. Tema
seni rupa (lukis) bersumber pada kejadian sehari-hari yang ada di
lingkungan hidup para seniman. Peperangan dan kekejaman dari
rezim Napoleon misalnya ditumpahkan pengalaman itu ke dalam
karya. Realisme tersebut juga diungkapkan dalam tema potret yang
realistis dan karikaturis lithografi, seperti ―Honoré Daumier‖.

228 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Dalam penguasaan anatomi dan proporsi tampak pada karya-karya
Courbet sebagai seni nyata, mengungkapkan sesuatu yang serba
kenyataan realitas kehidupan manusia yaitu ―Pemakaman di
Ornans‖ suatu tema lukisan kehidupan biasa yang tidak mungkin
ada pada lukisan neoklasisme dan romantisme. Oleh Yudoseputro
(1987) dikatakan gaya Realisme: menunjukkan sikap realitas dalam
representasi dan realitas bermetafora serta abstraksinya.

Gambar 169: karya Daumier Gargantua (1831)


Sumber: www.daumier.org

Gambar 170: karya Courbete: Pemakaman di Ornans


Sumber: www.gustavecourbet.org

Sejarah seni rupa gaya seni realisme sering dikacaukan dengan


gaya naturalisme. Kaum naturalisme berusaha mengungkapan
segala sesuatu sesuai dengan wujud kenyataan (nature). Manusia
atau alam dengan fenomenanya diungkapkan sebagaimana mata
kita memandang dan menangkap. Untuk memberikan kesan mirip

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 229


dan akurat, artinya bahwa susunan, perbandingan, keseimbangan,
tekstur (barik), warna dan unsur-unsur visual lainnya, diusahakan
setepat mungkin sesuai mata kita memandang. Sebaliknya dalam
aliran (gaya) realisme, cenderung melukiskan kenyataan dari
kehidupan manusia. Ada kecenderungan seniman untuk
menyatakan realitas berdasarkan persepsinya sendiri, baik dari segi
internal maupun eksternal, yang diterjemahkan dalam idiomnya
yang otonom.

8. Modernisme dan Postomodernisme

Selama dua dasarwarsa abad ke-20 terjadi beberapa perkembangan


pokok yang secara umum berangkat dari gerakan, post-impresionisme.
Gerakan seni rupa yang muncul di antaranya kubisme dan
ekspresionisme. Meskipun Paris tetap menjadi pusat seni rupa dunia,
muncul pula gerakan seni rupa di berbagai tempat, di antaranya di
Jerman, Itali, dan Rusia (Jones, 1992: 168).

Perkembangan seni modern tidak serta merta hadir dengan


menunjukkan perubahan, namun melalui masa transisi. Masa transisi ini
dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah mulai dari zaman
prasejarah hingga zaman barok dan rokoko pada dasarnya
menunjukkan usaha seniman untuk mencapai penggambaran objek
secara naturalistik (sesuai dengan kenyataan). Namun bukan berarti
seni modern meninggalkan klasik. Sebagai contoh David (1748-1825)
dianggap oleh Soedarso pelopor seni modern; perubahan subjek lukisan
dari visi teknik dan individu kepada ungkapan sosial. Maka terjadi
redefinisi subjek: bukan pada karya seni dengan artistikanya, melainkan
pada stetika sosial yang melandasi perubahan atau transisi tersebut.
Tentu saja pernyataan ini akan menggugah pertanyaan, bagaimana
dengan aliran nonrealisme? Sebenarnya dialah yang pertama
menyatakan subjek adalah kondisi nyata.

230 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 171: Karya Jacques-Louis David: Sumpah Hoartius
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Oath_of_the_Horatii

Dari uraian ini tampak kompleksitas masalah yang harus ditampung


oleh seni modern, maka kebebasan berekspresi yang dapat
memberikan wadah berkarya. Seniman dipersilakan memilih sikap
cenderung berasosiasi dengan seni nonrealistik atau disebut seni
abstrak. Namun seniman juga bisa mengangkat peristiwa yang sangat
vulgar tentang kondisi masyarakatnya. Pada tahun 1830-1840 ada
beberapa pelukis yang tergabung dalam ikatan yang disebut kelompok
Barbizon, yang gigih menentang akademis. Mereka ini di antaranya
Theodore Rousseau, Jules Dupre, J.E. Millet, dan Camille Corot, yang
menentang akademis dan meletakkan dasar perkembangan dari aliran
impresionisme. Barbizon adalah nama desa dekat hutan Fontainebleau
(dekat Paris), tempat berkumpul para pelukis alam.

Karya Millet bertemakan sekitar kehidupan petani, nilai ekspresi hidup


yang keras dan miskin. Pada tahun 1857 meneruskan pelajaran
melukis, dan karyanya masuk salon. Beberapa karya lukisannya yang
terkenal yaitu Jalanan di Ladang Gandum, Oidipus, Tukang Tampi, dan
Penabur Benih. Corot adalah pelukis Barbizon yang menjadi
penghubung tradisi lama dan baru. Walaupun tradisi formal (konstruktif)
ingin dikembangkan tetapi nuansa masih terasa seperti lukisan Poussin.
Pada lukisan potret, Corot memperlihatkan ciri aliran realisme. Karya
lukis yang terkenal yaitu: Pemandangan di Venezia, Wanita Bermutiara,
dan Dua Orang dalam Biduk.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 231


Gambar 172: Karya Millet, The Gleaners, 1857. Musée d'Orsay, Paris
Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Jean-François_Millet

Millet ingin bercerita tentang betapa asyiknya persaudaran para penabur


benih gandum dari orang kecil. Misi ini dinyatakan sebagai seni modern
karena objek seni tidak hanya mengungkap seputar lingkungan
kerajaan. Disusul oleh Édouard Manet; ia adalah pelukis yang termasuk
kelompok seniman yang ditolak salon. Manet mengadakan pameran
dan penampilan karyanya di salon Des Refuses. Salon ini adalah
tempat pameran yang diadakan oleh Napoleon III untuk menggelar
karya-karya seniman yang ditolak oleh salon dari kelompok akademi
(skandal kaum borjuis). Manet tertarik dengan tradisi Jepang (pada
pameran Paris World Fair tahun 1862) yang akhirnya tahun 1874
melaksanakan pameran pertama impresionisme. Karya lukisannya yang
terkenal adalah Emile Zola, Wanita dengan Kipas, Olympia, Boating,
dan Le Dejeuner.

