Anda di halaman 1dari 4

Yunan Berlian

XI-MM2

Abul Wafa Muhammad Al Buzjani


Islam telah memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan yang sangat banyak kepada
dunia. Salah satunya dengan melahirkan banyak ilmuwan berbakat disetiap bidang.
Para ilmuwan Muslim tersebut telah menelurkan berbagai penemuan yang sangat
penting bagi umat manusia. Banyak hasil penemuannya yang dijadikan acuan
dalam mengembangkan penelitian yang lebih lanjut hingga saat ini, sehingga
banyak diantara ilmuwan Muslim tersebut yang dikagumi dan dijadikan tokoh
panutan baik itu di timur atau barat.

Diantara sekian banyak tokoh tersebut diantaranya ada sederet nama yang sudah
tak asing lagi bagi kita seperti Ibnu Sina atau Aviccena sang ahli kedokteran, Al
Khawarizmi sang ahli matematika, Ibnu Batutah yang telah melakukan perjalanan
dan mencatat hasil perjalanan keliling dunianya sebelum Colombus. Yang tak kalah
penting karyanya adalah Abul Wafa, berikut ini Biografi Abul Wafa.

Biografi Abul Wafa


Selain Al Khawarizmi, Islam juga memiliki ahli matematika hebat yang lain yang
hidup antara 10M. Beliau adalah Abul Wafa Al Buzjani. Bahkan menurut George
Sarton yang seorang sejarawan sains, ia menyebut dalam buku karangannya
Introduction to the History of Science, bahwa Abu Wafa adalah seorang
matematikawan terhebat yang dimiliki peradaban Islam.

Yang menjadi ciri unik dari ilmuwan Muslim adalah tidak hanya satu bidang saja
yang dikuasainya minimal ilmu umum dan ilmu agama. Begitu juga dengan Abul
Wafa, selain sebagai matematikawan, beliau juga terkenal sangat
menguasai bidang astronomi dan seorang insinyur.

Nama di Kawah Bulan


Saking ahlinya dalam bidang astronomi, nama Abul Wafa pun diabadikan sebagai
nama salah satu kawah di bulan.

Kawah di bulan memang diberi nama berdasarkan nama ilmuwan yang telah
berjasa dalam mengubah dunia. Ada beberapa ilmuwan Islam yang juga namanya
diabadikan sebagai nama kawah dibulann namun kebanyakan menggunakan nama
panggilan barat bukan nama aslinya dan hanya Abul Wafa saja yang namanya tak
diganti oleh barat dan tetap menggunakan nama asli “Abul Wafa”.

Diantara sekian banyak ilmuwan Muslim hanya 24 orang saja yang diakui oleh IAU
(Organisasi Ilmuwan Astronomi) dan namanya dijadikan nama kawah bulan dimana
Abul Wafa juga ikut terhitung. Kawah Abul Wafa berada di koordinat 1.00 Timur,
116.60 Timur dengan diameter 55km dan kedalaman 2,8km.

Lokasi kawah bulan Abul Wafa terletak di dekat ekuator bulan. Letaknya berdekatan
dengan sepasangang kawah Ctesibius dan Heron di sebelah timur. Di sebelah
baratdaya kawah bulan Abul Wafa terdapat kawah Vesalius dan di arah timur laut
terdapat kawah bulan yang lebih besar bernama King. Begitulah dunia astronomi
modern mengakui jasa dan kontribusinya sebagai seorang astronom di abad X.

Kisah Abul Wafa


Abul Wafa dilahirkan pada tanggal 10 Juni 940M atau 328H di Buzjan, Khurasan ,
Iran. Beliau terlahir dengan nama Abu al-Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn
Yahya Ibn Ismail Ibn Abbas al-Buzjani. Paman-paman beliaulah yang telah berjasa
memperkenlkannya dengan ilmu matematika ini yaitu Abu Umar al- Maghazli dan
Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba serta Abu Yahya al-Marudi dan Abu al-Ala’ Ibn
Karnib.

Kesenangan Abul Wafa akan ilmu matematika sangat didukung oleh keluarganya
dan situasi saat itu dimana ketika Abu Wafa lahir, di wilayah Iran sedang
berkembang sebuah dinasti Buwaih (945-1055) dimana sangat mensupport ilmu
pengetahuan dan seni.

Pada tahun 983M, Dinasti Buwaih memindahkan pemerintahannya ke Baghdad,


sehingga untuk mendukung penelitiannya, Abul Wafa juga ikut pindah ke baghdad.
Di Baghdad, Abul Wafa bergabung bersama para ilmuwan lainnya yaitu Al Quhi dan
Al Sijzi yang juga ilmuwan matematika. Para ilmuwan ini mendapat tempat istimewa
di istana Adud Ad Dawlah. B

ahkan karena kecintaannya pada ilmu dan para ilmuwan, sang putera mahkota
Sharaf Ad Dawlah membangun sebuah Observatorium di lingkungan istana dan
diresmikan pada tahun 988M di bulan Juni. Abul Wafa dan para ilmuwan pun
semakin bersemangat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama astronomi dan
matematika serta semakin betah tinggal di istana.

