Anda di halaman 1dari 272

MENGENAL SENI RUPA ISLAM

Oleh
Drs. Agus Mulyadi Utomo, M.Erg

Hak Cipta @ 2017


ISBN 978-602-98855-5-2
V + 264 Hal, Ukuran 15 X21 cm

Penerbit
Institut Seni Indonesia Denpasar
Fakultas Seni Rupa dan Desain
2017

i
Kata Pengantar

Segala puja dan puji syukur dihaturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam, dikarenakan buku yang berjudul “Mengenal Seni Rupa Islam”
dapat terselesaikan.

Penerbitan buku dimaksudkan sebagai buku ajar dan pengayaan untuk


pegangan mahasiswa dalam mempelajari dan dalam pembuatan karya seni
rupa bernuansa Islam di FSRD-ISI Denpasar, terutama mengetahui konsep
teori - prakteknya pada masyarakat muslim di Dunia. Kajian tentang
bagaimana memahami apa yang disebut seni yang Islami. Disamping itu
disinggung sedikit tentang cara pandang sejarah, kontroversi hukum Islam
dan ragam jenis seni rupa Islam, seperti lukisan, patung, keramik, bangunan,
tekstil dan produk lainnya untuk memperkaya khasanah kesenian Islam.

Seperti kata pepatah, buku ini bagaikan “gading yang tak retak”,
dimana penyajiannya dirasa belumlah paripurna, dengan harapan dimasa
mendatang akan disempurnakan sesuai perkembangan ilmu yang ada. Kritik
dan saran yang membangun menjadi harapan penulis.

Semoga buku ini bermanfaat bagi mahasiswa dan masyarakat umum


yang mempelajari seni bernuansa Islami.

Denpasar, 6 Agustus 2017

Penulis,
Agus Mulyadi Utomo

ii
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR

Sebagai Pimpinan FSRD-ISI Denpasar, menyambut baik atas inisiatif


Drs. Agus Mulyadi Utomo, M.Erg sebagai dosen untuk bisa menerbitkan
buku yang berjudul ”Mengenal Seni Rupa Islam”. Disamping itu
pembuatan buku merupakan suatu kelaziman yang dianjurkan kepada dosen
untuk mentransfer ilmu pengetahuan kepada masyarakat umum, juga agar
dapat dipelajari dan memudahkan memahami seni bernuansa Islami oleh
Mahasiswa yang berminat mengembangkannya untuk memperkaya
khasanah seni rupa Indonesia.

Sebagai pimpinan FSRD-ISI Denpasar, saya mengucapkan selamat


atas keberhasilannya dalam menyelesaikan penulisan buku tersebut di atas.
Semoga dapat diambil manfaatnya terutama bagi yang berminat
mempelajari seni rupa yang Islami.

Denpasar, 6 Januari 2017

iii
MENGENAL SENI RUPA ISLAM
ISBN 978-602-98855-5-2

DAFTAR ISI
Kata Pengantar, Halaman ii
Sambutan Dekan FSRD ISI Denpasar, Halaman iii
Daftar Isi, Halaman iv

Bab 1 PENDAHULUAN, Halaman 1


1.1. Tentang Islam, Halaman 7
1.2. Islam dan Kehidupan Publik, Halaman 13
1.3. Tentang Seni dan Keindahan, Halaman 21

Bab 2 PANDANGAN ISLAM TENTANG SENI, Halaman 26


2.1 Pandangan Seni Islam , Halaman 26

2.2 Konsep Seni Islam, Halaman 41

Bab 3 KONTROVERSI HUKUM ISLAM DALAM SENI, Halaman 51

Bab 4 AWAL PERKEMBANGAN SENI RUPA ISLAM, Halaman 94

4.1 Seni Islam Awal, Halaman 99


4.2 Seni Islam Sekuler, Halaman 116

Bab 5 PERKEMBANGAN SENIRUPA ISLAM, Halaman 119


5.1 Seni Keramik Era Keemasan, Halaman 121
5.2 Ciri Khas Keramik Peninggalan Islam, Halaman 151
5.3 Kaca Warisan Peradaban Islam, Halaman 157
5.4 Patung, Monumen, Bangunan Lukisan Islam, Halaman 162
5.5 Motif Arabessque di Bangunan dan Tekstil, Halaman 198
5.6 Seni Kaligrafi Islam, Halaman 207
5.7 Pemikiran Estetika Seni Lukis Islam, Halaman 235
5.8 Seni Deccan Sebagai Seni Islam, Halaman 255

Pustaka, Halaman 261 s/ d 264

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah Ta'ala, shalawat dan salam senantiasa


tercurahkan kepada junjungan dan qudwah (teladan) Nabi Muhammad bin
'Abdillah Shallallahu 'alaihi wa sallam, segenap keluarga dan sahabat beliau
serta orang-orang yang selalu istiqamah dan komitmen terhadap jejak Rasul
dan jalan Allah sampai hari kiamat.
Islam dilihat sebagai Agama, Seni dan Budaya, yakni berangkat dari
misi Nabi Muhammad yang mengarah pada pembentukan Islam sebagai
agama dan sebagai negara, hal tersebut hanya terbatas pada Saudi Arabia
selama masa hidup Nabi.
Peninggalan-peninggalan dan sejarah Nabi Muhammad SAW
tentulah dapat mengingatkan akan sosok manusia yang agung dan kini
menjadi warisan yang begitu bernilai dan menjadi inspirasi pengetahuan
muslim sampai akhir zaman, sebagai utusan Allah SWT dan rahmatan lil
„alamin. “Dan sesungguhnya kamu berbudi pekerti yang agung” (QS.Al
Qalam, 68:4). Bukti dari keagungan beliau, semua tertuang dalam Al Qur‟an
dan Al Hadits.
Ada beberapa produk peninggalan Nabi Muhammad SAW, ada
berupa pakaian, sorban, sandal, topi besi, pedang, surat untuk Raja
Habasyah, Surat untuk Kaisar Romawi dan Kaisar Persia dan Raja Mesir
yaitu Mukauqis. Diriwayatkan oleh Saib bin Yazid Ra.: “Pada perang
Uhud, Rasulullah SAW mengenakan dua rangkap baju besi” (HR. Tirmizi,
Abu Dawud dan Ibnu Majah). Dari Anas bin Malik Ra., diriwayatkan:
“Gagang pedang Rasulullah SAW terbuat dari perak” (HR. Abu Daud dan
Tirmizi). Dari Ali bin Abi Thalib Ra., meriwayatkan: “Rasulullah SAW
memiliki pedang yang diberi nama Zulfikar” (HR.Hakim dan Baihaqi).
Disamping itu ada Sembilan pedang pusaka yang diberi nama yaitu: Al-
Ma‟thur, pedang ini dimiliki sebelum menerima wahyu pertama di Mekah,
koleksi Museum Topkapi di Istambul, yang pegangannya terbuat dari emas
dengan bentuk 2 ular berlapiskan emerald dan pirus, ada ukiran kufic
bertuliskan Arab berbunyi “Abdullah bin Abd al-Mutalib” sebagai pemberian
Ayahandanya. Al-„Adb, pedang ini berarti memotong atau tajam digunakan
pada perang Uhud. Pedang Dhu Al-Faqar, sebagai rampasan perang Badar
dipakai oleh Ali bin Abi Talib dalam perang Uhud. Pedang Al Battar, hasil
Mengenal Seni Rupa Islam - 1 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
rampasan dari Banu Qainuqa, terdapat ukiran Arab berbunyi nama-nama nabi
dan disebut “Pedang Para Nabi”. Pedang Harf, rampasan Banu Qainuqa dan
menjadi koleksi Museum Topkapi, Istambul. Pedang Al-Mikhdham, hasil
rampasan perang di Syria, ada tulisa Arab berbunyi: Zayn al-Din al Abidin.
Pedang Al-Rasub, disimpan dirumah Nabi, mempunyai bulatan emas dan
tulisan Arab berbunyi: Ja‟far al Sidiq. Ada pedang Al-Qadib bentuknya mirip
tongkat sebagai pertahanan ketika bepergian dan bukan untuk perang,
bertuliskan ukiran perak berbunyai: La ilahailla-Allah, Muhammad Rasul
Allah-Muhammad bin Abdullah bin ABD al-Mutalib.

Benda Peninggalan Nabi Muhammad SAW


Sumber: Cordoba, 2012: 3-10)

Mengenal Seni Rupa Islam - 2 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Dan pedang Qal‟a, dikenal sebagai “Qal‟i atau Qul‟ay” berhubungan
dengan tempat di Syria atau dekat India-Cina, yang merujuk arti timah putih,
bertuliskan Arab: Ini adalah pedang muliadari rumah Nabi Muhammad SAW,
Rasul Allah.
Pada buku The Amazing Islamic Legacy, Menapaki Jejak
Kejayaan Islam, pada halaman pendahuluan, ada pernyataan menurut
Michael H. Hart yang dikutip dari buku berjudul “The 100 a Rangking of
the Most Persons in History” bahwa Muhammad sebagai tokoh paling
berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Hart menilai Muhammad satu-
satunya orang yang meraih keberhasilan secara luar biasa, baik dalam spiritual
maupun kemasyarakatan, dicatat kemampuannya dalam mengelola bangsa
yang egoistis, babar, terbelakang dan terpecah-belah karena sentimen
kesukuan menjadi bangsa yang maju di bidang ekonomi, kebudayaan,
kemiliteran, bahkan mampu mengalahkan pasukan militer terdepan dan
terkuat saat itu yaitu pasukan Romawi di medan pertempuran (Usman el
Qurtuby, 2016:1).
Setelah Nabi Muhammad wafat pada 632 M, Pemerintahan diemban
berturut-turut oleh sahabatnya sebagai Khalifah dengan sebutan Khulafaur
Rasyidin, yaitu:
 Khalifah Abu Bakar (632-634 M), yang sederhana menyebarkan Islam
sampai Pesia, Syam, Syria, Damaskus, Palestina dan Yordan.
Menghimpun Al Qur‟an (usulan Umar bin Khattab) karena penghapal
Al Qur‟an banyak yang gugur dan tulisan di pelepah kurma, batu-batu,
tulang dan kulit dikhawatirkan rusak atau hilang dan penulisan dan
menjaga kemurniannya diserahkan kepada Zaid bin Sabit dan
disimpan Abu Bakar.
 Lalu dipimpin Khalifah Umar bin Khattab dengan julukan “Al Faruq”
yang tegas dan rendah hati (634-644M), membagi daerah menjadi
beberapa wilayah propinsi dan mengangkat Gubernur sebagai
pembantunya yakni Propinsi Kufah dipimpin oleh Sa‟ad bin Abi
Waqas, Basrah oleh Utbah bin Khazwan, Fustat (Mesir) oleh Amru
bin As. Ia pun membentuk dewan-dewan, menetapkan tahun Hijriyah
sebagai tahun Islam dan memperindah masjidil Haram, Nabawi dan
Amru Mesir.
 Berikut di masa kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan (644-656
M) yang pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan
pernah sebagai penasehat Khalifah Abu Bakar dikenal kesalehan dan
Mengenal Seni Rupa Islam - 3 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kejujurannya serta diberi gelar “Dzum Nurain” yang artinya
“mempunyai dua cahaya”. Beliau mengadakan penulisan dan
penggandaan Al Qur‟an (mushaf Usmani atau Mushaf Al-Iman) dan
dipercayakan kepada panitia diketuai Zaid bin Sabit dan anggota
Abdullah bin Zubair, Zaid bin As, Abdur Rahman bin Harris bin
Hisyam. Hasilnya lima mushaf disimpan Khalifah Usman dan sisanya
dikirim ke Mekah, Syiria, Basrah dan Kufah. Ia membangun angkatan
laut yang tangguh menangkis serangan pasukan Romawi yang ingin
merebut kota Iskanriyah dan memperluas wilayah sampai Armenia,
Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya), Azerbaijan dan Kepulauan Cyprus,
kemudian Konstantinopel, Turki, Yugoslavia dan Polandia (negara
Balkan).
 Dan Khalifah Ali bin Abi Talib (656-661 M). Adalah perwira yang
tegas, tangkas, teguh pendirian, pemberani, sederhana dan zuhud.
Beliau mendapat julukan “Asadullah” yang artinya “ singa Allah”, dan
tidak segan-segan mengganti Gubernur yang tidak becus. Masa beliau
muncul golongan-golongan, yaitu golongan Ali, golongan Aisyah,
golongan Zubair dan Talhah. Ada perselisihan antar golongan Ali dan
Aisyah menyebabkan perang Jamal, perang Siffin yang melibatkan
banyak pihak sehingga muncullah kelompok Khawarij dan Syiah.
Menarik kembali tanah negara dan harta baitul mal yang sesuai
fungsinya untuk kepentingan Negara dan rakyat yang lemah.
Memerintahkan Abul Aswad Ad Duali mengarang buku pokok-pokok
ilmu Nahwu (Qaidah Nahwiyah) untuk kemudahan membaca sumber
ajaran Islam. Juga membangun kota Kufah sebagai pusat
pengembangan Ilmu pengetahuan, Nahwu, Tafsir dan lainnya. Pada
akhirnya Khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari kelompok
Khawarij.
Kekuasaan Islam lalu tumbuh dengan cepat untuk mencakup wilayah
yang begitu sangat luas yaitu membentang dari Samudra Atlantik sampai ke
Sungai Indus di tempat yang sekarang Pakistan. Penyebaran Islam dimulai
tidak lama setelah wafat Nabi Muhammad. Perdagangan yang terhubung ke
banyak daerah telah membantu dalam penyebaran Islam ke komunitas muslim
di Semenanjung Arab.
Pada abad-abad pertama Islam masuk dan memiliki pertumbuhan
yang cepat. Sepeninggal Khalifah Ali bin Abi Talib, kekuasaan dibawah
Kekhalifahan Bani Umayyah menguasai daerah barat, Afrika Utara sampai
Mengenal Seni Rupa Islam - 4 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Sepanyol dan daerah timur sampai Iran dan India, sehingga menjadi
kekaisaran yang besar. Meskipun demikian terjadi pemberontakan, Bani
Hasyim dan Ali bersatu meruntuhkan kekuasaan Umayyah. Pada tahun 750
M, pendukung Ali kecewa, kekuasaan Muawiyyah runtuh dan dikuasai Bani
Abbasiyah yaitu keturunan Abbas bin Abdul Muttalib paman Nabi
Muhammad dan bukan keturunan Ali, mengakibatkan komunitas muslim
terpecah menjadi Syi‟ah dan Sunni.
Dinasti muslim segera didirikan dan selanjutnya kerajaan seperti Bani
Abbasiyah, yang memegang kekuasaan selama tiga abad, mengonsolidasikan
kepemimpinan gaya Islam serta menyuburkan ilmu pengetahuan dan budaya
Timur Tengah. Tahun 940 M, mulai kekuasaan menyusut khususnya Turki
dan Mesir di pertengan abad 13 yang mulai memisahkan diri. Kemudian Said
bin Husain kelompok Syi‟ah dari Bani Fatimiyah mengklain sebagai
Khalifah tahun 909 M, menimbulkan kekuasaan ganda di Afrika. Berawal
menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya, serta Mesir dan Palestina.
Bani Fatimiyah pun runtuh tahun 1171, dan Bani Abbasiyah bertahan
memimpin sebagai kekhalifahan di Spanyol tahun 929 dan jatuh kembali
tahun 1031. Tahun 1258 pasukan Mongol dibawah Hulagu Khan menguasai
Bagdad. Kekhalifahan Abbasiyah mengeksekusi Khalifah Al-Mutasim dan
membangun kekhalifahan “bayangan” di Kairo bawah Kesultanan Mameluk.
Bani Usmaniyah mengalahkan Kesultanan Memeluk tahun 1571 M dan
menguasa sebagian besar tanah Arab dan hanya Mehmed, Selim I serta
Selim II sebagai Khalifah, lalu berikutnya diganti dengan sebutan “Sultan”.
Dari Usmaniyah, Murabitun, di Seljuk Turki, Mughal di India dan
Safawi di Persia serta Utsmani termasuk kerajaan yang terbesar dan terkuat di
dunia. Dunia Islam memiliki pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang
canggih dimasa itu, ada ilmuwan, wisata, astronomi, dokter dan filsuf yang
telah memberikan kontribusi bagi keemasan Islam. Perdagangan dan politik
telah menyebabkan penyebaran Islam dari Mekah hingga Cina dan Indonesia,
dimana komunitas Islam terbesar menetap disana. Saat ini ada sekitar 1,2
miliar hingga 1.8 miliar Muslim, menjadikan Islam sebagai agama terbesar
kedua di dunia.
Pada abad ke-sepuluh, kerajaan besar Islam ini mulai runtuh dan
bentuk-bentuk baru otoritas politik muncul. Namun demikian, sampai awal
abad kedua puluh, banyak negara atau daerah yang berhasil menjadikan
kerajaan atau Negara Islam yang didasarkan dan memperlakukan hukum
Islam (syariah Islam) sebagai pokok keyakinan.
Mengenal Seni Rupa Islam - 5 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Dalam kehidupan manusia dan tatanannya, sering terjadi suatu proses
berfikir, berpendapat dan berkelakuan atau bertindak atau berkehendak
terhadap sesuatu hal yang akan dikomunikasikan, baik secara perseorangan
maupun berkelompok untuk memperoleh kehidupan yang lebih baru, lebih
baik dan lebih maju serta bermanfaat. Tentunya bisa mengakibatkan proses
alkulturasi berbagai budaya terhadap kehidupan komunitas muslim disegala
bidang termasuk kesenian dan senirupanya, terjadilah perubahan-perubahan
yang berdampak baik secara etika atau akhlak maupun estetika keislaman itu
sendiri, yang ada bersifat positif atau pun negatif. Bersikap secara positif
menjadikan setiap aktivitas muslim mencerminkan budaya yang luhur dan
Islami, memperlihatkan tingkat berfikir dan kemauan serta pendalamannya
yang lebih tinggi dan Islami tentu berharga sebagai sumbangan ilmu
pengetahuan manusia.
Dalam kekuasaan Islam di Timur Tengah, seperti juga di tempat lain,
sponsor seni dapat menjadikan sebagai konsep tradisi dan merupakan skala
kebenaran yang relatif pada setiap bentuk karya seni yang mengisi ruangan
dan yang berupa perabotan untuk kemewahan pada umumnya. Hal tersebut
diikuti oleh penguasa negeri dan para elite yang menetapkan gaya dalam
produksi artistik. Juga masalah konten (isi makna) tentang seni yang Islami,
tentunya untuk memenuhi kebutuhan istana dan perabotannya terkait agama
atau keyakinan penguasa saat itu. Namun orang-orang yang ditugaskan
memenuhi kebutuhan tersebut, yakni para perancang dan pembuat seni
tidaklah semuanya Muslim. Karenanya pula, muncul hasil karya seni ada
yang mencerminkan budaya sekuler dan canggih, kemudian pada akhirnya
disebut sebagai "Seni Islam", merupakan suatu istilah budaya yang luas serta
bukan didasarkan pada ajaran agama Islam secara eksklusif, terkadang
tercampur dengan kebiasaan keterampilan seni sebelumnya.
Senirupa Islami sekarang, sudah tampak lebih rasional dan
berkembang secara ilmiah, berdasarkan IPTEKS, terutama dari kalangan
akademis. Tidak lagi hanya berupa dogma-dogma belaka, semua harus dikaji
secara menyeluruh (kaffah) tentang nilai-nilai yang baik, indah dan benar
serta bermanfaat. Pada masa kini, dimana disemua bidang kehidupan dan
pendidikan di dunia sudah diperoleh secara merata dan bahkan
pengalamannya pun bertingkat-tingkat, membuat cara manusia berfikir dan
berekspresi turut berkembang serta menyesuaikan. Maka untuk dapat
meyakini sesuatu memang diperlukan suatu pemikiran yang bersifat rasional
atau masuk akal sampai pada tahapan teori dan praktek atau pada pendekatan
Mengenal Seni Rupa Islam - 6 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
penelitian dan pembuktian atau pengujian serta profesional. Tidaklah dengan
mudah untuk bisa menggiring pemahaman seseorang terhadap keyakinan
tertentu, semua itu melalui suatu proses yang berdasarkan cara berfikir yang
bersifat ilmiah dan amaliah.

1.1 Tentang Islam

Berbeda dengan agama lainnya, nama agama Islam ini bukan berasal
dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya. Tapi, nama Islam
menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah. Yang memberi
nama Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat, tapi Allah
Ta‟ala sendirilah sebagai Sang pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi,
Islam sudah dirancang dan diberikan sendiri oleh Allah SWT sebagai agama
wahyu, sebagai penyempurna keyakinan yakni sejak cikal-bakal alam yang
masih berupa cahaya dan disebut Nur Muhammad ada sebelum dunia ini
terkembang serta tertulis dilangit atau ditiang Ars. Ini sebenarnya jauh
sebelum kelahiran manusia yang bernama Nabi Muhammad bin Abdullah.
Islam berasal dari kata ‟salima yuslimu istislaam‟ yang artinya
‟tunduk atau patuh‟. Selain ‟yaslamu salaam‟ yang berarti ‟selamat, sejahtera,
atau damai‟. Menurut bahasa Arab, pecahan kata Islam mengandung
pengertian: ‟islamul wajh‟ (ikhlas menyerahkan diri kepada Allah), istislama
(tunduk secara total kepada Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih),
salaam (selamat sejahtera), dan silm (tenang dan damai). Semua pengertian
itu digunakan Al Qur‟an seperti di ayat-ayat berikut ini. ”Dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya” (QS.An-Nisa‟: 125). ”Maka apakah mereka mencari
agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan
diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan ” (QS.Ali
Imran: 83). ”Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih” (QS.Asy-Syu‟araa‟: 89). Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: “Salaamun
alaikum (Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu).”
Tuhanmu Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu)
bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran
Mengenal Seni Rupa Islam - 7 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS.Al-An‟am: 54). ”Janganlah kamu lemah dan minta
damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan dia
sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu” (QS.Muhammad:
35).
Sementara sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima
segala perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang
diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun di dalam Al-
Qur‟an dan Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut muslim.
Seorang muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya
membawa perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk
mengimani, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur‟an dan Sunnah. Kalimatul
Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat
didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan
pengertian yang utuh.

1. Islam adalah ketundukan. Allah menciptakan alam semesta, kemudian


menetapkan manusia sebagai hambaNya yang paling besar perannya di
muka bumi. Manusia berinteraksi dengan sesamanya, dengan alam
semesta di sekitarnya, kemudian berusaha ‟mencari jalan‟ untuk kembali
kepada Penciptanya. Tatkala salah berinteraksi dengan Allah, yang
kebanyakan manusia beranggapan alam sebagai Tuhannya, sehingga
mereka kemudian menyembah sesuatu dari alam. Ada pula yang
menduga-duga sehingga banyak di antara mereka yang tersesat. Ajaran
yang benar adalah ikhlas berserah diri kepada Pencipta alam yang kepada-
Nya alam pun tunduk patuh berserah diri (QS.An-Nisa: 125). Maka, Islam
identik dengan ketundukan kepada sunnatullah yang terdapat di alam
semesta (tidak tertulis) maupun dalam kitabullah yang tertulis (Al
Qur‟an).
2. Islam adalah Wahyu Allah. Dengan kasih sayangnya, Allah menurunkan
Ad-Dien (aturan hidup) kepada manusia. Tujuannya agar manusia hidup
teratur dan menemukan ‟jalan yang benar‟ menuju Tuhannya. Aturan itu
meliputi seluruh bidang kehidupan: politik, hukum, ekonomi, sosial, seni,
budaya dan sebagainya. Dengan demikian, manusia akan tenteram dan
damai, hidup rukun, dan bahagia dengan sesamanya dalam naungan ridha
Tuhannya (QS.Al-Baqarah: 38). Karena kebijaksanaan-Nya, Allah tidak
Mengenal Seni Rupa Islam - 8 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
menurunkan banyak agama. Dia hanya menurunkan Islam. Agama selain
Islam tidak diakui di sisi Allah dan akan merugikan penganutnya di
akhirat nanti. Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali
sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang
ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah,
maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (QS.Ali Imran: 19).
Islam merupakan satu-satunya agama yang bersandar kepada wahyu Allah
secara murni. Artinya, seluruh sumber nilai dari nilai agama ini adalah
wahyu yang Allah turunkan kepada para Rasul-Nya terdahulu. Dengan
kata lain, setiap Nabi adalah muslim dan mengajak kepada ajaran Islam.
Ada pun agama-agama yang lain, seperti Yahudi dan Nasrani, adalah
dianggap penyimpangan dari ajaran wahyu yang dibawa oleh para nabi
tersebut.
3. Islam adalah Agama Para Nabi dan Rasul. Perhatikan kesaksian Al-
Qur‟an berikut ini bahwa Nabi Ibrahim adalah muslim, bukan Yahudi
atau pun Nasrani. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada
anak-anaknya, demikian pula Ya‟qub. (Ibrahim berkata): “Hai anak-
anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama ini bagimu, maka
janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam”. (QS.Al-
Baqarah: 132). Nabi-nabi lain pun mendakwahkan ajaran Islam kepada
manusia. Mereka mengajarkan agama sebagaimana yang dibawa Nabi
Muhammad SAW. Hanya saja, dari segi syariat (hukum dan aturan) belum
selengkap yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Tetapi, ajaran prinsip-
prinsip keimanan dan akhlaknya sama. Nabi Muhammad SAW. datang
menyempurnakan ajaran para Rasul sebelumnya, menghapus syariat yang
tidak sesuai dan menggantinya dengan syariat yang baru. Katakanlah:
“Kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya‟qub, dan
anak-anaknya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para
nabi dari Tuhan mereka. kami tidak membeda-bedakan seorangpun di
antara mereka dan Hanya kepada-Nyalah kami menyerahkan diri”
(QS.Ali Imran: 84).
4. Islam adalah Hukum-hukum Allah di dalam Al-Qur‟an dan Sunnah.
Orang yang ingin mengetahui apa itu Islam hendaknya melihat kitabullah
Al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah. Keduanya, menjadi sumber nilai dan
sumber hukum ajaran Islam. Islam tidak dapat dilihat pada perilaku
Mengenal Seni Rupa Islam - 9 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
penganut-penganutnya, kecuali pada pribadi Rasulullah SAW. dan para
sahabat beliau. Nabi Muhammad SAW. bersifat ma‟shum (terpelihara
dari kesalahan) dalam mengamalkan Islam. Beliau membangun
masyarakat Islam yang terdiri dari para sahabat yang langsung terkontrol
perilakunya oleh Allah dan Rasul-Nya. Jadi, para sahabat Nabi tidaklah
ma‟shum sebagaimana Nabi, tapi mereka istimewa karena merupakan
pribadi-pribadi yang dididik langsung oleh Nabi Muhammad. Islam
adalah akidah dan amal sholeh-ibadah personal terhadap Allah,
menyangkut tanah air dan penduduk (masyarakat), jasmani-ruhani dan
amal (sosial), dan Al-Qur‟an itu sendiri. Pemahaman yang seperti ini telah
dibuktikan dalam hidup Nabi, para sahabat, dan para pengikut mereka
yang setia sepanjang zaman.
5. Islam adalah jalan Allah yang lurus dan tidak menyesatkan. Islam
merupakan satu-satunya pedoman hidup bagi seorang muslim. Baginya,
tidak ada agama lain yang benar selain Islam. Karena ini merupakan
‟jalan Allah‟ lurus dan benar yang diberikan kepada orang-orang yang
diberi nikmat oleh Allah. ”Dan bahwa (yang kami perintahkan ini)
adalah jalanKu yang lurus, Maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu
mengikuti jalan-jalan (yang lain), Karena jalan-jalan itu mencerai-
beraikan kamu dari jalannya. yang demikian itu diperintahkan Allah
agar kamu bertakwa” (QS.Al-An‟am: 153). ”Kemudian kami jadikan
kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu),
Maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-
orang yang tidak Mengetahui” (QS.Al-Jaatsiyah: 18).
6. Islam Pembawa Keselamatan Dunia dan Akhirat. Sebagaimana sifatnya
yang bermakna ”selamat sejahtera”, Islam menyelamatkan hidup manusia
di dunia dan di akhirat. Keselamatan dunia adalah kebersihan hati dari
noda syirik dan kerusakan jiwa. Sedangkan keselamatan akhirat adalah
masuk surga yang disebut Daarus Salaam. Allah menyeru (manusia) ke
darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada
jalan yang lurus (Islam) (QS.Yunus: 25).

Dengan enam prinsip di atas, dapat dipahami kemuliaan dan


keagungan ajaran agama Allah ini. Nabi Muhammad SAW. bersabda, “Islam
itu tinggi dan tidak ada kerendahan di dalamnya”. Sebagai ajaran, Islam
bersifat ”Ilmiah dan Amaliah”. Maka, setiap muslim wajib meyakini
kelebihan dan kekuatan Islam sebagai agama dan ajaran hidup kebaikan atau
Mengenal Seni Rupa Islam - 10 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
keindahan. Allah sendiri memberi jaminan. ”Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS.Al-Maa-
idah: 3)
Bila seseorang hatinya sedang gundah-gulana, senang-gembira, duka-
lara, amarah, gelisah dan gelap hati, ataupun mempunyai pemikiran tertentu
tentang sesuatu, pada umumnya memperlihatkan semacam ungkapan hati atau
pun berekspresi dengan berbagai media sebagai pelampiasan atau pelarian
atau bahkan sebagai usaha, semua itu adalah untuk dapat menyelesaikan
masalah atau meringankan beban hidup yang dihadapi.
Seorang sahabat Rasulullah SAW., Abdullah bin Mas‟ud, pernah
memberikan nasihat. Ada empat hal yang menyebabkan hati manusia menjadi
gelap. Yaitu, ketika perut yang terlalu kenyang, berakrab-akrab dengan orang-
orang zalim, dan berusaha melupakan dosa-dosa masa silam tanpa ada
perasaan menyesal. Dan terakhir, adalah panjang angan-angan. Beliau
radhiyallahu„anhu juga memberikan nasihat, sebaliknya ada empat hal yang
membuat manusia memiliki hidup terkadang seperti rangkaian bias-bias sinar
terik yang membentuk fatamorgana. Bisa terlihat begitu indah dan segar
menawan, seakan melambai-lambai (mengajak dan menina-bobokkan),
membuat ruhani yang haus dan kian terpedaya. Seperti itulah tentang hidup
dan kehidupan buat sebagian orang. Seperti itu pula ketika kesenjangan antara
idealita dengan realita tak lagi menumbuhkan kesadaran, bahwa hidup penuh
perjuangan. Yang muncul selanjutnya adalah angan-angan yang panjang
seperti ”andai bisa dan mampu, andai saya kaya!” dan seterusnya.
Kesenjangan makin parah ketika tarikan-tarikan idealita punya beberapa
tegangan. Adanya obsesi hidup yang serba lengkap di satu sisi dan pergaulan
yang begitu akrab, baik dengan dunia serba mewah maupun dalam kehidupan
tertentu. Entah kenapa, ingatan seseorang begitu kuat menyimpan sederet
keinginan, bisa saja berupa merek mobil mewah, lokasi wisata kelas tinggi,
trend baru seputar busana, handphone tercanggih dan sebagainya. Ada
kesenangan dan selera hidup, impian yang boleh jadi, di luar kesadaran dan
kemestian. Padahal, ada suatu kenyataan diri telah berkali-kali menegaskan
bahwa semua tuntutan gaya hidup itu di luar kemampuan. Bahwa,
membayang-bayangkan sesuatu di luar kesanggupan hanya menguras energi
tanpa manfaat. Seolah diri ingin mengatakan, “Inilah kenyataan dan
terimalah. Jangan mimpi. Jangan terbuai angan-angan!”. Namun, penegasan
itu sulit diterima diri yang terus dipermainkan nafsu. Pada saat yang sama,
Mengenal Seni Rupa Islam - 11 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kesadaran jiwa kian tenggelam dengan angan-angan. Terus terbawa atau
tersiksa dengan segala ketidakmampuan. Cahaya iman pun meredup. Hati pun
menjadi gelap gulita. Bila ingin hati yang terang-benderang, yaitu adanya
suatu kehati-hatian dalam mengisi pikiran, perut, bergaul dengan orang-orang
yang baik, mengenang dosa-dosa dengan penuh penyesalan dan pendek
angan-angan. Seperti itulah nasihat singkat dari seorang sahabat Rasul yang
sejak kecil hidup apa adanya. Tapi kemudian, tumbuh menjadi seorang pakar
Al-Qur‟an, ahli fikih, dan beberapa penguasaan ilmu lain. Umar bin Khattab
pernah berkomentar tentang sosok Abdullah bin Mas‟ud. yakni “Sungguh ia
terpelihara oleh kefaqihan dan ketinggian ilmunya”.
Ada beberapa sebab kenapa angan-angan kian memanjang. Pertama,
keringnya hati dalam mengingat Allah SWT. Kekosongan-kekosongan itulah
yang menjadi lahan subur tumbuhnya angan-angan. Allah SWT. berfirman,
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk
tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah
turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang
sebelumnya telah diturunkan Alkitab kepadanya, kemudian berlalulah
masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan
kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” (QS. Al-
Hadiid: 16). Kedua, adanya kecintaan pada dunia. Luqman Al-Hakim
pernah berkata kepada anaknya: “Wahai anakku, sesungguhnya dunia itu laut
yang dalam. Telah banyak orang yang tenggelam di dalamnya. Maka
hendaklah perahu duniamu itu senantiasa taqwa kepada Allah „Azza Wajalla.
Isinya iman kepada Allah Ta‟ala. Dan layarnya berupa tawakkal penuh pada
Allah. Anakku, berpuasalah dari dunia dan berbukalah pada akhirat”.
Seorang ulama seperti Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pernah
memberikan nasihat soal ini. Janganlah sekali-kali menatap dan merenungi
harta orang lain. Karena di situlah peluang setan menyusupkan godaannya.
Ketiga, menghinakan nikmat Allah. Sangat wajar jika seorang manusia ingin
hidup kaya. Dan Islam sedikit pun tidak melarang umatnya menjadi orang
kaya. Justru, ada hadits Rasulullah SAW. yang mengatakan, “Kaadal faqru
ayyakuuna kufron” (Boleh jadi kefakiran menjadikan seseorang kepada
kekafiran). Masalahnya tidak pada sisi itu. Ketika seseorang tidak mampu
menerima kenyataan apa adanya, ada sesuatu yang hilang. Itulah syukur
terhadap nikmat Allah. Rasulullah SAW. bersabda, “Dua hal apabila dimiliki
seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar.
Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih
Mengenal Seni Rupa Islam - 12 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat
kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih
diberi kelebihan” (HR. At-tirmidzi). Jika seorang hamba Allah kurang
bersyukur, yang terjadi berikutnya adalah buruk sangka pada Allah.
Menganggap Allah kurang bijaksana. Menganggap Allah tidak adil. Padahal,
semua kebijaksanaan Allah adalah pilihan yang terbaik buat hamba-Nya.
Boleh jadi, kemiskinan buat seseorang memang merupakan situasi yang tepat
buat hamba Allah itu. Seperti itulah firman Allah dalam surah Asy-Syura ayat
27: “Dan jikalau Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya
tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah
menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya
Dia Maha Mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat”.
Terakhir, adanya kekaguman terhadap seseorang karena sisi kekayaannya.
Begitulah mereka yang kehilangan identitas keimanannya. Gampang kagum
dengan sesuatu dari kulit luarnya: penampilan dan kekayaan. Padahal,
kenyataan hidup yang terlihat tidak seindah yang dibayangkan. Maha Benar
Allah dalam firman-Nya, “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh
kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri” (QS. Ali Imran:
196). Kehidupan memang tak bisa lepas dari pemandangan menipu, sejenis
fatamorgana. Tapi semua itu tidak akan mampu menggoda pemilik hati yang
tidak lagi dahaga. Karena nikmat Allah yang ada sudah teramat layak untuk
bisa disyukuri.

1.2 Islam dan Kehidupan Publik

Islam dalam kehidupan yang bersifat publik harus diatur sesuai


dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam masyarakat umum. Untuk
kehidupan duniawi, yaitu semua hal adalah boleh, kecuali yang jelas-jelas
dilarang oleh agama dan terkecuali pula yang atas alasan konsensus publik
dilarang atau pun karena alasan kemanfaatan dan alasan kesehatan. Agama
disini hanyalah menjadi inspirasi untuk pengaturan itu. Dalam kehidupan
publik dalam Islam, yakni Tuhan menyerahkan semua hal pada voting atau
kesepakatan. “Antum a‟lamu bi umuri dunyakum”, kata Nabi Muhammad
SAW, ” Kalian lebih tahu urusanmu dan yang anda hadapi setiap hari”.
Lalu: “Fa-ma sakata „anhusy syari‟u fahuwa „afwun” kata Nabi dalam hadits
yang lain, yakni: apa-apa yang agama diam, maka itu berarti memang bukan

Mengenal Seni Rupa Islam - 13 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


urusan agama, sebagai urusan duniawi yang menjadi kawasan “mubah”
(diperbolehkan).
Dengan pandangan semacam ini, sebetulnya keinginan untuk
mengatakan bahwa “birokratisasi kehidupan” yang sekuler adalah satu jenis
pengaturan kehidupan yang paling masuk akal masa sekarang ini. Dalam
pengaturan yang semacam itu, terdapat kemungkinan yang tanpa batas untuk
mengoreksi kesalahan dan penyelewengan yang terjadi khusus dalam
pengaturan kehidupan publik. Sebab, semua perkara ditentukan melalui
proses “duniawi” yang relatif, tidak mempunyai klaim keabsolutan. Karena
itu, sikap paling ideal sebagai muslim sekarang ini adalah secara individual
menghayati relijiusitas yang mendalam, lalu mengembangkan penghayatan
spiritual yang penuh dengan harapan, cinta pada Allah dan RasulNya
(pewarisnya). Dengan kata lain, secara individual model yang ideal adalah
yang mencintai Allah secara tuntas dan tanpa batas.

Lukisan Muslim
India Yang
Menunjukkan
Pengetahuan
Tentang Sumur
Waktu (Jam)

Secara sosial, turut mengembangkan kehidupan publik berdasarkan


kesepakatan-kesepakatan umum yang dicapai secara demokratis. Kehidupan
publik dikembangkan berdasarkan inspirasi cinta ketuhanan, bukan
berdasarkan diktum-diktum harafiah agama dan menyangkut fiqih. Rasio dan
nalar yang sehat adalah panduan utama dalam pengelolaan ruang publik ini.
Harus ada yang jadi model sebagai tokoh masyarakat yang baik atau ulama

Mengenal Seni Rupa Islam - 14 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


sebagai panutan dan contohan, juga termasuk tokoh yang tepat seperti
terdapat dalam sejarah Islam. Dalam wawasan seperti ini, Islam hanya
dikembangkan dalam kehidupan yang bersifat pribadi dan sudah final dan
abadi. Dalam sistem sosial Indonesia, yang multi agama ini tentu tidak ada
suatu sistem yang bersifat mutlak. Islam dalam sistem sosial yang demikian
adalah sistem ‟demokratis‟ dan bisa dibatalkan oleh konsensus dengan catatan
tidak melanggar agama. Sistem yang tak bisa dibatalkan oleh konsensus dan
voting, tidak layak untuk dijadikan sebagai landasan pengelolaan kehidupan
ramai yang bersifat multi-agama dan keyakinan. Sistem sosial sebaiknya atau
seharusnya selalu bersifat provisionaris, alias bersifat sementara, bukan
bersifat mutlak seperti pemahaman awam.
Ada juga yang berpendapat, yakni ada katagori sebagai wacana
“Islam peradaban”, dalam suatu pengertian bahwa segenap perangkat nilai -
yang tidak pernah atau tidak boleh selesai - yang digunakan secara sadar
maupun dibawah sadar oleh penganutnya berdasarkan dari rekaman
emosional, baik psikologis maupun logis. Masalah ini adalah pada “Islam
peradaban” itu hanya merupakan salah satu dari peserta kompetisi sosio-
kultural yang menghunjam ke segenap pribadi muslim, dengan segenap
keniscayaannya. Di luar itu, ada sejumput nilai yang ikut mendobrak setiap
detiknya melalui mesin-mesim peradaban modern, yang telah beroperasi lebih
canggih lagi ketimbang dalam katagori ‟Islam ibadah‟ itu sendiri.
Sementara kelompok lainnya menganggap serius bahwa seakan ada
perintah fikih yang melarang untuk bermusik misalnya ? Dan di kalangan
radikalis maupun fundamentalis, pun isu-isu ini tetap saja kontroversial.
Bukankah ini sebagai nada-nada yang sengit, sekadar skeptisisme terhadap
khazanah klasik, yang ditiru secara serampangan oleh kalangan radikalis-
fundamentalis, yang seolah-olah kalangan mereka sendirilah merasa lebih sah
memilikinya ?
Namun demikian, kelompok Islam seperti Jalaluddin Rumi, bisa
terus berasyik-masyuk dengan musik dan tarian, yang justru dikatakannya
untuk mencapai ekstase dengan Allah atau sebagai ekspresi keTuhanan ? Tapi
dikemudian hari bahwa dunia hiburan dan leisure (baca: kenikmatan waktu
senggang) menempati ruang yang begitu besar dalam kehidupan di zaman
modern. Bahkan ruang publik modern dibentuk salah satunya oleh dunia
leisure ini.
Pengamat dan penikmat serta pekerja hiburan yang baik, hanyalah
seorang manusia biasa. Tetapi dapat dirasakan ada hal yang juga sehat dalam
Mengenal Seni Rupa Islam - 15 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
suatu ruang publik di mana dunia “leisure” ini bisa ditampung, di mana
hiburan bisa dikembangkan dengan sewajarnya dan tidak melampaui batas
syari‟at. Memang hal tersebut diperlukan sandaran (konsideran) dalam salah
satu jenis penafsiran atas Islam. Jenis penafsiran yang bersifat literal, adalah
suatu penafsiran yang memusuhi dunia hiburan dengan obsesif. Bagaikan
hantu, seakan lebih mengerikan karena pandangan-pandangannya yang
“medieval” (bersifat abad pertengahan) yang maksudnya sudah tidak sesuai
atau tidak relevan lagi. Hal semacam ini tidak saja hendak diselenggarakan
sebagai ”kebutuhan” atau “keasyikan” pribadi, tapi mau ditegakkan melalui
negara dengan pendekatan lembaga pemerintahan. Negara mau dijadikan
aparatus pengawas dari “kesalehan” dengan memberangus dunia hiburan itu
oleh aliran keras dan yang radikalis ini.
Sesungguhnya muslim yang baik dapat memilih alternatif hiburan
yang sesuai, mengarahkan keluarga mereka dan kerabat muslim terdekatnya
untuk menentukan pilihan yang terbaik, tidak memaksakan kehendak pada
pihak tertentu, terutama yang beragama lain atau berkeyakinan yang berbeda,
sebagai penghargaan atas hak asasi manusia (HAM) untuk mengikuti atau
tidak mengikuti syari‟at Islam. Tidak ada yang menganjurkan kehidupan yang
permisif. Kritik atas dunia hiburan yang kerapkali membius “nalar yang
cerah” jelas harus terus dilakukan dan disuarakan. Untuk hal ini, ummat Islam
patut belajar dari studi-studi kebudayaan (dalam pengertian “cultural
studies”) yang seringkali muncul belakangan ini. Yang menjadi keprihatinan
juga adalah soal pengaturan ruang publik yang mau disesuaikan dengan
standar kesalehan yang bersifat rigid, dengan meminjam negara sebagai
aparatus penegaknya.
Seorang muslim hendaknya menghiasi diri dengan sikap lemah-
lembut, baik dalam berinteraksi maupun lembut dalam menangani berbagai
macam hal dan fitnah (kasus). Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam bersabda :
“Tidaklah sikap lembut itu ada pada suatu (urusan) kecuali akan
menghiasi dan tidak pula ia ditinggalkan dari suatu (urusan) kecuali akan
memperburuk urusan itu”. Beliau Nabi SAW juga bersabda: “Sesungguhnya
Allah mencintai kelembutan dalam segala urusan”.
Cara berfikir orang bisa beragam. Demikian juga banyak hal yang
sama dan yang tidak sama. Manusia ada memiliki kemampuan, kebolehan,
ada pula kelemahan dan ketergantungan serta ketidak-sempurnaan lainnya.
Walaupun kini perkembangan ilmu dan teknologi dapat memperjelas dan
mempercepat serta mempermudah penyelesaian masalah-masalah kehidupan,
Mengenal Seni Rupa Islam - 16 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
namun tetap saja manusia itu bisa khilaf, lupa, tidur, tak sadar, sakit dan bisa
tak berdaya sama sekali seperti orang yang tua-renta (uzur), dan juga bisa
karena kemiskinan dan kebodohannya, juga akan datangnya ajal dan misteri
bencana lainnya yang tidak terduga.

Sketsa Bentuk Tarian Sufi Darwis dari Kelompok Jalaluddin Rumi


Tahun 1925 di Turki.

Memang tidak dipungkiri adanya perbedaan dalam berbagai hal. Dan


perbedaan itu terlihat hanya dari pandangan manusia semata, di karenakan
adanya perasaan yang tidak puas akan sesuatu hal, lalu melahirkan perbedaan
di sana-sini. Seringkali dikarenakan timbulnya perbedaan itu karena perasaan
tidak puas yang ada pada diri maka terjadilah suatu perdebatan, perselisihan,
pertengkaran, merasa paling benar dan sampai berujung pada perkelahian dan
bahkan pertumpahan darah. Jika demikian adanya, maka jalan yang membawa
rahmat dan keselamatan agar tidak terjadi perselisihan, pertengkaran, merasa
paling benar dan lain sebagainya, maka segera dikenali siapa yang
mengadakan perbedaan itu kemudian di mengerti bahwa Allah SWT tidak
menciptakan akan sesuatu dengan sia-sia. Semuanya tentu ada makna dan
hikmah yang terkandung di dalamnya, terutama bagi mereka yang mau
merenungkannya dan memikirkannya. Sehingga ada yang berujar biarlah
mawar tumbuh berduri, akan tetapi warna-warni bunganya atau merahnya
terlihat merekah dengan indahnya dan baunya pun sangat khas mewangi serta
menarik hati. Biarkan juga buah durian itu berduri yang terlihat mengerikan,
akan tetapi bila dibuka dan menikmati rasa yang ada di dalamnya maka
sungguh menggoda selera dan bau harumnya pun sudah tercium dari beberapa

Mengenal Seni Rupa Islam - 17 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


meter. Biarlah manusia itu tempatnya salah atau hilaf, lupa atau terlena atau
tertidur, karena itu memang adalah fitrahnya, tetapi ketahuilah dan
renungkanlah bahwa di dalamnya terdapat rahasia (sirr) Allah sebagai pusat
rahmat bagi sekalian alam. Maka tebarkanlah cara mengingat rahasia Allah
(dengan dzikir sirr) itu kepada manusia dan sekalian alam serta
bersilaturahim, dan jangan pula berpecah-belah, jadilah Rahmatan Lil
Allamin, terikat erat dalam satu keluarga besar ummat Islam yang indah dan
damai. Sesungguhnya manusia itu tercipta dari sepasang laki laki dan
perempuan, lalu beranak cuculah dan menjadi bersuku-suku serta berbangsa-
bangsa agar saling kenal-mengenal satu dengan yang lain, saling tolong-
menolong dalam kebaikan, bersilaturahmilah dengan menebarkan keindahan,
cinta damai dan kasih sayang kepada sesama manusia karena mereka semua
adalah saudara seiman (muslim) atau sebangsa dan setanah air atau pun
persaudaraan umat manusia.
Ajaran Islam menganjurkan untuk meraih kebahagiaan hidup dalam
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akherat, tersurat dalam firman
Allah QS. Al Qashash ayat 77: “Dan carilah dengan apa yang dianugrahkan
Allah kepadamu akan (kebahagiaan) negeri akherat dan janganlah kamu
melupakan bagianmu di dunia....”.
Kini Islamisasi terjadi pada berbagai disiplin ilmu (termasuk ilmu
seni), baik yang bersifat individual, kelompok masyarakat, lokal, regional,
nasional dan global. Sehingga mendorong para alim-ulama, pakar ilmu agama
dan cendikiawan muslim untuk mengadakan reinterpretasi dan mem-
formulasi kembali konsep-konsep ke-Islam-an yang dianggap relevan dengan
tantangan zaman yaitu: “Islam itu sesuai dengan setiap waktu (saat) dan
tempat” (wa Islam shalihun li kulli zaman wa makan) yang menandai
perkembangan Dunia Islam di berbagai kawasan dan belahan dunia hingga
saat ini serta untuk dapat mewujudkan masyarakat yang beradab, berilmu,
ber-keadilan, damai, maju, sejahtera, disiplin, penuh berokah hidup di Dunia
dan di Akherat serta diridhoi Allah kelak. Adapun nilai dasar acuan kehidupan
muslim yang diidamkan tersebut, yakni agar selamat dunia dan akherat serta
maju bersama berdasarkan Al Qur‟an, Al Hadits dan I‟jma Ulama, maka bisa
diterapkan mencakup hal-hal berikut: 1) Agar selalu menjaga sholat,
dzikurullah dan ketentuan syariat, 2) Selalu bersyukur dan bersuka-cita serta
tidak mengeluh, 3) Selalu optimis, tidak mengatakan atau berfikir “tidak
mungkin” atau pun “tidak bisa” atau “tidak mau”, sesuatu perlu “dicoba” atau
“dipraktekkan” terutama untuk hal-hal yang baik dan bermanfaat, 4)
Mengenal Seni Rupa Islam - 18 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Mengedepankan segala sesuatu dengan kerendahan hati, apa adanya (jujur),
tidak menjaga image (jaim) dan tidak egois serta meremehkan orang lain, 5)
Selalu berfikir positif dan tidak berprasangka buruk dan tidak saling
menggunjing, 6) Selalu berempati dan memberikan solusi atau berusaha
mencari jalan keluar yang baik dan benar, bukan mencela atau hanya
mengkritik saja, 7) Mematuhi para pemimpin yang baik dan amanah, mentaati
peraturan atau undang-undang Negara, mengutamakan kepentingan dan
kesepakatan umum serta menepati perjanjian.
Kajian tentang Islam (Islamic Studies / Dirasah Islamiyyah) dewasa
ini begitu diminati oleh berbagai pihak. Bukan hanya para cendekiawan
muslim saja yang serius mengkaji Islam, akan tetapi juga orang-orang Barat
non-Muslim juga menggeluti Islam sebagai obyek kajian. Namun demikian,
bukan hanya kaum orientalis yang mengkaji Islam secara analisis, para
cendekiawan pun tertarik dengan berbagai kajian Islam yang menyuguhkan
berbagai disiplin keilmuan, termasuk seni. Dalam sejarahnya, keilmuan Islam
telah berproses sedemikian rupa hingga memunculkan berbagai disiplin
keilmuan yang dikaji dari berbagai pendekatan.
Perkembangan keilmuan seni Islam telah diwarnai dengan berbagai
realitas yang dengan jelas berpengaruh atau dipengaruhi oleh perubahan
zaman menuju modernitas. Kini Islam dalam kajian berbagai pembacaan yang
bersifat kontemporer, yang menyajikan ulasan dan pembahasan keilmuan
Islam modern berangkat dari pikiran filsafat hingga sosio-kultural yang pada
akhirnya, Islam tidak hanya memunculkan disiplin ilmu yang bersifat
normatif seperti fiqh, ushul fiqh, tasawuf, ilmu kalam dan lain-lainnya, tetapi
mampu menghadapi berbagai problematika kontemporer seperti permasalahan
gender, pluralisme dan pluralitas, HAM dan berbagai permasalahan lainnya.
Studi seni Islam pada umumnya merupakan hasil sintesis dari tradisi
keilmuan seni Islam klasik (tesis) dan tradisi keilmuan seni Islam
kontemporer (antitesis). Dengan demikian, kajian seni Islam kontemporer
menggabungkan dua komponen tersebut sekaligus yakni warisan khazanah
keilmuan Islam klasik (turats) yang telah ada sebelumnya dan modernitas
(hadatsah) yang kehadirannya merupakan suatu keniscayaan. Sumber untuk
pengantar studi seni perkembangan sejarah Islam dan interaksi muslim
dengan nilai-nilai dari institusi-institusi modern Islam, dengan mencatat
berbagai ragam respons kaum muslimin terhadap modernitas, modernis,
revivalis, neo-revivalis, tradisionalis, neo-tradisionalis, neo-modernis, dan
konservatif. Semua kategori tersebut memiliki karakter seni yang beragam,
Mengenal Seni Rupa Islam - 19 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
mulai dari bentuk peradaban fisik-material, tokoh dan lain sebagainya. Sikap-
sikap yang diambil oleh masing-masing kelompok, barangkali merupakan
cermin kentalnya pengalaman intelektual dan latar belakang lingkungan sosial
yang dimiliki. Kemunculan kajian atau studi tentang seni keislaman
kontemporer adalah akibat dari sentuhan tradisionalitas dan modernitas yang
berasal dari Barat. Persinggungan keduanya itu terjadi karena pembelaan
terhadap pendapat-pendapat tradisional akan tetapi juga nalar kritis yang
mengkritisi tradisionalitas itu sendiri. Pembacaan seni dan dari sudut pandang
kontemporer, lebih dari itu, menjadikan Islam sebuah agama yang kaya akan
ilmu pengetahuan dilihat dari berbagai pendekatan.
Berangkat dari sebuah keyakinan yang mendasarkan pada Al-Qur‟an
dan Hadits Nabi Muhammad SAW (mashadir al-tasyri‟ al-muttafaq „alaih),
kemudian dari kedua sumber hukum tersebut muncullah berbagai tafsir
(interpretation) yang melahirkan berbagai kajian dan pembahasan secara
ilmiah. Akhirnya, lingkungan pun turut berperan serta dalam kajian seni Islam
sehingga selain sebagai bagian dari keyakinan agama, juga masuk pada ranah
sosial. Dengan demikian, seni Islam kemudian menjadi suatu obyek kajian
dan pembahasan yang bisa disoroti dari berbagai pendekatan atau sudut
pandang dan ditanggapi serta dirumuskan menjadi seni Islam normatif dan
seni Islam historis dilihat dari pembumiannya terhadap pandangan sosio-
kultural.
Begitu luas studi atau kajian tentang seni Islam masa kini. Sekarang
ini, kebutuhan terhadap kajian seni Islam kontemporer tidak terabaikan. Minat
dan antusiasme dari kalangan akademisi terhadap bidang pemikiran tersebut
pun cukup besar, hal itu dapat dilihat dari produksi karya ilmiah yang
menggunakan metode kontemporer dalam mengkaji seni Islam. Semua itu
dilakukan dalam rangka untuk mengaktualisasikan pandangan hidup kesenian
Islam dalam dunia modern agar mampu menjawab tantangan zaman yang
mengitarinya dan menyikapi perubahan sosial yang dihadapi oleh umat Islam,
juga seniman muslim secara memadai. Dengan demikian, pemikiran
keagamaan dan pandangan hidup muslim terhadap seni Islam tidaklah
kehilangan relevansinya ketika bertemu, berkomunikasi, berinteraksi dan
bergumul dengan modernitas dan post-modernitas. Oleh karena itu, kajian
seni Islam dalam era kekinian merupakan sesuatu yang sangat urgen untuk
menjawab tantangan zaman dan penikmat seni diajak untuk menyelami
urgensi kajian seni Islam di era kontemporer ini. Kajian tidaklah dirasakan
sebagai penganut agama tradisional yang kolot dan konservatif, namun
Mengenal Seni Rupa Islam - 20 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebagai agama Islam yang toleran terhadap perkembangan zaman. Namun
perlu ditegaskan bahwa Islam itu tidak mengikuti dan tunduk terhadap zaman,
tetapi seni Islam memang untuk semua zaman, setelah turunnya Islam ke
bumi dan menjadi agama serta keyakinan umat manusia. Islam itu bersifat
ilmiah (masuk akal) dan amaliah (mengerjakan amal), bila taat (beriman)
akan perintah Allah sehingga Allah sendirilah yang akan mencerdikkannya
dengan ilmu laduni.

1.3 Tentang Seni dan Keindahan

Dahulunya lebih banyak dan mengharuskan seni dan keindahan


mengambil sumber dari tulisan kitab Al Qur‟an dengan gaya ornamen dan
kaligrafi, semacam ada larangan melukiskan ciptaan Allah SWT dan mahluk
bernyawa karena khawatir akan dikultuskan, seperti patung dan lukisan potret
raja dan bangsawan yang berkembang di Eropa sejak masa Yunani, sehingga
ungkapan seperti itu tidak dikenal dalam sejarah Islam. Keyakinan seperti
itulah, mengarahkan para seniman muslim memfokuskan pada objek hiasan
dan seninya pada flora, sulur, dedaunan, bunga dan buah yang digayakan
secara dekoratif dan artistik-geometrik serta berkembang menjadi motif
arabesque.
Ketika membicarakan tentang seni, maka yang terlebih dahulu
dibicarakan adalah keindahan. Sudah menjadi fitrahnya manusia menyukai
keindahan. Seorang ibu akan lebih berbahagia jikalau ia dikaruniai anak yang
indah fisiknya, baik rupa ataupun jasmaninya. Seseorang juga akan lebih
cenderung untuk memilih rumah yang indah-indah. Juga mengenakan
pakaian-pakaian yang indah, baik dalam kondisi biasa-biasa saja maupun
dalam situasi yang buruk. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi, musik,
yang juga melambangkan keindahan, maka manusia pun cenderung akan
menyukainya sesuai seleranya. Imam Al Ghazali dalam Ihya Ulumuddin
menuliskan bahwa: “Siapa yang tidak berkesan hatinya di musim bunga
dengan kembang-kembangnya, atau oleh alat musik dan getaran nadanya,
maka fitrahnya telah mengidap penyakit parah yang sulit diobati”. Perasaan
indah memang ada dan merupakan fitrah yang diberikan Allah kepada
manusia. Dan pandangan seni adalah hasil ungkapan perasaan manusia,
cermin dari adanya budaya dan pandangan dunia. Ungkapan atau ekspresi dan
spirit seni dalam Islam adalah rasa akan adanya suatu keindahan. Sebagai
suatu realitas, bahwa Islam sebagai agama yang agung telah menanamkan
Mengenal Seni Rupa Islam - 21 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kecintaan dan rasa keindahan itu. Rasa indah yang asli itu, yang disadari atau
pun tidak, ada sedikit atau pun banyak, terbitnya terutama dari dalam lubuk
hati yang paling dalam pada diri manusia.
Allah itu indah dan menyukai keindahan. Firman Allah juga adalah
sbb: ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-
apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari
jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah
ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik (surga)” (QS Ali Imran ayat 14). Nabi juga bersabda:
”Sesungguhnya Allah Maha Indah, menyukai keindahan. Sedangkan
sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan orang lain”
(HR. Muslim). Inilah prinsip yang juga didoktrinkan Nabi SAW, kepada para
sahabatnya. Ibnu Mas‟ud meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Tidak masuk surga orang yang di dalam hatinya terbetik sifat sombong
seberat atom”, Adapun orang berkata, ”Sesungguhnya seseorang senang
berpakaian bagus dan bersandal bagus”.
Bahkan, salah satu mukjizat Al-Qur‟an adalah bahasanya yang
sangat indah, sehingga para sastrawan Arab dan bangsa Arab pada umumnya
merasa takluk berhadapan dengan keindahan sastranya, keunggulan pola
redaksinya, spesifikasi irama, serta alur bahasanya, hingga sebagian mereka
menyebutnya sebagai sihir. Ditegaskan bahwa AI-Qur'an surat Yasin : 69
"Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu
tidaklah layak baginya. Al-Qur'an itu tidak lain adalah pelajaran dan kitab
yang memberi penerangan". Hadits riwayat Tabrani dan Baihaqi : "Bacalah
Al-Qur 'an dengan gaya bahasa orang-orang Arab. Dan janganlah dengan
gaya bahasa orang Yahudi dan orang Nasrani dan orang-orang yang fasik.
Sesungguhnya akan datang sesudahku orang-orang yang melagukan Al-
Qur'an semacam lagu nyanyian. Iagu penyembahan patung, dan lagu
berteriak-teriak. Apa yang mereka baca tidak melalui tenggorokan mereka.
yakni tidak sampai ke hati. Hati mereka terkena fitnah dan juga terkena
fitnah hati orang-orang yang membanggakan keadaan mereka, Dan
bacalah Al-Qur'an itu dengan tertib” (sesuai dengan tajwid). Dalam
membacanya, dituntut untuk menggabungkan keindahan suara dan akurasi
bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus. Rasulullah bersabda:
“Hiasilah Al-Qur‟an dengan suaramu” (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟I,
Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi). Pada mereka kaum muslim yang
membaca Al Qur‟an, akan memperolehnya perasaan indah itu secara
Mengenal Seni Rupa Islam - 22 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
meyakinkan. Berdasarkan ajaran agama Allah, dalam Al Qur‟an tersurat dan
tersirat, menginginkan agar setiap muslim, mukmin dan mukhsin agar dapat
menyaksikan keindahan yang Allah perlihatkan dan terbentang luas di alam
dunia ini, suatu keindahan yang terhampar di cakrawala ilahi. Dari benda-
benda mati sampai dengan makhluk hidup ciptaanNya tampak menarik dan
indah, ada keseimbangan dan harmoni, semua itu diciptakan Allah pasti ada
manfaat dan ada tujuannya. Pada hakekatnya Allah yang membaguskan dan
mengatur serta mendesain secara detail sesuatu yang ada. Firman Allah SWT
yang artinya: ”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-
baiknya” (QS. As Sajdah: 7). Lalu : ”Kamu sekali-kali tidak melihat pada
ciptaan Allah Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang” (QS. Al
Mulk: 3). Dan: ”(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh
tiap-tiap sesuatu” (QS. An Naml: 88).
Ternyata Islam dengan Al Qur‟an sebagai kitab suci, dapat
membangkitkan atau merangsang pikiran dan inspirasi, pandangan mata atau
pandangan hati, suara dan bunyi, perkataan dan perbuatan untuk jadi
ungkapan rasa syukur, rasa haru, hikmat dan hikmah, kegembiraan,
kebahagiaan, keindahan dan sekaligus rasa keagungan ilahi. Bahkan seni bisa
menjadi suatu kebajikan, baik terhadap diri dan sesama serta lingkungan
sosial maupun terhadap lingkungan alam kehidupan disekitarnya, yang juga
memberikan suatu pengharapan dan penghargaan yang tinggi pada rasa
tentram serta kedamaian. Sentuhan seni sastra misalnya, dalam membaca atau
mendengarkan Al Qur‟an saja bagi mereka yang berfikir dan yang
merenungkan dapat menjadikan penawar bagi jiwa, terutama jiwa-jiwa yang
bergejolak dan haus akan siraman akan pencerahan ruhani atau santapan
ruhani, bukan lantaran isi dan makna kandungannya saja, tetapi termasuk
gaya saat membaca dan diiringi suara merdu nan indah yang menggetarkan
qalbu. Karenanya pula Nabi SAW bersabda kepada Abu Musa,
”Sesungguhnya kami telah diberi seruling dari seruling-seruling keluarga
Dawud” (HR. Bukhari dan Tarmidzi). Dalam konsep Islam, termasuk
didalamnya ada ilmu seni, adalah juga yang dimaksudkan adalah ilmu yang
bermanfaat, baik bagi kehidupan di Dunia maupun kehidupan di Akherat
kelak, bersifat fisik (jasmani) dan metafisik (batin-ruhani), yang banyak
tersimpan dalam Al Qur‟an dan Sunnah-nya. Juga yang terhimpun di dalam
Jagat Raya atau Alam Semesta ini beserta isinya, yang terus-menerus manusia
merisetnya untuk menemukan dan mencari bukti-bukti konkrit akan
kebenarannya.
Mengenal Seni Rupa Islam - 23 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Keindahan tercermin dalam kalimat-kalimat dari tulisan al-Ghazali,
dalam buku Kimiya-i Sa ‟adat (Kimiyatus sa‟adah = Uraian tentang
kebahagiaan) bahwa: ”Keindahan sesuatu benda, terletak didalam
perwujudannya dari kesempurnaan, yang dapat dikenali kembali dan sesuai
dengan sifat benda itu; Bagi setiap benda tentu ada perfeksi yang
karakteristik, yang berlawanan dengan itu - dapat dalam keadaan tertentu
menggantikan perfeksi karakteristik dari benda lain. Apabila semua sifat
perfeksi yang mungkin terdapat didalam sebuah benda itu merupakan
representasi keindahan yang bernilai paling tinggi; Apabila sebagian yang
ada, maka benda itu mempunyai nilai keindahan yang sebanding dengan
nilai-nilai keindahan yang terdapat didalamnya. Misalnya karangan (tulisan)
yang paling indah mempunyai semua sifat perfeksi yang khas karangan
(tulisan), seperti keharmonisan huruf-huruf, hubungan arti yang tepat satu
dengan lainnya, kelanjutan dan spasi yang tepat, dan susunan yang
menyenangkan”.
Disamping lima rasa (alat) untuk menunjukkan keindahan, al-
Ghazali juga menambahkan rasa yang keenam yang disebut dengan ”jiwa”
atau ”ruh”, yang juga dikenal dengan sebutan sebagai ”spirit”, ”jantung”,
”pemikiran”, dan ”cahaya”, yang semuanya dapat merasakan keindahan dunia
terdalam, yakni didalam hati (inner world), berupa nilai-nilai spiritual,
kekuatan moral dan nilai keagamaan. Konsep pengertian keindahan ini,
memberikan suatu pandangan baru atas keindahan dari seorang ahli agama
seperti al-Ghazali, yang dapat memuaskan terhadap berbagai pihak atas
”seni”, dimana terdapat lukisan atau bangunan yang indah, juga
pengungkapan tentang keindahan pada diri si pelukis atau arsiteknya.
Keindahan hakiki yang dimaksud di atas, terdiri dari tiga prinsip
antara lain sebagai berikut:

a. Pengetahuan, bentuk yang paling sempurna adalah pengetahuan


yang dimiliki Allah (Tuhan).
b. Kekuatan, untuk membawa diri sendiri dan orang lain kepada
kehidupan yang lebih baik.
c. Kemampuan, untuk menyingkirkan kesalahan-kesalahan dan
ketidakmampuan.

Pengetahuan, kekuatan dan kemampuan yang sesungguhnya, untuk


dapat menyingkirkan kesalahan, yang absolut hanyalah pada Allah (Tuhan)
Mengenal Seni Rupa Islam - 24 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
semata. Rasa indah dan menyenangkan, dikarenakan adanya fitrah yang
diberikan Allah, sifat seperti itu ada pada manusia yang ukuran nilainya pun
bersifat ”manusiawi” (seolah sempurna atau ketidaksempurnaan), juga berasal
dari takdir Allah, sehingga terbentuklah suatu kecintaan berupa manifestasi
keindahan Islami. Bahkan bisa menjadi keindahan hakiki yang universal.
Semua yang ditampilkan para seniman muslim (seolah sempurna atau indah,
benar, baik dan bermanfaat) dianggap akan atau bisa saja membawa kepada
keharibaan Allah atau mendatangkan rasa syukur kehadiratNya.
Seni Islami memiliki kekhasan sebagai ekspresi budaya manusia
muslim, sejalan dengan bergulirnya waktu dan ruang yang mempengaruhi
pola berfikir masyarakat dan para seniman serta ekspresi seni yang dianggap
Islami sesuai perkembangan zamannya. Seni Islami merupakan hasil karya
seniman muslim secara individual yang menginterpretasikan ajaran dan
keyakinan ke-Islamannya. Ada yang berpegang teguh pada kitab suci Al
Qur‟an dan Hadist Nabi Muhammad SAW sebagai panduan dan pandangan
hidup dan konsep kesenimanannya. Seniman muslim kontemporer kini sudah
lebih bebas mengambil objek alam dan kehidupan sekitar, membebaskan pula
obyeknya bahkan sampai bentuk bahasa rupa yang abstrak dengan pandangan
filosofi kehidupan muslim yang pada dasarnya untuk mengingatkan atau
peringatan atau mengajarkan kecintaan pada Allah SWT dan sesama serta hal
kemanfaatan, tentang kebaikan, kebenaran dan keindahan.

Lukisan Berjudul: “Beserta


Orang Yang Telah
Beserta Allah”, 1995
Karya Agus M.U.

Mengenal Seni Rupa Islam - 25 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


BAB 2
PANDANGAN ISLAM TENTANG SENI

Sebenarnya, bagaimanakah pandangan Islam tentang seni ? Seni


merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang
dikaitkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah melalui kalamnya di Al-
Qur‟an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan segala
keserasian dan keindahannya. Allah berfirman: “Maka apakah mereka tidak
melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak-
retak ?”(QS. Qaaf 50: 6). Allah juga mengajak manusia untuk melihatnya dari
perspektif keindahan, yaitu bagaimana buah-buahan yang menggantung di
pohon dan bagaimana pula buah-buahan itu dimatangkan. Jika manusia
memperhatikan dan menikmatinya dengan pandangan yang indah, saat arak-
arakan berbarisnya binatang ternak masuk ke kandang, juga saat dilepaskan
ke tempat penggembalaan. Juga cerita kehidupan lebah madu dengan bentuk
bangun susunan sarangnya yang menakjubkan dan anyaman sarang burung
unik serta barisan iringan semut yang khas. Semua peristiwa pada alam dan
kehidupan mahluk itu sesungguhnya ada unsur keindahan dan keteraturannya.