232 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 173: Karya Manet: The Execution of Emperor Maximilian, th. 1868
Sumber:
http://us.images.detik.com/content/2015/06/03/1059/075558_manet.jpg

Seniman di atas sebagai pemula gerakan seni modern dengan


mendasarkan kepada objek formal berupa situasi sosial. Dari realisme
menuju Impresionisme dan setelah itu berkembang beberapa aliran seni
lukis yang prinsip muatan visinya tetap sebagai ekspresi sosial.
Perkembangan ini menghadirkan seni yang lebih banyak berorientasi
sosial. Di bawah ini terungkap beberapa pelukis yang menampilkan
bentuk fisik berbeda, namun visi sosial tetap dihadirkan sebagai refleksi,
penguatan alur sosialisme realisme sampai kepada abstrak. Apalagi
setelah perubahan pusat kesenian berpindah dari benua Eropa menuju
Amerika dengan seni kontemporer yang ingin membela estetika
kerakyatan.
a. Gaya dan Aliran
1) Aliran Naturalisme
Perkembangan gaya seni rupa tidak dapat diindikasi dengan
tepat ruang dan waktu perubahan. Ruang artinya kapan ide baru
itu hadir dan waktu menunjukkan saat berubah. Misalnya aliran
naturalisme, apakah merupakan kontra ide terhadap aliran
sebelumnya? Atau hadir seketika saat seniman mempunyai
gagasan. Courbert seorang tokoh pelukis pemandangan dengan
objek situasi kehidupan manusia, dikatakan sebagai pelukis

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 233


realisme. Namun jika dilihat dari objek formalnya gaya Courbert
adalah naturalis. Sedangkan, Monet cenderung melukiskan
suasana pemandangan tanpa melihat tujuan sosial ini
digolongkan sebagai gaya naturalisme. Monet berprinsip bahwa
―seni untuk kepentingan seni, bukan untuk apapun.‘ Maka, gaya
naturalisme sering dijuluki sebagai pelukis pemandangan. Tokoh
naturalisme Thomas Gainsbrough (1727-1788) dari Inggris.

Aliran naturalisme mengobjektifikasi pemandangan, pelukis


mencintai dan memuja alam dengan segenap isinya sebagai
objek formal maupun materialnya. Penganut aliran ini berusaha
untuk melukiskan keadaan alam, khususnya dari aspek yang
menarik, sehingga lukisan naturalisme selalu bertemakan
keindahan alam dan isinya. Meskipun lukisan naturalistik Monet
mendekati realisme, tetapi sangat berbeda dengan lukisan
Gustave Courbert sebagai tokoh realisme.

Gambar 174: karya Thomas Gainsborough Portrait of the Artist with his
Wife and Daughter, about 1748
Sumber: http://www.nationalgallery.org.uk/artists/thomas-
gainsborough

2) Aliran Impresionisme
Istilah impresif dengan impresionisme sering disamakan,
impresif untuk menyatakan lukisan dengan warna tidak ditail
dan kabur. Aliran impresionisme adalah suatu keyakinan
pelukis untuk mengungkapkan kekuatan sapuan kuas, warna
cerah, komposisi terbuka, penekanan pada kualitas cahaya,
subjek tidak terlalu ditonjolkan dengan objektifikasi yang aneh.

234 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Konsentrasi terhadap kekuatan warna menyebabkan pelukis
impresionisme tidak suka menggunakan warna hitam. Seorang
tokoh impresionisme dari Prancis bernama Piere Auguste
Renoir (1841-1919) warna lukisannya tergantung cuaca, karena
melukis di luar studio maka diperlukan kecepatan menangkap
objek. Kekuatan cahaya menyebabkan pelukis tertarik dengan
prinsip ‗kesan‘ (impresi). Tokoh aliran ini adalah Claude Monet.

Gambar 175: Impression, Sunrise (Impression, soleil levant) (1872/1873)


Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Claude_Monet

3) Aliran Ekspresionisme
Modernisme yang hadir pasca impresionisme diduga adalah
ekspresionisme yang hadir sebelum pecah Perang Dunia I:
Expressionism was developed as an avant-garde style before
the First World War. It remained popular during the Weimar
Republic,[1] particularly in Berlin. The style extended to a wide
range of the arts, including expressionist architecture, painting,
literature, theatre, dance, film and music
(id.wikipedia.org/wiki/expressionism). Sebagai dampak langsung
dari impresionisme yang menguatkan warna sebagai sumber
inspirasi, maka ekspresionisme lebih bergairah dengan warna
secara ekspresif (spontan) dan dikendalikan oleh objektivikasi
warna terkait dengan ungkapan rasa. Para pelukis mulai
menggali hal-hal yang berhubungan dengan batin, dan berani
mendistori (mengubah) bentuk. Tokoh utama ekspresionisme

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 235


adalah Vincent Van Gogh (1850) dilanjutkan dengan tokoh lain
seperti Paul Cezanne, Paul Gauguin, Emil Nolde dan di
Indonesia yaitu Affandi. Akhirnya, lukisan dijadikan media untuk
mengungkapkan kesedihan, ketakjuban suasana, kegembiraan
ataupun kesenangan yang tidak mungkin keluar melalui kata.
Ekspresionisme merupakan aliran yang melukiskan aktualitas
dengan mendistori bentuk, menguatkan warna dan
mengeluarkan isi hati dalam karya.

Gambar 176: Karya Vincent van Gogh Malam-malam Penuh Bintang


1889
Sumber: www.phaidon.com

Gambar 177: Perahu Cadik. Karya Affandi


Sumber: mbagiilmu.blogspot.com

Tebaran aliran ekspresionisme ini mendorong lahirnya variasi isi


ekspresionisme seperti abstrak ekspresionisme, impresif-
ekspresionisme, dan abastrakisme, dan masih banyak lagi.

236 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Catatan: setelah ekspresionisme berkembang menjadi ranah
kecil maka istilah aliran atau ‗isme‘ berganti dengan ‗art‘ di
belakang istilah tersebut, misalnya: contemporary art, doodle Art
dan masih banyak lagi.

4) Aliran Fauvisme
Kepopuleran aliran ini dimulai dari Le Havre, Paris, hingga
Bordeaux. Kematangan konsepnya dicapai pada tahun 1906.
Aliran ini berumur pendek yaitu menjelang dimulainya era seni
rupa modern. Nama fauvisme berasal dari kata sindiran ―fauve‖
(binatang liar) oleh Louis Vauxcelles saat mengomentari
pameran Salon d‘Automne. Nama fauvisme berasal dari
bahasa Prancis “les fauves‖, yang artinya binatang liar. Aliran
fauvisme sangat mengagungkan kebebasan berekspresi,
sehingga banyak objek lukisan yang dibuat kontras dengan
aslinya seperti pohon berwana oranye/jingga atau lainnya.
Lukisan-lukisan fauvis betul-betul membebaskan diri dari
batasan-batasan aliran sebelumnya.

Pelukis fauvisme cenderung melukis apa yang mereka sukai


tanpa memikirkan isi dan arti dari sebuah lukisan yang dibuat.
Maurice De Vlaminck, merupakan tokoh fauvisme yang banyak
terinspirasi oleh goresan warna Vincent Van Gogh, sampai-
sampai ia berkata ; Saya lebih mencintai Van Gogh dari pada
ayah saya. Tokoh lain dari aliran ini adalah Henri Matisse, Henri
Rousseau dll.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 237


Gambar 178: Henri Rousseau The Hungry Lion Throws Itself on the
Antelope, 1905
Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Fauvism

Gambar 179: Karya Henri Matisse Portrait of Madame Matisse (The


Green Stripe), 1906,
Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Fauvism

5) Aliran Kubisme
Kubisme adalah melukis dengan menampilkan objek yang
seolah terdiri atas bidang-bidang geometris, persegi, kotak,
seperti kubus yang tersusun. Alam disederhanakan berkesan
seperti bidang atau kubus. Menurut Cooper ada yang namanya
kubisme awal (1906-1908) ketika gerakan ini mulai
dikembangkan di studio Picasso dan Braque, fase kedua
disebut kubisme tinggi (1909-1914) ketika Juan Gris muncul

238 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


sebagai seniman berpengaruh dan kubisme akhir (1914-1921)
sebagai Kubisme sebagai gerakan avant-garde radikal.

Penciptaan kubus dicapai dengan garis atau warna dan menjadi


ide kubisme seperti dikatakan Paul Cezanne ―bentuk dasar dari
segala bentuk adalah silinder, bola, balok dan semua bentuk
yang ada di dalam di pengaruhi oleh perspektif, sehingga
bidang tertuju pada satu titik tengah.‖ Dari prinsip ini Picasso
memunculkan kubisme. Cabang pertama kubisme, yaitu
kubisme analitis sebagai gerakan seni radikal mendorong
kemunculannya antara 1907 dan 1911 di Perancis. Pada fase
kedua, kubisme sintetis, gerakan ini menyebar dan masih ada
sampai sekitar tahun 1919, ketika gerakan Surealisme mulai
dikenal masyarakat. Lukisan kubisme mengedepankan bentuk-
bentuk geometris. Tokoh kubisme yang lain Juan Gris, Georges
Braque, dan lain-lain.

Gambar 180: karya Georges Braque, Woman with a Guitar, 1913


Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kubisme

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 239


Gambar 181: Les Demoiselles d'Avignon
Sumber: www.pablopicasso.org/cubism.jsp

6) Aliran Seni Abstrakionisme


Dalam beberapa buku seni abstrak digolongkan ke dalam ranah
seni kontemporer, dengan ciri fisik tidak menggambarkan obyek
dalam dunia asli, tetapi menggunakan warna dan bentuk dalam
cara non-representasional. Awal perkembangannya pada awal
abad ke-20, yang semula untuk mendeskripsikan seni kubisme
dan seni futuristik. Gerakan bersama menjadi sebuah aliran
abstraksionime berusaha melepaskan diri dari sensasi-sensasi
atau asosiasis figuratif suatu obyek. Dalam penampilannya,
Abstraksionisme ini di bedakan menjadi dua yaitu abstrak dalam
bentuk geometrik murni seperti lingkaran kubus dan segi tiga.
Tokoh aliraran ini berasal dari Rusia yaitu Malivich (1913)

240 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


a) Abstrak Kubistis

Gambar 182: Kazimir Malevich, Black square 1915


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Abstract_art

Gambar 183: Robert Delaunay, 1912, Windows Open


Simultaneously
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Abstract_art

b) Abstrak Nonfiguratif
Karya seni ini sudah mirip dengan seni kontemporer yang
tidak membutuhkan prinsip representasional. Seni Lukis
abstrak merupakan gagasan awal untuk mengungkapkan
perasaan melalui garis, warna bentuk sebagai bahasa ke
dua. Namun bentuk yang dihasilkan sudah meninggalkan
bentuk alami. Tokohnya adalah Wassily Kadinsky, Naum
Goba. Contoh karyanya dapat dilihat pada gambar berikut:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 241


Gambar 184: Wassily Kandinsky, (cat air) 1910
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Abstract_art

7) Aliran Futurisme.
Futurisme berkait dengan filsafat modernisme dengan
mendorong hadirnya berpikir bebas. Kata future (bahasa
Inggris) berarti ‗masa depan‘. Harapan sekelompok pendukung
aliran ini sebagai avant-garde terhadap perubahan budaya yang
tidak pasti. Futurisme berpaham bahwa masa mendatang akan
lebih baik, dalam arti lebih konkrit, manusia akan mampu
menguasai jagad raya dengan tehnologi yang dimiliki.

Gerakan futurisme yang diproklamirkan tahun 1909 oleh penulis


dan penyair Italia, Filippo Tommaso Marinetti. Harapan gerakan
ini adalah nilai-nilai dari kaum futuris mampu mengimbangi
pergeseran kebudayaan, kekuatan dinamis pasar bebas, era
teknologi permesinan, dan komunikasi global yang menurut
argumentasi mereka tengah merubah alam realitas dari
kebudayaan dunia. Maka khayalan-khayalan kaum futuris
memakai pola-pola geometris untuk mewakili arah gerak dan
makna dari pergerakan. Karya-karya sudah mulai melepaskan
prinsip pembidangan seni rupa dengan fashion, dekorasi serta
memusatkan dengan menyatakan seni adalah satu. Gerakan ini
yang memotivasi hadirnya seni kontemporer. Tokoh aliran ini
antara lain Carlo Carra, Buido Severini, Umbirto Boccioni dan
F.T Marineti.

242 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 185: Karya Marinett, Poem of Marinetti on a wall in Leiden
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Filippo_Tommaso_Marinetti

Gambar 186: Karya Samuel Monnier "Fibonacci word" work of fractal


art, a type of algorithmic art,
Sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Art_manifesto#Fractal_art_manifesto_199
9

8) Aliran Dadaisme
Aliran dadaisme merupakan pemberontak konsep dari konsep
aliran sebelumnya. Aliran ini mepunyai sikap memerdekakan diri
dari hukum-hukum seni yg telah berlaku. Kata dada
mengandung arti sinis, dengan maksud sinis terhadap perang
yg tak kunjung padam memberi kesan hilangnya nilai sosial dari
nilai estetika di muka bumi, sehingga dalam pandangan
dadaisme tidak ada estetika dalam karya seni. Dadaisme
mengandung maksud sinisme anti-seni/anti-art.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 243


Ciri aliran ini sinis, nihil dan berusaha meleyapkan ilusi. Tokoh
dadaisme adalah Paul Klee, Scwitters Tritan Tzara, Maron
Janco, dll. Nama dadaisme diambil dari kata dada yang berarti
kuda kayu mainan. Penemu aliran ini Tristan Tzara, Marcell
Janco, Hugo Ball, dan Richard Huelsenbeck. Adapun tokoh
beraliran dadaisme adalah Roull Haussmann, Duchamp, dan
Hans Arp.

Gambar 187: Karya Hans Arp-Collage Arranged According To The


Laws Of Chance
Sumber: shapescolours.blogspot.com

Gambar 188: Karya, Cut with the Dada Kitchen Knife through the Last
Weimar Beer-Belly Cultural Epoch in Germany, 1919,
Sumber: id.wikipedia.org/wiki/Dadaisme

244 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 189: Karya Marcel Duchamp, Fountain,1917
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Dada

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 245


TIPS
Beberapa tokoh dadaisme yang menyebar di penjuru dunia:
1. Guillaume Apollinaire — Prancis
2. Hans Arp — Swiss, Prancis dan Jerman
3. Hugo Ball — Swiss
4. Johannes Baader — Jerman
5. Arthur Cravan — Amerika Serikat
6. Jean Crotti — Prancis
7. Theo van Doesburg — Belanda
8. Marcel Duchamp — Prancis dan Amerika Serikat
9. George Grosz — Jerman
10. Max Ernst — Jerman
11. Hannah Höch — Jerman
12. Raoul Hausmann — Jerman
13. Emmy Hennings — Swiss
14. Richard Huelsenbeck — Swiss dan Jerman
15. Marcel Iancu — Swiss (lahir di Romania)
16. Clément Pansaers — Belgia
17. Francis Picabia — Swiss, Amerika Serikat dan Prancis
18. Hans Richter — Jerman, Swiss dan Amerika Serikat
19. Sophie Taeuber-Arp — Swiss
20. Beatrice Wood — Amerika Serikat dan Prancis

9) Aliran Surealisme.
Berbagai pustaka merujuk surealisme resmi dipakai dalam
diskusi karya sastra tahun 1924, di Paris (Andre Breton) ketika
menulis manifesto pertama surealisme. Surealisme menggagas
ambisi tentang kelahiran gerakan baru. Kata ini diulang oleh
Breton dengan menuliskan dalam manifesto surealis pada
tahun 1930 dan 1942. Gerakan tersebut menyebar ke wilayah
Eropa ke wilayah Amerika Utara dan Selatan. Kontribusi
gerakan surealis penemuan teknik baru yang terhubung ke
alam pikiran bawah sadar.

246 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


(https://abrarozora.wordpress.com/2014/03/08/aliran-seni-
surealisme/)

Aliran surealisme dalam karya seni lukis banyak di pengaruhi


oleh teori analisis psikologis Sigmund Freud mengenai
ketidaksadaran dalam anatomisme dan impian. Surealisme
sering tampil tidak logis dan penuh fantasi, seakan-akan
melukis dalam mimpi. Tokoh aliran ini antara lain: Salvador Dali,
Maxt Ernest dan Joan Miro.

Gambar 190: Karya Salvador Dali, The Persistence of Memory 1931


Sumber: https://abrarozora.wordpress.com/2014/03/08/aliran-seni-
surealisme/

Gambar 191: The Elephant Celebes, 1921(Karya Max Ernst)


Sumber: https://abrarozora.wordpress.com/2014/03/08/aliran-seni-
surealisme/

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 247


Gambar 192: Peinture (Karya Juan Miro)
Sumber: https://abrarozora.wordpress.com/2014/03/08/aliran-seni-
surealisme/

RENUNGKAN

Setelah pembelajar memahami perkembangan Realisme sebagai


penentang neoklasisisme dan romantisme kini dihadapi persoalan baru
dengan seni modern yang lebih menjurus kepada objek formal berupa
kondisi sosial yang diangkat.
Ketika idealisme dikalahkan dengan realisme, kini menghadapi
persoalan, realisme apakah menyoal realis? Atau menyoal realistis.
Soedarso dengan tegas tetap menyatakan ‗Sumpah Horati‘ adalah
lukisan diarahkan sebagai teks protes kepada tanggungjawab negara
terhadap rakyat. Disusul dengan Coubete dengan judul Stone Breaker,
lebih memberi gambaran pentingnya memperhatikan orang kecil.

10) Seni Rupa Posmedern dan Seni Kontemporer


Istilah kontemporer yang dimaksudkan adalah ‗kondisi kekinian‘
dengan sesuatu yang baru dan belum pernah terjadi. Jika
kontemporer dikaitkan dengan istilah posmodern terdapat
kerancuan, sebab mempunyai titik pijak untuk menjelaskan

248 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


dengan fisik karya atau konsep berkarya. Beberapa buku
merujukkan posmodern dengan kontemporer dilihat dari
peristiwa kehadirannya ideologi. Posmodern merupakan
ke‘akhir‘an modern saat hadir, oleh karenanya posmodern
adalah kelanjutan modern. Kelanjutan ini ditandai dengan ide,
gagasan yang sama. Posmodern dan kontemporer mempunyai
tema yang sama.

Perubahan estetika dari modernisme menjadi posmodernisme


berbeda, modernisme berangkat dari ide mengambil tema
kerakyatan divisualkan dengan perjalanan representasi.
Representasi ini membawa objek untuk dicerna dan divisualkan
melalui gagasan baru. Representasi modernisme dikatakan
kemampuan teknik berkarya dan keindahan tertumpahkan pada
kanvas, sedangkan Posmdernisme melepaskan diri dari bentuk
bahkan seni kontemporer menghilangkan representasi tersebut.

Perkembangan seni modern menuju kontemporer dipengaruhi


oleh dekonstruksi yang mencari perbedaan, kebaruan,
kesegaran, eksplosif dan sensasional. Dekonstruksi hadir
dengan ‗mempertanyakan metafisika kehadiran, yaitu
mempertanyakan mengapa suatu pertanyaan harus dijawab
dengan tunggal. Di samping itu selalu mengangkat persoalan
adiluhung yang selalu mempunyai jawaban tuntas karena satu
dan tidak bisa dipertanyakan ulang. Simbolisme semacam ini
yang nantinya hadir sebagai kekuatan hegemoni.

Karya-karya seni kontemporer menempatkan rakyat sebagai


alasan kehadiran karya seni, oleh karenanya bisa dikatakan
seni kerakyatan adalah seni yang mengungkap,
memperuntukkan rakyat dan mengolah kepentingan rakyat
dalam tema karya. Hasil penampilannya dengan bahan ready
mades maupun olahan bahan/medium. Atas kepentingan
‗estetika bawah‘ ini seni tidak terbatasi oleh sekat pembidangan:

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 249


a) bercampur secara integratif maupun kolaboratif antar bidang
seni,
b) memajukan unsur pembelaan kepada rakyat dengan seni,
c) mencari alternatif kebaruan seni untuk mencapai estetika
bawah,
d) sebagai apropriasi seni Modern dan anti historianisme walau
dirinya masuk dalam kontek sejarahnya sendiri.
e) kedudukan subjek ‗indah‘ berada pada diri penikmat, bukan
lagi pada karya.
f) penampilan dekat dengan rakyat maka hadirlah ‗seni ruang
publik‘ (public art). Tokoh yang mengarah seni kontemporer
adalah Andi Warhol (1960).

Gambar 193: Nanas by Niki de Saint Phalle in Hanover, Germany


Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Public_art

Seni kontemporer mendapat pengaruh dari budaya baik secara


fisik, sistem maupun nilai meliputi komputer, teknologi mesin,
ataupun pengetahuan lain. Kehadiran seni instalasi, hapening
art, seni lingkungan, seni mesin, seni digital, Seni fashion, seni
gerak dan kolaborasi. Penerapannya ada pada fashion,
teknologi, mesin dan masih banyak lagi.

250 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Gambar 194: Public fountain sculpture that is also a musical
instrument (hydraulophone)
Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Public_art

D. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran dalam kegiatan modul ini lebih menekankan


kemandirian pembelajar sehingga sangat diperlukan keaktifan dalam
beraktivitas baik secara personal maupun kelompok. Selain itu juga
dibutuhkan kedisiplinan, pemahaman berpikir kritis, minat, dan kemampuan
sendiri. Dalam aktivitas pembelajaran digunakan pendekatan ataupun
metode yang bervariasi, tetapi karena pembelajaran yang dilakukan adalah
pembelajaran seni maka sangat diperlukan juga pendekatan estetik.

Integrasi pendidikan karakter dalam pembelajaran pada setiap mata


pelajaran selalu dikaitkan dengan norma atau nilai-nilai perilaku peserta,
yang akan terrefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. Penanaman nilai-nilai
pendidikan karakter tidak hanya pada ranah kognitif, tetapi menyentuh pada
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik di
lingkungan sekolah sampai pada lingkungan masyarakat.

Serangkaian kegiatan belajar yang dapat Saudara lakukan untuk


memantapkan pengetahuan, keterampilan, serta aspek pendidikan karakter
yang terkait dengan uraian materi pada kegiatan pembelajaran ini.
1. Pada tahap pertama, Saudara dapat membaca uraian materi
perkembangan seni rupa Barat atau membaca teks secara cepat dan
menyeluruh untuk memperoleh gambaran umum materi, serta

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 251


mengamati gambar-gambar perkembangan seni rupa Barat pada modul
ini.
2. Berikutnya Saudara dianjurkan untuk membaca kembali materi secara
berurutan. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari keterlewatan materi
dalam bahasan kegiatan pembelajaran ini.
3. Fokuslah pada materi atupun sub materi yang ingin dipelajari.
4. Baca baik-baik informasinya dan cobalah untuk dipahami secara mandiri
sesuai dengan bahasan materinya.
5. Latihkan secara personal atau berkelompok materi praktek dan
sesuaikanlah dengan prosedur yang ada di modul. Ulangi latihan
tersebut sampai Saudara terampil sesuai tingkat pencapaian yang
ditentukan dalam modul.
6. Setelah semua materi Saudara pahami, lakukan aktivitas pembelajaran
dengan mengerjakan lembar kerja berikut.

Lembar Kerja 4.
Menganalisis Perkembangan Seni Rupa Barat

Tujuan:
Melalui diskusi kelompok Saudara diharapkan mampu menganalisis
perkembangan seni rupa Barat dengan memperhatikan kemandirian,
kedisiplinan, menghargai perbedaan pendaat serta memiliki kemauan
kuat untuk lebih kreatif.

Langkah Kerja:
a. Persiapkanlah alat dan bahan untuk kerja kreatif dengan semangat
kerjasama, disiplin, saling menghargai, dan menjaga keaktifan
berkomunikasi dengan sesama peserta maupun fasilitator.
b. Pelajarilah lembar kerja rencana kerja kreatif tentang
mengidentifikasi perkembangan seni rupa Barat Baca kembali
uraian materi, lakukanlah studi referensi lainnya yang mendukung
dan observasi baik secara langsung atau berdasar pengalaman
kemudian diskusikan dengan sesama peserta untuk mendapatkan
pemahaman dan teknik tertentu dalam memvisualkannya.

252 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


c. Isilah lembar kerja rencana menganalisis perkembangan seni rupa
Barat untuk mendapatkan hasil yang optimal, dan proses kerja yang
cermat dan teliti.

Lembar Kerja Rencana menganalisis perkembangan seni rupa Barat


No. Aspek Perencanaan Hasil kajian

d. Dalam kegiatan diklat tatap muka penuh, Lembar Kerja 02 ini


Saudara kerjakan di dalam kelas pelatihan dengan dipandu oleh
fasilitator. Dalam kegiatan diklat tatap muka In-On-In, Lembar Kerja
4 ini Saudara kerjakan pada saat on the job training (On) secara
mandiri sesuai langkah kerja yang diberikan dan diserahkan serta
dipresentasikan di hadapan fasilitator saat in service learning 2 (In-
2) sebagai bukti hasil kerja.

Pembelajaran yang berfungsi untuk membangkitkan rasa ingin tahu, minat,


dan perhatian Saudara tentang suatu tema atau topik pembelajaran akan
menginspirasi saudara untuk aktif belajar, serta mendiagnosis atau mencari
tahu kesulitan yang akan dihadapinya. Hal ini dilakukan dengan cara
menstrukturkan tugas-tugas dan menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahaman atas substansi pembelajaran yang diberikan.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 253


E. Latihan / Kasus / Tugas

1. Buatlah kajian tentang seni rupa modern


2. Buatlah kajian tentang sen rupa kontemporer
3. Carilah contoh karya seni rupa modern kemudian lakukan evaluasi
terhadap karya tersebut

F. Rangkuman

Seni di Eropa menjadi parameter perkembangan seni dunia. Eropa mampu


menerbitkan genre yang relatif terdokumentasi secara objektif. Secara garis
besar perkembangan atau tahapan perkembangan di Eropa dapat diuraikan
dalam 5 tahap satuan era perkembangan, yaitu:
a. abad Pertengahan (medieval);
b. renaisans;
c. neoklasikisme menuju realisme;
d. modernisme;
e. Posmodernisme.

Berkembangnya beberapa aliran seni lukis yang prinsip muatan visinya tetap
sebagai ekspresi sosial. Perkembangan ini menghadirkan seni yang lebih
banyak berorientasi sosial. Di bawah ini terungkap beberapa pelukis yang
menampilkan bentuk fisik berbeda, namun visi sosial tetap dihadirkan
sebagai refleksi, penguatan alur sosialisme realisme sampai kepada
abstrak. Apalagi setelah perubahan pusat kesenian berpindah dari benua
Eropa menuju Amerika dengan seni kontemporer yang ingin membela
estetika kerakyatan.

254 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


G. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Modul ini merupakan salah satu sarana ataupun media belajar yang paling
sederhana dan dapat dijadikan sebagai acuan belajar tentang sejarah seni
rupa barat Kesederhanaan modul ini diharapkan dapat merangsang dan
merefleksikan spirit untuk lebih banyak lagi melakukan latihan-latihan
sejarah seni rupa barat Dalam latihan yang dilakukan dengan berbagai
media yang paling sederhana sampai dengan media yang proporsional.

Materi tentang sejarah seni rupa barat dapat dipahami jika kita banyak
melihat, mengenal dan memiliki perbendaharaan visual karya-karya seni.
Selanjutnya perlu banyak membaca referensi sejarah seni, teori seni
maupun apresiasi seni. Dalam kegiatan pembelajaran ini hanya berisi
pengetahuan tentang sejarah seni rupa barat Dengan demikian diharapkan
setelah melakukan latihan-latihan dan mengerjakan lembar kerja
berdasarkan modul ini, selanjutnya dapat melakukan latihan-latihan
berikutnya dengan cara-cara yang lebih variatif.

Agar hasil pelatihan ini dapat memberikan dampak yang bermakna terhadap
peningkatan mutu pendidikan, perlu diadakan usaha-usaha nyata pasca
pelatihan yang dituangkan dalam program tindak lanjut dengan kata lain,
program tindak lanjut merupakan bentuk komitmen dari para stakeholder
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang tertuang dalam program tindak
lanjut tersebut

Setelah mempelajari modul ini, Saudara diharapkan dapat melaksanakan


program tindak lanjut di sekolah masing-masing. Program Tindak Lanjut,
merupakan bentuk program yang bersifat rinci, sistimatis, sederhana dan
operasional, ditulis dalam bentuk metrik yang terdiri dari komponen tujuan,

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 255


jenis-jenis kegiatan, sumber daya yang mendukung kegiatan, indikator
keberhasilan sebagai alat kontrol atau evaluasi serta jadwal kegiatan.

Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara


berkesinambungan. Peran kepala sekolah, guru, dan pengawas sangat
penting karena mereka yang akan berperan secara langsung dalam upaya
peningkatan mutu pendidikan di wilayah yang menjadi tanggungjawab
mereka.

Pada kesempatan ini Saudara dari masing-masing sekolah, baik guru


maupun kepala sekolah diharapkan untuk berpartisipasi aktif dalam
pembuatan program tindak lanjut. Perlu diingat bahwa hasil implementasi
program tindak lanjut yang berupa tagihan-tagihan akan memengaruhi
kompetensi Saudara

Rencana Tindak Lanjut pelatihan adalah setiap upaya atau kegiatan yang
dilakukan oleh peserta diklat setelah kegiatan pelatihan selesai. Rencana
Tindak Lanjut hendaknya dibuat secara spesifik dan realistis sesuai dengan
tanggung jawabnya.

Dalam menyusun Rencana Tindak Lanjut, pada umumnya akan mencakup


hal-hal sebagai berikut.
1. "Apa", yaitu menyangkut jenis kegiatan yang akan dilakukan di tempat
kerjanya.
2. "Bagaimana", yaitu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh
sehingga kegiatan yang direncanakan terlaksana dengan baik dan benar.
3. "Siapa", yaitu menyebutkan pihak terkait (stakeholder) siapa saja yang
harus dan perlu dilibatkan dalam melakukan kegiatan tindak lanjut;
masyarakat, staf yang lain atau pimpinan lembaga.

256 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


4. "Kapan", yaitu menjelaskan dan menguraikan tentang batasan waktu
kapan akan dimulai dan kapan akan berakhir.
5. "Di mana", yaitu menyebutkan di mana kegiatan tersebut akan dilakukan.
Apakah akan dilakukan di lapangan dengan widyaiswara dan perangkat
lembaga lainnya ataukah akan dilakukan di tempat kerjanya atau di unit
kerjanya sendiri, di unit yang lain atau akan diterapkan di luar lembaga
lain yang terlibat di dalamnya.

Berdasarkan Rencana Tindak Lanjut yang telah disusun sebagaimana telah


diuraikan di atas, maka akan dengan mudah pihak yang bertanggung jawab
terhadap program pelatihan dapat mengetahui keluaran dan hasil serta
dampak pelatihan.

Dengan demikian, jelas bahwa tanggung jawab dampak pelatihan tidak


hanya ada di pundak fasilitator atau penyelenggara pelatihan. Hal yang
paling penting adalah komitmen dan dukungan dari semua pihak, khususnya
pimpinan lembaga atau instansi pengirim sehingga pengetahuan dan
keterampilan" yang didapat selama pelatihan bisa diterapkan sesuai dengan
situasi dan kondisi setempat.

H. Pembahasan Latihan / Tugas / Kasus

Mohon dicermati pada uraian materi tentang seni rupa modern dan seni rupa
kontemporer dan untuk referensi visual dapat menggunkan sumber belajar
lain.
1. Fungsi seni rupa bagi manusia prasejarah di Eropa adalah sebagai media
komunikasi dan menunjukkan perkembangan teknologi.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 257


2. Ciri-ciri seni lukis dinding di gua Altamira dan Lascaux sama-sama
memanfaatkan warna dan penataan binatang tidak sama. Di Altamira
cenderung menggambarkan urutan kerja walaupun posisi binatang lari.
Lukisan di Lasaix mengikuti pola upacara
3. Ciri seni lukis gua zaman paleolitikum di Altamira lebih bersifat
pengungkapan bentuk binatang, sedangkan di Leang-lea merupakan
lukisan prosesi upacara perburuan.

258 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


PENUTUP

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi


guru dan tenaga kependidkan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan
secara bertahap, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan profesionalisme
guru. Oleh karena itu kegiatan pengembangan keprofesian guru dan tenaga
kependidikan diharapkan dapat dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama dan
kelompok kerja guru secara berkelanjutan dengan bantuan modul.

Modul ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan manfaat dalam


mendukung upaya guru dalam meningkatkan kompetensinya. Semoga dengan
pembahasan materi modul ini sesuai dengan kebutuhan guru dan tenaga
kependidikan di Sekolah Menegah Pertama, khususnya terkait dengan
kompetensi seni rupa. Modul ini dapat digunakan oleh guru secara mandiri
maupun berkelompok untuk mendukung kelancaran tugas guru. Dalam modul ini
berisikan pembelajaran yang bersifat teoritis dan praktis. Pembelajaran teoritis
diperoleh melalui pemahaman materi-materi yang bersifat pengetahuan yang
disajikan dalam uraian materi. Pembelajaran praktis diperoleh melalui latihan
atau tugas yang disajikan dalam setiap unit pembelajaran. Kedua pembelajaran
ini sengaja dirancang Saudara menambah materi ajar. Materi yang disajikan
dalam modul ini merupakan materi yang bersifat dasar, yang melandasi proses
pembelajaran seni rupa di pendidikan seni budaya. Pengetahuan dan
keterampilan yang diberikan diharapkan mampu memberikan bekal bagi guru
seni budaya untuk melaksanakan tugasnya.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 259


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan modul ini masih jauh dari sempurna,
sehingga sangat berterima kasih apabila ada pihak-pihak lain yang bersedia
memberikan sumbang saran dan masukan demi kesempurnaan modul ini, yang
nantinya juga menjadi tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis.
sehingga dalam penulisan berikutnya akan lebih berkualitas dalam penyususnan
modul.

260 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


EVALUASI

1. Azas yang mengatur dan memandu dalam merancang dan melaksanakan


sebuah pembelajaran yang berasal dari pemikiran tokoh tokoh pendidikan
adalah ...
A. teori pendidikan
B. pelaksanaan pendidikan
C. kurikulum pendidikan
D. jalur pendidikan

2. Mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan,


pengaruh lingkungan dan peranan reaksi merupakan ciri-ciri yang mendasari
teori ....
A. humanistik
B. behavioristik
C. kontruktivistik
D. kognivistik

3. Beberapa kritik yang muncul dalam penerapan pembelajaran yang


menggunakan teori behavioristik diantaranya ...
A. pembelajaran berpusat/sentralistik
B. pembelajaran berpusat pada sekolah
C. pembelajaran berpusat pada guru
D. pembelajaran berpusat pada siswa

4. Belajar merupakan proses pengolahan informasi dalam otak manusia mulai


dari menerima dan menjadi simbul simbul informasi disimpan dalam
penampungan yang disebut sensori register baik memori jangka pendek
maupun jangka panjang. Uraian tersebut merupakan teori ...
A. Robert M Gagne
B. Gutri
C. Bruner
D. Jean peaget

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 261


5. Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi
dalam teori belajar Jean Peaget adalah tahapan ...
A. asimilasi
B. kombinasi
C. akomodasi
D. equilibrasi

262 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


GLOSARIUM

Objektivasi dan : Kata objektivasi berasal dari kata objektif, kata ini
objektivikasi berarti agar sesuatu yang dijadikan pokok
perbincangan tersebut mempunyai kondisi
objektif. Konteks objektivikasi karya seni adalah
proses pengambilan dan sekaligus penentuan
objek dengan pribadinya menjadi penentu yang
selanjutnya diungkapkan sebagai hasil yang
objektif agar diterima oleh masyarakat.
Objektivikasi dimulai dari seorang seniman
melihat objek secara kasat mata, kemudia
menginterpretasi berdasarkan gagasan atau
pengetahuan yang ada untuk melihat objek agar
menjadi subjek sebuah karya seni. Proses
selanjutnya adalah menentukan sebagian objek
yang dirasakan seniman mampu menggugah
emosional artistiknya seniman dalam berkarya
seni. Sedangkan kata objektivitas adalah sikap
yang tidak dipengaruhi oleh interest pribadi atau
golongan dalam mengambil suatu keputusan.

Proses Sosial dan Produk : Berdasarkan uraian di atas terdapat istilah:


Sosial proses sosial dan produk sosial. Kata ini
merupakan istilah untuk menjelaskan segala
upaya manusia mempertahankan hidup dengan
berkomunikasi, berinteraksi dengan lingkungan
sekitar (masyarakat) disebut proses sosial.
Proses sosial menunjukkan segala upaya
seseorang atau kelompok masyarakat melakukan
aktivitas berkehidupan seperti berkomunikasi,
mencari nafkah, beragama, maupun
berhubungan secara tidak langsung. Proses
sosial dalam konteks berkesenian adalah segala
perilaku seniman untuk menciptakan karya seni
seperti mencari ide, memilih objek serta mencipta
karya seni. Termasuk proses interaksi seniman
dengan penikmat agar karya dipahamai oleh
masyarakat.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 263


Produk sosial yang dimaksudkan dalam istilah ini
adalah produk dari kegiatan proses sosial
seorang seniman atau sekelompok orang yang
menciptakan karya seni, seperti karya seni lukis,
seni patung, arsitekstur asesori maupun yang
lain. Produk sosial ini untuk merepresentasikan
diri ke masyarakat lebih luas agar ide dan
gagasannya diterima.
Penggambaran bentuk sempurna bagi bangsa
Barat adalah sempurna manusia, sedangkan
bangsa Timur simbolis tubuh. Kesempurnaan
manusia dilihat dari sifat bukan bentuk, misalnya
gagasan bangsa Mesir Kuno, Mesopotamia, India
Hindu-Budha, Cina maupun Indonesia. Bentuk
ideal terletak pada simbol-simbol ketugasannya

264 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


DAFTAR PUSTAKA

-------, 1983., Seni Rupa Budhistik Tiongkok (Diktat), J Proyek Semi Que-IV,
urusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, FBS – UNY
-------, 2002 Sejarah Seni Rupa India (Modul), Proyek Semi Que-IV, Jurusan
Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, FBS – UNY
-------, 2002., Kesenian Islam (Modul), J Proyek Semi Que-IV, urusan
Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, FBS – UNY
-------, 2002., Sejarah Seni Rupa Mesir (Modul), Proyek Semi Que-IV, Jurusan
Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, FBS – UNY
Adi Kusrianto & Made Arini, 2002, History of Art, PT Elex Media Komputindo,
Kompas Gramedia, Jakarta.
Arifin, Djauhar., 1986, Sejarah Seni Rupa, Rosda – Bandung.
Bagus Takwim, 2003, Filsafat Timur: sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran
Timur, Jalasutra – Yogyakarta.
Burckhardt, Titus., 1976., Art of Islam, the Language and Meaning, World of
Islam Festival Publishing Company Ltd., (nc)
Chastel, Andre., 1963., Italian Art, Faber and Faber – London.
Cornell, Sara., 1983, Art, History of Changing Style, Phaidon – Oxford
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variable.
Jakarta: Depdikbud.
Dick Hartoko, 1984, Manusia dan Seni, Kanisius, Yogyakarta.
Djiwandono, Sri Esti Muryani. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grasindo.
Easton, Stewar C., 1963, The Heritage of The Past, Holt, Rinehart and Wiston,
New York – Toronto- London.
Feldman, Edmund Burke., 1967, Art as Image and Idea, Prentice-hall- New
Jersey.
Forrester- Mary, 1965, An Introduction to Great Artist, Blandford Press –
London.
Gage, N.L., & Berliner, D. 1979. Educational Psychology. Second Edition.
Chicago: Rand Mc. Nally.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 265


Gredler, Margaret E. Bell. 1994. Belajar dan pembelajaran. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Hall, D.G. E., (tt)., Sejarah Asia Tenggara (terjemahan Soewarsha, I.P., dan
Mustopo, Habib M.), Usaha Nasiona, Surabya.
Harun Hadiwijono, 1985, Sari Filsafat India (cetakan ketiga), BPK Gunung Mulia,
Jakarta Pusat.
Hoag, John. D., 1963, Western Islamic Architecture, george Braziller – New
York.
http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.
http://ratgrup.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-behavioristik.html)
http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/dibutuhkan-sebuah-kerangka-
http://warnadunia.com/teori-pembelajaran-konstruktivisme/
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar
humanistik.html)
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-
humanistik.html
http://www.perpustakaan-online.blogspot.com/2008/04/teori-belajar-
humanistik.html
Lee, Sherman E, tt, A History of Far Eastern Art, Prentive – Hall, Inc. and Harry
N. Abrams, Inc- New York
Mahmud, Drs. M. Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Depdikbud.
Munsterberg, Hugo., 1972, Sculpture of The Orient, Dover Publication – New
York.
Osborn, Harold., 1970, The Oxford Companion to Art, Oxford at The Clarendon
Press.
Pamadhi, Hajar, 2003., Sejarah Seni Rupa Timur (diktat) dibeayai DKI-S,
Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan, FBS – UNY
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya.
Rathus- Lois Fichner, 1995, Understanding Art (edisi ke 4), Prentice-hall – New
Jersey.
Rhodes, Colin., 1994., Primitivism and Modern Art, Thames and Hudson –
London.
Sagala Syaiful. 2009. Konsep dan Mkana Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

266 Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan


Said, Edward W., 2010, Orientalisme: Menggugat Hegemoni Barat dan
Mendudukkan Timur Sebagai Subjek, Pustaka Pelajar – Yogyakarta.
Siregar, Eveline. Nara, Hartini. 2007. Buku Ajar Teori Belajar dan Pembelajaran.
Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.
Soedarso. SP., 2000, Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, CV Studio
Dealapanpuluh Enterprise bekerjasama dengan Badan Penerbit ISI
Yogyakarta, Yogyakarta.
Speltz, Alexander,. 1959, The Style of Ornament, Dover Publication – New York.
Sugihardjo Sumobroto, 1989, Sejarah Peradaban Barat Klasik Dari Pra Sejarah
Hingga Runtuhnya Romawi, Liberty, Yogyakarta.
Sunarto, 2014., Kebudayaan Postmodern, Percikan Pemikiran Jean Boudrillard,
Penerbit Kanisius – Yogyakarta.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sutjipto, Kacik., 1989, Sejarah Perkembangan Seni Lukis Modern (jilid 1),
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan
Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan- Jakarta.
Swan, Peter C., 1963, Art of Chine, Korea, and Japan, Frederick A. Praeger –
New York.
Syah M.Ed., Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Udin Syaefudin Sa‘ud. 2012. Inovasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Upjohn, Everard M., 1958, History of World Art, Oxford University Press.
Widyastini, 2004, Filsafat Manusia menurut Confisius dan Al Ghazali, Paradigma
Offset, Yogyakarta.
Wolfflin, Heinrich., 1950, Principles of Art History, Dover Publication – America.

Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan 267

Anda mungkin juga menyukai