Abul Wafa telah berhasil membangun kuadran dinding yang berfungsi memantau
pergerakan bintang-bintang di langit. Namun sayang, setelah sang sultan Sharaf Ad
Dawlah wafat, observatorium itu ditutup.

Hasil Karya Abul Wafa


Abul Wafa dikenal sebagai ilmuwan yang serba bisa. Seluruh hidupnya ia
dedikasikan untuk melakukan berbagai penelitian dan melahirkan berderet inovasi
penting bagi ilmu matematika. Seperti telah meneliti dan membenarkan berbagai
pemikiran Eucklid, Diophantos dan Al Khawarizmi. Namun sayang hasil
pembenaran pemikiran Abul Wafa terhadap pemikiran tokoh sains diatas telah
hilang entah kemana.

Beliau juga telah menghasilkan kitab Al-Kamil yaitu buku lengkap yang membahas
tentang aritmatika praktis. Abul Wafa juga membuat kitab Al Handasa yang berisis
pengkajian dalam penerapan geometri dan menghasilkan tabel sinus. Yang tak
kalah menarik adalah diketemukannya rumusan tangen, secan dan co secan
sebagai perluasan rumus sinus dan co sinus oleh Abul Wafa, beliau juga kemudian
membuat tabel tangen. Beliau sangat tangkas dalam bidang geometri.
Ilmuwan Barat yaitu Baron Carra de Vaux telah mengambil buah pikiran Abul Wafa
tentang konsep secan.
Hasil karya Abul Wafa lainnya yaitu Kitab fima Yahtaju Ilaihi al- Kuttab wa al-Ummal
min ‘Ilm al-Hisab yang membahas tuntas tentang aritmatika disamping kitab Al Kamil
yang juga hasil karyanya. Dua salinan kitab itu, sayangnya tak lengkap, kini berada
di perpustakaan Leiden, Belanda serta Kairo Mesir.

Dalam geometri, ia menulis “Kitab fima Yahtaj Ilaih as-Suna’ fi ‘Amal al-Handasa”.
Buku itu ditulisnya atas permintaan khusus dari Khalifah Baha’ ad Dawla.
Salinannya berada di perpustakaan Masjid Aya Sofya, Istanbul. Kitab al-Majesti
adalah buku karya Abul Wafa yang paling terkenal dari semua buku yang ditulisnya.
Salinannya yang juga sudah tak lengkap kini tersimpan di Perpustakaan nasional
Paris, Prancis.
Saya ingat betul, pelajaran matematika yang membahas tentang Trigonometri dan
Geometri sangat tidak mudah, namun waktu itu saya tak menyadari bahwa itu
adalah buah pikiran dari ilmuwan Muslim, Abul Wafa. Beliau sangat berjasa besar
dalam studi matematika Trigonometri ini. Trigonometri berasal dari kata trigonon =
tiga sudut dan metro = mengukur. Ini adalah adalah sebuah cabang matematika
yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigo no met rik seperti sinus,
cosinus, dan tangen.

Trigonometri memiliki hubungan dengan geometri, meskipun ada ketidaksetujuan


tentang apa hubungannya; bagi beberapa orang, trigonometri adalah bagian dari
geometri. Dalam trigonometri, Abul Wafa telah memperkenalkan fungsi tangen dan
memperbaiki metode penghitungan tabel trigonometri. Ia juga tutur memecahkan
sejumlah masalah yang berkaitan dengan spherical triangles.

Secara khusus, Abul Wafa berhasil menyusun rumus yang menjadi identitas
trigonometri. Inilah rumus yang dihasilkannya itu:
sin(a + b) = sin(a)cos(b) + cos(a)sin(b)
cos(2a) = 1 - 2sin2(a)
sin(2a) = 2sin(a)cos(a)

Selain itu, Abul Wafa pun berhasil membentuk rumus geometri untuk parabola,
yakni:
x4 = a and x4 + ax3 = b.

Rumus-rumus penting itu hanyalah secuil hasil pemikiran Abul Wafa yang hingga
kini masih bertahan. Kemampuannya menciptakan rumus-rumus baru matematika
membuktikan bahwa Abul Wafa adalah matematikus Muslim yang sangat jenius.

Abul Wafa Meninggal


Abul Wafa wafat pada tanggal 15 juli 998 di Baghdad, Irak. Beliau sangat berjasa
dalam memajukan matematika dan astronomi. Karya-karyanya masih tetap dijadikan
acuan hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai