Anda di halaman 1dari 23

Manusia Purba

Pengertian Manusia Purba


Manusia purba sering disebut dengan manusia prasejarah atau manusia
yang hidup sebelum tulisan ditemukan. Manusia purba yang paling tertua di
dunia diperkirakan berumur lebih dari 4 juta tahun yang lalu. Maka dari itu,
para ahli sejarah menyebutnya sebagai Prehistoric People atau manusia
prasejarah.
Manusia purba banyak ditemukan diberbagai bagian dunia, tapi lebih
banyak ditemukan di negara Indonesia. Fosil-fosil yang ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia, salah satunya ada yang sudah berumur
jutaan tahun yang lalu.
Untuk mengetahui keberadaan kehidupan manusia purba lebih dalam.
Anda bisa melihat sisa-sisa tulang manusia, hewan, dan tumbuhan, yang
sudah menjadi batu atau jadi fosil. Atau bisa melewati peninggalan-
peninggalan peralatan yang digunakan oleh manusia purba. Seperti,
peralatan rumah tangga, senjata, bangunan, atau perhiasan.

Penelitian manusia purba di Indonesia


 Eugena Dobois,

Dia adalah yang pertama kali tertarik meneliti manusia


purba di Indonesia setelah mendapat kiriman sebuah
tengkorak dari B.D Von Reitschoten yang menemukan
tengkorak di Wajak, Tulung Agung.
• Fosil itu dinamai Homo Wajakensis, termasuk dalam
jenis Homo Sapien (manusia yang sudah berpikir maju)
• Fosil lain yang ditemukan adalah :
Pithecanthropus Erectus (phitecos = kera, Antropus Manusia,  Erectus
berjalan tegak) ditemukan di daerah Trinil, pinggir Bengawan Solo, dekat
Ngawi, tahun 1891. Penemuan ini sangat menggemparkan dunia ilmu
pengetahuan.

G.H.R Von Koeningswald

Hasil penemuannya adalah : Fosil tengkorak di Ngandong, Blora. Tahun


1936, ditemukan tengkorak anak di Perning, Mojokerto. Tahun 1937 – 1941
ditemukan tengkorak tulang dan rahang Homo Erectus dan Meganthropus
Paleojavanicus di Sangiran, Solo. Penemuan lain tentang manusia Purba :
Ditemukan tengkorak, rahang, tulang pinggul dan tulang paha manusia
Meganthropus, Homo Erectus dan Homo Sapien di lokasi Sangiran,
Sambung Macan (Sragen),Trinil, Ngandong dan Patiayam (kudus).

DR. T. Jacob
Penelitian tentang manusia Purba oleh bangsa Indonesia dimulai pada
tahun 1952 yang dipimpin oleh Prof. DR. T. Jacob dari UGM, di daerah
Sangiran dan sepanjang aliran Bengawan Solo.

Jenis Dan Ciri Manusia Purba Indonesia

Di indonesia penelitian tentang manusia purba sudah lama dilakukan, yaitu


sejak abad ke-18 M. Penelitian manusia purba di Indonesia dipelapori oleh
Eugene Dubois, beliau adalah seorang dokter dari Belanda.
Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis manusia purba
yang ada di Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan penemuan-penemuan
fosil yang ditemukan di daerah Solo, Pacitan, Ngandong, Mojokerto,
Sangiran, dan masih banyak lagi.

Setelah melakukan banyak penelitian mengenai manusia purba yang


berada diberbagai daerah di Indonesia. Para Ahli kemudian membagi
manusia purba di Indonesia menjadi tiga jenis. Yaitu, Meganthropus
(Manusia besar), Pithecanthropus (Manusia kera yang berjalan tegak), dan
Homo (Manusia yang berpikir).

Para ilmuwan sejarah di seluruh belahan dunia, sebagian besar menganut


teori evolusi kera. Atau yang lebih dikenal dengan teori Australopithecus
yang sudah punah sebagai ras nenek moyang manusia.
Sebenarnya teori tersebut terjadi banyak perbedaan yang sangat signifikan.
Serta jauh sekali, tidak ada hubungannya antara manusia dan kera.
Perbedaan tersebut tidak bisa dijelaskan oleh penganut teori
Australopithecus, dengan peristiwa yang hilang atau lebih dikenal dengan
sebutan missing link.

Manusia Purba Meganthropus Palaeojavanicus

Manusi purba Meganthropus Palaejavanicus adalah manusia purba yang


paling besar dan tertua di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan oleh
seorang arkeolog dari Belanda yang bernama Van Koenigswald. Ia
merupakan orang yang pertama kali menemukan fosil di daerah Sangiran
pada tahun 1936.

Meganthropus Palaeojavani memiliki arti manusia besar tua yang berasal


dari Jawa. Ini unsur-unsur namanya yang terdiri dari kata megan berarti
besar, anthropus = manusia, paleo = tua, dan javanicus = berasal dari
Jawa.
Diperkirakan Meganthropus Palaeojavanicus hidup sejak 1 juta sampai 2
juta tahun yang lalu. Hal tersebut dibuktikan dari fosil yang ditemukan
tekniknya dengan peluruhan karbon. Maka dari itu, usia dari fosil tersebut
dapat diketahui.
Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba jenis Meganthropus
Palaeojavanicus :
 Memiliki tulang pipi yang sangat tebal
 Memiliki otot rahang yang kuat sekali
 Tidak memiliki dagu dan memiliki hidung yang lebar
 Memiliki tonjolan belakang yang tajam dan melintang sepanjang
pelipis
 Memiliki tulang kening menonjol dan mempunyai otot kunyah, gigi,
serta rahang yang besar kuat
 Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
 Berbadan tegap dan volume otok 900cc
 Makanannya jenis tumbuh-tumbuhan

Manusia Purba Pithecanthropus Erectus


Pithecanthropus merupakan manusia purba yang fosilnya banyak
ditemukan di Indonesia. Di Indonesia sendiri, ada tiga jenis manusia purba
ini dan yang sudah ditemukan. Diantaranya adalah Pithecanthrophus
Erectus, Pithecanthrophus Mojokertensis, dan Pithecanthropus Soloensis.

Manusia purba ini diperkirakan hidup di Indonesia sejak satu sampai dua
juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus ditemukan oleh seorang
dokter dari Belanda yaitu Eugene Dubois.

Pada awalnya dia mengadakan penelitian di Sumatera Barat, tetapi tidak


menemukan fosil disana. Kemudia dia berpindah ke pulau Jawa, ia pujn
berhasil menemukan fosil Pithecanthrophus Erectus di desa Trinil,
Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada tahun 1891.
Fosil yang ditemukan pada saat itu adalah berupa tulang rahang atas,
tulang kaki, dan tengkorak. Fosil tersebut ditemukan pada masa kala
Pleistosen tengah.
Pithecanthrophus Erectus hidup dengan cara berburu hewan-hewan.
Kemudian mereka mengumpulkan makanan dan hidup secara nomaden
atau berpindah-pindah tempat. Untuk mencari sumber bahan makanan dari
satu tempat ke tempat lain.

Berikut ini adalah ciri-ciri manusia purba Pithecanthrophus Erectus :


 Memiliki Volume otaknya sekitar 750 – 1350 cc.
 Memiliki tinggi badan sekitar 165 – 180 cm.
 Memiliki postur tubuh yang tegap tetapi tidak setegap meganthropus.
 Mempunyai gigi geraham yang besar dengan rahang yang sangat
kuat.
 Mempunyai hidung yang tebal.
 Memilik tonjolan kening yang tebal dan melintang di dahi.
 Memiliki wajah menonjol ke depan serta dahinya miring ke belakang.
 Pada bagian belakang kepala terlihat menonjol
 Memiliki alat pengunyah dan alat tengkuk yang sangat kuat.

Manusia Purba Homo Wajakensis


Pada tahun 1889 Fosil dari Manusia Purba Homo Wajakensisi telah
ditemukan di Wilayah Wajak. Lebih lengkapnya di dekat Campur Darat,
Tulungagung, Jawa Timur dan ditemukan oleh Eugene Dubois.

Hasil dari penemuan tersebut, berupa tulang paha, rahang atas dan bawah,
tulang kering. Dan fragmen tengkorak yang mempunyai volume sekitar
1.600 cc. Dalam penelitian diperkirakan manusia purba jenis ini sudah
dapat membuat peralatan yang terbuat dari batu dan tulang. Serta sudah
mengerti caranya untuk memasak.Dibawah ini adalah ciri-ciri manusia
purba Homo Wajakensis, sebagai berikut :Memiliki muka datar dan lebar

 Memiliki hidung lebar dan bagian mulut menonjol


 Dahinya sedikit miring dan diatas mata terdapat kerutan dahi yang
nyata
 Pipinya menonjol ke samping
 Berat badan sekitar 30 – 150 kg
 Tinggi badan sekitar 130 -210 cm
 Jarak antara hidung dan mulut masih jauh
 Berdiri dan berjalan sudah tegak

Manusia Purba Pithecanthropus Soloensisi

Pithecanthropus Soloensisi merupakan salah satu jenis manusia purba


yang ditemukan di Indonesia. Fosil-fosil manusia purba ini dapat ditemukan
di wilayah sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Pithecanthropus Soloensis ditemukan oleh sejarawan, yaitu Oppenort, Ter
Harr, dan G.H.R. Koenigswald di wilayah Ngandong, Jawa Tengah.

Pithecantropus Soloensis adalah salah satu manusia purba khas Indonesia.


Yang memiliki beberapa ciri khusus yang tidak dimiliki oleh semua manusia
purba pada umumnya. Berikut ini ciri dari pithecantropus soloensis.

 Makanannya berupa hewan buruan dan tumbuhan


 Mempunyai gigi geraham yang besar dan rahang yang kuat
 Bentuk hidung lebar dan tidak berdagu
 Terdapat tonjolan pada kening tebal dan melintang di sepanjang
pelipis
 Volume otak sekitar 750-1350 cc
 Berbadan tegap
 Tinggi tubuh sekitar 165-180 cm.

Manusia Purba Homo Floresiensis

Homo Floresiensis adalah termasuk salah satu dari manusia purba yang
berjenis Homo di Indonesia. Manusia purba ini ditemukan saat penggalian
di Liang Bua, di Pulau Flores oleh tim arkeolog gabungan. Yang terdiri dari
Pusilitbang Arkeolog Nasional, Indonesia dan Unikversity of New England.

Homo Floresiensis biasanya disebut disebut dengan manusia kerdil.


Manusia purba ini diperkirakan hidup sekitar 12.000 tahun yang lalu. Pada
saat ditemukan oleh tim gabungan dari Pusilitbang Arkeolog Nasional,
Indonesia dan Unikversity of New England, Australia pada tahun 2003.

Kerangka dari manusia purba ini belum membatu atau belum menjadi fosil.
Selain kerangka Homo Floresiensis, juga ditemukan kerangka homo
sapiens dan berbagai hewan mamalia lainnya. Seperti Gajah Stegodo,
Biawak, dan Tikus besar. Dan alat-alat batu seperti pisau, tulang yang
terbakar, arang, beliung dan mata panah.

Seorang Ahli yang menemukan kerangka ini menyatakan dugaannya


bahwa Homo Floresiensis ini hidup berdampingan. Atau hidup bersama
dengan jenis spesies manusia purba Homo Sapiens, dan manusia modern
lainnya. Berikut ini ciri-ciri manusia purba Homo Floresiensis :

 Kepala dan badan memliki ukuran yang kecil


 Ukurab bentuk otak yang sangat kecil
 Volume otak 380 cc
 Mempunyai rahang yang menonjol atau berdahi sempit
 Berat badan sekitar 25 kg
 Tinggi badan diperkirakan sekitar 1,06 m

Kehidupan Manusia Purba


Manusia purba mempunyai cara hidup yang sangat sederhana dan masih
bergantung dengan alam. Berikut ini adalah beberapa paparan mengenaai
corak kehidupan manusia purba :

1. Masa Kehidupan berburu / Makanan

Dalam corak kehidupan manusia Untuk mengumpulkan makanan (food


gathering) dibagi menjadi 2 bagian. Yaitu masa berburu dan
mengumpulkan makanan tingkat sederhana dan tingkat lanjut.

Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman berburu dan mengumpulkan


makanan, sebagai berikut :
 Belum mempunyai tempat tinggal
 Hidup sendiri atau dengan kelompok kecil
 Menggunakan senjata kapak genggam untuk berburu hewan
 Tempat berlindung di dalam goa
 Membuat lukisan berupa cap jari tangan dan babi rusa dalam
keadaan terpanah, biasanya menggunakan warna hitam, putih, dan
merah.
 Mengumpulkan makanan seperti umbi-umbian

2. Masa Bercocok Tanam


Salah satu ahli menyatakan bahwa manusia purba lebih dahulu mengenal
beternak hewan. Dibandingkan dengan mengenal bercocok tanam atau
membuat ladang.
Beberapa ahli lainnya, juga menyatakan bahwa keadaan yang terjadi
sebelum munculnya beternak dan bercocok tanam pada manusia purba.
Adalah bermukim dan semakin bertambahnya jumlah penduduk pada
zaman itu.

Bertambah besarnya anggota kelompok dalam kehidupan manusia purba


menyebabkan kondisi makanan yang awalnya melimpah menjadi lebih
sedikit. Dan bahkan berkurang pada daerah pemukiman manusia purba.
Karena hewan-hewan sering diburu dan masa reproduksinya cukup lambat
menjadikan manusia beralih ke bercocok tanam. Jenis tanaman yang
pertama kali dalam bercocok tanam, menurut Vishu Mitre adalah Jawawut
(pearl millet). Dan juga sorgum, Wijen, Kurma, serta Kacang-kacangan.

Namun, juga ada pendapat lain tentang jenis makanan yang pertama kali
ditanam oleh manusia purba dalam bercocok tanam. Yaitu Pohon Ara (fig
tree) yang mempunyai buah banyak dan rasanya sedikit manis.
Pada sekitar tahun 10.000 SM mulai beralih ke tanaman gandum dan jenis-
jenis tanaman yang tumbuh liar. Seperti buncis, kacang p[olong, labu botol,
kentang, labu, jagung, dan lain-lain.

Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman bercocok tanam, sebagai


berikut :
 Hidupnya sudah mulai menetap pada suatu tempat dan melakukan
kegiatan bercocok tanam
 Sudah mulai memakai pakaian yang terbuat dari kulit hewan maupun
kulit kayu
 Membangun rumah atau tempat tinggal dari kayu
 Membuat alat-alat bercocok tanam, seperti : mata panah, beliung
persegi, kapak lonjong, dan perhiasan.

3. Masa Mengenal Kepercayaan


Seiring dengan perkembangan kemampuan berfikir manusia-manusia
purba. Mereka mulai mengenal kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan
lain di luar dalam dirinya. Sehingga mereka melakukan upacara atau ritual
khusus, untuk menjalankan kepercayaan yang diyakininya memberi
kekuatan.

Sistem kepercayaan yang di percaya manusia pada masa prakasara atau


masa prasejarah antara lain animisme, dinamisme, totemisme, dan
totemisme

1. Animisme, adalah percaya pada roh nenek moyang maupun roh-roh


lain yang mempengaruhi kehidupan mereka. Upaya yang dilakukan
agar roh-roh tersebut tidak mengganggu adalah dengan memberikan
sesaji.
2. Dinamisme, adalah percaya pada kekuatan alam dan benda-benda
yang mempunyai sifat gaib. Manusia purba melakukanya dengan
cara menyembah batu atau pohon besar, gunung, laut, gua, keris,
jimat, dan patung.

3. Totemisme, adalah percaya pada binatang yang dinganggap suci dan


memiliki kekuatan. Dalam melakukan upacara ritual pemujaan
manusia purba membutuhkan sarana atau tempat. Mereka
membangun bangunan dari batu yang dipahat dengan ukuran yang
besar. Masa ini di sebut sebagai kebudayaan Megalitikum
(kebudayaan batu besar).

Ciri-ciri kehidupan manusia purba saat zaman mengenal kepercayaan,


sebagai berikut :
 Melaksankan upacara-upara khusus, untuk bukti adanya kekuatan
yang melebihi mereka.
 Mulai terdapat bangunan-bangunan besar untuk dijadikan sebagai
tempat melakukan pemujaan maupun upacara.

Nah, itulah penjelasan tentang manusia purba mengenai pengertian,


sejarah, ciri – ciri, dan corak kehidupannya. Semoga artikel ini bisa
bermanfaat bagi kita semua dan bisa menambah pengetahuan. Baca juga
artikel lainnya, sekian dan terima kasih.

Peralatan Manusia Purba


Di Indonesia sampai hari ini masih sering lho ditemukan berbagai macam
perkakas yang diperkirakan itulah benda yang pernah digunakan manusia
purba. Berikut jenis-jenis alat dan penjelasannya:

Kapak Genggam
Pertama adalah kapak genggam yang digunakan oleh manusia
jenis Pithecanthropus untuk berburu. Struktur dan bentuknya masih sangat
sederhana, ada satu bagian yang tajam yaitu hanya terdapat di satu sisi
saja. Kapak ini digunakan dengan cara digenggam dan ditemukan di
beberapa tempat, yaitu di Trunyan (Bali), Awangbangkal (Kalimantan
Selatan), dan Kalianda (Lampung).

Alat Serpih

Kedua, adalah alat serpih. Alat ini digunakan oleh manusia purba untuk
menusuk, memotong dan melubangi kulit binatang, dan terbentuk dari batu.
Diperkirakan, alat ini merupakan serpihan-serpihan dari batu yang dibuat
sebagai kapak genggam. Alat ini pernah ditemukan di Sangiran dan
Gombong (Jawa Tengah), serta Cabbenge (Flores).
Kapak Persegi

Ketiga adalah kapak persegi, kapak ini merupakan alat yang terbuat dari
batu dan digunakan oleh manusia untuk mencangkul, memahat, dan
berburu. Alat ini terbuat dari batu berbentuk segi empat yang kedua sisinya
diasah halus. Pada salah satu sisi pangkal, ada bagian berlubang untuk
tangkai. Sementara pangkal lainnya adalah bagian yang tajam. Alat ini
banyak ditemukan di berbagai tempat di Indonesia lho, mulai dari Sumatra,
Jawa, Nusa Tenggara, hingga Sulawesi.

Kapak Lonjong

Keempat adalah
kapak lonjong. Pangkal kapak tersebut lebar dan tajam, sedangkan
ujungnya runcing dan diikatkan pada gagang. Alat ini terbuat dari batu yang
telah diasah sampai halus. Kapak lonjong zaman praaksara pernah
ditemukan di Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.
Menhir

Kelima adalah menhir yang merupakan tugu batu yang tinggi. Diperkirakan
menhir digunakan sebagai tempat pemujaan oleh manusia prasejarah.

Dolmen

Keenam adalah dolmen yaitu meja yang terbuat dari batu, diperkirakan
digunakan oleh manusia pra sejarah sebagai tempat menyimpan sesaji
untuk sesembahan.

Sarkofagus
Ketujuh adalah sarkofagus yaitu peti mati yang terbuat dari batu. Pasti
tahu kan ya peti mati digunakan untuk apa, RG Squad?

Arca

Arca merupakan batu yang dibentuk hingga menyerupai makhluk hidup


tertentu.

Bejana Perunggu
Kesembilan adalah bejana perunggu, bejana ini merupakan benda yang
terbuat dari perunggu. Bentuknya mirip dengan gitar Spanyol tanpa
gagang. Alat ini hanya ditemukan di dua tempat yaitu di Madura dan
Sumatra.

Kapak Corong

Kesepuluh, sekaligus terakhir adalah kapak corong yang terbuat dari


perungu dan bentuk bagian atas mirip dengan corong. Alat ini pernah
ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, dan Papua.
Manusia Purba di luar Indonesia
Ardipithecus ramidus
ras manusia yang hidup enam juta tahun lalu di kawasan Afar, Ethiopia.
‘Ardi’, demikian nama yang diberikan oleh para peneliti, dikumpulkan dari
berbagai tulang manusia yang ditemukan di wilayah itu selama lima belas
tahun terakhir. Manusia ini tingginya 1, 20 meter dan beratnya 50 kilogram.
Bentuk tangan, kaki, dan badan menunjukkan bahwa ia merangkak dan
memanjat pohon, tapi juga terkadang berjalan di atas kedua kaki.

Dari bentuk rahang, para ilmuwan menyimpulkan cara hidup Ardi tidaklah
agresif. Menurut ilmuwan, penemuan ini mengubah teori yang berlaku
selama ini mengenai asal usul manusia.

Homo antecessor
Hidup sebelum manusia Neanderthals dan Homo Sapiens, diduga datang
ke gua-gua Atapurca setelah mengalami migrasi dari Afrika dan melewati
Timur Tengah, Italia utara dan kemudian Prancis.  Sejarah Penemuan Fosil
Manusia Purba, Manusia Kera dan Manusia Modern Secara umum
penemuan fosil manusia dari jaman ke zaman terbagi atas tiga kelompok,
yaitu manusia kera, manusia purba dan manusia modern.

Yang perlu diingat adalah bahwa teori ini hanya dugaan dan tidak terbukti
kebenarannya karena teori evolusi telah runtuh. Fosil manusia lama yang
ditemukan bisa saja bukan fosil manusia atau manusia yang memiliki
bentuk ciri tubuh yang unik, atau bahkan hasil rekayasa.

Australopithecus Africanus
Australopithecus africanus ditemukan di desa Taung di sekitar
Bechunaland ditemukan oleh Raymond Dart tahun 1924. Bagian tubuh
yang ditemukan hanya fosil tengkorak kepala saja.
penemuan tersebut ditemukan di daerah Amerika Selatan dengan ciri isi
volume otak sekitar 600 cm kubik, hidup di lingkungan terbuka, serta
memiliki tinggi badan kurang lebih 1,5 meter. Kedua fosil menusia kera
tersebut disebut australopithecus.

Sinanthropus Pekinensis
Sinanthropus pekinensis adalah manusia purba yang fosilnya ditemukan di
gua naga daerah Peking negara Cina oleh Davidson Black dan Franz
Weidenreich. Sinanthropus pekinensis dianggap bagian dari kelompok
pithecanthropus karena memiliki ciri tubuh atau badan yang mirip serta
hidup di era zaman yang bersamaan. Sinanthropus pekinensis memiliki
volume isi otak sekitar kurang lebih 900 sampai 1200 cm kubik.

Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus palaeojavanicus ditemukan di Sangiran di pulau jawa oleh
Von Koningswald pada tahun 1939 – 1941.

Manusia Heidelberg
Manusia Heidelberg atau Homo heidelbergensis adalah spesies pada
genus Homo yang telah punah yang mungkin merupakan nenek moyang
langsung Homo neanderthalensis di Eropa. Bukti yang ditemukan
mengenai H. heidelbergensis berusia 600.000 hingga 400.000 tahun yang
lalu. dan ini adalah fosil dari tempurung tengkoraknya Manusia heidelberg
ditemukan di Jerman

Pithecanthropus Erectus
Pithecanthropus erectus adalah manusia purba yang pertama kali fosil
telang belulang ditemukan di Trinil Jawa Tengah pada tahun 1891 oleh
Eugene Dubois. Pithecanthropus erectus hidup di jaman pleistosin atau
kira-kira 300.000 hingga 500.000 tahun yang lalu.
Volume otak Pithecanthropus erectus diperkirakan sekitar 770 – 1000 cm
kubik. Bagian tulang-belulang fosil manusia purba yang ditemukan tersebut
adalah tulang rahang, beberapa gigi, serta sebagian tulang tengkorak.

Evolusi Spesies Purba


Menurut teori evolusi, setiap spesies hidup berasal dari satu nenek
moyang. Spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi
spesies lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini. Menurut teori
tersebut, perubahan ini berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka
waktu jutaan tahun.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah
ikan – setengah reptil di masa lampau, dengan beberapa ciri reptil sebagai
tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki. Atau seharusnya
terdapat beberapa jenis burung-reptil dengan beberapa ciri burung di
samping ciri reptil yang telah mereka miliki. Evolusionis menyebut makhluk-
makhluk imajiner yang mereka yakini hidup di masa lalu ini sebagai “bentuk
transisi”.

 Jika binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya


mereka muncul dalam jumlah dan variasi sampai jutaan atau milyaran.
Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini seharusnya ada
pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh
lebih besar daripada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka
seharusnya ditemukan di seluruh penjuru dunia. Dalam The Origin of
Species, Darwin menjelaskan:

“Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan
yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari
kelompok yang sama…. Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa
lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil.”

Bahkan Darwin sendiri sadar akan ketiadaan bentuk-bentuk peralihan


tersebut. Ia berharap bentuk-bentuk peralihan itu akan ditemukan di masa
mendatang. Namun di balik harapan besarnya ini, ia sadar bahwa rintangan
utama teorinya adalah ketiadaan bentuk-bentuk peralihan. Karena itulah
dalam buku The Origin of Species, pada bab “Difficulties of the Theory” ia
menulis:

Jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan
sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk
transisi di mana pun? Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau-
balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk
sebaik-baiknya?
Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar,
tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi
dalam jumlah tidak terhitung?…. Dan pada daerah peralihan, yang memiliki
kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis
peralihan dengan kekerabatan yang erat? Telah lama kesulitan ini sangat
membingungkan saya.2
Satu-satunya penjelasan Darwin atas hal ini adalah bahwa catatan fosil
yang telah ditemukan hingga kini belum memadai. Ia menegaskan jika
catatan fosil dipelajari secara terperinci, mata rantai yang hilang akan
ditemukan.
Karena mempercayai ramalan Darwin, kaum evolusionis telah berburu fosil
dan melakukan penggalian mencari mata rantai yang hilang di seluruh
penjuru dunia sejak pertengahan abad ke-19. Walaupun mereka telah
bekerja keras, tak satu pun bentuk transisi ditemukan. Bertentangan
dengan kepercayaan evolusionis, semua fosil yang ditemukan justru
membuktikan bahwa kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam
bentuk yang telah lengkap. Usaha mereka untuk membuktikan teori evolusi
justru tanpa sengaja telah meruntuhkan teori itu sendiri.
Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus-menerus
berevolusi menjadi spesies lain. Namun ketika kita membandingkan
makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita melihat bahwa mereka tidak
berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang
meruntuhkan pernyataan evolusionis

Anda mungkin juga menyukai