2.1 Pandangan Seni Islam

Pada dasarnya manusia dianugerahi Allah potensi untuk dapat


menikmati seni dan mengekspresikan keindahan. Ajakan-ajakan kepada
manusia tersebut menunjukkan bahwa seni merupakan fitrah dan naluri alami
manusia. Kemampuan ini yang membedakan manusia dengan makhluk yang
lain. Karena itu, mustahil bila Allah melarang manusia untuk melakukan
kegiatan berkesenian.
Nabi Muhammad SAW. sangat menghargai keindahan. Suatu ketika
dikisahkan, bahwa Nabi menerima hadiah berupa pakaian yang bersulam
benang emas, lalu beliau mengenakannya dan kemudian naik ke mimbar.
Namun tanpa menyampaikan sesuatu apapun, Beliau turun kembali. Para
sahabat sedemikian kagum dengan baju itu, sampai mereka memegang dan
merabanya. Nabi SAW bersabda: “Apakah kalian mengagumi baju ini?”
Mereka berkata, “Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian yang lebih
indah dari ini” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saputangan Sa‟ad bin
Mengenal Seni Rupa Islam - 26 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Mu‟adz di surga jauh lebih indah daripada yang kalian lihat” 1. Karena
keindahan pula Nabi SAW bersabda kepada Abu Musa, ”Sesungguhnya kami
telah diberi seruling dari seruling-seruling keluarga Dawud” (HR. Bukhari
dan Tarmidzi).
Seni adalah ungkapan perasaan, cermin dari suatu budaya dan
pandangan terhadap dunia. Ungkapan atau ekspresi dan spirit seni dalam
Islam adalah rasa akan adanya suatu keindahan. Sebagai suatu realitas, bahwa
Islam sebagai agama yang agung telah menanamkan kecintaan dan rasa
keindahan itu. Rasa indah asli itu, yang disadari atau pun tidak, ada sedikit
atau pun banyak, terbitnya terutama dari dalam lubuk hati yang paling dalam
pada diri manusia. Pada mereka kaum muslim, yang membaca Al Qur‟an
memperoleh perasaan itu secara meyakinkan. Pada hakekatnya Allah yang
membaguskan dan mengatur serta mendesain secara detail sesuatu yang ada.
Firman Allah SWT yang artinya: ”Yang membuat segala sesuatu yang Dia
ciptakan sebaik-baiknya” (QS. As Sajdah: 7). Lalu : ”Yang menciptakan
tujuh langit berlapis-lapis, engkau tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang
Maha Pengasih sesuatu yang tidak seimbang, maka ulangilah melihatnya,
apakah engkau melihat cacat?” (QS. Al Mulk: 3). Dan : ”(Begitulah)
perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu” (QS. An
Naml: 88).
Ternyata Islam dengan Al Qur‟an sebagai kitab sucinya, dapat
membangkitkan atau merangsang pikiran dan inspirasi, pandangan mata atau
pandangan hati, suara dan bunyi, perkataan dan perbuatan untuk jadi
ungkapan rasa syukur, rasa haru, hikmat dan hikmah, kegembiraan,
kebahagiaan, keindahan dan sekaligus rasa keagungan ilahi. Bahkan seni bisa
menjadi suatu kebajikan, baik terhadap diri dan sesama serta lingkungan
sosial maupun terhadap lingkungan alam kehidupan disekitarnya, yang juga
memberikan suatu pengharapan dan penghargaan yang tinggi pada rasa
tentram serta kedamaian. Sentuhan seni sastra misalnya, dalam membaca atau
mendengarkan Al Qur‟an saja bagi mereka yang berfikir dan yang
merenungkan dapat menjadikan penawar bagi jiwa, terutama jiwa-jiwa yang
bergejolak dan haus akan siraman pencerahan ruhani, bukan lantaran isi dan
makna kandungannya saja, tetapi termasuk gaya saat membaca diiringi suara
merdu nan indah yang menggetarkan qalbu. Bahkan salah satu mukjizat Al-
Qur‟an adalah bahasanya yang sangat indah, sehingga para sastrawan Arab

1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 27 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dan bangsa Arab pada umumnya merasa takluk berhadapan dengan keindahan
sastranya yaitu keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur
bahasanya, yang dalam membacanya pun dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah pun bersabda : “Hiasilah Al-Qur‟an dengan suaramu” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi), hingga
sebagian dari mereka orang Arab menyebutnya sebagai sihir.
Dalam bidang seni suara, Nabi Dawud dikenal memiliki suara amat
merdu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa buru-burung
akan ikut larut dalam bertasbih manakala Dawud bertasbih, apabila Dawud
membacakan Zabur maka tak satupun binatang yang tidak mendengarkannya.
Demikian pula jika Dawud menangis maka binatangpun akan ikut menangis
(Ash-Shabuni:1987). Yang menjadi pembelajaran bagi manusia sebagai umat
Islam adalah bahwa dengan kelebihan bakat, kepandaian, harta kekayaan dan
jabatan yang dimiliki Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman tidak menjadikan
keduanya lupa diri. Hidup berfoya-foya, sombong, angkuh dan gila akan
pujian.
Seseorang tentu akan lebih cenderung untuk memilih rumah dan
perabotannya yang indah-indah. Juga untuk bisa mengenakan pakaian yang
juga indah dalam situasi apapun. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi,
musik, yang juga melambangkan akan keindahan, maka manusia pun
cenderung untuk menyukai sesuatu sesuai dengan seleranya. Allah itu indah
dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi Muhammad
SAW. kepada para sahabatnya.
Pandangan Islam tentang seni, pada masa awal perkembangan Islam,
di zaman Nabi SAW. dan para sahabatnya, belumlah tampak secara jelas
ekspresi dari kaum muslim terhadap kesenian. Bahkan, saat itu terasa adanya
banyak pembatasan - pembatasan yang akan menghambat perkembangan seni
? Menurut Sayyid Quthb, pada masa itu, kaum muslim masih dalam tahap
pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai Islam dan memfokuskan pada
pembersihan dari gagasan-gagasan jahiliyah yang sudah meresap dalam jiwa
masyarakat dimasa itu cukup lama. Sedangkan sebuah karya seni lahir dari
interaksi seseorang atau masyarakat dengan suatu gagasan, penghayatan
sampai menyatu dengan gejolak jiwa. Karena itulah, belum banyak karya seni
yang tercipta pada masa awal perkembangan Islam. Dan sesungguhnyalah
pembatasan-pembatasan terhadap kesenian disebabkan adanya sikap kehati-
hatian dari kaum muslimin. Kehati-hatian dimaksudkan agar mereka tidak
Mengenal Seni Rupa Islam - 28 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
terjerumus kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang
menjadi titik perhatian pada saat itu. Akademisi M. Quraish Shihab
menjelaskan, bahwa Umar Ibnul Khaththab, khalifah kedua, pernah
berkata, “Umat Islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi
karena khawatir terjerumus ke dalam haram (riba)”. Ucapan ini benar
adanya, dan agaknya juga terjadi pada kesenian.2 Atas dasar kehati-hatian ini
pulalah hendaknya untuk dapat dipahami, adanya hadits-hadits yang melarang
menggambar atau melukis dan memahat bentuk makhluk-makhluk hidup atau
yang bernyawa.
Dalam peradaban Islam, yang lebih terasa, banyak kaum muslim
menaruh perhatian kepada usaha-usaha memindahkan orisinalitas alam ke
berbagai bentuk media karya seni seperti bangunan, keramik, pakaian,
permadani dan tapestry, ornamen, ukiran, mebel, lukisan, perabotan rumah
tangga, tari, musik, sastra, fotografi dan film serta pertunjukan. Islam
melahirkan berbagai macam karya seni yang mampu mencerahkan moral-
spiritual serta peradaban yang unik dan menarik seperti kaligrafi, ornamen
dan ukiran yang menghiasi banyak masjid dan gedung-gedung, gagang
perabotan dan pedang, bejana dari logam (besi, emas, kuningan, perak,
tembaga, dll), perhiasan, keramik atau tembikar, kayu dan sebagainya.
Ungkapan seni dari yang bersifat menghibur dan juga yang berupa permainan,
sampai dengan seni yang membangkitkan rasa haru dan tangis serta yang
membuat tertawa maupun tersenyum. Semua itu terpancar dari apa yang
dihasilkan dalam peradaban Islam itu sendiri dan sesuai dengan zamannya.
Sesungguhnya Islam mendukung adanya kreasi seni, namun dengan
syarat-syarat tertentu, yaitu yang dapat mendatangkan manfaat atau
membangun suatu peradaban yang lebih baik dan bukan yang mendatangkan
mudharat atau merusak kehidupan seperti menjadikan fitnah, ghibah, maksiat,
membangkitkan rasa permusuhan dan sebagainya. Disebut seni Islam apabila
penampilannya tidak melanggar syari‟at Islam dan tidak melanggar
kesusilaan serta nilai-nilai akhlaq.
Seni merupakan suatu tema yang cukup penting dan berhubungan
langsung dengan emosi pribadi dan perasaan masyarakat, yang kehadirannya
tentu tak terelakkan lagi. Seni Islam seharusnya dapat membangun
kecenderungan untuk selera Islami yang semakin baik dan unik serta positif
untuk intelektual, moral-spiritual dan akhlaq. Juga berorientasi pada segi

2
Ibid, Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 29 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kejiwaan, ungkapan yang tertuang kedalam berbagai perangkat yang bisa
didengar, dibaca, dilihat, dirasakan, direnungkan atau dipikirkan sampai
dengan seni yang meginspirasi untuk berbagai hal dan bisa
mempraktekkannya. Seni pada akhirnya tidaklah berbeda halnya dengan ilmu
pengetahuan, yang bisa dipergunakan untuk kebaikan atau bisa juga untuk
kejahatan, tergantung dari kadar kekuatan pengaruhnya terhadap penikmat
atau pada diri pembuatnya. Karena seni yang dibuat dan dihasilkan tersebut
tentunya mempunyai maksud dan tujuan dalam hal penciptaannya. Sehingga
niat dan konsepsinya pun menjadi penting untuk disimak sebagai barometer
seni Islam yang dianggap bermutu. Jika ada sesuatu yang yang dianggap halal
atau haram misalnya, maka hukumnya sangat jelas mengikutinya.
Manusia dianugerahi Allah potensi untuk dapat menikmati seni dan
mengekspresikan keindahan. Ajakan-ajakan kepada manusia tersebut
menunjukkan bahwa seni merupakan fitrah dan naluri alami manusia serta
kemampuan tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Nabi Muhammad SAW sangat menghargai keindahan dan suatu ketika
dikisahkan, bahwa Nabi menerima hadiah berupa pakaian yang bersulam
benang emas, lalu beliau mengenakannya dan kemudian naik ke mimbar.
Namun tanpa menyampaikan sesuatu apapun, Beliau turun kembali. Para
sahabat sedemikian kagum dengan baju itu, sampai mereka memegang dan
merabanya. Nabi SAW bersabda: “Apakah kalian mengagumi baju ini?”
Mereka berkata, “Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian yang lebih
indah dari ini” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saputangan Sa‟ad bin
Mu‟adz di surga jauh lebih indah daripada yang kalian lihat”.3 Berbicara
tentang fitrah seni, Al Qur,an menganjurkan agar berlomba - lombalah dalam
hal kebaikan (QS. Al-Baqarah: 148). Allah mengutus para Nabi dengan
kebajikan dan ada ungkapan "Allah itu indah, Dia menyukai keindahan"(Al-
Hadits). Allah SWT juga telah berfirman dan memerintahkan hamba-Nya
untuk memakai perhiasan yang indah setiap kali ke masjid yaitu: ”Hai
keturunan Adam, pakailah perhiasanmu pada setiap (masuk) masjid” (QS.
Al-A'raf: 31), dan ”Katakanlah, ”Siapakah yang mengharamkan perhiasan
Allah yang Dia keluarkan untuk hamba-hambanya dan rejeki yang baik-
baik ? Katakanlah ”(Semuanya) itu untuk orang-orang beriman dalam
kehidupan dunia dan tertentu untuk mereka (saja) pada hari kiamat”(QS.
Al-A'raf: 32), juga menganjurkan kepada hamba-Nya untuk selalu membaca

3
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 30 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Al Qur‟an (kalam-Nya) dengan sungguh-sungguh (QS. Al-Muzammil: 4) dan
dengan suara bacaan yang baik dan indah.
Al Islam dan Al Qur‟an mengungkapkan fitrah manusia selaras
dengan fitrah agama Islam sebagai agama yang mutlak kebenarannya. Untuk
memahami sistem yang benar, maka dituntut „keserasian yang benar‟, karena
hal tersebut merupakan tanda keberagamaan yang dianggap benar pula.
Adapun fitrah kesucian merupakan himpunan dan akumulasi dari tiga anasir
yakni: Benar, Baik dan Indah, sehingga seorang hamba Allah sebagai
penyembah atau pengabdi selalu berada dalam fitrah Allah, merasakan beserta
Allah yang diikuti dengan perilaku yang benar – benar baik dan indah.
Bahkan lewat kesucian jiwanya, dengan cara berdzikrullah akan bisa
memandang segalanya dengan pandangan yang positif dan selalu berusaha
mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Dengan pencarian yang benar
disisi Allah maka akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Untuk pencarian
yang baik, maka akan menghasilkan etika atau akhlak. Sedangkan untuk
pencarian yang indah, maka akan menghasilkan estetika dan seni. Dengan
pandangan demikian tentunya akan menutup mata terhadap kesalahan,
kejelekan dan keburukan orang lain. Kalaupun kesalahan itu terlihat, maka
akan selalu mencari nilai-nilai positif dalam menyikapi hal negatif tersebut.
Kalaupun itu semua tak ditemukan, selalu akan memberi maaf bahkan berbuat
baik kepada yang melakukan kesalahan tersebut.
Pandangan Islam tentang seni, pada masa awal perkembangan Islam
(zaman Nabi SAW dan para sahabatnya), belumlah tampak kejelasan ekspresi
dari kaum muslim terhadap kesenian. Bahkan, saat itu terasa adanya banyak
akan pembatasan - pembatasan yang menghambat perkembangan seni. Hal ini
menurut Sayyid Quthb, karena pada masa itu kaum muslim masih dalam
tahap penghayatan akan nilai-nilai Islam dan masih memfokuskan pada
pembersihan dari gagasan-gagasan jahiliyah yang sudah meresap kedalam
jiwa masyarakat sejak lama. Sedangkan sebuah karya seni Islam lahir dari
interaksi seseorang atau masyarakat dengan suatu gagasan dan penghayatan
agama dengan baik serta benar sampai menyatu dengan jiwanya. Sehingga
saat itu, belum banyak karya seni Islam yang tercipta pada masa awal
perkembangan agama Islam. Dan sesungguhnyalah pembatasan-pembatasan
terhadap kesenian karena adanya sikap kehati-hatian dari kaum muslimin saat
itu. Kehati-hatian tersebut dimaksudkan agar mereka tidak terjerumus kepada
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menjadi titik
perhatian pada saat itu. Seperti yang Quraish Shihab jelaskan di depan
Mengenal Seni Rupa Islam - 31 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bahwa Umar Ibnul Khaththab, khalifah kedua, pernah berkata, “Umat Islam
meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi karena khawatir
terjerumus ke dalam haram (riba)”. Ucapan ini benar adanya, dan agaknya
juga terjadi pada kesenian.4 Atas dasar kehati-hatian ini pulalah hendaknya,
untuk bisa dipahami oleh para seniman muslim atau orang yang akan
mengambil manfaat dari pada ilmu seni. Seperti adanya hadits-hadits yang
melarang menggambar atau melukis dan memahat makhluk-makhluk hidup,
yang akan membawa kemudaratan dan kemusrikan atau unsur negatif,
terutama dimana cara berfikir orang yang masih sederhana dan tidak rasional
serta mudah terpengaruh.
Apabila seni dinilai membawa manfaat bagi manusia, yakni dapat
membawa berkah dan rejeki yang halal serta dibenarkan agama, memperindah
atau menghiasi kehidupan. Mengabadikan nilai-nilai yang luhur dan
mensucikan serta membesarkan asma Allah, mengembangkan serta
memperhalus perasaan tentang keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah
Nabi mendukung, tidak menentangnya atau melarangnya. Karena ketika
itulah, setelah seni hadir bermafaat atau dimanfaatkan dapat menjadikannya
sebagai salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.
Demikianlah yang disampaikan Muhammad Imarah dalam bukunya
Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi yang penerbitannya disponsori Dewan
Tertinggi Dakwah Islam, Al-Azhar bekerjasama dengan Al-Ma‟had Al-‟Âlami
lil Fikr Al-Islâmi (International Institute for Islamic Thought).
Adanya pengaruh dari kondisi geografis, yang tidak memungkinkan
bangsa Arab untuk mendirikan pusat peradaban kala itu, dimana hidupnya di
tengah gurun pasir yang tandus dan terkucilkan, dikelilingi oleh bukit-bukit
dan lembah gersang yang membuat mereka hidup nomaden untuk mencari
oase dan padang rumput demi mempertahankan hidup. Yang lebih ekstrim
lagi, bangsa Arab waktu itu hanya senang pada sastra saja dan tidak memiliki
budaya serta senirupa yang bernilai tinggi. Apalagi bila dibandingkan dengan
beberapa peradaban besar dan maju keseniannya yang lahir ribuan tahun
sebelum Islam datang, misalnya peradaban-peradaban Firaun di Mesir,
Babilonia di Irak, juga peradaban Yunani, Romawi, Persia, Yaman dan
Ethiopia.
Pada zaman keagungan Islam, senjata dianggap berharga, yang
digunakan oleh orang Islam untuk mempertahankan diri mereka dari ancaman

4
Ibid, Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 32 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
musuh. Diantara peninggalannya berupa jenis-jenis senjata yang banyak
dipergunakan seperti parang, tombak, pedang dan lain-lain. Pahlawan-
pahlawan Islam yang terkenal dan mahir menggunakan senjata tersebut ialah
Nabi Muhammad SAW, Saidina Ali dan Khalid Al Walid. Kehebatan
dalam menggunakan berbagai jenis senjata dapat menggambarkan bagaimana
ketinggian kemampuan tamadun orang Islam dalam usaha untuk
mempertahankan diri dari ancaman musuh serta memerangi musuh-musuh
Islam yang hendak mencoba menghancurkan Islam. Kehebatan tersebut
digambarkan oleh para pengukir sewaktu zaman keagungan Islam adalah
dalam mengukir senjata-senjata dengan menampilkankan simbol peperangan
dengan kehalusan nilai seni. Pengukir mencoba menggambarkan semangat
jihad dan keagungan Allah melalui seni ukir dan reka bentuk pada setiap
senjata yang di ukir tersebut. Berdasarkan kegemilangan Islam pada masa
lampau yang menganjurkan Islam bertakhta dihati setiap muslim yang
beriman, yang pada masa kini getaran tersebut masih dirasakan pada artefak
yang ditinggalkan.
Sangatlah berbeda dengan peradaban-peradaban kuno yang lahir
sebelum Islam dan berkembang di tepian sungai-sungai besar. Peradaban
Firaun lahir di tepi Sungai Nil, Babilonia di Sungai Eufrat (Furat), India di
Sungai Gangga, dan Tiongkok di Sungai Kuning. Jika percaya pada teori
bahwa seni dan budaya yang berkualitas itu berasal dari taraf kehidupan
bangsa yang tinggi peradabannya, maka bangsa Arab tidak memiliki potensi
itu. Kualitas seni yang dikenal oleh bangsa Arab hanyalah seni sastra
(bertutur) yang tercatat dalam syair-syair Jahiliyah. Namun hal itu pun
diragukan, Thaha Husain dalam bukunya Fî al-Syi‟ir al-Jâhilî (Puisi
Jahiliyah). Yang menurutnya, syair-syair jahiliyah itu bukan berasal dari
zaman jahiliyah pra-Islam, tetapi berasal dari praktik pemalsuan (intihâl)
yang dilakukan oleh penyair-penyair bangsa Arab dikemudian hari, yang
bertujuan memuji kemulian dan kebesaran bangsa Arab itu sendiri. Syair
terindah dan terunggul akan diabadikan dengan digantungkan di Ka‟bah
sebagai penghormatan yang kemudian digelari al-mu‟allaqât (syair-syair yang
digantungkan). Hakikatnya, syair-syair tersebut adalah propaganda untuk
menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Arab memiliki cita rasa seni,
sastra dan budaya yang dianggap tinggi. Padahal, kenyataannya sungguh
bertolak belakang. Inilah paradoks pencitraan bangsa Arab yang dalam Al
Qur‟an disebut berbudaya Badui yang nomaden, menanam bayi perempuan

Mengenal Seni Rupa Islam - 33 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


hidup-hidup, suka berperang dan memiliki sifat-sifat keras serta sebagai
masyarakat tak berbudaya lainnya.
Sebenarnya bangsa Arab juga tidak mengenal peradaban fisik yang
tinggi. Ka‟bah sebagai simbol arsitektur bangsa Arab, menurut seni Barat
tidak menarik secara estetis dan bentuknya hanya kubus dan dibangun dari
tumpukan batu-batu. Bahkan ketika Ka‟bah mengalami kerusakan, yang
merenovasinya adalah tukang-tukang dari Koptik (Mesir) dan para tukang itu
memiliki kebiasaan bernyanyi dan memukul gendang. Dari mereka itulah,
bangsa Arab kemudian mengenal lagu dan musik. Demikian pula Masjid
Nabawi di Madinah, yang didirikan dari batang pohon kurma dan tumpukan
batu saja. Posisinya berhimpitan dengan rumah Nabi yang hanya dibatasi tirai
kain saja, sebagai contoh kesederhanaan dan panutan ummat Islam. Orang
Barat membandingkannya dengan peradaban zaman Firaun di Mesir dan
Babilonia di Irak, yakni semenjak ribuan tahun silam sebelum Islam tiba,
mereka telah mampu membuat atau membangun kota dan istana yang
demikian megah.
Bangsa Arab awalnya sudah mengenal seni patung, tetapi tidak
disamakan dengan masa patung-patung zaman Firaun di Mesir. Patung Arab
terbuat dengan pahatan kasar yang dibuat sederhana dan memiliki kualitas
seni yang berbeda sama sekali. Bahkan Umar bin Khattab yang kelak
dikenal sebagai Khalifah kedua itu pernah membuat patung dari adonan kue
sebelum dia masuk Islam. Setelah disembahnya patung itu pun kemudian
dimakannya. Ini sungguh berbeda dengan tradisi patung-patung di tempat
lain, yang di samping sebagai obyek pemujaan juga garapan untuk sarana
persembahan. Islam datang tanpa memberikan sumbangsih apapun terhadap
dunia seni. Seperti tradisi agama sebelumnya, Islam terpengaruh oleh struktur
budaya masyarakat awal di Arab yang didatanginya. Akhirnya karakter Islam
juga akan mengulangi budaya bangsa Arab, yaitu sama-sama tidak memberi
tempat yang layak pada seni umumnya. Namun Islam menyumbangkan
penulisan, tradisi yang sebelumnya dianggap aib oleh bangsa Arab. Adapun
perangkat hukum, ritual keagamaan dari sholat, haji dan puasa, ada anggapan
berasal atau dari budaya masyarakat pra-Islam. Hal ini digambarkan secara
apik oleh Khalil Abd Karim dalam buku al-Judzûr al-Târîkhiyyah li
Syarî‟ah al-Islâmiyah (Akar-akar Historis Syariat Islam). Begitu juga
menurut Mohammad Arkoun dalam karyanya Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî
al-Mu‟âshir (Di Mana Pemikiran Islam Kontemporer?). Menurutnya, Islam
hanya mengubah orientasi dari simbol teologis menjadi simbol politis. Hal itu
Mengenal Seni Rupa Islam - 34 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
diakibatkan dari pergumulan dengan ideologi bangsa Arab waktu itu.
Sebelum Islam, simbol-simbol teologis tersebut digunakan sebagai alat
ketaatan terhadap suku yang diwujudkan dalam berhala (patung). Islam
mengubah orientasi simbolik dari patung (berhala) menuju pada Tuhan
(Allah). Adapun simbol-simbol teologis yang ampuh menundukkan ketaatan
masyarakat tetaplah dapat dipertahankan. Secara sederhana pertikaian antara
Nabi Muhammad dengan suku-suku Arab merupakan pertarungan politis
dengan simbol teologis yang sama. Patung adalah saingan Allah. Fanatisme
kesukuaan (al-„ashabiyah) adalah saingan persaudaraan Islam (al-ukhuwwah
al-Islâmiyah). Sementara dukun (al-kâhin) dan penyair (al-syâ‟ir) adalah
telah dianggap oleh masyarakat menjadi saingan Nabi.
Dalam peradaban Islam, yang lebih terasa adalah banyaknya menaruh
perhatian kepada usaha-usaha memindahkan orisinalitas alam ke berbagai
bentuk media karya seni, seperti pada bangunan, keramik, pakaian, permadani
dan tapestry, ornamen, ukiran, kaligrafi, mebel, lukisan, perabotan rumah
tangga, tari, musik, sastra, fotografi dan film serta seni pertunjukan.
Peradaban Islam ini banyak melahirkan berbagai macam karya seni yang
mampu mencerahkan moral-spiritual serta peradaban yang unik dan menarik,
seperti dalam produk kekriyaan yakni kaligrafi, ornamen dan ukiran yang
menghiasi banyak masjid dan gedung-gedung, gagang perabotan dan pedang,
bejana dari logam (besi, emas, kuningan, perak, tembaga, dll), perhiasan,
keramik atau tembikar, kayu dan sebagainya. Ungkapan berbagai media seni
tersebut dari yang menghibur dan juga berupa permainan, sampai dengan seni
yang membangkitkan rasa haru dan tangis serta yang membuat tertawa
maupun tersenyum. Semua itu terpancar dari apa yang dihasilkan dalam
peradaban Islam itu sendiri dan sesuai zamannya.
Sesungguhnya Islam mendukung adanya kreasi seni, namun dengan
syarat-syarat tertentu, yaitu yang dapat mendatangkan manfaat atau
membangun suatu peradaban yang lebih baik dan bukan yang mendatangkan
mudharat dan merusak kehidupan seperti menjadikan fitnah, ghibah, maksiat,
membangkitkan rasa permusuhan dan sebagainya. Disebut seni Islam, karena
dibuat oleh muslim atau pun pada pemerintahan Islam. Seni bernuansa Islam
apabila semua penampilannya tidaklah melanggar syari‟at Islam dan
mengandung nilai-nilai akhlaq yang baik, tidak melanggar kesusilaan
(pornografi) dan kejahatan mental-spiritual, membawa pencerahan iman
(dakwah), mencerdikkan atau memintarkan ummat Islam serta bermanfaat,

Mengenal Seni Rupa Islam - 35 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


dapat berupa pengagungan akan kalimat Allah SWT (Al Qur‟an), al Hadits
dan sebagainya.
Seni merupakan suatu tema yang cukup penting dan berhubungan
langsung dengan emosi pribadi dan perasaan masyarakat, yang kehadirannya
tentu tidak terelakkan lagi. Seni Islam seharusnya dapat membangun
kecenderungan selera Islami yang semakin baik dan unik serta positif untuk
intelektual, moral-spiritual dan berakhlaq. Juga berorientasi pada segi
kejiwaan yaitu ungkapan yang tertuang kedalam berbagai perangkat yang bisa
didengar, dibaca, dilihat, dirasakan, direnungkan atau dipikirkan sampai
dengan seni yang menginspirasi untuk berbagai hal dan yang bisa
dipraktekkan. Seni pada akhirnya tidaklah berbeda halnya dengan ilmu
pengetahuan, yang bisa dipergunakan untuk berbagai kebaikan atau bisa juga
kebalikannya untuk kejahatan, tergantung daripada kadar kekuatan
pengaruhnya terhadap penikmat atau pada diri pembuatnya. Karena seni yang
dibuat dan dihasilkan tersebut tentunya mempunyai maksud dan tujuan dalam
hal penciptaannya. Sehingga ada niat dan konsepsinya pun menjadi penting
untuk disimak sebagai barometer dari seni Islam yang dianggap bermutu. Jika
ada sesuatu yang dianggap halal atau haram misalnya, maka hal itu
hukumnya sudah jelas akan mengikutinya.
Pandangan dan konsepsi seni Islam kontemporer di masa kini terus
bergulir mengikuti perkembangan zaman. Dengan berbagai kemudahan-
kemudahan dalam memperoleh bahan-material dan pemanfaatan
perkembangan teknologi, adanya pengaruh pengetahuan teknologi cyber di
dunia maya atau internet sebagai sarana informasi-komunikasi global yang
serba cepat dan canggih, membuat seni Islam kontemporer penilaiannya pun
tidak lagi sederhana, dimana cara berfikir seni Islam tersebut juga akan
mengikuti zamannya.

Seni Kaligrafi
Tughra (Cipher Imperial)
dari Sultan Süleyman
1555 Ottoman

Mengenal Seni Rupa Islam - 36 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Sejarah seni Islam, terutama sastra Islam dan sastra Islami tak lepas
dari perkembangan sastra Arab sejalan dengan awal perkembangan agama
Islam. Sebab, bahasa Arab merupakan bahasa Islam dalam Al-Qur‟an (suci),
dimana bahasa Arab dalam bentuk klasiknya atau bentuk Qur‟ani mampu
memenuhi kebutuhan religius, juga sebagai sastra yang bentuk tulisannya pun
artistik dan demikian pula bentuk rupa formal lainnya. Sastra Arab atau Al-
Adab Al-Arabi tampil dalam beragam bentuk prosa, fiksi, drama dan puisi.
Lalu bagaimanakah dunia sastra berkembang dalam peradaban masyarakat
Islam ? Sejatinya sastra Arab mulai berkembang sejak abad ke-6 M, yakni
ketika masyarakat Arab masih berada dalam peradaban jahiliyah dan suka
berkumpul bersenang-senang dan berpuisi. Namun, karya sastra tertulis yang
tumbuh di era itu jumlahnya masih tak terlalu banyak. Paling tidak, ada dua
karya sastra penting yang terkemuka yang ditulis sastrawan Arab di era pra-
Islam yaitu Mu‟allaqat dan Mufaddaliyat.
Adalah William Jones (1746 M -1794 M), sebagai orang pertama
yang mengenalkan dunia Barat dengan sastra Arab jahili, dengan bukunya
berjudul Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex atau penjelasan
Mu‟allaqaat As-Sab‟a yang diterbitkan tahun 1774 M. Sastra Arab jahili
memiliki ciri-ciri yang umumnya menggambarkan suatu kebanggaan terhadap
diri sendiri (kesukuan), keturunan dan cara hidup. Sastra Arab memasuki
babak baru sejak agama Islam diturunkan di Jazirah Arab yang ajarannya
disampaikan melalui Al-Qur‟an. Kitab suci umat Islam itu telah memberi
pengaruh yang amat besar dan signifikan terhadap bahasa Arab. Bahkan, Al-
Qur‟an tak hanya memberi pengaruh terhadap sastra Arab, namun juga
terhadap kebudayaan secara keseluruhan. Bahasa yang digunakan dalam Al-
Qur‟an disebut bahasa Arab klasik.
Hingga kini, bahasa Arab klasik masih sangat dikagumi dan
dihormati. Al-Qur‟an merupakan firman Allah SWT yang sangat luar biasa.
Terdiri dari 114 surat dan 6666 ayat, Al-Qur‟an berisi tentang perintah,
larangan, kisah, dan cerita perumpamaan, begitu memberi pengaruh yang
besar bagi perkembangan sastra Arab. Sebagian orang menyebut Al-Qur‟an
sebagai karya sastra terbesar. Namun, sebagian kalangan tak mendudukan Al-
Qur‟an sebagai karya sastra, karena merupakan firman Allah SWT yang tidak
pantas dan tidak bisa disamakan sebagai karya manusia. Firman Allah: “Dan
kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan tidaklah
pantas baginya, Al Qur‟an tidak lain hanyalah pelajaran dan bacaan yang

Mengenal Seni Rupa Islam - 37 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


terang” (QS. Surat Yaasiin, ayat 69). Teks penting lainnya dalam agama
Islam adalah hadits atau sunnah.
Penelitian serta penelusuran terhadap masa-masa kehidupan Nabi
Muhammad SAW telah memicu para sarjana muslim untuk mempelajari
bahasa Arab. Atas dasar pertimbangan itu pula, para intelektual muslim
mengumpulkan kembali puisi-puisi pra-Islam. Hal itu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana sesungguhnya kehidupan Rasulullah sampai akhirnya
menerima wahyu dan menjadi Rasul. Jejak dan perjalanan hidup Muhammad
SAW yang begitu memukau juga telah mendorong para penulis muslim untuk
mengabadikannya dalam sebuah biografi yang dikenal sebagai Al-Sirah Al-
Nabawiyyah. Sarjana muslim yang pertama kali menulis sejarah hidup Nabi
Muhammad adalah Wahab bin Munabbih. Namun, Al-Sirah Al-Nabawiyyah
yang paling populer ditulis oleh Muhammad bin Ishaq.
Uraian yang sistematis tentang sifat keindahan dalam sastra dan
senirupa, tidak mendapat tempat dalam filsafat Islam karena interes teoritis
dalam budaya Islam sebatas idea keindahan pada umumnya, tidak lebih
mendalam dari itu, terutama pada ekspresi artis-tik (ungkapan seniman
individu). Antara filsafat dan seni (sastra, senirupa, dll) dengan agama tidak
pernah bersatu dan terpadu, karena adanya pembatasan hukum dalam nilai-
nilai keyakinan yang dianut.
Ada usaha perpaduan seni dan filsafat dalam perkembangan
kebudayaan Islam, yang mencapai puncaknya pada abad ke 9 dan ke 10,
terutama dalam tradisi kesusastraan Arab dengan filsafat Yunani, dari suatu
terjemahan ”Poetics”nya Aristoteles, melalui komentar dan pikiran dari al-
Farabi (870-950), Ibnu Sina (980-1037) dan Ibnu Rushd (1126-1198) yang
dibandingkan dengan realita puisi Arab. Bagi cendekiawan Arab, ada
terjemahan yang disebut Teologi Aristoteles yang merupakan petikan dari
Plotinus dan juga Platonisme terjemahan dan komentar al-Farabi. Kemudian
muncul filsafat yang di Plato-kan oleh Ishraq setelah al-Suhrawadi, sesuai
selera dan suasana negeri Iran oleh Mulla Sadra (Sadraddin Shirasi) dan al-
Asterabadi. Namun begitu tidak banyak yang menarik perhatian. Prinsip
Aristoteles yang dikenakan pada sastra – puisi tradisional Arab, bersama
dengan pemikir-pemikir Islam menghasilkan sistem kesusastraan dan bukan
tentang doktrin keindahan, tetapi konsep mimesis Aristoteles (Arab-Muhakat)
yang memperoleh tempat dan perhatian.
Pada abad 9 dan 10, memang paradoks, secara bersamaan senirupa
berkembang menakjubkan, tanpa adanya sebuah teoripun yang menyertai
Mengenal Seni Rupa Islam - 38 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dalam prosesnya dan menghasilkan bentuk-bentuk estetik-artistik yang khas.
Pelarangan atau pembatasan berdasarkan hukum-hukum Islam, terutama
mempresentasikan bentuk (figur) manusia dan binatang sebagai usaha
mencegah tergelincirnya muslim pada paganisme, tidaklah selalu ditaati
secara mutlak. Khususnya pada masa permulaan, hal tersebut terutama hanya
dapat membatasi perkembangan seni patung dan seni lukis. Akan tetapi
sejarah dan kesusastraan menunjukkan bukti cukup atas kegairahan atau
keinginan membangun batasan tertentu tentang cinta keagungan, kemewahan
dan keluar dari lingkup perintah agama. Namun semua itu tidak mampu
memberi gambaran tentang prisip-prinsip seni dan estetika diluar hukum
agama yang mempengaruhi produk seni rupa.
Periode ekspansi yang cepat dari era Islam, dimana bentuk-bentuk
senirupa awal yang dinyatakan cukup akurat untuk label seni Islam. Penilaian
dan batas geografis awal dari kebudayaan Islam, keberadaannya di masa ini
adalah Suriah. Hal ini cukup sulit untuk membedakan objek Islam paling awal
dari para pendahulu mereka dalam bahasa seni Persia (Sassania) dan seni
Bizantium (Kekaisaran Kristen). Ada suatu produksi yang signifikan,
terutama on-glazed keramik, dapat disaksikan berupa mangkuk kecil yang
tersimpan dalam Louvre (museum bekas istana di Paris-Prancis), yang
menjamin prasasti ini sebagai atribut untuk periode Islam dengan motif
vegetatif yang paling penting dari produksi awal ini. Pengaruh dari tradisi
artistik Sassania termasuk citra raja sebagai seorang prajurit dan singa sebagai
simbol kemuliaan dan kejantanan. Seni Badui mewakili tradisi kesukuan
geografis dari "pribumi" sebagai hegemoni artistik. Uang logam saat itu dan
logam yang diimpor digunakan untuk sarana perdagangan dengan Bizantium.
Dari semua seni visual, kaligrafi telah menjadi paling diakui sebagai
seni rupa oleh umat Islam. Alfabet bahasa Arab dalam berbagai skrip,
biasanya dalam kombinasi dengan endy ornamen, menjadi hiasan yang paling
berharga untuk arsitektur dan perkantoran dan benda fungsional, seperti
mebel, tekstil dan kapal. Memang, dengan pengecualian penyair dan ahli
kaligrafi, ummat Islam tidak pernah memandang seniman untuk wawasan
atau dengan makna khusus dan telah menganggap seni terutama sebagai seni
dekoratif, ornamen yang didasarkan atas studi matematika (ilmu ukur) dan
melibatkan desain geometris yang rumit. Rumah ibadah yang Islamis dikenal
di Barat sebagai masjid. Beberapa fitur dari sebuah masjid adalah dikka,
mihrab, mimbar, menara dan qubah (atap). Muslim percaya bahwa Tuhan
adalah unik dan tak terbatas, tanpa rekan dan karena itu Ia tidak dapat
Mengenal Seni Rupa Islam - 39 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
diwakili. Dia disembah secara langsung, dengan atau tanpa syafaat, sehingga
tidak ada tempat untuk gambar atau patung para kudus (orang suci) lainnya.
Membuat generalisasi tentang budaya visual dari setiap kelompok orang Islam
adalah usaha kasar, terutama dengan adanya budaya beragam seperti yang
dianut orang Islam. Dengan pemikiran seperti ini dalam pikiran diketahui
bahwa survey seperti apapun adalah sangat terbatas, luasnya dan
kedalamannya.
"Islam" dan "Islamisme" tidaklah sama. Islamisme adalah sebuah
ideologi totaliter kontemporer yang bertujuan untuk menginstal otokratis,
anti-Barat yaitu theocracies di negara-negara sekuler, seperti catatan politik.
Seni Islam bukan hanya berkaitan dengan agama saja. Istilah "Islam" oleh
banyak pengamat tidak hanya mengacu kepada agama, tetapi juga dari
beragam budaya yang bernafaskan Islam dan juga diperuntukkan bagi orang-
orang kaya yang menyukai kemewahan. Seni Islam ini sering mengadopsi
unsur-unsur yang bersifat sekuler dan unsur-unsur yang disukai oleh kalangan
berada, para penguasa, jika hal tersebut tidak dilarang oleh para ulama atau
teolog Islam. Istilah seni Islam tidak hanya menjelaskan seni diciptakan
khusus dalam pelayanan iman Islam, misalnya sebuah masjid dan perabot
rumah tangga dan perusahaan, tetapi juga ciri seni dan arsitektur historis
diproduksi di negeri-negeri yang diperintah oleh Muslim, diproduksi untuk
pelanggan Muslim atau yang dibuat oleh seniman Muslim. Karena tidak
hanya berorientasi keagamaan Islam, tapi cara hidupnya. Islam kemudian
dipupuk oleh pengembangan budaya-budaya lokal dan yang berbeda dengan
bahasa dan visualnya masing-masing. Bentuk artistik unik (khas) yang
tercermin dalam seni dan arsitektur di seluruh dunia Muslim. Tidak dapat
terlalu ditekankan bahwa ada perbedaan besar antara Islam dan Islamisme.
Kesulitan besar dalam menghargai perbedaan ini datang dengan pengamatan
lebih lanjut, bahwa semua Islamis adalah Muslim dan bahwa sejumlah besar
muslim moderat telah terlibat dalam kebangkitan Islamisme. Pemahaman ini
tidak begitu saja membebaskan para militan, kecuali dalam hak untuk
membela diri.
Seni Islam adalah istilah yang dapat dipahami dalam beberapa cara,
semuanya sama-sama berlaku. Ada menekankan hanya masing-masing fitur
yang berbeda dari suatu bagian besar material-bahan. Beberapa definisi
berkonsentrasi pada aspek keagamaan daripada seni. Ada yang memberikan
kebanggaan berupa tempat atau bentuk untuk arsitektur masjid dan kaligrafi.
Ada juga terutama yang ditemukan dalam manuskrip Al Qur'an. Istana dan
Mengenal Seni Rupa Islam - 40 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Masjid mengambil pandangan yang lebih luas dari subyek, memperlakukan
seni Islam sebagai produk budaya di mana tidak semua orang Muslim sama
budayanya, tapi di mana agama Islam memainkan peran yang dominan.
Karena itu mencakup semua seni yang diproduksi oleh negara yang diperintah
Muslim Timur Tengah dan sekitarnya, tidak peduli apa konteks sosial
tertentu. Kerangka waktu seni Islam juga sangat luas, awal dan akhir ditandai
oleh dua peristiwa besar. Yang pertama, tentu saja, kebangkitan Islam di
abad ketujuh Masehi, dan simultan pendiri negara pertama Muslim yang
diperintah. Setelah itu sebagai negara-negara Islam yang berhasil satu sama
lainnya di Timur Tengah hingga akhir Perang Dunia Pertama pada tahun
1918, ketika Sekutu menduduki banyak Kekaisaran Ottoman yang
dikalahkan. Yang kedua, dari dua kejadian, segera diikuti oleh pengendapan
atau kemunduran Sultan Ottoman terakhir tahun 1922, dan jatuhnya dinasti
Qajar di Iran pada tahun 1924. Sebagian besar rezim baru yang muncul dari
perubahan ini, dihindari Islam sebagai sistem politik.
Selama periode Islam yang panjang, elite penguasa, khalifah, amir,
shah, sultan dan wazir mengatur gaya dalam setiap aspek kehidupan beradab,
termasuk produksi artistik. Kemampuan mereka untuk membentuk karakter
seni Islam itu semua semakin besar tanpa adanya suatu imamat, yang tidak
ada secara nyata dalam Islam. Karena alasan ini bahwa seni Islam
mencerminkan lingkungannya dan pengadilan umum di mana aktivitas lain
yang tampaknya tidak Islami seperti astrologi, menari untuk musik dan
minum anggur pun dapat terjadi begitu saja. Juga ada orang-orang yang
ditugaskan untuk merancang dan membuat seni, senimannya tidak semua
muslim, karena kebanyakan negara Islam disana ada yang minoritas,
signifikan beragama Kristen dan lainnya yang turut berpartisipasi dalam
berbagai aspek kehidupan budaya Islam.

2.2 Konsep Seni Islam

Makna literal seni Islam adalah halus, indah atau permai dan damai.
Seni adalah segala sesuatu yang halus dan indah lagi menyenangkan hati atau
menentramkan perasaan. Dalam pengertian yang terpadu, seni Islam
mengandung nilai-nilai agama, akhlak, spiritual, dakwah, ekonomi (relatif),
pendidikan, kesyukuran dan kesadaran personal sebagai hamba Allah. Juga
mementingkan estetika dan etika (halus, indah, baik dan santun), bisa ada
nilai yang dianggap suci, diharapkan berguna atau bermanfaat atau berfungsi
Mengenal Seni Rupa Islam - 41 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sosial. Sebab ”Allah” sesuatu yang merupakan sumber utama dari segala
daya-upaya manusia. Dan semua ciptaan manusia tersebut terinspirasi karena
adanya kuasa dari sumber yang utama. Pencitraan atau ciptaan manusia tidak
bisa dibandingkan dengan ciptaan Allah, karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah, manusia memiliki keterbatasan, hilaf dan salah, ketergantungan (perlu
bimbingan atau belajar), bisa tak sadar (tertidur), bisa tertipu dan tak berdaya,
ada yang uzur, sakit dan cacat (jasmani atau mental), sehingga apapun yang
dihasilkan tetap mengandung permasalahan. Namun setiap permasalahan,
besar atau kecil, penting atau tak penting, semuanya pasti ada jalan keluar
atau solusi, bahkan permasalahan tersebut (lihat karya ilmiah seperti skripsi,
thesis dan desertasi harus ada permasalahan) sesungguhnya dapat
mencerdikkan dan menaikkan derajad kemanusiaan serta menjadikan ilmu
tersendiri. Islam bersifat illmiyun (ilmiah atau masuk akal) dan amalliyun
(dapat diamalkan). Demikian dengan konsep seni Islam. Seni bernuansa Islam
tidaklah lepas dari kaidah syari‟at, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai Islam
dan amal-kebajikan, juga sebagai pendorong untuk pengingat, memuji dan
membesar-besarkan nama atau asma Allah. Seni yang membuat perasaan
sakit, gundah, cemas, sedih, melanggar agama dan syari‟at dianggap tidak
sebagai seni bernuansa Islam. Seni yang bernafaskan agama Islam harus
menghormati aturan tanpa kecuali, bisa dengan mengandalkan kutipan
kaligrafi dari Al Qur'an dan hadits. Bentuk yang abstrak, sering kali
berbentuk permainan warna indah dan agung, juga bentuk geometris atau ilmu
ukur dan mistar untuk hiasan, sebagai motif atau ornamentasi produk dan
karya ungkap individu. Tetapi seni sekuler, termasuk di dalamnya benda-
benda yang bermanfaat atau berguna seperti permadani, vas keramik, peti
gading, kendi, kaca-pateri dan produk metal, sering menampilkan bentuk
tanaman dan hewan yang distilir atau digayakan. Beberapa penguasa muslim
bahkan ada yang memesan potret pribadi mereka sendiri. Dan walaupun
kaligrafi tetap menjadi penting, juga biasa ditambahkan pada karya seni
dengan menggunakan tambahan bait-bait puisi selain ayat-ayat Al Qur'an.
Ada elemen-elemen berulang dalam seni Islam, seperti penggunaan
motif geometris dari bentuk tanaman atau tumbuh-tumbuhan dan bunga atau
desainnya dalam suatu pengulangan yang dikenal sebagai endy. The endy,
dalam seni Islam sering digunakan untuk melambangkan transenden,
terpisahkan dan sifat tak terbatas Allah. Kesalahan dalam pengulangan
mungkin saja disengaja diperkenalkan sebagai suatu yang menunjukkan akan
suatu kerendahan hati oleh seniman pembuatnya, yang percaya bahwa hanya
Mengenal Seni Rupa Islam - 42 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Allah saja yang dapat menghasilkan suatu kesempurnaan, meskipun teori ini
oleh banyak pihak masih diperdebatkan.
Sebagian besar muslim Sunni dan Syiah percaya bahwa
penggambaran secara visual semua makhluk hidup pada umumnya dilarang
atau tidak lazim, karena ada anggapan dapat mempengaruhi secara kejiwaan
bagi penikmat dan pembuatnya. Meskipun demikian, penggambaran manusia
dapat ditemukan dalam semua era seni Islam. Perwakilan bentuk manusia
untuk ‟tujuan ibadah‟ dianggap perwujudan dari penyembahan berhala dan
sebagaimana semestinya dilarang dalam hukum Islam yang dikenal sebagai
hukum Syariah (undang-undang) terutama bagi muslim dan tidak dikenakan
untuk yang non-muslim. Ada juga usaha penggambaran Muhammad (bukan
visual) sebagai nabi Islam utama, terutama dalam seni bertutur atau sastra
dalam sejarah seni Islam untuk tujuan dakwah.

Motif Geometris dari Bentuk Tanaman dan Bunga yang Distilir Dianggap
Ungkapan yang Netral dalam Seni Islam

Tidak ada ungkapan pernyataan tentang seni yang langsung bisa


diterima begitu saja. Dan ini berlaku juga pada seni di Dunia Islam. Seni
budaya yang mencerminkan ‟nilai-nilai ummat Islam‟ menjadi syarat, tetapi
yang lebih penting juga yakni cara di mana para penganutnya bisa melihat
alam jasmani dan adanya alam ruhani. Pandangan Islam terhadap alam
semesta, hidup dan kehidupan serta hubungannya dengan kekuasaan dan

Mengenal Seni Rupa Islam - 43 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


kebesaran Allah. Untuk kalangan ummat muslim, realitas umumnya dimulai
dari yang Mahakuasa, yang Maha Mengetahui, yang Maha Penyayang dan
Maha Pengasih, tentu berpusat sekitar Allah, Yang Satu, Yang Unik, Yang
Berdaulat dan Yang Suci (kudus). Semua eksistensi harus tunduk pada
kehendak-Nya dan hukum-Nya (Allah). Dia adalah pusat aspirasi-inspirasi
seni ummat dan peradaban Islam, yang sadar akan ibadah dan amal sholeh
serta yang berfokus pada kehidupannya dan juga lingkungannya untuk
menuju kebaikan.
Karena adanya semacam seruan dan perintah pada otoritas yang
diyakini adalah ‟satu‟, tentu segala sesuatu akan terikat bersama di bawah
naungan Yang Mulia ‟Allah‟, sebagai bagian dari sebuah citra ilahi yang
mencakup semua skema, yang mencakup semua aspek yang ada dan hidup -
apa pun itu yang dianggap baik di dalam dan di luar ruang dan waktu,
merangkul alam dunia makrokosmos dan mikrokosmos dalam manifestasi
yang paling mengagumkan. Allah menciptakan dan memelihara ciptaan-Nya
sebagaimana seperti yang Dia kehendaki dan segala urusan akan kembali
kepada-Nya untuk keputusan tertinggi dan dalam hal penghakiman segala
perbuatan manusia.
Dengan sistem kepercayaan inilah, kemudian ummat muslim
meyakini bahwa segala sesuatu yang ada, berasal dari adanya suatu
keseimbangan dan harmoni. Bahkan ketika tampaknya ada kontradiksi
didalamnya, yang membingungkan atau ketidak seimbangan, hal tersebut
merupakan refleksi dari pemahaman manusia yang bersifat terbatas dan
kurangnya ilmu pengetahuan. Tidak ada sebenarnya yang dilihat manusia
sebagai kejadian secara acak atau secara kebetulan, karena itu semua adalah
bagian dari rencana Allah yang Maha Bijaksana dan lagi Maha Penyayang.
Salah satu kepercayaan penting muslim adalah bahwa hal-hal yang bersifat
totalitas, dari semua kebaikan dan kejahatan, merupakan ‟takdir Allah‟
sebagai lanjutan dari rencana Tuhan dari segala sesuatu yang
dikehendakiNya.
Karena adanya perintah dan peringatan yang ketat pada awal
perkembangan seni rupa terhadap penggambaran makhluk hidup seperti
manusia atau hewan yang dimungkinkan dapat mengakibatkan penyembahan
berhala, tentunya bagi orang yang tak berfikir dan tak berilmu, maka seni
Islam mengembangkan karakter yang unik, yakni menggunakan sejumlah
bentuk-bentuk utama misalnya motif geometris, endy, bunga, ornamen dan
kaligrafi, yang terlihat sering kali terjalin dengan indahnya. Sejak semula, seni
Mengenal Seni Rupa Islam - 44 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Islam ini telah mencerminkan keseimbangan dan keharmonisan dalam
memandang dunia kehidupan.
Seni yang didasarkan pada nilai-nilai Islam (agama atau ketuhanan)
inilah yang menjadi pembeda antara seni bernuansa Islam dengan ragam seni
yang lain. Titus Burckhardt, seorang peneliti berkebangsaan Swiss-Jerman
mengatakan, “Seni Islam sepanjang ruang dan waktu, memiliki identitas dan
esensi yang satu. Kesatuan ini bisa jelas disaksikan. Seni Islam memperoleh
hakekat dan estetikanya dari suatu filosofi yang transendental.” Ia
menambahkan, para seniman muslim meyakini bahwa hakekat keindahan
bukan bersumber dari sang pencipta seni. Namun, keindahan karya seni
diukur dari sejauh mana karya seni tersebut bisa harmonis dan serasi dengan
alam semesta atau tidak bertentangan dengan as-sunnah (sunnatullah).
Dengan begitu, para seniman muslim mempunyai makna dan tujuan seni yang
luhur dan sakral. Ada elemen-elemen berulang dalam seni Islam, seperti
penggunaan motif geometris, tanaman, bunga atau pun desain dalam suatu
pengulangan, sebagai ‟endy‟ dalam seni Islam. Pengulangan mungkin saja
disengaja, yang menunjukkan akan kerendahan hati, para seniman muslim
berpendapat bahwa ”hanya Allah sajalah” yang dapat menghasilkan suatu
kesempurnaan.
Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam.
Pandangan kaum konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam
beranggapan bahwa segala bentuk peniruan adalah usaha menyaingi
kesempurnaan Tuhan dan wujud keinginan menciptakan Tuhan baru. Tetapi
banyak pula yang menyatakan bahwa bagaimanapun hasil penciptaan manusia
tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan ataupun
Tuhan itu sendiri. Sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan saja,
tetapi bisa diiringi pula dengan usaha stilasi yang memperlihatkan unsur
kreativitas manusia, bagian dari keagungan Allah yang menciptakan manusia.
Sementara pendapat lain terbentuk atas pengaruh kebudayaan Eropa (Barat),
yang menganggap proses seni rupa adalah hal normal, ia sama sekali tidak
bisa dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru,
sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.
Berlawanan dengan kesalah-pahaman dalam seni yang populer.
Namun demikian ada pendapat mengatakan bahwa citra figuratif adalah aspek
penting dari seni Islam. Gambar atau hiasan tersebut terjadi terutama untuk
tujuan sekuler dan mengutamakan seni-sopan serta muncul dalam berbagai
media yang sebagian besar dari periode dan tempat-tempat di mana agama
Mengenal Seni Rupa Islam - 45 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Islam itu berkembang. Penting untuk dicatat, bahwa representasi citra seni
hampir selalu dibatasi pada konteks pribadi. Terkecuali seni patung atau seni
figuratif pada dekorasi serta monumen yang berbasis keagamaan. Ketiadaan
persepsi ini dimasukkan ke Islam sebagai antisipasi terhadap sesuatu yang
mungkin dapat membuat keliru, untuk sebagai berhala atau penyembahan
berhala, yang secara eksplisit dilarang oleh Al-Qur'an.
Dalam kebudayaan Islam yang umumnya, seni Islam disebut juga
sebagai seni dekoratif dan menyediakan sarana utama untuk ekspresi artistik.
Ini berbeda dengan seni Barat, di mana lukisan dan pahatan (patung) yang
dianggap menonjol dan unggul. Ada usaha ekspresi ungkapan imajinasi yang
menjelaskan secara visual ceritera dalam Islam seperti bentuk buraq sebagai
kendaraan tercepat dan bisa terbang secepat kilat, dengan bentuk seperti
”kuda bersayap dengan kepala manusia yang agung (terlihat ganteng atau
cantik), yang masa kini pernah menjadi model lebel nama ‟Bouroq‟dari
maskapai pesawat terbang.

Lukisan Berbentuk
”Buroq”
Dari Muslim
India

Pada manuskrip, kain tekstil dan karpet, hiasan logam, kaca tiup,
keramik berlapis glasir, ukiran kayu dan batu, semua itu menyerap energi
kreatif para seniman muslim, kemudian berkembang menjadi bentuk seni
tersendiri. Karya-karyanya mencakup skala kecil dari obyek sehari-hari yang
dipergunakan, seperti gelas kaca halus, serta lebih monumental pada dekorasi-
arsitektur, misalnya ubin berlapis panel dari fasad bangunan. Pembuatan
benda seperti itu dihiasi dengan teliti dan hati-hati, sering kali menunjukkan
bahwa dibuat dengan bahan-bahan yang langka dan mahal serta bentuk orang-
orang yang semuanya dibuat seolah-olah dikelilingi oleh suasana keindahan.
Apakah seni Islam harus berbicara tentang Islam? Sayyid Quthb
dengan tegas menjawab tidak. Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang
Islam. Ia tidak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebajikan,
Mengenal Seni Rupa Islam - 46 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah. Tetapi seni yang Islami adalah
seni yang menggambarkan wujud dengan „bahasa‟ yang indah serta sesuai
dengan fitrah manusia. Kesenian Islam membawa manusia kepada pertemuan
yang sempurna antara keindahan dengan kebenaran.
Setiap muslim menerima ajaran bahwa manusia tidak diciptakan
kecuali untuk beribadah (mengabdi) kepada Allah (QS 51: 56). Namun,
ilmu fiqh (kodifikasi hukum Islam hasil ijtihad manusia) mengenal upaya
penafsiran terhadap hal-hal yang tidak dirinci dalam Al-Qur‟an.
Para fuqoha (ahli fikih) misalnya, telah berijtihad untuk membedakan antara
ibadah „ubudiyah dan ibadah muamalah, yakni:
a). Yang pertama, ibadah ubudiyah: mengacu pada ibadah yang telah pasti
dalilnya dalam Qur‟an, sehingga tidak memerlukan penyesuaian atau
perubahan sesuai kondisi zaman. Ibadah ubudiyah contohnya berupa
kewajiban ritual seperti shalat, zakat, puasa, berkurban pada hari „Idul
Adha‟ dan pergi haji. Dalam bentuk larangan, ubudiyah mencakup
larangan mengabdi berhala, membunuh orang tanpa alasan yang haq
(yang benar), berjudi, mengundi nasib dengan panah, makan babi dan
lain-lain. Bobot aktivitas ibadah ini adalah wajib, yang berarti semua hal
di luar aturan ibadah adalah haram atau terlarang, kecuali bila ada dalil
atau nash (aturan tekstual) yang menghalalkannya. Shalat, puasa
bukanlah aktivitas kebudayaan yang berasal dari kebebasan berkreasi
manusia. Karenanya, ibadah-ibadah itu tak memerlukan pembaruan atau
modifikasi. Setiap usaha modifikasi dinilai sebagai bid-ah dan hal itu
terlarang.
b) Adapun kedua, ibadah muamalah: merujuk pada nash yang termaktub
secara garis besar dalam Al-Quran yang tidak dirinci lebih jauh, sehingga
membuka peluang penafsiran yang luas bagi para fuqoha. Di sini
berlakulah prinsip umum bahwa segala bentuk muamalah dibolehkan
(halal), sepanjang tidak dijumpai dalil yang mengharamkannya.
Umumnya, muamalah mencakup hubungan antara sesama manusia
sehingga cenderung bersifat sosial-kemasyarakatan. Di sinilah ibadah
kepada Allah berkonvergensi dengan kebudayaan manusia yang berbeda-
beda sesuai wilayah kultural. Perdagangan, misalnya, merupakan
muamalah yang halal dan bernilai ibadah sesuai motivasi pelakunya.
Artinya, pelaku perdagangan dengan motif lillahi ta‟ala (demi Allah
semata-mata) dijanjikan menerima reward berupa pahala. Allah hanya
melarang praktek riba yang merupakan suatu dalil yang mengharamkan
Mengenal Seni Rupa Islam - 47 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
praktek jual-beli tersebut. Jadi, bagaimana dengan praktik seni ? Seni, tak
terkecuali, merupakan bagian dari aktivitas muamalah, dengan segala
konsekuensi hukum yang menyertainya (seni itu boleh sepanjang tak ada
dalil yang melarang). Ia bukan ibadah ubudiyah yang dirumuskan dalam
dalil, semua haram kecuali bila ada nash yang membolehkannya. Seni
bukanlah semacam ritual seperti shalat dengan aturan-aturan yang telah
pasti.
Ada semacam usaha dalam Islam dari Cosmos. Dalam pandangan
Islam, ”Allah adalah Realitas Tertinggi”. Segala sesuatu dalam ciptaan yang
terlihat berasal dari-Nya, baik itu berupa nama maupun atribut (sifat) serta
manifestasi ilahiah-Nya. Dia menciptakan alam semesta, baik yang dikenal
manusia maupun apa yang tidak diketahui, dan Dia adalah pemelihara segala
sesuatu, dengan segala sesuatu yang bersumber atau berpusat kepada-Nya. Ini
adalah sangat jelas terlihat seperti dalam struktur atom.
Pada seni lukis, komentar estetika yang diberikan kebanyakan bersifat
umum dan diekspresikan dengan bahasa metaforik dan hiperbolik. Seperti
diketahui akan adanya sikap dasar yang anti kepada pemujaan, terutama
adanya bentuk figur patung manusia dan binatang bernyawa dalam seni Islam,
menyebabkan seni representasi ini tidak diterima oleh mayoritas muslim dan
ahli hukum Islam dengan interpreter-interpreternya yang berpengaruh secara
luas. Timbullah kesenjangan dan ketiadaan evaluasi terhadap estetika seni
lukis dan seni patung secara tepat. Walau demikian suasananya, tetap saja Al-
Ghazali menemukan cara pendekatan yang positif tentang keindahan didalam
lukisan.

Foto
Lukisan
&
Patung
Al-Ghazali

Mengenal Seni Rupa Islam - 48 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Penulis mistik dan penyair seperti Jalalud-din Rumi (abad ke 13),
lukisan yang indah malahan menjadi alegori yakni semacam tulisan atau figur
untuk memberikan pelajaran moral agama, yang sangat diganderungi. Para
pengarang lain dan para dokter atau ahli obat menggambarkan adanya efek
psikologis yang menentukan kelebihan artistik dan estetik (keindahan) dalam
lukisan tertentu. Gambar lukisan yang indah dan baik menurut tanggapan
mereka seperti yang diketemukan di tempat mandi (hamman) yang
menggambarkan sepasang manusia bercinta. Ada juga gambar kebun-kebun,
bunga-bunga, kuda-kuda yang melompat-lompat (gal-loping), dan binatang-
binatang buas. Gambar yang indah dipercaya menambah kegembiraan di hati
dan menjauhkan dari pikiran melankolik, juga ada yang meningkatkan
stamina, moral-spiritual. Pandangan dokter (tabib) dan filsof termasyur
Muhammad Ibn Zakariyah ar-Razi, ia melihat akan adanya kemampuan
afektif dari lukisan-lukisan yang indah, terutama kombinasi warna yang
harmonis, yaitu warna kuning, merah dan hijau dengan bentuk yang juga
selaras.
Karya historis Ta‟rikh-i Rasidi oleh Mirza Muhammad Haydar
Dughlat, raja dari bani Safawiyah (abad 16) mengandung perbendaharaan
kata-kata estetika kritis. Menurut Mirza, coretan pena atau kuas (qalam)
dalam sketsa atau desain (tarh) dari seorang ahli harus mantab (mahkam),
juga harus menunjukkan adanya: a) kelembutan (nazuki), b) kerapian (safi), c)
kemurnian (malahat), d) kematangan (pukhtagi) dan e) pengorganisasian
(andam). Dari usaha yang demikian itu menghasilkan suatu yang
menyegarkan (khunuk) dan terlihat matang (pukhtah). Bila tidak mengandung
unsur-unsur diatas, dianggap sebagai karya artis rendahan, dan karyanya
terlihat kasar (kham) dan berantakan (bi-andam). Seniman dan pengrajin
muslim awal yang hadir mewarisi sistem yang rumit, yang saling terkait
dengan bentuk-bentuk geometris. Yang pada akhirnya merupakan basis
geometris seni Islam, tentu saja mereka tidak tahu-menahu dan tidak
menyadari akan realitas tersebut. Meskipun demikian, cara di mana mereka
hasilkan bentuk seni yang mengandung makna, bahwa ungkapan yang
tertinggi adalah Allah, suatu tempat yang sentralistik dalam cosmos. Dan
hubungan ini sampai kepada bagian-bagian dari penciptaan-Nya dan kepada
keseluruhan yang ada, mencerminkan pendekatan yang sangat signifikan dari
apa yang sekarang dapat didokumentasikan oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Mengenal Seni Rupa Islam - 49 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Objek utama dalam pembinaan seni Islam adalah untuk melahirkan
rasa ketenangan, keharmonisan, kemanusiaan dan bukannya untuk diagung-
agungkan dan disembah. Seni bernuansa Islam hanyalah suatu pembangunan
yang lahir daripada kreativitas seniman atau kriyawan berdasarkan sumber
inspirasi kehidupan keagamaan yang Islami, atau bersumber daripada Al-
Qur‟an dan Hadist, yang melahirkan bentuk-bentuk abstrak, stilirisasi,
geometri atau mistar atau ilmu ukur,, ornamen bunga dan tumbuhan,, kaligrafi
dan komposisi dari bentuk atau bidang 2 dimensi dan 3 dimensi serta warna-
warna yang indah. Semua reka-bentuk ini melambangkan suatu ungkapan dari
rasa syukur dan kekuasaan Allah.
Setelah mempercayai Islam telah diperkenalkan oleh pedagang-
pedagang dan mubaligh-mubaligh Islam dari Timur Tengah, India dan China.
Walau bagaimanapun, sejarah Islam di Indonesia, oleh para Wali Songo dan
Sultan memainkan peranan utama dalam menyebarkan Islam kepada
penduduk. Ajaran yang terdapat di dalam Al-Quran dan undang-undang
Syariah telah membentuk cara hidup individu Muslim dan juga telah memberi
inspirasi dalam seni-bina Islam dan diperkaya dengan cetusan nilai-nilai Islam
serta beralkurturasi dengan seni-budaya tradisional yang luhur. Secara
objektif, seni-bina Islam adalah untuk melahirkan rasa ketenangan,
keharmonian dan kemanusiaan serta bukannya untuk diagung-agungkan atau
untuk disembah. Seni-bina Islam hanyalah satu pembangunan yang lahir
daripada kreativitas kriyawan dan seniman berdasarkan sumber inspirasi dari
Al-Qur‟an dan hadits, melahirkan bentuk-bentuk ornamentasi geometri,
tulisan atau lukisan indah, kaligrafi dengan warna-warni yang indah. Reka
bentuk warna ini melambangkan rasa syukur dan kekuasaan Allah.
Dalam seni Islam, ornamentasi memiliki nilai dan arti yang lebih luas
serta nilai tambah yang lain, tidak hanya sekedar hiasan permukaan, tetapi
berfungsi sebagai pengingat akan tauhid (transedensi Ilahi), tranfigurasi
bahan (perpaduan bahan dengan penggunaan pola ornamen) dan transfigurasi
struktur. Pengertian yang lebih luas, bahwa ornamentasi bernuansa Islam
memiliki fungsi sebagai motivasi dasar berkarya dan juga mempunyai
kelebihan sebagai lintasan ideologi dan bersikap (trans-ideologi). Dalam
perkembangan selanjutnya, penciptaan karya seni ornamen Islam tidak hanya
dimaksudkan untuk mendukung keindahan suatu benda, tapi sebagai
semangat dari kreativitas seniman.

Mengenal Seni Rupa Islam - 50 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Bab 3
KONTROVERSI HUKUM ISLAM DALAM SENI

Pada masa Nabi Dawud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. pembuatan
patung dan gambar diperbolehkan, sebagaimana diatur dalam firman Allah :
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit
sekali dari hambahambaKu yang berterima kasih” (QS. Saba‟ : 13). Di
antara Nabi-nabi Allah yang memiliki keistimewaan seni tinggi adalah Nabi
Dawud a.s yang sekaligus putranya Nabi Sulaiman a.s yang mewarisi bakat
sang ayah. Keistimewaan Nabi Dawud dalam bidang seni amatlah sempurna,
boleh jadi tak ada lagi manusia yang mampu menandingi kehebatan beliau.
Bakat seni yang dimiliki Nabi Dawud bukan hanya satu bidang tarik suara,
akan tetapi melingkupi bidang seni-seni lainnya. Antara lain seni gambar, seni
patung, seni arsitektur, desain eksterior-interior, prisai baju besi, funiture dan
sebagainya.
Dalam bidang seni suara, Nabi Dawud dikenal memiliki suara amat
merdu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa buru-burung
akan ikut larut dalam bertasbih manakala Dawud sedang bertasbih, apabila
Dawud membacakan Zabur maka tak satupun binatang yang tidak
mendengarkannya. Demikian pula jika Dawud menangis maka binatangpun
akan ikut menangis (Ash-Shabuni:1987). Yang menjadi pembelajaran sebagai
ummat Islam adalah bahwa dengan kelebihan bakat, kepandaian, harta
kekayaan dan jabatan yang dimiliki, Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman tidak
menjadikan keduanya lupa diri atau hidup berfoya-foya, sombong, angkuh
dan gila pujaan atau pujian.
Syari‟at Nabi Sulaiman a.s tentang Hukum Patung dan Gambar telah
dihapus (dinasikh). Dalam syari‟at Nabi Muhammad SAW hukum patung dan
gambar telah diharamkan. Hal ini dikuatkan dengan beberapa keterangan
dalil, baik ayat Al Qur‟an maupun Hadits. Sedangkan patung-patung dan
gambar yang dibuat pada masa Nabi Sulaiman bukanlah patung dan gambar
makhluk hidup, melainkan patung dan gambar pepohonan dan pemandangan
alam (Ash-Shabuni). Dalil hukum patung antara lain :
Mengenal Seni Rupa Islam - 51 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
1. Firman Allah: ”(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat
kepadanya?" (QS. Al Anbiya : 52)
2. Pada ayat lain Allah berfirman : Ibrahim berkata: "Apakah kamu
menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? Padahal Allah-lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (QS. Ash-
Shaffat : 95-96).

Persoalan berhala yang menjadi pusat perhatian, sebenarnya sebagai


Idols (idola) atau berhala, adalah sosok ciptaan manusia yang dipuja-puja
sebagaimana manusia memuja Tuhan. Para penyembah berhala (dalam bahasa
Inggris disebut pagan) membuat patung berhala yang mereka puja secara
rutin, sambil memberinya persembahan berupa sesajian atau pun korban.
Berhala pada masa awal kehadiran Islam di Tanah Arab mengacu pada
patung-patung (kebanyakan berujud wanita) dengan nama-nama seperti Latta,
Manna, Uza, dan lain-lain. Orang Arab jahiliyah memuja mereka dan
menyisihkan sebagian rezeki hasil usaha mereka untuk berhala-berhala ini.
Mereka dapat dikenali lewat penampilan fisik mereka yang ciri-cirinya
(ikonografinya) tidak diketahui sejauh tak ada hadits atau data sejarah yang
mendeskripsikannya. Yang jelas, imaji berupa patung maupun gambar
berhala-berhala itu telah populer di kalangan Arab jahiliyah, sehingga penulis
Sehzad Saleem menyebutkan larangan pembuatan imaji yang dimaksud
seperti yang terdapat dalam beberapa hadits adalah yang terkait dengan wujud
fisik berhala-berhala ini. Persoalannya, ayat-ayat Al Qur‟an tak berlaku hanya
untuk masa lalu. Qur‟an diturunkan untuk menjawab semua persoalan dan
mengabarkan hal-hal penting semasa Nabi hidup, pada zaman sekarang ketika
Nabi telah wafat, dan untuk masa yang akan datang yang belum tentu masih
hidup. Yang dimaksud dengan berhala (al-anshob) tentunya bukanlah imaji
atau patung yang memiliki karakteristik fisik seperti dimiliki Latta, Uza, dan
lain-lain, melainkan pada hakikatnya sesuatu (atau seseorang) yang dipuja
manusia sebagaimana ia memuja Tuhan. Berhala adalah sesuatu atau
seseorang yang berpotensi membuat seseorang memuja atau menyembahnya
sebagaimana orang beriman menyembah Tuhan (misalnya dengan melakukan
ritual-ritual tertentu). Berhala adalah sesuatu atau seseorang yang membuat
rela mengorbankan sebagian atau seluruh hidup demi sesuatu atau seseorang
yang membuat rela mati termasuk untuk berperang. Praktek inilah yang
dilarang agama Islam, yang di dalam Al Qur‟an disebut al-anshob, ”Hai
Mengenal Seni Rupa Islam - 52 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
orang - orang beriman, sesungguhnya (minum) khamar (minuman keras),
berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan anak panah
adalah perbuatan keji di antara amal-amal syetan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu supaya kamu memperoleh keberuntungan (QS Al
Maaidah 5: 90). Adapun praktek pemujaan atau pengorbanan yang dimaksud
menjadi bermakna ŝirk (menduakan Tuhan) dan apabila dilakukan oleh
seseorang yang telah beriman kepada Allah (Tuhan), menjadikan suatu dosa
yang tak terampuni kecuali bertobat sebelum maut menjemput. Padahal, Allah
adalah yang posesif dan kepemilikan-Nya itu bersifat mutlak. Di tangan-Nya
(Allah) tergenggam hidup dan mati setiap creatures (padanan Inggris untuk
makhluk, ciptaan) di alam semesta. Karenanya, jika orang melakukan sesuatu
tidak demi Dia, ia dianggap telah berbuat sia-sia. Dan jika perbuatan demi
berhala dilakukan oleh orang yang beriman, Allah jelas akan murka
kepadanya. Adapun pandangan Islam terhadap seni sama seperti
pandangannya terhadap aktivitas kebudayaan manusia umumnya.
Ada beberapa pihak yang berupaya untuk menengahi antara hukum
haram membuat patung dan gambar dengan kebutuhan untuk mengekpresikan
karya seni dan profesi. Bahkan para ahli seni rupa telah banyak yang
menggantungkan hidupnya dari profesi yang mereka jalani tersebut. Lalu
timbul perdebatan bahwa patung yang diharamkan dalam syari‟at Islam itu
adalah patung-patung yang sejak semula ditujukan untuk disembah dan
dipertuhankan.
Berbicara mengenai profesi karya seni yang dapat dijadikan sarana
untuk mencari penghidupan. Maka hal ini sangat persis seperti apa yang
dilakukan oleh Azar ayahanda Nabi Ibrahim a.s. Jelas sekali ketika Ibrahim
kecil bahkan hingga menginjak dewasa diberi makan, dinafkahi keluarganya
dari hasil profesi pembuat patung. Bahkan nyata-nyata beberapa patung yang
dibuat Azar itu diperuntukan bagi penyembahan-penyembahan orang
musyrik. Akan tetapi dari kisah ini justru Allah SWT menunjukkan hukum dan
syari‟at-Nya melalui “sekenario” kehidupan para Nabi. Si penegak agama
Tauhid, Nabi Ibrahim justru terlahir dari tengah-tengah keluarga produsen
berhala. Demikian pula, si penghancur kezaliman Fir‟aun terlahir di tengah-
tengah istana kerajaan Fir‟aun sendiri, zaman Nabi Musa a.s. bahwa titik
persoalan diharamkannya membuat patung dan menggambar itu bukan saja
dari sudut peruntukan, apakah patung atau berhala itu mau dijadikan
sembahan atau lainnya. Dalam keterangan hadits dijelaskan bahwa kutukan

Mengenal Seni Rupa Islam - 53 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Allah itu ditujukan kepada si pembuat patung atau gambar dikarenakan
upayanya ingin meniru-niru ciptaan Allah. Sebagaimana hadits berikut :

1) “Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Siti Aisyah r.a. dari
Rasulullah SAW., bahwa beliau bersabda : “Manusia yang paling berat
siksaannya pada hari kiamat nanti ialah orangorang yang hendak
menandingi ciptaan Allah”.
2) Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan meriwayatkan, bahwa Nabi SAW
bersabda: “Sesungguhnya para pelukis gambar-gambar ini kelak pada
hari kiamat akan disiksa. Yaitu kepada mereka diserukan:
Hidupkanlah apa yang kamu buat itu!”.

Mengenai karya seni berupa gambar dan patung yang diperbolehkan:


a) Setiap gambar atau patung yang tidak mempunyai ruh, seperti peta,
gunung-gunung, pemandangan alam, pepohonan, bunga, sungai dan
sebagainya.
b) Setiap gambar mahkluk hidup yang tidak utuh, seperti gambar
potongan kepala, badan bagian atas (torso), tangan, kaki, mata dan
sebagainya.
c) Boneka mainan anak-anak, sebagaimana dikatakan dalam sebuah
hadits yang diterima dari Siti Aisyah: Bahwa Nabi SAW
mengawininya pada wkatu ia berusia tujuh tahun dan mengadakan
pesta malam menjelang pada usia sembilan tahun, sedang mainan-
mainannya dibawanya (ke rumah Nabi), dan ditinggal wafat oleh
Nabi pada usia delapan belas tahun. (HR. Muslim)
d) Hadits lain dari Siti Aisyah mengatakan: “Aku pernah bermain
boneka di sisi Nabi SAW dan aku punya beberapa teman yang
bermain bersamaku. Kemudian apabila Rasulullah SAW masuk
(rumah) mereka pada sembunyi, lalu mereka dibawa oleh Nabi
kepadaku, kemudian mereka pun bermain (kembali)
bersamaku”.(HR. Muslim)

Dalam konteks kelahiran agama Islam, memang didalam ranah budaya Arab,
dimana perupaan dalam bentuk patung erat kaitannya dengan media menuju
kemusyrikan. Adapun Islam dianggap hendak menegakkan ajaran tauhid dan
segera menghancurkan segala media kemusyrikan tersebut. Perupaan yang
dikenal oleh bangsa Arab ketika Islam lahir tidaklah bertujuan untuk seni, tapi
Mengenal Seni Rupa Islam - 54 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebagai kultus dan sesembahan, sesuai dengan pola berfikir masyarakat di
masa itu. Jadi setelah merunut doktrin dan sejarah awal Islam, bisa
disimpulkan bahwa pencarian pembenaran terhadap seni rupa terutama
lukisan dan patung dalam doktrin Islam adalah pekerjaan yang sia-sia. Namun
bukan berarti perupaan olahan bentuk atau material lain tidak ada sama sekali,
yakni penggambaran yang lebih banyak untuk tujuan sebagai hiasan dan
ornamentik, yang tidak mempresentasikan mahluk hidup.
Dan sungguh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjelaskan dalam beberapa sabda Beliau, baik yang tertulis dalam Sunan,
Musnad dan ash-Shihah yang bisa menunjukkan diharamkannya gambar
makhluk yang bernyawa, baik berwujud manusia atau selainnya. Seolah
semacam anjuran untuk meniadakan gambar-gambar tersebut bahkan para
tukang gambarnya seakan mendapatkan laknat dan mereka dianggap termasuk
seberat-berat manusia yang akan mendapatkan siksa pada hari kiamat kelak.
Namun gambar dalam pengertian kitab-kitab hadits tersebut, adalah gambar
dalam makna melukis dengan tangan, sehingga gambar dalam makna
fotografi yang berkembang saat ini, menjadi hal yang diperselisihkan. Dan
untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan permasalahan ini secara terperinci
berkaitan tentang hakikat dan hukum gambar yang sebenarnya (yang
diharamkan dan yang diperbolehkan) tentu berdasarkan dalil-dalil yang
shahih berikut dan pendapat sebagian Ulama tertentu yang menganggap keras
tentang masalah ini. Sebelum dibahas tentang hukum gambar, sebenarnya
dalam timbangan syara', maka perlu diketahui dan dipahami bahwa gambar
berdasarkan hukumnya dari hadist bukan dari Al Qur‟an yang terbagi menjadi
berikut:

1) Gambar yang tidak bernyawa, seperti gunung, sungai, matahari, bulan


dan pepohonan atau benda mati yang lain. Maka yang demikian tidak
terlarang menurut mayoritas Ulama, meskipun ada yang berpendapat
tidak bolehnya menggambar sesuatu yang berbuah dan tumbuh seperti
pohon, tumbuh-tumbuhan dan semacamnya, namun pendapat ini
dianggap lemah.
2) Gambar selain Manusia: Maka tidak apa-apa melihatnya selama ia tidak
bermaksud untuk memilikinya. Dari penjelasan diatas, diberharapkan
permasalahan yang ada menjadi jelas. Semoga Allah Ta'ala senantiasa
memberikan hidayah dan taufiq kepada pembaca semuanya.

Mengenal Seni Rupa Islam - 55 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


3) Gambar yang bernyawa, menggambar (makhluk bernyawa) semacam
ini ada Ulama terdahulu yang membagi uraiannya menjadi dua bentuk
yaitu:

a) Menggambar dengan tangan (melukis), maka yang seperti ini


terlarang dan hukumnya haram serta perbuatan yang demikian
termasuk salah satu dari dosa-dosa besar. Hal ini berdasarkan sabda
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah memberikan peringatan
dan ancaman keras sebagaimana yang terdapat dalam beberapa
hadits. Riwayat Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma (yang artinya):
“Setiap pelukis berada dalam neraka, dijadikan kepadanya setiap
apa yang dilukis atau digambar bernyawa dan mengadzabnya
dalam neraka Jahannam”(HR. Muslim). Riwayat Abu Khudzaifah
(yang artinya): “Bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersabda; 'Allah melaknat orang yang makan riba, dan orang yang
memberi makan dari riba, dan orang yang bertato, dan yang minta
ditato, dan pelukis atau tukang gambar.'” (HR. Bukhari). Riwayat
'Aisyah radhiyallahu 'anha (yang artinya): “Bahwa Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; 'Seberat-berat manusia
yang teradzab pada hari kiamat adalah orang-orang yang ingin
menyerupai ciptaan Allah'” (HR. Bukhari dan Muslim). Riwayat
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu (yang artinya): “Beliau mendengar
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda; 'Sesungguhnya
Allah Ta'ala berfirman; 'Dan siapa yang lebih celaka daripada
orang yang menciptakan ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka
hendaklah mereka ciptakan sebutir jagung, biji-bijian dan gandum
(pada hari kiamat kelak)” (HR. Bukhari dan Muslim). Dan
menggambar (melukis) yang dimaksud pada beberapa hadits di atas
adalah menggambar dengan tangan, yaitu seseorang dengan keahlian
dan inspirasinya serta imajinasinya memindahkan sebuah gambar ke
dalam kanvas dengan tangannya sampai kemudian sempurna
menyerupai ciptaan Allah Ta'ala, karena dianggap dia berusaha
memulai sebagaimana Allah Ta'ala memulai, dan menciptakan
sebagaimana Allah Ta'ala menciptakan. Dan meskipun tidak ada
niatan sebagai upaya penyerupaan, namun suatu hukum akan berlaku
apabila tergantung atas sifatnya. Maka manakala terdapat sifat,
terdapat pula hukum, dan seorang pelukis atau tukang gambar apabila
Mengenal Seni Rupa Islam - 56 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
melukis atau menggambar sesuatu maka penyerupaan itu ada (terjadi)
walaupun tidak diniatkan. Dan seorang pelukis pada umumnya tidak
akan bisa terlepas dari apa yang diniatkan sebagai penyerupaan, dan
ketika apa yang digambar itu hasilnya lebih baik dan memuaskan
maka seorang pelukis akan bangga dengannya. Dan penyerupaan
akan terjadi hanya dengan apa yang dia gambar, baik dikehendakinya
atau tidak. Karena itulah ketika seseorang melakukan perbuatan yang
menyerupai perbuatan orang lain, maka orang akan berkata;
“Sesungguhnya perbuatan ini menyerupai perbuatan itu, walaupun
yang melakukan tidak bermaksud menyerupai.”
b) Menggambar dengan menggunakan selain tangan, seperti
menggambar dengan kamera (fotografi), yang dengannya sesuatu
ciptaan Allah Ta'ala bisa berubah menjadi sebuah gambar, dan orang
yang melakukannya tanpa melakukan sesuatu kecuali mengaktifkan
alat kamera tersebut yang kemudian menghasilkan sebuah gambar
pada sebuah kertas. Maka bentuk menggambar semacam ini di
dalamnya terdapat permasalahan diantara para Ulama', karena yang
demikian tidak pernah ada dan terjadi pada zaman Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam, Khulafa'ur-Rasyidin, dan Ulama
terdahulu dari kalangan as-Salaf. Sehingga ada pula Ulama setelah
mereka berbeda pendapat dalam menyikapinya: Sebagian dari mereka
mengatakan tidak boleh, dan hal ini sebagaimana menggambar
dengan tangan berdasarkan keumuman lafadz (secara urf atau
kebiasaan). Dan sebagian lagi dari mereka membolehkan, karena
secara makna bahwa menggambar dengan memakai alat kamera tidak
seperti perbuatan pelukis yang dengannya ada penyerupaan terhadap
ciptaan Allah Ta'ala.

Pendapat yang mengatakan diharamkannya menggambar dengan


memakai alat kamera dianggap lebih berhati-hati, sementara pendapat yang
mengatakan halalnya lebih sesuai dengan kaidah yang ada. Akan tetapi
mereka yang mengatakan halal ini mensyaratkan agar gambar yang dihasilkan
tidak merupakan perkara yang haram seperti gambar wanita (bukan mahram)
atau yang termasuk pornografi, atau gambar seseorang dengan maksud untuk
digantungkan dalam kamar untuk mengingatnya (sebagai pajangan), atau
gambar yang tersimpan dalam album untuk dinikmati dan diingat. Maka yang
demikian haram hukumnya karena mengambil gambar dengan alat kamera
Mengenal Seni Rupa Islam - 57 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dan menikmatinya dengan maksud selain untuk dihina dan dilecehkan. Haram
menurut beberapa dari Ulama sebagaimana yang demikian telah dijelaskan
dalam as-Sunnah as-Shahihah.
Adapun terhadap gambar (foto) yang digunakan untuk tujuan dan
kepentingan tertentu (identitas), seperti foto untuk KTP, paspor, STNK, dan
kegiatan yang dengannya diminta sebagai bukti kegiatan maka yang demikian
tidaklah terlarang. Sementara foto kenangan, seperti pernikahan dan acara-
acara selainnya, foto yang dengannya untuk dinikmati (khusus) tanpa ada
kepentingan yang jelas maka hukumnya haram. Sebagaimana sabda Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam saat menjelaskan bahwa para malaikat tidak
akan masuk rumah yang didalamnya ada gambar. Dan bagi siapa saja yang
memiliki foto-foto demikian agar meniadakannya, sehingga tidak berdosa
lantaran foto-foto tersebut. Dan tidak ada perbedaan, apakah gambar tersebut
memiliki bayangan (berbentuk) atau tidak, sebagaimana tidak ada perbedaan
apakah menggambarnya dalam rangka untuk main-main atau menggambarnya
di papan tulis untuk menjelaskan makna sesuatu agar mudah dipahami oleh
siswa, dan yang demikian maka seorang guru tidak boleh menggambar di
papan tulis gambar manusia ataupun hewan. Namun dalam keadaan terpaksa,
seorang guru boleh menggambar bagian dari tubuh seseorang, seperti kaki
kemudian menjelaskannya dan setelah itu menghapusnya, dan kemudian
menggambar tangan atau kepala sebagaimana cara diatas, maka yang
demikian tidak terlarang. Hukum dalam melihat gambar, yaitu seperti
hukumnya melihat gambar yang terdapat dalam majalah, koran, televisi
(termasuk Internet karena pada dasarnya dapat disebut majalah elektronik)
secara terperinci sebagai berikut:

Gambar Manusia: Jika yang dilihat gambar manusia dengan maksud untuk
kenikmatan dan kepuasan (termasuk pornografi), maka yang demikian haram
hukumnya, dan jika bukan dalam rangka itu yang dengan melihatnya tidak
dengan tujuan kepuasaan atau kenikmatan, hati dan syahwatnya tidak tergerak
karena hal itu (kedokteran), maka tidak apa-apa. Dan hal ini pun dengan
syarat terhadap mereka yang halal untuk dilihat, seperti laki-laki melihat laki-
laki, dan wanita melihat wanita. Menurut pendapat yang kuat hal ini tidak
terlarang dengan syarat sesuai dengan kebutuhan (seperlunya) alias bukan
semata karena menginginkan gambar itu. Dan jika yang dilihat adalah mereka
yang tidak halal untuk dilihat, seperti laki-laki melihat wanita (bukan mahram
atau muhrimnya), maka hukum tentang hal ini masih samar dan meragukan
Mengenal Seni Rupa Islam - 58 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
namun pendapat yang berhati-hati adalah tidak melihatnya karena khawatir
terjadi fitnah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu; “Janganlah seorang
wanita tidur bersama dalam satu selimut (bersentuhan tubuh) dengan
wanita yang lain sehingga dia membeberkan sifatnya kepada suaminya
seolah-olah melihat wanita tersebut” (HR. Bukhari). Dan membeberkan sifat
sesuatu melalui gambar (bentuk tubuh) lebih mengena daripada dengan
sekedar membeberkan sifat saja. Dan menjauhi dari setiap perantara fitnah
merupakan perkara yang harus dilakukan.

Catatan: Untuk menghindari kesalah-pahaman seakan laki-laki boleh melihat


gambar sekali pun gambar wanita asing, maka hal ini perlu dirinci lebih
lanjut, yaitu: Jika yang dilihat adalah wanita tertentu (secara khusus atau
pribadi karena sudah dikenal atau diidolakan) dengan tujuan menikmati dan
untuk kepuasan syahwat, maka hukumnya haram karena ketika itu jiwanya
sudah tertarik padanya dan terus memandang, bahkan bisa menimbulkan
fitnah besar. Dan jika tidak demikian, dalam artian hanya sekedar melihat
tanpa ada perasaan apa-apa (numpang lewat saja) dan tidak membuatnya
mengamat-amati, maka pengharaman terhadap hal seperti ini perlu diberi
catatan dulu, karena menyamakan melihat sekilas dengan melihat secara
hakiki tidaklah tepat karena adanya perbedaan dari keduanya amat besar, akan
tetapi sikap yang utama adalah menghindari karena hal itu menuntun
seseorang untuk melihat dan selanjutnya mengamat-amati, kemudian
menikmati dengan syahwat, oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam melarang hal itu sebagaimana hadits (yang artinya): “Janganlah
seorang wanita tidur bersama dengan wanita yang lain dalam satu
selimut (bersentuhan tubuh) sehingga dia membeberkan sifatnya kepada
suaminya seolah-olah melihat wanita tersebut.” (HR. Bukhari). Sedangkan
bila terhadap bukan wanita tertentu (tidak bersifat khusus atau pribadi dan
pada asalnya tidak mengenalnya), maka tidak apa-apa melihatnya bila tidak
khawatir terjerumus ke dalam larangan syari'at.
Tentang patung memang bagaimanapun telah berusaha, sangatlah
sulit menemukan peninggalan seni patung dari seni rupa Islam, karena
sejarahnya yang berhubungan langsung dengan tindakan berhala. Tetapi tidak
sulit menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup dalam bentuk perabotan. Juga
dengan mudah bisa ditemukan pada lukisan-lukisan di dinding istana dari

Mengenal Seni Rupa Islam - 59 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


masa pemerintahan Islam dan gambar illustrasi untuk buku-buku terjemahan
ilmu pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari illustrasi buku aslinya.
Syari‟at Nabi Sulaiman a.s tentang hukum patung dan gambar yang
telah dihapus (dinasikh), dalam syari‟at Nabi Muhammad SAW hukum
patung dan gambar telah diharamkan. Hal ini dikuatkan dengan beberapa
keterangan atau dalil, baik ayat Al Qur‟an maupun Hadits. Sedangkan patung-
patung dan gambar yang dibuat pada masa Nabi Sulaiman bukanlah patung
dan gambar makhluk hidup, melainkan patung dan gambar pepohonan dan
pemandangan alam. (Ash-Shabuni). Adapun dalil hukum patung antara lain :

1. Firman Allah : (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya


dan kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat
kepadanya?" (QS. Al Anbiya : 52).
2. Pada ayat lain Allah berfirman : Ibrahim berkata: "Apakah kamu
menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? Padahal Allah-lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (QS. Ash-
Shaffat : 95-96)

Ada beberapa pihak yang berupaya untuk menengahi antara hukum


haram membuat patung dan gambar dengan kebutuhan untuk mengekpresikan
karya seni dan profesi. Bahkan para ahli seni rupa telah banyak yang
menggantungkan hidupnya dari profesi yang mereka jalani. Lalu timbul
perdebatan bahwa patung yang diharamkan dalam syari‟at Islam itu adalah
patung-patung yang sejak semula ditujukan untuk “peribadatan” atau
“persembahan” atau “diper-Tuhan-kan”.
Al Qur'an menjelaskan tentang melukis atau menggambar, bahwa itu
merupakan salah satu perbuatan Allah SWT. Dia yang telah memberi rupa
yang indah, terutama terhadap makhluk hidup dan utamanya manusia. Allah
SWT berfirman: "Dialah (Allah) yang memberi rupa kamu di dalam perut
(ibumu) sebagaimana dikehendaki-Nya..."(QS.Ali Imran: 6). "Dan telah
memberi rupa kamu dengan sebaik-baik rupa (bentuk)" (Qs.At-Taghabun:
3). "Yang telah menciptakan kamu lalu menryempurnakan kejadianmu dan
menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang
Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu" (QS. Al Infithar: 7-8). Al Qur'an
juga menjelaskan bahwa sesungguhnya di antara Asma Allah dalam Al Husna
adalah "Al Mushawir" sebagaimana di dalam firman Allah SWT, "Dialah
Allah Yang Menciptakan Nama-nama yang Paling Baik ..." (QS.Al Hasyr:
Mengenal Seni Rupa Islam - 60 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
24). Demikian juga Al Qur'an telah menyebutkan patung-patung di dua
tempat; pertama, patung-patung yang dicela dan diingkari, yaitu melalui lisan
Ibrahim as, di mana kaumnya telah menjadikan patung-patung itu sebagai
sesembahan. Maka Ibrahim mengingkarinya, sambil mengatakan, "Patung-
patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" Mereka
menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya" (QS.Al
Anbiya': 52-53). Yang kedua, disebutkan oleh Al Qur'an dalam nada
memberikan karunia kepada Sulaiman as, yang telah ditundukkan kepadanya
angin dan jin yang siap bekerja di sisinya atas seizin Tuhannya. Firman Allah
sebagai berikut: "Para jin itu bekerja untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dan gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada
di atas tungku)..." (QS.Saba':13).
Adapun Sunnah telah dipadati pula dengan hadits-hadits shahih, yang
sebagian besar mencela gambar dan orang-orang yang menggambar, bahkan
sebagian hadits-hadits itu sangat keras dalam melarang dan mengharamkan
serta memberikan ancaman kepada mereka, sebagaimana tidak boleh
mengambil dan memasang gambar-gambar itu di rumah, dan menjelaskan
bahwa malaikat tak mau masuk ke rumah yang di dalamnya ada gambarnya,
karena malaikat merupakan penyebab datangnya rahmat Allah SWT, ridha
dan berkah-Nya. Maka apabila dia tidak mau masuk ke dalam rumah, itu
berarti bahwa pemilik rumah itu tidak mendapatkan rahmat, ridha dan berkah
dari Allah SWT. Barangsiapa yang merenungkan makna hadits-hadits
mengenai lukisan dan tindakan memasangnya serta memperbandingkan antara
yang satu dengan yang lainnya, maka akan jelas bahwa larangan,
pengharaman dan ancaman di dalam hadits-hadits itu tidak asal-asalan.
Tidak pula apriori, tetapi dibelakanganya tentu ada sebab dan alasan
khusus, tujuan yang jelas di mana syara' sangat memelihara dan tidak
mewujudkan gambar sebagai sesuatu yang “diagungkan” atau “dikultuskan”.
Sebagian gambar atau patung, dimaksudkan untuk mengagungkan yang
digambar atau dipatungkan ini pun sifatnya bertingkat-tingkat, yaitu dari
sekedar peringatan sampai ke tingkat pengkultusan, bahkan sampai pada
beribadah kepadanya. Sejarah watsanniyat (keberhalaan) telah membuktikan
bahwa mereka masa lalu dalam pengembangan Islam, berawal dari
pembuatan gambar atau patung untuk sebagai kenang-kenangan, tetapi
kemudian berubah sampai menjadi pada tingkat pengkultusan dan
peribadatan. Ahli tafsir menjelaskan tentang firman Allah SWT melalui lisan
Mengenal Seni Rupa Islam - 61 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Nuh a.s, "Dan mereka berkata, "Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula kamu meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa', yaghuts, ya'uq dan nasr"
(QS.Nuh: 23) "Bahwa nama berhala yang telah disebutkan dalam ayat
tersebut semula adalah nama-nama orang-orang shalih, tetapi ketika
mereka meninggal dunia, syetan membisiki kaum mereka agar memasang
di majelis-majelis mereka dan menamakan mereka dengan namanya. Maka
kaum itu pun melakukannya. Semula tidak disembah, tetapi setelah
generasi mereka hancur dan ilmu telah dilupakan, ketika itulah patung-
patung tersebut disembah" (HR. Bukhari). Dari 'Aisyah ra, ia berkata,
"Ketika Rasulullah SAW sakit beliau menyebutkan kepada sebagian
isterinya, bahwa ada gereja yang diberi nama "Maria." Saat itu Ummu
Salamah dan Ummu Habibah datang ke bumi Habasyah, maka keduanya
menceritakan bagusnya gereja itu dan di dalamnya terdapat patung-
patung. Maka Rasulullah SAW mengangkat kepalanya, lalu mengatakan:
"Mereka itu apabila ada orang di kalangan mereka yang mati mereka
membangun masjid di kuburannya, kemudian mereka meletakkan gambar
patung di atasnya, mereka itulah seburuk-buruk makhluk Allah" (HR.
Muttafaqun 'alaih).
Maksud mengungguli ciptaan Allah SWT dengan pengakuan atau
pernyataan bahwa ada kemampuan menciptakan seperti Allah SWT. Yang
jelas hal ini terkait erat dengan tujuan (motivasi) dari pelukisnya. Meskipun
ada juga yang berpendapat bahwa setiap orang yang menggambar itu berarti
merasa mengungguli ciptaan Allah. 'Aisyah r.a meriwayatkan dari Nabi SAW
beliau bersabda, "Manusia yang paling berat siksanya pada hari kiamat
adalah orang-orang yang mengungguli ciptaan Allah" (Muttafaqun 'alaih).
Ancaman yang keras ini memberi satu pengertian bahwa mereka itu
bermaksud mengungguli ciptaan Allah. Inilah makna yang dikemukakan oleh
Imam Nawawi di dalam syarah Muslim, karena tidak bermaksud demikian
kecuali orang yang kafir. Rasulullah SAW bersabda, "Allah SWT berfirman
(dalam hadits qudsi), "Siapakah yang lebih menganiaya daripada orang
yang pergi untuk mencipta seperti ciptaanku (melukis), maka hendaklah
mereka menciptakan jagung, dan hendaklah menciptakan biji-bijian, atau
hendaklah menciptakan gandum" (Muttafaqun 'alaih). lni menunjukkan
kesenjangan dan maksud untuk mengungguli ciptaan Allah SWT. Inilah
rahasia tantangan Allah SWT terhadap mereka pada hari kiamat, saat

Mengenal Seni Rupa Islam - 62 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang kalian ciptakan!," ini
perintah untuk melemahkan, sebagaimana pendapat ahli ushul.
Gambar atau lukisan termasuk suatu fenomena kemewahan. Jika
gambar itu di jadikan sebagai sarana kemewahan, maka ini termasuk yang
tidak diperbolehkan. Seperti yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW di
rumahnya. 'Aisyah r.a meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW pernah
keluar dalam peperangan, maka 'Aisyah pernah memasang kain untuk
tutup (gorden) di pintunya. Ketika Nabi SAW datang, beliau melihat
penutup itu, maka Rasulullah SAW menarik dan merobeknya, kemudian
bersabda, "Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kita untuk memberi
pakaian batu atau tanah liat". 'Aisyah berkata, "Maka kami memotongnya
dari kain itu untuk dua bantal dan kami isi bantal itu dengan kulit pohon
yang tipis kering, maka beliau tidak mencela itu kepadaku " (Muttafaqun
'alaih) . Keterangan seperti dalam hadits ini "Sesungguhnya Allah tidak
memerintahkan", berarti itu tidak wajib dan tidak sunnah, tetapi lebih
menunjukkan makruh tanzih. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Nawawi (di
dalam Syarah Muslim), bahwa rumah Rasulullah SAW haruslah menjadi
uswah dan teladan bagi manusia untuk dapat mengatasi keindahan dunia dan
kemewahannya. Al Qur'an menjelaskan tentang melukis atau menggambar,
bahwa itu merupakan salah satu perbuatan Allah SWT. Dia yang telah
memberi rupa yang indah, terutama terhadap makhluk hidup, dan utamanya
manusia. Allah SWT berfirman:"Dialah (Allah) yang memberi rupa kamu di
dalam perut (ibumu) sebagaimana dikehendaki-Nya..." (QS.Ali Imran: 6)
"Dan telah memberi rupa kamu dengan sebaik-baik rupa (bentuk)" (QS.At-
Taghabun:3) "Yang telah menciptakan kamu lalu menryempurnakan
kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)-mu seimbang, dalam bentuk
apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu." (QS.Al Infithar: 7-
8). Al Qur'an juga menjelaskan bahwa sesungguhnya di antara Asma Allah Al
Husna adalah "Al Mushawir" sebagaimana di dalam firman Allah
SWT,"Dialah Allah Yang Menciptakan Nama-nama yang Paling Baik ..."
(QS.Al Hasyr: 24). Demikian juga Al Qur'an telah menyebutkan patung-
patung di dua tempat; Pertama, patung-patung yang dicela dan diingkari, yaitu
melalui lisan Ibrahim as, di mana kaumnya telah menjadikan patung-patung
itu sebagai sesembahan. Maka Ibrahim mengingkarinya, sambil mengatakan,
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" Mereka
menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya" (Al Anbiya':
52-53). Yang kedua, disebutkan oleh Al Qur'an dalam nada memberikan
Mengenal Seni Rupa Islam - 63 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
karunia kepada Sulaiman as, yang telah ditundukkan kepadanya angin dan jin
yang siap bekerja di sisinya atas seizin Tuhannya. Firman Allah: "Para jin itu
bekerja untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dan gedung-gedung
yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti
kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku)..." (QS.Saba':13). Ini
dikuatkan oleh hadits Aisyah lainnya, beliau mengatakan, "Kami pernah
mempunyai gorden yang bergambar burung, sehingga setiap orang yang
mau ke rumah kami, dia selalu melihatnya (menghadap). Maka Rasulullah
SAW bersabda kepadaku, "Pindahkan gambar ini, sesungguhnya setiap
aku masuk (ke rumah ini) aku melihatnya, sehingga aku ingat dunia" (HR.
Muslim). Di dalam hadits lain juga diriwayatkan oleh Qasim bin
Muhammad, dari 'Aisyah ra, sesungguhnya 'Aisyah pernah mempunyai
baju yang ada gambarnya yang dipasang di pintu, dan Nabi kalau shalat
menghadap gambar itu. Maka Nabi bersabda, "Singkirkan dariku, 'Aisyah
berkata, "Maka aku singkirkan dan aku buat untuk bantal". Ini semuanya
menunjukkan bahwa kemewahan dan kenikmatan, termasuk makruh, „bukan
haram‟, tetapi Imam Nawawi mengatakan. "Ini difahami sebelum
diharamkannya mengambil gambar oleh karena itu Nabi SAW masuk
melihatnya, tetapi tidak mengingkarinya dengan keras" (Syarah Muslim).
Artinya Imam Nawawi berpendapat bahwa hadits-hadits yang zhahirnya
haram itu menasakh (menghapus) terhadap hadits ini tetapi nasakh ini tidak
bisa ditetapkan sekedar perkiraan. Karena penetapan nasakh seperti ini harus
didukung oleh dua syarat; Yang pertama, benar-benar terjadi pertentangan
antara dua nash, yang tidak mungkin dikompromikan di antara keduanya,
padahal masih mungkin dikompromikan, yaitu dengan maksud bahwa hadits-
hadits yang mengharamkan itu artinya mengungguli ciptaan Allah SWT atau
khusus untuk gambar yang berbentuk (yang memiliki bayangan). Yang kedua,
artinya harus mengetahui mana yang terakhir dari nash itu, padahal tidak ada
dalil yang menunjukkan bahwa yang diharamkan itu yang terakhir. Bahkan
menurut pendapat Imam Thahawi di dalam kitab "Musykilul Atsar"
sebaliknya, di mana mula-mula Islam sangat bersikap keras dalam masalah
gambar, karena masih berdekatan dengan masa jahiliyah, kemudian diberikan
keringanan untuk gambar-gambar yang tidak berbentuk, artinya hiasan yang
menempel di kain dan lainnya.
Di dalam hadits lainnya 'Aisyah ra. meriwayatkan bahwa ia
membeli bantal kecil yang bergambar, maka ketika Rasulullah SAW
melihatnya lalu berdiri di hadapan pintu, tidak mau masuk. Kata 'Aisyah,
Mengenal Seni Rupa Islam - 64 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
"Aku melihat dari wajahnya ketidaksukaan" Maka aku berkata, "Wahai
Rasulullah SAW, aku bertaubat kepada Allah dan Rasul-Nya, dosa apakah
yang aku lakukan?," maka Nabi bersabda, "Untuk apa bantal kecil ini?"
saya menjawab, "Saya membelinya untukmu agar engkau bisa duduk di
atasnya dan bisa engkau tiduri" maka Rasulullah SAW bersabda,
"Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa pada
hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka, "Hidupkanlah apa yang kalian
ciptakan". Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya rumah yang di
dalamnya ada gambar, tidak dimasuki malaikat" (HR. Muttafaqun 'Alaih) .
Berbicara mengenai profesi membuat karya seni yang dapat dijadikan
sarana untuk mencari penghidupan. Maka hal ini sangat persis seperti apa
yang dilakukan oleh Azar ayahanda Nabi Ibrahim as. Jelas sekali ketika
Ibrahim kecil bahkan hingga menginjak dewasa diberi makan, dinafkahi
keluarganya dari hasil profesi pembuat patung. Bahkan nyata-nyata beberapa
patung yang dibuat Azar itu diperuntukan bagi penyembahan-penyembahan
orang musyrik. Akan tetapi dari kisah ini justru Allah SWT menunjukkan
hukum dan syari‟at-Nya melalui “sekenario” kehidupan dari para Nabi. Si
penegak agama Tauhid, yaitu Nabi Ibrahim justru terlahir dari tengah-tengah
keluarga produsen berhala. Demikian pula, si penghancur kezaliman Fir‟aun,
yang terlahir di tengah-tengah istana kerajaan Fir‟aun sendiri yakni Nabi
Musa as. Bahwa titik persoalan diharamkannya membuat patung dan
menggambar itu bukan saja dari sudut peruntukan, yakni apakah patung atau
berhala itu mau dijadikan sesembahan atau yang lainnya.
Ada banyak sekali pendapat mengenai seni rupa di dalam Islam.
Pandangan kaum konservatif yang populer pada awal kemunculan Islam
beranggapan bahwa: ‟segala bentuk peniruan adalah usaha untuk
menyaingi kesempurnaan Tuhan dan wujud keinginan menciptakan
Tuhan baru‟. Tetapi banyak pula yang menyatakan bahwa: ‟bagaimanapun
hasil penciptaan manusia tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah
diciptakan Tuhan ataupun Tuhan itu sendiri, sehingga seni rupa tidak
bisa dianggap penjiplakan saja, tetapi juga diiringi pula dengan stilasi
yang memperlihatkan keagungan Pencipta‟. Sementara itu pendapat lain
terbentuk atas pengaruh kebudayaan Eropa, yang menganggap: ‟proses seni
rupa adalah hal normal, ia sama sekali tidak bisa dianggap sebagai usaha
menciptakan makhluk baru ataupun Tuhan baru, sehingga sama sekali
tidak perlu dilarang‟, karena pelarangan pada masa kini sudah kurang
relevan bagi mereka yang berfikiran modern.
Mengenal Seni Rupa Islam - 65 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Manusia cenderung untuk menyukai kesenian sebagai representasi
dari fitrahnya mencintai keindahan. Dan tak bisa dipisahkan lagi antara
kesenian dengan kehidupan manusia. Namun bagaimanakah dengan
fenomena yang terjadi sekarang, yang ternyata dalam kehidupan sehari-hari
dihiasi dengan nyanyian-nyanyian cinta, ada pula kata-kata atau gambar-
gambar yang seronok yang diklaim sebagai karya seni oleh sebagian orang.
Tampaknya ini semakin marak dan menjadikan konsumsi orang-orang,
bahkan oleh anak-anak. Dan bagaimanakah pandangan Islam terhadap hal-hal
tersebut ? Sebaiknya segera dikembalikan kepada Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
Bahwa dalam Al-Qur‟an disebutkan : “Dan diantara manusia (ada) orang
yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan
(manusia) dari jalan Allah tanpa ilmu (pengetahuan) dan menjadikan jalan
Allah itu sebagai olok-olokan (ejekan). Mereka itu memperoleh azab yang
menghinakan” (QS. Luqman: 6). Jikalau kata-kata dalam nyanyian itu
merupakan perkataan-perkataan yang tidak berguna bahkan menyesatkan
manusia dari jalan Allah, maka haram nyanyianlah tersebut. Nyanyian-
nyanyian yang membuat manusia terlena (lupa) dan mengkhayalkan hal-hal
yang tidak patut (lepas dari syari‟at) maka kesenian tersebut haram
hukumnya. Kata dan gambar yang dinikmati seharusnya disertai pengetahuan
dan menjadikan suatu ilmu yang bermanfaat dan menjadi sumber inspirasi.
Kata dan gambar seperti dalam ilmu kedokteran tentu ada nilai pendidikannya
dan kemanfaatannya yang cukup jelas.
Dalam kesenian, menurut DR. Yusuf Qardhawi5, hal-hal yang harus
diperhatikan dalam hal nyanyian antara lain :
1) Tidak semua nyanyian hukumnya mubah, karena isinya harus sesuai
dengan etika Islami dan ajaran-ajarannya.
2) Penampilan dan gaya menyanyikannya juga perlu dilihat, apakah
tidak melanggar syari‟at dan etika.
3) Nyanyian tersebut tidak disertai dengan sesuatu yang haram, seperti
minum khamar (mabuk), menampakkan aurat, atau pergaulan bebas
laki-laki dengan perempuan tanpa batas.
4) Nyanyian – sebagaimana semua hal yang hukumnya mubah (boleh) -
harus dibatasi dengan sikap tidak berlebih-lebihan.

5
Maroji. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh Kontemporer)
Mengenal Seni Rupa Islam - 66 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup
dan menambah kebahagiaan serta hiasannya yang dibenarkan agama, dapat
mengabadikan nilai-nilai luhur dan kebaikan, yang menyebut dan
membesarkan dan menyucikan nama-Nya (Allah), mengembangkan serta
memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi akan
mendukung dan tidak menentangnya atau melarangnya, karena ketika itulah,
setelah menjadikan karya seni sebagai salah satu dari ‟nikmat Allah‟ yang
dilimpahkan kepada manusia. Demikian yang disampaikan Muhammad
Imarah dalam bukunya Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi yang penerbitannya
disponsori Dewan Tertinggi Dakwah Islam Al-Azhar yang bekerjasama
dengan Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi (International Institute for
Islamic Thought).
Dibalik kontroversi yang marak tahun 2006 6 di seluruh dunia Islam,
karena adanya karikatur Nabi Muhammad yang termuat di koran Denmark,
oleh Jyllands-Posten, sesungguhnya itu terdapat perihal yang lebih
mendasar, yakni perupaan sosok yang disucikan oleh ummat Islam. Perupaan
demikian tidak hanya terbatas pada sosok yang dianggap suci seperti para
malaikat dan nabi, yang dianggap menyinggung keimanan muslim sebagai
suatu bentuk penghinaan atau pelecehan agama, sehingga menyulut
kemarahan ummat Islam seluruh Dunia. Hal yang kontroversi ini justru
membangkitkan rasa fanatisme ke-Islaman, juga persaudaraan Islam. Dan bisa
rasakan kesukuan (al-'ashabiyah), adalah juga dianggap sebagai persaingan
persaudaraan dalam Islam (al-ukhuwwah al-Islâmiyah).
Lukisan dan patung, memang selalu bermasalah jika ditinjau dari
doktrin Islam dan budaya Arab. Bagaimana sesungguhnya Islam melihat seni,
khususnya seni rupa? Seni rupa, dalam hal ini lukisan dan patung, memang
akan selalu saja bermasalah jika ditinjau dari doktrin Islam Wahabi dan
kebudayaan Arab, yang dikaji dengan cara pemikiran fundamentalis-radikal
dan berwawasan yang sempit. Perupaan demikian tidak hanya terbatas pada
sosok yang dianggap suci saja, seperti para malaikat dan nabi, tetapi juga
sampai pada perupaan bentuk makhluk hidup sekecil semut atau pun nyamuk.
Ini terlihat dari beberapa hadits yang dianggap bersikap tegas melarang
gambar dan patung. Hadits merupakan ajaran Islam yang kedua setelah Al

6
Guntur Romli, Adakah Seni Rupa dalam Islam?, Koran Tempo rubrik Seni 26 Pebruari 2006

Mengenal Seni Rupa Islam - 67 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Qur‟an. Misalnya saja sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim,
“Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya di Hari Kiamat adalah
pelukis”. Pelukis dan pematung dianggapnya telah “menandingi” Allah,
dengan “menciptakan bentuk makhluk bernyawa” dalam karyanya. Dan juga
dalam hadits itu disebutkan, mereka akan dipaksa “menghidupkan makhluk
itu”, jika tidak bisa, mereka akan disiksa. Dalam riwayat Muslim yang lain,
“Malaikat tidak akan memasuki rumah yang di dalamnya ada gambar dan
patung”. Demikianlah sederet dalil hadist yang biasanya digunakan untuk
mengharamkan gambar dan patung.
Barangkali sebagian hadits yang mengancam keras terhadap gambar
adalah dimaksudkan untuk mereka yang membuat tuhan-tuhan palsu dan
sesembahan yang beraneka ragam di kalangan ummat yang bermacam-
macam, demikian itu seperti haditsnya Ibnu Mas'ud ra, marfu':
"Sesungguhnya manusia yang paling berat siksaannya di sisi Allah adalah
orang-orang yang menggambar" (HR. Muttafaqun 'alaih). Imam Nawawi
berkata, "Ini dimaksudkan bagi orang yang membuat patung untuk disembah,
dia adalah pembuat berhala dan sejenisnya. Ini adalah kafir yang sangat
berat siksanya. Ada juga yang mengatakan, "Ini maksudnya adalah untuk
mengungguli ciptaan Allah SWT dan ia meyakini hal itu, maka ini kafir yang
lebih berat lagi siksanya daripada orang kafir biasa, dan siksanya bertambah
karena bertambah buruknya kekufuran dia". Sesungguhnya Imam Nawawi
mengemukakan hal tersebut, padahal dia termasuk orang-orang yang sangat
keras di dalam mengharamkan gambar dan pembuatannya. Karena tidak
terbayangkan menurut tujuan syari'i bahwa tukang gambar biasa itu lebih
berat siksanya daripada orang yang membunuh, berbuat zina, peminum
khamr, pemakan riba dan pemberi saksi palsu dan yang lainnya dari orang-
orang yang berbuat dosa-dosa besar dan kerusakan.
Masyruq pernah meriwayatkan hadits Ibnu Mas'ud yang telah
disebutkan, ketika dia dan temannya masuk ke sebuah rumah yang di
dalamnya ada patung-patung, maka Masruq berkata, "Ini adalah patung-
patung Kisra" temannya berkata pula, "Ini adalah patung-patung Maryam",
maka kemudian Masruq meriwayatkan haditsnya. Menggambar sesuatu yang
dianggap termasuk syi'ar agama lain. Yang lebih mendekati dari jenis pertama
adalah gambar yang menunjukkan syi'ar agama tertentu selain agama Islam.
Seperti salib menurut orang-orang Nasrani, maka setiap gambar yang
berbentuk salib itu diharamkan dan wajib bagi seorang Muslim
menghilangkannya. Aisyah ra. menceritakan bahwa Rasulullah SAW tidak
Mengenal Seni Rupa Islam - 68 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
membiarkan di rumahnya sesuatu yang berbentuk salib kecuali merusaknya
(HR. Bukhari).
Apa benar Islam melarang penggambaran manusia? Pertanyaan ini
mengantarkan kepada tinjauan seni berdasarkan syariat (hukum Islam).
Kontroversi tentang larangan membuat gambar, patung atau pun fotografi
yang melanda hampir di seluruh dunia muslim, sebetulnya berpangkal dari
penafsiran terhadap larangan yang dimaksud. Jika para ulama dan penulis
muslim tampak sependapat dalam satu hal, yaitu tentang adanya beberapa
hadits yang melarang penciptaan sesuatu (gambar atau patung), mereka tidak
menyebutkan adanya larangan yang sama yang berasal dari ayat Al-Quran –
kitab suci yang utama dan wajib diimani sebagai pegangan sekaligus
pelajaran bagi orang beriman. Hadith atau hadits adalah catatan para sahabat
mengenai sunnah atau prilaku Nabi Muhammad Rasulullah – sebagai figur
terbaik yang mencontohkan bagaimana keislaman itu sebaiknya dipraktekkan.
Ada yang berpendapat bahwa hadits sendiri bukan sunnah, hadits adalah data-
data tertulis yang perlu diperlakukan secara kritis sebagaimana
memperlakukan data-data tekstual dalam buku-buku sejarah, yang berguna
untuk mengetahui sunnah Nabi yang sesungguhnya. Bahkan di kalangan
ulama ada yang berpendapat tentang tidak kafirnya seseorang yang
mengingkari hadits (lihatlah Ezzedin Ibrahim, 2005, 40 Hadits Qudsi Pilihan,
diterjemahkan oleh M. Quraish Shihab). Hadits dapat diterima sejauh itu
sahih dan memiliki basisnya dalam Al Qur‟an, yang mengklaim kitab ini
sebagai “batu ujian” atau koreksi bagi ajaran-ajaran wahyu sebelumnya dari
penyimpangan akibat tangan-tangan tak bertanggung jawab. Memang tidak
menyebut larangan mengenai penciptaan imaji makhluk hidup berupa potret
atau karya lainnya. Kitab suci ini malah menuturkan bahwa Nabi Sulaiman
adalah salah seorang pembawa risalah monoteistik, mencipta banyak patung
dengan perantaraan pasukan jin di bawah kepemimpinannya: ”Mereka (jin-
jin itu) membuat untuk Sulaiman apa-apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung, piring-piring besar seperti
kolam dan periuk-periuk yang tetap (ditempatnya). Bekerjalah hai keluarga
Daud sebagai tanda syukur (kepada Allah). Dan sedikit diantara hamba-
hamba-Ku yang bersyukur”(QS. Saba‟ 34 : 13). Pandangan bahwa Islam
melarang seni rupa adalah tafsiran sebagian orang Islam. Dan pandangan ini,
menurut penulis Pakistan Sehzad Saleem justru tidak konsisten dengan Islam
sendiri. Saleem mengingatkan, hanya kitab suci Al-Qur‟an yang melarang
segala sesuatu dalam Islam. Menurutnya, kebanyakan hadits mengenai
Mengenal Seni Rupa Islam - 69 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
larangan membuat patung atau gambar memiliki redaksi sebagai berikut,
“Barang siapa membuat gambar seperti ini …, ” yang berarti mengacu
kepada bentuk tertentu secara spesifik dan tak menyebut semua jenis imaji7.
Sayangnya, di antara kebanyakan kitab hadits, seperti yang ada di Indonesia,
tak punya catatan mengenai gambar atau imaji seperti apa yang dimaksud
tersebut.
Ada ajakan untuk kembali ke zaman Nabi, Khulafaa al-Rasyidin dan
era salaf a-shâlih (orang-orang terdahulu yang sholeh), maksudnya bukan
ajakan untuk kembali pada era masyarakat yang terbelakang, yaitu untuk
menjadi masyarakat ”Madani” yang gilang-gemilang, karena Islam
menyesuaikan dengan perkembangan zaman yaitu ”Demi Masa” (QS. Al
‟Ashr: 103:1). Menyadari bahwa seni yang sering diklaim sebagai seni Islam
bukanlah berasal dari ajaran normatif Islam, tapi lebih banyak dari sisi-sisi
historis Islam. Bukan Islam sebagai sebuah agama an sich, tapi Islam yang
telah berinteraksi dengan berbagai peradaban lain yang diperbolehkan
(mubah) dalam Islam. Dalam kehidupan umumnya Nabi Muhammad pun
bersabda: ”Kalian lebih tahu urusanmu dan yang anda hadapi setiap hari”.
Gambar yang terhina, adalah halal, dimana setiap perubahan atau
gubahan atau stiliran dalam masalah gambar yang dianggap tidak sempurna
tidak mungkin diagung-agungkan. Gambar sampai kepada yang paling hina
dapat berpindah dari lingkungan makruh kepada lingkungan halal. Dalam hal
ini ada sebuah hadits yang menerangkan, bahwa Jibril a.s. pernah minta izin
kepada Nabi untuk masuk rumahnya, kemudian kata Nabi kepada Jibril:
"Masuklah! Tetapi Jibril menjawab: Bagaimana saya masuk, sedang di
dalam rumahmu itu ada korden yang penuh gambar! Tetapi kalau kamu
tetap akan memakainya, maka putuskanlah kepalanya atau potonglah
untuk dibuat bantal atau buatlah tikar" (Riwayat Nasa'i Ban Ibnu Hibban).
Oleh karena itulah ketika Aisyah melihat ada tanda kemarahan dalam wajah
Nabi, karena melihat ada korden yang banyak gambarnya itu, maka korden
tersebut kemudian dipotong dan dipakai dua sandaran, sehingga gambar
tersebut dianggap sudah terhina dan jauh daripada menyamai gambar-gambar
yang diagung-agungkan. Beberapa ulama salaf pun ada yang memakai
gambar yang terhina itu dan mereka menganggap bukan suatu dosa. Misalnya
“Urwah, dia bersandar pada sandaran yang ada gambarnya, di antaranya
gambar burung dan orang laki-laki. Kemudian Ikrimah berkata: Mereka itu

7
Agung Puspito, 2005. “Nuditas, Seni Rupa, dan Agama, ” dalam Buletin Citta YSRI Edisi IX.
Mengenal Seni Rupa Islam - 70 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memakruhkan gambar yang didirikan (patung) sedang yang diinjak kaki,
misalnya di lantai, bantal dan sebagainya, mereka menganggap tidak apa-
apa”.
Kebanyakan hadits tidak membedakan antara gambar yang dua
dimensional (2D) dengan patung yang tiga dimensional (3D). Keduanya
disebut shūroĥ (plural, shuwar). Bacalah hadits yang disahihkan oleh Bukhari
di bawah ini, yang diriwayatkan oleh „Aiŝah ra. istri Nabi, dari „Aiŝah ra,
“Saya membeli sebuah bantal yang bergambar-gambar. Nabi saw berdiri
saja di pintu, tidak mau masuk ke dalam. Lalu kata saya, „Saya bertobat
kepada Allah seandainya saya salah. ‟Nabi berkata, „Untuk apa bantal itu?‟
Jawab saya, „Supaya Anda duduk dan bersandar di situ. ‟Sabda beliau,
„Sesungguhnya orang yang membuat gambar semacam ini akan disiksa pada
hari kiamat, dikatakan kepadanya, hidupkanlah apa yang kau buat itu!
Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di situ ada gambar
(shūroĥ)8, yang mengartikan shūroĥ sebagai „gambar hewan‟, tapi penulis
Art-ysri menggunakan arti yang lebih umum, „gambar‟ saja. Pasalnya,
pencatat hadits tak mencandra secara detil gambar apa yang terdapat pada
bantal „Aiŝah. Beberapa hadits memang tak menyertakan unsur penting
berupa deskripsi menyangkut gambar yang dimaksud. Adapun shūroĥ dalam
bahasa arab modern tampaknya memiliki makna yang luas, sehingga
mencakup patung dan fotografi. Istilah ini sepadan dengan bahasa
Inggris image, yang salah satu artinya adalah „imitasi dari bentuk eksternal
suatu objek, misalnya objek pemujaan‟9 Maka, menurut Sehzad Saleem,
dengan mengumpulkan hadits-hadits mengenai pencitraan makhluk hidup
didapatkan gambaran bahwa larangan itu mengacu kepada pencitraan dalam
kategori tertentu yang memperoleh ‟status sebagai berhala‟ (idols) dan dipuja
sebagai berhala. Praktek pemujaan seperti ini merajalela pada awal
berkembangnya agama Islam. Bahkan interior Kaa‟bah pada zaman Nabi
pernah diisi berbagai patung yang disembah penduduk di Semenanjung
Arabia. Di antaranya terdapat gambar para nabi dan orang suci seperti
Ibrahim, Isa, dan ibunda Isa yaitu Maria. Saleem menyimpulkan, larangan
pembuatan imaji yang dimaksud bukan lantaran kejahatan intrinsik yang ada
padanya, melainkan karena sumbangsihnya terhadap praktek politeistik
(muŝrik) masyarakat pada awal kehadiran Islam. Karena hal itu bisa

8
H. Zainuddin Hamidy dkk, 1982. Terjemah Hadits Shahih Bukhari Jilid IV, Jakarta
9
The Pocket Oxford Dictionary, 1984. edisi paperback
Mengenal Seni Rupa Islam - 71 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
membangkitkan sentimen-sentimen dasar (termasuk nafsu syahwat) dalam
diri seseorang. Senada dengan Saleem, penulis Sejarah Kesenian Islam yakni
C. Israr (Jakarta, 1978) menyebutkan terjadinya kontroversi dalam soal seni
rupa juga disebabkan oleh tiadanya batasan yang tegas tentang boleh tidaknya
kesenian itu. Ia berpendapat bahwa boleh tidaknya melukis dan mematung
perlu dilihat dari semangat larangan tersebut. Menurutnya, larangan
melukiskan bentuk makhluk bernyawa, pada awal lahirnya agama Islam,
memang perlu jika dipandang dari segi tauhid. Sebab, ketika Nabi masih
hidup, di Mekah masih bertaburan puing-puing bekas reruntuhan arca
sesembahan nenek moyang bangsa Arab. Dikhawatirkan akan tumbuh tunas
baru dari kepercayaan lama yang akan menggoyahkan sendi-sendi tauhid
mereka yang baru memeluk Islam, terutama masa Islam awal, dimana semua
berhala itu dihancurkan dan seni patung itu tidak dibiarkan berkembang.
Tetapi, lanjut Israr, “Ketika hakikat tauhid telah mendarah daging dalam
tubuh ummat Islam dan mereka tahu patung-patung itu tak sanggup berbuat
apa pun, maka tidak ada alasan bahwa kepercayaan yang telah terkubur itu
akan hidup kembali di tengah-tengah keyakinan ummat Islam yang telah
maju”. Apalagi tingkat pendidikan ummat Islam masa kini sudah lebih maju
dan berkembang serta berpikiran lebih rasional dan ilmiah.
Tentang fotografi, Fuqaha‟ mutaakhirin berpendapat bahwa fotografi
tidak termasuk dalam pembicaraan mengenai gambar yang dilarang, sebab hal
itu bukan hasil tangan manusia langsung sehingga tidak terkena kandungan
hadits-hadits yang melarangnya. Hukumnya sama seperti gambar yang
terdapat pada pakaian atau kain yang dikecualikan oleh Nabi. Hasil gambar
yang dicetak melalui jepretan kamera tak ubahnya seperti bayangan dalam
kaca cermin, hanya saja diproses dengan teknologi canggih maka bayangan
cermin itu dapat diabadikan dalam gambar.
Seni yang didasarkan pada nilai-nilai agama Islam (ketuhanan) inilah
yang menjadi pembeda antara seni Islam dengan ragam seni yang lain. Titus
Burckhardt, seorang peneliti berkebangsaan Swiss-Jerman mengatakan,
“Seni Islam sepanjang ruang dan waktu, memiliki identitas dan esensi yang
satu (tunggal). Kesatuan ini bisa jelas disaksikan. Seni Islam memperoleh
hakekat dan estetikanya dari suatu filosofi yang transendental”. Ia
menambahkan, para seniman muslim meyakini bahwa hakekat keindahan
bukan bersumber dari sang pencipta seni. Namun, keindahan karya seni
diukur dari sejauh mana karya seni tersebut bisa harmonis dan serasi dengan

Mengenal Seni Rupa Islam - 72 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


alam semesta. Dengan begitu, para seniman muslim mempunyai makna dan
tujuan seni yang bersifat luhur dan juga sakral.
Apakah seni Islam harus berbicara tentang Islam? Sayyid Quthb
dengan tegas menjawab ”tidak”. Kesenian Islam tak harus berbicara tentang
Islam. Ia tak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebajikan,
bukan juga penampilan yang abstrak sehingga tidak menyangkut tentang
aqidah. Tetapi seni yang Islami adalah seni yang menggambarkan wujud
dengan „bahasa‟ yang indah serta sesuai dengan fitrah manusia. Kesenian
Islam membawa manusia kepada pertemuan yang sempurna antara kebaikan,
keindahan dan kebenaran.
Artikulasi tentang nilai estetika sangat langka, tapi fakta dari warisan
artistik Islam memang tersusun indah. Ketidak adanya tiang filsafat utama
sebagai tendensi untuk menuju pada hal-hal yang abstrak sifatnya,
dikarenakan pandangan Islam yang terfokus pada satu tujuan yaitu Allah
(Tuhan). Tendensi abstrak-isme ini telah disingung-singgung karena adanya
realisme dan ekspresi nilai-nilai estetika tanpa diragukan sama sekali, yang
tidak terkait dan tidak ada dalam kesusastraan. Hakekat keindahan dalam
Islam diberbagai media kurang mendapat perhatian dari para penulis atau
pengamat seni dan secara teoritis belum banyak diteliti terutama oleh bangsa
Arab, Turki, Persia dan India. Ketiadaan atau langkanya buku-buku pegangan
khusus yang mengetengahkan tentang pengaturan seni, keindahan dan hukum-
hukum pembatasan yang banyak dirasakan oleh penulis Islam sendiri.
Kemudian istilah yang umum berbau ke-Barat-an dalam tulisan telah
dipergunakan untuk membahas seni Islam dan juga dari sudut pandang yang
bermacam-macam. Diantaranya juga ada pandangan yang berstandar mistik
dari orang Islam ortodoks dan lokal kedaerahan bercampur adat-budaya-
tradisi (kejawen) dan sebagainya.
Sebetulnya kontroversi seputar masalah seni patung itu telah
dituntaskan di Indonesia, setidaknya sejak periode ketika Buya Hamka
menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI). Seperti disebutkan oleh
cendekiawan Nurcholish Madjid (alm), dalam ceramahnya mengenai
‟Estetika‟ di Yayasan Paramadina tahun 1996, dikatakannya bahwa Hamka
telah mengeluarkan fatwa tentang dibolehkannya pembuatan patung. “Kecuali
di Yogyakarta” tambah Nurcholish, yang menyebutkan bahwa suatu saat
Hamka melihat orang melakukan praktek pemujaan berhala terhadap patung
Jenderal Sudirman di Yogyakarta. Rupanya, patung pahlawan nasional yang
juga seorang mujahid itu masih dikultuskan orang dengan memberi sesajen
Mengenal Seni Rupa Islam - 73 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dan rangkaian bunga di tubuhnya. Di sinilah ditemukan divergensi antara seni
dan berhala.
Seni pahat atau seni lukis pada bentuk makhluk bernyawa ada yang
menganggap hukumnya haram, terkecuali bila itu dirasakan benar-benar
penting dan bermanfaat (relatif) seperti gambar atau photo untuk surat izin
perjalanan, kartu tanda pengenal (KTP), paspor, kartu tanda pengenal dalam
pekerjaan dan sebagainya yang digunakan untuk menghindari terjadinya
penipuan identitas atau menjaga keamanan diri, maka dalam hal-hal ini
terdapat pengecualian. Demikian dalam mendirikan patung untuk berbagai
macam tujuan juga dianggap haram, baik untuk dijadikan sebagai monumen
peringatan bagi seorang raja, panglima perang, pemimpim suatu kaum, tokoh-
tokoh pembaharuan, atau tokoh-tokoh yang menjadi simbol kecerdasan dan
kegagahan seperti patung Abi Al-Haul ataupun untuk tujuan lainnya. Karena
keumuman hadits shahih yang menjelaskan tentang pelarangan hal-hal
demikian, dikarenakan patung-patung dan gambar-gambar tersebut
merupakan pemicu atau sarana bagi kemusyrikan sebagaimana yang terjadi
pada kaum Nuh. Mendirikan tugu-tugu atau menumen peringatan orang-orang
terkenal dari kalangan pemimpin atau orang-orang yang ikut andil dalam
membangun negara, baik dari kalangan ilmuwan, ahli ekonomi, politikus,
juga mendirikan tugu peringatan bagi tentara atau pahlawan, semua itu
dianggap merupakan perbuatan kaum jahiliyah dan merupakan perbuatan
yang sangat berlebihan (melampaui batas). Maka dari itu, seringkali melihat
orang-orang mengadakan upacara atau pesta peringatan disekitar tugu-tugu
tersebut yang digelar pada waktu-waktu tertentu dengan meletakkan karangan
bunga sebagai tanda penghormatan kepada mereka. Perbuatan yang demikian
dianggap sama saja dengan pemujaan berhala yang dilakukan pada masa-
masa awal (jahiliyah) dan merupakan sarana menuju kesyirikan terbesar dan
penentangan terhadap Allah. Untuk kehati-hatian, maka ada baiknya
menghindari diri dari taklid yang demikian untuk menjaga kemurnian tauhid,
mencegah pemborosan dari hal-hal yang tidak bermanfaat dan menjauhkan
diri dari perbuatan orang-orang kafir dengan tidak mengikuti mereka dalam
kebiasaan dan taklid yang dianggap tidak ada kebaikan di dalamnya, bahkan
bisa menyeret kepada kesesatan. Lingkup keharaman dalam masalah gambar
atau lukisan atau patung adalah bentuk lukisan atau gambar atau patung
makhluk bernyawa, baik gambar yang dipahat berupa patung maupun gambar
yang dilukis di atas dinding, kanvas, kertas ataupun di atas kain tenun, baik
yang dilukis dengan pinsil, pena ataupun alat tulis lainnya, baik lukisan
Mengenal Seni Rupa Islam - 74 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dengan obyek nyata atau lukisan yang mengandalkan imajinasi, besar maupun
kecil. Ini disebabkan keumuman nash yang menjelaskan tentang hal itu, juga
dikarenakan pada hal yang demikian terdapat persamaan atau penyerupaan
dari makhluk Allah, yang juga ada anggapan membawa kepada kesyirikan.
Sebagian dari mereka para seniman yang begelut dan berkecimpung
di bidang seni lukis dan seni pahat berdalih, bahwa ada pengecualian terhadap
hal tersebut di atas sesuai dengan perkembangan zaman. Namun mereka
belum pernah mendapatkan alasan yang tepat, karena hadits-hadits yang ada
tersebut bersifat umum. Mereka mencoba mencari pembenaran (legalitas) atas
tindakan yang mereka lakukan dengan mencari alasan (rukhsah) yang masuk
akal dan bisa diterima. Memang pada kenyataannya, mereka yang
berkecimpung di bidang itu tidak lain hanya untuk berkarya, berprofesi
sebagai seniman, berkreativitas, berinovasi, untuk mengekspresikan seni
keindahan, menyalurkan hobi, mengaktuliasasikan ide dan daya khayal yang
mereka miliki serta kuasai, yang kemudian bermuara kepada keinginan
mereka untuk menjadikan hasil karya seni sebagai mata pencaharian untuk
menghidupi keluarga dan sebagai lapangan pekerjaan atau sebagai profesi
desainer atau pun alasan-alasan lain. Dalam suasana sedemikian itu ketika
mereka menggambar, membuat karya patung yang memang sudah ada sejak
masa kenabian, yang mana terdapat sebagian hadits-hadits ada yang
mengharamkan. Tidak heran jika hadits-hadits itu dianggap bersikap keras
dalam masalah tersebut, meskipun di dalam membuat gambar atau patung itu
lebih mudah dan justru banyak diperoleh kekerasan untuk perusakan atau
penghancuran dan mengambilnya. Masa kini sebagian muslim menggambar
dan membuat patung ada yang mengharamkan, namun untuk membuatnya
tidak ada yang melarang dan diperbolehkan untuk penggunaannya. Dalam hal
ini untuk penggunaan yang dianggap sepele, seperti halnya gambar untuk
gorden, bantal dan lainnya sebagaimana yang bisa dibaca dalam haditsnya
'Aisyah.
Diantara hadits yang meriwayatkan mengenai larangan menggambar
adalah hadits yang diriwayatkan oleh Shahihain dari Ibnu Abbas, (marfu'):
"Setiap pelukis itu di neraka, yang akan menjadikan nyawa untuk setiap
gambar yang ia buat, lalu akan menyiksanya di neraka Jahanam". Di dalam
riwayat Imam Bukhari dari Sa'id bin Abil Hasan ia berkata, "Aku pernah
berada di sisi Ibnu Abbas ra, tiba-tiba datang kepadanya seorang laki-laki
maka orang itu berkata, "Wahai Ibnu Abbas, sesungguhnya aku ini adalah
seseorang yang sumber ma'isyah saya dan kerajinan tanganku, dan
Mengenal Seni Rupa Islam - 75 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sesungguhnya aku tukang membuat lukisan-lukisan ini". Maka Ibnu Abbas
berkata, "Saya tidak akan berbicara denganmu kecuali dengan apa yang
pernah saya dengar dari Rasulullah SAW beliau bersabda. "Barangsiapa
melukis suatu gambar, sesungguhnya Allah akan menyiksanya, sehingga akan
diberikan nyawa padanya, sementara dia tidak bisa meniupkan ruh ke
dalamnya selama-lamanya. Maka orang itu kemudian merasa sakit hati.
Berkata Ibnu Abbas, "Celaka kamu, jika kamu tetap tidak mau kecuali harus
membuat juga, maka buatlah gambar pohon, dan segala sesuatu yang tidak
bernyawa".
Imam Muslim meriwayatkan dari Hayyan bin Hushain, ia berkata,
"Berkata kepadaku Ali bin Abi Thalib ra, "Saya akan menyampaikan sesuatu
kepadamu sebagaimana Rasulullah SAW telah menyampaikan sesuatu
padaku, yaitu hendaklah kamu tidak membiarkan gambar kecuali kamu
menghapusnya dan tidak membiarkan kuburan yang ditinggikan kecuali kamu
ratakan". Imam Muslim juga meriwayatkan dari 'Aisyah ra, ia berkata, Jibril
pernah berjanji kepada Rasulullah SAW bahwa ia akan datang pada suatu
saat yang ditentukan. Maka tibalah saat yang ditentukan itu, tetapi Jibril
belum juga tiba. Saat itu Nabi memegang tongkat, maka tongkat itu
dilemparkan oleh Nabi dari tangannya, seraya berkata, "Allah dan para
utusan-Nya tidak akan mengingkari janji," kemudian Nabi berpaling,
ternyata ada anak anjing di bawah tempat tidur, maka Nabi berkata,
"Wahai 'Aisyah, kapan anjing ini masuk?" Aisyah berkata, "Demi Allah
saya tidak tahu, maka Nabi memerintah untuk mengeluarkan anak anjing
itu, sehingga datanglah Jibril. Maka Rasulullah SAW berkata, "Engkau
telah berjanji kepadaku, maka aku duduk menunggumu, tetapi kamu tidak
kunjung datang!" Jibril berkata, "Telah mencegahku anjing yang ada di
rumahmu, sesungguhnya kami tidak akan masuk rumah yang di dalamnya
ada anjing dan gambar (patung)" (HR. Muslim).
Dengan demikian maka diketahui sesungguhnya ada sejumlah hadits
yang membahas tentang menggambar dan gambarnya. Bahkan sedikit
sebagaimana anggapan sebagian ulama yang menulis tentang demikian itu,
sungguh telah diriwayatkan oleh sejumlah para sahabat, di antaranya adalah
Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, 'Aisyah, Ali, Abu Hurairah yang
kesemuanya adalah shahih. Telah terjadi ikhtilaf (beda pendapat) di kalangan
fuqaha' mengenai masalah menggambar ini berdasarkan hadits-hadits
tersebut, dan yang paling keras adalah Imam Nawawi yang telah
mengharamkan setiap gambar yang bernyawa, baik manusia atau binatang,
Mengenal Seni Rupa Islam - 76 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
baik yang berbentuk atau tidak, baik dijadikan sebagai profesi atau tidak.
Tetapi beliau memperbolehkan gambar yang dijadikan sebagai “profesi”
untuk dipergunakan, meskipun pekerjaan menggambarnya tetap haram,
seperti orang yang menggambar di gorden, bantal atau yang lainnya. Akan
tetapi para fuqaha' salaf sebagian ada yang mengatakan bahwa pengharaman
itu khusus untuk gambar yang berbentuk, yang ada bayangannya, inilah yang
dinamakan patung, karena ini mirip dengan berhala-berhala. Dan ini pula
yang dianggap mengungguli ciptaan Allah SWT, karena makhluk yang dicipta
oleh Allah itu berbentuk. Allah SWT berfirman, "Dialah yang membentuk
(memberi rupa) kamu di dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya"
(QS,Ali Imran: 6). Pendapat ini sebagaimana disebutkan oleh Imam
Khaththabi, kecuali yang berlebihan, seperti gambar-gambar yang diperjual-
belikan berjuta-juta dan lain sebagainya. Dikecualikan dari gambar yang
berbentuk adalah mainan anak-anak seperti boneka yang berbentuk orang,
kucing, anjing atau kera, karena itu tidak dimaksudkan untuk diagungkan dan
anak-anak biasanya bermain-main dengan itu. Berdasar dari hal itu adalah
hadits 'Aisyah‟ ra, bahwa ia pernah bermain-main dengan boneka teman-
temannya dan Nabi merasa gembira dengan kedatangan mereka. Termasuk
yang dikecualikan adalah patung-patung atau gambar yang dibuat dari
manisan atau permen dan diperjual-belikan pada musim-musim tertentu,
kemudian setelah itu dimakan. Termasuk juga yang dikecualikan adalah
patung-patung yang sudah dirusak bentuknya seperti dipotong kepalanya,
sebagaimana tersebut di dalam hadits Jibril as, ia berkata kepada Rasulullah
SAW "Perintahkan agar kepala patung itu dipenggal sehingga seperti
bentuk pohon". Adapun patung-patung setengah badan bisa diperbolehkan,
namun yang dipasang di alun-alun atau di tempat lainnya yaitu patung raja-
raja dan para pemimpin serta para ahli, bisa tidak keluar dari lingkup larangan
dikarenakan hal itu masih tetap ada saja orang yang mengagungkan.
Cara Islam di dalam mengabadikan sejarah para pembesar dan
pemimpin serta para pahlawan itu, berbeda dengan cara Barat. Islam
mengabadikan mereka dengan penyebutan yang baik dan sirah (perjalanan
hidup) yang baik, yang di sampaikan oleh generasi masa lalu kepada generasi
kini untuk dijadikan sebagai teladan dan uswah. Dengan demikian para Nabi,
sahabat Nabi, Imam, Guru, pahlawan dan orang-orang rabbani sering disebut-
sebut, meskipun tidak digambar atau dijadikan patung kemudian di pasang di
jalan-jalan. Karena berapa banyak patung-patung yang tidak dikenal oleh
manusia karena tidak ada diceritakan oleh generasi sebelumnya, siapakah
Mengenal Seni Rupa Islam - 77 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebenarnya tokoh yang dipatungkan itu. Seperti contohnya patung "Ladzu
Ghali" di jantung Kairo Mesir. Dan berapa banyak patung-patung yang
dilewati oleh manusia tetapi justru dilaknat oleh manusia itu sendiri.
Patung dan gambar dahulu menyebabkan kesyirikan, dimana
mayoritas orang masa kini sudah banyak berfikir secara ilmiah dan
beranggapan sebagai produk yang wajar dan biasa-biasa saja, bahwa patung-
patung tersebut terlebih lagi gambar-gambar telah menjadi perkara yang halal
karena Majelis Ulama Indonesia (MUI) diam dan tidak melarangnya. Orang
muslim kini lebih rasional tidak ada yang mau menyembah dan bertuhan
secara sembarangan atau mengibadahi gambar-gambar dan patung-patung,
dianggap seperti halnya benda mati tidak mempengaruhi keimanan dan
ketaqwaannya pada saat sekarang ini. Penilaian sekarang tentang karya seni
tersebut hanya terbatas sebagai rasa kagum atas kemampuan seniman
terutama tentang ide - konsep dan teknik perwujudannya serta fungsi fisik
produk sebagai hiasan atau benda pakai, sehingga siapapun layak untuk
memanfaatkan, mengkoleksinya atau dimiliki atau diamati dan dimengerti,
itupun tidak gratis secara ekonomi. Hukum patung dan gambar menurut
Syari‟at Islam, pada masa Nabi Dawud as. dan Nabi Sulaiman as.
pembuatan patung dan gambar diperbolehkan, sebagaimana diatur dalam
firman Allah: Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan
piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada
di atas tungku). Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada
Allah). Dan sedikit sekali dari hambahambaKu yang berterima kasih. (QS.
Saba‟: 13). Di antara Nabi-nabi Allah yang memiliki keistimewaan seni tinggi
adalah Nabi Dawud as. yang sekaligus putranya Nabi Sulaiman as. yang
dikatakan mewarisi bakat sang ayah. Keistimewaan Nabi Dawud dalam
bidang seni amatlah sempurna, boleh jadi tak ada lagi manusia yang mampu
menandingi kehebatan beliau, dimana bakat seni yang dimiliki Nabi Dawud
bukanlah hanya satu bidang saja, boleh dikata multi-talenta yang melingkupi
bidang seni-seni lainnya antara lain, seperti tarik suara, seni gambar, seni
patung, seni arsitektur, desain eksterior-interior, prisai baju besi dan furniture
dan lainnya.
Sungguh Rasulullah telah memerintahkan Ali bin Abi Thalib dengan
sabdanya: "Jangan engkau biarkan sebuah patung pun kecuali engkau
hancurkan dan jangan pula engkau biarkan kuburan yang ditinggikan
kecuali engkau ratakan (dengan tanah)" (HR. Muslim). Dan dalam suatu
Mengenal Seni Rupa Islam - 78 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
riwayat: "Dan jangan engkau biarkan sebuah gambar pun kecuali engkau
hapus" (HR. Muslim). Nash-nash yang mengharamkan gambar, seperti di
bawah ini: Dari 'A`isyah bahwasannya ia membeli bantal kecil yang ada
gambar-gambarnya. Ketika Rasulullah melihatnya beliau berdiri di pintu
tidak mau masuk. Maka 'A`isyah mengetahui ada tanda kebencian di muka
Rasulullah. Lalu ia pun berkata: "Ya Rasulullah, aku bertaubat kepada
Allah dan Rasul-Nya, dosa apakah yang telah kuperbuat ?" Rasulullah
menjawab: "Bagaimana halnya bantal itu?" 'Aisyah menjawab: "Saya
membelinya agar engkau duduk dan bersandar di atasnya" Kata
Rasulullah: "Sesungguhnya orang-orang yang membuat gambar-gambar
ini akan disiksa pada hari kiamat dan akan dikatakan kepada mereka:
"Hidupkanlah gambar-gambar yang kalian buat itu!" Kemudian beliau
bersabda: "Sesungguhnya rumah yang ada gambar-gambar (yang
bernyawa) di dalamnya tidak akan dimasuki malaikat" (Muttafaqun 'alaih).
Sabda Rasulullah pula: "Manusia yang paling pedih siksanya di hari kiamat
ialah yang meniru ciptaan Allah. Sedangkan para pelukis dan penggambar
adalah orang-orang yang meniru ciptaan Allah" (Muttafaqun 'alaih). Lalu:
"Bahwasannya Nabi ketika melihat gambar-gambar di rumah, beliau tidak
mau masuk sebelum gambar itu dihapus" (HR. Al-Bukhari). Dalam sebuah
hadits shahih dari Rasulullah bahwa beliau berkata kepada Ali bin Abi Thalib
r.a. yang artinya : “Janganlah engkau tinggalkan patung kecuali engkau
telah membuatnya menjadi tidak berbentuk, dan jangan pula
meninggalkan kuburan yang menjulang tinggi kecuali engkau
meratakannya” (HR. Muslim dalam Al-Jana'iz, 9690). Dalam hadits lain
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling mendapat siksa pada hari
kiamat adalah para pembuat gambar (pelukis)” (HR. Al-Bukhari dalam bab
Al-Libas 5959, Muslim dalam bab yang sama 2109). Juga Rasulullah pernah
bersabda: "Sesungguhnya Malaikat tidak akan masuk suatu rumah yang di
dalamnya ada patung" (Riwayat Bukhari dan Muslim). Lagi sabda
Rasulullah: ”Sesungguhnya orang yang paling berat siksaannya nanti di
hari kiamat, yaitu orang-orang yang menggambar gambar-gambar ini.
Dalam satu riwayat dikatakan: Orang-orang yang menandingi ciptaan
Allah." (Riwayat Bukhari dan Muslim) Dan Rasulullah memberitahukan juga
dengan sabdanya: "Barangsiapa membuat gambar (patung) nanti di hari
kiamat dia akan dipaksa untuk meniupkan roh padanya; padahal dia
selamanya tidak akan boleh meniupkan roh itu." (Riwayat Bukhari).

Mengenal Seni Rupa Islam - 79 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Maksud daripada hadits ini, bahwa dia akan dituntut untuk menghidupkan
patung tersebut.
Adapun gambar dan patung yang diperbolehkan yaitu gambar dan
patung seperti pohon, bintang, matahari, bulan, gunung-gunung, batu, laut,
sungai, pemandangan yang indah atau tempat-tempat suci seperti Ka'bah,
Madinah dan Masjidil Aqsha serta masjid-masjid yang lain, bila kesemuanya
itu kosong dari gambar manusia atau hewan dan segala sesuatu yang
mempunyai ruh. Dalil dalam masalah ini adalah ucapan Ibnu 'Abbas: "Bila
engkau harus menggambar atau membuat patung maka buatlah (gambar)
pohon dan apa-apa yang tidak mempunyai ruh" (HR. Al-Bukhari)
Tidak diragukan lagi, bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan
menggambar dan melukis yang dilarang adalah tertuju pada gambar-gambar
yang dipahat atau dilukis, sebagaimana yang telah diterangkan. Adapun
fotografi yang diambil dengan kamera, itu termasuk barang baru yang di masa
Rasulullah SAW belum ada, juga di masa salafus shalih. Apakah itu juga
termasuk larangan yang dimuat dalam hadits-hadits tersebut di atas? Bagi
para ulama yang mengharuskan larangan itu pada patung-patung yang
berbentuk, maka ini tidak termasuk yang diharamkan, terutama yang tidak
utuh sempurna (satu badan). Adapun pendapat ulama lainnya, apakah
fotografi itu disamakan dengan lukisan ataukah tidak - karena alasan untuk
mengungguli ciptaan Allah - di sini tidak ada dan tidak relevan sebagaimana
yang dikatakan oleh ahli ushul.
Adapun fotografi, pada prinsipnya mubah, selama tidak mengandung
objek yang diharamkan, seperti disucikan oleh pemiliknya secara keagamaan
atau disanjung-sanjung secara keduniaan. Fuqaha‟ mutaakhirin berpendapat
bahwa fotografi tidak termasuk dalam pembicaraan mengenai gambar yang
dilarang, sebab hal itu bukan hasil tangan manusia langsung sehingga tidak
terkena kandungan hadits-hadits yang melarangnya. Hukumnya sama seperti
gambar yang terdapat pada pakaian atau kain yang dikecualikan oleh Nabi.
Hasil gambar yang dicetak melalui jepretan kamera tak ubahnya seperti
bayangan dalam kaca cermin, hanya saja diproses dengan teknologi canggih
maka bayangan cermin itu dapat diabadikan dalam bentuk gambar. Demikian
pula diperbolehkan untuk kepentingan bersifat ilmiyyah seperti kedokteran
dan lainnya. Diperbolehkan bagi anak-anak perempuan untuk bermain
dengan boneka dari kain perca yang berbentuk bayi kecil, sehingga anak-anak
itu bisa memakaikan baju padanya, memandikan atau menidurkannya. Hal ini
dapat menjadikan anak-anak ini belajar mendidik dan memelihara anak-anak
Mengenal Seni Rupa Islam - 80 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
setelah nantinya mereka dewasa menjadi ibu. Sedangkan dalil dalam
permasalahan ini adalah ucapan 'A`isyah: "Aku bermain-main boneka di sisi
Nabi" (HR. Al-Bukhari). Diperbolehkan gambar yang dipotong kepalanya
sehingga tidak menggambarkan makhluk bernyawa lagi tetapi seperti benda
mati. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah mengenai gambar:
"Perintahkanlah orang untuk memotong kepala gambar itu".
Satu hal yang tidak diragukan lagi, bahwa semua persoalan gambar
dan menggambar, yang dimaksud ialah gambar-gambar yang dipahat atau
dilukis, seperti yang telah disebutkan di atas. Adapun masalah gambar yang
diambil dengan menggunakan sinar matahari atau lampu yang kini dikenal
dengan nama fotografi, maka ini adalah masalah baru yang belum pernah
terjadi di zaman Rasulullah S.A.W. dan ulama-ulama salaf. Oleh karena itu,
apakah hal ini dapat dipersamakan dangan hadits-hadits yang membicarakan
masalah melukis dan pelukisnya seperti tersebut di atas? Orang-orang yang
berpendirian, bahwa haramnya gambar itu terbatas pada yang berjasad
(patung), maka foto bagi mereka bukanlah apa-apa, lebih-lebih kalau tidak
sebadan penuh. Tetapi bagi orang yang berpendapat lain, apakah foto
semacam ini dapat dikiaskan dengan gambar yang dilukis dengan
menggunakan kuas ? Atau apakah barangkali illat (alasan) yang telah
ditegaskan dalam hadits masalah pelukis, yaitu diharamkannya melukis
lantaran menandingi ciptaan Allah - tidak dapat diterapkan pada fotografi ini ?
Sedang menurut ahli-ahli usul-fiqih kalau illatnya itu tidak ada, yang dihukum
pun (ma'lulnya) tidak ada. Jelasnya persoalan ini adalah seperti apa yang
pernah difatwakan oleh Syekh Muhammad Bakhit (Mufti Mesir): "Bahwa
fotografi itu adalah merupakan penahanan bayangan dengan suatu alat yang
telah dikenal oleh ahli-ahli teknik (tustel). Cara semacam ini sedikitpun tidak
ada larangannya. Karena larangan menggambar, yaitu mengadakan gambar
yang semula tidak ada dan belum dibuat sebelumnya yang bisa menandingi
(makhluk) ciptaan Allah. Sedang pengertian semacam ini tidak terdapat pada
gambar yang diambil dengan alat (tustel)".
Sekalipun ada sementara orang yang ketat sekali dalam persoalan
gambar dengan segala macam bentuknya dan menganggap makruh sampai
pada terhadap fotografi, tetapi satu hal yang tidak diragukan lagi, bahwa
mereka akan memberikan rukhshah terhadap hal-hal yang bersifat darurat
karena sangat dibutuhkannya, atau karena suatu maslahat yang
mengharuskan, misalnya kartu penduduk, paspor, foto-foto yang dipakai alat
penerangan yang di situ sedikitpun tidak ada tanda-tanda pengagungan atau
Mengenal Seni Rupa Islam - 81 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
hal yang bersifat merusak aqidah. Foto dalam persoalan ini lebih dibutuhkan
seperti juga melukis dalam pakaian-pakaian (pola desain) yang oleh
Rasulullah sendiri sudah dikecualikannya.
Subjek gambar, yang sudah pasti, bahwa subjek gambar mempunyai
pengaruh soal haram dan halalnya. Misalnya gambar yang subjeknya itu
menyalahi aqidah dan syariat serta tata kesopanan agama, semua orang Islam
pasti mengharamkannya. Oleh karena itu gambar-gambar perempuan atau
laki-laki telanjang (pornografi), wanita setengah telanjang, ditampakkannya
bagian-bagian anggota khas wanita dan tempat-tempat yang membawa fitnah,
dan digambar pada tempat-tempat yang cukup untuk berimajinasi
membangkitkan syahwat dan menggairahkan kehidupan duniawi sebagaimana
yang dilihat di majalah-majalah, surat-surat khabar dan bioskop, semuanya itu
tidak diragukan lagi tentang haramnya baik yang menggambar (pembuat atau
sutradara), maupun pemerannya dan yang mempertunjukkan dan
mementaskan, menyiarkan ataupun yang memasangnya di rumah-rumah,
kantor-kantor, toko-toko dan menggantung di dinding-dinding. Termasuk juga
haramnya kesengajaan untuk memperhatikan gambar-gambar tersebut.
Termasuk dianggap yang sama dengan ini, ialah gambar-gambar
orang kafir, orang zalim dan orang-orang fasik yang oleh orang Islam harus
diberantas dan dibenci dengan semata-mata mencari keridhaan Allah. Setiap
muslim tidak halal melukis atau menggambar pemimpin-pemimpin yang anti
Tuhan, atau pemimpin yang menyekutukan Allah dengan sapi, api atau
lainnya, misalnya orang-orang Yahudi, Nasrani yang ingkar akan kenabian
Muhammad, atau pemimpin yang beragama Islam tetapi tidak mau bersyariat
dengan hukum Allah; atau orang-orang yang gemar menyiarkan kecabulan
(pornografi) dan kerusakan dalam masyarakat seperti bintang-bintang film
dan biduan-biduan. Termasuk haram juga ialah gambar-gambar yang dapat
dinilai sebagai menyekutukan Allah atau lambang-lambang sementara agama
lain yang samasekali tidak diterima oleh Islam, gambar berhala, salib dan
sebagainya. Barangkali sperei, selimut dan bantal-bantal di zaman Nabi
banyak yang memuat gambar-gambar semacam ini. Oleh karena itu dalam
riwayat Bukhari diterangkan; bahwa Nabi tidak membiarkan salib di
rumahnya, kecuali dipatahkan. Ibnu Abbas meriwayatkan: "Sesungguhnya
Rasulullah s.a. w. pada waktu tahun penaklukan Makkah melihat palung-
patung di dalam Baitullah, maka ia tidak mau masuk sehingga ia
menyuruh, kemudian dihancurkan" (Riwayat Bukhari). Tidak diragukan
lagi, bahwa patung-patung yang dimaksud adalah patung yang dapat dinilai
Mengenal Seni Rupa Islam - 82 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebagai berhala orang-orang musyrik Makkah dan lambang kesesatan mereka
di zaman-zaman dahulu. Ali bin Abu Talib juga berkata: "Rasulullah s.a.w.
dalam (melawat) suatu jenazah ia bersabda: Siapakah di kalangan kamu
yang akan pergi ke Madinah, maka jangan biarkan di sana satupun berhala
kecuali harus kamu hancurkan, dan jangan ada satupun kubur (yang
bercungkup) melainkan harus kamu ratakan dia, dan jangan ada satupun
gambar kecuali harus kamu hapus dia? Kemudian ada seorang laki-laki
berkata: Saya! Ya, Rasulullah! Lantas ia memanggil penduduk Madinah, dan
pergilah si laki-laki tersebut. Kemudian ia kembali dan berkata: Saya tidak
akan membiarkan satupun berhala kecuali saya hancurkan dia, dan tidak
akan ada satupun kuburan (yang bercungkup) kecuali saya ratakan dia dan
tidak ada satupun gambar kecuali saya hapus dia. Kemudian Rasulullah
bersabda: Barangsiapa kembali kepada salah satu dari yang tersebut maka
sungguh ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad
s.a.w" (Riwayat Ahmad; dan berkata Munziri: Isya Allah sanadnya baik).
Barangkali tidak lain gambar-gambar atau patung-patung yang diperintahkan
Rasulullah s.a.w. untuk dihancurkan itu, melainkan karena patung-patung
tersebut adalah lambang kemusyrikan jahiliah yang oleh Rasulullah sangat
dihajatkan kota Madinah supaya bersih dari pengaruh-pengaruhnya. Justru
itulah, kembali kepada hal-hal di atas berarti dinyatakan kufur terhadap ajaran
yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Di sinilah ditemukan divergensi antara
seni dan berhala, akan terlebih dulu memusatkan perhatian pada persoalan
berhala. Idols atau berhala adalah sosok ciptaan manusia yang dipuja
sebagaimana manusia memuja Tuhan. Para penyembah berhala (dalam bahasa
Inggris disebut pagan) membuat patung berhala yang mereka puja secara
rutin, sambil memberinya persembahan berupa sesajian atau pun korban.
Praktik inilah yang dilarang agama Islam, yang di dalam Quran disebut al-
anshob: Hai orang-orang beriman, sesungguhnya (minum) khamar
(minuman keras), berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib
dengan anak panah adalah perbuatan keji di antara amal-amal syetan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu supaya kamu memperoleh
keberuntungan (QS 5: 90). Berhala pada masa awal kehadiran Islam di Tanah
Arab mengacu pada patung-patung yang kebanyakan berujud wanita dengan
nama-nama seperti Latta, Manna, Uza dan lain-lain. Orang Arab jahiliyah
memuja patung tersebut dan menyisihkan sebagian rezeki hasil usaha untuk
berhala-berhala ini yang dapat dikenali lewat penampilan fisik dengan ciri-
cirinya (ikonografinya) tidak diketahui sejauh tidak ada hadist atau data
Mengenal Seni Rupa Islam - 83 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sejarah yang mendeskripsikannya. Yang jelas, imaji berupa patung maupun
gambar berhala-berhala itu telah popular di kalangan Arab jahiliyah, sehingga
disebutkan larangan pembuatan imaji yang dimaksud seperti yang terdapat
dalam beberapa hadist adalah yang terkait dengan wujud fisik berhala-berhala
ini. Persoalannya, ayat-ayat Al Quran tidak berlaku hanya untuk masa lalu. Al
Quran diturunkan untuk menjawab semua persoalan dan mengabarkan hal-hal
penting semasa Nabi hidup, pada zaman sekarang ketika Nabi telah wafat dan
untuk masa yang akan datang. Yang dimaksud dengan berhala (al-anshob)
tentunya bukanlah imaji atau patung yang memiliki karakteristik fisik seperti
dimiliki Latta, Uza dan lainnya, melainkan pada hakikatnya sesuatu (atau
seseorang) yang dipuja manusia sebagaimana memuja Tuhan. Berhala adalah
sesuatu atau seseorang yang berpotensi untuk berbuat memuja atau
menyembahnya sebagaimana orang beriman (percaya) menyembah Tuhan
(misalnya dengan melakukan ritual-ritual tertentu). Berhala adalah sesuatu
atau seseorang yang dibuat rela mengorbankan sebagian atau seluruh
hidupnya demi dia sesembahannya. Adapun praktik pemujaan atau
pengorbanan yang dimaksud menjadi bermakna ŝirk (menduakan Tuhan)
apabila dilakukan oleh seseorang yang telah beriman kepada Allah SWT
adalah suatu dosa yang tak terampuni kecuali bertobat sebelum maut
menjemput. Allah SWT adalah Pribadi yang posesif dan kepemilikan-Nya itu
mutlak. Di tangan-Nya tergenggam hidup dan mati setiap creatures (padanan
Inggris untuk makhluk, ciptaan) di alam semesta. Karenanya, jika orang
melakukan sesuatu tidak demi Dia, ia telah berbuat sia-sia. Dan, jika
perbuatan demi berhala itu dilakukan oleh orang yang beriman, Allah jelas
akan murka kepadanya.
Adapun pandangan Islam terhadap seni sama seperti pandangannya
terhadap aktivitas kebudayaan manusia lainnya. Setiap muslim menerima
ajaran bahwa manusia tidak diciptakan kecuali untuk beribadah (mengabdi)
kepada Allah (QS 51: 56). Namun, ilmu fiqh (kodifikasi hukum Islam hasil
ijtihad manusia) mengenal upaya penafsiran terhadap hal-hal yang tidak
dirinci dalam Al Quran. Para fuqoha (ahli fikih), misalnya, telah berijtihad
untuk membedakan antara ibadah „ubudiyah dan ibadah muamalah yaitu:

Pertama, ibadah ubudiyah: mengacu pada ibadah yang telah pasti dalilnya
dalam Al Quran, sehingga tidak memerlukan penyesuaian atau perubahan
sesuai kondisi zaman. Ibadah ubudiyah contohnya berupa kewajiban ritual
seperti salat, zakat, puasa, berkurban pada hari „Idul Adha, dan pergi haji.
Mengenal Seni Rupa Islam - 84 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Dalam bentuk larangan, ubudiyah mencakup larangan mengabdi berhala,
membunuh orang tanpa alasan yang haq (benar), berjudi, mengundi nasib
dengan panah, makan babi dan lain-lain. Bobot aktivitas ibadah ini adalah
wajib, yang berarti semua hal di luar aturan ibadah adalah haram atau
terlarang, kecuali bila ada dalil atau nash (aturan tekstual) yang
menghalalkannya. Shalat, puasa bukanlah aktivitas kebudayaan yang berasal
dari kebebasan berkreasi manusia. Karenanya, ibadah-ibadah itu tak
memerlukan pembaruan atau modifikasi. Setiap usaha modifikasi dinilai
sebagai bid-ah dan hal itu terlarang.

Kedua, ibadah muamalah: merujuk pada nash yang termaktub secara garis
besar dalam Al Quran yang tidak dirinci lebih jauh, sehingga membuka
peluang penafsiran yang luas bagi para fuqoha. Di sini berlakulah prinsip
umum bahwa segala bentuk muamalah dibolehkan (halal), sepanjang tidak
dijumpai dalil yang mengharamkannya. Umumnya, muamalah mencakup
hubungan antara sesama manusia sehingga cenderung bersifat sosial-
kemasyarakatan. Di sinilah ibadah kepada Allah berkonvergensi dengan
kebudayaan manusia yang berbeda-beda sesuai wilayah kultural. Perdagangan
muamalah yang halal dan bernilai ibadah sesuai motivasi pelakunya. Artinya,
pelaku perdagangan dengan motif lillahi ta‟ala (demi Allah semata-mata)
dijanjikan menerima reward berupa pahala. Allah hanya melarang praktik
riba yang merupakan suatu dalil yang mengharamkan praktik jual-beli
tersebut. Jadi, bagaimana dengan praktik seni? Seni, tak terkecuali,
merupakan bagian dari aktivitas muamalah, dengan segala konsekuensi
hukum yang menyertainya (seni itu boleh sepanjang tak ada dalil yang
melarang). Ia bukan ibadah ubudiyah yang dirumuskan dalam dalil, semua
haram kecuali bila ada nash yang membolehkannya. Seni bukanlah semacam
ritual seperti shalat dengan aturan-aturan yang telah pasti.
Sesungguhnya pendapat yang jelas dalam hal ini adalah apa yang
difatwakan oleh Syaikh Muhammad Bakhit (Mufti Mesir) dalam risalahnya
"Al Jawaabusy-Syafi fi lbaahatit-Tashwir Al Futugrafi", Bahwa
sesungguhnya fotografi itu adalah pengambilan gambar yang sudah ada. Dia
tidak termasuk membuat gambar yang dilarang, karena yang dilarang adalah
membuat gambar yang semula belum ada atau belum dibuat sebelumnya
untuk mengungguli ciptan Allah SWT. Hal ini tidak ada pada pengambilan
gambar dengan alat kamera". Ini sebagaimana telah menjadi ketetapan suatu
hukum, bahwa esensi gambar itu mempunyai pengaruh di dalam menentukan
Mengenal Seni Rupa Islam - 85 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
hukum haram dan tidaknya. Dan tidak ada seorang Muslim pun yang tidak
setuju haramnya gambar yang esensinya bertentangan dengan masalah aqidah
atau syari'at dan akhlaq. Seperti gambar-gambar wanita telanjang atau
setengah telanjang, menampakkan bagian-bagian tubuh wanita yang
merangsang, melukis dan menggambarnya di berbagai tempat yang dapat
merangsang syahwat dan membangkitkan keinginan terhadap dunia,
sebagaimana yang dilihat di majalah-majalah, surat-surat kabar dan gedung-
gedung film. Semua itu tidak diragukan keharamannya dan keharaman
menggambarnya, keharaman mengedarkan gambar-gambar tersebut,
keharaman memasangnya di rumah-rumah, kantor-kantor, majalah-majalah
dan dinding serta keharaman melihat gambar melihat tersebut.
Termasuk foto yang diharamkan adalah foto-foto porno atau gambar
kekafiran, orang-orang zhalim dan fasik utamanya bagi seorang muslim untuk
menjauhi mereka karena Allah. Maka tidak halal bagi seorang muslim untuk
menggambar atau mengambil gambar seorang pemimpin yang mengingkari
wujudnya Allah atau orang musyrik yang menyekutukan Allah. Juga orang
Yahudi atau Nasrani yang mengingkari kenabian Muhammad SAW. Atau
pun orang-orang yang mengaku Islam tetapi tidak berhukum pada apa yang
diturunkan Allah. Atau orang yang menyebarkan kemaksiatan dan kerusakan
di masyarakat. Termasuk juga tentang gambar-gambar yang melambangkan
kekafiran seperti simbol-simbol dan lain-lainnya. Gambar sebagai untuk
penjelasan ilmu pengetahuan tertentu dan foto pada kartu identitas (KTP) atau
passport, SIM dan perkara-perkara darurat lainnya, hal ini diperbolehkan
karena merupakan masalah darurat (suatu keharusan atau keterpaksaan atau
sesuatu yang tidak dapat dihindari). Pemotretan gambar pelaku kriminal
seperti pembunuh, pencuri dan lainnya untuk membantu penangkapannya
agar dapat ditegakkan hukum qishash atas mereka. Demikian pula
diperbolehkannya untuk kepentingan ilmiyyah seperti Iilmu kedokteran,
biologi dan lainnya. Diperbolehkan bagi anak-anak perempuan untuk bermain
dengan boneka (patung) dari kain perca yang berbentuk bayi kecil, sehingga
anak-anak itu bisa memakaikan baju padanya, memandikan atau
menidurkannya. Hal ini dapat menjadikan anak-anak ini belajar mendidik dan
memelihara anak-anak setelah nantinya mereka menjadi ibu. Sedangkan dalil
dalam permasalahan ini adalah ucapan 'A`isyah: "Aku bermain-main boneka
di sisi Nabi" (HR. Al-Bukhari). Diperbolehkan gambar yang dipotong
kepalanya sehingga tidak menggambarkan makhluk bernyawa lagi tetapi

Mengenal Seni Rupa Islam - 86 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


seperti benda mati. Malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah mengenai
gambar: "Perintahkanlah orang untuk memotong kepala gambar itu".
Oleh sebab itu beberapa ulama ada yang menyimpulkan mengenai
hukum gambar atau lukisan dan patung dan para pembuatnya secara ringkas
sebagai berikut:
a) Jenis lukisan (gambar) yang paling berat dosanya adalah gambar sesuatu
yang disembah selain Allah. Ini menjadikan pelukisnya (pemahatnya)
menjadi kafir apabila dia mengetahui tujuannya. Dalam hal ini gambar
yang berbentuk sedemikian seperti dimaksud tersebut lebih berat lagi
dosanya dan sebagai pengingkaran terhadap-Nya. Juga setiap orang yang
menyebarkan gambar itu atau mengagungkannya dengan cara apa pun,
maka ia masuk ke dalam dosa itu sejauh keikutsertaannya.
b) Tingkat yang kedua dalam besarnya dosa adalah orang yang menggambar
sesuatu yang tidak untuk disembah, tetapi dimaksudkan untuk
mengungguli ciptaan Allah SWT. Ini mendekati kekufuran dan dia berkait
erat dengan niat orang yang menggambar.
c) Satu tingkatan di bawahnya lagi adalah gambar-gambar yang berbentuk,
yang tidak disembah, tetapi diagungkan, diidolakan. Seperti gambar raja-
raja, para pemimpin dan selain mereka dari tokoh-tokoh yang diabadikan
dengan patung dan dipasang di lapangan dan tempat-tempat lainnya. Di
sini sama antara yang utuh satu badan atau setengah badan.
d) Tingkatan di bawahnya lagi adalah gambar-gambar yang berbentuk untuk
setiap yang bernyawa, yang tidak disucikan dan diagungkan. Ini
disepakati haramnya, kecuali sebagai mainan anak-anak atau yang
dipakai untuk permen.
e) Tingkatan di bawahnya lagi adalah gambar-gambar yang tidak berbentuk,
berupa lukisan-lukisan yang diagungkan. Seperti lukisan para pengusaha,
pemimpin dan lainnya, terutama yang ditempel atau digantung. Semakin
kuat haramnya apabila mereka itu adalah orang-orang zhalim, fasik dan
kafir, karena mengagungkan mereka berarti merobohkan Islam.
f) Tingkatan di bawahnya lagi adalah gambar yang tidak berbentuk, gambar
mahkluk bernyawa yang tidak diagungkan, tetapi sekedar untuk
kemewahan. Seperti hiasan dinding, ini hukumnya makruh (boleh).
g) Adapun gambar-gambar yang tidak bernyawa seperti pohon, kurma,
lautan, kapal, gunung-gunung, awan dan sejenisnya dari pemandangan
alam maka tidak berdosa bagi orang yang menggambarnya atau

Mengenal Seni Rupa Islam - 87 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


memasangnya, selama tidak mengganggu ketaatan atau tidak untuk
kemewahan yang dimakruhkan.
h) Adapun gambar fotografi, pada dasarnya boleh, selama foto itu tidak
diharamkan. Kecuali kalau sampai mengkultuskan seseorang, terutama
dari orang-orang kafir atau fasik, komunis, pornografi, para artis yang
memperlihatkan aurat dan melecehkan nilai-nilai ajaran Islam.
i) Terakhir, sesungguhnya patung-patung dan lukisan-lukisan yang
diharamkan atau dimakruhkan, apabila diubah bentuknya atau dihinakan,
disamarkan, dipotong-potong, maka berubah dari lingkup haram dan
menjadi makruh ke lingkup halal. Seperti gambar-gambar di lantai yang
biasa diinjak, juga gambar-gambar di kain diduduki dan keset yang
diinjak-injak oleh kaki dan sandal. Dan untuk patung dan gambar atau
lukisan yang dianggap netral adalah yang berbentuk abstrak, ornamen
atau pola geometris.
Di antara para ulama, ada sebagian yang mencoba menakwilkan
hadits-hadits shahih tentang haramnya gambar dan mengambilnya agar
mereka bisa mengatakan itu semua diperbolehkan, sampai yang berbentuk
sekalipun. Sebagaimana yang diceritakan oleh Abu 'Ali Al Farisi di dalam
tafsirnya, dari orang yang memahami bahwa kata-kata "Al Mushawwirin"
dalam hadits tersebut maksudnya adalah orang-orang yang membuat gambar
yang berbentuk, yang menyerupai ciptaan Allah SWT. Ini dikemukakan oleh
Abu Ali Al Farisi di dalam kitabnya Al Hujjah. Pendapat ini berlebihan dan
tidak kuat. Sebagaimana juga orang yang menyandarkan kepada apa yang
diperbolehkan bagi Sulaiman as., yang disebutkan dari dalam Al Qur'an
sebagai berikut, "Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang
dikehendakinya dan gedung-gedung yang tinggi, dan patung-patung. . ."
(QS.Saba': 1 3). Mereka yang berpendapat demikian ini tidak menyertakan
nasakhnya dalam syari'at bahwa dia telah dimansukh (dihapus). Pendapat ini
dikemukakan oleh Abu Ja'far An-Nahhas dan setelah itu diceritakan juga
oleh Makky dalam tafsirnya "Al Hidayah ila Bulughin-Nihaayah". Seperti
juga orang (ulama) yang memahami larangan di sini sekedar makruh, dan
sesungguhnya kekerasan hukum itu terjadi ketika manusia masih dekat
dengan masa jahiliyah, padahal sekarang situasi-kondisinya jauh telah
berubah.
Pendapat ini dianggap bathil, karena saat ini masih banyak orang
yang beragama Watsani, bahkan berjuta-juta jumlahnya. Memang pendapat
ini pernah dikatakan oleh ulama sebelum mereka, tetapi dibantah oleh Imam
Mengenal Seni Rupa Islam - 88 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Ibnu Daqiq Al 'Id, bahwa pendapat ini tidak benar karena dia
menghilangkan alasan yang dikemukakan oleh syari' (hadits), yaitu mereka
telah mengungguli ciptaan Allah SWT. Ibnu Daqiq mengatakan, "Alasan ini
berlaku secara terus-menerus secara umum, tidak dibatasi oleh masa, dan
bukan wewenang kita untuk mengalihkan makna nash-nash yang jelas dengan
makna yang bersifat khayalan". Yang jelas bahwa pendapat ini tidak bisa
memberi kepuasan kepada akal orang muslim, selain itu tidak sesuai dengan
peradaban Islam dan kehidupan yang Islami, meskipun hal itu dilakukan oleh
sebagian manusia di sebagian negara, sebagaimana yang dapat dilihat di
Istana Merah di Granada, Andalusia (Spanyol).
Masjid merupakan baitullah (rumah Allah), tempat yang paling baik.
Allah „Azza wa Jalla memerintahkan agar kaum Muslimin menghargai dan
mengagungkan masjid dengan dzikrullah (berdzikir kepada Allah),
mendirikan shalat, mengajarkan berbagai masalah agama pada manusia,
membimbing mereka menuju kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan di
akhirat. Juga dengan cara membersihkannya dari najis dan patung, berbagai
perbuatan syirik, bid‟ah dan khurafat (menyimpang) dan menjaga masjid dari
kotoran. Termasuk mengagungkan masjid yaitu dengan memeliharanya dari
permainan sia-sia dan teriakan-teriakan, menjaga kesakralan sebagai tempat
beribadah. Meskipun untuk mencari barang hilang atau yang semisalnya, yang
bisa menimbulkan kesan masjid seperti jalan umum atau pasar. Termasuk
menghargai masjid yaitu dengan melarang penguburan mayit di dalamnya,
juga dilarang membangun masjid diatas kuburan. Menjaga masjid, juga
dengan tidak menggantungkan lukisan ataupun melukis atau yang lainnya di
tembok yang bisa menjadi jalan mengantarkan pada kesyirikan, atau yang
dapat mengganggu konsentrasi orang beribadah kepada Allah „Azza wa Jalla,
serta bertolak belakang dengan motivasi utama pembangunan masjid. Semua
masalah diatas sudah dijaga oleh Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam,
sebagaimana dalam sirah (kisah perjalanan hidup) dan dalam „amaliyah
Beliau Shallallahu „alaihi wa sallam. Rasulullah Shallallahu „alaihi wa
sallam telah menerangkan hal ini kepada ummatnya, agar ummatnya bisa
meniti jalan yang pernah mereka tempuh, dan menjadikan petunjuk mereka
sebagai pedoman dalam menghormati dan memakmurkan masjid dengan
segala hal yang bisa mengangkat nilai masjid, yaitu tegaknya syariat Allah
dan untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam. Belum ada
riwayat yang menerangkan bahwa Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
mengagungkan masjid dengan memberikan penerangan warna-warni dan
Mengenal Seni Rupa Islam - 89 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
meletakkan karangan bunga pada saat hari raya ataupun pada saat moment
tertentu. Cara pengagungan dengan memberikan lampu warna-warni, tidak
dikenal pada masa Khulafa ar-Rasyidin serta para imam dari generasi
pertama, yang dijadikan panutan yaitu (generasi awal yang dijelaskan
Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wa sallam, bahwa mereka merupakan generasi
terbaik) padahal pada masa itu masyarakat sudah mengalami kemajuan,
memiliki banyak harta, berbudaya tinggi, dan berbagai macam bentuk serta
warna perhiasan bisa didapatkan. Dan kebaikan terbaik adalah terletak pada
ittiba‟ kepada Rasulullah Shallallahu ‟alaihi wa sallam, petunjuk Khulafa ar-
Rasyidin, serta para ulama yang meniti jalan mereka. Kemudian menyalakan
lilin di masjid, memasang berbagai lampu listrik di atas atau di sekitar,
memasang bendera bendera di menara, serta meletakkan karangan bunga pada
hari raya atau moment tertentu dengan maksud menghiasi dan mengagungkan
masjid, merupakan perbuatan tasyabbuh (meniru) pada perbuatan yang
dilakukan orang-orang kafir terhadap tempat ibadah mereka. Padahal Nabi
Shallallahu ‟alahi wa sallam telah melarang tasyabbuh pada hari-hari raya
dan cara ibadah mereka.
Adalah bermula dari perbedaan pemahaman pada Hadits Rasulullah
SAW yang diriwayatkan Imam Bukhari-Muslim yang membuat seni lukis
menjadi kontroversi di kalangan ummat Islam. Dalam hadits itu Rasulullah
SAW bersabda, "Malaikat tak akan memasuki rumah yang di dalamnya
terdapat gambar dan anjing". Hadits ini dipandang shahih, karena
diriwayatkan Imam Bukhari-Muslim. Meski begitu, kalangan ulama berbeda
pendapat soal boleh atau tidaknya melukis.
Dalam Ensiklopedi Tematis Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van
Hoeve (IBVH) disebutkan, ulama yang mengharamkan lukisan atau gambar,
antara lain Asy-Syaukani, Al-Lubudi, Al-Khatibi, serta Badan Fatwa
Universitas Al-Azhar. Para ulama itu berpegang pada hadits di atas.
Sementara itu, ulama terkemuka seperti Al-Aini, At-Tabrari dan
Muhammad Abduh justru menghalalkan lukisan dan gambar. Syeikh
Muhammad Abduh berkata, "Pembuatan gambar telah banyak dilakukan
dan sejauh ini tak dapat dipungkiri manfaatnya. Berbagai bentuk
pemujaan atau penyembahan patung atau gambar telah hilang dari
pikiran manusia", terutama ummat Islam pada masa kini. Tokoh pembaru
Islam dari Mesir itu berpendapat bahwa hukum Islam tak akan melarang suatu
hal yang sangat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. "Apalagi bila sudah
dapat dipastikan bahwa hal itu tidak berbahaya bagi agama, iman, dan
Mengenal Seni Rupa Islam - 90 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
amal" cetus Abduh. Dari zaman ke zaman perbedaan pendapat ini terus
bergulir.
Mengenai bahaya gambar dan patung, sesungguhnya Islam tidaklah
mengharamkan sesuatu kecuali padanya ada bahaya yang mengancam
agama, akhlak dan harta manusia, seperti gambar pornografi dan lainnya.
Pada masa kini orang Islam yang sejati adalah orang yang berfikir dan
berilmu, berfikir panjang dari segi positif dan negatifnya, mengukur dan
mempertimbangkan dari berbagai sisi secara ilmiah (masuk akal) serta karena
tingkat pendidikan yang sudah lebih maju dan pengtahuannya lebih luas dan
bersifat global, sehingga tidak mudah langsung terpengaruh pada sesuatu
seperti gambar atau lukisan dan patung. Menerima perintah Allah dan Rasul-
Nya haruslah mengerti pula sebab-musabab atau alasan perintah dari tersebut.
Cara berfikir masyarakat saat awal Islam itu memang berbeda dengan
sekarang, dulu kendaraan tercepat adalah kuda, sekarang pesawat terbang,
dulu senjata yang hebat adalah pedang dan kini senjata pemusnah masal
berbentuk bom nuklir dan kimia.
Ungkapan atau ekspresi dan spirit seni dalam Islam adalah rasa akan
adanya keindahan, bahwa Islam sebagai agama yang agung telah
menanamkan kecintaan dan fitrah adanya rasa keindahan. Rasa indah itu yang
disadari atau pun tidak, ada sedikit atau pun banyak terutama dari dalam
lubuk hati yang paling dalam pada diri setiap muslim. Pada mereka yang
membaca Al Qur‟an dan mengkajinya memperolehnya perasaan itu secara
meyakinkan. Berdasarkan ajaran agama Allah, dalam Al Qur‟an tersurat dan
tersirat dan tersembunyi yang menginginkan agar setiap muslim, mukmin dan
mukhsin agar dapat menyaksikan keindahan yang Allah perlihatkan, yang
terbentang luas di alam dunia ini adalah suatu keindahan yang terhampar di
cakrawala ilahi. Dari benda-benda mati sampai dengan makhluk hidup
ciptaanNya, tampak menarik dan indah, ada keseimbangan, tentu ada manfaat
dan ada tujuannya, yang merujuk pada estetika Islam.
Pada hakekatnya Allah yang membaguskan dan mengatur serta
mendesain secara detail sesuatu yang ada. Firman Allah SWT yang artinya:
”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya” (QS. As
Sajdah: 7). Lalu : ”Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Allah Yang
Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang” (QS. Al Mulk: 3). Dan :
”(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap
sesuatu” (QS. An Naml: 88). Sabda Nabi sendiri ada dikutip mengatakan:
"Tuhan itu indah dan Dia mencintai keindahan".
Mengenal Seni Rupa Islam - 91 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Pada masa yang sekarang, Sabda Nabi SAW: "Tuhan itu indah dan
Dia mencintai keindahan", sebagai kalimat yang sangat berharga sekali
untuk dapat diingat-ingat dan disebar-luaskan. Dan menyangkut segala
perbuatan yang baik, Rasulullah Shallallahu „alaihi wassallam berkias
dengan sabdanya: “Iman itu telanjang, pakaiannya adalah taqwa,
perhiasannya adalah malu dan buahnya adalah ilmu” (H.R. Al Hakim).
Dapat pula diartikan, bahwa orang ber-iman (yang percaya) saja tidaklah
mencukupi (ibaratnya telanjang), sebagai manusia beradab tentunya haruslah
berpakaian (yang dapat menutupi kemaluannya dan sebagai pelindung tubuh)
yang disebut pakaian taqwa yaitu ditambah dengan perbuatan amal-ibadah
sebagai suatu ketaatan akan perintah Allah dan segera meninggalkan larangan
Allah. Beliau Rasulullah mengakui akan adanya suatu keindahan atau yang
diwujudkan sebagai bentuk perhiasan, agar merasa senang dan bahagia,
perbuatan baik dan benar yang menghiasi hidupnya, yang diikuti dengan
akhlak mulia, yakni merasa malu bila berbuat yang tidak baik dan semua itu
akan menghasilkan sesuatu hal berguna atau membuahkan ilmu yang
sesungguhnya bermanfaat.
Islam menyuruh ummatnya untuk berbuat yang baik, benar dan indah
serta tidak memaksakan kehendak pribadi terhadap individu lainnya, juga
berlaku secara adil dan sabar, karena Islam bukanlah sebagai agama yang
sempit dan kaku, dapat menyesuaikan dengan zamannya („demi masa‟) dan
diridhoi oleh Tuhan (Allah). Al Qur‟an dalam surat Al „Ashr (Masa) 103:3
menyebut: „Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan
kebenaran dan saling berwasiat dengan kesabaran”. Hal ini menunjukkan
pentingnya waktu untuk menyesuikannya dengan amal kebajikan, termasuk
dalam berkarya dan beribadah agar tidak merugi dunia dan akherat.
Ternyata kitab suci Al Qur‟an bila dipelajari dan dimengerti dapat
memberi pencerahan keimanan, menginspirasi, membangkitkan atau
merangsang pikiran, pandangan mata atau pandangan hati agar lebih baik,
membuahkan suara, bunyi, perkataan dan perbuatan yang indah, baik dan
benar serta seolah terbimbing kepada kebaikan dan kemanfaatan serta bukan
untuk kesia-siaan. Juga menjadikan diri untuk bisa selalu mengungkapkan
perasaan syukur, haru, hikmat dan memperoleh hikmahnya. Merasa seakan
beserta denganNya, juga ada rasa kegembiraan, kebahagiaan, keindahan dan
keagungan, bahkan tentang nilai kebajikan, baik terhadap diri maupun
terhadap sesama, terhadap lingkungan sosial dan terhadap alam sekitar.
Mengenal Seni Rupa Islam - 92 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Seniman muslim yang baik juga dapat memberikan suatu pengharapan
tentang kehidupan yang lebih baik dan penghargaan yang tinggi terhadap
pengampunan dosa kepada sesama yang disengaja atau tidak disengaja, juga
terhadap pertolongan dari kesulitan, bimbingan dan pembelajaran untuk
menjadi manusia yang cerdas dan maju, dukungan untuk meraih kesuksesan
dalam menempuh kebahagiaan dunia dan keakherat kelak, meliputi juga
untuk memperoleh kesabaran dan perasaan tentram serta kedamaian.

Kaligrafi Islam Untuk Hiasan Dinding


Berwujud Burung Merak
Dengan Latar Tumbuhan
Dari India

Mengenal Seni Rupa Islam - 93 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Bab 4
AWAL PERKEMBANGAN SENI ISLAM

Istilah seni Islam mungkin saja membingungkan bagi beberapa


pengamat. Sebab tidak hanya menggambarkan seni yang diciptakan khusus
kepada masyarakat sebagai pelayanan keislaman, tetapi juga menjadi ciri khas
seni sekuler yang dihasilkan di negeri-negeri di bawah pemerintahan Islam
dan berpengaruh kepada para seniman apapun afiliasi agama yang dianut. Ada
banyak pendapat mengenai senirupa di dalam Islam. Istilah seni Islam tidak
hanya untuk menjelaskan seni yang diciptakan khusus dalam pelayanan
keimanan Islam, misalnya kebutuhan beribadah di masjid dan perabot
perusahaan serta dirumah tangga muslim, tetapi juga ciri seni dan arsitektur
historis yang diproduksi di negeri-negeri yang diperintah oleh Muslim. Juga
suatu karya yang diproduksi untuk pelanggan Muslim atau yang dibuat oleh
seniman Muslim. Karena tidak hanya untuk agama tapi juga cara hidup,
dimana Islam dipupuk oleh pengembangan budaya yang berbeda dengan
bahasa artistik tersendiri dan unik yang juga tercermin dalam seni dan
arsitektur di seluruh dunia Muslim.
Pandangan kaum konservatif yang populer pada awal kemunculan
Islam beranggapan bahwa segala bentuk peniruan adalah usaha menyaingi
kesempurnaan Tuhan dan wujud dari keinginan menciptakan Tuhan baru.
Tetapi banyak pula yang menyatakan bahwa bagaimanapun hasil penciptaan
manusia tetap tidak akan bisa menyamai apa yang telah diciptakan Tuhan
ataupun Tuhan itu sendiri, sehingga seni rupa tidak bisa dianggap penjiplakan
saja, tetapi diiringi pula dengan stilasi yang justru memperlihatkan
keagungan Pencipta. Sementara pendapat lain terbentuk atas pengaruh
kebudayaan Eropa, yang menganggap proses seni rupa adalah hal normal atau
wajar, ia sama sekali tidak bisa dianggap sebagai usaha menciptakan makhluk
baru ataupun Tuhan baru, sehingga sama sekali tidak perlu dilarang.
Bagaimanapun juga sangat sulit menemukan peninggalan seni patung dari
seni rupa Islam awal, karena sejarahnya yang berhubungan langsung dengan
tindakan berhala. Tetapi tidak sulit menemukan bentuk-bentuk makhluk hidup
dalam bentuk perabotan. Juga dengan mudah bisa ditemukan lukisan-lukisan
di dinding istana dan gambar illustrasi untuk buku-buku terjemahan ilmu
pengetahuan walaupun hanya sebagai tiruan dari illustrasi buku aslinya.

Mengenal Seni Rupa Islam - 94 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Oloan Situmorang, seorang akademisi senirupa asal Tapanuli-
Sumatra Utara, menulis tentang pengertian seni Islam berdasarkan kajian
kesenian pada umumnya yakni: ”Segala hasil usaha dan daya upaya, buah
pikiran dari kaum muslim untuk menghasilkan sesuatu yang indah. Dapat
juga diberi batasan sebagai sesuatu seni yang dihasilkan seniman atau
desainer muslim. Bisa berupa seni yang sesuai dengan apa yang dibayangkan
oleh seorang muslim. Dapat diartikan keindahan yang dihasilkan seniman
muslim menggambarkan sikap pengabdian dan petunjuk agama sebagai seni
Islami sesuai pandangan hidup seorang muslim” (Situmorang, 1993: 9).
Pernyataan ini menunjukkan bahwa seni Islam memiliki konsep dan aturan
yang ditetapkan dalam Islam. Situmorang lebih lanjut mengatakan siapapun
yang menciptakan atau menghasilkan suatu produk seni Islam bisa dari
seorang muslim atau non muslim, tetapi berciri khas Islam sebagai seni
Islam.10
Jadi pengertian seni Islam, sesuai dengan perkembangan Islam pada
permulaan abad 6 – 7, dimana di Arab banyak memperkerjakan tenaga non
muslim untuk mendirikan bangunan, istana dan masjid, termasuk hiasan atau
dekorasi dan produk perlengkapannya. Senirupa Islam adalah seni rupa yang
berkembang pada masa kelahirannya hingga akhir masa keemasan Islam.
Rentang ini bisa didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur
Tengah dan Eropa, yaitu sejak mulai munculnya Islam pada 571 M hingga
mulai mundurnya kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan
keseniannya tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga
sekarang.
Senirupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni
rupa yang memiliki kekhususan. Jika dibandingkan dengan seni rupa yang
dikenal pada masa kini, perannya cukup besar di dalam perkembangan seni
rupa modern. Antara lain dalam pemunculan dari unsur – unsur seni
kontemporer seperti abstraksi, ornamen geometris-matematis dan filsafat
keindahan.
Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi
menjadi motif hias (ornamen). Dekorasi dalam senirupa Islam lebih banyak
untuk menutupi sifat asli medium dalam seni arsitektur-bangunan, daripada
yang banyak ditemukan pada masa kini yang berupa perabotan. Dekorasi ini

10
Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, Pn. Angkasa,
Bandung, 1993: 9
Mengenal Seni Rupa Islam - 95 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan senirupa Islam banyak
berbentuk masjid, istana, illustrasi buku dan permadani.
Tanah yang baru ditaklukkan oleh kaum muslim umumnya telah ada
sebelumnya suatu tradisi artistik asli mereka sendiri dan pada awalnya para
seniman memang telah bekerja di bawah kendali kekuasaan patronase
Bizantium atau Sasania, yang tetap bekerja sesuai adat atau gaya mereka
sendiri dan untuk pelanggan Muslim. Contoh-contoh pertama dari seni Islam
bergantung pada teknik yang ada sebelumnya, kemudian gaya dan bentuk-
bentuk yang hadir mencerminkan campuran tema dan motif berbagai
kepentingan ada yang tradisi, dekoratif dan klasik. Bahkan juga didirikan
monumen-monumen keagamaan di bawah perlindungan Umayyah yang
memiliki fungsi Islam secara jelas dan bermakna, seperti Kubah Batu di
Yerusalem, yang menunjukkan campuran dari Yunani-Romawi-Bizantium-
Sasania. Secara bertahap di bawah pengaruh iman Muslim dan negara Islam
barulah lahir dan muncul seni Islam yang unik. Aturan dari kekhalifahan
Umayyah (661-750) seringkali dianggap sebagai periode formatif dalam seni
Islam. Jenis periodisasi mengikuti aturan umum dari sejarah Islam, yang
terbagi ke dalam dan diselingi oleh aturan berbagai dinasti, mulai dari
Umayyah dan c dinasti Abbasiyah yang memerintah sebuah negara Islam
bersatu dan luas, lalu berakhir dengan lebih regional, meskipun kuat, seperti
dinasti Safawi, Utsmani dan Mughal. Dengan cakupan geografis dan sejarah
yang panjang, seni Islam mau tidak mau tunduk pada seni berbagai daerah dan
bahkan pengaruh gaya perubahan dalam berbagai periode perkembangannya.
Hal ini semua lebih luar biasa lagi bahkan dalam tekanan dan situasi bahwa
seni Islam selalu mempertahankan kualitas intrinsik dan identitas khusus yang
unik. Sama seperti agama Islam mewujudkan cara hidup dan berfungsi
sebagai kekuatan kohesif di antara beragam etnis dan budaya masyarakat.
Seni yang dihasilkan oleh dan untuk masyarakat Muslim telah
mengidentifikasikan dasar dan karakteristik pemersatu, damai dan indah.
Mungkin yang paling menonjol di antaranya adalah suatu kecenderungan
untuk semua permukaan dengan dekorasi berlebihan. Keempat komponen
dasar Islam seperti ornamen kaligrafi, pola vegetal, pola geometris
dan representasi figural.
Istilah ini menunjukkan seni Islam telah bersatu dalam gaya dan
tujuan-tujuan tertentu serta memang ada beberapa fitur-fitur umum yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 96 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
membedakan semua seni di wilayah kekuasaan Islam. Walaupun seni Islam
merupakan seni yang sangat dinamis, sering kali ditandai dengan karakteristik
wilayah yang kuat dan dipengaruhi secara signifikan dari seni budaya yang
lain serta mempertahankan koherensi keseluruhan yang luar biasa, juga pada
segi geografis yang demikian luas dengan persoalan yang tak terbatas pada
soal duniawi. Ada semacam kepedulian terhadap perkembangan seni Islam,
adalah mengenai agama Islam itu sendiri yang penganutnya memegang ketat
syariat Islam, ada yang longgar terhadap pembatasan-pembatasan tersebut
karena senimannya bukan muslim. Segalanya yang dibentuk dan dibangun
sebagai bentuk penciptaan seni budaya visual yang tentunya berbeda dengan
bahasa artistik yang umum dan menjadi unik.
Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti seni rupa Hindu-
Buddha ataupun seni Kristen-Nasrani dan seni Barat, dimana seni Islam ini
merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat adanya
ekspansi oleh kerajaan atau pemerintahan bercorak Islam di sekitar Timur
Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil dan Eropa serta penaklukan oleh
bangsa Mongol. Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor,
Spanyol, Bizantium, India, Mongolia dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula
pengaruh akibat dari hubungan dagang, seperti Tiongkok (China), yang
disebabkan miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu, yang walaupun oleh
para pengamat hasil karya dalam bidang sastra dan musik sebenarnya
memperlihatkan suatu hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah
yang membuat seni rupa Islam dianggap sangat kaya. Hal ini terutama bisa
dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari
berbagai daerah. Para ahli sejarah seni Islam umumnya mencoba memberikan
ciri periodisasi misalnya seni rupa asli Jazirah Arab, seni rupa Umayyah,
seni rupa Abbasyiah, seni rupa Islam Turki, seni rupa Islam Kordoba, seni
rupa Islam Persia, seni rupa Islam China, seni rupa Islam Indonesia dan
sebagainya.
Untuk awal Imperium Islam, di bawah dinasti Umayyah , tidak
banyak mempunyai kehidupan seni yang khas. Yang terbaik saat itu adalah
dekorasi yang rumit berupa mosaik Kubah Batu masjid di Yerusalem dan di
Masjid Agung di Damaskus. Mosaik ini dilakukan dalam bentuk gaya
Romawi yang mungkin dikerjakan oleh pengrajin Romawi. Tapi sudah dapat
dilihat suatu perbedaan besar antara seni Romawi dengan seni Islam. Para
pengikut Islam, seperti Yahudi juga mengambil secara serius gagasan seni
Islam, bahwa tidak boleh membuat patung berhala. Mereka para perajin juga
Mengenal Seni Rupa Islam - 97 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memahami pembatasan-pembatan dalam syariat Islam dan mosaik-mosaik
yang dibuat tersebut tidak menunjukkan wujud manusia dan mahluk hidup
atau hewan bernyawa pada bangunan. Pada periode Abbasiyah, bahkan motif
tanaman dan bangunan yang paling disukai. Sebagian besar seni itu bercorak
geometris, banyak desain seperti ini tampaknya berasal dari motif atau pola
kain.

Beberapa Fragmen Temuan Produk Keramik Masa Islam

Orang-orang Arab, karena mereka biasa mengembara (nomaden),


selalu bergantung pada karpet yang dihiasi ornamen untuk dekorasinya.
Setelah mengenal peradaban yang lebih tinggi, mereka mulai tinggal di
gedung-gedung, perajin pun menggunakan pola dan motif yang sama seperti
pada tikar atau karpet, hanya untuk lebih akrabnya memanfaatkan meterial
dari batu atau ubin keramik. Mereka sering juga menggunakan kaligrafi
(tulisan indah) yang diambil dari ayat-ayat Al-Quran untuk menghias
bangunan, piring dan vas. Pada periode ini juga, fokus dari Imperium Islam
yang beralih dari Damaskus dan Romawi tua di wilayah timur ke wilayah
Baghdad dan Sassania lama. Jadinya, seni Islam juga cenderung menjadi
lebih ke seni Persia dan mengurangi pengaruh seni Romawi. Adanya suatu
kelainan dan problema teoritis tentang seni Islam, terutama tentang
representasi makhluk hidup seperti manusia dan binatang, karena seni
dihubungkan dengan fakta sosial dan sebuah proses yang sifatnya manusiawi.
Seni lukis saat itu dianggap sebagai karya kerajinan tangan (kriya) sebagai

Mengenal Seni Rupa Islam - 98 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


selera massa (publik), dimana pencantuman nama pembuat pada karya
dihilangkan, untuk mengaburkan akan kesholehan individu yang menjadi
sorotan penikmat seni, yang bisa menjadi bahan gunjingan, pujian atau
bahkan kecaman dan sebagainya.
Ketika Timur Tengah berada di bawah kekuasaan Islam pada abad
ketujuh, produksi artistik tidak segera memutuskan hubungan dengan masa
lalu, hanya secara bertahap melakukan tradisi yang lebih bervariasi di
kawasan tersebut dan mulai menggabungkan diri dengan produk artistik ke
dalam gaya yang beridentitas Islam. Produk seni yang menonjol kebanyakan
dibuat untuk prasasti dalam bahasa Arab, sebagai kaligrafi yang membantu
memberikan karakter seni Islam tersendiri, seperti halnya sebagai kemajuan
bersifat teknis. Unsur eksternal sebagai masukan yang membawa perubahan
lebih lanjut.
Perdagangan dengan China pada abad kedelapan diperkenalkan
penggunaan produk tablewares (keramik) ke Timur Tengah. Dengan sekitar
1000 M, kerajaan Islam mulai berantakan menjadi negara yang lebih kecil,
dimana masing-masing negara mengembangkan gaya seninya tersendiri. Ada
gaya individu untuk wilayah Spanyol, Maghribi, Mesir, Kekaisaran
Ottoman dan Persia. Pada abad ke-sepuluh, sistem kerajaan Islam besar ini
mulai mundur dan tergantikan oleh bentuk baru dengan kemunculan otoritas
politik tertentu dalam pemerintahan Islam. Dan pada abad ketiga belas,
pendudukan Mongol dari sebelah timur dari negara Timur Tengah,
menyebabkan seni mulai dengan penerapan bentuk motif baru yang berasal
dari kekaisaran Asia Timur seperti bentuk phoenix dan naga. Semua
perubahan ini memiliki efek kumulatif, sehingga pada abad keempat belas,
seni Islam telah menjadi benar-benar berbeda dari seni masa lalu pra-Islam.
Namun demikian, sampai awal abad kedua puluh, semua negara-negara yang
berhasil sebagai kerajaan atau Negara Islam berdasarkan pada hukum Islam
(syariat) dan keyakinan, juga ada yang membedakan penilaiannya dan tidak
mengkaitkannya dengan pandangan agama dengan kegiatan kreativitas seni.

4.1 Seni Islam Awal

Seni rupa Islam asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar
wilayah Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan
pada masa Nabi Muhammad. Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab ini
berupa bentuk bangunan segi empat sederhana, yang difungsikan sebagai
Mengenal Seni Rupa Islam - 99 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tempat ibadah. Bagian tengah merupakan lapangan atau ruang terbuka dengan
dikelilingi pilar, dinding dan kamar-kamar. Lapangan atau ruangan yang lebih
luas berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah dan di bagian depan sebagai
kiblat terdapat mihgrab atau mimbar untuk khatib dalam memberikan hutbah
atau ceramah keagamaan. Contoh dari bangunan yang masih memperlihatkan
ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.

Masjid Al-Aqsa,
merupakan simbol
kekayaan seni rupa
Islam

Misi Nabi Muhammad mengarah pada pembentukan Islam sebagai


agama wahyu dan sebagai negara, yang terbatas pada Saudi Arabia selama
hidup Nabi. Setelah kematiannya pada tahun 632 (AD), Islam tumbuh dengan
cepat untuk mencakup wilayah yang sangat luas yang membentang dari
Samudra Atlantik sampai ke Sungai Indus.
Islam bersentuhan dengan dunia seni menurut Ahmad Amîn seorang
sejarahwan muslim terkemuka dalam karyanya, Fajr al-Islâm (Fajar Islam),
yang menurut pendapatnya bahwa bangsa Arab muslim awal pada dasar-
mulanya tidak mengenal seni budaya dan peradaban. Mereka mengenal seni
setelah keluar dari daerah asalnya yaitu tanah Hijaz (Saudi Arabia saat ini).
Islam baru bersinggungan dan mengenal adanya dengan seni rupa, seni musik
dan seni arsitektur setelah pemerintahan Islam menguasai pusat-pusat dari
peradaban dunia pra-Islam.

Peninggalan Keramik Fungsional Muslim Awal


Mengenal Seni Rupa Islam - 100 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Agama, seni, arsitektur dan kemasyarakatan dikembangkan di bawah
kekuasaan Bani Umayyah, ketika konsep-konsep baru dan rencana baru
mulai dipraktekkan. Sebagai sebuah rencana dengan bangunan pengadilan dan
peribadatan yang hypostyle untuk ruang berdo‟a, benar-benar menjadi tipe
bentuk yang fungsional dengan pembangunan Masjid Umayyah atau Masjid
Agung di Damaskus yang selesai pada tahun 715 oleh khalifah Al-Walid I,
terletak di atas dari bekas kuil kuno Jupiter dan di tempat Basilika St John the
Baptist, situs yang paling suci di kota itu. Bangunan ini berfungsi sebagai titik
acuan untuk pembangunan yang bagi sejarawan seni dipandang sebagai
rencana untuk mengubah Bizantium Kristen.
Kubah Batu di Yerusalem adalah salah satu bangunan paling penting
di semua bangunan arsitektur Islam, yang ditandai oleh pengaruh Byzantium
yang kuat, ada mosaik berlatar belakang emas dianggap sebagai sebuah
rencana yang sentral, mengingat sebagai tempat suci, tetapi sudah membawa
elemen Islam yang murni, seperti dekorasi epigrafi besar. Rencana yang dapat
direalisasika yaitu Istana di padang pasir Yordania dan Suriah misalnya,
seperti Mshatta, Qasr Amra dan Khirbat al-Mafjar yang difungsikan untuk
melayani sebagai tempat tinggal khalifah, ruang resepsi atau perjamuan dan
ada kamar mandi. Semua didekorasi untuk mempromosikan citra kerajaan
yang mewah.
Mereka yang bekerja di bidang seni keramik, membuat bentuk yang
masih agak primitif atau sederhana selama periode ini. Beberapa benda logam
dapat bertahan dari waktu ini, tetapi tetap agak sulit untuk membedakan
objek-objek seni dari orang-orang dari masa pra-Islam.

Keramik Tin-berglasir Meniru Mangkuk Tembikar China Tahun 850 M


Mengenal Seni Rupa Islam - 101 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Tembikar atau keramik, sangatlah mudah bagi pengamat untuk
menyatakan bahwa tembikar Islam tersebut berasal dari tembikar yang
datang sebelumnya, karena hanya pada saat penaklukan Arab (sekitar 600-
700 M) produk tembikar mulai ada penggunaan glasir berbasis logam pada
benda yang mereka buat. Dengan cara ini keramik berglasir telah ditemukan
di Asia Barat selama Kekaisaran Romawi, tetapi di Roma memang tembikar
sedikit dipergunakan. Tembikar atau keramik Islam kemudian mulai
bereksperimen dengan banyak ditemukan glasir yang berbeda, seringkali
berupa hiasan lukisan satu warna di atas glasir, dan kadang-kadang
pembakaran gerabah lebih dari sekali.
'Abd al-Malik, telah memperkenalkan mata uang standar yang
menampilkan tulisan arab, bukan menampilkan gambar-gambar raja.
Perkembangan yang cepat dari mata uang lokal sekitar waktu tersebut, adalah
konstruksi dari Kubah Batu, yang menunjukkan re-orientasi dan akulturasi
Umayyah. Periode ini banyak memperlihatkan asal-usul Islam yang oleh
pengamat dianggap sangat seni. Dalam periode ini, seniman dan pengrajin
Umayyah tidak menemukan kosakata baru, tetapi mulai lebih menyukai apa
yang diterima dari Mediterania dan Iran zaman kuno akhir, yang mereka
sesuaikan dengan konsepsi artistik mereka sendiri. Sebagai contoh adalah
mosaik di Masjid Agung Damaskus, yang didasarkan pada model Bizantium,
tapi menggantikan unsur figuratif dengan gambar pohon dan kota.

Mosaik – mosaik Keramik dari Masjid Agung di Damaskus


(sekitar 710 )
Istana di padang pasir juga memberi kesaksian dari pengaruh tersebut
di atas. Dengan menggabungkan berbagai tradisi yang ada yang menunjukkan
Mengenal Seni Rupa Islam - 102 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bahwa mereka telah mewarisinya dan mengadaptasi kembali motif ornamen
serta elemen-elemen arsitektur Islam. Namun seniman Umayyah sedikit demi
sedikit mulai menciptakan bentuk khas seni Islam, khususnya dilihat dalam
estetikanya. Ornamen dari motif berupa pengulangan-pengulangan (endy)
muncul dengan baik pada monumen-monumen yang diterangi ayat al Qur'an.
Seni rupa pada zaman Umayyah memang banyak dipengaruhi oleh
kesenian Bizantium, sebagai akibat dipindahkannya pusat pemerintahan Islam
dari Makkah ke Syria. Seni rupa ini banyak memperlihatkan ciri seni rupa dari
kristen awal, yaitu bentuk-bentuk basilika dan menara. Seperti bisa dilihat
pada Masjid Umayyah yang awalnya adalah Gereja Johannes di Damaskus.
Interior masjid ini digarap seniman-seniman Yunani dari Konstantinopel.
Pada masa ini ragam hias mosaik dan stucco yang dipengaruhi oleh
pengulangan geometris sebagai tanda berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan. Selain itu ciri khas lapangan di tengah masjid mulai diganti oleh
ruangan besar yang ditutup kubah.
Pada masa ini pula dikenal kalifah yang sangat memperhatikan
kelestarian masjid-masjid, yaitu Kalifah Abdul Malik dan Kalifah Al-walid.
Kalifah Abdul Malik membangun Kubah Batu Karang yang dikenal pula
dengan nama Masjid Quber esh Sakhra dan Masjid Umar sebagai pengingat
tempat dinaikkannya Nabi Muhammad SAW ke langit pada peristiwa Isra-
Miraj.

Masjid Umayyah, di
Syria

Selain itu dibangun pula Masjid Al Aqsa. Dinasti Umayyah juga


meninggalkan banyak istana yang memiliki ciri tersendiri, yaitu bangunan di
tengah-tengah gurun pasir yang terasing, walaupun kini banyak yang telah
rusak. Contohnya adalah Istana Kusair Amra.

Mengenal Seni Rupa Islam - 103 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Seni lapis kaca atau keramik berglasir menjadi lebih populer pada
awal kerajaan Abbasiyah, sekitar tahun 800 M, sebagai suatu cara untuk
meniru porselen China yang putih. Perkembangan seni rupa periode ini
dimulai sejak tahun 747 Masehi sebagai akibat keruntuhan Dinasti Umayyah
akibat adanya revolusi oleh Keluarga Abbasiyah bersama kelompok Syiah.
Seni rupa ini terkonsentrasi di pusat pemerintahan baru di daerah Baghdad
dan kemudian pindah ke Sammara, Persia (sekarang wilayah Iran dan Irak).
Walaupun sebenarnya Baghdad adalah pusat pemerintahan dan kebudayaan,
namun penyerangan oleh bangsa Mongol membuat hampir seluruh
peninggalan di daerah ini musnah, sehingga bukti karya lebih banyak didapat
di daerah-daerah sekitarnya. Seni rupa pada zaman ini maju akibat lancarnya
perdagangan dengan bangsa Syria, Tiongkok atau China, India dan bahkan
Nusantara. Selain itu sudah dimulai banyaknya penerjemahan buku dan
tulisan-tulisan kuno Yunani, sehingga seni illustrasi Islam berkembang.
Peninggalan penting dari masa ini adalah Masjid Mutawakkil, Masjid Abu
Delif dan bekas istana kalifah. Masjid pada zaman ini berciri mirip bangunan
kuno Mesopotamia, yaitu menara yang semakin mengecil di bagian ujungnya
dan motif hias abjad Kufa, yaitu motif hias dari kaligrafi berbentuk tajam dan
kaku. Selain itu ditemukan bentuk tiang-tiang yang melengkung. Pindahnya
kekuasaan dari keluarga Abbasyiah ke Fatimiyah dan dipindahkannya ibukota
ke Mesir membuat pengaruh seni Afrika Utara menjadi kuat.

Iskandar
( Alexander Agung ),
Persia Miniatur
dari Herat, 1400 M

Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada
abad 11 Masehi. Di beberapa tempat, ada iconoclastic semacam aturan

Mengenal Seni Rupa Islam - 104 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


terhadap penggunaan gambar benda atau manusia yang terlihat santai seiring
berjalannya waktu. Di Persia (Iran modern), pelukis membuat lukisan
miniatur yang indah dan sedikit seniman yang diadili dalam perkara seni serta
banyak orang terkenal dari sejarah.
Di bawah kekuasaan dari Bizantium, Iran, Mesopotamia dan Asia
Kecil mulai bersatu di bawah kerajaan yang bercorak Islam. Pada masa ini
seni rupa yang berkembang adalah seni dekorasi dan tekstil. Antara lain
ditemukan teknik hias batu bata. Selain itu ditemukan kaligrafi dengan abjad
nashi dan juga banyak pengaruh keramik-keramik Tiongkok dari dinasti
Sung. Setelah Mongol menaklukkan Persia dan China di 1200 M, banyak
motif China mulai muncul dalam lukisan Persia dan keramik berupa vas.

Keramik
Berupa
Vas Mamluk
Berglasir
dengan
Kilau Emas

Dimulai pada tahun 750 M, Seni rupa Kordoba meliputi daerah


Spanyol dan Moor. Contoh peninggalannya adalah Masjid Kordoba. Ia
merupakan gabungan kesenian Yunani klasik dan kesenian lokal yang tidak
terorganisasi dengan baik menjadi satu kesatuan. Ciri utamanya adalah
pelengkung tapal kuda. Ciri khas seni rupa dari Moor adalah pemakaian motif
yang diinspirasi oleh pengulangan ilmu ukur. Kedatangan kertas dari
China pada tahun 751 membiarkan seniman melakukan lebih banyak lagi

Mengenal Seni Rupa Islam - 105 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


memproduksi lukisan, karena kertas dianggap begitu jauh lebih murah
dibandingkan papirus atau perkamen.

Masjid Cordoba,
di Spanyol

Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni
rupa yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang
dikenal pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam
perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur
kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga
memunculkan inspirasi dari pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli dari
medium bangunan arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini
dalam bentuk perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque,
sebagai peninggalan seni rupa Islam banyak diterapkan pada perwujudan
masjid, istana, ilustrasi buku dan karpet atau permadani.
Koleksi yang besar tentang Seni Barat seperti yang di koleksi galeri
Internasional mencerminkan bahwa telah berabad-abad lalu berhubungan
dengan dunia orang Islam dan merupakan penghormatan untuk Seni Islam.
Sedangkan objek yang mengenai Eropa di dalam koleksi galeri permanen
telah terpilih untuk kualitas aesthetic yang mereka sendiri kenali seperti kultur
mengenai Eropa dan banyak orang yang mengungkapkan konteks
internasional yang lebih luas tentang waktu yang dilalui. Untuk melengkapi
Mesjid dan Istana, Seni Islam pada pameran museum di Galeri Seni (18 Juli
2004 – 6 Pebruari 2005) dari Victoria dan Albert, sudah dikenali objeknya
sepanjang masa pada seluruh bangunan Barat, yang menggambarkan

Mengenal Seni Rupa Islam - 106 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


kekayaan seni dan pengaruh dunia Islam atas seni terutama memvariasikan
seni di Eropa. Sepanjang awal Abad Pertengahan ada sedikit mengenai Eropa,
juga pernah ada yang melihat bahwa seni dari Afrika dan Asia untuk para raja
dan kaisar Islam yang menerima objek tersebut dengan bagus sekali sebagai
hadiah sarana diplomatik, berupa jubah sutera, tenda sangat besar dan catatan
kehidupan Abu'L Abbas dari Baghdad, oleh Kalifah Harun al-Rashid
kepada Kaisar (± 800 sebagai contoh) menjadi bahan legenda, yang masyhur
sebagai catatan kejadian dan riwayat hidup. Artifacts yang lebih mewah dan
menyenangkan tiba sepanjang abad kesebelas sebagai barang rampasan
perang dari ekspedisi militer Islam di Sicily, Spanyol dan Afrika Utara dalam
Perang Salib (1098-1291), disaat orang Barat berada dalam kontak langsung
dengan Negeri Islam dari timur. Angkatan perang dan pengikut perang salib
dan peziarah di daerah ini menganggap sebagai tempat yang kudus atau suci,
disana ditemukan suatu peradaban yang lebih mempertimbangkan sebagai
suatu kultur material mewah, lebih kaya dibanding mereka mengenalnya
sebagai rumah-rumah tinggal biasa. Para pedagang dari Venice, Genoa, Pisa,
Marseilles dan Barcelona yang dikirim untuk meningkatkan sejumlah
kemewahan menghasilkan goods-silks, seni cetak atau seni tatah (ukir) di
pabrik-pabrik logam, barang pecah-belah yang dicat dan keramik dengan
kilau warna dari emas (gold-from) di pelabuhan wilayah Syria, Palestine dan
Mesir.
Sepanjang kekuasaan Mongol (1256-1353), keseluruhan Tanah
daratan Asia, dari Mesopotamia sampai negeri China, yang terbuka untuk
pelancong dan pedagang dari Eropa. Di samping itu ada perbedaan politis dan
religius serta peperangan yang berkala. Hubungan diplomatik dengan Eropa
dan hubungan perdagangan dengan Mesir dan Syria dari 1340, dengan
Kerajaan Sofa sangat rendah dan tanpa sandaran dari 1450, juga dengan
Safavid Iran dari awal 1600. Late-Medieval Galeri dan Renaissance-Period
koleksinya banyak mengungkapkan daya tarik Eropa ini dengan seni Islam.
Seni dalam lukisan, dimana objek diri mereka di dalam seni Islam mulai
disisihkan, terutama pada desainnya. Gambaran dari suatu produk dan
pembuatan yang utama di Italia berupa pajangan yang sering dipamerkan dari
seni Islam yaitu seni Turkish yang bagus dan produk terkenal berupa karpet
permadani.
Lingkaran cahaya yang keemasan produk suatu Florentine Madonna
dipolakan pada baki kuningan dengan suatu catatan mengenai Arab dari Syria
atau Mesir. Banyak mengilhami keramik dan pabrik logam buatan Italia,
Mengenal Seni Rupa Islam - 107 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Perancis dan Negara Jerman, tidak hanya oleh teknik seni Islam dan format
artistiknya, tetapi juga kebiasaan orang Islam. Nineteenth-Century lukisan
seniman Perancis seperti Odalisque Renoir'S menunjukkan minat baru di
dalam pemandangan, orang-orang dan kultur Mesir serta tentang Afrika Utara
French-Occupied, yang sering digambarkan sangat diromantiskan.
Peningkatan perjalanan asing di dalam abad yang ke sembilan belas adalah
terus mendukung koleksi tempo dulu dari produk purbakala sampai objek
Islami. Salah satu dari galeri mendirikan penderma, sebagai contoh dengan
membagi bersama pertumbuhan penghargaan untuk diplomatik dan
pembinaan hubungan mengenai Eropa dalam hubungan perdagangan. Telah
tumbuh bentuk penghargaan pada awalnya yang berupa permadani yang
oriental dan memperkenalkan beberapa orang tokoh. Ini adalah satu-satunya
objek Islam di dalam koleksi yang sulit ditemukan dan satu-satunya
penampilan Seni Islam.
Seni Islam adalah istilah yang dapat dipahami dalam beberapa cara
dan semua cara bisa sama-sama berlaku atau bersifat fleksibel. Juga dapat
menekankan hanya masing-masing fitur yang berbeda dari suatu bahan
material. Ada beberapa definisi berkonsentrasi pada aspek keagamaan saja
dari seni Islam dan memberikan kebanggaan tersendiri yang diterapkan pada
arsitektur masjid dan pemanfaatan kaligrafi terutama yang ditemukan dalam
manuskrip Al Qur'an. Istana dan masjid mengambil pandangan yang lebih
luas dari subyek dan memperlakukan seni Islam sebagai produk seni budaya,
di mana tidak semua orang yang bekerja seni sebagai muslim, tapi seni Islam
ini memainkan peran yang dominan. Karena itu mencakup semua seni yang
diproduksi di negara yang diperintah oleh muslim Timur Tengah dan
sekitarnya, tidak peduli apa konteks sosial tertentu yang mungkin telah
mempengaruhinya.
Kerangka waktu dari seni Islam juga sangat luas, dari awal dan
akhirnya ditandai oleh dua peristiwa besar. Yang pertama, tentu saja adalah
masa kebangkitan Islam di abad ketujuh Masehi, yang secara simultan oleh
pendiri negara muslim pertama yang memerintah. Setelah itu negara-negara
Islam berhasil berkembang di Timur Tengah hingga akhir Perang Dunia
Pertama pada tahun 1918, ketika Sekutu menduduki banyak Kekaisaran
Ottoman yang dikalahkan. Keduanya, ada dua kejadian, yaitu segera diikuti
oleh kemunduran Sultan Ottoman akhir tahun 1922 dan jatuhnya dinasti Qajar
di Iran pada tahun 1924. Sebagian besar rezim baru yang muncul dari

Mengenal Seni Rupa Islam - 108 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


perubahan ini, dihindarinya seni bernafaskan Islam, yang dominan adalah
sebagai sistem politik.
Selama periode Islam yang cukup panjang, para elit penguasa disebut
khalifah, amir, shah, sultan dan wazir yang seharusnya mengatur atau
mengarahkan gaya dalam setiap aspek kehidupan muslim beradab, termasuk
produksi dalam seni produk artistik. Namun kemampuan para seniman untuk
membentuk karakter seni Islam juga tampak semakin besar tanpa adanya
suatu imamat atau tanpa arahan kepemimpinan yang nyata dalam
pembentukan seni Islam. Karena alasan ini pula bahwa seni Islam
mencerminkan lingkungan pengadilan oleh masyarakat, di mana menyangkut
aktivitas yang tampaknya tidak Islami seperti astrologi, menari dan bermusik,
minum-minuman keras dan minum anggur beralkohol pun terjadi. Juga orang-
orang yang ditugaskan untuk merancang dan membuat seni tidaklah
semuanya muslim. Kebanyakan dalam negara Islam, penduduk yang
minoritas secara signifikan beragama Kristen-Nasrani dan lainnya, yang juga
ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan seni budaya Islam.
Dalam seni Islam di Timur Tengah, seperti di tempat lain, patronase
atau sponsor diikuti kekuasaan, dan elite penguasa yang menetapkan gaya
dalam produksi artistik. Namun orang-orang yang ditugaskan untuk
merancang membuat seni ini tidak semuanya muslim. Juga ada konten seni
Islam, yang tentulah berdasarkan agama Islam, tetapi juga ada yang
mencerminkan budaya sekuler yang dianggap cukup maju dan canggih
sebagai Seni Islam. Oleh karena itu mencakup istilah seni budaya yang luas
dan terbuka, dilihat bukan dari satu sudut pandang berdasarkan pada definisi
keagamaan yang kemudian diterjemahkan secara eksklusif.
Pada masa berikutnya, seperti Timurid, Safawid, Moghul India dan
Dinasti Usman, seniman muslim mulai mendapat tempat dan status baru,
dimana pada masa tersebut sudah ditemukan adanya katalogus tentang karya
seni dan biografi para seniman seperti pelukis, kaligrafer dan arsitek. Ada
juga buku catatan tentang kerajinan tangan (seni keramik) dan berbagai
produk seni. Ini adalah awal peletakan dari persepsi dan peraturan (prinsip)
dari pengakuan estetika Islam, walau tulisan langsung tentang estetika
tersebut tidaklah banyak jumlahnya. Terutama pada masa Dinasti Umayyah di
Damaskus (Siria) dan Dinasti Abbasiah di Baghdad (Irak). Demikian juga
tradisi-tadisi keilmuan Islam seperti tafsir, hadits, fikih, ilmu kalam (teologi)
dan tasauf, yang dapat disusun dan diakomodaasikan karena pengaruh dari
peradaban-peradaban lain. Pada zaman klasik, deskripsi seni individual
Mengenal Seni Rupa Islam - 109 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
ternyata banyak ditemukan dalam kesusastraan Arab dan Persia, bukan saja di
Irak dan Persia, bahkan telah sampai di Afrika Utara dan Spanyol. Para
penulis Islam, dalam bentuk puisi dan prosa telah memberikan impresinya
tentang sebuah monumen, perkebunan, piala dan permata.
Deskripsi termasyur karya seniman zaman Abbasiyah, al-Buhturi
(820-897) tentang istana Sassania di Ctesiphon, dengan adanya adegan
sejarah dalam lukisan dan bentuk relief. Juga deskripsi Ibn Himdis orang
Sisilia (1055-1132) tentang istana yang dibangun oleh raja-raja Abbadid dan
Hamdany di Serville dan Bouggie, tak lebih dari pendekatan kriteria estetika
yang disesuaikan dengan pemahaman umum saat itu. Pada akhirnya kriteria
tersebut menjadi opini dan membawa efek sebagai kesatuan persepsi yang
mewakili suatu prinsip estetika untuk merekonstruksi seni Islam masa itu.
Seni Islam dikembangkan dari berbagai sumber antara lain dari
Roma, seni Kristen awal, dan seni Byzantium, yang diambil alih gayanya
dalam pengembangan seni Islam awal. Dan seni arsitekturnya juga banyak
mempengaruhi seni Islam, dimana makna dari Sassania dari seni pra-Islam
Persia adalah menjadi suatu hal yang terpenting. Lalu gaya seni Asia Tengah
dibawa masuk dengan berbagai gaya nomaden mempengaruhi dan gaya seni
China yang memiliki pengaruh efek penting dalam lukisan Islam, keramik dan
tekstil.
Bishr Fares, seorang cendekiawan Kristen dari Libanon, pernah
belajar di Paris dan tinggal di Kairo adalah satu-satunya pengamat atau
penulis modern yang telah menulis masalah estetika dalam seni dekorasi
Islam yang diedarkan dalam bahasa Perancis dan Arab, terutama menyangkut
masalah-masalah seperti karakter ornamen terutama arabesqus dengan
stilisasi dan dehumanisasi disertai fantasi serta tentang kaligrafi. Ia juga
menggali kembali kata-kata (istilah) yang telah ada dan menciptakan kata-
kata baru. Juga mengumpulkan dan menyusun istilah perbendaharaan kata
dalam bahasa Arab, dengan persamaannya ke dalam bahasa Perancis untuk
kemudian dapat memperbincangkan masalah tentang estetika.
Kesenian Islam berkembang dan mencapai puncak kejayaan pada saat
Islam sampai di daerah-daerah Afrika Utara, Asia Kecil dan Eropa. Daerah-
daerah tersebut didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol,
Bizantium, India, Mongolia dan Seljuk. Di daerah-daerah tersebut, Islam telah
membaur dengan seni dan kebudayaan setempat. Terjadilah pertukaran nilai-
nilai Islam dengan berbagai budaya dan seni yang menghasilkan ragam seni
yang baru, berbeda dengan karakter seni tempat asalnya. Seni Islam mungkin
Mengenal Seni Rupa Islam - 110 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
merupakan ekspresi paling gampang, suatu peradaban yang kompleks yang
sering pula tampak penuh teka-teki bagi orang luar. Melalui penggunaan
warna cemerlang dan desain yang luar biasa serta memiliki keseimbangan
antara bentuk di dalam seni Islam, dapat menciptakan dampak visual secara
langsung. Estetika yang kuat dan melampaui jarak dalam ruang serta waktu,
mampu melintasi perbedaan bahasa, budaya dan keyakinan.
Lintasan Islam di Afrika, dimana seni Islam sudah menyebar ke
Afrika utara pada pertengahan abad ketujuh Masehi, hanya berselang
beberapa dekade setelah Nabi Muhammad pindah (hijrah) dengan para
pengikutnya dari Mekkah menuju ke Madinah, tetangga dari Jazirah Arab
(622 M / 1 H). Islam kemudian berkembang bagai sebuah kerajaan yang
terbentang lebih dari tiga benua, puncaknya pada penaklukan terhadap
Spanyol yang mendorong pasukan Arab menguasai sampai sejauh sungai
Indus. Hanya dalam seratus tahun setelah wafatnya Nabi, yaitu antara abad
kedelapan dan kesembilan, para pedagang Arab dan pelancong, diteruskan
kemudian oleh ulama Afrika memulai menyebarkan agama Islam di
sepanjang pantai Afrika timur, barat dan tengah.
Sudan, harfiahnya sebagai "Tanah bangsa kulit hitam", telah
merangsang perkembangan masyarakat perkotaan. Mengingat yang
disosialisasikan atau dinegosiasikan saat itu adalah pendekatan praktis untuk
situasi budaya yang berbeda, ini memungkinkan sebagai pilihan atau alternatif
untuk kemudian mempertimbangkan Islam di Afrika sebagai suatu kesatuan
gerakan sejarah Islam. Mengkonversi Islam pertama kalinya di Sudan adalah
para pedagang, diikuti oleh beberapa penguasa dan kalangan istana Ghana
pada abad XI dan Mali pada abad XIII, namun bagaimanapun juga tetap
menyentuh pada masyarakat petani dipedesaan. Pada abad kesebelas, para
Murabitun dan ulama telah mengintervensi sebagai pengamat yang ketat pada
hukum Islam, dari pimpinan sekelompok orang nomaden barbar yang
mewarnai proses konversi momentum baru tersebut dalam kerajaan Ghana
dan sekitarnya. Penyebaran Islam di seluruh benua Afrika bukanlah secara
simultan atau seragam, tetapi mengikuti jalan yang bertahap dan bersifat
adaptif. Namun, satu-satunya dokumen tertulis yang dimiliki untuk periode
tersebut sedang dipertimbangkan apakah berasal dari sumber-sumber Arab,
misalnya oleh al-Bakri dan Ibn Battuta.
Politik Islam dan estetika berpengaruh terhadap masyarakat Afrika,
namun tetap saja sulit untuk bisa dinilai begita saja. Di beberapa kota-kota
besar, seperti Ghana dan Gao, dengan kehadiran pedagang muslim
Mengenal Seni Rupa Islam - 111 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
mengakibatkan adanya pendirian masjid-masjid. The Malian, Raja Mansa
Musa (1312-1337) yang membawa kembali seorang arsitek al-Sahili
sepulang dari ziarah ke Mekkah, arsitek yang sering dikenal dengan
penciptaan Sudano-Sahel yaitu suatu bentuk gaya bangunan. Saudara Musa,
Mansa Siileyman, mengikuti jalan Tuhan (Allah) dan mendorong
pembangunan mesjid, serta pengembangan pembelajaran Islam, sehingga
Islam yang dibawa ke Afrika, mengembangkan seni menulis dan teknik baru
yang mempunyai bobot nilai dalam peradaban Islam. Kota Timbuktu
berkembang sebagai pusat komersial dan intelektual, tampaknya tidak
terganggu oleh berbagai gejolak politik. Timbuktu mulai sebagai penyelesaian
masalah Tuareg, segera diintegrasikan ke dalam kekaisaran Mali, kemudian
diklaim oleh Tuareg dan pada akhirnya masuk ke dalam kekaisaran Songhai.
Pada abad keenam belas, mayoritas ulama muslim di Timbuktu adalah berasal
dari Sudan. Di pantai timur benua, dimana kosa kata Arab diserap ke dalam
bahasa bantu untuk membentuk bahasa Swahili. Di sisi lain, dalam banyak
kasus konversi untuk sub-Sahara Afrika, ada kemungkinan satu cara untuk
melindungi diri terhadap penjualan manusia sebagai budak, perdagangan pun
telah maju antara Lake Chad dan Mediterania.
Untuk para penguasa Afrika, yang tidak aktif pro-selytizers, konversi
tetap agak bersifat formal, dengan isyarat yang mungkin bertujuan untuk
mendapatkan dukungan politik dari orang-orang Arab dan memfasilitasi
hubungan komersial. Perlawanan terkuat Islam tampaknya telah dipancarkan
dari Mossi dan Bamana, dengan perkembangan kerajaan Segu. Akhirnya,
sub-Sahara Afrika mulai mengembangkan sistem seni Islam sendiri, yang
sering disebut sebagai "Islam-African", dengan asas persaudaraan dan
praktek-praktek yang bersifat spesifik. Percampuran seni Islam lokal dan
estetika Afrika dikarenakan adanya perlawanan terhadap penggambaran
representasi manusia (orang) dan hewan. Sifat interaksi seni Islam dengan
seni visual di Afrika adalah salah satu bentuk seni Islam khas di mana telah
ditampung dan disesuaikan dengan kondisi saat itu. Ulama muslim yang
melek huruf Arab dan kekuatan eksoteris ini menarik sejumlah orang untuk
memeluk agama Islam. Ulama muslim sub-Sahara, yang memperkenalkannya
sebagai produk andalan atau jimat dari fabrikasi marabouts, yaitu dimulainya
produk seni yang mencantumkan ayat-ayat Al Qur‟an, yang datang untuk
menggantikan jimat sebelumnya yang ditampilkan dalam desain tradisional
Afrika, yang ditemukan dibanyak artefak dan tempat obat-obatan pribumi.

Mengenal Seni Rupa Islam - 112 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Seni Islam juga diperkuat oleh seni Afrika, yang menyukai desain
geometrik dan pengulangan pola dalam mendekorasi permukaan tekstil dan
menciptakan objek baru. Tenun lokal mungkin telah diubah dengan teknik
menenun impor dari Afrika Utara. Seni Islam telah juga berjalan
berdampingan dengan tradisi representasional terlihat seakan menyamar.
Praktik semacam ini sering dipandang sebagai tambahan daripada oposisi dari
mereka yang diluar Islam, khususnya ketika mereka dipandang beroperasi di
luar dari pusat perhatian iman secara efektif. Contoh awal ini telah dicatat
oleh Ibn Battuta dan para sarjana Maghribi yang mengunjungi Mali di tahun
1352-1353 serta menyaksikan masuknya pertunjukan yang menyamar di
istana kerajaan raja muslim.
Di banyak wilayah Afrika, eksistensi seni Islam dengan bentuk seni
representasional berlanjut hingga kini. Walaupun Islam telah mempengaruhi
berbagai praktek-praktek artistik di Afrika, sejak masa pengenalan Islam
dalam bentuk arsitektur yang monumental adalah bentuk yang dianggap
terbaik sebagai warisan sejarah awal Islam di benua Afrika. Masjid adalah
contoh dari arsitektur yang paling penting dari keragaman estetis yang luar
biasa, yang dihasilkan dari interaksi antara masyarakat muslim Afrika dan
iman Islam.
Pola geometris membentuk satu kesatuan dari tiga jenis motif non-
figuratif sebagai dekorasi dalam seni Islam, yang juga mencakup kaligrafi
dengan pola nabati. Apakah kemudian terisolasi atau digunakan dalam suatu
kombinasi dengan ornamentasi atau berupa motif representasi yang non-
figuratif dan pola-pola geometris yang dianggap populer berkaitan dengan
seni Islam, terutama karena kualitas yang an-iconic. Desain abstrak ini tidak
hanya menghiasi permukaan monumental arsitektur Islam, tetapi juga
berfungsi sebagai elemen dekoratif terutama ornamen pada wilayah yang luas
dari semua jenis benda.
Sementara itu, ornamen geometris dimungkinkan telah mencapai
pada puncaknya di dunia Islam. Dari sumber-sumber informasi, baik untuk
bentuk maupun pola-pola yang rumit sebenarnya sudah ada sejak pada zaman
akhir di antara orang Yunani, Romawi, dan Sasanians di Iran. Seniman islami
menyesuaikan dengan elemen kunci dari seni masa tradisi klasik, kemudian
dibuat rumit dan diuraikan sedetailnya dalam rangka untuk menciptakan
ornamen bentuk baru dari dekorasi yang menekankan pentingnya kesatuan
dan ketertiban. Kontribusi pengembangan seni yang signifikan terutama dari
para intelektual Islam, matematikawan, astronom dan ilmuwan membuat
Mengenal Seni Rupa Islam - 113 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
semua gerakan elemen masyarakat tersebut sangat penting untuk penciptaan
gaya baru yang unik.
Seni Islam adalah istilah yang dapat dipahami dalam beberapa cara,
semua yang sama-sama berlaku menekankan hanya masing-masing fitur yang
berbeda dari suatu bahan material dari bangunan besar. Beberapa definisi
berkonsentrasi pada aspek keagamaan dari seni ini, yang memberikan
kebanggaan tersendiri untuk arsitektur masjid dengan kaligrafi, terutama yang
ditemukan dalam manuskrip Al Qur'an. Istana dan Masjid mengambil
pandangan yang lebih luas dari subyek, memperlakukan seni Islam tersebut
sebagai produk budaya di mana terdapat banyak orang Muslim, yang mana
ajaran agama Islam memainkan peran penting dalam seni secara dominan.
Karena itu mencakup semua seni yang diproduksi di negara yang diperintah
Muslim Timur Tengah dan sekitarnya, tidak perduli akan kemungkinan dalam
konteks sosial tertentu.
Kerangka waktu seni Islam cukup panjang juga sangat luas, dari awal
sampai akhir ditandai oleh dua peristiwa besar. Yang pertama, tentu saja saat
kebangkitan Islam di abad ketujuh Masehi, secara simultan yang diperintah
oleh pendiri negara pertama dari muslim. Kedua setelah negara-negara Islam
berhasil menyatukan Timur Tengah hingga akhir Perang Dunia Pertama pada
tahun 1918, ketika Sekutu menduduki banyak Kekaisaran Ottoman yang
dikalahkan. Dari kedua kejadian tersebut, dapat segera diikuti keruntuhan
kesultanan Ottoman terakhir tahun 1922 dan jatuhnya dinasti Qajar di Iran
pada tahun 1924. Perubahan ini dihindari Islam sebagai sistem politik pada
sebagian besar rezim baru yang muncul.
Selama periode Islam yang panjang, pejabat atau penguasa seperti
khalifah, amir, shah, sultan dan wazir telah mengatur gaya hidup dalam setiap
aspek kehidupan yang dianggap lebih beradab, termasuk dalam produksi
artistik (seni). Kemampuan kaum muslim untuk membentuk karakter seni
yang bernuansa Islam semakin besar tanpa adanya suatu kepeloporan atau
kepemimpinan (imamat) yang nyata dalam Islam. Karena alasan tersebut,
bahwa seni Islam tidak setara dan secara nyata mencerminkan lingkungan
pengadilan yang tegas didalam masyarakat, di mana ada banyak aktivitas
yang tampaknya tidak Islami seperti astrologi atau ramal-meramal atau
perdukunan, menari dan bermusik serta minum-minuman keras. Orang-orang
yang bertugas untuk merancang dan membuat seni semuanya muslim, yang
secara signifikan ikut berpartisipasi dalam berbagai aspek kehidupan seni dan
budaya Islami.
Mengenal Seni Rupa Islam - 114 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Seni Islam kemudian menghasilkan bentuk-bentuk yang sederhana
seperti lingkaran dan pola pembagian ruang, pola-pola geometris yang
digabungkan, diduplikasi, dihubungkan dan disusun dalam suatu kombinasi
yang rumit, sehingga menjadi salah satu ciri khas dari seni Islami. Namun,
pola-pola yang kompleks ini tampaknya mewujudkan bentuk penolakan untuk
mematuhi secara ketat aturan syariah dengan geometri. Sebagai sebuah fakta,
motif geometris dalam ornamentasi pada seni Islam menunjukkan jumlah
yang luar biasa dalam bentuk suatu kebebasan, dalam bentuk pengulangan
dengan kompleksitas yang lebih beragam. Ornamen Islami juga menawarkan
kemungkinan pertumbuhan yang tak terbatas dalam kreativitas dan dapat
mengakomodasi penggabungan ornamen jenis lain juga. Dalam hal
abstraksinya pada motif berulang, simetri, pola-pola geometris ini memiliki
banyak kesamaan dengan apa yang disebut gaya endy, terlihat pada produk
kriya dengan banyak variasi desain. Hiasan kaligrafi juga muncul dalam
hubungannya dengan pola-pola geometris. Seperti empat bentuk dasar atau
"mengulangi unit" dari pola yang lebih rumit dibuat adalah lingkaran dan
lingkaran inter-laced, bujur sangkar atau empat-sisi poligon, pola bintang di
mana-mana, bentuk yang berasal dari kotak dan segitiga, bentuk tulisan dalam
sebuah lingkaran dan multi-sided poligon. Hal ini jelas, bahwa pola-pola
kompleks yang ditemukan pada banyak produk mencakup beberapa bentuk
dan pengaturan yang berbeda, yang memungkinkan mereka untuk masuk
kepada lebih dari satu kategori.
Setelah Islam dapat menguasai pusat-pusat peradaban, dalam
penyebarannya muncullah pendapat yang ekstrem, yaitu ada yang melarang
seni tidak lagi populer, disebabkan pemimpin-pemimpin politik yang berasal
dari dinasti-dinasti Islam sangat menikmati kehidupan seni yang sekuler ini.
Dinasti Umayyah memiliki peranan dalam mengembangkan tradisi-tradisi
keilmuan Islam, mulai dari tafsir, hadits, fikih dan tasauf serta penerjemahan
filsafat Yunani. Mereka juga sangat menikmati kehidupan seni musik, seni
tari, seni rupa dan lain-lain. Dinasti Abbasiah dan sesudahnya merupakan
zaman keemasan Islam dan menjadi pusat peradaban dunia waktu itu.
Sedangkan ulama agama yang ekstrem tidak berani menolak secara terang-
terangan, meskipun demikian tetap mengutuk secara diam-diam kehidupan
penguasa Islam yang sekuler itu.

Mengenal Seni Rupa Islam - 115 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


4.2 Seni Rupa Islam Sekuler

Tradisi seni keterampilan atau kekriyaan (Craftsmanship) dalam


sepanjang sejarah Islam, bahwa seni tersebut telah mengambil dari berbagai
bentuk yang populer di berbagai belahan dunia muslim, yang membentang
dari Afrika Utara sampai ke Asia Tenggara. Aplikasinya tentu menurut
ketentuan dan kebiasaan setempat, mulai dari seni kerajinan rakyat yang
sederhana sampai yang paling rumit dari keterampilan tingkat tinggi, baik
sebagai seniman maupun tidak hanya sekedar sebagai tukang. Dalam hasil
karya-karya yang terakhir, apakah itu master kaligrafi, keramikus terkenal
atau pembuat gerabah, mereka yang terampil embroiderer atau pembuat
miniatur, warisan keahlian yang halus yang melibatkan penguasaan seni atau
kerajinan tradisional di sepanjang masa, memperhatikan garis secara lengkap
dengan perhatian yang cermat pada detailnya, merupakan ciri khas seni Islam.
Tradisi keterampilan yang tinggi seperti ini masih berlanjut sampai sekarang
dalam arsitektur Islam dan seni dekoratif. Seni tersebut masih eksis dan
dihargai di banyak bagian dunia muslim. Sementara, seni ala Barat dan mesin
pembentuk yang canggih terus bekerja dan mengolahnya secara luas ke dalam
bentuk-bentuk seni tradisional. Namun demikian, sebagai pekerjaan tangan
masih dihargai, dihormati dan dicintai, menjadikan aspek kekriyaan menjadi
penting dari dekorasi yang diterapkan pada masjid dan rumah-rumah muslim
diseluruh Dunia. Secara khusus pula, juga menampilkan hiasan kaligrafi dari
ayat Al Qur‟an yang merupakan aspek dakwah dan penting dari seni Islam itu
sendiri.
Kaligrafi yang sering diklaim sebagai seni Islam itu sebenarnya juga
berasal dari tanah Persia. Sementara itu, mayoritas intelektual muslim yang
menulis tafsir, hadits, tasauf dan sains, bukanlah orang-orang Arab. Sebut
saja al-Bukhari, Muslim, al-Ghazali, al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, al-
Razi, al-Khawarizmi, al-Jabar, al-Haytsam, dan lain-lain. Bahkan ahli
bahasa Arab yang terkenal sekalipun, seperti al-Sibawih, bukanlah orang
Arab. Oleh sebab itulah ajakan untuk kembali pada era masyarakat yang
terbelakang tidak lagi populer. Disadari bahwa seni yang sering diklaim
sebagai seni Islam bukanlah berasal dari ajaran normatif agama Islam, tapi
dari sisi-sisi historis Islam. Bukan Islam sebagai sebuah agama an sich, tapi
Islam yang telah berinteraksi dengan berbagai peradaban pra-Islam lainnya. 11

11
Yahyaayyash, Seni Dalam Islam, 31 -05 - 2008
Mengenal Seni Rupa Islam - 116 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 M, seni rupa Islam
mewarisi dua tradisi artistik yang berbeda, mereka ada yang memilih
Byzantium-Kristen ke barat dan ada memilih Kekaisaran Sassanian ke timur.
Kemudian seiring dengan Kekaisaran Muslim yang baru menyapu dari barat
hingga ke Spanyol dan kemudian sampai ke Asia, lalu menyerap berbagai
pengaruh baru khususnya dari China. Seni Islam mencakup seni visual yang
dihasilkan dari abad ke-7 dan seterusnya oleh orang-orang yang tidak harus
muslim, yang tinggal di wilayah yang dihuni oleh budaya Islam dalam
populasi. Ini mencakup bidang-bidang yang beragam seperti arsitektur,
kaligrafi, lukisan dan keramik. Namun demikian, walaupun seni Islam
mencerminkan tingkah laku dari rezim-rezim yang terus berganti, dari zaman
awal Khalifah Umayyad dan Abbasid hingga yang terakhir dinasti Safavid,
Qajar dan Ottoman. Dan dari sinilah larangan Islam atas seni yang
menampilkan figur seseorang diterjemahkan secara berbeda. Merunut doktrin
dan sejarah awal Islam, bisa disimpulkan bahwa pencarian pembenaran
terhadap seni rupa terutama patung dalam doktrin Islam adalah pekerjaan
yang dianggap sia-sia. Namun bukan berarti perupaan terhadap Nabi tidak ada
sama sekali. Penggambaran Nabi, baik dengan wajah terbuka ataupun dengan
tertutup, ada ditemukan di kawasan Persia, Turki dan Asia Tengah. Perupaan
tersebut merupakan suatu “keusilan” dari para seniman yang hidup di alam
sekuler dan kurang mengerti syariat Islam, yang berasal dari luar tanah Hijaz
(Arab) atau pun bagi mereka yang telah menjadi seniman sebelum masuk
Islam. Misalnya sebuah lukisan yang dibuat pada 1315 di Tabriz, Persia
(Iran), yang menggambarkan Nabi Muhammad tengah mengambil Hajar
Aswad (batu hitam) dari selembar kain yang empat ujungnya dipegang oleh
masing-masing kepala suku besar di Makkah. Cerita itu berasal dari kitab
sejarah Jâmi‟ al-Tawârikh karya Rasyid al-Dîn. Sedangkan manuskrip
gambar itu saat ini berada di perpustakaan Universitas Edinburgh Inggris.
Lukisan-lukisan lain yang juga menggambarkan sosok Nabi dengan wajah
terbuka ditemukan di Bukhara (Uzbekistan) dan Herat (Afghanistan).
Sedangkan lukisan sosok Nabi dengan wajah tertutup berasal dari
perkembangan seni rupa dan arsitektur Dinasti Utsmaniyah di Turki.
Adanya kesadaran, dimana budaya Islam kemudian tidak
menghendaki adanya gambar-gambar manusia dan binatang, terutama yang
berbentuk dan bernyawa terutama manusia telanjang (porno). Yang
dikehendaki adalah yang selain itu (yang tidak bernyawa) dan sesuai dengan
aqidah tauhid, bukan yang berbentuk dan identik dengan patung-patung yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 117 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
disembah, dengan segala macam atributnya dan tingkatannya. Dari sinilah
maka seni Islam itu beralih kepada bentuk lain yang juga sangat indah dan
menarik, seperti yang tampak pada lukisan-lukisan kaligrafi dan hiasan-hiasan
yang dibuat oleh seniman muslim. Sebagaimana terlihat di masjid-masjid,
mushaf, gedung-gedung, rumah-rumah dan tempat lainnya seperti di dinding,
atap, pintu dan jendela. Bahkan kadang-kadang gambar di lantai dan pada
alat-alat perkakas rumah tangga, sprei, sarung bantal, pakaian, gagang pedang
dan lainnya. Dengan menggunakan bahan-bahan dari batu, marmer, kayu,
semen, kulit, kaca, kertas, besi, tembaga dan bahan tambang yang beraneka
ragam. Termasuk lukisan atau hiasan yang menarik adalah kaligrafi Arab
dengan berbagai model seperti tsuluts, naskh, riq'ah, farisi, diwani, kufi dan
lainnya. Kaligrafi itu ditulis oleh para Khathath (ahli khat) yang ahli tulisan
Arab, sehingga karyanya terlihat sangat indah dan menarik.
Seni rupa Islam, meliputi seni lukis dan kaligrafi serta illustrasi, seni
patung, seni keramik, seni arsitektur atau seni bangunan, seni hias atau
dekorasi atau ornamen. Dalam seni kriya yang mencakup produk tekstil,
tapestry, busana, karpet, produk logam untuk perkakas dan perhiasan, produk
kayu peralatan rumah tangga dan furniture, fotografi serta lainnya. Cabang
senirupa Islam yang paling banyak mendapat perhatian dan penilaian adalah
kaligrafi, karena estetika Islam melihat media ini dipandang mempunyai
kedudukan yang tinggi, baik dari kalangan agamawan maupun seniman.
Risalah tentang ilmu menulis atau Risalah Fi‟l-‟ilm al-Kitabah, yang dibuat
pada abad 10 oleh Abu Hayyan at-Tauhidi as-Sufi dari Baghdad adalah
pembahas masalah tersebut. Sebelumnya memang ada yang memuat tulisan
yang sama dengan komentar penilaian teknis dan pentingnya kaligrafi, ini
berlangsung selama hampir 6 abad. Sekitar abad ke 16, kaligrafi menduduki
tempat yang penting terutama di Iran.

Tatakan Medali
lilin dari Batu Pasir
Iran Awal Abad
berbentuk 17
hewan (Bijapur)
koleksi India
Museum
Louvre

Mengenal Seni Rupa Islam - 118 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Bab 5
PERKEMBANGAN SENI RUPA ISLAM

Sorotan baru, sekarang diarahkan kepada sebuah kebudayaan seni


Islam yang telah lama terabaikan. Kutipan sabda Nabi Muhammad SAW.
yang mengatakan bahwa: "Tuhan itu indah dan Dia mencintai keindahan".
Pada masa sekarang, kalimat seperti ini sangatlah berharga sekali untuk dapat
diingat dan disebarkan dalam rangka memahami seni Islam. Namun ini semua
sama sekali bukan sesuatu yang baru, yang didorong oleh keindahan dari
produk seni, tetapi ada keinginan untuk belajar dari keindahan suatu
rancangan seni Islam sebelumnya.
Museum-museum seni rupa Islam memperoleh kebanyakan
koleksinya berasal dari abad ke-19 Masehi dan awal abad ke-20 Masehi, jauh
sebelum seni Timur Tengah diperhitungkan. Coba perhatikan ornamen yang
sangat indah pada dinding-dinding bangunan bersejarah di Turki. Keindahan
yang sama bisa juga dilihat di “Darb-i Imam shrine” di Isfahan-Iran, juga di
“Seljuk Mama Hatum Mausoleum” di Tercan-Turki. Bangunan-bangunan
abad pertengahan Islam tersebut membuktikan perkembangan Islam tidak
terlepas dari jiwa dan nafas seni. Pola-pola yang terlukis di bangunan-
bangunan, diakui memiliki tingkat dan nilai seni yang tinggi, melebihi
pengetahuan seni dunia Barat pada masa itu. Peter J Lu, peneliti dari Harvard
University, Amerika Serikat, telah membuktikannya. Pada kesimpulan
penelitian yang dilakukannya, ia mengatakan, ornamen-ornamen itu nyaris
membentuk pola quasi-crystalline yang sempurna. Padahal dunia Barat baru
mengenal pola yang indah itu setelah 500 tahun kemudian. Dunia Barat
mengenal pola quasi-crystalline setelah Roger Penrose, seorang ahli
matematika dan kosmologi berkebangsaan Inggris yang telah
memperkenalkannya pada tahun 1970. Dan pola semacam itu kemudian
disebut dengan quasi-crystalline Penrose.
Pola quasi-crystalline adalah pola bergaris yang saling bertautan satu
sama lain yang membentuk pola yang tidak berulang, bahkan jika diteruskan
ke semua arah sekalipun. Pola quasi-crystalline memiliki bentuk yang
simetris khusus. Pola semacam itu sudah banyak digunakan oleh arsitek-
arsitek muslim pada abad pertengahan Islam, mereka menyebutnya sebagai
karya yang menakjubkan, dimana pembuatan ubin-ubin memperlihatkan

Mengenal Seni Rupa Islam - 119 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


penguasaan pada matematika yang begitu canggih sehingga tak dapat
dibayangkan bisa bertahan sampai dengan 20 atau 50 tahun sesudahnya.
Dunia juga mengakui, salah satu corak keramik yang paling indah
adalah karya tangan-tangan terampil para pembuat kerajinan keramik
muslim. Memang pada awalnya mereka hanya meniru corak keramik dari
China dan Yunani. Namun, dalam perkembangan seiring waktu, mereka
menghasilkan corak yang berbeda. Keramik-keramik yang mereka ciptakan
membentuk karakter keindahan tersendiri, berbeda dengan karakter keramik
dari China atau Yunani. Teknik-teknik baru dalam pembuatan keramik pun
lahir memperkaya khasanah seni Islam.
Semua bukti-bukti di atas tak selalu mengubah pandangan sebagian
muslim yang menganggap bahwa Islam menghambat seni dan memusuhinya.
Seolah-olah pada setiap perkembangan seni berlawanan dengan nilai-nilai
Islam. Sebagai pengenalan umum tentang seni Islam, yang diambil dari
contoh-contoh dari koleksi museum secara komprehensif telah mencakup
karya dari daerah selatan yang membentang dari Spanyol ke Asia Tengah,
mulai dari abad ketujuh hingga sekarang ini sebagai usaha untuk melihat
permukaan dengan jelas tentang keindahan seni Islam dan menemukan
sejarah yang kaya akan tradisi budaya yang muncul pada seni.
Royal patronase atau pejabat berkuasa yang membuat kebijakan
memainkan peran penting dalam pembuatan seni Islam, seperti yang terjadi
dalam seni budaya lain. Pembangunan masjid dan bangunan keagamaan,
termasuk dekorasi dan perabotan mereka, adalah tanggung jawab penguasa
dan hak prerogatif pejabat pengadilan tinggi saat itu. Monumen pada
kebijakan seperti itu tidak hanya diberikan untuk kebutuhan ruhani muslim,
tetapi sering disajikan oleh komunitas pendidikan dan berfungsi sebagai amal
baik. Royal patronase bagi seni sekuler juga merupakan fitur standar dari
kedaulatan Islam, yang memungkinkan penguasa untuk menunjukkan
kemegahan istananya dan dengan berdasarkan ekstensi keunggulan dari
negara. Bukti seni-sopan-patronase ini berasal dari karya-karya seni itu
sendiri, tapi yang sama pentingnya adalah sumber informasi dan pertumbuhan
yang ekstensif teks sejarah kerajaan yang menegaskan bahwa adanya sponsor
dari seni hampir disepanjang periode Islam. Karya-karya sejarah ini juga
menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil dari pengadilan terhadap seni ini,
yang disponsori pun telah selamat, apalagi benda-benda tersebut terbuat dari
bahan yang berharga dan sangat jarang dijumpai.

Mengenal Seni Rupa Islam - 120 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Dari abad keempat belas dan seterusnya, khususnya di bagian timur
wilayah kekuasaan Islam, seni buku dan sastra menyediakan dokumentasi
terbaik dari seni-sopan-patronase. Tentu saja tidak semua karya seni Islam
yang disponsori oleh pengadilan, bahkan mayoritas benda dan naskah dalam
koleksi museum berasal dari tempat lain. Seperti karya seni, termasuk produk
keramik, pangkal metalware, karpet dan tekstil, yang sering kali dipandang
sebagai produk urban, kelas menengah patronase. Objek ini tetap sering
mencerminkan gaya yang sama dan menggunakan bentuk yang sama dengan
teknik yang digunakan dalam seni yang sopan.
Produksi dalam seni sopan-santun atau pengaturan ruang perkotaan
atau seni untuk konteks religius, perwujudan seni Islam pada umumnya
merupakan karya seniman anonim. Sebuah pengecualian, adalah dalam
bidang seni buku. Nama-nama ahli kaligrafi tertentu sangat terkenal, yang
tidak lagi mengejutkan mengingat keunggulan kata-kata yang tertulis dalam
Islam, seperti juga orang-orang dari sejumlah pelukis, yang sebagian besar
melekat pada pengadilan tertentu. Identifikasi seniman ini didasarkan pada
telah ditandatangani atau diberikan contoh-contoh karya mereka dan pada
referensi bersifat tekstual. Mengingat sejumlah besar yang masih ada sebagai
contoh, ada beberapa tanda tangan komparatif ditemukan pada logam,
tembikar, ukiran kayu, ukiran batu dan tekstil, dimana mereka memberikan
tanda tangan. Yang sering kali terjadi selama beberapa generasi, khususnya
dalam medium tertentu atau teknik tertentu.

5.1 Seni Keramik Muslim Era Keemasan

Lantaran Islam berawal dari Jazirah Arab, sedikit-banyak seni


pembuatan keramik yang tersebar di dunia Islam banyak dipengaruhi
kebudayaan Arab. Pembuatan keramik di dunia Islam sangat berhubungan
dengan beberapa aspek kehidupan sehari-hari, baik itu untuk memenuhi
kebutuhan publik maupun kebutuhan pribadi. Para seniman muslim di era
kekhalifahan, yang telah membuat beragam bentuk untuk lantai keramik yang
juga digunakan untuk menghiasi dinding-dinding. Tak cuma itu, para seniman
pun membuat beragam barang kebutuhan sehari-hari seperti, cangkir, gelas,
piring, mangkuk, botol dan penampung air dari tembikar.
Gaya Hispano-Moresque muncul di Andalusia pada abad ke-8, di
bawah dinasty Fatimiyah. Ini adalah gaya keramik Islam yang dibuat di
Spanyol masa Islam, setelah Moor, telah diperkenalkan dua teknik keramik
Mengenal Seni Rupa Islam - 121 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
untuk Eropa yaitu glasir opak dan putih, glasir timah dan lukisan dengan
metalik lusters. Islamic Moresque Hispano-ware, dibedakan dalam keramik
dari telaah sudut pandang kekristenan dan dari sudut pandang karakter seni
Islam yang bisa dilihat dari dekorasinya. Istilah ini juga mencakup barang-
barang yang dihasilkan oleh orang Kristen. Dunia Islam Abad Pertengahan
juga memiliki keramik dengan gambaran binatang atau hewan. Contoh-
contohnya dapat ditemukan di seluruh dunia Islam Abad Pertengahan,
khususnya di Persia dan Mesir.
Sebelum mampu mengembangkan teknik sendiri, pada periode awal
para seniman Muslim masih banyak terpengaruh gaya dari negeri lain dalam
membuat keramik. Menurut sejarahwan, Arthur Lane, produksi tembikar
pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah mulai meningkat. Lebih lanjut pada era
itu, papar Lane, produksi keramik di dunia Islam mendapat pengaruh dari
China. Hal itu dibuktikan dengan catatan yang ditulis sejarahwan Islam
seperti Ibnu Kurdadhbih dalam risalah yang berjudul Book of Roads and
Provinces bertarikh 846 M - 885 M. Dia mengungkapkan bahwa pada era itu,
perdagangan antara dunia Islam dengan China berlangsung dengan pesat.
Sejarahwan muslim seperti Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki,
mengungkapkan fakta bahwa Gubernur Khurasan, Ali ibnu Isa mengirimkan
20 pasang porselin kekaisaran China kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid
yang tak pernah terlihat sebelumnya di istana sang khalifah.
Pada periode awal, para seniman Islam sudah mulai mengembangkan
ide tentang lusterware - sejenis tembikar, keramik jenis porselin dengan
lapisan glasir metalik yang memberi efek warna menarik. Lusterware pertama
diciptakan para seniman Islam dengan melalui tiga proses pembakaran.
Awalnya, lusterware menggunakan beragam warna. Namun, lantaran faktor
ekonomi maka tembikar atau keramik jenis lusterware hanya menggunakan
satu warna saja. Pada masa itu, keramik atau porselin jenis itu diproduksi di
Mesir. Tembikar khas negeri „Piramida‟ itu dilukis dengan gambar burung,
hewan-hewan serta manusia. Saat itu, Mesir berada dalam era kekuasaan
dinasti Fatimiyah. Selain itu, lusterware pun dikembangkan dan diproduksi di
Persia dan Afghanistan. Memasuki pertengahan abad ke-11 M, Persia
ditaklukkan Dinasti Seljuk suku nomaden dari Turki. Seperti halnya dinasti
Fatimiyah, bangsa Seljuk juga membawa gaya dan teknik pembuatan keramik
ke berbagai wilayah yang mereka kunjungi. Selama tiga abad (11 M - 13 M),
dinasti Seljuk mampu menciptakan suasana perdamaian, sehingga, kesenian
pun tumbuh dengan pesatnya. Sejarah mencatat, sepanjang separuh abad dari
Mengenal Seni Rupa Islam - 122 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
1175 M hingga 1225 M, industri keramik berkembang dengan pesat di
kawasan Timur Dekat. Pada era itu, kota Rayy dan Kashan, di utara Persia
tengah menjadi sentra beragam jenis tembikar. Paling tidak, ada tiga jenis
tembikar yang diperkenalkan oleh dinasti Seljuk ini. Di abad ke-13 M, sentra
keramik mulai muncul di Kashan dan Mesir. Di kedua wilayah itu, industri
keramik tumbuh begitu pesat, karena pusat industri keramik di negeri muslim
lainnya telah dihancurkan oleh tentara Mongol. Sepanjang abad ke-13 M
hingga 14 M, beragam jenis keramik diproduksi di Kashan yang menjadi
pusat industri keramik dan diakui sebagai penghasil ubin lantai yang
termasyhur.
Salah satu faktor yang membuat tembikar atau keramik Islam itu unik
adalah karena bentuk dan hiasannya. Keramik dengan desain ukiran
merupakan salah satu jenis produk yang banyak ditemukan di dunia Islam.
Produksi jenis keramik ini dimulai pada era kekuasaan dinasti Abbasiyah.
Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-bentuk flora
yang dimasukkan dengan cara distempel ketika tanah masih lembab dan
ditempel. Keramik jenis ini dapat ditemukan di Samara, Irak, dan Fustat dan
Mesir. Keramik jenis ini diproduksi sebagai bentuk penghormatan kepada
dinasti Fatimiyah dan Aybiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-11 M
hingga 13 M. Tak heran, jika keramik jenis ini banyak ditemukan di Mesir.
Keramik jenis ini juga dihiasi dengan beragam motif seperti flora, fauna serta
kaligrafi.
Seni pembuatan tembikar atau keramik merupakan salah satu
keahlian yang dimiliki para seniman muslim di era kejayaan Islam. Hampir di
setiap wilayah kekuasaan Islam, beragam seni rupa berkembang dengan
pesatnya, menandakan bahwa peradaban ummat muslim di zaman itu
mengalami masa keemasan.
Keramik atau tembikar yang diproduksi para seniman muslim pun
dikenal sangat berkualitas tinggi. Teknik pembuatan keramik Islam memang
terkenal sangat unik. Para seniman muslim secara gemilang mampu membuat
keramik dengan memadukan bahan seperti emas dan perak. Sehingga,
tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan cantik. Terlebih keramik
Islam menghadirkan kilauan metalik yang memukau setiap pecinta keramik.
Seni membuat keramik sebagai bagian dari seni rupa Islam,
merupakan perpaduan seni dari pengaruh daerah-daerah taklukan akibat
adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika
Utara, Asia Kecil dan Eropa. Wilayah itu didefinisikan sebagai Persia, Mesir,
Mengenal Seni Rupa Islam - 123 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia dan Seljuk. Selain itu ditemukan
pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok (China).
Keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya dan
indah.

Piring Era Islam dari sekitar 1400 M

Keramik dengan timah yang mengkilat, Moresque Hispano-ware


dengan hiasan lusterware masa Islam dari Spanyol sekitar tahun 1475. Dari
abad delapan sampai abad delapan belas, penggunaan keramik mengkilap
telah lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan bentuk rumit
tembikar. Glasir tin-opacified sebagai pelapis yang tampak seperti kaca
adalah salah satu yang paling awal dari penggunaan teknologi baru yang
dikembangkan sebagai bahan tembikar atau keramik Islam. Glasir buram
pertama dalam seni Islam dapat ditemukan sebagai ware bercat biru di Basra,
berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting lain adalah pengembangan
stonepaste keramik, yang berasal dari abad ke-9 di Irak.
Mengenal Seni Rupa Islam - 124 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Industri pertama yang kompleks dari industri untuk kaca dan keramik
yang produksinya dibangun di Ar-Raqqah, Suriah, pada abad ke-8. Inovatif
keramik lainnya, adalah adanya pusat tembikar di dunia Islam termasuk di
Fustat (975-1075), Damaskus (1100 - 1600) dan Tabriz (1470-1550).
Lustreware ditemukan di Irak oleh ahli kimia Persia bernama Jabir
bin Hayyan (Geber) pada abad ke-8 selama kekhalifahan Abbasiyah. Inovasi
lain adalah albarello, sejenis mayolica guci gerabah yang awalnya dirancang
untuk tempat obat untuk keperluan apotek seperti tempat salep, tempat cairan
dan tempat obat-obatan kering. Pengembangan jenis ini untuk kebutuhan
farmasi seperti jar keramik yang memiliki akar dalam Islam Timur Tengah.
Bentuk ini dibawa ke Italia oleh pedagang hispano-moresque Italia, sebagai
contoh paling awal dari produksi di Florence pada abad ke-15.
Pada periode pertengahan itu, Mesir juga menjelma menjadi sentra
industri keramik yang maju. Apalagi negeri itu tidak mampu ditembus oleh
pasukan tentara Mongol. Dinasti Mamluk yang berkuasa di kawasan itu
mampu memukul mundur serangan membabi-buta yang dilancarkan bangsa
Mongol. Produksi keramik berkembang pesat, lantaran penguasa Mamluk
menarik banyak seniman pembuat keramik dari wilayah lain untuk berkreasi
di Mesir. Ciri khas, keramik yang diciptakan seniman Mamluk adalah
menampilkan tema-tema keagamaan. Dinasti ini memang sangat mendukung
berkembangnya seni rupa Islam. Pada periode akhir, ada tiga jenis keramik
atau tembikar yang berkembang di dunia Islam. Salah satu keramik yang
terkenal pada masa itu adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat
industri keramik pada periode terakhir itu berada di Kirman, di wilayah
tersebut banyak dibuat tiruan keramik China.
Teknik dan desain keramik Islam yang khas telah berpengaruh
terhadap seni keramik di Negara-negara Eropa, seperti Italia, Prancis, Spanyol
serta Inggris. Bahkan, para seniman Spanyol kerap menggunakan desain
Islam dalam membuat aneka produk keramik yang dikenal dengan nama
Hispano-Moresque. Begitulah, para seniman muslim di era keemasan Islam
turut mewarnai perkembangan seni pembuatan keramik.
Seni pembuatan tembikar atau keramik merupakan salah satu
keahlian yang dimiliki para seniman muslim di era kejayaannya. Hampir di
setiap wilayah kekuasaan Islam ada beragam seni rupa yang berkembang
pesat dan menandakan bahwa peradaban ummat muslim di zaman itu
mengalami masa keemasan. Keramik atau tembikar yang diproduksi para
seniman muslim pun dikenal sangat berkualitas tinggi. Teknik pembuatan
Mengenal Seni Rupa Islam - 125 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
keramik Islam memang terkenal sangat unik. Para seniman muslim secara
gemilang mampu membuat keramik dengan memadukan bahan seperti emas
dan perak. Sehingga, tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan
cantik. Terlebih keramik Islam menghadirkan kilauan metalik yang memukau
setiap pecinta keramik.
Para seniman muslim di era kekhalifahan telah membuat beragam
bentuk untuk lantai keramik yang digunakan juga untuk menghiasi dinding-
dinding bangunan. Para seniman pun membuat beragam produk keramik
untuk kebutuhan sehari-hari seperti, cangkir, gelas, piring, mangkuk, botol,
gentong penampung air. Salah satu faktor yang membuat tembikar atau
keramik Islam terlihat unik adalah karena bentuk dan desain ukiran serta
hiasannya yang banyak ditemukan menarik dan khas sebagai peninggalan
seni.
Produksi jenis keramik pakai dimulai pada era kekuasaan dinasti
Abbasiyah. Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-
bentuk flora yang diterapkan dengan cara cap atau distempel. Keramik jenis
ini dapat ditemukan di Samara, Irak dan Fustat serta Mesir. Keramik jenis ini
diproduksi sebagai bentuk penghormatan kepada dinasti Fatimiyah dan
Aybiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-11 M hingga 13 M. Tak heran,
jika keramik jenis tersebut banyak ditemukan di Mesir. Keramik jenis ini juga
dihiasi dengan beragam motif seperti flora, fauna dan kaligrafi.
Seni membuat keramik bagian dari seni rupa Islam merupakan
perpaduan seni dari daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh
kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil
dan Eropa. Wilayah itu didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol,
Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemu kan pula pengaruh
akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Keberagaman pengaruh inilah
yang membuat seni rupa Islam menjadi sangat kaya ragamnya, menginspirasi
seniman diluar muslim.
Keramik dengan motif Islam abad 8 ditemukan di Nara. Dewan
Pendidikan Kota Nara, hari Jumat, tanggal 3 Juli 2009, mengumumkan
penemuan 19 pecahan kendi keramik dengan motif Islam yang diperkirakan
berasal dari Asia Barat di bekas situs kuil Saidaiji Prefektur Nara. Penemuan
ini merupakan pecahan kendi keramik tertua dari Asia Barat di Jepang dan
memberikan petunjuk bagi sejarah pertukaran budaya di Asia. Pecahan dari
alas dan badan kendi keramik, yang diperkirakan berasal dari akhir abad ke-8
masehi, ditemukan bersama naskah berisi karakter tulisan China yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 126 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
ditujukan untuk Jingokeiun Ninen. Pecahan kendi keramik dengan motif
Islam ini diperkirakan dibawa ke Jepang dari Asia Tengah melalui rute ‟jalur
sutra laut‟ yang terlebih dahulu singgah di China. Pejabat Dewan Pendidikan
Kota Nara menyatakan penemuan ini sangat penting karena pecahan itu dapat
memberikan petunjuk mengenai sejarah lalu lintas laut dan pertukaran budaya
di Asia.
Deskripsi industri gelas di era keemasan Islam "Faisal Saleh" yaitu
dalam ilmu kimia, merupakan sumbangan penting yang telah diwariskan para
kimiawan muslim di abad keemasan bagi peradaban modern. Para ilmuwan
dan sejarah Barat pun mengakui bahwa dasar-dasar ilmu kimia modern
diletakkan para kimiawan muslim. Tidak hanya itu, sejarah mencatat bahwa
peradaban Islam di era kejayaan telah melakukan revolusi dalam bidang
kimia. Kimiawan muslim telah mengubah teori-teori ilmu kimia menjadi
sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia. Teknologi distilasi uap
yang ditemukan para ilmuwan Islam di era keemasan sangat mempengaruhi
industri wangi-wangian di Barat dan perkembangan ilmu pengetahuan,
khususnya kimia. Pada abad ke-13 Masehi seorang dokter muslim mencatat
peradaban Islam melakukan revolusi bidang kimia. Kutipan dari sebuah seni
dalam membuat gelas, yang merupakan salah satu pencapaian yang pernah
ditorehkan peradaban Islam di era keemasan. Seni membuat gelas merupakan
salah satu pencapaian yang ditorehkan Islam di era keemasan, tetapi jauh
sebelum Islam ada, industri gelas telah dikembangkan oleh peradaban Mesir,
Mesopotamia dan Suriah. Kimiawan muslim telah mengubah teori-teori ilmu
kimia menjadi sebuah industri yang penting bagi peradaban dunia, industri
kimia sebagai warisan kejayaan Islam. Bagi peradaban Islam, kimia bukan
hanya teori belaka, dimana melalui berbagai upaya, ummat Islam di abad
keemasan telah melahirkan sederet industri yang sangat bermanfaat bagi
kehidupan ummat manusia. Perkembangan industri dalam peradaban Islam
dipelopori dengan berkembangnya industri tekstil, dimana tekstil dipandang
sebagai industri yang sangat penting bagi masyarakat Islam di era keemasan.
Industri tekstil pun akhirnya berkembang begitu pesat di seluruh dunia. Ibn
Miskawyh pernah melihat pemintal sutera (ibrism), penggulung sutera pada
sejumlah batang alat pintal (mighzal) dan pada sebuah tongkat polo
(sawladjan) atau pun gelas.
Sumber terpercaya menunjukkan bahwa tembikar muslim tidak begitu
mapan hingga abad ke-9 di Irak (sebelumnya Mesopotamia), Syria dan Persia.
Selama periode ini, terutama digunakan glasir potongan timah putih (timah-
Mengenal Seni Rupa Islam - 127 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
glaze). Informasi mengenai periode sebelumnya sangat terbatas. Hal ini
sebagian besar disebabkan oleh kurangnya spesimen yang masih hidup dalam
kondisi yang baik, yang juga membatasi minat dalam studi keramik periode
ini. Penggalian arkeologi yang dilakukan di Yordania menemukan hanya
beberapa contoh keramik dari periode Umayyah, sebagian besar glasir on-
glaze dari Khirbat Al-Mafjar.
Selama dinasti Abbasiyah, produksi tembikar mendapatkan
momentum, dimana sebagian besar menggunakan glasir timah terutama dalam
bentuk glasir putih buram. Beberapa sejarahwan, seperti Lane, melihat atribut
bangkitnya suatu industri seperti dipengaruhi China. Bukti dari naskah-naskah
Islam, seperti Akhbar al-Sin wa al-Hind (sekitar 851) dan Ibn's Book
Kurdadhbih. Jalan dan Provinsi (846-885), menunjukkan bahwa perdagangan
dengan China sudah mapan. Lane juga mengacu pada bagian dalam sebuah
karya yang ditulis oleh Muhammad bin al-Husayn al-Baihaki, (1059) di
mana ia menyatakan bahwa gubernur Khurasan, 'Ali bin' Isa, yang dikirim
sebagai hadiah kepada khalifah Harun Al-Rasyid (786-809), ada dua puluh
produk Imperial China porselen (Chini faghfuri), yang seperti yang belum
pernah terlihat di istana khalifah sebelumnya, di samping 2.000 porselen lain.
Menurut Lane, pengaruh tembikar China terhadap laju perkembangan
seni keramik Islam dalam tiga tahap utama:
 Pertama, kontak dengan China terjadi tahun 751, ketika Arab
mengalahkan China di Pertempuran Talas. Telah dikemukakan bahwa
pembuat tembikar dan kertas China bisa dipenjarakan dan dibebaskan jika
bisa mengajarkan Muslim seni tembikar dan pembuatan kertas. Hingga
tahun 800-an tembikar dalam bentuk periuk dan porselen China mencapai
wilayah Abbasiyah.
 Tahap kedua, berlangsung di abad keduabelas dan ketigabelas, masa
tersebut terkenal karena penurunan industri tembikar setelah jatuhnya
dinasti Seljuk. Periode ini juga melihat invasi bangsa Mongol yang
membawa tradisi tembikar China.
 Pada tahap ketiga, di abad kelima belas, ketika banyak pengaruh yang
datang melalui impor produk keramik buatan dari dinasti Tang, Song dan
Ming, di tangan Zheng He. Pengaruh keramik dari Dinasti Tang dapat
dilihat pada lustrewares, tembikar yang diproduksi oleh Mesopotamia dan
pada beberapa barang-barang putih awal yang diperoleh di Samarra dalam
zaman modern Irak. Keramik dari periode ini ditemukan pula di Nisyapur
dalam zaman modern Iran dan di Samarkand dalam zaman modern
Mengenal Seni Rupa Islam - 128 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Uzbekistan. Islam inovasi juga dapat dilihat berupa Hispano-Moresque
ware, Iznik tembikar dan ilmu kimia dalam Islam.
Dari antara abad kedelapan dan kedelapan belas, penggunaan keramik
mengkilap sudah lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan bentuk
rumit tembikar. Tin-opacified kaca, untuk produksi glasir kaca timah, adalah
salah satu yang paling awal dengan teknologi baru yang dikembangkan oleh
tembikar Islam. Warna glasir buram Islam pertama dapat ditemukan sebagai
keramik berglasir biru di Basra berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting
lain adalah pengembangan stone-paste keramik, yang berasal dari abad ke-9
di Irak. Ini adalah glasir-kaca atau keramik semivitreous ware bertekstur
halus, dibuat terutama dari bahan tanah non-refactory dalam pembakaran
tanah liat. Juga sebagai pusat dari tembikar atau keramik yang inovatif dan
termasuk senirupa dunia Islam di Fustat (975-1.075), di Damaskus (dari 1100
menjadi sekitar 1600) dan di Tabriz (1470-1550).
Timah yang mengkilap dari Moresque Hispano-ware dengan
lusterware hiasan, dari Spanyol sekitar tahun 1475. The Hispano-Moresque
gaya tersebut muncul di Andalusia pada abad ke-8, di bawah dinasti
Fatimiyah. Suatu bentuk gaya Islam dari tembikar yang dibuat di Spanyol
Islam, setelah Moor telah memperkenalkan dua teknik keramik untuk Eropa:
glasir dengan opak putih glasir timah dan lukisan metalik lusters. Hispano-
ware Moresque sebagai karakter dekorasi Islam yang dapat dibedakan dari
tembikar bercorak kekristenan oleh para pengamat seni.
Lusterware diproduksi di Mesopotamia pada abad 9, teknik dan gaya
tersebut segera menjadi populer di Persia dan Suriah. Lusterware kemudian
diproduksi di Mesir selama kekhalifahan Fatimiyah di abad ke-10 sampai ke-
12. Sementara produksi lusterware diteruskan di Timur Tengah, menyebar ke
Eropa yang pertama untuk Andalus terutama di Malaga dan kemudian ke
Italia di mana glasir digunakan untuk meningkatkan keramik mayolica.
Inovasi lain adalah albarello, sejenis guci gerabah mayolica, awalnya
dirancang untuk pelengkap apotek sebagai tempat obat salep kering.
Pengembangan jenis keperluan farmasi berupa jar dipengaruhi seni Islam
Timur Tengah. Lalu dibawa ke Italia oleh Hispano dan Moresque pedagang
Italia sebagai contoh paling awal yang diproduksi di Florence pada abad ke-
15.
Frit-ware mengacu pada jenis keramik yang pertama kali
dikembangkan di Timur Dekat, di mana tanggal produksi pada akhir
milenium pertama Masehi sampai melalui milenium kedua Masehi, dimana
Mengenal Seni Rupa Islam - 129 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
glasir-frit sebagai bahan yang signifikan. Sebuah resep untuk "fritware" yang
berasal tahun 1300 yang ditulis oleh Abul Qasim dan melaporkan bahwa
rasio kuarsa untuk "frit-kaca" pada tanah liat putih adalah 10:1:1. Jenis
keramik juga telah disebut sebagai "stonepaste" dan "fayans" di antara nama-
nama lainnya. Sebuah korpus abad kesembilan dari "proto-stonepaste" dari
Baghdad telah menjadi pelengkap renda yang mengikat pecahan kaca dalam
kain. Kaca adalah alkali-kapur-lead-silika dan ketika pasta dibakar atau
didinginkan, menjadi wollastonite dan diopside kristal yang terbentuk di
dalam pecahan kaca. Kurangnya "inklusi hancuran keramik" menunjukkan
fragmen-fragmen ini tidak datang dari glasir. Alasan selain itu pasti akan
melepaskan alkali ke dalam matriks pada saat mengglasir, yang akan
mempercepat vitrification pada suhu pembakaran relatif rendah, dan dengan
demikian meningkatkan kekerasan dan densitas dari body keramik. Apakah
ini sebagai "kaca renda fragmen" atau sebenarnya sebagai "frit" dalam rasa
terlihat lebih kuno.
Iznik tembikar diproduksi di Utsmani, Turki, pada awal abad ke-15
Masehi. Terdiri dari body, slip dan glasir, di mana bodi tembikar berglasir
"quartz-frit". Glasir yang di "frits" dalam berbagai kasus yang tidak biasa
dalam arti bahwa glasir mengandung timah oksida serta soda; yang
mempengaruhi oksida dan membantu mengurangi koefisien ekspansi termal
dari keramik. Analisis mikroskopis mengungkapkan bahwa materi yang telah
diberi label "frit" adalah "kaca interstisial” yang berfungsi untuk
menghubungkan partikel kuarsa. Tite berpendapat bahwa gelas ini telah
ditambahkan sebagai frit dan bahwa kaca terbentuk pada interstisial
pembakaran glasir.
Dunia Islam Abad Pertengahan juga memiliki keramik dengan
“animasi citra”. Produk tersebut dapat ditemukan di seluruh dunia Islam Abad
Pertengahan, terutama di tempat-tempat seperti Persia dan Mesir. Menurut
Art Institute of Chicago, yang menyebut sebagai "perkembangan dramatis
keramik dalam periode Islam Abad Pertengahan disebut secara singkat dari
sebuah revolusi industri", tahun 1200-1400 dan Albarello dengan fleur-de-lys
dekorasi dari Musée du Louvre, di awal abad ke-14, Suriah.
Dimulai pada awal abad kesembilan, produksi keramik muslim secara
bertahap mulai dikembangkan. Hal ini menyebabkan pembentukan industri
yang memiliki reputasi baik di Timur (Irak) yang kemudian menyebar ke
seluruh dunia Islam. Dalam laporan Ibn Naji (1016) ada khalifah (utusan)
yang dikirim selain ubin, yakni "seorang laki-laki dari Baghdad", dimana
Mengenal Seni Rupa Islam - 130 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kilau kriyawan Quairawan untuk menghasilkan ubin untuk mihrab dari
Masjid Agung. Georges Marcais Tembikar, menyarankan bahwa Irak
memang datang ke Quairawan, kedatangan potter (perajin keramik) di
Baghdadi ini mengarah pada pembentukan sebuah pusat satelit untuk produksi
keramik di Quairawan, tetapi tidak ada informasi yang belum dikembangkan
untuk mengkonfirmasi atau menolak saran ini.
Di daerah Timur, bukti-bukti menunjukkan bahwa sebuah pusat
produksi didirikan di Samarkand di bawah dinasti Samanid yang memerintah
daerah ini dan bagian dari Persia antara 874 dan 999 Masehi yang dianggap
paling tinggi teknik pembuatan keramik dari pusat produksi ini, adalah
penggunaan kaligrafi dekorasi di atas keramik. Kejadian-kejadian yang
mengarah pada runtuhnya Fatimiyah yang memerintah tahun 1171
menyebabkan produksi keramik pindah ke pusat-pusat baru, melalui proses
yang serupa dengan yang dijelaskan di atas sehubungan dengan Irak.
Akibatnya, Persia menjadi pusat kebangkitan kembali seni Islam di bawah
kekuasaan Seljuk (1038-1327). Ini bukan suatu kebetulan sebagai memperluas
kekuasaan. Seljuk menguasai Persia, Irak, Suriah dan Palestina serta Anatolia
dengan Muslim di Asia Kecil. Semua ini telah membangun untuk beberapa
waktu yang dianggap cukup, sebagai pusat tembikar tua.
The Seljuk membawa inspirasi baru dan segar bagi dunia Muslim,
dengan menarik para seniman dan pengrajin serta mendatangkan tembikar
dari semua daerah termasuk Mesir. Selain melanjutkan produksi keramik
yang sama, yang menjadikan bertambah lebih halus dengan bahan timah dan
kilau glasir keramik. Dimana Seljuk (di Persia) yang diposisikan untuk
memperkenalkan suatu tipe baru yang dikenal sebagai "fayans", terbuat dari
tanah putih dan keras menggunakan frit paste dilapisi dengan transparan
alkali Glaze.
Dalam naskah langka dari Kasyan yang dikompilasi oleh
Abulqassim di tahun 1301, ada sedikit penjelasan lengkap mengenai
bagaimana produksi fayans dilakukan. Frit itu terbuat dari sepuluh bagian
bubuk kuarsa, satu bagian dari tanah liat dan satu bagian dari campuran
glasir. Yang berwarna lembut sendiri adalah terbentuk dari kira-kira sama
campuran tanah kuarsa dan abu tanaman gurun yang mengandung proporsi
yang sangat tinggi dari garam alkaline yang bertindak sebagai fluks dan
menyebabkan kuarsa untuk berubah menjadi kaca pada suhu yang bisa diatur.
Selain itu akan menghasilkan glasir transparan. Lane membandingkan bahan
ini dengan pate tender Perancis, yang digunakan pada tembikar yang baru di
Mengenal Seni Rupa Islam - 131 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
abad kedelapan belas. Body dari material dan glasir baru tersebut ditawarkan
tukang periuk dalam kemampuan menangani dan manipulasi produksi yang
lebih besar. Ini memungkinkan perajin periuk untuk meningkatkan kualitas
dan penampilan dari benda, termasuk desain yang lebih halus dengan pola
dekoratif. Hasilnya adalah berbagai produk besar seperti mangkuk dari
berbagai ukuran dan bentuk, kendi, tempat pembakar dupa, lampu, tempat
lilin, nampan, ubin dan sebagainya. Keuntungan ini juga memungkinkan
kontrol lebih besar pada benda berukir, hiasan, penggunaan yang halus di
Seljuk dan diperpanjang sampai abad kedua belas.
Hiasan ukiran di keramik adalah sebuah tradisi lama yang digunakan
dalam tembikar muslim abad kesembilan dikenal sebagai teknik sgraffiato,
yang merupakan teknik ukiran berdasarkan incising desain dengan alat yang
tajam melalui slip putih - merah untuk mengungkapkan warna dasar body
tembikar. Produk tersebut kemudian dilapisi dengan glasir.

Model dan Desain Keramik Yang Dekoratif

Seljuk juga mengembangkan apa yang disebut silhouette, barang yang


dibedakan oleh latar belakang hitam. Ini diproduksi oleh suatu teknik yang
terdiri dari lapisan body putih fritware dengan slip hitam tebal untuk hiasan
kemudian diukir. Kemudian, diterapkan lapisan berwarna biasanya biru atau
hijau, glasir transparan. Menurut Lane, teknik ini digunakan, dalam bentuk
yang lebih sederhana, di Samarkand antara abad kesembilan dan kesepuluh.
Metode yang kemudian dikembangkan terdiri dari pencampuran warna buram
dengan slip tanah liat yang tebal sebagai gantinya.
Pada akhir setelah abad pertengahan (1400-seterusnya), pengaruh
warna biru dan putih dari porselen dinasti Yuan dan Ming China terbukti
dalam banyak produk keramik yang dibuat oleh perajin tembikar muslim.
Mengenal Seni Rupa Islam - 132 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Barang dagangan yang dibuat di kota Iznik di Anatolia sangat terkenal dan
memiliki pengaruh besar terhadap seni dekoratif Eropa, misalnya Mayolica di
Italia.
Dalam studi tembikar Islam, Arthur Lane menghasilkan dua buku
yang membuat kontribusi substansial untuk memahami sejarah dan jasa
keramik Muslim. Buku pertama didedikasikan untuk mempelajari keramik
awal dari Abbasiyah sampai periode Seljuk, dengan membuat sketsa dengan
berbagai peristiwa yang memainkan peran penting dalam naik turunnya gaya
tertentu. Dalam buku kedua, Lane bekerja menggunakan gaya retoris yang
sama, diadopsi dari buku pertama, kali ini mencurahkan perhatiannya untuk
periode dari abad kesembilan belas dari tembikar Mongol ke Iznik dan Persia.
Benda-benda lain tidak lagi membutuhkan penjelasan untuk dikagumi, sebuah
mangkuk batu kristal abad ke-11 M dari Mesir; sebuah lampu masjid tembikar
Iznik abad ke-16 M dari Istanbul; sebuah mangkuk abad ke-15 M yang
menggambarkan ada sebuah kapal Portugis yang sedang berlayar yang dibuat
di Spanyol dengan menggunakan teknik suatu pengkilapan glasir yang
diciptakan di Irak berabad-abad sebelumnya. Juga sebuah mimbar kayu
setinggi 19 kaki yang dibuat pada akhir abad ke-15 M untuk sebuah masjid di
Kairo.
Berikut sejumlah penelitian Lane, dimunculkan karya yang paling
komprehensif dengan mengadopsi pandangan umum dari RL Hobson, Ernst
J. Grube, Richard Ettinghausen dan lebih baru lagi dari Alan Caiger-
Smith dan Gesa Febervari. Kontribusi tambahan dibuat oleh orang-orang
yang mengkhususkan diri dalam waktu tertentu atau regional tembikar dalam
sejarah seni Islam seperti Georges Marcais dalam karyanya di Afrika Utara,
Oliver Watson di Persia dan JR Hallett di Pottery Abbasiyah.
Dunia juga mengakui, salah satu dari corak keramik yang paling
indah adalah karya tangan-tangan terampil pembuat keramik muslim.
Memang pada awalnya mereka meniru corak keramik dari China dan Yunani.
Namun, seiring dalam perkembangan waktu, mereka menghasilkan keramik
bercorak yang berbeda dan khas. Keramik-keramik yang mereka ciptakan
membentuk karakter keindahan tersendiri, berbeda dengan karakter keramik
dari China atau Yunani, sehingga teknik-teknik baru dari pembuatan keramik
pun lahir untuk memperkaya keramik Dunia.

Mengenal Seni Rupa Islam - 133 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Pecahan
Keramik
Islam dari
Temuan
Para
Arkeolog

Studi keramik adalah kunci disiplin dalam penyelidikan arkeologi


Timur Tengah. Keramik sherds adalah diantara yang paling umum ditemukan
pada penggalian dan survei lapangan. Kehadiran keramik di mana-mana,
dapat disebabkan oleh beberapa faktor: Pertama, bahan-bahan yang
diperlukan untuk membuat tembikar umumnya murah dan tersedia. Kedua,
produk wadah keramik yang mudah patah atau pecah. Ketiga, tidak seperti
bahan-bahan organik dan tekstil atau kulit. Bahan-bahan anorganik seperti
logam, juga tembikar sherds tidak mudah busuk atau rusak di dalam tanah.
Dan keempat, tidak seperti logam atau gelas, keramik bisa dibakar, tidak
dapat dicairkan atau untuk didaur ulang. Dengan demikian, dari segala bentuk
artefak yang dibuat, adalah produk keramik yang paling sering ditemukan.
Bentuk benda dan cara-cara mendekorasi, perubahan bahan melalui waktu
dan tembikar dapat digunakan untuk memahami periode (waktu) di mana
sebuah situs ditemukan. Selain itu, tembikar bisa diperdagangkan, baik untuk
dirinya sendiri atau karena digunakan sebagai wadah untuk produk tempat
anggur atau minyak dan lainnya, sehingga keberadaan barang import di suatu
situs yang dapat memberitahu dan menerangkan tentang cara, dimana,
bagaimana sampai penemuan situs, juga produk keramik yang terlibat
didalam suatu perdagangan dengan daerah lain.
Keramik Islami, tembikar dan arkeologi adalah masalah yang
diuraikan dan relevan dengan penelitian arkeologi atas tembikar dari semua
pra-sejarah dan priode sejarah. Tidak ada kekhawatiran, hal yang sama dapat
diterapkan pada studi tentang keramik periode Islam dari periode dari abad
ketujuh Masehi sampai sekarang, walaupun masalah-masalah lain juga perlu

Mengenal Seni Rupa Islam - 134 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


dipertimbangkan. Barangkali isu yang paling penting adalah kesenjangan
antara apa yang dianggap sebagai "tembikar Islam" oleh arkeolog dan
sejarawan seni.
Jika mengunjungi banyak museum utama di Amerika Serikat, Eropa
dan Timur Tengah, atau membaca sebagian besar dari panduan umum
keramik Islam, akan menemukan contoh dari produk keramik yang dihiasi
kaca atau berglasir dan diproduksi di berbagai wilayah dunia Islam dari abad
kesembilan ke abad kesembilan belas. Kualitas dan berbagai teknik yang
digunakan dalam pembuatan keramik tersebut memiliki nilai tinggi, yang
dipimpin sejarawan seni dan kolektor untuk menganggap masa Islam sebagai
salah satu yang paling penting dalam pengembangan keramik mengkilap
halus. Penting untuk menyadari, bahwa bagaimanapun benda-benda dekorasi
tersebut hanya sebagian kecil dari jumlah total nilai keramik yang dihasilkan.
Mayoritas secara sederhana pembakaran glasir on-glazes dimaksudkan untuk
melakukan berbagai tugas-tugas fungsional. Situasi ini jelas digambarkan oleh
sejarawan Maqrizi tentang keramik Mesir abad kelima belas dengan
membahas ibukota Mesir, Kairo, dia pun berkomentar: ”Mereka mengatakan
bahwa sampah yang dibuang ke tumpukan sampah Kairo setiap hari adalah
seribu koin emas (bahasa Arab: dinar). Mereka merujuk pada alat-alat yang
digunakan oleh pedagang susu, keju dan pedagang makanan. Ini adalah
mangkuk tanah liat merah ke dalam susu dan keju yang diletakkan, atau di
mana orang miskin makan makanan mereka di toko-toko memasak”.
Harus sadari, karena itu yang dihiasi dengan glasir indah yang
berkaca-kaca pada tembikar, hal tersebut dapat dilihat dan dipajang pada
museum-museum, dimana dibuat sebagian besar untuk kelompok-kelompok
sosial yang kaya dari berbagai kota dan khususnya pada masa kekuasaan
dunia Islam.

Beberapa Temuan Produk Keramik Islam

Mengenal Seni Rupa Islam - 135 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Sebagaimana bisa dilihat, yaitu produk-produk khusus dari pusat-
pusat perkotaan di Timur Tengah dan dalam jumlah kecil di dataran Karak.
Namun arkeolog yang bekerja di wilayah ini dan bagian selatan Yordania,
harus menghabiskan lebih banyak waktu melihat-lihat kesederhanaan on-
glazes warna monokrom sherds mengkilap.
Selama periode Islam, yang dihasilkan Karak suatu dataran tinggi
sebagai daerah pedesaan dan fakta ini tercermin dalam jenis keramik yang
terdapat di sana, yaitu: Pottery Islam awal (ketujuh-abad kesebelas), Pottery
Islam tengah (kedua belas abad keempat belas), Pottery Islam di kemudian
hari (abad kelima belas), The Emergence Handmade Pottery Islam di Tengah
Periode Glossary istilah-istilah teknis Tembikar. Hal tersebut berdasarkan
hasil temuan keramik atau tembikar Islam yaitu berupa timah mengkilap
Moresque Hispanoware dengan hiasan lusterware dari Spanyol sekitar tahun
1475.
Dari abad ke delapan belas, penggunaan keramik mengkilap sudah
lazim dalam seni Islam, biasanya mengasumsikan tembikar dengan bentuk
yang rumit. Tin-opacified dari kaca glasir adalah salah satu yang paling awal
dari teknologi baru yang dikembangkan oleh masa Islam. Warna buram atau
dof dari seni Islam, yang pertama glasir ditemukan sebagai warna biru di
Basra, berasal sekitar abad ke-8. Kontribusi penting lain adalah
pengembangan stoneware atau keramik batu yang berasal dari abad ke-9 di
Irak. Yang pertama kali produksi kompleks industri untuk glasir-kaca dan
tembikar, yang produksinya dibangun di Ar-Raqqah, Suriah, pada abad ke-8.
Selain inovatif, bentuk keramik dipusat tembikar di dunia Islam, termasuk di
Fustat (975-1075), di Damaskus (dari 1100 sampai sekitar 1600) dan di
Tabriz (1470-1550).
Lustreware ditemukan di Irak oleh ahli kimia Persia Jabir bin
Hayyan (Geber) pada abad ke-8 selama kekhalifahan Abbasiyah. Inovasi
lain adalah albarello, sejenis guci mayolica yang awalnya dirancang untuk
kebutuhan apotek sebagai tempat salep dan obat-obatan. Pengembangan jenis
farmasi ini berupa jar dan memiliki akarnya dalam Islam Timur Tengah, yang
dibawa ke Italia oleh Hispano-Moresque yaitu pedagang Italia, sebagai
contoh paling awal yang diproduksi di Florence pada abad ke-15.
Hispano-Moresque menjadi gaya yang muncul di Andalusia pada
abad ke-8, di bawah Fatimiyah. Ini adalah gaya tembikar Islam yang dibuat
di Spanyol Islam, setelah Moor memperkenalkan dua teknik keramik untuk
Eropa, yaitu glasir dengan opak putih glasir timah dan lukisan di lusters
Mengenal Seni Rupa Islam - 136 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
metalik. Islami Moresque Hispano-ware bisa bedakan dengan tembikar dari
kekristenan, karakter ke-Islam-an dilihat dari dekorasinya. Istilah ini juga
mencakup barang-barang yang dihasilkan oleh orang Kristen saat itu.
Dunia Islam abad Pertengahan juga memiliki keramik dengan
gambaran binatang, yang ditemukan di seluruh dunia Islam abad Pertengahan,
khususnya di Persia dan Mesir yang mengerjakan keramik on-glazes dan
memang masih agak primitif selama periode ini. Beberapa benda produk dari
logam dapat bertahan dari waktu ini, tetapi tetap agak sulit untuk
membedakan objek-objek yang diterapkan dari orang-orang dari masa pra-
Islam.

Temuan Menarik Tentang Keramik Islam Yang Dekoratif

Dari beberapa hal yang bisa dipahami dari penjelasan diatas ada tiga
hal yang dapat dikatakan penting adalah sebagai berikut :
1. Glasir Logam kaca dan penggunaan mineral dalam proses pembakaran
dari abad ke-9 menghasilkan jenis lusterware yang unik dan sudah
berteknologi maju.
2. Perdagangan dengan Asia dengan penggunaan teknik produksi keramik
berasal dari China, terjadi dari abad ke-13 mendahului sebelum penerapan
teknik yang sama dari Eropa.
3. Daerah yang berbeda seperti Turki, Iran, Mesir dan Suriah, yang masing-
masing telah memiliki gaya daerah mereka tersendiri.

Mengenal Seni Rupa Islam - 137 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Mengulas data gambar dan informasi penting dalam bentuk seni Islam
berupa produk keramik, pada beberapa museum di abad ke-19 sampai tahun
2000, semua terdapat gambar dari 302 potongan keramik Islam yang
mencakup periode Islam abad 7-19, yang diwakili oleh Mesir dan daerah-
daerah lain di Timur Tengah seperti Iran dan Turki sebagai sumber informasi
yang bagus untuk pengulas keramik Islam.

Keramik Dengan
Hiasan Khas
Motif Islam
Geometris – Kaligrafi.

Keramik sering kali terabaikan dalam ulasan seni, terutama hasil


bentuk seni keramik Timur Tengah dan Afrika Utara. Karena peradaban kuno
di daerah ini memiliki sejarah panjang dalam produksi keramik. Pada periode
Islam, penaklukan dan perdagangan di kawasan tersebut menunjukkan
teknologinya yang sudah menghasilkan inovasi-inovasi baru seperti kaca
metalik, palet warna atau warna beragam yang luas, jauh sebelum inovasi
berkembang sampai di Barat, disamping itu membuat imitasi dan adaptasi dari
teknik produksi seperti keramik China, meskipun ada kelemahan terutama
dari medianya ada yang berubah. Contoh penting ini menunjukkan hasil
keramik awal sering selamat tanpa cedera dan ditemukan di museum-museum
di seluruh dunia. Namun koleksi terbesarnya masih di Timur Tengah dan
Afrika Utara.

Mengenal Seni Rupa Islam - 138 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Keramik merupakan sumber informasi yang berharga pada banyak
aspek peradaban manusia dan masyarakat seperti dari sektor sosial-ekonomi,
seni-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi sampai pada kehidupan rumah
tangga. Karena benda keramik tahan terhadap berbagai kondisi dan waktu
serta berfungsi sebagai bukti penting adanya kegiatan manusia dimasa
lampau, bersifat sekuler atau bukan seni dalam keagamaan Islam. Sebagai
contoh, walaupun representasi seni dari sosok manusia dilarang dalam agama
Islam, produk yang ditujukan untuk penggunaan domestik-seperti piring
keramik, gelas, dan mangkuk-seringkali menampilkan sosok manusia.
Bersamaan dengan itu, kaligrafi dipadukan dengan motif abstrak nabati dan
desain geometrik juga menyertainya. Dan ini biasa dan umumnya dikaitkan
atau berhubungan dengan seni Islam. Gambar benda-benda hasil peradaban
ini, kini telah dijadikan pelajaran dalam memahami berbagai warisan seni
Islam, juga menunjukkan bagaimana gambaran yang mencerminkan warisan
penting dalam aspek ekonomi global dan pertukaran teknologi yang pernah
terjadi di masa Islam dahulu.
Gaya keramik memberikan penjelasan yang kurang memadai dalam
hal penggambaran teknik dan gambaran dasar dari ciri-ciri keramik
periodesasi. Priode keramik dalam sejarah Islam dapat diurai beberapa masa
sebagai berikut:
 Masa Umayyah (abad ke-8),
 Masa Fatimiyah (abad 10-12),
 Masa Ayyubiyah (abad ke-13),
 Masa Mamluk (abad 14-16), dan
 Masa Ottoman atau Turki (abad 16-19).

Sayangnya penjelasan yang diberikan untuk gaya dan masa yang spesifik ini
banyak ditulis dan ditujukan untuk para spesialis atau penikmat saja, bagi
pengamat memang dianggap masih kurang memadai dan kurang lengkap.
Ketika Timur Tengah berada di bawah kekuasaan Islam pada abad
ketujuh, produksi artistik tidak segera memutuskan hubungan dengan masa
lalu, hanya secara bertahap melakukan tradisi bervariasi di kawasan itu
dimana artistik menggabungkan diri ke dalam gaya identifiably Islam dan
penonjolan diberikan untuk prasasti dalam bahasa Arab yang membantu
memberikan karakter seni Islam itu sendiri, seperti halnya dalam hal
kemajuan dari segi teknis. Dari abad kedua belas misalnya, tembikar dilapisi
dengan desain bawah glasir (underglaze), sedangkan metalworkers dieksekusi
Mengenal Seni Rupa Islam - 139 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
secara kompleks dan penuh pola warna di permukaan brasswares
menggunakan tatahan perak, tembaga, emas dan bahan lainnya. Keterampilan
serupa juga diterapkan pada permukaan kaca, yang ditutupi glasir dengan
ornamen cerah dan indah terdiri penggunaan warna berenamel dan
penyepuhan.
Faktor eksternal dari pasukan penguasa telah membawa perubahan
lebih lanjut. Perdagangan dengan China pada abad kedelapan diperkenalkan
kembali penggunaan tablewares keramik ke Timur Tengah dan pada abad
ketiga belas, pendudukan Mongol dari sebelah timur di Timur Tengah yang
menyebabkan adanya penerapan motif kekaisaran Asia Timur seperti phoenix
dan naga. Semua perubahan ini memiliki efek kumulatif, sehingga pada abad
keempat belas, seni Islam telah menjadi benar-benar berbeda dari seni masa
lalu yang pra-Islam.
Keramik dapat dibandingkan dengan gambar monumen dan masjid,
untuk pelajaran tentang studi untuk publik, dibandingkan dengan kepentingan
privat (khusus) atau bersifat sekuler, juga dibandingkan dengan seni religius
dalam dunia seni Islam. Foto gambar keramik dapat digunakan untuk
membahas perkembangan teknologi dan pertukaran dalam sejarah serta
perdagangan global sebelum ekspansi Muslim ke Eropa. Dan keramik dapat
digunakan untuk mengeksplorasi kehidupan rumah tangga pra-masyarakat
modern dari segi jenis dan fungsi tertentu dari potongan-potongan keramik
yang ditemukan.
Islam muncul sebagai salah satu agama di Jazirah Arab di abad ke-7,
dan dengan cepat menyebar ke wilayah tetangga, yang meliputi wilayah dari
Saudi, Afrika Utara, dari Syria ke Iran di Timur dan Spanyol di Barat. Gaya
artistik lokal dari daerah yang ditaklukkan, kemudian diserap dalam
pembuatan seni tanah liat dan berasimilasi dalam seni budaya Islam. Hal ini
tercermin dalam keramik dari periode awal Islam (abad ke 7 - 10) yang terus
menggunakan teknik-teknik dan gaya Bizantium, Partia dan Sasanians dari
abad 9 atau 10, hal tersebut dianggap bahwa gaya Islam yang unik telah
muncul. Motif bulat (roda) dilekatkan atau dicapkan ke benda keramik
dengan desain geometris dan kombinasi hewan dengan tumbuhan serta
barang-barang hasil cetakan merupakan karakteristik keramik pada Islam
awal abad ke-8. Sementara barang-barang keramik berglasir mengkilap baru
masuk Irak sejenis „keramik biru-putih', keramik mono-crome dan policrome
yang berkilau muncul pada abad ke-9 periode Abbasiyah. Dalam peningkatan
perdagangan dengan China, masa Abbasiyah mempelajari teknik-teknik
Mengenal Seni Rupa Islam - 140 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tembikar berkaca (berglasir) yang digunakan oleh tembikar China, terutama
penambahan timah oksida untuk membuat glasir transparan, meniru dalam
penampilan yang dianggap sebagai porselen China dengan bahan tanah putih
halus. Teknik lain tembikar yang diperkenalkan oleh Islam adalah
penggunaan hiasan yang kilap berkilau seolah bercahaya seperti kemilaunya
metalik dari abad ke-10 dan seterusnya. Kemudian penggunaan berbagai jenis
slip untuk menutupi tanah liat lokal dengan gaya dekoratif baru dalam bentuk
kaligrafi akhirnya mulai diperkenalkan secara luas.

Beberapa Ragam Hias Keramik Islam Abbasiyah

Tanah yang baru ditaklukkan oleh kaum muslim telah ada


sebelumnya dengan tradisi artistik mereka sendiri. Pada awalnya para perajin
dan seniman yang telah bekerja di bawah patronase pengaruh
Bizantium atau Sasania tetap bekerja sesuai adat kebiasaan dan gaya mereka
sendiri, khususnya untuk pelanggan muslim. Contoh pertama dari seni Islam
bergantung pada bentuk, teknik, gaya sebelumnya yang mencerminkan
campuran gaya Iran baik tema dan maupun motifnya yang dekoratif-klasik.
Bahkan ada didirikan monumen-monumen keagamaan di bawah perlindungan
Umayyah yang jelas memiliki fungsi dan makna Islam, seperti bentuk Kubah
Batu di Yerusalem, yang menunjukkan campuran gaya dari Yunani-Romawi,
Bizantium, dan elemen Sasania. Hanya secara bertahap, di bawah pengaruh
iman muslim dan negara Islam yang baru lahirkan dan melakukan
kemunculan seni Islam yang unik. Aturan dari kekhalifahan Umayyah (661-
750) seringkali dianggap sebagai periode formatif dalam seni Islam. Salah
satu metode untuk bisa mengelompokkan seni Islam, yang digunakan dalam

Mengenal Seni Rupa Islam - 141 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


galeri atau museum seni Islam adalah sesuai dengan dinasti yang berkuasa
ketika karya seni itu dihasilkan. Jenis periodisasi mengikuti aturan umum dari
sejarah Islam, yang terbagi ke dalam dan diselingi oleh aturan berbagai
dinasti, mulai dari Umayyah dan Abbasiyah yang memerintah disebuah
negara Islam yang bersatu dan luas berakhir secara regional yang kuat, seperti
dinasti Safawi , Utsmani dan Mughal .
Secara geografis dan dengan cakupan sejarah yang panjang, seni Islam
mau tidak mau bisa tunduk pada pengaruh berbagai daerah dan bahkan gaya
nasional serta perubahan dalam berbagai periode perkembangannya. Hal ini
semua menjadi lebih luar biasa, bahkan dalam situasi tersebut membuat seni
Islam selalu mempertahankan kualitas intrinsik dan identitas yang unik. Sama
seperti agama Islam yang mewujudkan cara hidup dan berfungsi sebagai
kekuatan kohesif di antara beragam etnis dan budaya masyarakat, seni Islam
yang dihasilkan oleh dan untuk masyarakat muslim telah berkarakteristik
pemersatu serta teridentifikasi dasar-dasarnya. Mungkin yang paling
menonjol di antaranya adalah kecenderungan untuk semua permukaan
dekorasi yang berlebihan. Keempat komponen dasar Islam seperti
ornamen kaligrafi, pola vegetal, pola geometris dan figural representasi.

Keramik Islam
Abad 9 dari
Nisyapur

The Art of Nisyapur (pertengahan abad ke 9 - 12), bahwa ada


penggalian tentang ekspedisi Iran untuk museum, bahwa Nisyapur mulai
menganggap ada pengaruh besar dari pertengahan abad kesembilan sampai
kesepuluh dan melalui abad kedua belas pada salah satu pusat politik,
komersial dan budaya yang besar di Iran sebagai abad pertengahan dalam
dunia Islam. Oasis yang terkaya dan ibukota provinsi Khorasan Iran Timur,
Nisyapur yang terletak disepanjang Jalur Sutra ada barang yang dipertukarkan
sampai jauh di Timur Dekat. Pada periode Seljuk di Iran abad ke 12 - 13
dapat dilihat perkembangan dari jenis 'frit ware', terbuat dari tanah liat putih,
Mengenal Seni Rupa Islam - 142 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kuarsa dan glasir abu (debu), yang memungkinkan pencetakan bentuk yang
lebih halus dengan dinding yang tipis. Salah satu pusat produksi utama
keramik adalah Kasyan, terkenal dengan baik glasir kilaunya pada tembikar.
Lustre hiasan ini populer dan sangat dihargai serta mahal untuk diproduksi.
Bentuk yang halus dan indah terbuat dari glasir logam yang terbaik, seperti
lapisan perak, emas dan tembaga. Teknik yang mengkilat tersebut, ada
kemungkinan sebagai suatu reaksi yang berkembang saat itu sebagai
tanggapan terhadap undang-undang yang melarang kesombongan berlebihan
yang terbuat dari bahan logam mulia secara utuh didalam bentuk tempat
makanan.

Ottoman
Turki (Istambul)
Jaman Süleyman
„Si Hebat”
Berbahan Kertas,
Cat Emas dan
Tinta (1520-1566)

Dalam masa Süleyman, dikenal sebagai "Magnificent atau anggota


parlemen" Ottoman mencapai bentuk kekaisaran pada puncak kekuatan
militer dan politik kekuasaan. Dimana tentara Süleyman menaklukkan
Hungaria dan kontrol Ottoman bisa dipertahankan selama lebih dari 150 tahun
hingga mereka maju sampai ke barat hingga Wina, juga mengancam
Habsburg. Kearah timur, pasukan Ottoman merebut kendali Irak dari Safawi
di Iran. Di daerah Mediterania, angkatan laut mereka ditangkapi di semua
pelabuhan utama Afrika Utara.
Dengan pembubaran kesultanan Utsmani dan pendirian Republik
Turki pada tahun 1923, seniman dan politisi sama-sama menyerukan jenis
baru gaya seni untuk mewakili bangsa bibit. Walaupun ada perjanjian umum
tentang penolakan terakhir berbunga seni Ottoman, tidak semua yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 143 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
mencakup gaya tunggal bisa muncul untuk menggantikannya. Tahun-tahun
awal Republik Turki melihat munculnya puluhan sekolah baru seni dan
energik organisasi seniman muda. Perwakilan dari periode ini adalah adanya
secara simultan Asosiasi Independen Pelukis dan Pematung, didirikan pada
tahun 1928 dan group baru lainnya mulai tahun 1933. Beberapa anggota
seperti Nurullah Berk bekerja di painterly campuran dari gaya Eropa dan
Turki. Seniman lain, seperti Cemal Tollu membawa pada pengaruh lukisan
yang lebih abstrak dan kubisme.
Harvey B. Plotnick, kolektor seni dari Chicago, yang telah
mengumpulkan apa yang umumnya dianggap sebagai koleksi pribadi terbaik
dalam keramik Islam awal di dunia, dalam suatu pameran “Perfektual
Kemuliaan”. Hal ini dianggap suatu yang luar biasa dari objek yang sangat
dikagumi oleh para pengamat atau spesialis di bidang penelitian seni Islam,
yang sama-sama menjatuhkan pilihan berkisar 100 harta karun di permulaan
awal zaman dari khalifah Abbasiyah di Irak abad ke-9 sampai abad ke-10 dan
Ilkhanid dinasti Mongol di Iran dari abad pertengahan 13 sampai pertengahan
abad ke14, juga dari dinasti Timur Lenk di kawasan timur Asia Tengah di
abad 14 sampai abad 15.
Perkembangan yang cukup dramatis dalam perkeramikan di masa
Islam abad Pertengahan telah disebut dengan singkat dalam revolusi industri.
Mengkilapnya barang-barang tembikar putih yang diglasir warna biru kobalt,
lusterware mewah dan splash-ware, saat itu sedang marak diproduksi dalam
jumlah yang relatif lebih besar dengan variasinya, daripada produk
sebelumnya yang diperdagangkan secara luas di sepanjang Jalur Sutra.
Mengamati yang terpenting dari jenis keramik, terutama yang diproduksi di
Irak dan Iran selama sepanjang waktu produksi lusterware, penggunaan slip
dan lapisan glasir keramik, glasir underglaze dan barang-barang yang
berglasir over-glaze paling sering dikenal sebagai fitur mina'i serta objek-
objeknya dengan sejumlah contoh yang kontekstual dari Mesir, Suriah,
Afghanistan dan Asia Tengah.
Prestasi yang luar biasa dari keramik Islam dieksplorasi secara
mendalam, seperti lusterware yang diproduksi melalui proses penerapan yang
umumnya menggunakan logam tembaga dan perak oksida dengan banyak lagi
campuran. Dalam produksi, resep pembuatan adalah merupakan rahasia yang
dijaga ketat oleh keluarga dari pengrajin, terutama di pusat seni terkenal
seperti Kashan, Iran, pada akhir abad 12 dan awal abad ke-13. Lusterware
pertama kali dikembangkan di Irak dalam abad ke-9 dan ditiru serta dihargai
Mengenal Seni Rupa Islam - 144 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
oleh para penguasa Fatimiyah di Mesir mulai pada pertengahan abad ke-10
sebelum menyebar ke Suriah, Anatolia dan pada akhirnya Iran, di mana
kemudian mencapai puncaknya secara teknis dan artistik. Dalam presentasi
lusterwares Iran, selain fitur permukaan yang berkilau, yang luar biasa dan
banyak gambar-gambar figuratif, juga berkat adanya puisi yang terdapat pada
prasasti aforisme yang diambil dari bahasa Arab dan Persia.
Adalah sebuah proyek yang menggali seni lintas budaya dari warisan
bersejarah dari jaringan darat dan maritim rute perdagangan antara China dan
Laut Tengah, dapat disaksikan pada pameran yang disajikan bersama Silk
Road Chicago, sebuah kolaborasi antara Art Institute of Chicago, Chicago
Symphony Orchestra, Kota Chicago - Department of Cultural Affairs dan
Jalur Sutera. Buah karya para seniman muslim di era keemasan, yang didesain
pada abad ke-12 M, diakui memang sungguh luar biasa dan membuat takjub
para ilmuwan dan pengamat seni keramik. Hal ini merupakan salah satu bukti
kejayaan seni Islam di masa kekhalifahan, dimana peradaban Islam
menguasai teknologi pembuatan tembikar atau keramik yang dimulai sejak
tahun 622 Masehi setelah kekhalifahan Islam melebarkan wilayah
kekuasaannya hingga ke Bizantium, Persia, Mesopotamia, Anatolia, Mesir,
hingga Andalusia, sehingga teknologi pembuatan keramik dikuasai para
seniman muslim.
Dalam sejarah peradaban Islam tidaklah dipungkiri, jika kemampuan
para seniman muslim dalam mengembangkan teknik pembuatan keramik khas
Islam telah banyak dibantu orang-orang China, Mesir dan Yunani. Meskipun
begitu, keramik dari peradaban Islam mampu tampil khusus dengan ciri khas
tersendiri, sehingga teknik dan desain keramik Islam tersebut mampu
memberi pengaruh yang begitu besar bagi peradaban Barat. Menurut Emily
Stockin dalam tulisannya yang bertajuk „The Pottery of Islam‟, para seniman
muslim mampu mengembangkan beragam teknik baru pembuatan keramik
yang khas Islam dan dianggap tembikar Islam yang paling termasyhur karena
lapisannya yang berkilau. Tidak hanya itu, keramik Islam juga begitu unik
dengan desain hiasan nan estetis. Yang tak kalah penting, peradaban Islam di
era keemasan sudah mulai digunakan untuk lantai (ubin) keramik, juga hiasan
utama dalam arsitekturnya. Pada masa kekhalifahan, negeri-negeri di Timur
Tengah lainnya, seperti Iran, Irak, Suriah dan Mesir merupakan sentra utama
produsen keramik Islam. Dari kawasan itulah, aneka produk tembikar atau
keramik khas Islam berkembang begitu pesat selama beberapa abad. „‟Sejarah
keramik Islam yang berkembang di sentra industri keramik itu dapat dibagi
Mengenal Seni Rupa Islam - 145 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dalam tiga periode; Pertama, adalah periode awal yang berlangsung dari abad
9 hingga abad 11. Kedua, adalah periode pertengahan dari abad 12 hingga
abad 14. Periode ketiga, berlangsung dari abad 15 hingga abad 19.
Pada periode awal para seniman muslim masih banyak terpengaruh
gaya dari negeri lain dalam membuat keramik dan produksi tembikar, lalu
pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai meningkat dan mendapat
pengaruh dari China. Tahun 846 M - 885 M. perdagangan antara dunia Islam
dengan China berlangsung dengan pesat. Ada fakta bahwa Gubernur
Khurasan, Ali ibnu Isa mengirimkan 20 pasang porselin kekaisaran China
kepada Khalifah Harun Ar-Rasyid. Pada periode awal, para seniman Islam
sudah mulai mengembangkan ide tentang lusterware - jenis tembikar atau
porselin dengan memberi efek warna dari lapisan metalik. Lusterware
pertama diciptakan para seniman Islam dengan melalui tiga proses
pembakaran. Mulanya lusterware menggunakan beragam warna, lantaran
faktor ekonomi tembikar atau keramik jenis lusterware kemudian hanya
menggunakan satu warna saja, saat itu keramik atau porselin jenis itu
diproduksi di Mesir, sebagai tembikar khas negeri Piramida yang dilukis
bergambar burung, hewan-hewan serta bentuk manusia, ketika Mesir berada
dalam era kekuasaan Dinasti Fatimiyah. Selain itu, lusterware pun
dikembangkan dan diproduksi di Persia dan Afghanistan.
Memasuki pertengahan abad ke-11 M, Persia ditaklukkan oleh
Dinasti Seljuk yaitu suku nomaden dari Turki. Seperti halnya Dinasti
Fatimiyah, bangsa Seljuk juga membawa gaya dan teknik pembuatan keramik
ke berbagai wilayah yang dikunjungi. Dinasti Seljuk mampu menciptakan
perdamaian selama tiga abad dari 11 M sampai 13 M., sehingga kesenian pun
tumbuh dengan pesat. Sejarah mencatat disepanjang separuh abad dari 1175
M hingga 1225 M., industri keramik berkembang dengan pesat di kawasan
Timur Dekat. Pada masa itu, kota Rayy dan Kashan, di utara Persia tengah
menjadi sentra beragam jenis tembikar.
Di abad ke-13 M., sentra keramik mulai muncul di Kashan dan Mesir.
Di kedua wilayah itu, industri keramik tumbuh begitu pesat, sebab pusat
industri keramik di negeri muslim lainnya telah dihancurkan oleh tentara
Mongol. Sepanjang abad ke-13 M hingga 14 M, beragam jenis keramik
diproduksi di Kashan. Pusat industri keramik itu juga diakui sebagai penghasil
ubin lantai yang termasyhur. Pada periode pertengahan itu, Mesir juga
menjelma menjadi sentra industri keramik yang maju. Apalagi negeri tersebut
cukup kuat dan tidak mampu ditembus oleh pasukan tentara Mongol. Dinasti
Mengenal Seni Rupa Islam - 146 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Mamluk yang berkuasa di kawasan itu mampu memukul mundur serangan
membabi-buta yang dilancarkan bangsa Mongol. Produksi keramik
berkembang pesat, lantaran penguasa Mamluk menarik banyak seniman
pembuat keramik dari wilayah lain untuk berkreasi di Mesir. Ciri khas
keramik yang diciptakan seniman Mamluk adalah menampilkan tema-tema
keagamaan. Dinasti ini memang sangat mendukung akan berkembangnya seni
rupa Islam.
Pada periode akhir, ada tiga jenis keramik atau tembikar yang
berkembang di dunia Islam. Salah satu keramik yang terkenal pada masa itu
adalah tembikar Kubachi dan Iznik. Salah satu pusat industri keramik pada
periode terakhir itu berada di Kirman. Di wilayah itu, para pembuat keramik
membuat tiruan keramik China. Teknik dan desain keramik Islam yang khas
telah berpengaruh terhadap seni keramik di Negara-negara Eropa seperti:
Italia, Prancis, Spanyol dan Inggris. Bahkan, para seniman Spanyol kerap
menggunakan desain Islam dalam membuat aneka produk keramik yang
dikenal dengan nama Hispano-Moresque. Begitulah, para seniman muslim di
era keemasan turut mewarnai perkembangan seni pembuatan keramik.

Beberapa
Produk Keramik
Seni Islam
Dari Koleksi
Museum AS ,
Iran -Nishapur,
Samarqand-
Uzbekistan
Pada Abad ke
10-11

Mengenal Seni Rupa Islam - 147 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Produk Keramik Yang Indah Penuh Dekorasi & Kaligrafi
Zaman Keemasan Islam

Firman-firman pun ditulis menghiasi produk keramik. Tidak ada yang


lebih karakteristik dari seni Islam seperti pada penggunaan dalam prasasti
dengam tulisan atau bahasa Arab, yang muncul menghiasi dinding istana dan
masjid serta berbagai objek dari produk pakai. Sebuah sistem proporsi yang
mengatur bentuk huruf dan hubungannya satu sama lain dikembangkan pada
awal abad kedelapan. Seiring waktu, peraturan pun berubah, sebagai gaya
yang baru dan berbeda menjadi populer. Tapi aturan selalu ada, pinjaman dari
konsistensi pada seni kaligrafi Islam yakni seni menulis indah atau "menulis
dengan baik" dalam tulisan Arab tetap berlaku.
Pentingnya akan peningkatan untuk prasasti selama periode Islam
adalah terkait erat dengan sifat Islam, yang didasarkan pada wahyu yang
diterima dari Allah SWT (Tuhan) oleh Nabi Muhammad SAW., bahwa Al
Qur‟an adalah firman Allah yang diucapkan dalam bahasa Arab. Muslim di
setiap generasi akan mempelajari dan membuat salinan Al-Quran yang ditulis
dalam tulisan Arab. Bentuk yang menggunakan dalam penulisan indah untuk
mencatat dan pengingat akan firman Allah telah memberikan status kaligrafi
Arab sangat terkemuka dalam budaya Islam.
Kutipan dalam bentuk kaligrafi dari Al-Qur‟an dan teks-teks agama
sangat elegan, penggunaan yang lazim lain yaitu untuk menghiasi bangunan
masjid dan arsitektur Islam serta karya seni. Kaligrafi terutama untuk
digunakan dalam konteks agama, seperti dalam hal mendekorasi ubin yang
membawa tulisan Al-Qur‟an secara monumental, juga pernah ada menghiasi
makam Buyanquli Khan di Bukhara, Uzbekistan. Namun demikian dari
Mengenal Seni Rupa Islam - 148 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
berbagai prasasti sekuler ada juga yang dimunculkan. Benedictions banyak
mengungkapkan pengamatannya dalam tulisan yang artinya seperti "Baik
keberuntungan dan kemakmuran bagi pemiliknya ! ". Terkadang, disebut
nama-nama pelanggan dan seniman yang bekerja membuat hiasan kaligrafi,
sebagaimana kutipan dari puisi Timur Tengah yang ditulis dalam bahasa
Arab, Persia, dan Turki.

Keramik
Dinding
yang
Berhiaskan
Kaligrafi

Salah satu dari anggapan yang populer adalah bahwa budaya Islam
tidak mentolerir citra figural atau penggambaran manusia dan hewan.
Larangan ini tentu dapat dilihat di tempat kerja seni rupa dalam konteks
agama. Tidak ada sosok manusia atau hewan muncul pada dekorasi masjid
dan tidak ada illustrasi teks seperti dalam Al Quran. Di sisi lain, gambar
figural yang umum dalam konteks sekuler, khususnya dalam karya seni dibuat
untuk para penguasa Islam. Peti mati yang terbuat dari gading untuk penguasa
pengadilan muslim Spanyol, misalnya, kadang-kadang diukir dengan gambar-
gambar musisi istana dan dikelilingi oleh burung-burung serta binatang dalam
setting taman dan naskah sastra yang banyak mengandung illustrasi figural.
Pada saat penggunaan citra Islam, bahkan ada bentuk tiga-dimensi, meskipun
bentuk patung itu dianggap berbahaya karena dekat dengan bentuk berhala,
bahwa Tuhan telah memperingatkan ummat Islam untuk tidak menyembah
berhala atau patung, karena pematung juga dianggap meniru daya cipta dari
Allah dengan mereproduksi bentuk lahiriah dari makhluk-Nya. Banyak orang
Mengenal Seni Rupa Islam - 149 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
menganggap karya-karya seni patung seperti ofensif dan bersifat lebih kreatif,
unik, menggoda atau sebagai ujian dari keimanan bagi setiap muslim.

Ada Gambar Manusia dan Burung


yang Diukir dalam Konteks Sekuler
Pada Peti Mati

Keramik Islam Produksi sekitar 1300 Masehi

Mengenal Seni Rupa Islam - 150 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


5.2 Ciri Khas Keramik Peninggalan Islam

Seni pembuatan tembikar atau keramik merupakan salah satu


keahlian yang dimiliki para seniman muslim di era kejayaannya. Hampir di
setiap wilayah kekuasaan Islam ada beragam seni rupa yang berkembang
pesat, yang menandakan bahwa peradaban umat muslim di zaman itu
mengalami masa keemasan. Keramik atau tembikar yang diproduksi para
seniman Muslim pun dikenal sangat berkualitas tinggi. Teknik pembuatan
keramik Islam memang terkenal sangat unik. Para seniman muslim secara
gemilang mampu membuat keramik dengan memadukan bahan seperti emas
dan perak. Sehingga, tembikar yang dihasilkan diakui sangat anggun dan
cantik. Terlebih lagi karena keramik Islam menghadirkan kilauan metalik
yang memukau bagi setiap pecinta keramik.

Keramik Dekoratif Khas dan Cemerlang serta Berkilau


Metalik Keemasan di Era Islam.

Lantaran Islam berawal dari Jazirah Arab, sedikit-banyak seni


pembuatan keramik yang tersebar di dunia Islam banyak dipengaruhi
kebudayaan Arab. Pembuatan keramik di dunia Islam sangat berhubungan
dengan beberapa aspek kehidupan sehari-hari, baik itu untuk memenuhi
kebutuhan publik maupun kebutuhan pribadi. Para seniman muslim di era
kekhalifahan telah membuat beragam bentuk ubin lantai keramik yang
digunakan untuk menghiasi dinding dan lantai. Tak cuma itu, para seniman
pun membuat beragam barang kebutuhan sehari-hari seperti, cangkir, gelas,
piring, mangkuk, botol, dan penampung air dari tembikar. Salah satu faktor
yang membuat tembikar dan keramik Islam terlihat unik adalah bentuk dan

Mengenal Seni Rupa Islam - 151 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


hiasannya. Keramik dengan desain ukiran merupakan salah satu dari jenis
produk yang banyak ditemukan di dunia Islam.
Produksi jenis keramik Islam dimulai pada era kekuasaan Dinasti
Abbasiyah. Ciri-ciri keramik jenis ini memiliki desain geometris atau bentuk-
bentuk flora yang dimasukkan dengan cara distempel. Keramik jenis ini dapat
ditemukan di Samara, Irak, Fustat dan Mesir. Keramik jenis tersebut
diproduksi sebagai bentuk penghormatan kepada Dinasti Fatimiyah dan
Aybiyah yang berkuasa di Mesir pada abad ke-11 M hingga 13 M. Tak heran,
jika keramik jenis ini banyak ditemukan di Mesir. Keramik jenis ini juga
dihiasi dengan beragam motif seperti flora, fauna serta kaligrafi. Seni
membuat keramik sebagai bagian dari seni rupa Islam merupakan perpaduan
seni dari daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan
bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil dan Eropa.
Wilayah itu didefinisikan oleh pengamat sebagai Persia, Mesir, Moor,
Spanyol, Bizantium, India, Mongolia dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula
pengaruh akibat hubungan perdagangan seperti ke Tiongkok-China, sehingga
keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam berkembang dan
ragamnya sangat kaya.
Buah karya para seniman Muslim di era keemasan memang sungguh
luar biasa, sehingga seorang ilmuwan Amerika Serikat (AS) bernama Peter J.
Lu dibuat takjub dan tercengang saat meneliti keramik yang didesain para
seniman muslim di abad ke-12 Masehi. Ilmuwan dari Universitas Harvard itu
menemukan fakta bahwa para pembuat keramik muslim di era kekhalifahan
sudah menguasai quasicrystalline geometry, bahwa umumnya „‟Telah
diketahui, quasicrystalline geometry merupakan sesuatu yang baru
dipahami para ahli matematika dari Barat tahun 1970-an‟„. Fakta itu
membuktikan bahwa para seniman muslim tidak sembarangan dalam
mencipta dan mendesain sebuah keramik. Seniman muslim, sudah menguasai
matematika sudah sejak lama, yang justru baru ditemukan matematikus Barat
pada tahun 1970-an, hal ini yang membuat ketertarikan para peneliti.
Kemampuan dan keberhasilan para seniman muslim dalam memproduksi
keramik merupakan salah satu bukti kejayaan Islam di masa kekhalifahan.
Syahdan, peradaban Islam mulai menguasai teknologi pembuatan tembikar
atau keramik yang dimulai pada tahun 622 M. Teknologi pembuatan keramik
itu dikuasai para seniman Muslim, setelah kekhalifahan Islam melebarkan
wilayah kekuasaannya hingga ke Bizantium, Persia, Mesopotamia, Anatolia,
Mesir, hingga Andalusia.
Mengenal Seni Rupa Islam - 152 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Sejarah peradaban Islam tidaklah „menutup mata‟ jika kemampuan
para seniman Muslim dalam mengembangkan teknik pembuatan keramik
yang khas Islam tersebut banyak dibantu orang-orang China, Mesir dan
Yunani. Meskipun begitu, “keramik dari peradaban Islam telah mampu
untuk tampil beda”, tentu dengan ciri khas tersendiri. Malahan teknik dan
desain keramik seni Islam mampu memberi pengaruh yang begitu besar bagi
peradaban Barat. Menurut Emily Stockin dalam tulisannya yang bertajuk
„The Pottery of Islam‟, para seniman Muslim mampu mengembangkan
beragam teknik baru pembuatan keramik yang khas Islam. „‟Tembikar Islam
paling termasyhur karena lapisannya yang berkilau,‟„ papar Stockin. Tak
cuma itu, keramik Islam juga begitu unik dengan desain hiasan yang estetis.
Yang tak kalah penting, justru peradaban Islam di era keemasan sudah mulai
menggunakan lantai ubin keramik dengan sebagai motif hiasan yang utama
dalam arsitekturnya. Pada masa kekhalifahan, negeri-negeri di Timur Tengah
lainnya seperti, Iran, Irak, Suriah dan Mesir sebagai sentra utama produsen
keramik Islam. Dari kawasan itulah, aneka produk tembikar atau keramik
khas Islam berkembang begitu pesat selama beberapa abad. „‟Sejarah keramik
Islam yang berkembang di sentra industri keramik itu dapat dibagi dalam tiga
periode‟„ papar Stockin.
Negeri Islam sebelum mampu mengembangkan teknik sendiri, pada
periode awal para seniman muslim masih banyak terpengaruh gaya dari
negeri lain dalam membuat keramik. Menurut Sejarawan, Arthur Lane,
produksi tembikar pada era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai meningkat.
Pada era itu, produksi keramik di dunia Islam mendapat pengaruh dari China.
Hal itu dibuktikan dengan catatan yang ditulis sejarawan Islam seperti Ibnu
Kurdadhbih dalam risalah yang berjudul Book of Roads and Provinces,
bertarikh 846 M - 885 M. Dia mengungkapkan bahwa pada era itu,
perdagangan antara dunia Islam dengan China berlangsung dengan pesat.
Sejarawan muslim seperti Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki juga
telah mengungkapkan fakta bahwa Gubernur Khurasan, Ali ibnu Isa
mengirimkan 20 pasang porselin kekaisaran China kepada Khalifah Harun
Ar-Rasyid yang tidak pernah terlihat sebelumnya di istana sang khalifah.
Nisyapur mulai menganggap pengaruh besar Islam sejak pertengahan
abad kesembilan sampai abad kesepuluh. Pada abad keduabelas, menjadi
salah satu pusat perpolitikan, komersialisasi dan perkembangan budaya yang
pesat di Iran sampai abad pertengahan dalam dunia seni Islam. Oasis sebagai
kota yang terkaya dan ibukota provinsi Khorasan di Iran timur dan Nisyapur
Mengenal Seni Rupa Islam - 153 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
terletak disepanjang Jalur Sutra, banyak barang yang dipertukarkan baik dari
jarak jauh maupun dari Timur Dekat. Penggalian-penggalian yang dilakukan
oleh Ekspedisi Iran dari Metropolitan Museum 1935-1940, pada musim akhir
tahun 1947, yakni penggalian tersebar dibeberapa gundukan dengan tipe
berbeda, yang dapat mengungkapkan dengan baik tempat pemukiman serta
istana atau bangunan pemerintahan saat itu. Materi yang digali di Nisyapur
bernilai tinggi segi artistiknya serta dianggap penting sebagai dokumentasi.
Produk seni yang diproduksi secara lokal kemudian diperdagangkan dengan
luas, paralelisasi kota politik dan komersialisasi yang tampak menonjol.
Perhatian khusus dibuat dari pengembangan lanjutan dari teknik-lukisan
keramik berglasir dapat dilihat di Wares's Nisyapur, mungkin di Iran timur
atau bagian yang berdekatan langsung dengan Asia Tengah dengan lukisan
slip bawah glasir transparan, menggunakan fluxed glasir untuk yang
pertama kali digunakan dalam abad kesembilan. Pada wilayah tersebut bahwa
teknik ini mungkin yang tertinggi dan mencapai puncak penyempurnaan. Pada
abad kesebelas dan kedua belas, tipe baru tembikar mulai diutamakan, ada
yang menampilkan body putih yang terbuat dari tanah liat dan ditambah bahan
silica. Nisyapur juga merupakan pusat penting untuk pembuatan kaca, logam
dan keramik serta tekstil. Namun, yang dihiasi dengan indah ratusan spindle-
whorls yang digali, berupa barang kecil seperti mainan, potongan permainan,
alat musik dan manik-manik yang membantu menyoroti kegiatan sehari-hari
di Nisyapur.
Perlindungan dari penguasa yang kuat dapat memiliki efek dramatis.
Dalam 1460 atau 1470-an, sultan Ottoman, Mehmet, dikatakan sebagai
“Sang Penakluk” mulai berinvestasi dalam produksi keramik untuk
pengadilan, yang menyebabkan peningkatan tajam dalam kualitas gerabah
yang tersedia di pasar. Di kota kecil di barat laut Anatolia Iznik, pengrajin
terbiasa telah memproduksi gerabah yang imitasi dari porselen biru-putih asal
China. Pada akhir abad kelima belas, bagaimanapun telah menghasilkan
tembikar Iznik fritware, keramik putih yang yang mirip porselen terbuat dari
batu kerikil atau pasir halus campur tanah liat. Material baru ini
memungkinkan untuk membuat tembikar ukuran besar dan perbaikan produk
yang luar biasa, seperti dianggap sebagai salah satu dari pencapaian tertinggi
dalam seni keramik Islam.
Sampai pada abad keenambelas, Timur Tengah, di tengah dunia
memang yang cukup dikenal dan mempunyai koneksi dengan kawasan Timur,
Mengenal Seni Rupa Islam - 154 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Asia Selatan, Eropa dan Afrika, membuatnya menjadi pusat dari sistem yang
kompleks dari rute perdagangan. Salah satu hasil dari lalu lintas komersial
perdagangan jarak jauh adalah bahwa seniman dan pengrajin Timur Tengah
sebenarnya harus bersaing dengan pengrajin terbaik di dunia, terutama dengan
keramik China, foktor yang utama yang terus didorong adalah kreativitas.
Porselen China putih yang diimpor ke Irak pada awal abad kedelapan dan
sangat dibutuhkan oleh para elit penguasa, banyak terinspirasi oleh perajin
tembikar Islam untuk menciptakan imitasi (tiruan) yang terbuat dari bahan
lokal untuk pelanggan dengan harga lebih sederhana dan terjangkau. Dalam
proses ini, pengrajin lokal menemukan jenis tembikar putih (seperti porselen)
yang dapat berfungsi sebagai kanvas "kosong" untuk ornaman jenis baru
sebagai dekorasi. Satu metode baru yang terlihat adalah penggunaan senyawa
logam, setelah dibakar, desain benda terlihat mengkilap, glasir terasa berkilau
pada permukaan produk keramik.
Pusat utama dari manufaktur dari pelabuhan selatan Málaga, yang
tetap berada di bawah pemerintahan muslim sampai 1487. Produksi luster
dilanjutkan dalam pemerintahan Kristen di Spanyol selama berabad-abad, dari
sana lalu menuju Italia, dimana seniman menggunakan teknik seni Islam
untuk membuat barang-barang dalam gaya Renaisans.
Objek dari satu budaya daerah tertentu sering diperoleh makna yang
baru, ketika diekspor ke wilayah lainnya, contohnya adalah gelas kaca
berenamel yang dikenal sebagai "Luck dari Edenhall," yang dibuat di daerah
Mesir atau Suriah pada abad ketiga belas.

Keramik
Putih
Hasil
Seni Islam

Tembikar luster terbukti populer dalam jangka waktu cukup lama.


Mangkuk besar yang menggambarkan sebuah kapal membawa senjata berasal
dari Portugal, menunjukkan bahwa lusterwares masih diproduksi oleh
pengrajin muslim di Spanyol pada akhir abad kelima belas.

Mengenal Seni Rupa Islam - 155 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Keramik Abad 10, dari Iran:
Transoxiana, Nishapur dan
Samarqand, body white engobe,
Lukisan Kaligrafi
Under-glaze

Pada abad keempat belas, kapal di Eropa dan menghabiskan


sebagian besar hidupnya di Edenhall, suatu rumah di Inggris utara, di mana
sering digunakan sebagai piala dalam liturgi Kristen. Asal-usulnya kemudian
terlupakan dan piala-piala menjadi subjek legenda. Konon dianggap menjadi
objek sihir yang telah ditinggalkan di sumur oleh peri pesta, salah satunya
seolah menangis: "Jika cawan ini harus putus atau jatuh, perpisahan
Edenhall - keberuntungan". Rumah itu dihancurkan pada tahun 1926, namun
kapal kaca - rapuh bertahan. Pola perdagangan internasional, kadang-kadang
memupuk rasa serupa di tanah yang berbeda.

Tembikar Islam Dengan Dekorasi Gambar Kapal

Beludru Ottoman dapat dibedakan dari Firenze atau tekstil Venesia;


berliku-likunya pola arabesque pun bertumbuh dan diterapkan pada logam
hias yang diproduksi di Mesir, Suriah dan Italia, serta beberapa tuts berbagai
ukiran yang dikaitkan ke Italia selatan atau Fatimiyah Mesir. Kekayaan
artistik interaksi antara Islam di Timur Tengah dan Eropa adalah seperti
bahwa beberapa karya tidak dapat dengan mudah diberikan ke salah satu
budaya dan bukannya mencerminkan estetika bersama.
Mengenal Seni Rupa Islam - 156 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Keramik Bentuk Binatang, Abad 9–10 Produksi Nishapur, Iran,
Earthen-ware , Body, under-glaze-painted, transparan Lead-glaze.
Dan Keramik Abad 11 dari Madraseh, Nishapur, Iran.

5.3 Kaca Warisan Peradaban Islam

Seni membuat kaca atau gelas merupakan salah satu pencapaian yang
pernah ditorehkan dari peradaban Islam di era keemasan. Namun pencapaian
ummat Islam yang begitu tinggi itu seakan dinihilkan oleh peradaban Barat,
karena faktanya sangat sedikit yang ditulis. Para ahli kaca atau gelas Barat
tidak pernah memperhatikan keberhasilan serta warisan yang telah
disumbangkan ummat Islam dalam pembuatan kaca serta gelas. Seakan ingin
menutupi keberhasilan yang pernah dicapai oleh ummat Islam, para ahli kaca
di Barat yang selalu saja menonjolkan kemewahan seni pembuatan kaca di
Eropa. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang
dikuasai Barat, adalah merupakan hasil transfer pengetahuan dan teknologi
dari dunia Islam. Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul: Islamic Glass
Treasure: The Art of Glass Making in the Islamic World, mengatakan: “Apa
yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sesungguhnya tidak adil,
karena menyembunyikan nilai-nilai seni kaca Islami serta menihilkan
pencapaian yang sesungguhnya”. Berbicara mengenai sejarah seni pembuatan
kaca, prestasi gilang-gemilang yang telah ditorehkan oleh dunia Islam tidak
bisa dilupakan, dimana para seniman muslim telah memberi sumbangan yang
begitu besar dalam teknik pembuatan kaca atau gelas. Para seniman muslim
itu telah menciptakan bentuk dan pola baru dalam teknik pembuatan kaca atau
gelas, lebih lanjut Rubin berungkap: ''Para seniman Muslim telah
melahirkan ruh serta semangat artistik baru dengan pendekatan seni

Mengenal Seni Rupa Islam - 157 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Islam". Sejatinya, seni pembuatan kaca atau gelas memang telah berkembang
sebelum ajaran Islam diturunkan. Ketika ummat Islam mulai membentangkan
wilayah kekuasaan pada abad ke-7 M, pembuatan gelas atau kaca telah
berkembang di Mesir dan kawasan Asia barat.
Namun, semenjak kekhalifahan Islam menguasai wilayah sentra-sentra
pembuatan gelas atau kaca, teknologi pembuatan produk pecah-belah itu
berkembang dengan sangat pesat. Stefano Carboni dan Qamar Adamjee
dari The Metropolitan Museum of Art dalam tulisannya berjudul “Glass from
Islamic Lands”, memaparkan, dari abad ke-7 hingga 14 M, produksi kaca
atau gelas didominasi oleh negeri-negeri Islam. Tidak hanya itu, inovasi serta
teknologi yang digunakan untuk memproduksi gelas atau kaca di era
kekhalifahan begitu sangat tinggi. Dikatakan Stefano dan Qamar: ”Inilah
fase yang gemilang dalam seni pembuatan gelas serta kaca”. Teknologi
pembuatan kaca atau gelas yang diciptakan peradaban Islam dapat dipelajari
dengan lebih baik berdasarkan teknik pengembangannya cukup beragam di
dunia Islam yang kini dengan mudah dipelajari, sesungguhnya begitu
berpengaruh terhadap kebutuhan dunia Barat.

Produk Gelas-Kaca Islam yang Indah

Pada abad ke-17 M, peradaban Barat menyerap beragam teknik


pembuatan kaca itu dari peradaban Islam. Sejarah mencatat, sejak abad ke-9
M, seni pembuatan kaca di dunia Islam sudah menemukan bentuknya dan
mulai tampil berbeda. Layaknya pembuatan keramik, juga dekorasi arsitektur
dan barang-barang kriya dari kayu, dimana seni pembuatan gelas atau kaca
dan glasir keramik era kekuasaan Dinasti Abbasiyah mulai menampakkan
Mengenal Seni Rupa Islam - 158 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
cita-rasa serta nilai-nilai seni Islam. Meskipun begitu terjadi proses imitasi
dari gelas Romawi masih juga berlangsung, namun para seniman muslim
mulai mengembangkan pembuatan kaca serta gelas dengan corak dan gaya
artistik yang khas, yakni menonjolkan nilai-nilai keislaman.
Elif Gokcidge dalam tulisannya bertajuk Fragile Beauty Islamic
Glass, ciri khas teknik utama pembuatan gelas atau kaca pada periode itu
adalah kaca berdekorasi relief-cut dengan teknik cold-cut. Para seniman
muslim mencoba menampilkan efek cameo (batu berharga yang latar
belakangnya berwarna lain). Selain itu, kaca yang dibuat juga sudah memiliki
dua lapis warna berbeda. Corning Ewer merupakan salah satu kaca cameo
yang sangat indah yang diciptakan para seniman muslim.
Memasuki abad ke-11 M, barang pecah-belah yang berwarna-warni
serta dilapisi hiasan mulai menjadi trend di dunia Islam. Hiasan dalam kaca
atau gelas pada era itu tak hanya dicetak namun juga sudah dipahat atau
diukir. Motif bunga-bunga serta gambar hewan dan manusia menjadi ciri khas
hiasan pada kaca atau gelas di abad 11. Salah satu pencapaian yang terpenting
dalam sejarah pembuatan kaca atau gelas di dunia Islam terjadi pada abad ke-
13 M. Kala itu, secara mengejutkan para seniman pembuat kaca di Mesir dan
Suriah sudah mempu membuat kaca atau dengan dilapisi warna-warna
polychrome untuk pertama kalinya. Teknik membuat gelas atau kaca
dilakukan dengan mengecat kaca dengan kuas dan kemudian membakarnya
selama beberapa kali. Pembakaran secara berulang dilakukan untuk
mendapatkan warna yang diinginkan. Jenis warna yang akan muncul pada
gelas itu ditentukan struktur pigmen bahan kimia yang digunakan.
Di abad ke-14, terjadi perubahan pada cita-rasa artistik pada kaca atau
gelas Islam. Pola serta corak hiasan bunga-bunga dan geometris tampaknya
lebih menonjol. Hal itu ditampakan dari beragam perabotan pecah-belah yang
dihasilkan pada era kekuasaan Dinasti Mamluk yang berkuasa di wilayah
Mesir dan Suriah. Cita rasa artistik gelas serta kaca yang lebih menonjolkan
bercorak flora dan geometris, ditampakan juga pada hiasan lampu gantung,
vas bunga serta botol-botol yang diproduksi saat itu. Peradaban Barat mulai
terpikat dengan produk gelas serta kaca Islam ketika mulai terjadi Perang
Salib. Para serdadu dan petinggi tentara perang salib dengan bangga
membawa gelas porselen dari Yerusalem sebagai buah tangan (oleh-oleh).
Mereka menyimpan produk gelas serta kaca yang dibuat para seniman Islam,
kemudian ada yang disimpan di gereja dan tempat-tempat khusus.

Mengenal Seni Rupa Islam - 159 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Mulai abad ke-14 M, para seniman Barat, khususnya di Venicia mulai
belajar membuat gelas atau kaca sendiri. Beragam produk pecah belah yang
dihasilkan seniman muslim menjadi inspirasi bagi para seniman Barat. Selain
itu, seniman di Venicia juga diuntungkan dengan kemudahan mendapatkan
bahan baku pembuatan gelas yang berkualitas yang diimpor dari Mesir dan
Suriah. Industri barang pecah belah berkualitas yang dihasilkan dunia Islam
hanya mampu bertahan hingga abad ke-17 M. Seiring meredupnya kejayaan
pemerintahan Islam, seni pembuatan barang pecah-belah mulai diambil-alih
oleh peradaban Barat.
Dalam sejarah Islam dicatat bahwa kaca email atau enamel glass
merupakan jenis kaca yang paling berharga dalam sejarah Islam. Kaca atau
gelas jenis ini diproduksi secara khusus di wilayah yang dikuasai Dinasti
Ayyubiyah dan Mamluk, yakni Mesir dan Suriah pada abad ke-13 M hingga
14 M. Kaca yang begitu populer itu dihiasi dengan email serta emas. Teknik
pembuatan kaca jenis ini dilakukan dengan memoleskan email atau emas di
atas permukaan menggunakan medium berbahan minyak serta sikat atau
sebuah pena buluh. Lantaran sepuhan dan warna setiap email memiliki
kualitas kimiawi berbeda, suhu berbeda dibutuhkan untuk memastikan agar
warna menempel secara kuat dan tepat pada kaca atau gelas. Pada era itu,
kaca atau gelas email dibuat sebagai produk hadiah yang bernilai tinggi.
Produk pecah belah dari kaca atau gelas email juga hanya digunakan untuk
acara-acara tertentu yang terbilang istimewa. Meski begitu, kaca atau gelas
email tak hanya diproduksi untuk memenuhi kebutuhan istana kekhalifahan
saja. Namun, kaca atau gelas khas dari dunia Islam itu, juga diproduksi untuk
tujuan komersial.
Awalnya, kaca atau gelas email dikembangkan para seniman di
Suriah. Itu terjadi setelah kekuasaan Dinasti Fatimiah di Mesir mulai
tumbang pada tahun 1171 M. Para pembuat kaca atau gelas pun bermigrasi ke
Suriah. Di negeri itulah, mereka mulai mengembangkan seni pembuatan gelas
atau kaca email serta kaca sepuh. Namun, begitu kota Kairo dijadikan ibukota
pemerintahan Dinasti Ayyubiyah dan Mamluk pada abad ke-14, kaca atau
gelas email serta kaca sepuhan lebih banyak diproduksi di Mesir, ketimbang
Suriah. Pada akhir abad ke-14, produksi kaca email mulai anjlok, bahkan
seiring dengan berakhirnya kekuasaan dinasti-dinasti, pada akhir abad ke-15
Masehi industri kaca email pun mulai gulung tikar. Sejak saat itu, produksi
gelas atau kaca email mulai beralih ke Eropa, yakni Venisia. Barang pecah-

Mengenal Seni Rupa Islam - 160 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


belah hiasan yang terkemuka buatan para seniman muslim di era kekhalifahan
adalah lampu untuk masjid.
Ada tiga orang ilmuwan atau cendikiawan muslim yang terkenal dan
dianggap sebagai penemu kaca, yaitu:
1) Abbas Ibnu Firnas (810 M - 887 M): Nama lengkapnya adalah Abbas
Qasim Ibnu Firnas. Orang Barat biasa memanggilnya dengan sebutan
Armen Firman. Sejatinya, dia begitu populer sebagai perintis dalam
dunia penerbangan. Ilmuwan yang terlahir di Ronda, Spanyol pada tahun
810 Masehi itu dikenal sebagai ahli dalam bidang kimia dan memiliki
karakter yang humanis, kreatif, dan kerap menciptakan barang- barang
berteknologi baru saat itu. Salah satu penemuannya yang terbilang amat
penting adalah pembuatan kaca silika serta kaca murni tidak berwarna.
Ibnu Firnas juga dikenal sebagai ilmuwan pertama yang memproduksi
kaca dari pasir dan batu-batuan. Kejernihan kaca atau gelas yang
diciptakannya itu mengundang decak kagum penyair Arab yaitu Al-
Buhturi (820 M - 897 M). Sarjana muslim yang hobinya bermain musik
dan berpuisi itu hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di
Andalusia. Pada tahun 852 M, di bawah pemerintahan khalifah baru yaitu
Abdul Rahman II, Ibnu Firnas membuat pengumuman yang
menghebohkan warga Cordoba saat itu, dia melakukan uji coba terbang
dari menara Masjid Mezquita dengan menggunakan `sayap' yang
dipasangkan di tubuhnya.
2) Jabir Ibnu Hayyan: Tak kurang dari 200 kitab telah berhasil
dituliskannya. Sebanyak 80 kitab yang ditulisnya itu mengkaji dan
mengupas tentang seluk-beluk ilmu kimia. Atas prestasinya itu, ilmuwan
kebanggaan umat Islam yang bernama lengkap Abu Musa Jabir Ibnu
Hayyan disebut sebagai pelatak dasar ilmu kimia modern. Ilmuwan yang
terlahir di Tus, Khurasan, Iran pada 721 Masehi itu juga turut
berkontribusi dalam mengembangkan kaca atau gelas. Pada abad ke-8 M,
ahli kimia itu secara mengejutkan telah menjelaskan tak kurang dari 58
resep orisinil untuk memproduksi gelas atau kaca berwarna. Rumus
pembuatan kaca berwarna itu dituliskannya dalam dua kitab yang
dituliskannya selama hidup. Dalam Kitab al-Durra al-Maknunaatau The
Book of the Hidden Pearl, dia mengupas sebanyak 46 rumus atau formula
untuk memproduksi kaca atau gelas dari sudut pandang kimia. Sebanyak
12 resep atau rumus pembuatan kaca atau gelas lainnya dipaparkan Ibnu
Hayyan dalam Kitab Al-Marrakishi.
Mengenal Seni Rupa Islam - 161 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
3) Ibnu Sahl: Nama lengkapnya dalah Abu Sa`d al-`Ala' Ibnu Sahl (940
M - 1000 M). Dia adalah ahli matematika muslim, sekaligus insinyur
yang mengkaji studi tentang optik. Dia mendedikasikan dirinya di Istana
kehalifahan di Baghdad. Sekitar tahun 984 M, dia menulis risalah
berjudul On Burning Instrument. Dialah ilmuwan yang pertama kali
menjelaskan tentang cermin parabola. Atas kontribusinya itu, dunia Islam
tercatat sebagai yang pertama menciptakan kaca cermin yang secara jelas.

5.4 Patung, Monumen, Bangunan dan Lukisan Islam

Bangunan Islam seperti Ka'bah adalah fokus untuk ibadah dan


berdo‟a serta pedoman arah yang dikenal sebagai arah kiblat, adalah suatu hal
yang dianggap penting untuk mendesain pembangunan masjid. Bangunan-
bangunan ini selalu memiliki ceruk kubah kosong disebut mihrab berdinding
yang menghadap ke kiblat dan akibatnya seluruh dunia Islam kiblat masjidnya
menghadap kearah ke Ka‟bah. Masjid relatif bebas dari furnitur, meskipun
salah satu bagian yang sangat besar ada mebel yang ditemukan di masjid-
masjid yang lebih penting adalah sebagai mimbar. Mimbar yang biasa
ditempatkan di sebelah kanan mihrab dan biasa digunakan untuk khotbah
Jum‟at mingguan.
Masjid Islam lainnya, bukanlah satu-satunya bentuk bangunan
keagamaan dari Timur Tengah pada periode Islam. Ummat Islam
menganggap bahwa Yahudi dan Kristen sebagai agama-agama yang
didasarkan pada versi sebelumnya dari pewahyuan ilahi (Taurat dan Alkitab),
didalam negara Islam hal tersebut tetap dilindungi juga para pengikut dari
agama-agama yang ada. Orang-orang Kristen dan Yahudi di Iran dengan
Zoroastrianisme, memiliki tempat ibadah mereka sendiri dan banyak karya
seni yang dibuat untuk keperluan orang dari agama tersebut. Sebagai
pelanggan, ini dianggap adalah bagian dari budaya zaman dari wilayah dunia
Islam, dimana objek yang ditugaskan atau dipesan sering berbeda sedikit dari
yang dibuat untuk ummat Islam. Prasasti dalam bahasa Arab, yang mungkin
paling dianggap mudah bila terkait dengan perlindungan dari Negara Islam,
tapi yang di piala kuningan dan cangkir kuningan (misalnya) untuk
pemberkatan di abad pertengahan, menyiratkan ada dibuat untuk seorang
pendeta Kristen.

Mengenal Seni Rupa Islam - 162 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Bentuk Mimbar Produk Logam Era
Dalam Masjid Islam dengan Hiasan
Kaligrafi

Arsitektur dan dekorasi bangunan juga sangat dikembangkan di


Nisyapur. Tradisi halus dari lukisan dinding, diungkapkan dari hasil
penggalian yang menunjukkan hubungan dengan Buddha Asia Tengah dan
tradisi Sasania serta dengan lukisan abad kesembilan khalifah dari Irak.
Plesteran didekorasi dengan diukir, selalu dianggap penting dalam arsitektur
Iran, yang paling utama diwakili oleh rekonstruksi dari ruang kecil ihwan atau
ruangan besar dari abad kesepuluh berupa gundukan disebut Sabz Pushan,
yang telah memberikan efek visual yang lebih terlihat mewah dari lukisan
polikrom.
Pembangunan sebuah mimbar kayu merupakan usaha yang mahal,
terutama di Mesir, di mana kayu adalah benda komoditas yang langka.
Penguasa sering menutupinya dengan biaya yang tinggi, karena biasanya
dikendalikan dengan proporsi yang besar sebagai kekayaan negara. Tindakan
tersebut seperti isyarat patronase penguasa, dimana “kesalehan” akan
membawanya untuk persetujuan publik. Untuk memastikan bahwa pelanggan
akan dikenang pada pembuatan minbar dan objek lain seakan membawa
prasasti yang menyatakan mereka yang ditugaskan berhasil membuat untuk
keperluan masjid. Nama patron biasa dikenakan nama Sultan Mamluk yakni
Qa'itbay, sebagai seorang pelindung besar seni Islam yang memerintah dari
Kairo pada tahun 1468-1496 M.

Mengenal Seni Rupa Islam - 163 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Motif Hias Geometris dari Seni
Islam
Agama dan kemasyarakatan berpengaruh pada arsitektur bangunan,
yang mulai dikembangkan di bawah Bani Umayyah, ketika konsep-konsep
baru dan rencana baru dipraktekkan. Jadi ada rencana Arab dengan arsitek
pengadilan dan hypostyle ruang doa, benar-benar menjadi tipe fungsional
dengan pembangunan Masjid Umayyah, atau Masjid Agung di Damaskus
(selesai pada tahun 715 oleh khalifah Al-Walid I). Mosaik dari riwaq
(serambi) dari Masjid Agung Damaskus di atas bekas dari kuil kuno Jupiter
dan di tempat Basilika St John the Baptist, situs yang paling suci di kota.
Bangunan ini berfungsi sebagai titik acuan untuk pembangun (dan bagi
sejarawan seni) untuk kelahiran rencana Arab dan sebagai Bizantium Kristen.
Kubah Batu di Yerusalem adalah salah satu bangunan paling penting
di semua tentang arsitektur Islam, yang ditandai oleh pengaruh Byzantium
yang kuat, mosaik pada latar belakang emas dan sebuah rencana yang sentral,
mengingat bahwa berasal dari gereja makam suci, tetapi sudah membawa
elemen Islam yang murni seperti epigrafi besar dekorasi. Istana di padang
pasir Yordania dan Suriah (misalnya, Mshatta, Qasr Amra, dan Khirbat al-
Mafjar) melayani sebagai tempat tinggal khalifah, ruang resepsi dan kamar
mandi serta didekorasi untuk mempromosikan citra kerajaan yang mewah.
'Abd al-Malik memperkenalkan mata uang standar yang
menampilkan tulisan arab, bukan gambar-gambar raja, terlihat perkembangan
yang cepat dari konstruksi Kubah Batu menunjukkan reorientasi akulturasi
Umayyah dan juga mata uang lokal sekitar waktu itu. Periode ini bisa dilihat
asal-usul seni Islam yang sangat unik. Dalam periode ini, seniman dan
pengrajin Umayyah tidak menemukan kosakata baru, tapi mulai lebih

Mengenal Seni Rupa Islam - 164 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


menyukai yang diterima dari Mediterania dan Iran zaman kuno akhir, yang
mereka sesuaikan dengan konsepsi artistik mereka sendiri. Sebagai contoh,
mosaik di Masjid Agung Damaskus didasarkan pada model gaya Bizantium,
tapi unsur figuratif digantikan dengan gambar pohon dan kota. Istana di
padang pasir juga memberi kesaksian terhadap pengaruh ini. Dengan
menggabungkan berbagai seni tradisi bahwa mereka telah mewarisi kembali
adapsi motif dan elemen-elemen arsitektur, dimana seniman sedikit demi
sedikit menciptakan seni Islam yang khas, khususnya dilihat dalam estetika
dari endy, yang dimunculkan pada bangunan dan di monumen dan dihiasi ayat
Qur'an. Seni patung dan monumen figuratif, hampir tidak dipraktekkan sama
sekali oleh bekerja, juga dalam logam dan gading, yang sering dikembangkan
adalah untuk keperluan khusus tingkat tinggi dengan prestasi teknis. Hal ini
juga perlu untuk menyebutkan pentingnya lukisan dan terutama penerangan
dari kitab suci dan teks-teks sekuler.
Di Iran dan bagian utara India, Tahirids, Samaniyah, Ghaznawi, dan
Ghurids berjuang untuk kekuasaan pada abad ke-10 dan seni adalah unsur
penting dari kompetisi ini. Kota-kota besar dibangun, seperti Nisyapur dan
Ghazni serta pembangunan Masjid Agung Isfahan telah dimulai. Arsitektur
bangunan juga dikembangkan, sementara tembikar juga berkembang dengan
gaya-gaya individual. Hiasan dinding, hiasan tanah kuning atau hiasan
marmer banyak dibuat dengan membiarkan warna glasir untuk menjelaskan
lukisan dengan lapis-lapisan yang menyelinap di bawah glasir.
Seni Saljuk yang datang dari Turki yang berasal dari Mongolia,
muncul di panggung sejarah Islam menjelang akhir abad ke-10. Mereka
menguasai Baghdad pada 1048, sebelum jatuh 1194 di Iran, meskipun
demikian produksi "Saljuk" bekerja terus sampai akhir abad ke-12 dan awal
abad ke-13 di bawah naungan yang lebih kecil, penguasa independen dan
pelanggan. Selama kurun waktu itu pusat budaya, politik dan produksi seni
bergeser dari Damaskus dan Baghdad ke Merv, Nisyapur, Rayy dan Isfahan,
semua di Iran.
Hubungan patronase diperluas karena pertumbuhan ekonomi dan
kekayaan urban yang baru. Prasasti dalam arsitektur cenderung lebih berfokus
pada potongan dan permintaan. Sebagai contoh permintaan sultan, wazir atau
pejabat yang lebih rendah akan sering diterima untuk disebutkan dalam
tulisan di masjid-masjid. Sementara itu, pertumbuhan di pasar massal
produksi dan penjualan seni membuatnya lebih umum dan dapat diakses oleh
pedagang dan profesional. Karena peningkatan produksi, banyak relief telah
Mengenal Seni Rupa Islam - 165 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dibuat dari era Seljuk dan dapat dengan mudah diberi tanggal. Sebaliknya,
karya-karya sebelumnya berpenampilan lebih ambigu. Oleh karena itu, mudah
terlihat kesalahan seni Seljuk sebagai perkembangan baru dan bukan warisan
dari Iran dan Turki klasik.
Masa Saljuk bagian "rencana Iran" masalah konstruksi masjid muncul
untuk pertama kalinya. Tempat-tempat penginapan yang disebut khan atau
penginapan bagi wisatawan umumnya dengan kenyamanan dan ditampilkan
hiasan utilitarian pada arsitektur, tembok, benteng yang kuat. Tren arsitektur
yang penting lainnya, timbul di era Seljuk adalah pembangunan makam,
mushola, termasuk menara seperti Gunbad-i-Qabus (1006-7) yang
menampilkan sebuah motif Zoroaster dan kubah persegi, contoh yang
merupakan makam adalah Samaniyah di kota Bukhara (sekitar 943).
Inovasi dalam seni keramik berisi tanggal, untuk periode ini meliputi
minaiware produksi dan pembuatannya bukan dari tanah liat, tetapi bahan dari
pasta silikon (frit-ware), sementara pengrajin logam sudah mulai dengan
menatah tembaga dengan logam mulia. Setelah era Seljuk, dari Iran ke Irak,
sebuah buku lukisan penyatuan dapat ditemukan. Lukisan-lukisan ini
memiliki sifat kebinatangan yang menyampaikan arti simbolis yang kuat akan
kesetiaan, pengkhianatan, dan keberanian.
Mongol pada abad ke-13, di bawah kepemimpinan Genghis Khan,
menyapu seluruh dunia Islam. Setelah kematian Genghis Khan, kerajaannya
dibagi di antara anak-anaknya dan banyak dinasti terbentuk yakni Yuan di
Cina, Ilkhanid Shahnameh (1330-1340) di Iran dan Golden Horde di Iran
utara dan selatan Rusia.
Peradaban dikembangkan di bawah kekuasaan "khan kecil" yang pada
awalnya tunduk kepada kaisar Yuan, tapi dengan cepat menjadi mandiri.
Aktivitas arsitektur Mongol ditingkatkan dari nomaden menjadi menetap dan
dipertahankan jejak asal-usul mereka, seperti orientasi utara-selatan pada
bangunan. Pada saat yang sama proses ”iranisation” berlangsung dan
konstruksi sesuai dengan jenis yang dibentuk sebelumnya, seperti ”rencana
Iran” mendirikan monumen dan masjid dilanjutkan. Makam Öljeitü dalam
Soltaniyeh adalah monumen salah satu yang terbesar dan paling mengesankan
di Iran, meskipun kemudian banyak dihancurkan. Dibawah dinasti ini, oleh
patronase bangsawan juga lahir dan didorong oleh naskah besar seperti seni
dari buku Persia Jami al-Tawarikh oleh Rasyid al-Din. Teknik-teknik baru
dalam keramik muncul, seperti lajvardina (variasi luster-ware) dan pengaruh
China dipersepsikan dalam semua seni.
Mengenal Seni Rupa Islam - 166 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Seni awal dari para perantau dari Golden Horde yang kurang
dipahami. Penelitian ini hanya permulaan dan bukti untuk perencanaan kota
dan arsitektur telah ditemukan. Ada juga produksi yang signifikan dalam
karya emas, yang sering menunjukkan pengaruh Cina yang kuat. Banyak dari
pekerjaan ini dipelihara dan pembangunan benteng di Kharnaq, Al-Hira, juga
lukisan oleh Behzad 1494-45 ada di British Museum.
Awal periode besar ketiga abad pertengahan seni Iran, bahwa dari
Timurids, ditandai dengan penyerangan kelompok ketiga dari kaum nomaden,
di bawah arahan Timur. Selama abad ke-15 dinasti ini memunculkan sebuah
zaman keemasan berupa naskah dalam bahasa Persia tentang lukisan,
termasuk pelukis terkenal seperti Kamal ud-Dīn Behzad, tetapi juga ada
banyak lokakarya dan pelanggan. Tentang arsitektur dan perencanaan kota di
Iran juga telah mencapai puncaknya, terutama dengan adanya monumen
Samarkand dan ditandai dengan penggunaan luas ubin keramik eksterior dan
muqarnas kubah dalam.
Turki Saljuk mendorong Iran di luar dan masuk ke dalam Anatolia,
memenangkan kemenangan atas Kekaisaran Bizantium dalam Pertempuran
Manzikert (1071) dan mendirikan sebuah kesultanan yang independen dari
cabang dinasti Iran. Kekuatannya tampak sebagian besar telah berkurang
setelah adanya invasi Mongol di 1243, tapi di bawah kekuasaan mereka
sampai 1304. Arsitektur dan benda disintesis berbagai gaya baik Iran maupun
Suriah, kadang-kadang rendering attribut tepat dan sulit. Seni pertukangan
mulai diterapkan dan setidaknya satu naskah diillustrasikan untuk periode ini.
Caravanseris bertitik-tolak dari perjalanan perdagangan yang utama
di seluruh wilayah, ditempatkan pada interval perjalanan satu hari.
Pembangunan penginapan ini mulai ditingkatkan dalam replicabilitasnya
setingkat dengan benteng, selain itu mulai berfungsi seperti masjid pusat.
Turkmen, pengembara yang bermukim di daerah Lake Van, yang
bertanggung jawab atas sejumlah mesjid, seperti Masjid Biru di Tabriz dan
memiliki pengaruh yang menentukan setelah jatuhnya Anatolia Saljuk.
Dimulai pada abad ke-13, Anatolia didominasi oleh dinasti Turkmen kecil,
yang semakin menjauh di teritorial Bizantium. Sedikit demi sedikit muncul
dinasti besar, bahwa dari Utsmani yang setelah 1450 dan disebut sebagai
”Ottoman pertama”. Pelindung melaksanakan prima-rilis dan dipandang
sebagai cikal bakal seni Utsmani, khususnya ”Milet” keramik yang pertama
biru-putih karya dari Anatolia.

Mengenal Seni Rupa Islam - 167 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Seni Islami telah menyaksikan lukisan keemasan pertama pada abad
ketiga belas, sebagian besar dari Suriah dan Irak. Pengaruh dari kosa kata
visual Byzantium ada warna biru dan emas mewarnai berbagai motif, simbol
produk fungsi dan kain serta wajah yang dikombinasikan dengan jenis wajah
Mongoloid di abad ke-12. Sebelumnya koin arab selalu menampilkan
epigraphs, tetapi sebagai masyarakat Ayyubiyah menjadi lebih kosmopolitan
dan multi-etnik, koin dimulai dengan fitur astrologi, figural yang
menampilkan berbagai seni berbentuk patung hewan gaya Yunani, Seleukus,
Bizantium, Sasanian, juga sampai Turki comtemporer.
Hillenbrand menunjukkan bahwa teks-teks Islam Abad Pertengahan
disebut Maqamat, disalin dan diilustrasikan oleh Yahya bin Mahmud al-
Washiti adalah beberapa yang paling awal dari ”buku meja kopi”, wujudnya
adalah di antaranya berupa teks-teks pertama untuk memegang sebuah cermin
untuk kehidupan sehari-hari dalam seni Islam, yang menggambarkan cerita-
cerita lucu dan menunjukkan sedikit atau tidak ada warisan dari tradisi
piktorial.
Gapura dari kompleks Quthb, Delhi, India, yang dibangun oleh para
penguasa berturut-turut di bawah Kesultanan Delhi. India, ditaklukkan oleh
Ghaznawi dan Ghurids pada abad 9, tidak menjadi otonom sampai 1206,
ketika Muizzi atau budak-raja dapat merebut kekuasaan, menandai lahirnya
akan Kesultanan Delhi. Kemudian kesultanan lain yang bersaing didirikan di
Bengal, Kashmir, Gujarat, Jaunpur, Malwa dan di utara Deccan (yang
Bahmanids). Mereka memisahkan diri sedikit demi sedikit dari tradisi Persia
dan melahirkan pendekatan asli arsitektur dengan urbanisme, ditandai
terutama oleh interaksi dengan seni Hindu. Studi tentang produksi objek
hampir tidak dimulai, tapi seni yang hidup illuminasi naskah diketahui.
Periode kesultanan berakhir dengan kedatangan Mogul, yang progresif
merebut wilayah mereka. The Taj Mahal diperintahkan akan dibangun oleh
Shah Jahan, seorang raja muslim.
Di Iran dan bagian utara India, Tahirids, Samaniyah, Ghaznawi, dan
Ghurids berjuang untuk kekuasaan pada abad ke-10 dan seni menjadi unsur
penting dari kompetisi. Kota-kota besar dibangun, seperti Nisyapur dan
Ghazni. Pembangunan Masjid Agung Isfahan yang akan terus berlanjut, di
mulai dan disesuaikan selama beberapa abad lalu. Kuburan arsitektur (makam
monumental) juga mulai dibuat dan dikembangkan. Sementara dari tembikar-
keramik berkembang dengan gaya-gaya individual, kaleidoskopis hiasan di
tanah kuning (hiasan seperti marmer) dibuat dengan warna glasir, juga untuk
Mengenal Seni Rupa Islam - 168 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memunculkan gambar atau lukisan dengan lapisan menyelinap di bawah
glasir. Ada yang bekerja dengan logam dan gading, namun sering kali
dikembangkan untuk tingkat tinggi dari prestasi yang bersifat teknis. Hal ini
juga perlu untuk menyebutkan pentingnya lukisan-kaligrafi dan terutama
penerangan dari ayat-ayat yang suci dan teks-teks sekuler. Seni patung,
meskipun figuratif yang monumental juga hampir tidak dipraktekkan sama
sekali.

1) 2)
Patung Islam Berbahan Logam Perunggu
Produksi Seni 1) Suriah dan 2) Iran

Dinasti Saljuk, yang nomaden dari Turki berasal dari zaman sekarang
yakni Mongolia, muncul di panggung sejarah Islam menjelang akhir abad ke-
10. Hadir juga di Baghdad pada 1048, sebelum berakhir 1194 di Iran,
meskipun yang bekerja memproduksi terus adalah Saljuk di bawah naungan
yang lebih kecil sampai akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13, dari penguasa
independen dan para pelanggan. Selama waktu tersebut, pusat budaya dan
politik menggeser produksi seni dari Suriah, Damaskus dan Baghdad ke
Merv, Nisyapur, Rayy, Isfahan dan semua di Iran.
Hubungan patronase diperluas karena pertumbuhan ekonomi dan
kekayaan urban yang baru. Prasasti dalam arsitektur cenderung lebih berfokus
pada para pengunjung dari bentuk potongan. Nama sultan, wazir atau pejabat
yang lebih banyak disebutkan dalam tulisan dan kaligrafi di masjid-masjid.
Sementara itu, pertumbuhan di pasar untuk produksi massal dibuat lebih
bersifat umum dan penjualan seni dapat diakses dengan mudah oleh pedagang
dan profesional. Karena itu banyak relief dan peningkatan produksi produk
Mengenal Seni Rupa Islam - 169 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
telah selamat dari kemusnahan untuk era Seljuk dan masih bisa disaksikan
hingga kini. Numun juga dapat dengan mudah dihancurkan dan ditempat lain
masih ada tersisa. Karya-karya sebelumnya bersifat lebih ambigu, karena itu
bukan merupakan suatu kesalahan seni Seljuk, sebagai perkembangan seni
baru dan bukan merupakan warisan dari Iran dan Turki klasik.
Seni Saljuk yang direncanakan Iran, dapat dilihat dari konstruksi
masjid yang muncul untuk pertama kalinya, disamping tempat-tempat
penginapan yang disebut khan atau penginapan bagi wisatawan. Bentuk
binatang atau caravansarais umumnya ditampilkan utilitarian, daripada
hiasan arsitektur dengan puing-puing tembok, benteng yang kuat dan
kenyamanan minimal. Trend arsitektur penting lainnya timbul di era Seljuk
seperti pembangunan makam mausolea, termasuk menara seperti Gunbad-i-
Qabus (1006 - 7) yang menampilkan sebuah motif Zoroaster dan kubah
persegi, yang merupakan makam Samaniyah di kota Bukhara sekitar tahun
943.
Inovasi dalam seni keramik disebutkan untuk periode Seljuk meliputi
produksi minai-ware dan pembuatan wadah bukan dari tanah liat, tetapi
keluar dari pasta silikon (frit-ware), sementara pengrajin logam mulai
menatah tembaga dengan logam mulia. Diluar era Seljuk dari Iran ke Irak,
dapat dilihat sebuah buku lukisan penyatuan, yakni lukisan-lukisan yang
memiliki unsur sifat ”kebinatangan” yang menyampaikan arti simbolis yang
kuat dari unsur kesetiaan atau pengkhianatan dan keberanian.
Ketika Mongol pada abad ke-13, di bawah kepemimpinan Genghis
Khan telah menggempur dan menyapu seluruh dunia Islam. Setelah kematian
Genghis Khan, kerajaannya dibagi di antara keturunannya dan dengan
demikian banyak dinasti pun terbentuk, di daerah Yuan di China, Ilkhanids di
Iran dan Golden Horde di Iran utara dan selatan Rusia. Peradaban yang kaya
telah dikembangkan di bawah kekuasaan "khan kecil," yang pada awalnya
tunduk kepada kaisar Yuan, tapi kemudian dengan cepat menjadi mandiri.
Aktivitas arsitektur ditingkatkan sebagai gaya Mongol secara tetap
dan mempertahankan gaya nomaden sebagai jejak asal-usul mereka, seperti
orientasi utara-selatan bangunan. Pada saat yang sama proses "iranisation"
berlangsung dan konstruksi sesuai dengan jenis bentuk sebelumnya seperti
gaya Iran dalam membuat masjid dilanjutkan. Makam Öljeitü dalam
Soltaniyeh adalah salah satu yang terbesar dan paling mengesankan sebagai
bentuk monumen di Iran, meskipun banyak kemudian mengalami
penghancuran. Seni Persia dipersepsi dalam semua seni, juga lahir di bawah
Mengenal Seni Rupa Islam - 170 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dinasti ini didorong oleh patronase, ada bangsawan memunculkan naskah
besar seperti Jami al-Tawarikh oleh Rasyid al-Din. Teknik-teknik baru dalam
keramik hadir seperti lajvardina (variasi luster-ware) dan dipengaruhi China.
Seni awal para perantau dari Golden Horde yang kurang dipahami peneliti
dari bukti perencanaan kota dan arsitektur yang telah ditemukan. Ada juga
produksi yang signifikan dalam karya emas, yang sering menunjukkan
pengaruh China yang begitu kuat dan banyak dari pekerjaan ini dipelihara
sebagai pertapaan.
Awal periode besar ketiga abad pertengahan seni Iran, bahwa dari
Timurids ditandai dengan penyerangan kelompok ketiga dari kaum nomaden,
di bawah arahan wilayah Timur, ada pembangunan benteng di Kharnaq, Al-
Hira, lukisan oleh Behzad, 1494-1545. Selama abad ke-15 dinasti ini
memunculkan sebuah zaman keemasan naskah dalam bahasa Persia dengan
banyak lokakarya, juga berupa lukisan dan pelanggan termasuk adanya
pelukis terkenal seperti Kamal ud-Dīn Behzad. Arsitektur Iran dan
perencanaan kota juga mencapai puncaknya, terutama dengan monumen
Samarkand dan ditandai dengan penggunaan luas ubin keramik eksterior dan
muqarnas kubah dalam.
Turki Saljuk mendorong Iran di luar dan masuki ke dalam Anatolia
untuk memenangkan perang, kemenangannya atas Kekaisaran Bizantium
dalam Pertempuran Manzikert (1071) dan mendirikan sebuah kesultanan
independen dari cabang dinasti Iran. Kekuatan mereka tampaknya sebagian
besar telah berkurang setelah invasi Mongol di 1243, tapi keuntungan yang
diperoleh di bawah kekuasaan sampai 1304. Arsitektur dan benda disintesis
dengan berbagai gaya, baik dari Iran dan Suriah, kadang-kala rendering
attributions dibuat dengan tepat. Seni pertukangan berkembang pesat dan
lukisan setidaknya satu naskah diilustrasikan dalam periode ini.
Pembangunan penginapan ini ditingkatkan dalam skala, benteng dan
replicability. Caravanserais adalah rute perdagangan utama di seluruh
wilayah, yang ditempatkan pada interval perjalanan dalam satu hari, selain itu
mulai mengandung pusat masjid. Turkmen, pengembara yang bermukim di
daerah Lake Van, yang bertanggung jawab atas sejumlah mesjid, seperti
Masjid Biru di Tabriz dan mereka memiliki pengaruh yang menentukan
setelah jatuhnya Anatolia Saljuk. Dimulai pada abad ke-13, Anatolia
didominasi oleh dinasti Turkmen kecil, yang semakin berjarak lebih jauh dari
teritori Bizantium. Sedikit demi sedikit muncul satu dinasti besar, bahwa dari
Utsmani, setelah 1450-an yang disebut sebagai "Ottoman pertama". Pelindung
Mengenal Seni Rupa Islam - 171 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
itu dilaksanakan primarilyso dan dipandang sebagai cikal bakal seni Utsmani,
khususnya "Milet" dan pertama kali keramik biru-putih karya Anatolia.
Dalam buku islam frontispieces, dapat disaksikan lukisan keemasan
pertama pada abad ketiga belas, sebagian besar dari Suriah dan Irak. Pengaruh
dari kosa kata visual Byzantium, warna biru dan emas yang mewarnai motif
dan simbol dari produk kain yang dikombinasikan dengan jenis wajah
Mongoloid di abad ke-12. Sebelumnya koin arab selalu menampilkan
epigraphs, tetapi sebagai masyarakat Ayyubiyah menjadi lebih kosmopolitan
dan bersifat multi-etnik. Bentuk koin mulai fitur astrologi, figural yang
menampilkan berbagai seni Yunani, Seleukus, Bizantium, Sasanian dan Turki
comtemporary dan menguasai patung-patung bergambar atau berbentuk
hewan.

Lukisan Keramik
Ubin-Dinding
yang Dipengaruhi
Gaya China,
Dengan Motif Bentuk
Figur Wanita
dan Bunga-bungaan
serta Gambar
Benda Keramik

Hillenbrand menunjukkan bahwa teks-teks Islam Abad Pertengahan


disebut Maqamat, disalin dan diilustrasikan oleh Yahya bin Mahmud al-
Washiti adalah beberapa karya yang paling awal dari "buku meja kopi",
adalah di antara teks-teks pertama untuk memegang sebuah cermin atau
gambaran untuk kehidupan sehari-hari dalam seni Islam, yang
menggambarkan cerita-cerita lucu dan menunjukkan sedikit atau tidak ada
dari gambar atau bentuk patung warisan dari tradisi piktorial.
India, ditaklukkan oleh Ghaznawi dan Ghurids pada abad 9, tidak
menjadi otonom sampai 1206, ketika Muizzi, atau budak-raja, merebut
kekuasaan, menandai lahirnya Kesultanan Delhi. Gapura dari kompleks

Mengenal Seni Rupa Islam - 172 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Quthb, Delhi, India, yang dibangun oleh penguasa berturut-turut di bawah
Kesultanan Delhi. Kemudian kesultanan lain yang bersaing mendirikan di
Bengal, Kashmir, Gujarat, Jaunpur, Malwa dan di utara Deccan (Bahmanids).
Mereka memisahkan diri sedikit demi sedikit dari tradisi Persia, melahirkan
pendekatan asli arsitektur dan urbanisme, ditandai terutama oleh interaksi
dengan seni Hindu. Studi tentang produksi objek hampir tidak dimulai, tapi
seni yang hidup iluminasi naskah diketahui. Periode kesultanan berakhir
dengan kedatangan Moghul, yang progresif merebut wilayah mereka. The Taj
Mahal diperintahkan akan dibangun oleh Shah Jahan, seorang raja Muslim.
Kaisar Mughal Shah Jahan di India, yang memerintah 1627-1658, Taj
Mahal dari 1630-1653, sebuah makam Islam di sebuah taman yang dikelilingi
tembok, dibangun untuk istri Shah Jahan Mumatz Mahal (Arjuman Bani
alias Begum), yang memakai batu dan hiasan marmer, dengan berbentuk
kubah bawang dan diapit menara, di Agra, India, dari kursi Kekaisaran
Mughal.

Bangunan Islam India

Hanya dalam bidang falsafah para cendekiawan dilarang


mengemukakan idea-idea bukan ortodoks. Bagaimanapun, ahli sains Parsi,
Ibnu Sina dan Ibnu Rushd memainkan peranan yang utama dalam
penyimpanan karya-karya Aristoteteles yang idea-ideanya menguasai
pemikiran bukan agama bagi dunia-dunia Kristian dan Muslim. Mereka juga
menyerap idea-idea dari China dan India dan menambahkannya pada
pengetahuan mereka yang luas yang diperoleh daripada kajian-kajian sendiri.
Tiga orang pemikir spekulatif, al-Kindi, al-Farabi dan Ibnu Sina,
menggabungkan Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan idea-idea lain
yang diperkenalkan melalui Islam. Di Sepanyol, kesusasteraan falsafah Arab

Mengenal Seni Rupa Islam - 173 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


diterjemahkan kepada bahasa Ibrani, Latin dan Ladino. Penterjemahan
falsafah ini telah menyumbang kepada kemajuan falsafah Eropah moden.

Patung dan Lukisan


Tokoh Sufi Islam
Al Ghazali Tahun 1091 M,
Al Ghazali diangkat
menjadi Guru Besar di
Nizhamiyah Bagdad, yang
menjadikannya mashyur.

Tokoh-tokoh utama dalam Zaman Keemasan seperti Moses


Maimonides, ahli falsafah Yahudi; Ibnu Khaldun, ahli sosiologi serta
sejarah; Constantine, seorang Afrika, warganegara Carthage yang
menterjemahkan teks-teks perobatan Yunani; Al-Khawarizmi yang
pengumpul teknik-teknik matematik. Perbedaan antara sikap ahli-ahli sain
Byzantine dengan sikap orang-orang muslim zaman pertengahan yang setara
adalah nyata. Byzantium tidak menambah atau hanya menambah sedikit
pengetahuan baru kepada sain – kedokteran atau pengobatan Yunani-Roma.
Ini mungkin dapat dijelaskan melalui fakta bahawa perkembangan permulaan
Islam ke luar Semenanjung Arab telah mengikat tiga buah kota Byzantine
yang paling produktif yaitu Iskandariah, Carthage dan Antioch.
Akibat kehilangan kerajaan pusat yang maju keseniannya, serangan-
serangan Arab yang berketerusan terhadap Anatolia, kebanyakan kota
Byzantine tidak dapat menyokong seni dan sains. Banyak penduduk kembali
beramai-ramai ke perladangan. Kebanyakan ahli sains Islam yang paling
terkenal hidup pada Zaman Keemasan Islam. Antara pencapaian-pencapaian
cendekiawan Muslim semasa zaman ini ialah rekaan trigonometri sfera,
kemajuan dalam bidang optik atau kamera oleh Ibnu al-Haitham, serta
kemajuan dalam bidang astronomi, termasuklah pembinaan balai penerapan
pertama serta penciptaan astro-lab.
Pengobatan merupakan sebahagian yang utama dari kebudayaan
Islam zaman pertengahan. Bergerak cepat kepada keadaan masa dan tempat,
pakar pengobatan dan cendekiawan Islam mengembangkan sebuah
kesusasteraan pengobatan yang besar dan rumit yang memeriksa dan
mensintesiskan teori dan prtaktek pengobatan. Pengobatan Islam
Mengenal Seni Rupa Islam - 174 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dikembangkan berdasarkan tradisi, terutamanya pengetahuan teori dan
praktek amalan yang dikembangkan di Parsi, Yunani, dan Roma. Bagi
cendekiawan-cendekiawan Islam, Galen dan Hippocrates merupakan tokoh-
tokoh cemerlang yang berwibawa, diikuti oleh cendekiawan-cendekiawan
Yunani di Iskandariah. Para cendekiawan Islam menterjemahkan karya-karya
Yunani kepada bahasa Arab dan kemudian menghasilkan pengetahuan
pengobatan yang baru berdasarkan teks-teks tersebut. Untuk m,engijinkan
tradisi Yunani lebih mudah difahami dan diajarkan, cendekiawan-
cendekiawan Islam menyusun pengetahuan pengobatan Yunani-Roma yang
luas dan terkadang dengan lebih sistematik melalui penulisan ensiklopedia
dan ringkasan. Melalui terjemahan-terjemahan Arab inilah dunia Barat
mendapat pengetahuan tentang pengobatan Yunani, termasuk karya-karya
Galen dan Hippocrates. Karya-karya menyeluruh seperti Daftar Karya
Pengobatan yang ditulis oleh Ibnu Sina dan yang diterjemahkan kedalam
bahasa Latin dan disebar dalam bentuk manuskrip dan bercetak ke seluruh
Eropah hingga mendapat pengaruh yang sama secara lebih luas di Eropah
Barat. Pada abad ke-15 dan ke-16 saja, Daftar Karya Pengobatan telah
diterbitkan lebih 35 kali. Di dalam dunia Islam zaman pertengahan, rumah
sakit telah dibangun di semua kota yang utama; umpamanya di Kaherah,
Hospital Qalawun mempunyai banyak cabang yang termasuk melahirkan
pakar pengobatan, ahli farmasi, dan juru-rawat, yang saat itu telah merawat
8.000 orang pasien. Terdapat juga dispensasi dan kemudahan dalam penelitian
atau penyelidikan yang menyebabkan kemajuan-kemajuan dalam pemahaman
berbagai penyakit yang terjangkit. Juga penyelidikan optik dan mekanisme
mata. Malah doktor-doktor Islam telah dapat membuang katarak dengan
jarum-jarum geronggang lebih 1.000 tahun sebelum orang-orang Barat.
Perdagangan dan kehidupan bandar-bandar Islam, sejak awal, asas
tamadun Islam adalah berdasarkan kehidupan bandar dan perdagangan serta
pertambahan penduduk dengan kemajuan pertanian dicerminkan melalui
rangkaian perdagangan dunia. Bandar-bandar Islam yang berkembang secara
tidak terkawal menghasilkan jalan-jalan yang sempit berliku-liku di bandar
dan kawasan-kawasan perumahan dipisahkan oleh perbedaan latar belakang
etnik serta hubungan keagamaan. Kualitas ini ternyata cukup untuk
menghantar barang pulang-pergi dari pusat komersial yang dititikberatkan
oleh kehidupan keluarga Islam. Sub-bandar yang berada di sebelah luar
dinding kota terdiri dari kawasan perumahan komunitas orang-orang kaya
hingga ke kawasan kelas pekerja yang padat. Kawasan pembuangan sampah
Mengenal Seni Rupa Islam - 175 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bandar terletak jauh dari bandar. Satu tempat untuk menunaikan sholat dapat
dijumpai berhampiran salah satu dari pintu-pintu utama untuk perayaan
keagamaan dan pelaksanaan hukuman. Serupa dengan itu tempat latihan
tentera juga dapat dijumpai berdekatan satu pintu utama. Walaupun berbeda
dari segi rupa, muka bumi akibat iklim dan tradisi setempat sebelumnya,
bandar-bandar Islam hampir selalu dikuasai saudagar kelas pertengahan.
Kesetiaan sebagian muslim terhadap kawasan mereka amatlah kuat,
membayangkan etnik dan agama, manakala rasa kewarganegaraan kadang
kala bukanlah sesuatu yang biasa. Keluarga luas menyediakan asas untuk
program sosial, urusan perniagaan dan perundingan dengan pihak berkuasa.
Sebahagian dari unit ekonomi dan sosial sering kali merupakan penyewa
kepada bangsawan kaya.
Kekuasaan negeri Islam selain Sultan atau Kaisar, biasanya tertumpu
di Dar al Imara yaitu pejabat setingkat gubernur di dalam istana. Istana-istana
ini memancar gemerlap melampaui kota yang dibina. Fungsi utama gubenur
kota adalah untuk memberi perlindungan dan melaksanakan keteraturan
daripada undang-undang. Sistem ini bertanggungjawab atas berlakunya
percampuran pemerintahan autokrasi dengan pemerintahan autonomi di dalam
kota. Setiap kawasan perumahan dan kebanyakan blok perumahan yang besar
telah melantik seorang wakil untuk berurusan dengan pihak berkuasa dari
bandar. Kawasan-kawasan perumahan ini juga dijangkau untuk membentuk
pemuda-pemudi mereka menjadi militer untuk melindungi kawasan
perumahan mereka sendiri dan juga sebagai bantuan kepada tentera
profesional untuk mempertahankan kota secara menyeluruh. Kepala sesebuah
keluarga diberi kuasa dalam pengurusan rumah tangganya, tetapi kadi atau
hakim membicarakan dan menyelesaikan masalah dalam isu permasalahan
keluarga dan dengan keluarga lain. Dua wakil kuasa bandar ialah kadi dan
muhtasib, yang bertanggungjawab atas isu termasuk kualitas persediaan air
bersih, pembuatan jalan raya, mengawal kesehatan masyarakat dan penyakit,
mengawasi pasar-pasar dan pelaksanaan upacara pengebumian jenazah.
Aspek kehidupan bandar Islam ialah wakaf, sesuatu amal kebajikan
keagamaan yang terus berurusan dengan kadi dan imam. Melalui derma amal,
kebanyakan tempat pemandian umum dan kilang minyak dibina dan hasilnya
digunakan untuk membiayai pendidikan serta mengatur pengairan untuk
dusun diluar bandar. Mengikuti pengembangan, sistem ini diperkenalkan
kepada masyarakat Eropah Timur oleh Kerajaan Turki Uthmaniyyah. Semua
organisasi agama atau kepercayaan tidak perlu membayar cukai (pajak) dalam
Mengenal Seni Rupa Islam - 176 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dunia Islam, sedang orang asing perlu membayar cukai kepada majelis
bandar, kepada pemerintah tertinggi atau melalui tuan tanah kepada
bendahara negeri. Zakat merupakan derma amal kebaikan yang wajib
terhadap seseorang Muslim kepada golongan-golongan tertentu (fakir
miskin), manakala orang bukan Islam dianggap perlu membayar jizyah
seperti cukai. Binatang ternak yang dibawa ke kota sudah bersih, untuk
penyembelihan dilaksanakan pada kawasan di luar kota atau bandar, begitu
juga dengan industri lain yang dianggap kurang bersih. Apabila ada barang
yang berharga dapat diletakkan atau ditempatkan berdekatan dengan pusat
kota ataupun bandar. Hal ini menyebabkan banyak penjual buku dan tukang
emas tertumpu di sekeliling masjid utama di pusat bandar. Perkumpulan atau
persatuan, seperti persatuan pekerja yang dilindungi haknya tidak diawasi
secara resmi oleh kota Islam zaman pertengahan, tetapi urusan perdagangan
dikawal oleh pejabat yang mengawasi oleh majelis bandar. Setiap urusan
perdagangan dijalankan dengan identitas tersendiri, para ahli akan
mengunjungi masjid yang sama dan berkhidmat bersama. Ada pembantu atau
hamba diupah dalam perladangan tebu gula dan pembuatan garam, terdapat
juga hamba yang diupah menjadi pembantu di rumah tangga.
Teknologi dan perindustrian masa Islam amat maju. Teknik
penyulingan telah membantu meningkatkan mutu industri minyak wangi,
terdapat juga bahan kimia, sepuh, glasir keramik yang dibuat dengan giat
untuk bersaing dengan keramik-keramik yang diimport dari China.
Pendekatan saintifik dalam bidang pengkajian logam memudahkan kerja dan
meningkatkan mutu teknologi besi dari India dan China. Eksport utama terdiri
daripada perusahan dan perusahaan barang mewah, seperti ukiran kayu,
logam dan kaca, tekstil dan keramik. Sistem kontrak telah digunakan oleh
pedagang-pedagang secara berkesan. Pedagang akan membeli dan menjual
untuk komisi, dengan uang yang diberikan kepada petugas oleh pedagang atau
saudagar yang kaya, atau dalam perkongsian usaha bersama beberapa
pedagang, yang terdiri daripada Muslim, Nasrani dan Yahudi. Dokumen-
dokumen yang ditemukan sebagai tinggalan sinagog di Mesir menyatakan
dengan terperinci tentang pedagang-pedagang dan kehidupan manusia yang
gemilang pada zaman pertengahan di Timur Tengah. Perkongsian dalam
perniagaan dibina untuk tujuan usaha perniagaan komersial dengan ikatan
yang erat antar pedagang telah memberikan rangkaian dari urusan perniagaan
yang luas ke tempat yang jauh. Rangkaian ini dibangun pada masa di
Baghdad dan dikembangkan ke Sepanyol mewujudkan sistem cek atau surat
Mengenal Seni Rupa Islam - 177 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
berharga. Setiap kali barang melalui bandar, barang akan dikenakan cukai
atau pajak, hal ini meningkatkan harga barang dengan tinggi sebelum tiba ke
penjualan akhir. Walau bagaimanapun, dalam dunia Islam ketika itu, ummat
Islam mempunyai sumber yang mencukupi tanpa tergantung kepada pasar
luar negeri. Angkutan dan distribusi mudah berkesan, dimana setiap bandar
mempunyai tempat di luar gerbang masuk untuk tempat hewan dikumpulkan,
tempat pusat perbelanjaan pecah-belah atau pasar raya di bandar dengan
kemudahan gudang-gudang yang aman, juga yang disediakan untuk
pedagang-pedagang di bandar, di samping tempat-tempat untuk berurusan
niaga di sepanjang jalan perdagangan seperti rumah penginapan zaman
pertengahan.
Selain daripada sungai Nil, Tigris dan Furat, sungai lainnya yang
jarang dilayari, maka pengangkutan bertumpu kepada pengangkutan kapal
laut. Ilmu pengetahuan kemudian telah memajukan penggunaan asas atau
pedoman yang dikenali sebagai alat penginderaan untuk mengukur ketinggian
bintang, dan kompas magnet. Dengan penggunaan semua kelengkapan ini
dengan bantuan peta, pelaut atau pelayar dapat melayari lautan daripada
pelayaran sebelumnya yang hanya tertumpu pada penyisiran pantai. Pelaut
Muslim juga telah memperkenalkan kapal layar bertiang tiga kepada
penduduk Mediterranean. Juga kapal layar (caravel) Christopher Columbus
sebenarnya direka bentuk dari meniru rekaan kapal layar orang Islam
Andalusia. Terusan buatan untuk menghubungkan sungai Nil dengan Teluk
Suez telah dibina dan sebaliknya terusan ini juga menghubungkan laut merah
dengan Mediterranean walaupun dialiri lumpur beberapa kali. Pengikut tradisi
Nabi Muhammad S.A.W. ada nasihat kepada umatnya supaya "menuntut ilmu
biarlah sampai ke negeri China". Setelah wafatnya Nabi Muhammad S.A.W.,
ketika Zaman Keemasan Islam terwujud pengembangan dan penghijrahan ke
tempat yang jauh. Sebagai contoh, Ala'eddin, telah diberi penghargaan dalam
sejarah rasmi dinasti Yuan China, kerana telah membina hubungan baik untuk
Kublai Khan. Ummat Islam telah mempelajari teknik pembuatan kertas dari
China, merupakan hasil daripada hubungan yang terjalin, tetapi ummat Islam
telah membuat keputusan untuk menggunakan linen sebagai bahan mentah
untuk membuat kertas daripada penggunaan kulit kayu mulberi atau bahan
organik yang lain. Pemindahan atau alih teknologi China dan inovasi dalam
penggunaan linen untuk kertas dapat membuat bahan tulis yang lebih murah
dari segi ekonomi daripada penggunaan pokok kayu lontar (papyrus) yang

Mengenal Seni Rupa Islam - 178 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


mudah rusak. Dari Islam juga, dunia mempelajari pembuatan kertas dari
bahan mentah linen.
Pembangunan Masjid Agung Samarra di Iraq yang disiapkan pada
tahun 847 menggabungkan seni hipostal yang terdiri dari baris-baris tiang
yang menyangga sebuah latar datar yang mempunyai menara pilin yang besar
di atasnya. Orang Moor mengawali pembangunan Masjid Agung Cordoba
pada tahun 785 yang menandakan permulaan seni pembinaan Islam di
Sepanyol dan Afrika Utara. Masjid ini terkenal dengan gerbang-gerbang
bagian dalam yang kentara. Seni binaan Moor mencapai puncaknya dengan
pembangunan Alhambra yang merupakan istana atau kubu Granada yang
indah dan mengagumkan, dengan ruang-ruang dalam yang terbuka dengan
hembusan angin serta dihias dengan warna merah, biru dan emas. Dindingnya
dihias dengan motif-motif dedaunan, inskripsi-inskripsi Arab, reka bentuk
awan berarak, dengan dindingnya ditutupi oleh jubin berkaca glasir. Masjid
Qolsharif di Rusia disiapkan sekitar tahun 1000, masih merupakan masjid
yang terbesar di timur Eropah. Ada bangunan berbentuk menara kembar
Kharaghan yang dibangun pada tahun 1067 merupakan monumen kubur
putera-putera Seljuk. Sub dari gaya yang tersendiri dari seni binaan Islam
Empayar Mughal di India pada abad ke-16. Memadukan unsur-unsur Islam
dan Hindu, Kerajaan raja Akbar yang membina sebuah kota raja di Fatehpur
Sikri yang terletak 42 km, di barat Agra pada akhir 1500-an. Juga sebuah
makam Taj Mahal dibangun pada 1650-an.
Pada tahun 1206, Genghis Khan menegakkan sebuah dinasti yang
kuat di kalangan orang-orang Mongol di Asia Tengah. Semasa abad ke-13,
Empayar Mongol ini menaklukan banyak tanah Eurasia, termasuk dua negara
China di timur dan kebanyakan dari kekhalifahan Islam lama termasuk Rusia
di barat selepas serangan Baghdad oleh Hulagu Khan pada tahun 1258.
Kemudian, kepemimpinan Mongol di Timur banyak memusnahkan kota,
membunuh beratus-ratus ribu orang dan melakukan pemusnahan yang tidak
dapat dipulihkan seperti sistem pengairan kuno di Mesopotamia. Tanah-tanah
Muslim yang ditaklukan oleh orang-orang Mongol kini menghadap timur laut
menghadap kehaluan daratan ke China dan tidak lagi menghadap Mekah.
Akhirnya, kebanyakan orang Mongol yang menetap di Asia Barat dan Tengah
banyak yang memeluk Islam dan dalam banyak kesempatan berasimilasi
dengan berbagai kehidupan orang Muslim Iran atau Turki, seperti Ulugh
Beg, salah seorang ahli astronomi awal di Timur yang terunggul saat itu.
Kerajaan Turki Uthmaniyyah bangkit dari keterpurukan, tetapi secara teori
Mengenal Seni Rupa Islam - 179 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Zaman Keemasan Islam sudah dianggap tamat. Kriyawan muslim yang pada
awalnya kreatif dan dinamis dalam menangani pelbagai macam isu, kemudian
terseok-seok dalam menghadapi perkembangan dan arus deras perubahan
zaman pada abad ke-12 dan 13 sehingga akhir zaman pemerintahan
Abbasiyyah. Walaupun terdapat usaha pemulihan semasa zaman
pemerintahan Uthmaniyah, kemerosotan tak dapat dicegah dan keterusan
sehingga membawa kepada kejatuhan dan kemunduran pada abad ke-20.
Sebab utama kemerosotan adalah salah urus tentang politik dan ekonomi di
masa zaman awal kekhalifahan mulai abad ke-10 dan seterusnya, penutupan
pintu ijtihad pada abad ke-12, penekanan kepada taqlid abad ke-13, pengaruh
asing dari tentera salib di abad ke-11 dan tentara Mongol di abad ke-13, lalu
Reconquista di abad ke-15, kekuasaan Eropah di abad ke-19.
Hanya dalam bidang falsafah para cendekiawan dilarang
mengemukakan idea-idea bukan klasik. Bagaimanapun, ahli sain dari Parsi,
Ibnu Sina dan Ibnu Rushd memainkan peranan yang utama dalam
penyimpanan karya-karya Aristoteles yang idea-ideanya menguasai pemikiran
bukan agama bagi dunia-dunia Kristian dan Muslim. Mereka juga menyerap
idea-idea dari China dan India, dan menambahkannya pada pengetahuan
mereka yang luas yang diperoleh daripada kajian-kajian sendiri. Tiga orang
pemikir spekulatif, al-Kindi, al-Farabi, dan Ibnu Sina, menggabungkan
Aristotelianisme dan Neoplatonisme dengan idea-idea lain yang diperkenalkan
melalui Islam. Di Sepanyol, kesusasteraan falsafah Arab diterjemahkan
kepada bahasa Ibrani, Latin, dan Ladino. Penterjemahan falsafah ini telah
menyumbang kepada kemajuan falsafah Eropah modern. Tokoh-tokoh utama
dalam Zaman Keemasan termasuk:

 Moses Maimonides, ahli falsafah Yahudi;


 Ibnu Khaldun, ahli sosiologi serta sejarah;
 Constantine, adalah orang dari Afrika, warganegara Carthage yang
menterjemahkan teks-teks pengobatan Yunani;
 Al-Khawarizmi yang mengumpul semak teknik-teknik matematik.

Secara sistematik seakan ada yang melarang perbincangan falsafah


dalam Islam dan perdebatan ilmu kalam. Juga terdapat kekurangan dengan
beberapa pusat pendidikan agama. Toleransi kepada ide-ide yang berbeda pun
sangat tinggi, Numun hal ini ditinggalkan selepas abad ke-13. Institusi ilmu
seperti madrasah, perpustakaan (termasuk Baitul Hikmah), balai penerapan
Mengenal Seni Rupa Islam - 180 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
teknologi dan rumah sakit kemudian dimusnahkan oleh kekuasaan asing
seperti tentera salib dan tentara mongol, yang menyebabkan tradisi keilmuan
tidak lagi digalakkan di kawasan yang dimusnahkan atau dikuasai asing.
Tiada lagi alat baru untuk penerbitan dan sarana komunikasi-informasi yang
diterima, tetapi saat itu juga terdapat kaum buta huruf yang tinggi di kawasan
Islam, yang akhirnya musnah terutamanya di Mesopotamia.

Ruang Dengan Dekor Geometris dan Khas Pada Interior Islam

Masjid Biru (Shrine of Hazrat Ali). Mazar-I-Sharif, Afghanistan.

Taj Mahal Taj Mahal Di tahun 1628, Pangeran Shah Jahan kemudian naik
menggantikan ayahnya. Istrinya, Mumtaz ul Zamani pun dianugerahi julukan “Mumtaz
Mahal” yang berarti "Jewel of the Palace” atau “Permata di Istana”

Sumber: Geometry in Islamic Architecture, fb, 1/2/17

Mengenal Seni Rupa Islam - 181 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Arsitektur Sekolah Medis Abad 13 dan Langit-langit Museum
Dengan Gaya Khas Muslim

Hiasan Dinding Bangunan Islam Siti Aiysah, Alhambra-Irak Yang Khas Muslim

Mengenal Seni Rupa Islam - 182 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Motif Arabesque Pada Bangunan Alhamra

Detail Interior Menara Kompleks Qutb. Delhi, Abad XIII


Tampak Dekorasi Menara Masjid Kompleks Qutb Dibangun Sultan Iltutmish
(1211-1236) Penguasa Dinasti Kasultanan Delhi Berasal dari Turki.

Interior Gedung Istana Sitorai-Mohi-Hossa, Bukhara dan Dekorasi Ruangan Istana


Emir Terakhir Bukhara Alim Khan (1910-1920).

Mengenal Seni Rupa Islam - 183 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Sabuk Yang Berharga
Dari Bukhara Emirat.
Babak kedua Abad
xix. Bahan: Perak,
Emas, Permata, Kaca,
Leather, Velvet.
Panjang-129 cm.
Museum Negara
Hermitage
(ST. Petersburg,
Rusia).

Masjid Shah Jahan Dari


Pakistan, Membangun
Masjid di Jalan Wilayah
India ke Iran.
Raja Iran Membantu
Kembali India Temurid
Masa Gur-Emir
(ABAD XV).

Dari Teras Istana Shah Shuja


ul-Mulk, di Kabul.
Lukisan Menggambarkan
Istana dari Afganistan Shah
Shuja-ul-Mulk (1803-1809,
1839-1842). Warna litografi oleh
British Artis James Rattray
(1818-1854) dalam 1839.
Diambil Dari Arsip Digital Dari
British Library.

Mengenal Seni Rupa Islam - 184 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Seniman Mural Abstrak, Khalid şahin, Berkarya Seni dan Lukisan memberi Ornamen
Khas Yang Menawan. Juga Penerangan Membuat Hiasan Sofa, Karpet dan Wallpaper
Kepada Pelajar atau Seniman Muda.

Hiasan Dalam Kubah di Masjid Nabawi,Madinah dan Mosaik Ubin di Sekolah Olahraga

Hiasan Ubin Dengan Ornamen Geometri dari Aleksandria dan Keppler di Abad 15

Mengenal Seni Rupa Islam - 185 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Bagian Aksesoris (Hiasan) Baju. Dari Akhir dan Awal Abad xix-xx. Central
Asia dan Iran Utara. Terbuat dari Emas, Perak, Krom, Kawat Dekoratif dan
Carnelian. Dari Koleksi Perhiasan Turkmen dengan Marshall dan Marilyn.
Metropolitan Museum Of Art (New York, AS).

Bagian Jade Gravestones Dengan Nama Shaybani Khan.


Ini Peninggalan berharga dari Nisan Pendiri Dinasti Sheibanids Muhammad Shaybani
Khan (1451-1510), Terletak pada Komplek Keluarga Dakhma di Samarkand.
Museum Negara Hermitage (ST. Petersburg, Rusia).

Wisata Religi Perempuan Tahun 1361. Shahi Zinda di Samarkand.


Gambar Persemayaman Pada Akhir Abad XIX
Mengenal Seni Rupa Islam - 186 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Hiasan Produk Helm Tentara Islam dan Hiasan Pintu

Lukisan Kaligrafi Mostafa Mahmoud Dari Yasmin Almasri

Dalam pembangunan peradaban Islam, hingga abad 19 sampai 20-an,


yang lebih banyak menaruh perhatian kepada usaha memindahkan orisinalitas
alam ke dalam berbagai bentuk media karya seni, seperti bangunan, keramik,
pakaian, permadani dan tapestry, dekorasi dan ornamen, ukiran, mebel,
lukisan, perabotan produk rumah tangga, tari, musik, sastra, fotografi dan film
serta seni pertunjukan. Islam melahirkan berbagai macam karya seni yang
mampu mencerahkan moral-spiritual serta peradaban, yang unik dan menarik
seperti kaligrafi, ornamen dan ukiran yang menghiasi banyak masjid dan
gedung-gedung, gagang dari perabotan sehari-hari dan pedang, bejana dari

Mengenal Seni Rupa Islam - 187 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


logam (besi, emas, kuningan, perak, tembaga, dll), perhiasan, keramik atau
tembikar, produk kayu dan sebagainya. Sesungguhnya Islam mendukung
kreasi seni, namun dengan syarat-syarat tertentu, yaitu yang dapat
mendatangkan manfaat atau membangun karakter baik dan bukan yang
mendatangkan mudharat dan merusak. Disebut seni Islam apabila
penampilannya tidak melanggar syari‟at Islam dan tidak melanggar
kesusilaan serta bernilai akhlaq yang baik.
Seni merupakan suatu tema yang cukup penting dan berhubungan
langsung dengan emosi pribadi dan perasaan masyarakat muslim, yang
kehadirannya tak terelakkan lagi. Seni Islam dapat membangun
kecenderungan, selera, orientasi kejiwaan, kedalam berbagai perangkat yang
didengar, dibaca, dilihat, dirasakan, direnungkan sampai dengan usaha
mempraktekkannya. Seni akhirnya tak berbeda dengan halnya sebagai ilmu
pengetahuan, yang bisa dipergunakan untuk kebaikan atau bisa juga untuk
keburukan atau pun kejahatan, tergantung dari kadar yang mempengaruhinya.
Karena seni yang dihasilkan tersebut, tentunya mempunyai maksud dalam
penciptaannya. Sehingga niat dan konsepsinya menjadi penting untuk disimak
sebagai barometer seni Islam yang dianggap bermutu. Jika ada sesuatu yang
yang dianggap halal atau haram, maka hukumnya jelas mengikutinya.
Pandangan dan konsepsi seni terus bergulir mengikuti zaman dengan
kemudahan-kemudahan material dan informasi-komunikasi yang telah
mengglobal.
Di tengah pro dan kontra itu seni lukis berkembang di dunia Islam.
Meski begitu, para arkeolog dan sejarawan tak menemukan bukti adanya sisa
peninggalan lukisan Islam asli di atas kanvas serta panel kayu. Hasil
penggalian yang dilakukan arkeolog justru menemukan adanya lukisan
dinding, lukisan kecil di atas kertas yang berfungsi sebagai gambar ilustrasi
pada buku.
Banyak orang menyangka dalam Islam terdapat larangan
menggambar sosok makhluq bergerak atau figuratif seperti hewan dan
manusia. Tetapi dalam kenyataan tidak sedikit ulama yang memerbolehkan
hadirnya lukisan figuratif. Di luar kebudayaan Islam Arab, bahkan lukisan
figuratif berkembang pesat sejak abad ke-12 M. Seperti di Persia yakni Iran,
Iraq, Uzbekistan dan Afghanistan; Lalu Turki Usmani; Kemudian India
Mughal yaitu India dan Pakistan; Juga Asia Tengah yakni Tajikistan,
Turksmenistan, Kazakhtan dan lainnya; Termasuk di Nusantara, khususnya
Jawa dan Madura.
Mengenal Seni Rupa Islam - 188 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Salah satu perwujudan estetika Islam yang sering dikesampingkan
ialah seni lukis. Padahal tradisinya lukisan memiliki sejarah panjang. Sebab-
sebabnya kemungkinan karena seni lukis dalam tradisi Islam, berkembang
pesat di luar kebudayaan Arab, seperti di Persia, Asia Tengah, Turki, India
Mughal dan Nusantara. Sedangkan apa yang disebut kebudayaan Islam kerap
diidentikkan dengan kebudayaan Arab. Kecenderungan tersebut tampak pada
sebutan „arabesque‟ terhadap ragam hias tetumbuhan yang mengalami
perkembangan pesat sejak berkembangnya agama Islam dan peradabannya.
Sebab yang lain ialah anggapan bahwa larangan menggambar makhluq hidup
yang bergerak seperti manusia dan binatang benar-benar didasarkan atas
sumber Al-Qur‟an. Padahal ketidaksenangan ulama atau fuqaha tertentu
terhadap seni lukis, sebagaimana terhadap seni pada umumnya, lebih
didasarkan pada hadits tertentu yang kesahihannya masih terus diperdebatkan
sampai sekarang.
Pandangan bahwa lukisan figuratif tidak dibenarkan dalam Islam
bersumber dari teks-teks abad ke-11 dan 12 M, ketika ulama fiqih dan ilmu
syariat mulai dominan dalam Islam. Dan mulai bertabrakan pandangan
dengan para filosof (hukama) dan sufi berkaitan dengan manfaat seni dalam
peradaban religius. Teks-teks sebelum abad tersebut malah tidak
mempersoalkan kehadiran lukisan figuratif. Di negeri-negeri yang telah
disebutkan malah abad ke-12 dan 13 M merupakan periode pesatnya
perkembangnya seni lukis khususnya dan seni rupa umumnya di dalam
sejarah kebudayaan Islam. Lukisan-lukisan yang dihasilkan pada masa awal
itu umumnya berupa lukisan miniatur atau lukisan berukuran kecil yang pada
mulanya dimaksudkan sebagai ilustrasi buku. Baru pada abad ke-17 M
lukisan berukuran besar pada dinding berkembang pesat di negeri-negeri
seperti Persia, Iraq, Turki, Asia Tengah, dan India Mughal. Sejalan dengan itu
estetika atau teori seni juga berkembang. Peran estetika estetika menonjol
karena mempengaruhi corak seni lukis secara umum.
Pada mulanya seni lukis dalam Islam muncul di wilayah-wilayah
yang sebelum datangnya Islam telah memiliki tradisi seni lukis yang telah
maju. Khususnya Persia, Iraq dan Asia Tengah. Di kawasan-kawasan ini
peradaban besar masa lalu telah muncul seperti Mesopotamia, Sumeria,
Assyria, Babylonia, Sughdia dan Persia. Tidak heran jika lukisan tradisi Islam
paling awal dijumpai di wilayah-wilayah ini. Lukisan tertua misalnya
dijumpai pada dinding istana Bani Umayyah yang dibangun oleh Sultan
Walid I pada tahun 712 M di Qusair Amra, Syria. Juga lukisan di tembok
Mengenal Seni Rupa Islam - 189 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bekas istana Sultan al-Mu`tazim dari Bani Abbasiyah di Samarra, Iraq, yang
dibangun pada tahun 836-9 M.
Salah satu bukti bahwa umat Islam mulai terbiasa dengan gambar
makhluk hidup paling tidak terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah
(661 M -750 M) di Damaskus, Suriah. Hal itu dapat disaksikan dalam lukisan
yang terdapat pada Istana Qusair Amrah yang dibangun pada 724 M hingga
748 M.
Selain itu, diserambi istana Musyatta yang dibangun penguasa
Umayyah di akhir kekuasaannya tahun 750 M, juga dipenuhi lukisan manusia
dan binatang. Pada era kekuasaan Abbasiyah, penggunaan gambar makhluk
hidup dalam lukisan dinding juga digunakan pada istana Juasaq Al-Kharqani
yang dibangun oleh Khalifah Al-Mu'tasim pada 836 M-839 M.
Makhluk hidup juga menjadi objek lukisan di istana Dinasti
Abbasiyah di era pemerintahan Al-Muqtadir (908 M-932 M). Dalam dinding
istana itu, tergambar lima belas penunggang kuda. Lukisan ini dipengaruhi
gaya Mesopotamia. Lukisan manusia juga terdapat dalam dinding istana
Sultan Mahmud Gazna (wafat 1030 M). Gambar prajurit serta perburuan
gajah yang terlukis di dinding istana Sultan itu lebih banyak dipengaruhi seni
dari India. Lukisan manusia dan makhluk hidup mulai berkembang pesat di
era Dinasti Fatimiyah dan Seljuk antara abad ke-12 dan 13 M. Seabad
kemudian, seni lukis miniatur berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti Il-
Khans, dinasti keturunan Hulagu Khan yang sudah masuk Islam.
Penguasa Il-Khans, seperti Mahmud Ghazan (1295 M-1304 M),
Muhammad Khodabandeh (Oljeitu) (1304 M-1316 M), dan Abu Sa'id
Bahadur (1316 M-1335 M) sangat menaruh perhatian pada perkembangan
seni. Mereka memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh invasi
yang dilakukan leluhurnya terhadap dunia Islam. Dinasti ini pun
memperkenalkan gaya lukis China terhadap seni lukis miniatur Persia di
zaman itu. Seni lukis miniatur Persia berkembang makin pesat di era
kekuasaan Dinasti Timurid di wilayah Iran. Dipengaruhi gaya lukis China
dan India, seni lukis miniatur Persia itu tampil dengan gaya yang unik. Seni
lukis tradisi berkualitas tinggi juga berlangsung di era kekuasaan Dinasti
Safawiyah. Lantaran negara-negara Islam saat itu berbentuk monarki, seni
lukis di setiap kota Islam sangat ditentukan oleh pemimpinnya. Para penguasa
Dinasti Safawiyah sebenarnya sangat mendukung para seniman. Salah
seorang pemimpin Safawiyah yang mendukung kegiatan para seniman itu

Mengenal Seni Rupa Islam - 190 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


adalah Shah Ismail I Safav. Bahkan, dia mengangkat Kamaludin Behzad,
pelukis kenamaan Persia sebagai direktur studio lukis istana.
Lukisan Persia memiliki ciri khas tersendiri. Kebanyakan berisi
sanjungan kepada raja dan penguasa. Selain itu, ada pula lukisan keagamaan
yang menggambarkan interpretasi orang Persia terhadap Islam atau agama
yang mereka anut. Lukisan Persia pun sangat termasyhur dengan penggunaan
geometri dan warna-warna penuh semangat. Yang lebih penting lagi, lukisan
Persia dikenal mata ilustratif. Lukisannya mampu memadukan antara puisi
dengan seni lukis. Bila dilihat lukisan Persia, seakan-akan diajak untuk
membaca sebuah kisah puitis yang mampu menumbuhkan rasa kepahlawanan.
Hal itu terjadi, karena lukisan-lukisan itu diciptakan dan terinspirasi oleh
syair-syair yang begitu luar biasa.
Tembok bekas istana Sultan Walid I, yang terletak di tengah padang
pasir itu, dipenuhi lukisan alegoris dan gambar berbagai jenis tumbuhan serta
hewan. Asal-usul seni lukis dekoratif Islam (arabesque) mungkin dapat
dilacak melalui gambar tersebut. Gambar di dinding istana Samarra
memperlihatkan perkembangan lanjut yang penting. Di situ terdapat gambar
gadis-gadis yang sedang menari, menyanyi dan bermain musik. Ini
menggambarkan meriahnya kehidupan seni pertunjukan di istana kekhalifatan
Abbasiyah di Baghdad sejak awal.
Di antara gambar yang menarik ialah gambar burung sedang terbang. Pada
masa selanjutnya burung dijadikan tamsil bagi roh manusia yang selalu
merindukan asal-usulnya di alam ketuhanan (`alam al-lahut) dan karenanya
burung merupakan satu-satunya binatang yang muncul sebagai motif utama
seni hias Islam. Sosok manusia digambar dalam pola lingkaran. Contoh
serupa dijumpai pada sejumlah benda keramik dari zaman yang sama. Yang
lebih menarik lagi ialah bahwa gambar di istana Abbasiyah itu dipengaruhi
gaya Sassaniyah Persia abad ke-2 dan 7 M.
Benda estetik Islam lain juga dijumpai di Nisyapur, Iran Utara,
berupa gambar berelung pada gip yang menampilkan motif vas dan bunga.
Latar biru pada gambar itu lazim dijumpai pada lukisan miniatur Persia abad
ke-13 sampai 17 M. Gambar tersebut besar kemungkinan dibuat pada abad
ke-10 M ketika Nisyapur berkembang menjadi pusat peradaban Islam dan
pusat pembuatan keramik terbesar di luar China. Bukti lain bahwa pada abad
ke-10 M seni lukis telah berkembang ialah dijumpainya fresco-fresco
peninggalan Bani Fatimiyah yang memerintah Mesir dari abad ke-10 sampai
abad ke-12 M. Fresco-fresco Mesir itu menampilkan lukisan geometris khas
Mengenal Seni Rupa Islam - 191 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Islam. Selain itu juga terdapat gambar figur berupa orang sedang memegang
gelas minuman.
Sangat disayangkan memang tak banyak karya pelukis muslim pada zaman
permulaan itu yang dijumpai. Dua bencana besar telah menghapus jejaknya.
Pertama, kebakaran yang meludeskan perpustakaan Bani Fatimiyah di Kairo
pada abad ke-12 M. Hampir seluruh manuskrip berharga dari abad ke-8
sampai 12 M yang jumlahnya ratusan ribu hangus ditelan api. Padahal dalam
naskah-naskah kuna itu terdapat banyak ilustrasi yang menjelaskan
perkembangan seni lukis abad ke-9 – 10 M dalam Islam. Beberapa fragmen
yang dijumpai dan selamat dari jilatan api ialah gambar kepala perajurit
sedang berangkat ke medan perang. Gayanya mirip dengan gaya Iran dari
abad yang sama. Bencana kedua ialah musnahnya perpustakaan kekhalifatan
Baghdad pada masa penyerbuan tentara Mongol pada tahun 1256 M. Namun
masih untung, karena beberapa manuskrip berisi ilustrasi, yang dibuat pelukis
muslim abad ke-12 dan awal abad ke-13, masih dijumpai dalam jumlah
memadai. Di antaranya manuskrip yang memuat lukisan miniatur karya al-
Wasiti, seorang pelukis terkenal pada zaman akhir kekhalifatan Abbasiyah.
Lukisan al-Wasiti dijumpai pada manuskrip berisi salinan teks Maqamat,
kumpulan cerita pendek karangan al-Hariri. Bahwa pada abad ke-11 dan 12
M seni lukis berkembang, khususnya di wilayah Persia, tampak pada adanya
uraian tentang seni lukis dan pelukis dalam beberapa karya sastra masyhur.
Misalnya dalam Shah-namah (1009 M) karya Firdausi, Iskandar-namah
dan Khamza karya Nizami (wafat 1202 M). Dalam dua buku itu, masalah
seni lukis dan pandangan seniman muslim tentang seni lukis disajikan secara
jelas. Juga dijelaskan pengaruh seni lukis Byzantium dan China.
Keterangan tentang pesatnya perkembangan seni lukis juga ditemui
dalam buku-buku karangan Imam al-Ghazali (wafat 1111 M) seperti Ihya‟
Ulumuddin dan Kimiya-i-Sa`adah. Dalam bukunya itu Imam al-Ghazali
membahas hadits yang memuat larangan menggambar mahluq hidup di luar
tetumbuhan. Penjelasan serupa juga dijumpai dalam beberapa teks abad ke-13
dan 14 M, Bustan dan Gulistan karya Sa`di (wafat 1292 M) dan Matsnawi
karya Jalaluddin Rumi (1207-1273 M). Pada masa ketika teks-teks tersebut
ditulis, teori seni dan imaginasi telah berkembang dalam tradisi intelektual
Islam. Pada masa yang sama negeri Persia secara bergantian berada di bawah
kekuasaan dinasti Persia, Turki dan Mongol (Raja Il-khan). Dinasti-dinasti
ini dikenal sebagai pencinta dan pelindung seni lukis. Seni lukis berkembang
pesat terutama pada zaman Bani Il-khan Mongol (1258-1395 M) memerintah
Mengenal Seni Rupa Islam - 192 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Irak dan Persia sejak jatuhnya kekhalifahan Abbasiyah. Sejak akhir abad ke-
13 M banyak pelukis China didatangkan oleh sultan-sultan Mongol untuk
menghiasi dinding-dinding istana mereka. Dari para pelukis China inilah
pelukis-pelukis muslim mempelajari tehnik melukis dan mengolah warna,
serta cara-cara membuat kertas yang bermutu tinggi.
Dalam bukunya ”Islam and Muslim Art ”(1979), Alexandre
Papadopulo mengatakan bahwa seni lukis Islam berkembang semarak antara
tahun 1335-1350 M dan berakar pada tradisi seni lukis Persia yang
berkembang di Mesir pada abad ke-10 M. Walaupun dipengaruhi seni lukis
China, namun motif estetik yang melandasi penciptaan seni lukis Islam pada
waktu itu sangat berbeda dengan motif estetik pelukis China. Motif pelukis
China didasarkan pada Taoisme yang menganjurkan gagasan penyatuan
dengan alam. Karena itu lukisan China didominasi lukisan tentang alam.
Teori yang mereka gunakan ialah teori representasi dengan pendekatan semi
naturilistik. Pelukis-pelukis Taois juga percaya bahwa pemandangan alam,
apabila dihadirkan dengan ketrampilan artistik yang tinggi, dapat
merepresentasikan perasaan dan pikiran manusia yaitu pelukisnya dengan
baik. Namun pelukis muslim bersikap sebaliknya, meniru gambar alam atau
membuat lukisan dengan mengedepankan hasil pencerapan indera berarti
merendahkan peranan akal pikiran dan imaginasi, yang merupakan tanda
utama keunggulan manusia dari makhluk lain. Karena mengedepankan akal
pikiran dan imaginasi, maka yang dihasilkan ialah lukisan yang bukan sekadar
representasi dari obyek-obyek yang dapat dicerap indera, apalagi sebagai
tiruan dari obyek.
Lukisan-lukisan karya seniman muslim cenderung adalah hasil
stilisasi dan simbolisasi atas bentuk atau tidak jarang cenderung ke abstrak
imaginatif. Sebagai contoh illustrasi dalam teks kitab al-Tsabita yang disalin
pada awal abad ke-13. Di situ gambar manusia tidak disertai gerak tubuh dan
cenderung linear. Bahkan sosok manusia diubah ke bentuk abstrak. Memang
secara teknis lukisan tersebut dipengaruhi oleh seni lukis China, sebagaimana
terlihat pada garapan garis yang sempurna dan rapi dalam gambar kaki sapi.
Penggunaan warna emas dan perak untuk illuminasi dan garis pinggir
membuat lukisan tersebut hadir sebagai lukisan abstrak. Contoh lain ialah
ilustrasi dalam manuskrip kitab al-Aghani, karya al-Isfahani dan kitab al-
Diryaq (terjemahan buku Galenus) yang disalin pada akhir abad ke-12 M.
Lukisan-lukisan dalam dua manuskrip inilah yang berpengaruh terhadap
lukisan-lukisan abad ke-13 M. Ciri-cirinya antara lain:
Mengenal Seni Rupa Islam - 193 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
 Sosok manusia digambar statik, tanpa peragaan atau modelling;
 Watak individual masing-masing sosok ditonjolkan, suatu hal yang
tidak dijumpai dalam lukisan China dan Jepang yang sezaman;
 Motif seni hias yang disertakan sangat beraneka ragam;
 Warna yang digunakan dipilih dengan tujuan mencipta harmoni dan
keseimbangan dalam ruang otonom;
 Ornamentasi menggunakan menggunakan gaya arabeska;
 Ruang yang otonom dibentuk dengan membuat spiral. Yang
menentukan bobot lukisan itu ialah bangunan geometrisnya, bukan
kemiripan gambar dengan kenyataan.
Istilah "Deccan" (berasal dari Dakshina) adalah istilah geografis yang
mengacu pada dataran tinggi di India pusat selatan yang masih dikuasai oleh
raja-raja Hindu ketika Muslim pertama yakni kesultanan India didirikan di
Delhi. Khaljis (1290-1320) dan Tughluqs (1320-1414) setelah mereka
keduanya mencoba untuk menaklukkan Deccan tapi akhirnya gagal. Para
petugas dari Muhammad bin Tughluq memberontak terhadapnya dan adalah
kesultanan independen yang telah dinyatakan di bawah kepemimpinan Zafar
Khan. Umumnya keturunan, yang dikenal sebagai Bahmanids (1347-1528),
memerintah dari daerah yang terletak pertama di Gulbarga dan kemudian di
Bidar.
Pada akhir abad ke lima belas, provinsi-provinsi dari dinasti
Bahmanid terputus, menjadi negara yang terpisah, masing-masing dengan
budaya yang berbeda, Islam pun hidup dan berkembang terutama di akhir
abad keenambelas dan awal ketujuhbelas. Seni, puisi dan musik,
dipengadilan Deccani ditandai oleh afinitas untuk Persia, banyak penguasa
daerah ini adalah keturunan Persia dan dengan demikian merasa hubungan
kuat ke Barat daripada para penguasa Sunni di India utara. Pusat pembuatan
seni yaitu Bijapur, Golconda, Ahmadnagar, Bidar, dan Berar, dikenal karena
teknik unik mereka dalam pengecoran logam, ukiran batu dan lukisan. Setiap
bentuk masing-masing dikembangkan dengan penambahan benteng dan
makam dengan gaya yang khas, juga seni arsitektur berkembang.
Rival dari pengadilan yang dihasilkan gaya saingan, seperti yang
ditunjukkan oleh seni kontras Dinasti Utsmani dan Safawi pada abad keenam
Mengenal Seni Rupa Islam - 194 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
belas dan ketujuh belas. Setelah penaklukan Mesir dan Suriah pada 1517,
Turki Utsmani membangun sebuah kerajaan besar di bagian barat dari Timur
Tengah, sementara tanah di timur, terutama Iran, dipersatukan di bawah
kekuasaan dinasti Safawi. Akibatnya, sebagian besar Timur Tengah dibagi
antara dua kekuatan besar, masing-masing berusaha untuk menegaskan
kekuatan dan supremasinya.
Dinasti Utsmani dan Safawi berbagi banyak nilai-nilai budaya dan
gaya artistiknya menarik serta banyak atas sumber-sumber yang sama. Namun
demikian, permusuhan mereka, saling memastikan bahwa seni masing-masing
akan berkembang dengan cara yang berbeda, seperti tercermin dalam sikap
yang kontras terhadap penggunaan gambar dalam seni dekoratif. Baik
Utsmani dan ditugaskan Safawi diilustrasikan dalam naskah, tetapi hanya di
Safawi Iran melakukan tema figural yang dieksplorasi dalam naskah,
memberikan desain untuk bekerja pada media produk lainnya. Sebuah panel
ubin yang pernah menghiasi sebuah istana Safawi di Isfahan, melukiskan
sopan pemuda dan pemudi menikmati piknik, sedangkan pola yang sama
berulang bentuk pemuda elegan yang dijalin ke dalam beludru sutra. Dengan
menggunakan desain seperti ini, Safawi mungkin telah dengan sengaja
menentang Ottoman, karena Turki umumnya menghindari citra figural dalam
seni dekoratif. Yang paling dekat datang untuk itu, mereka menggunakan pola
abstrak berdasarkan bulu hewan, seperti yang ditemukan di kaftan dibuat
untuk anak dari keluarga kekaisaran Ottoman berupa garis bergelombang
pasangan berasal dari garis-garis pada kulit harimau seperti baju yang
dikenakan oleh pahlawan kuno.
Dinasti Utsmani berusaha untuk menampilkan diri sebagai
pendukung terkemuka ortodoksi Islam dalam menghindari tampilan publik
tentang figur manusia dan hewan, status mereka bisa mengklaim sebagai
penjaga situs Islam yang dianggap paling suci di Mekkah dan Madinah.
Kantor polisi suci di Mekkah, yang mencakup bangunan batu cubelike dikenal
sebagai Ka'bah, yang inspiratif mewakili skematis pada ubin Turki abad
ketujuh belas.
Bijapur diperintah oleh Shahis cAdil 1489-1686, Ibrahim cAdil
Sultan Shah II (1580-1627), adalah pelindung dinasti terbesar seni India
untuk penyair, kaligrafi dan musik. Dia tertarik seniman, penulis dan pemikir
dari seluruh dunia Islam ke dalam penguasaan seni dan selama
pemerintahannya ini menjadi pusat paling penting dari lukisan di Deccan.

Mengenal Seni Rupa Islam - 195 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Lukisan Islam India

Lukisan gaya Bijapur dicirikan oleh subyek sebagian besar berasal


dari lukisan Mughal, tapi ciri khas disempurnakan dengan palet yang terasa
hidup dan latar belakang agak fantastis. Penguasa digambarkan pada saat-saat
yang intim, berjalan melalui taman atau bersantai dengan kekasih.
Dari hubungan kerja yang erat dari Persia dengan seniman India,
dapat dilihat dalam gaya lukisan unik seperti manuskrip Kulliyat, koleksi
ayat-ayat dalam bahasa Urdu ditulis oleh Muhammad Quli Qutb Shah
(1580-1612), yang hidup sezaman dengan Ibrahim cAdil Syah, diperkirakan
sama sebagai pelindung penting dari seni, juga sebagai penyair dan sekaligus
negarawan.

Mengenal Seni Rupa Islam - 196 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Para Shahis Nizam yang berbasis di Ahmadnagar (1490-1636), tetapi
setelah 1600 pemerintahan di bawah Dinasti Mogul. Sesaat patronase
menghasilkan penggambaran sejarah para Tarif-i Husain Shahi dan potret
berbagai kerajaan, yang merayakan raja pemimpin kemenangan atas negara
Vijayanagar Hindu.
Setelah jatuhnya Bahmanids, wazir bernama Baridis (1504-1619)
yang memerintah di kota Bidar, saat itu terkenal untuk teknik Metal-working
ditemukan di sini, yaitu Ware-bidri yang disebut dileburkan dari paduan seng
dicampur dengan tembaga, timah dan produk yang dihiasi dengan perak atau
kuningan. Hal ini kemudian ditutup dengan pasta yang mengandung tanah
liat atau lumpur sal amoniak, yang mengubah logam dasar hitam dan
mencermerlang warna serta kemilau dari produk logam hias.
Lukisan terus berkembang di bawah penggantinya cAdil Ibrahim
Muhammad Shah (1627-1656), tetapi adalah penguasa terbesar seni
arsitektur saat itu. Dikenal sebagai Gol Gumbad, makamnya memiliki kubah
berdiameter 43,9 meter, pada waktu dibangun ruang terbesar ditutupi oleh
kubah tunggal. Shahis Quthb (1496-1687) dari Golconda telah sangat dekat
hubungannya dengan Safawi di Iran, banyak seniman yang dikirim untuk
dapat penguasai proses dari produksi produk seni.
Setelah kehadiran militer Mughal yang didirikan pada tahun 1600
oleh Ahmadnagar, bahwa estetika kekaisaran Mughal memberi pengaruh
pada lukisan Deccan. Setelah waktu ini, ada tumbuh perhatian yang lebih
besar dalam lukisan potret yang akurat dan adegan pengadilan keramat dan
warna menjadi lebih menahan diri. Potret-potret khas sultan dan anggota
pengadilan terhadap latar belakang yang polos, adegan darbar, dan prosesi
pernikahan semua diproduksi di Deccan.
Perubahan tersebut telah dibuat oleh seniman muslim di pengadilan
Hindu, di bawah naungan Dinasti Mogul saat itu. Mughal menaklukkan
terakhir kesultanan Deccani pada 1686, namun hanya mampu mengendalikan
daerah sampai tahun 1724, ketika Jahis Asaf menegaskan kemerdekaannya.
Mereka terus menguasai ibukota bekas Qutb Shahi Hyderabad India sendiri
sampai merdeka dan pengadilan yang membawa budaya Persianate dari
Deccan sampai abad kedua puluh.

Mengenal Seni Rupa Islam - 197 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Lukisan dari India Mughal

5.5 Motif Arabesque di Bangunan dan Tekstil

Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir
Islam hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang waktu ini bisa
didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah dan Eropa
sejak mulai munculnya Islam pada 571 Masehi hingga mulai mundurnya
kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya
tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang. Seni
rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa yang
memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada
masa ini. Tetapi peran seni Islam sendiri cukup besar di dalam perkembangan
seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur kontemporer seperti
abstraksi dan filsafat keindahan.
Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi
menjadi motif hias. Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi
sifat asli medium arsitektur yang banyak ditemukan pada masa tersebut,
terutama pada produk perabotan.
Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan seni rupa
Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku dan permadani. Taj
Mahal, di Agra. Shah Jahan's 1648, merupakan bangunan peringatan kepada

Mengenal Seni Rupa Islam - 198 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


istri Mumtaz Mahal, pada tahun 1983, biasa disebut sebagai "permata seni
Islam di India dan salah satu karya dikagumi dari warisan dunia".
Pengaruh dari tradisi artistik Sassania termasuk citra raja sebagai
seorang prajurit dan singa sebagai simbol kemuliaan dan kejantanan, suku
Badui mewakili tradisi kesukuan geografis "pribumi" yang menghegemoni
artistik. Bukanlah sebuah kebetulan yang menggembirakan bahwa seni Islam
itu indah. Biar bagaimanapun, bertujuan untuk mempertunjukkan kepada para
pengamat yang sebagian besar orang Barat suatu gambaran yang berbeda dari
dunia Islam, gambaran yang begitu hidup tentang kecanggihan cita rasa
keindahan yang berbeda dengan gambaran umumnya.

Karpet
Untuk
Ekspor
Dari Seni
Islam

Tekstil yang berwarna-warni dari kawasan Kaukasus adalah sebuah


seni dalam negeri yang dibuat untuk pemakaian rumah tangga dan
perdagangan lokal serta dimungkinkan telah mengilhami Kaukasia lebih
terkenal dengan karpet yang dibuat untuk ekspor. Panel bersulam dari abad 18
sampai abad ke-19, dari Kaukasus, mungkin juga Karabagh.

Mengenal Seni Rupa Islam - 199 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Meskipun tidak sepenuhnya, seni Islam berfokus pada penggambaran
pola-pola dan kaligrafi arab, bukan pula pada angka-angka, karena
dikhawatirkan oleh banyak ummat Islam saat itu bahwa penggambaran bentuk
manusia adalah sebagai penyembahan berhala dan karenanya dianggap
berdosa terhadap Allah. Menampilkan kembali koleksi Islami dalam setengah
abad seterusnya hanya menggaris bawahi tantangan penggunaan masa lalu
untuk menerangi masa kini, terdapat 400 benda seni Islam koleksi museum di
London (Museum Victoria dan Albert) dan beberapa di antaranya berasal dari
abad ke-11 M, memberikan pandangan yang baru tentang apa yang sedang
terjadi masa Islam di Timur Tengah, dimana seni Islam sebagai cara untuk
mendorong pemahaman lebih besar dan menjembatani kesenjangan antara
dunia Yahudi-Kristen dan Muslim.

Motif Tekstil Yang Indah Era Seni Islam

Mengenal Seni Rupa Islam - 200 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Di Eropa Barat, mengesankan ada pengakuan atas Islam, yang karena
besarnya imigrasi dari Afrika Utara, Turki, Pakistan dan Bangladesh,
sekarang ini juga merupakan agama yang masih ada penganutnya di Eropa –
dan karenanya dianggap penting, baik bagi orang Eropa untuk menunjukkan
rasa hormat kepada budaya Islam maupun bagi para imigran Muslim dan anak
keturunan mereka untuk bisa berbangga dengan Islam masa lalu, dibuktikan
dengan kebudayaan yang selalu menjadi alat politik, tidak terkecuali di Timur
Tengah sendiri. Seperti halnya ketergantungan seni Eropa kepada kerajaan
dan gereja hingga masa pencerahan kembali (Renaissance).
Seni Islam dari abad ketujuh hingga jatuhnya Kekaisaran Ottoman
setelah Perang Dunia I tidak dapat dipisahkan dari sistem kekuasaan politik
dan agama. Bahkan misalnya Perancis tanpa malu berusaha menarik perhatian
negara-negara dunia ketiga dengan mendirikan Musée du Quai Branly untuk
seni rupa dari kebudayaan non-Barat. Dengan sasaran ummat muslim di
dalam dan luar negeri. Louvre (2009) sebuah sayap bangunan baru yang
ambisius, untuk menampung koleksi seni Islam, menceritakan seni Islami
dengan cara yang ringkas dan mudah dicerna – tanpa merujuk ke masa
tersebut. Namun pendekatan ini juga mengandung makna, bahwa dengan
mengintip dari lubang kunci kesenian dapat melihat sebuah dunia yang lebih
kompleks dan halus. Berbeda dengan adanya teokrasi-teokrasi yang kaku,
yang menindas dan berpandangan sempit yang didukung oleh beberapa
kelompok ekstremis Muslim.
Galeri Jameel, Victoria dan Albert yang menampilkan sebagian dari
koleksi Islaminya di Amerika Serikat, Jepang dan Inggris bagian utara dalam
sebuah pameran keliling bertajuk "Istana dan Masjid". Dan judul ini
memberikan kerangka konseptual tentang pelayanan seni Islam untuk istana
dan masjid, seni Islam mengambil bentuk sekuler sekaligus keagamaan,
dimana ada "Karakter politik seni Islam bangkit karena dengan ketiadaan
pendeta, peran formatif dalam pengembangannya jatuh kepada mereka yang
secara politik berkedudukan kuat", kata Tim Stanley, kurator senior koleksi
Timur Tengah., yang menulis dalam sebuah katalog "Istana dan Masjid",
sebagai seni Islam yang selalu mencerminkan kenyataan politik.
Los Angeles County Museum of Art, rumah museum salah satu yang
paling signifikan dalam mengkoleksi seni Islam di dunia, secara luas dan
beragam, seni dari sebuah kawasan yang terbentang dari selatan Spanyol ke
Asia Tengah, menelusuri imajinasi visual khas seniman Islam selama empat
belas ratus tahun. Koleksinya terdiri dari lebih dari 1.700 karya, sekitar 150
Mengenal Seni Rupa Islam - 201 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
contoh adalah pada tampilan berkaca-kaca termasuk keramik, hiasan logam,
ber-enamel kaca, ukiran kayu dan batu, naskah ilustrasi, pencahayaan dan
kaligrafi. Khususnya kekuatan dari keramik mengkilap dan ubin dari Iran dan
kaca Turki, terutama dari akhir abad ketujuh ke pertengahan abad ketiga belas
dari Persia dan seni buku dari Turki.
Pada tahun 1973, museum mulai berkonsentrasi serius pada seni
Islam, inti kepemilikan seni Islam adalah berfokus dengan ruang lingkup
pengembangan koleksi zaman sebelumnya. Juga mewariskan lebih dari
seratus karya, khususnya berupa buku seni dan keramik dari periode Utsmani.
Sekitar lima puluh karya objek kaca, terutama pada awal periode Islam yang
indah, juga perolehan dari Seni Islam Madinah. Semuanya telah menciptakan
fokus seni Islam internasional, inspirasi seni yang baru.
Seni Islam tidak hanya mengajak melihat lebih dekat, tapi juga
mengundang pengamat dan ummat Islam kini untuk belajar lebih banyak.
Untuk menonton dan menikmatinya, berkunjung ke galeri Islam, di Amerika,
seperti museum Los Angeles yaitu County Museum of Art. Mengenal seni
Islam, dapat mencoba langkah pertama menuju atau menembus sejarah suatu
agama dan budaya, yang sering ada dalam acara berita tetapi kurang
sepenuhnya dipahami. Anggapan bahwa bentuk dari seni Islam yang
menunjukkan dengan kompleks subjek. Seperti saat ini ada beberapa cara
yang berbeda untuk mengklasifikasi seni Islam, berikut teks yang melekat
pada empat bagian yang divisikan secara kronologis, yang digunakan dalam
galeri Islam di Los Angeles, County Museum of Art, sebagai berikut:

 Periode awal Islam, pada abad ketujuh melalui abad kesepuluh,


meliputi asal-usul Islam; menciptakan sebuah komunitas agama,
politik dan budaya persemakmuran serta pembentukan gaya baru seni.
 Pada awal periode abad pertengahan, dari abad kesebelas melalui
pertengahan abad ketigabelas, pada akhir periode abad pertengahan
dan pertengahan abad ketigabelas melalui abad kelimabelas,
muncullah berbagai kekuatan regional, yang dipromosikan adalah
beragam bentuk-bentuk ekspresi budaya.
 Akhirnya, pada akhir periode Islam, abad keenambelas melalui abad
kedelapanbelas, adalah zaman kerajaan besar, di mana patronase
dinasti yang kuat, lebih dari sebelumnya, telah membantu untuk
mempromosikan dan membentuk suatu gaya artistik.

Mengenal Seni Rupa Islam - 202 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Sistem klasifikasi ini dimaksudkan untuk menekankan kesatuan dari
keseluruhan seni Islam dalam setiap empat periode kronologis, sementara
juga mempertimbangkan berbagai dinasti yang memerintah berturut-turut,
dianggap telah membubuhkan tanda baca sejarah Islam dan patronase yang
memiliki dampak penting terhadap perkembangan seni Islam.
Victoria dan Albert Museum di London ini memiliki suatu koleksi
seni terkenal masa Islam terbanyak di dunia. Lebih dari 100 karya seni,
dipamerkan untuk pertama kalinya di luar museum itu, yang menyampaikan
kekayaan seni Islam pada skala dan kualitas yang sulit bisa ditemukan dalam
koleksi apapun di luar Timur Tengah. Dalam pamerannya dengan tema seni
Islam yang ditampilkan kaligrafi dari abad ke-10 sampai abad ke-18,
dianggap sebagai bentuk khas dan paling mulia dari seni Islam, karena
hubungannya dengan Al-Qur‟an, dalam penulisan indah yang diresapi seni
kaligrafi Islam.
Dengan tema "Pengadilan dan istana" dalam seni Islam ini, dibuat
untuk memperkenalkan dunia sekuler para elite penguasa saat itu. Dua
pengadilan kerajaan yang berkembang di abad 16 dan 17 ditampilkan
pengadilan dari dinasti Utsmani yang memerintah dari Istanbul dan dinasti
Safawi di Iran. Pada fasilitas Masjid, Kuil, dan Gereja", kemudian diteliti
karya-karya yang dibuat untuk instansi agama Islam, termasuk tinggi kaki dari
20 mimbar, dibuat untuk masjid di Kairo pada abad ke 15. Ada juga pada
bagian ini, mencakup karya yang dihasilkan oleh seniman Islam untuk
diterapkan digereja-gereja Kristen, yang mencerminkan toleransi keagamaan,
yang memiliki ciri dari budaya Islam awal di abad ke-7. Artistik seni bagian
akhir, termasuk karya-karya Islam di Eropa dan manufaktur China. Sebagian
tekstil dan tuts menunjukkan kekayaan interaksi antara Islam di Timur
Tengah dan Eropa. Adalah bahwa beberapa dari karya seni tersebut tidak
dapat dengan mudah dimasukkan ke salah satu kelompok budaya.
Pengenalan dan mengidentifikasi objek seni di Barat yang
menggambarkan juga pengaruh yang kaya dan beragam dari Islam dunia pada
seni Eropa. Selama abad Pertengahan awal, beberapa orang Eropa, yang
terinspirasi dan pernah melihat seni dari Afrika dan Asia. Terkecuali untuk
raja dan kaisar yang menerima benda luar biasa sebagai hadiah diplomatik,
ada berupa jubah sutra, tenda besar, dan gajah hidup yang diberi nama Abul
Abbas , dikirim dari Baghdad oleh Khalifah Harun Al-Rasyid untuk Kaisar
Charlemagne sekitar tahun 800, akhirnya menjadi barang legenda,
diperkenalkan dalam sejarah biagrafi abad kesembilan. Artefak lebih mewah
Mengenal Seni Rupa Islam - 203 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tiba pada abad kesebelas sebagai rampasan perang dari ekspedisi militer di
Sisilia Islam Spanyol dan Afrika Utara .
Dalam Perang Salib (1098-1291) membawa orang Barat dalam
kontak langsung dengan wilayah-wilayah Islam timur. Tentara Salib dan para
peziarah ke Tanah Suci Islam menemukan peradaban yang lebih halus dan
budaya material yang lebih kaya dari yang mereka ketahui, dengan
mengungkapkan daya tarik Eropa dengan seni Islam. Seni dalam lukisan
berupa objek diri, di dalam seni Islam mulai disisihkan, terutama pada
desainnya.
Gambaran dari suatu pembuatan yang utama di Italia dan pajangan
yang sering dihadirkan dari seni Islam yaitu seni Turkish yang bagus berupa
permadani. Pedagang dari Venesia, Genoa, Pisa, Marseilles, dan Barcelona
dikirim, sehingga meningkatnya kuantitas barang mewah yang diproduksi.
Lewat pelabuhan di Suriah, Palestina dan Mesir mengirim berupa sutra,
logam hias, gelas dan keramik dengan kilauan emas.
Selama kekuasaan Khan Mongol (1256-1353) seluruh daratan Asia
dari Mesopotamia ke China dibuka untuk pedagang Eropa dan para
pelancong. Meskipun ada perbedaan agama dan politik serta perang secara
periodik, namun Eropa memelihara hubugan komersial dan hubungan
diplomatik dengan Mesir dan Suriah sejak 1340-an, juga dengan Kekaisaran
Ottoman dari 1450-an dan dengan Safawi Iran dari tahun 1600-an awal.
Akhir abad Pertengahan dari periode koleksi mengungkapkan daya
tarik seni Eropa dengan seni Islam, dalam gambaran dari bentuk obyek dan di
penyesuaian desain Islam. Ada potret seorang kardinal Italia membuat
tampilan mencolok dari karpet Turki yang halus. Lalu ada lingkaran emas dari
Madonna Firenze, berpola setengah nampan kuningan dengan tulisan Arab
dari Suriah atau Mesir. Keramik dan logam yang dibuat di Italia, Perancis dan
Jerman, tidak hanya terinspirasi oleh bentuk-bentuk dan teknik seni Islam
tetapi juga kebiasaan muslim.
Di Perancis pada abad kesembilanbelas, lukisan cukup
berkepentingan untuk menampilkan objek pemandangan, seperti Odalisquea
Renoir's suatu cara baru yang sering dibuat terlihat sangat romantis dari
orang dan budaya berasal Mesir dan Afrika Utara yang menduduki Perancis.
Peningkatan untuk bepergian ke luar negeri pada abad kesembilanbelas
mendorong koleksi benda-benda Islam tua. Ada yang mendirikan galleri
donor, yang berbagi penghargaan dalam pengumpulan untuk karpet oriental
awal yang baik dan dapat disajikan dalam galleri, tidak hanya penampilan
Mengenal Seni Rupa Islam - 204 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
seni Islam, juga adalah objek Islam yang hanya ada dalam koleksi. Ada 108
karya dari dunia Islam Timur Tengah yang ditampilkan, termasuk produk
keramik, tekstil, gading, karpet, logam, kaca dan kayu. Bermacam artistik
seni Islam sebagai simpang-susun-gaya yang dieksplorasi antara Timur
Tengah, China dan Eropa, menunjukkan pengaruh seni Islam di berbagai
bagian produk seni yang sekarang mulai disorot dunia.
Kekayaan seni Islam kemudian dipilih dari koleksi lebih dari 10.000
benda yang dianggap luar biasa. Diperoleh dari Istana dan Masjid untuk
museum yang akan menyampaikan kekayaan seni Islam di Timur Tengah
dalam skala dan pada tingkat berkualitas tinggi, mencakup contoh-contoh
yang lengkap dari produk keramik, seni dekoratif dan ornamen, seni tekstil,
karpet-permadani, produk logam, kaca, kayu dan lainnya. Produknya
memperlihatkan dan memperlakukan bahwa seni Islam Timur Tengah sebagai
produk budaya, di mana tidak semuanya terdiri dari karya orang muslim, tapi
di mana negara Islam juga memainkan peranan yang dominan dalam
pembuatan produk untuk kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat umum dan
produk seni.
Seni tekstil dan karpet Islam, terbuat dari benang dan serat serta
diberi warna cukup terkenal. Setiap bagian dari permadani Persia adalah
buatan tangan secara tradisional yang dibuat dari bahan-bahan alami dan
dikerjakan selama berbulan-bulan. Tidak ada konsep artistik, namun seni
Islam telah menjadi lebih dikenal di luar daerah asalnya, seperti karpet-
permadani yang lebih sering disebut sebagai Oriental karpet (permadani
oriental). Kepandaian sehari-hari dalam berbagai hal seperti menghias telah
dimanfaatkan dalam seni Islam dan dalam kehidupan Muslim, yakni dari
permadani penutup lantai, ornaman dekorasi untuk pengayaan seni arsitektur,
hiasan pada bantal dan guling, juga untuk tas dan karung pembungkus dari
segala bentuk dan ukuran serta benda-benda keagamaan seperti sajadah dan
karpet yang akan menyediakan tempat bersih juga indah untuk berdoa. Karpet
tenun adalah suatu kekayaan tradisi dan tertanam dalam masyarakat muslim,
menjadi praktek harian yang dapat dilihat di kota-kota maupun di masyarakat
pedesaan, juga mereka yang nomaden dalam perkemahan. Instansi khusus
untuk mengatur keberadaan seni yang berfungsi langsung di bawah
perlindungan dari pengadilan di negeri-negeri Islam.
Nabi SAW berkata: ”Allah adalah Indah dan cinta keindahan”.
Nabi juga berkata, ”Tuhan menyukai bahwa ketika Anda melakukan
apapun, Anda melakukannya dengan sangat baik”. Era Islam sekitar 1400-
Mengenal Seni Rupa Islam - 205 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
an tahun yang lalu, seperti ucapan kenabian dalam hadits telah memberikan
dorongan bagi kaum muslimah akan perhiasan dan kecantikan, juga
keindahan dari tempat ibadah, rumah dan bahkan keperluan umum yang
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Penekanan dalam keindahan pada
seni Islam adalah terletak pada ”ornamentasi” dan ”dekorasi” bukan pada
”seninya” apalagi ”seni untuk seni”. Sedangkan nama produsen atau perajin
muslim dari karya-karya terbaik seni Islam mungkin tidak bisa diselamatkan,
karena karya-karya mereka telah menjadi prototipe dan model, yang pola-
polanya pun ditiru oleh seniman dan pengrajin lain atau mereka yang mana
telah mendapat dorongan untuk kerja mencari nafkah dari seni terkait. Contoh
dari produk ini adalah sebuah kantong kecil dihiasi dengan setik silang bordir
dan dihiasi dengan koin. Ada kantong tempat menyimpan botol, kantong kecil
yang hampir digunakan pada setiap perempuan Badui Yordania untuk
menyimpan celak, eyeliner alami (alat dan bahan kecantikan). Namun sesuai
dengan tradisi muslim utilitarian menghiasi perabotan, biasanya tempat botol
kaca cokelat telah diberi tempat kehormatan, diberi bersulam indah sebagai
karya seni dekoratif. Seperti bordir dan seni, baik keterampilan merajut yang
biasa dilakukan di kalangan kaum perempuan muslim di masa lalu dan masih
ada di beberapa tempat di dunia Muslim. Seperti masing-masing tumbuhnya
para gadis dan ibunya yang bekerja di waktu luang selama bertahun-tahun
sebelum perkawinan para gadisnya, dimana pengantin wanita untuk dibawa
ke rumahnya yang baru oleh suaminya, untuk bisa menghasilkan satu set
kerajinan tangan yang halus, mereka bekerja membuat seprei, sarung bantal,
handuk, sajadah, korden, selimut, taplak meja dan sejenisnya.
Seni Islam terbaik, termasuk karpet-permadani dapat ditemukan di
Turki, Iran, Suriah, Pakistan, India, Mesir dan Maroko, dimana warisan seni
Islam tersebut tetap hidup dengan dasar yang kuat. Eklektisisme memang
dengan baik tergambarkan dalam pilihan kecil dari 10.000 koleksi menjadi
benda seni Islam dalam museum. Telah dirancang produk dengan
menampilkan permadani yang dikenal dengan sebutan “Ardabil”, yang
digambarkan sebagai "permadani tertua di dunia", berukuran 36 X 16 kaki
atau sekitar 11 X 5 meter, terdiri atas 30 juta ikatan tangan, permadani
tersebut dibuat pada sektitar 1539-1540 Masehi untuk Masjid Ardabil di barat
laut Iran.
Sebagai permadani yang digunakan untuk beribadat, rancangannya
yang rumit dengan menggunakan 10 warna dan tidak menampilkan figur
apapun sama sekali. Di masa lalu, permadani tersebut tergantung ditempat
Mengenal Seni Rupa Islam - 206 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
ibadah secara vertikal dan sulit untuk dinikmati secara umum. Sekarang,
terbentang di tengah galleri dan diletakkan di dalam suatu bingkai yang dibuat
khusus dengan pencahayaan yang tepat. Juga ada tergantung sehelai
permadani yang dikenal sebagai permadani Chelsea, juga berasal dari abad
ke-16 M di Persia, yang tampak hidup dengan hiasan bunga-bungaan, buah-
buahan dan hewan-hewan seperti membangkitkan kesan surga di bumi.
Yang lebih tidak terduga adalah sebuah jubah Kristen dari abad ke-17
M yang menggambarkan penyaliban, yang dibuat dalam gaya seni rupa Islam
dan untuk digunakan oleh para pendeta Armenia yang hidup di kota Isfahan di
Iran. Ini juga mengingatkan bahwa dunia Islam atau negeri Islam juga
memiliki warga negara yang beragama Kristen dalam jumlah besar, demikian
juga Yahudi.

Beberapa Motif Bunga dan Binatang untuk Karpet dan Permadani atau Tekstil
Era Seni Islam Koleksi Museum

5.6 Seni Kaligrafi Islam

Bahasa dan tulisan Arab adalah seolah identik dengan Islam. Ini
adalah bahasa nabi Muhammad SAW; Bahasa di Al-Qur‟an sebagai kitab suci
Islam yang telah diwahyukan kepada Rasullullah oleh Allah SWT; Menjadi
bahasa ummat Islam dalam menyembah, menyebut dan membesarkan nama
Allah; Juga menjadi bahasa yang mengikat atau pemersatu ummat Islam dari
seluruh dunia, di segala waktu dan tempat, bersama-sama dalam satu tali
persaudaraan kohesif.

Mengenal Seni Rupa Islam - 207 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Huruf Arab dibaca dari kanan ke kiri, dengan alphabet sebanyak dua
puluh enam huruf, tiga huruf vokal panjang, vokal pendek ditandai dengan
simbol-simbol kecil di atas atau di bawah huruf. Karena karakter yang khas
dari tulisan Arab, banyak gaya yang mengagumkan bisa dihadirkan, dianggap
cocok untuk digunakan sebagai seni kaligrafi dan seni dekoratif. Selama
berabad-abad, banyak skrip atau tulisan yang berbeda telah muncul dan
berkembang di berbagai daerah dunia Muslim, sesuai dengan warna kondisi
budaya atau tradisi setempat.
Kaligrafi adalah suatu karya yang paling disukai dan sangat dihargai
serta dianggap paling mendasari sebagai unsur seni Islam. Hal ini penting
bahwa Al Qur‟an adalah kitab wahyu Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW, yang disampaikan dalam bahasa Arab, membuat Islam juga telah
melekat dalam tulisan Arab dan berpotensi untuk dapat dikembangkan dalam
kehidupan untuk berbagai bentuk ekspresi atau ungkapan setiap penganutnya,
sebagai pengingat yang diterapkan dengan perasaan indah menjadi hiasan atau
unsur dekorasi dan ornamen. Bekerja dengan seni kaligrafi Arab sebagai
hiasan memiliki daya tarik estetika khusus dan yang pasti sering juga
mencakup komponen tulis menulis mendasar. Meskipun kebanyakan karya
seni secara visual telah bisa dibaca mengenai ayat-ayat Al Qur’an, namun
tidak semua muslim akan bisa membacanya. Suatu yang harus selalu diingat,
bahwa kaligrafi Arab yang terutama sebagai sarana untuk menyampaikan teks
yang Islami, meskipun dalam bentuk yang dekoratif.
Objek dari periode berbeda dan dari daerah berbeda-beda dalam
penggunaan kaligrafi, dalam desain yang dilihat secara keseluruhan,
menunjukkan bahwa huruf Arab dapat didemonstrasikan kemungkinan baru
dalam pengembangan secara kreatif sebagai ornamen kaligrafi. Dalam
beberapa kasus, ornamen kaligrafi merupakan unsur dominan dalam dekorasi
produk dan interior atau eksterior bangunan. Dalam contoh ini, seniman
memanfaatkan kemungkinan-kemungkinan yang melekat dari tulisan Arab
yang Islami untuk membuat tulisan sebagai hiasan. Seluruh kata dapat
memberikan kesan, bisa sapuan kuas, bisa acak atau satu huruf, semua dapat
berkembang menjadi simpul hias. Dalam kasus lain, sangat dihargai karya
kaligrafi di atas kertas itu sendiri yang dihiasi dan ditingkatkan dengan frame
atau latar belakang dekoratif. Kaligrafi juga dapat menjadi bagian dari
program hiasan secara keseluruhan, bisa secara jelas terpisah dari sisi
Mengenal Seni Rupa Islam - 208 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dekorasi. Dalam hal ini ada beberapa contoh kaligrafi yang dapat
dikombinasikan dengan gulungan vegetal pada permukaan yang sama
meskipun seringkali pada tingkat yang berbeda, menciptakan interaksi unsure
dekoratif. Mangkuk Samanid seperti berikut ini, bahwa mereka sudah
terbiasa dengan kekuasaan, baik sebagai kaligrafi dan untuk meningkatkan
objek mereka menghias. mangkuk Ini merupakan contoh luar biasa terutama
dari jenisnya.

Mangkuk dari Samarkand


(Uzbekistan) Berhiaskan
Kaligrafi
Jenis Gerabah Berglasir
dengan Engobe Putih

Dari semua seni visual, kaligrafi telah menjadi yang paling diakui
sebagai seni rupa Islam oleh ummat muslim. Umumnya Alfabet bahasa Arab
dalam berbagai skrip, biasanya dikombinasikan dengan endy ornamen,
menjadi hiasan yang paling berharga untuk arsitektur dan benda fungsional,
seperti mebel, tekstil dan keramik. Memang, dengan adanya pengecualian
penyair dengan ahli kaligrafi, ummat Islam tidak pernah memandang sebagai
seniman untuk suatu wawasan atau makna yang khusus. Kebanyakan mereka
telah menganggap seni Islam terutamanya hanya sebagai seni dekoratif saja.
Namun juga ada yang didasarkan atas studi aljabar atau matematika dan
membuat seni geometris yang rumit serta sampai melibatkan desain gaya
rumit kaligrafi Arab. Pada rumah ibadah Islami yang dikenal sebagaimana
bangunan masjid, beberapa fitur dari sebuah masjid adanya dikka, mihrab dan
mimbar serta menara. Muslim percaya bahwa Tuhan adalah Esa, tunggal atau
unik tanpa rekan dan karena itulah Ia tidak dapat diwakili. Dia disembah
Mengenal Seni Rupa Islam - 209 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
secara langsung, sehingga tidak ada tempat untuk bisa gambarnya, karena Al
Qur'an hanya mengkiaskan sifat dan tanda-tandanya serta jalan cerita tentang
wahyu Allah. Hanya ada sedikit alasan untuk menyajikan cerita dalam seni
keagamaan.

Perkamen Duamuka Bermotif Kaligrafi Arab Abad 10


Berkembang di Nishapur (Iran) & India
Berbahan Kertas, Tinta, Pigmen dan Emas

Pada kesempatan ini, Al Qur‟an telah mengeras menjadi semacam


undang-undang Allah SWT, yang perlu ditafsirkan sesuai zaman dengan
tingkatan cara berfikir (ilmiah dan amaliah) muslim. Membuat generalisasi
tentang budaya visual dari setiap kelompok orang adalah usaha yang dianggap
kasar, terutama dengan budaya yang beragam dari ummat muslim. Dengan
pemikiran ini seperti apapun itu adalah pemikiran yang terbatas atau khusus,
baik keluasannya dan kedalamannya. Dimana pengertian ”Islam” yang
bersifat universal dan damai tidak memaksa. Ada pemahaman ”Islamisme”
yang tentu tidaklah sama, sebagai keharusan. Islamisme adalah sebuah
ideologi totaliter kontemporer yang tujuannya adalah untuk menginstal
otokratis, yang anti-Barat, theocracies seperti di negara-negara sekuler
lainnya.

Mengenal Seni Rupa Islam - 210 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Beberapa contoh seni Islam masa Suleiman dari Iran,
(kekhalifahan Bani Abbasiyah), berupa formulir Aquamanile dalam sebuah
Eagle, 796-797 M., ada produk perunggu, perak, tembaga, 38 x 45 cm, di
Hermitage Museum, St Petersburg, Rusia. Sebuah aquamanile digunakan
untuk tempat air minum yang awalnya ada pegangan di atasnya. Pada abad ke
10 di Transoxonia (Kazakhstan), Nisyapur, ada Sains Dish, produk keramik
dari tanah liat hitam yang dilapisi dengan hiasan slip putih di bawah glasir
transparan, dari Louvre. Piring dihias bagian tepinya untuk mengangkat nilai
seni dengan elegan sebuah kaligrafi – bagaikan sebuah pepatah: "Science,
rasanya memang pahit di awal, tetapi pada akhirnya lebih manis daripada
madu, Blessing".

Piring Hias Kaligrafi dan Ornamen

Bifolium dari Hadina Mashaf adalah sebuah iklan, mungkin


Qayrawan di Tunisia, dengan bahan tinta, pigmen dan emas pada perkamen.
Dugaan pembelian dari James dan Diane Burke sebuah produk hadiah,
untuk menghormati Marilyn Jenkins dari Madinah. Ada naskah Al
Qur‟an satu bagian (Hizb) dan enam puluh naskah sejarah yang
didokumentasikan dengan baik untuk sebuah produk kuno. Menurut
dugaan ada penjelasan seseorang di salah satu halaman lainnya, naskah
ini ditugaskan oleh pengasuh (al-hadina) dari al-Mu'izz bin Badis
(1016-62), adalah seorang pangeran dari dinasti Zirid, yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 211 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memerintah Afrika Utara antara tahun 972 dan 1152, sebagai berkah
dengan dibangunnya Masjid Agung Qayrawan, di Tunisia, selama
bulan Ramadhan pada tahun 410 H (30 Desember 1019 s.d 28 Januari
1020). Juga sebuah penjelasan kedua perjanjian yang mengungkapkan
bahwa seluruh naskah dari kaligrafi isinya untuk mengikat perusahaan,
diproduksi oleh 'Ali bin Ahmad al-Warraq (para pembuat kertas atau
penjual buku).
Naskah Al-Qur'an saat itu ada kaligrafi yang dibatasi oleh
konvensi sampai lima baris scrip per halaman. Kaligrafi ganda halaman
ini dieksekusi pada perkamen dengan tinta coklat, dengan tanda
diakritik merah, biru dan hijau. Ini adalah keberanian berekspresi
namun dibuat dengan cairan pewarna sebagai contoh gaya kaligrafi
yang dikenal disebut "Kufic Timur", tetapi khusus untuk ketebalan baris
bervariasi dan kontras ditampilkan antara bentuk-bentuk bulat, elemen
miring dan garis-garis vertikal.
Hypostyle pada aula Masjid Agung Kordoba di Spanyol, dimulai 786,
dua kali lipat jumlahnya di daerah pada abad ke-10 untuk 585 x 410 meter
dengan 1.200 pilar tapal kuda yang mendukung lengkungan, berpola dengan
warna kelereng dan batu. Meskipun diubah menjadi katedral Katolik Roma
Córdoba di tahun 1238, gedung ini dikenal secara lokal sebagai bentuk
Masjid. Melihat arial view of La Masjid, menunjukkan perubahan kearah
kekristenan.
Isphahan di Persia (Iran), 1144-1145, yang ditandatangani oleh
Yunus Ibn al-Husayn al-Asturlabi, Celestial Sphere, casting paduan
tembaga yang diukir dan bertatahkan perak, di Louvre. Muhhamad bin Ali
bin Abu'l-Qasim an-naqqash (Persia atau Iran), ada bentuk Aquamanile
dalam sebuah perwujudan bentuk Sapi tahun 1206, berbahan perunggu dan
perak setinggi 35 cm, di Hermitage Museum, St Petersburg, Rusia. Suriah
pada pertengahan abad ke-13, ada Tray perunggu, perak inkrustasi diameter
43,1 cm, juga di Hermitage Museum. Di Anatolia (Turki Timur), ada produk
Candlestick dari masa pertengahan sampai akhir abad 13, dari perunggu
berukir dan dihiasi dengan emas dan perak, Worcester Art Museum.
Dihubungkan ke Mesir atau Suriah dan Mamluk, ada produk lampu Masjid
akhir abad ke-13 (sebelum 1285), sesaat ada kebebasan ada produksi toiled
berenamel dan disepuh kaca, di Metropolitan Museum of Art.

Mengenal Seni Rupa Islam - 212 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Di Persia (Iran), ada Mihrab dari Madrasah Imamiyah di Isfahan, 755 / 1354,
dari mosaik yang monokrom warna glasir keramik pada komposit set pada
plester berukuran 343,1 x 288,7 cm, di Metropolitan Museum of Art,
NewYork. Di Mesir ada Glass Lamp, pertengahan abad ke-14, dari kaca,
enamel dan emas, Hermitage Museum, St Petersburg, Rusia. Persia (Iran),
Shirin mengamati Khusraw Mandi, miniatur dari naskah Khamsa oleh
Nizami, 1431, kertas, guas, emas, 23,7 x 13,7 cm, Hermitage Museum, St
Petersburg, Rusia. Turki, Dragon dan Phoenix Karpet, awal abad ke-15, wol,
Museum Seni Islam, Berlin. Ini naga Asia Timur dan Phoenix motif tiba di
Asia Kecil dengan kedatangan Mongolia perampok. Lihat tekstil. Kach'atur,
ilustrator, dan Yohannes, juru tulis (imam di Khizan, Bizantium Greater
armenia), Injil, 1455, tempera dan hitam tinta di atas kertas, 27,5 x 18 cm (10
7 / 8 x 7 1 / 8 inci), Walters Seni Museum, Baltimore, MD. Buku Kristen ini
diterbitkan pada suatu ketika yang berkuasa di wilayah ini sebuah kesultanan
Islam Timurids. Kristen Konstantinopel sendiri telah ditaklukkan pada tahun
1453, meskipun ikonografi Kristen berada dalam tradisi-tradisi, banyak dari
pola dan kostum disini mencerminkan rasa seni dari Timurids. Gerakan orang
Armenia yang tinggal Khizan, berkreasi dalam seni dengan cerita yang
melatarbelakangi rincian pola yang berkelok-kelok, seperti lipatan garis kain
yang hampir abstrak, ada pola sayap, semuanya adalah lebih dekat bersekutu
dengan rasa dunia Islam. Ada jenis fritware, tinggi 9,2 cm, diameter 35 cm,
Dish, 1473-1474, Persia (Iran), di Hermitage Museum, St Petersburg, Rusia.
Juga blue plate, 1480-81, underglaze bercat fritware, diameter 14 3 / 4 inci
(37,5 cm) dari Nisyapur, Persia (Iran). Galeri Seni Walters, Baltimore, MD.
Persia (Iran), Gilan, Kai Khusraw Ada naskah perjanjian, pemberian
perjanjian dari Shahnama dari Firdausi, 1494, berupa buram cat air di atas
kertas dan kaligrafi dalam naskah nastaliq dengan judul bab dalam naskah.
Penampilan Mihrab, pada abad kelima belas atau akhir abad keenam belas,
menggunakan keramik tile mengkilap, 106,1 / 2 x 89 inci (270,5 x 226,1 cm),
di Worcester Art Museum. Di Turki, Iznik, Louvre, abad ke-16, ada produk
”Merak Plate”, silicious keramik dengan dekorasi dibawah glasir, tinggi 8 cm,
diameter 37,5 cm. Karya Persia (Iran) diatas kertas buram dengan cat air;
kaligrafi di sebaliknya di nastaliq script, Tabriz atau Qasvin, dari dinasti
Safawi. Gambaran Nabi Zakaria di Pohon, dari Falnama, 1550, koleksi
Worcester Art Museum. Ada ‟Pile Carpet‟ di Turki, abad ke-16, dan wol,
331 x 188 cm, koleksi Hermitage Museum, St Petersburg, Rusia. Dinasti
Mughal, India, A Lady dan Gentleman Converse, dari Tuti, 1580, lukisan
Mengenal Seni Rupa Islam - 213 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
buram cat air di atas kertas dengan tinta emas terpasang pada halaman album
Persia teks di nastaliq script dan kufic menuju ke bab naskah, terlihat pada
kaligrafi dari dinasti Mughal, di Worcester Art Museum. Miniatur Riza-i
Abbasi (Persia / Iran), 1612, berbahan kertas, guas, tinta emas, di Hermitage
Museum, St Petersburg, Rusia. Kaisar Mughal yaitu Shah Jahan (India,
memerintah 1627-1658), ada Taj Mahal, 1630-1653, sebuah makam Islam di
sebuah taman yang dikelilingi tembok dibangun untuk istri Shah Jahan
Mumatz Mahal (Arjuman Bani alias Begum), yang terbuat dari batu dan
hiasan marmer, mirip bawang berbentuk kubah dan mengapit menara, di
Agra, India, juga kursi Kekaisaran Mughal. Sir kelek Fletcher meihat dinasti
Mughal menulis dalam A History of Architecture: "Bagian dalam bangunan
remang-remang melalui marmer menembus kisi dan berisi virtuosi tampilan
ukiran marmer. Eksternal keuntungan bangunan berkualitas yang sangat
halus dari marmer facings, yang menanggapi dengan kecerdikan luar biasa
untuk perubahan cahaya dan cuaca".. Di dalam seni rupa Islam, tulisan Arab
seringkali dibuat kaligrafi, suatu bentuk seni menulis indah. Kaligrafi Islam,
yang juga sering disebut sebagai kaligrafi Arab, merupakan suatu seni artistik
tulisan tangan, yang berkembang di negera-negera yang umumnya memiliki
warisan budaya Islam. Bentuk seni ini berdasarkan pada tulisan Arab, yang
dalam waktu lama pernah digunakan oleh banyak ummat Islam, juga untuk
menulis dalam bahasa masing-masing daerah. Kaligrafi adalah seni yang
dihormati muslim di antara berbagai seni rupa Islam, karena merupakan alat
utama untuk melestarikan Al-Qur'an.
Penolakan penggambaran figuratif seperti bentuk manusia dan hewan,
karena dapat mengarah pada penyembahan berhala, yang menyebabkan
kaligrafi dan penggambaran abstrak menjadi bentuk utama ekspresi seni
dalam berbagai budaya Islam, khususnya dalam konteks keagamaan. Sebagai
contoh, kaligrafi nama Tuhan diperkenankan, sementara penggambaran
figuratif tentang Tuhan tidak diizinkan. Karya kaligrafi banyak dijadikan
koleksi dan adalah hasil seni yang paling dihargai ummat muslim..
Kaligrafi Arab, Persia dan Turki Utsmaniyah memiliki hubungan
dengan motif arabesque abstrak yang terdapat di dinding-dinding dan langit-
langit masjid maupun di halaman buku. Para seniman kontemporer di dunia
Islam menggali warisan kaligrafi mereka dan menggunakan tulisan kaligrafi
atau abstraksi dalam berbagai karya seni mereka.
Biasanya isinya disadur atau diambil dari ayat-ayat Al-Quran.
Bentuknya gaya tulisan pun bermacam-macam, tidak selalu ditulis dengan
Mengenal Seni Rupa Islam - 214 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
pena diatas kertas, tetapi seringkali juga ditatahkan di atas logam atau kulit
atau diterapkan pada produk fungsional dan hiasan dari kayu atau keramik.
Salah satu bentuk penerapan kaligrafi Islam sebagai seni hias adalah di Istana
Al Hamra, Spanyol.
Kaligrafi adalah yang suatu hal paling penting dan yang meresap
dalam unsur seni Islam. Ia selalu dianggap sebagai bentuk “seni mulia”
karena asosiasinya dengan ayat-ayat Al Qur'an, yaitu kitab suci Islam, yang
ditulis dalam bahasa dan tulisan Arab. Keasyikan tersebut, dengan menulis
indah yang diperluas ke semua seni, dari bangunan masjid, rumah pejabat,
termasuk kedalam naskah-naskah sekuler dan tulisan di bagunan umum serta
istana-istana; Para kaligraf bisa nenerapkannya pada logam, tembikar, batu,
kaca, kayu dan tekstil. Untuk bukan bangsa yang berbahasa Arab dalam
persemakmuran Islam seperti Persia, Turki dan Urdu, kaligafi juga ditulis
dalam tulisan Arab.
Karakteristik lain dari seni Islam adalah pilihan untuk menutup
permukaan dengan pola-pola geometris atau terdiri dari unsur-unsur nabati
(bunga dan tumbuhan). Desain geometris yang bersifat kompleks serta diberi
pola-pola yang rumit berupa ornamen atau hiasan tumbuhan, seperti gaya
endy yang menciptakan kesan pengulangan tak berujung. Hal ini yang
kemudian dipercaya oleh orang muslin sebagai sebuah ajakan untuk
merenungkan sifat Allah yang tak terbatas. Jenis dekorasi non-
representasional ini telah dikembangkan untuk menuju ke tingkat yang tinggi
dalam seni Islam, karena tidak adanya tampilan figural, setidaknya dalam
konteks keagamaan Islam.
Lampu masjid , produksi tahun 1285 oleh Mamluk, Mesir (Kairo),
berupa kaca berwarna kecoklatan, bebas ditiup, diterapkan berwarna enamel
dan disepuh; tooled pada pontil, merah, biru, putih, hijau, kuning dan hitam
enamel, emas dan oranye-noda kuning. Prasasti dalam naskah gaya thuluth
yang dibuat untuk makam petinggi dengan tulisan kaligrafi berupa do‟a
semoga Allah menyucikan jiwanya. Lampu ini adalah contoh yang dapat
diindifikasi datanya awal dari jenis diketahui telah tergantung pada interior
yang masih bertahan. Prasasti menyatakan bahwa itu dibuat untuk makam
emir Mamluk Aydakin al- cAla'i al-Bunduqdar (meninggal 1285) di Kairo.
Lambang dari Penjaga Bow, sepasang busur dihadapkan dengan latar
belakang merah, muncul sembilan kali lampu ini. Kesalahan jarang oleh
kaligrafer adalah jelas di leher, di mana kata bunduqdar (Penjaga Bow) telah
salah eja sebagai kata berarti, bunqud-dar.
Mengenal Seni Rupa Islam - 215 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Keramik
dengan
Kaligrafi
Sumber:
Metropolitan
Museum of Art

Keramik Untuk Bangunan


Pertengahan Abad ke-14
Ukiran dan Kaligrafi Fritware
Samarqand (Uzbekistan)

Ubin dan keramik dinding yang diukir awalnya diatur ke dalam fasad
bangunan di Uzbekistan. Panel pusat terdiri dari inskripsi Arab diukir dalam
naskah gaya kufic dianyam dengan latar belakang gulungan vegetal tertutup
pirus glasir transparan bercahaya. Prasasti, yang berbunyi "(al-mulk) li-llah
al-mu (lk) li-llah" (Kedaulatan adalah untuk Allah. Kedaulatan adalah untuk
Allah), yang dibingkai oleh dua perbatasan sempit biru muda dan dimahkotai

Mengenal Seni Rupa Islam - 216 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


dengan lebar panel dengan tujuh band vertikal di balik turquoise dan putih
dengan perbatasan horizontal dengan mangan gelap di bagian atas. Dekorasi
arsitektur Timuriyah dicapai puncaknya pada akhir abad keempat belas dan
awal abad kelima belas di ibukota di Samarqand. Banyak masjid, makam dan
sekolah teologi yang dibangun selama periode ini ditutupi ubin mosaik dan
ubin berukir dengan pola-pola geometris, tumbuhan dan kaligrafi. The pirus
kaya glasir dari ubin dengan kualitas grafis lebih berani pada prasasti yang
membedakan arsitektur periode ini, terutama terlihat dalam bangunan di
pemakaman utama elite penguasa Timur Lenk, Shah-i Zinda di Samarqand.
ubin ini mungkin berasal dari kuburan itu.

Helm akhir abad ke-15 Ak-Koyunlu (Shivran) Iran


Dihias Kaligrafi dan Ukiran Ornamen Flora
Bahan Logam Damascened dengan Perak

Hal utama yang menarik dan terawat baik yakni topi berbentuk helm
yang dicap dengan tanda yang digunakan seperti dalam persenjataan Ottoman,
menunjukkan bahwa beberapa helm khas dalam koleksi, melewati kekuasaan
Turki sebagai rampasan dengan penaklukan Ottoman-Iran dan Kaukasus.
Helm dihiasi dalam gaya kaligrafi yang menyandang nama Farrukh-Siar
(1464-1501), penguasa Shivran di Kaukasus.

Mengenal Seni Rupa Islam - 217 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Kaligrafi yang sering diklaim sebagai seni Islam itu sebenarnya
berasal dari tanah Persia. Sementara itu, mayoritas intelektual muslim yang
menulis tafsir, hadis, tasauf dan sains, bukanlah orang-orang Arab, sebut saja
nama berikut al-Bukhari, Muslim, al-Ghazali, al-Kindi, al-Farabi, Ibn
Sina, al-Razi, al-Khawarizmi, al-Jabar, al-Haytsam dan lain-lain. Bahkan
ahli bahasa Arab yang terkenal sekalipun, seperti al-Sibawih, bukanlah orang
Arab.
Khatt adalah istilah dalam bahasa Arab untuk menyebut kaligrafi
Islam (tulisan dan garis) yang ditujukan untuk tulisan indah (al-kitabah al-
jamilah atau al-khatt al-jamil). Istilah khatt dikemukakan ahli ilmu dari
cabang tasawuf dan ilmu kedokteran (ketabiban) yaitu Syekh Suamsuddin
al-Akhfani, sebagai ilmu yang memperkenalkan bentuk huruf Arab tunggal,
cara penempatan dan merangkainya menjadi tulisan bermakna. Tulisan dalam
baris-baris dan menentukan mana yang perlu ditulis, mengubah ejaan,
penggubahan yang diperlukan atau disesuaikan dengan persyaratan tertentu
untuk membentuk tulisan yang khas dan indah (bagus) mencapai
kesempurnaan anatomi huruf atau alphabet, tata letak dan komposisi serta
unsur etika. Ensiklopedi Islam (2001) menyebut kata kaligrafi berasal dari
bahasa Yunani yaitu “Kallos” yang berarti indah atau keindahan dan
“Graphia” berarti coretan atau tulisan atau “Graphein” yang berarti tulisan.
Seni menulis Indah dijumpai dalam berbagai bentuk kebudayaan berbagai
bangsa. Salah satu bentuk aliran atau gaya tulisan indah yang terdapat dalam
khatt misalnya gaya Khaffi atau Khatt Kufi (Kufah), dimana gaya ini paling
dominan dan satu-satunya Khatt yang “dirajakan” untuk menulis mushaf Al
Qur‟an pada akhir kekuasaan Al-Khulafa ar-Rasyidun. Selain itu ada bentuk
gaya yang lain dan popular seperti Khatt : Naskhi, Farisi, Tsulutsi, Riq‟i,
Diwaniy, Diwniy Jaliy, dan Raikhaniy. Adapun gaya tersebut adalah sebagai
berikut:
a) Khatt Kufi
Gaya khatt sangat identik dengan garis-garis tegak lurus, bentuk siku-
siku dan bentuk persegi. Bentuk dan karakter masing-masing huruf
cenderung menampakkan ornamen (hiasan), sifat keterkaitan huruf
satu dengan lainnya yang membentuk hiasan. Penciptaannya
berkaitan dengan keagamaan, dokumen, kutipan Al Qur‟an pada
dinding Istana dan Masjid. Contoh huruf hija‟iah (abjad) gaya khatt
kufi:

Mengenal Seni Rupa Islam - 218 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


b) Khatt Naskhi
Gaya khatt naskhi (khat naskah) dikhususkan sebagai tulisan naskah,
karena apabila dipergunakan dengan bermacam model dan gaya atau
mengemasnya dengan menumpuk huruf tidak cocok tidak sesuai
prosedur khatt. Namun bisa diciptakan menyerupai garis melengkung
dan membulat, boleh dipandang sebagai khatt sederhana yang tidak
banyak menampilkan gaya.

c) Khatt Tsulufsiy
Gaya tsulufsiy mencakup beberapa aspek yaitu: pertama, dapat
dilakukandalam berbagai gaya khatt (kaligrafi); kedua, umumnya

Mengenal Seni Rupa Islam - 219 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


sangat banyak diminati khusus di Timur Tengah; ketiga, mendapat
predikat terbaik dan indah. Dibuktikan adanya tulisan di Timur
Tengah, seperti di Masjid Haram, Ka‟bah dan massjid lainnya. Khatt
ini ada berbentuk biasa dan sederhana dan tidak disertakan ornamen
(hiasan), ada yang dibuat dengan menyertakan berbagai macam
ornamen dan ada mencerminkan tulisan negatif atau susunan tulisan
berlobang. Keragaman bentuk disesuaikan dengan karakter tiap-tiaf
huruf.

d) Khatt Farisi
Khatt farisi adalah sebuah gaya yang cenderung banyak menampilkan
kondisi dari maing-masing huruf yang dianggap kurang teratur,
namun terlihat masih terkesan indah karena tiap-tiap huruf dituliskan
di atas dan di bawah garis. Khatt farisi ini merupakan salah satu jenis
gaya yang cukup banyak diminati di Timur Tengah setelah gaya
tsulufsiy. Keindahan gaya khatt farisi ini tidak lepas dari ketrampilan
atau kemahiran cara mengolah tiap-tiap huruf dan selalu menganut
pada ciri-ciri atau kekhasan dari masing-masing huruf. Berikut ini
adal;ah contoh khatt farisi.

Mengenal Seni Rupa Islam - 220 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


e) Khatt Diwaniy
Ciri khas dari gaya khatt diwaniy adalah lebih memprioritaskan pada
lekuk sisi, melengkung dan agak membulat pada tiap-tiap huruf.
Susunan khat seperti ini, juga dapat dimasukkan sebagai bagian dari
keindahan kaligrafi Islam.

Mengenal Seni Rupa Islam - 221 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


f) Khatt Diwaniy Jaliy
Keadaan dari bentuk huruf dan pelaksanaanya, khatt diwaniy jaliy
prinsipnya sama dengan khatt diwaniy. Yang terlihat menonjol dari
khatt ini, apabila ditinjau dari segi bentuk tambahan yang menempel
pada kepala huruf dan bentuk titik-titik yang berfungsi untuk mengisi
kesenggangan jarak pada tiap-tiap huruf atau pernik lainnya.
Hurufnya memfokuskan sebagai kriteria dari ciri khas dan kandungan
dalam bentuk khatt diwaniy jaliy.

g) Khatt Riq‟i
Gaya dan modelnya mirip dengan khatt naskhi , dimana penempatan
masing-masing huruf tidak banyak menumpuk sekalipun masih ada
yang bertumpuk dalam kondisi tertentu sebagaimana penempatan
gaya farisi.

Mengenal Seni Rupa Islam - 222 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


h) Khatt Raikhaniy
Bentuk dan gaya serta cara pelekatan khat raikhaniy hampir sama
dengan khatt tsulufsif, tidak menutup kemungkinan proses dan
penggunaan khatt yang sama. Hanya pada pada ujung kepala khatt
terdapat tambahan yang melengkung ke kanan bawah agak kiri dan
pelaksanaan dengan dibuat sangat lentur, melebihi khatt tsulufsiy. Hal
ini bisa terlihat pada penempatan dan penyambungan, mulai huruf alif
sampai huruf ya‟ dari abjad, terlihat juga saling kait mengait satu
dengan lainnya.

Mengenal Seni Rupa Islam - 223 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Pada umumnya seniman muslim menerapkan bermacam gaya
kaligrafi atau khatt pada rupa-rupa media seperti menggunakan kuas dan
berbagai ukuran pena, dengan cat, kanvas, logam, fiber, kaca, keramik, stucco
atau plester semen, alat patri dan bermacam teknik lainnya. Bermacam huruf
dan motif arabes yaitu berupa gambar atau ukiran bermotif tumbuhan sampai
digabungkan dengan motif geometris abstrak, menjadi seni mushaf.
Penciptaan kaligrafi Islam dan illuminasi atau hiasan (zukhruf) pada mushaf
Al Qur‟an secara utuh seperti dalam kitab, dengan penampilan wujud visual
melaui abstraksi dan stilasi bentuk alam dan perpaduan ornamen geometrik
dengan pola berlubang berkesinambungan.
Kaligrafi sebagai media dakwah, ada juga ajakan untuk kembali ke
zaman Nabi, Khulafaa al-Rasyidin dan era salaf a-shâlih (orang-orang
terdahulu yang soleh) atau menjadi masyarakat madani. Ada beberapa
pendapat dan pernyataan para ahli tentang kaligrafi sebagai berikut:

1. “Ilmu adalah buruan, tulisan adalah talinya. Ikatlah buruanmu dengan


tali yang kukuh !” (Imam Syafi‟i)
2. “Kaligrafi yang indah menambah kebenaran semakin nyata.” (HR
Dailami dalam Musnad al-Firdaus)
3. Kepada sekretarisnya, Muawiyah ra, Rasulullah SAW menyarankan:
“Tuangkan tinta, raut-miringkan pena, tepatkan posisi ba‟,
renggangkan sin, jangan sumbat mim, indahkanlah Allah, panjangkan
Ar-Rahman, dan baguskan Ar-Rahim.” (HR Al-Qadi Iyad dari Ibnu Abi
Sufyan dalam Al-Syifa‟)
4. “Barangsiapa meninggal dunia, sedangkan warisannya adalah catatan
dan tinta, ia niscaya masuk surga.”(HR Dailami dalam Irsyad al-Qulub)
5. “Barangsiapa meraut pena untuk menulis ilmu, maka Allah akan
memberinya pohon di syurga yang lebih baik daripada dunia berikut
seluruh isinya” (Al-Hadis).
6. “Khatt / Kaligrafi adalah tulisan huruf Arab tunggal atau bersusun yang
berpedoman kepada keindahan sesuai dengan sumber-sumber dan
peraturan-peraturan seni yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh para
tokoh di bidangnya”(Muhammad Tahir al-Kurdi al-Makki dalam
Tarikh al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
7. “Kaligrafi adalah tradisi yang diperindah gerakan jemari dengan pena
berdasarkan kaedah-kaedah khusus” (Muhammad Tahir al-Kurdi al-
Makki dalam Tarikh al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
Mengenal Seni Rupa Islam - 224 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
8. “Khatt / kaligrafi adalah ilmu yang memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
tunggal, letak-letaknya, dan tatacara merangkainya menjadi sebuah
tulisan yang tersusun. Atau apa-apa yang ditulis di atas garis, bagaimana
cara menulisnya dan menentukan mana yang tidak perlu ditulis, serta
menggubah ejaan yang perlu digubah dan menentukan cara
menggubahnya” (Syeikh Syamsuddin al-Akfani dalam Irsyad al-Qasid
bab “Hasyr al-Ulum”)
9. “Kaligrafi itu tersirat dalam pengajaran guru, tegak profesionalnya
tergantung banyak latihan, dan kelanggengannya pada pengamalan
agama Islam.” (Ali bin Abi Talib)
10. “Keindahan kaligrafi tersembunyi dalam pengajaran guru, tegak
profesionalnya tergantung banyak latihan dan menyusun komposisi, dan
kelanggengannya bagi seorang muslim adalah dengan meninggalkan
segala larangan dan menjaga shalat, padahal asal-usulnya hanyalah
mengetahui huruf tunggal dan huruf sambung” (Ali bin Abi Talib)
11. “Kaligrafi adalah arsitektur spiritual walaupun lahir dengan perabot
kebendaan” (Euclides).
12. “Kaligrafi adalah ilmu ukur spiritual yang diekspresikan melalui
peralatan material. Apabila engkau perbagus penamu, berarti kau
perbagus kaligrafimu; namun apabila engkau abaikan penamu, berarti
telah kau abaikan kaligrafimu” (Aminuddin Yaqut al-Musta‟simi dari
Bani Abbas)
13. “Tulisan adalah lidahnya tangan, karena dengan tulisan itulah tangan
berbicara” (Ubaidullah bin Abbas)
14. “Kaligrafi itu lembut seperti awan yang berarak-arakan dan gagah
seperti naga yang sedang marah” (Wang Hsichih)
15. “Kaligrafi adalah pengikat akal pikiran” (Plato)
16. “Kaligrafi itu adalah akar dalam ruh walaupun lahir melalui peralatan
materi” (Al-Nazzam)
17. “Pena bagi seorang penulis bagaikan pedang bagi seorang pemberani”
(Ibnu Hammad)
18. “Akal manusia utama berada di ujung penanya” (Garar al-Hikam)
19. “Kalau bukan karena pena, dunia tidak akan berdiri, kerajaan tidak akan
tegak” (Iskandar Zulkarnain dari Macedonia)
20. “Kaligrafi adalah lukisan dan bentuk harfiyah yang menunjukkan kepada
kalimat yang didengar yang mengisyaratkan apa yang ada di dalam jiwa”
(Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah)
Mengenal Seni Rupa Islam - 225 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
21. “Persoalan agama dan dunia berada di bawah dua hal: pena dan
pedang. Pedang berada di bawah pena” (Raja-raja Yunani dalam
Tarikh al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
22. “Apabila, suatu hari, para pahlawan pemberani bersumpah, dengan
pedang mereka sambil menghunuskannya: Demi keagungan, demi
kemuliaan. Cukuplah pena penulis sebagai kemuliaan dan ketinggian
sepanjang abad, Sebagaimana Allah pernah bersumpah: demi kalam!”
(Abu al-Fath al-Busti dalam Seni Kaligrafi Islam)
23. “Kaligrafi adalah produk kebudayaan yang menguat dengan kekuatan
kebudayaan dan melemah dengan lemahnya kebudayaan” (Abdul Fattah
Ubbadah dalam Intisyar al-Khat al-„Arabi fil „Alam al-Syarqi wal „Alam
al-Gharbi)
24. “Apabila kata-kata merupakan makna yang bergerak, sebaliknya tulisan
adalah makna yang bisu. Namun, kendatipun bisu, ia melakukan
perbuatan bergerak karena isinya yang mengantarkan penikmatnya
kepada pemahaman” (D. Sirojuddin AR dalam Seni Kaligrafi Islam)
25. “Alquran adalah yang pertama kali mengangkat mercusuar kaligrafi
Arab” (Abdul Fattah Ubbadah dalam Intisyar al-Khat al-„Arabi fil
„Alam al-Syarqi wal „Alam al-Gharbi)
26. “Alat kata-kata adalah lidah, sedangkan alat tulisan adalah pena atau
kalam. Keduanya berbuat untuk kepentingan satu sama lain guna
mengekspresikan makna-makna final” (D. Sirojuddin AR dalam Seni
Kaligrafi Islam)
27. “Satu gaya kaligrafi sudah ditentukan secara ketat aturan-aturannya.
Keserasian antar huruf, merangkai, komposisi, sentakan, bahkan jarak
spasi mesti diukur dengan serasi. Jika tidak, hasilnya ngawur” (Prof.
H.M. Salim Fachry, nasihat kepada muridnya, D. Sirojuddin AR)
28. “Khusus bagi para pelukis yang kurang mengenal tulisan Arab dihimbau
agar hendaknya meneliti lebih cermat khususnya ayat-ayat Al-Qur‟an,
juga teks-teks Arab lainnya sebelum digalok dengan lukisan mereka.
Dengan demikian, tidak akan terjadi salah tulis atau kekeliruan imla‟”
(K.H.M. Abd. Razaq Muhili ,nasihat kepada muridnya, D. Sirojuddin
AR)
29. “Tulisan jelek, jika diikuti oleh kaedah imla‟iyah yang betul masih bisa
dimaafkan. Sebaliknya, jika kekeliruan terletak pada kaedah imla‟iyah,
maka itu barulah benar-benar suatu kesalahan. Bahayanya, jika itu
terjadi pada penulisan ayat-ayat Al-Qur‟an, sebab akan menyimpang
Mengenal Seni Rupa Islam - 226 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dari arti yang sesungguhnya” (K.H.M. Abd. Razaq Muhili, nasihat
kepada muridnya, D. Sirojuddin AR)

Kaligrafi Utsmaniyah Abad ke-18, Bertuliskan Frasa


"Ali Khalifatullah" Dalam Tulisan
Cermin Dua Arah.
30. “Kaligrafi dianggap benar apabila memiliki lima prinsip desain, yaitu:
taufiyah (selaras), itmam (tuntas, unity), ikmal (sempurna, perfect),
isyba‟ (paralel, proporsi), dan irsal (lancar, berirama)” (Ibnu Muqlah
dalam Subhul A‟sya)
31. “Tata letak yang baik (husnul wad‟i) kaligrafi menghendaki kepada
perbaikan empat hal, yaitu: tarsif (formasi teratur seimbang, balance),
ta‟lif (tersusun, arranged), tastir (selaras, beres, regular), dan tansil
(maksudnya bagaikan pedang atau lembing saking indahnya, excellent)”
(Ibnu Muqlah dalam Subhul A‟sya)
32. “Seperempat tulisan ada pada hitam tintanya, Seperempat: indahnya
hasil cipta penulisnya. Seperempat datang dari kalam, Engkau serasikan
potongannya. Dan pada kertas-kertas, Muncul nilai keempat”
(Senandung Putaran Empat Perempat dalam Belajar Kaligrafi: Terampil
Melukis Jld. 7)
33. “Hendaknya kamu belajar kaligrafi yang bagus, karena dia termasuk
kunci-kunci rezeki” (Ali bin Abi Talib)
34. “Pelajarilah kaligrafi yang betul, Wahai orang yang memiliki akal budi,
Karena kaligrafi itu tiada lain Dari hiasan orang yang berbudi pekerti.
Jika engkau punya uang, Maka kaligrafimu adalah hiasan. Tapi jika

Mengenal Seni Rupa Islam - 227 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


kamu butuh uang, Kaligrafimu, sebaik-baik sumber usaha” (Al-Hafizh
Usman dari Turki Usmani)
35. “Kaligrafi adalah harta simpanan si fakir dan hiasan Sang Pangeran.
Betapa kerap kaligrafi benar-benar menambah kejelasan dengan
kekuatan mengelokkan tinta” (Syair Arab dalam Disain Pelajaran Kursus
Kaligrafi I)
36. “Kaligrafi akhirnya jadi lapangan bisnis yang luas dan mendapat tempat
yang istimewa yang belum pernah dicapai sebelumnya, baik di kalangan
periklanan, informatika, maupun brosur-brosur niaga dan lembaga-
lembaga non profit yang menyebar dengan aneka warna” (Kamil al-
Baba dari Libanon dalam Ruh al-Khat al-„Arabi)
37. “Muliakanlah anak-anakmu dengan belajar menulis, karena tulisan
adalah perkara paling penting dan hiburan paling agung” (Ali bin Abi
Talib)
38. “Seorang kaligrafer jenius melihat pada apa-apa yang tidak kelihatan
oleh para kaligrafer biasa” (Kamil al-Baba dari Libanon dalam Ruh al-
Khat al-„Arabi)
39. “Kaligrafi, dia adalah lukisan huruf, posisinya tidak pernah mandek,
bahkan terus berkembang menyusuri waktu. Maka, kita sekarang tidak
lagi menulis khat Kufi primitif yang ditulis orang Arab dulu-dulu. Kita
telah terbiasa dengan tulisan yang telah banyak berkembang melintasi
masa-masa Islam yang saling berganti” (Kamil al-Baba dari Libanon
dalam Ruh al-Khat al-„Arabi)
40. “Huruf bagi saya adalah materia hidup yang saya olah sekehendak saya
kapan saya mau” (Naja al-Mahdawi dari Tunisia dalam Fikrun wa
Fannun)
41. “Semua huruf, bila engkau perhatikan, Maka bagian-bagiannya tersusun
dari noktah. Bentuk seluruh huruf terambil Dari satu bentuk alif yang
dibolak-balik. Sehingga engkau lihat bangunannya Memiliki rumus-
rumus yang menyeluruh. Maka, pandanglah dengan mata hati Supaya
engkau memperoleh pelajaran”
(Syair Arab dalam Cara Mengajar Kaligrafi: Pedoman Guru)
42. “Melukis bagi saya adalah hiburan. Apalagi saat huruf-huruf Al-Qur‟an
itu senyawa dengan cat, terasa ada nilai plus dan kenikmatan luarbiasa.
Lebih nikmat daripada sekedar curat-coret dengan tinta cina hitam di
atas kertas putih. Saya sadar, seorang khattat harus juga seorang pelukis.

Mengenal Seni Rupa Islam - 228 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Harus….” (D. Sirojuddin AR dalam Belajar Kaligrafi: Terampil
Melukis, Jld. 7)
43. “Sesungguhnya aku melukis kaligrafi dan tidak menulisnya”
(Muhammad Sa‟ad Haddad dari Mesir dalam Koleksi Karya Master
Kaligrafi Islam).
44. “Tampilan kaligrafi harus hidup dan bergerak, sebagaimana sebagian
huruf ingin saling rangkul atau bebas ketika sedang berpegangan atau
saling sokong satu sama lain. Apabila bentuknya miskin dari sifat
dinamis tersebut, menjadilah ia kering dan membosankan mata.
Sebaliknya, engkau pasti ingin melihat yang bentuknya menyenangkan,
sangat elok, atau memberi kesan penuh khayal” (Hassan Massoudy dari
Perancis dalam Hassan Massoudy Calligraphe)
45. “Sebuah lukisan akan memiliki nilai plus dengan penyusupan unsur
kaligrafi ke dalamnya. Jika temanya ayat-ayat Al-Qur‟an, maka nilai plus
itu akan terasa semakin agung, karena memancarkan pesan-pesan suci
yang dalam yang dapat dijadikan bahan renungan, baik oleh pelukis
maupun orang lain yang jadi peminatnya” (D. Sirojuddin AR dalam
Belajar Kaligrafi: Terampil Melukis, Jld. 7)
46. “Keindahan kaligrafi adalah anugerah Allah dan setiap kaligrafer telah
mendapatkan bagiannya masing-masing berdasarkan pembagian Allah.
Maka, tidak boleh saling bertarung dengan karya orang lain atau
mengejek akibat salah paham, karena itu semua adalah bagiannya yang
diterimanya dari Allah” (Sayid Abdul Kadir Abdullah bergelar Haji
Zaid dari Mesir dalam Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam)
47. “Aku melihat bahwa manusia tidak menggores suatu tulisan di suatu hari,
kecuali besoknya berkata: Kalau ini dirubah tentu lebih baik, kalau
ditambah ini dan itu pasti lebih bagus lagi, kalau ini yang didahulukan
mungkin lebih afdal, bila ini ditinggalkan pasti lebih indah. Ini ungkapan
paling sering, dan hanya menunjukkan rasa kekurangan pada
kebanyakan manusia” (Al-Imad al-Asfahani dalam Tarikh al-Khat
al‟Arabi wa A‟lam al-Khattatin)
48. “Prestasi seni rupa Muslim yang sukses luarbiasa, terbesar dan paling
akrab dengan jiwa kaum Muslim adalah kaligrafi (seni menulis indah).
Kaum Muslimin memilih kaligrafi sebagai media utama pernyataan rasa
keindahannya karena tak ada bentuk seni lainnya yang mengandung
abstraksi yang demikian lengkap dan mutlak” (Isytiaq Husain Quresyi
dalam Seni di dalam Peradaban Islam)
Mengenal Seni Rupa Islam - 229 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
49. “Kaligrafi adalah kebun raya ilmu pengetahuan” (Abu Dulaf al-„Ajli
dalam Tarikh al-Khat al‟Arabi wa A‟lam al-Khattatin)
50. “Kaligrafi adalah seni suci, karena dengan kaligrafi inilah Alquran,
wahyu Allah diteruskan kepada manusia…. Kaligrafi Arab juga
mempunyai makna estetis ikonographis dalam seni peradaban Islam” (M.
Abdul Jabbar Beg dalam Seni di dalam Peradaban Islam)
51. “Pena adalah kendaraan kecerdikan. Dengan tangis pena, buku-buku
tersenyum” (Al-Utabi dalam Tarikh al-Khat al‟Arabi wa A‟lam al-
Khattatin)
52. “Tetesan airmata seorang gadis cantik di pipinya tidaklah lebih indah
daripada tetesan tinta di pipi buku” (Ahmad bin Yusuf dalam Tarikh al-
Khat al‟Arabi wa A‟lam al-Khattatin)
53. “Jangan kalian sangka bahwa keindahan kaligrafi membahagiakan
saya,Tidak pula kedermawanan kedua telapak tangan Si Hatim Al-Tha‟i.
Saya hanya membutuhkan satu hal, Yaitu untuk memindahkan noktah
huruf kha‟ kepada tha‟ ”(Syair Arab dalam Koleksi Karya Master
Kaligrafi Islam) Khat=tulisan, hazh = penghasilan
54. “Wahai para penulis, berlomba-lombalah dalam memperindah aspek-
aspek sastra, pahamilah agama, mulailah dengan mempelajari ilmu kitab
Allah lalu bahasa Arab, karena ia menjadi pemanis bahasamu, kemudian
perbaikilah tulisanmu karena ia sebagai penghias kitab-kitabmu,
riwayatkanlah syair-syair, kenalilah keunikan dan makna-maknanya,
kenalilah hari-hari orang Arab dan non Arab, kejadian-kejadian dan
perjalanan hidup mereka karena yang demikian akan mendukung
tercapainya cita-citamu” (Abu Hamid al-Katib, wasiat kepada orang-
orang seprofesinya dalam Al-Balaghah al-Wadihah)
55. “Di dalam kebenaran ada kebaikan dan keindahan, di dalam keindahan
ada kebenaran dan kebaikan” (Dany Huisman dalam „Ilm al-Jamal)
56. “Al-Qur‟an turun bukan berdasarkan huruf, tapi bunyi. Sedangkan huruf-
hurufnya datang dan dimodifikasi setelah Al-Qur‟an turun. Dan huruf itu
mengikuti pola-pola bunyi, bukan bunyi mengikuti huruf. Maka, huruf
berhak untuk diubah-ubah, sementara bunyi Alquran tidak bisa diubah-
ubah. Sekiranya mazhab-mazhab kaligrafi itu bertambah subur, maka
itulah kondisi yang lebih bagus.” (D. Sirojuddin AR dalam Jurnal Islam
2001)
57. “Kaligrafi, agaknya, sangat mudah membias pada seluruh karya seni
bahkan segala perabotan yang serba Islami. Dan, anak-anak muda
Mengenal Seni Rupa Islam - 230 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
seperti sangat „keranjingan‟ terhadap kegiatan yang serba kaligrafi” (D.
Sirojuddin AR dalam Seni Kaligrafi Islam)
58. “Kaligrafi adalah lidahnya tangan, kecantikan rasa, duta akal, penasihat
pikiran, senjata pengetahuan, penjinak saudara dalam pertikaian, kawan
bicara jarak jauh, penyimpan rahasia, dan gudang rupa-rupa
permasalahan” (Ibrahim bin Muhammad al-Syaibani dalam Tarikh al-
Khat al‟Arabi wa A‟lam al-Khattatin)
59. “Seorang penulis kaligrafi membutuhkan atribut, di antaranya adalah
bagusnya rautan kalam, pemanjangan ruasnya, tingkat kemiringan
potongannya; kepiawaiannya menggoyang jemari, menorehkan tinta
menurut kadar kelebaran huruf, menjaganya dari kekosongan tinta,
penutulan tanda baca pada khat serta peneraan noktah untuk teks,
sampai keserasian goresan dan manisnya penggalan sub-sub” (Al-Hasan
bin Wahab dalam Falsafatu al-Fann „inda al-Tauhidi)
60. “Agama Islam melarang untuk merepresentasikan wajah Allah atau Nabi
Muhammad dan tubuh manusia dalam beberapa situasi. Karena itu,
kaligrafi menjadi elemen dekorasi paling dasar di masjid dan seluruh
monumen yang lain” (Georges Jean dalam Writing The Story of
Alphabets and Scripts)
61. “Penjelasan di lidah, kaligrafi di penjelasan. Kaligrafi adalah salahsatu
dari dua lidah, keindahannya adalah salahsatu dari dua kefasihan.
Sungguh mengagumkan: pena minum kegelapan dan melafalkan cahaya”
(Abdul Hamid al-Katib dalam Al-Balaghah al-Wadihah)
62. “Seorang kaligrafer sebaiknya mengerti bahasa Arab. Pemahaman
bahasa Arab itu menjadi lebih penting, karena hampir semua kaligrafer,
dengan sendirinya, akan berhubungan dengan Al-Qur‟an. Salah titik
saja, bisa berakibat fatal” (D. Sirojuddin AR dalam Republika 1995)
63. “Tidak hanya menggoreskan pena atau mencampur warna, saya juga
telah menganggap khat sebagai ilmu pengetahuan yang harus ditekuni
dengan sepenuh hati dan akal. Ternyata, yang saya temukan hanyalah
pertanda bahwa ilmu Allah itu memang tidak pernah kering” (D.
Sirojuddin AR dalam Panji Masyarakat 1999)
64. “Gagasan untuk menggoreskan pena atau kuas seakan-akan tidak habis-
habisnya. Terus-menerus terbuka kemungkinan baru untuk berekspresi.
Huruf-huruf Arab seakan menjadi materi hidup yang sangat plastis dan
acapkali di luar perhitungan. Di depan kanvas, saya seolah-olah berada

Mengenal Seni Rupa Islam - 231 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


di tengah padang yang tak bertepi” (Didin Sirojuddin AR dalam Panji
Masyarakat 1999)

Contoh Kaligrafi Islam dari Abad 11


Persia
65. “Kaligrafi kekal sepanjang masa setelah kepergian penulisnya, meskipun
penulis kaligrafi terpendam di bawah tanah” (Al-Hafizh Usman dari
Turki Usmani dalam Koleksi Karya Master Kaligrafi Islam)
66. “Telah pupus raja kaligrafi, Pena-pena melipatkan benderanya karena
duka atas kepergiannya. Dan melipatgandakan keluh tempat berpijak,
Setelah kemegahan lama tergenggam di tangannya. Karena itu telah
kukatakan di dalam tarikhnya: Zuhdi telah meninggal, semoga rahmat
Allah atasnya” (Syair atas kepulangan al-khattat Abdullah Zuhdi dari
Turki Usmani dalam Al-Wasit fil Adab al-„Arabi wa Tarikhikhi)
67. “Pabila setengahmu hapus nyawa nangislah sisanya, Sebab satu sama
lain akrab senantiasa. Bukan ku „lah muak hidup di dunia Tapi, kepalang
kudipercaya sumpah mereka Maka, cerailah tangan kananku tercinta.
Kujual kepada mereka agamaku dengan duniaku, Namun mereka halau
aku dari dunia mereka sesudah mereka gasak agamaku. Kugoreskan
kalam sekuat tenagaku „tuk melindungi nafas-nafas mereka. Duhai
malangnya…. bukannya mereka melindungiku! Tiada ni‟mat dalam hidup
ini Sesudah senjata kananku pergi tiada arti. Duh hayatku nan malang
Mengenal Seni Rupa Islam - 232 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tangan kananku telah hilang. Hilanglah, segala arti tergusur hilang”
(Ibnu Muqlah sesudah tangan kanannya dipotong karena fitnah dalam
Al-Wasit fil Adab al-„Arabi wa Tarikhikhi)
68. “Kaligrafi secara umum memiliki tiga sifat yang berturut-turut
tergantung kepentingannya, yaitu: jelas bacaannya, mudah
menuliskannya, dan indah tampilannya” (Habibullah Fada‟ili dari Syria
dalam Atlas al-Khat wal Khutut)
69. “Kaligrafi termasuk unsur rupaka dilihat dari watak-wataknya secara
umum yang menentukan kesanggupannya mengekspresikan gerak dan
akumulasi. Gerak di sini adalah gerak-gerak tarian orisinal secara
bebas. Sedangkan akumulasi atau penyusunan huruf sebagai unsur
ornamen tergambar dalam tipe-tipe menukik, memutar, bergerak
berkeliling secara bebas, dan menyentak” (Fauzi Salim Afifi dari Mesir
dalam Silsilatu Ta‟lim al Khat al-„Arabi: Dalil al-Mu‟allim)
70. “Di antara kesempurnaan tulisan adalah saat penulis membebaskan
tempat-tempat yang dapat menimbulkan kekeliruan dalam membaca”
(Fauzi Salim Afifi dari Mesir dalam Silsilatu Ta‟lim al Khat al-„Arabi:
Dalil al-Mu‟allim)
71. “Setiap kali aku menggores sebuah baris, hilanglah satu baris dari
umurku” (Sayid Ibrahim dari Mesir dalam Tarikh al-Khat al-„Arabi wa
A‟lam al-Khattatin)
72. “Tangan kaligrafer menuntunnya ke surga karena menulis ayat-ayat Al-
Qur‟an” (Mus‟ad Mustafa Khudir al-Bursaid dari Mesir dalam Koleksi
Karya Master kaligrafi Islam)
73. “Seorang khattat, ketika pikirannya sedang kosong saat berkarya, ia
mengembalikan pandangan kepada tulisannya secara bebas, hingga
dapat melihatnya dengan gambaran yang bukan gambaran sebelumnya
dan mampu menilai sendiri tulisan dan dirinya” (Fauzi Salim Afifi dari
Mesir dalam Silsilatu Ta‟lim al Khat al-„Arabi: Dalil al-Mu‟allim)
74. “Kehadiran sanggar-sanggar dan aktivitas kaligrafi yang tambah
semarak menuntut kehadiran para guru dan pembina kaligrafi yang
profesional. Guru atau pembina yang „sekedar bisa‟ atau „asal tahu‟,
untuk saat ini, sudah tidak memenuhi syarat lagi karena akan terseret-
seret oleh anak-anak muda yang terus bergerak maju” (D. Sirojuddin
AR dalam Cara Mengajar Kaligrafi: Pedoman Guru)
75. “Haruslah lahir nuansa-nuansa baru yang memperkuat penciptaan yang
lebih menyeluruh, sehingga kelenturan kaligrafi dapat dibuktikan dalam
Mengenal Seni Rupa Islam - 233 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kemungkinan-kemungkinan mengolah dari visi-visinya yang pusparagam.
Arus perkembangan ini akan bergerak terus tanpa bisa dibendung” (D.
Sirojuddin AR dalam Dinamika Kaligrafi Islam)
76. “Yang pertamakali menerakan Basmalah di awal tulisannya adalah Nabi
Sulaiman as. Orang-orang Arab sendiri dalam pembuka kitab-kitabnya
mengucapkan Bismika Allahumma hingga turun ayat dalam surat Hud
Bismillahi majreha wa mursaha, maka Rasulullah SAW pun
menuliskannya sampai turun ayat Qul ud‟ullaha awid‟ur Rahmana…
dalam surat Al-Isra‟ atau Bani Isra‟il. Setelah itu, turunlah ayat Innahu
min Sulaimana wa innahu Bismillahir Rahmanir Rahim yang selanjutnya
menjadi amalan yang disunnahkan” (Naji Zainuddin dari Irak dalam
Musawwar al-Khat al-„Arabi)
77. “Seni iluminasi adalah jembatan antara seni kaligrafi dan seni lukis.
Walaupun berhubungan dengan kaligrafi, seni lukis (di dunia Islam)
dianggap seni yang lamban dan kedudukan pelukis tidaklah seranking
dengan kaligrafer” (Philip Bamborough dalam Treasure of Islam)
78. “Kaligrafi itu seperti lukisan atau musik yang menuntut kesiapan khusus
yang tidak bisa diterima oleh semua orang. Di antara seribu kaligrafer
Turki, paling-paling bisa kita sebut sepuluh orang yang memiliki
keunggulan dalam keindahan kaligrafinya” (Celal Esad Arseven dalam
Al-Lauhat al-Khattiyah fi al-Fan al-Islami)
79. “Kaligrafi disebut bagus apabila bentuk-bentuk hurufnya indah, dan
disebut buruk apabila bentuk-bentuk hurufnya jelek ”(Naji Zainuddin
dari Irak dalam Musawwar al-Khat al-„Arabi)
80. “Kita dapat memastikan, bahwa membentuk seorang kaligrafer lebih sulit
daripada membentuk seorang pelukis. Meskipun pelukis telah mencapai
tingkat kemampuan, ia takkan sanggup meniru sebuah karya kaligrafi
yang indah apabila belum menguasai kaedah penulisan khat yang benar”
(Celal Esad Arseven dalam Al-Lauhat al-Khattiyah fi al-Fan al-Islami)
81. “Bagusnya rautan kalam adalah setengah khat, dan mengetahui tatacara
memotongnya adalah setengah sisanya. Karena sesungguhnya, setiap
gaya khat mempunyai potongan tersendiri” (Al-Maqri al-„Ala‟i dalam
Tarikh al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
82. “Barangsiapa kurang bagus caranya menorehkan tinta, meraut dan
memotong kalam, memposisikan kertas, dan mengatur gerakan tangan
waktu menulis, berarti dia sedikit pun tidak mengerti cara menulis” (Al-
Maqri al-„Ala‟i dalam Tarikh al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
Mengenal Seni Rupa Islam - 234 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
83. “Penguasaan khat adalah indahnya rautan” (Ibnu Muqlah dalam Tarikh
al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)
84. “Khat seluruhnya adalah kalam” (Al-Dahhak bin Ajlan dalam Tarikh
al-Khat al-„Arabi wa Adabihi)

Seiring berjalannya waktu, kemudian disadari bahwa seni yang sering


diklaim sebagai seni Islam bukanlah berasal dari ajaran normatif Islam, tetapi
dari sisi-sisi historis Islam. Bukan Islam sebagai sebuah agama an sich, tapi
Islam yang telah berinteraksi dengan berbagai peradaban pra-Islam dan
peradaban daerah tertentu setelah sampainya ajaran Islam.
Desain kaligrafi Islam, di mana-mana tempat seni dan biasanya
dinyatakan dalam campuran ayat-ayat Al-Qur‟an dan pernyataan historis. Ada
dua gaya tulisan utama yang terlibat, adalah dua tulisan simbolik gaya kufic
dan naskh, yang dapat ditemukan menghiasi dan meningkatkan daya tarik
visual dinding dan kubah-kubah bangunan, sisi mimbar, dan seterusnya.
Illuminated script, uang logam dan seperti "seni kecil" lainnya seperti
potongan ewers dan pemegang dupa tempat kemenyan juga sering dihiasi
dengan kaligrafi.
Karena umat Islam sangat menghormati dan mencintai Al-Qur‟an,
Seni kaligrafi ini berkembang di kalangan ummat Islam, antara mereka ada
perasaan belajar Islam dari awal menuju ke tingkat yang lebih tinggi dan
mendekat kepada Allah. Di seluruh dunia muslim, ayat-ayat Al-Qur‟an
menghiasi masjid-masjid, istana dan rumah, tempat bisnis dan di beberapa
tempat area umum. Seringkali kaligrafi dilakukan bersamaan dengan motif
dekoratif lainnya seperti motif geometris dan tumbuhan (bunga, buah dan
pepohonan) dengan penuh keikhlasan, cinta-kasih, menghiasi apa yang paling
dianggap sakral dan berharga.

5.7 Pemikiran Estetika Seni Lukis Islam.

Anggapan bahwa larangan menggambar makhluk hidup yang


bergerak seperti manusia dan binatang benar-benar didasarkan atas sumber al-
Qur‟an. Membuat ketidaksenangan sebagian dari ulama atau fuqaha tertentu
terhadap seni lukis, sebagaimana juga terhadap seni patung pada umumnya,
yang lebih didasarkan pada hadis tertentu yang kesahihannya masih terus
diperdebatkan sampai sekarang.

Mengenal Seni Rupa Islam - 235 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Banyak pengamat menyangka dalam seni Islam terdapat larangan
menggambar sosok makhluk bergerak (hidup) atau bentuk figuratif. Tetapi
dalam kenyataan tidak sedikit wilayah Islam yang memperbolehkan hadirnya
lukisan figuratif. Di luar dari kebudayaan Islam Arab, bahkan lukisan figuratif
yang berkembang pesat sejak abad ke-12 M., misalnya di Persia (Iran, Iraq,
Uzbekistan dan Afghanistan), Turki Usmani, India Mughal (India dan
Pakistan), Asia Tengah (Tajikistan, Turksmenistan, Kazakhtan dll). Juga di
Nusantara, khususnya Jawa dan Madura. Pemaparan tahapan awal pemikiran
estetika muslim tentang seni lukis, dimulai dari salah satu perwujudan estetika
Islam yang sering dikesampingkan ialah seni lukis. Padahal tradisinya sudah
memiliki sejarah panjang sebelum Islam. Sebab-sebabnya bisa dimungkinkan
karena seni lukis dalam tradisi Islam berkembang pesat di luar kebudayaan
Arab, seperti di Persia, Asia Tengah, Turki, India Mughal dan Nusantara.
Sedangkan apa yang disebut kebudayaan Islam kerap diidentikkan dengan
kebudayaan Arab. Kecenderungan tersebut tampak pada sebutan „arabesque‟
terhadap ragam hias tetumbuhan yang mengalami perkembangan pesat sejak
berkembangnya agama Islam dan peradabannya diperbagai belahan Dunia.
Dinasti yang didirikan oleh Babur, yakni dinasti Mughal, yang
memerintah negara Islam terbesar dari anak benua India. Sebagai orang muda,
Babur, seorang pangeran dari wilayah Timur , tak mampu mempertahankan
kedaulatan di atas negara kecil Asia Tengah yang diwariskan kepadanya oleh
ayahnya. Sebaliknya, ia mengalihkan perhatian ke tenggara, di mana ia
menduduki Kabul pada 1504, dan segera sesudahnya memulai penaklukannya
seluruh India. Pada 1527, Babur berhasil mengalahkan kedua kekuatan dari
sultan Lodi dan orang-orang dari Konfederasi Hindu. Namun, pada saat
kematiannya, pada tahun 1530, ia belum berubah akuisisi teritorialnya ke
dalam kekaisaran.
Tugas yang diserahkan pada Humayun, putra dan penerus Babur,
yang sayangnya tidak memiliki kejeniusan kemiliteran seperti ayahnya dan
segera hilang pijakan di Mughal di India. Hanya melalui intervensi militer
Persia dia berhasil merebut kembali ibukota dari Agra dan Delhi pada tahun
1555. Namun itu adalah putra Humayun Akbar yang dapat didirikan dengan
dasar yang nyata dari kerajaan Mughal.

Mengenal Seni Rupa Islam - 236 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Lukisan Istana
Seni Islam
dari Mughal

Pandangan bahwa lukisan figuratif tidak dibenarkan dalam Islam dan


bersumber dari teks-teks abad ke-11 dan 12 M, ketika ulama fiqih dan ilmu
syariat mulai dominan dalam Islam. Dan mulai bertabrakan pandangan
dengan para filosof dan sufi yang berkaitan dengan manfaat seni dalam
peradaban religius. Teks-teks sebelum abad tersebut tidak mempersoalkan
kehadiran lukisan figuratif.

Lukisan Islam
Tentang Sufi

Di negeri-negeri yang telah disebutkan pada abad ke-12 dan 13 M


merupakan periode pesatnya perkembangnya seni lukis khususnya dan seni
rupa pada umumnya di dalam sejarah kebudayaan Islam. Lukisan-lukisan
yang dihasilkan pada masa awal itu umumnya berupa lukisan miniatur atau
lukisan berukuran kecil yang pada mulanya dimaksudkan sebagai illustrasi

Mengenal Seni Rupa Islam - 237 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


buku. Baru pada abad ke-17 M lukisan berukuran besar pada dinding yang
berkembang pesat di negeri-negeri seperti Persia, Iraq, Turki, Asia Tengah
dan India Mughal. Sejalan dengan itu estetika atau teori seni juga
berkembang. Peran estetika estetika menonjol karena mempengaruhi corak
seni lukis secara umum.
Pada mulanya seni lukis dalam Islam muncul di wilayah-wilayah
yang sebelum datangnya Islam telah memiliki tradisi seni lukis yang telah
maju, khususnya Persia, Iraq dan Asia Tengah. Juga di kawasan-kawasan ini
peradaban besar masa lalu telah muncul lebih dulu seperti Mesopotamia,
Sumeria, Assyria, Babylonia, Sughdia dan Persia. Tidak heran jika lukisan
tradisi seni Islam paling awal dijumpai di wilayah-wilayah ini. Lukisan tertua
misalnya dijumpai pada dinding istana Bani Umayyah yang dibangun oleh
Sultan Walid I pada tahun 712 M di Qusair Amra, Syria. Juga lukisan di
tembok bekas istana Sultan al-Mu`tazim dari Bani Abbasiyah di Samarra,
Iraq, yang dibangun pada tahun 836-9 M.

Seni Lukis Islam Mughal

Penguasa Safawiyah mulai mencabut dukungannya kepada para


seniman di era kekuasaan Shah Tahmasp I tahun 1540-an. Akibatnya, para
seniman yang bekerja di istana Shah pergi meninggalkan Tabriz, Iran. Mereka
ada yang hijrah ke Bukhara kawasan utara India. Tak heran, jika seni lukis
berkembang di Kesultanan Mughal, India. Di wilayah ini, seni lukis
dikembangkan oleh para seniman imigran. Salah satu ciri khas seni lukis
Mughal adalah lebih bernilai humanistik dibandingkan hiasan. Gambar yang
dilukiskan lebih kearah yang berbentuk realistik, dibandingkan dalam bentuk
fantasi. Pada era kekuasaan Turki Usmani, seni lukis juga berkembang pesat
Mengenal Seni Rupa Islam - 238 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dengan sokongan dari istana Sultan. Para penguasa Usmani memerintahkan
para senimannya menggambar beragam bentuk peristiwa tentang kiprah
Sultan, seperti pertempuran dan festival.
Di era kepemimpinan Sultan Sulaeman Al-Qanuni ada pelukis
miniatur terkemuka yang bernama Nasuh Al-Matraki. Hampir semua karya
lukis pada zaman ini tersimpan di Perpustakaan Istana di Istanbul. Begitulah
seni lukis berkembang dari masa ke masa di era kejayaan Islam. Seni lukis
yang khas dari setiap dinasti membuktikan bahwa ummat Islam pada waktu
itu mampu mencapai peradaban yang sangat tinggi di dunia.
Kamaluddin Behzad, adalah Maestro Seni Lukis Miniatur dan
Maestro seni lukis Persia. Begitulah Kamaluddin Behzad seorang pelukis
miniatur terkemuka dari Persia, begitulah kerap Ia dijuluki. Ia adalah pelukis
miniatur ulung yang mendedikasikan dirinya di istana Dinasti Timurid serta
Safawiyah. Sebagai pelukis yang handal, Behzad pun didaulat sebagai
direktur bengkel seni lukis (kitabkhana) yang memproduksi risalah bergambar
dengan gaya yang khas. Behzad terlahir sebagai anak yatim dari kota Herat
(Afghanistan) pada 1450 M. Ia dibesarkan oleh ayah angkatnya, seorang
pelukis terkemuka bernama Mirak Naqqash. Behzad pun tumbuh sebagai
anak yang menggemari lukisan. Berkat kemampuan melukisnya, sang
maestro pun dipercaya oleh penguasa Timurid yakni Sultan Husain Bayqarah
(berkuasa 1469 M-1506 M) untuk menjadi pelukis istana. Selain dipercaya
Sultan, Behzad juga sering diminta oleh para penguasa Timurid untuk
melukis. Ketika kekuasaan Dinasti Timurid ambruk, pamor Behzad sebagai
maestro lukis tetap bersinar. Tak heran, jika penguasa Dinasti Safawiyah yang
berpusat di Tabriz juga mengangkatnya sebagai pelukis istana. Saat itu,
Dinasti Safawiyah dipimpin oleh Shah Ismail I Safav.
Behzad pun diangkat sebagai direktur studio lukis istana Safawiyah.
Dengan kepercayaan itu, sang maestro pun mengembangkan seni lukis yang
kemudian menjadi ciri khas lukisan Persia. Pelukis Persia di era Behzad kerap
menggunakan: susunan elemen-elemen arsitektur geometrik sebagai struktur
atau konteks komposisi dalam menyusun gambar. Behzad pun memiliki
kemampuan dalam membuat landskap. Ia sering menggunakan: simbol-
simbol sufi dan simbol warna untuk menyampaikan pesan. Behzad pun
dikenal sebagai pelukis yang memperkenalkan aliran naturalisme ke dalam
lukisan Persia.
Karya-karya Behzad dikenal hingga ke peradaban Barat. Karya
lukisnya digunakan dalam buku Layla Majnun dan Haft Paykar. Seperti
Mengenal Seni Rupa Islam - 239 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
halnya Abu Nuwas, sosok Behzad pun terbilang legendaris. Jika figur Abu
Nuwas masuk dalam cerita „Hikayat 1001 Malam‟, Behzad pun dijadikan
salah satu figur dalam kisah novel karya Orphan Pamuk berjudul, “My
Name is Red‟. Dalam novel itu, Behzad diceritakan sebagai seorang pelukis
miniatur Persia yang sangat hebat. Behzad dikisahkan membutakan matanya
sendiri dengan jarum. Behzad meninggal pada 1535 M. Ia dimakamkan di
Tabriz. Sosoknya hingga kini masih tetap dikenang. Patung Behzad hingga
kini masih tetap berdiri kokoh di 2-Kamal Tomb, Tabriz, kota terbesar
keempat di Iran. Behzad tetap dianggap sebagai pelukis hebat dan legendaris
yang dimiliki bangsa Iran.
Di antara gambar atau lukisan yang menarik ialah gambar burung
sedang terbang. Pada masa selanjutnya burung dijadikan sebagai tamsil bagi
roh manusia yang selalu merindukan asal-usulnya di alam ketuhanan (`alam
al-lahut‟) dan karenanya burung merupakan satu-satunya binatang yang
muncul sebagai motif utama seni hias Islam. Sosok manusia digambar
dalam pola lingkaran. Contoh serupa dijumpai pada sejumlah benda keramik
dari zaman yang sama. Yang lebih menarik lagi ialah bahwa gambar di istana
Abbasiyah yang dipengaruhi gaya Sassaniyah dari Persia pada abad ke-2 dan
7 M.
Tembok bekas istana Sultan Walid I, yang terletak di tengah padang
pasir itu, dipenuhi lukisan alegoris dan gambar berbagai jenis tumbuhan serta
hewan. Asal-usul seni lukis dekoratif Islam (arabesque) mungkin dapat
dilacak melalui gambar tersebut.
Produk estetik Islam lain juga dijumpai di Nisyapur, Iran Utara,
berupa gambar berelung pada gip yang menampilkan motif vas dan bunga.
Latar biru pada gambar itu lazim dijumpai pada lukisan miniatur Persia abad
ke-13 sampai 17 M. Gambar tersebut besar kemungkinan dibuat pada abad
ke-10 M ketika Nisyapur berkembang menjadi pusat peradaban Islam dan
pusat pembuatan keramik terbesar di luar China. Bukti lain bahwa pada abad
ke-10 M seni lukis telah berkembang adalah dijumpainya fresco-fresco dari
peninggalan Bani Fatimiyah yang memerintah Mesir dari abad ke-10 sampai
abad ke-12 M. Fresco-fresco Mesir itu menampilkan lukisan geometris yang
khas Islam. Selain itu juga terdapat gambar figur berupa orang sedang
memegang gelas minuman. Sangat disayangkan, memang tidak banyak karya
pelukis muslim pada zaman permulaan itu yang bisa dijumpai.

Mengenal Seni Rupa Islam - 240 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Motif Dekoratif Hias Seni Islam

Gambar di dinding istana Samarra memperlihatkan perkembangan


lanjut yang penting. Di situ terdapat gambar gadis-gadis yang sedang menari,
menyanyi dan bermain musik. Ini menggambarkan meriahnya kehidupan seni
pertunjukan di istana kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad sejak awal.
Dalam sejarah seni Islam ada terjadi dua kali bencana yang besar,
sehingga telah menghapus jejak seni Islam yaitu:
 Bencana pertama, kebakaran yang meludeskan perpustakaan Bani
Fatimiyah di Kairo pada abad ke-12 M. Hampir seluruh manuskrip
berharga dari abad ke-8 sampai 12 M yang jumlahnya ratusan ribu
hangus ditelan api. Padahal dalam naskah-naskah kuna itu terdapat
banyak illustrasi yang menjelaskan perkembangan seni lukis abad ke-9 –
10 M dalam Islam. Beberapa fragmen yang dijumpai dan selamat dari
jilatan api ialah gambar kepala perajurit sedang berangkat ke medan
perang. Gayanya mirip dengan gaya Iran dari abad yang sama.
 Bencana kedua, ialah musnahnya perpustakaan kekhalifatan Baghdad
pada masa penyerbuan tentara Mongol pada tahun 1256 M. Namun
masih untung, karena beberapa manuskrip berisi illustrasi, yang dibuat
pelukis muslim abad ke-12 dan awal abad ke-13, masih dijumpai dalam
jumlah yang memadai. Di antaranya manuskrip yang memuat lukisan
miniatur karya al-Wasiti, seorang pelukis terkenal pada zaman akhir
kekhalifatan Abbasiyah. Lukisan al-Wasiti dijumpai pada manuskrip
berisi salinan teks Maqamat, suatu kumpulan cerita pendek karangan al-
Hariri. Bahwa pada abad ke-11 dan 12 M seni lukis berkembang,
khususnya di wilayah Persia, tampak pada adanya uraian tentang seni
lukis dan pelukis dalam beberapa karya sastra yang masyhur, misalnya
Mengenal Seni Rupa Islam - 241 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dalam Shah-namah (1009 M) karya Firdausi, Iskandar-namah dan
Khamza karya Nizami (wafat 1202 M). Dalam dua buku itu, masalah
seni lukis dan pandangan seniman muslim tentang seni lukis disajikan
secara jelas. Juga dijelaskan pengaruh seni lukis Byzantium dan China.

Lukisan Sufi
Persia Tentang
Cerita Nabi
Musa dan Hidir

Lukisan Para Sufi Persia

Mengenal Seni Rupa Islam - 242 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Keterangan tentang pesatnya perkembangan seni lukis, juga dapat
diemukan dalam buku-buku karangan Imam al-Ghazali (wafat 1111 M)
seperti Ihya‟ Ulumuddin dan Kimiya-i-Sa`adah. Dalam bukunya itu Imam al-
Ghazali membahas hadis yang memuat larangan menggambar mahluk hidup
di luar tetumbuhan. Penjelasan serupa, juga dapat dijumpai dalam beberapa
teks dari abad ke-13 dan 14 M, Bustan dan Gulistan karya Sa`di (wafat 1292
M) dan Matsnawi karya Jalaluddin Rumi (1207-1273 M). Pada masa ketika
teks-teks tersebut ditulis, teori seni dan imaginasi telah berkembang dalam
tradisi intelektual Islam. Pada masa yang sama negeri Persia secara bergantian
berada di bawah kekuasaan dinasti Persia, Turki dan Mongol (Il-khan).
Dinasti-dinasti ini dikenal sebagai pencinta dan pelindung seni lukis. Seni
lukis berkembang pesat terutama pada zaman Bani Ilkhan Mongol (1258-1395
M) memerintah Iraq dan Persia sejak jatuhnya kekhalifatan Abbasiyah. Sejak
akhir abad ke-13 M banyak pelukis China didatangkan oleh sultan-sultan
Mongol untuk menghiasi dinding-dinding istana mereka. Dari para pelukis
China inilah pelukis-pelukis muslim mempelajari tehnik melukis dan
mengolah warna serta cara-cara membuat kertas yang bermutu tinggi. Dalam
buku Islam and Muslim Art (1979), oleh Alexandre Papadopulo yang
mengatakan bahwa seni lukis Islam berkembang semarak antara tahun 1335-
1350 M dan berakar pada tradisi seni lukis Persia yang berkembang di Mesir
pada abad ke-10 M. Walaupun dipengaruhi seni lukis China, namun motif
estetik yang melandasi penciptaan seni lukis Islam pada waktu itu sangat
berbeda dengan motif estetik pelukis China. Motif pelukis China didasarkan
pada Taoisme yang menganjurkan gagasan penyatuan dengan alam. Karena
itu lukisan China didominasi lukisan tentang alam. Teori yang mereka
gunakan ialah teori representasi dengan pendekatan semi naturilistik. Pelukis-
pelukis Taois juga percaya bahwa pemandangan alam, apabila dihadirkan
dengan ketrampilan artistik yang tinggi, dapat merepresentasikan perasaan
pelukisnya dengan baik dan pikiran manusia.
Para pelukis muslim bersikap ada yang meniru gambar alam atau
membuat lukisan dengan mengedepankan hasil pencerapan indera
penglihatan, yang berarti atau dianggap merendahkan peranan akal pikiran
dan imaginasi, merupakan tanda utama dari keunggulan manusia dari
makhluk lain. Karena mengedepankan akal pikiran dan imaginasi, maka yang
berupa lukisan dihasilkan bukanlah sekadar representasi dari obyek-obyek
yang dapat dicerap indera penglihatan apalagi tiruan dari obyek.

Mengenal Seni Rupa Islam - 243 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Lukisan-lukisan dari karya seniman muslim, kemudian ada
kecenderungan sebagai hasil stilisasi dan simbolisasi atas bentuk atau tidak
jarang cenderung menuju ke abstrak imaginatif. Sebagai contoh illustrasi
dalam teks kitab al-Tsabita yang disalin pada awal abad ke-13. Di dalam
buku tersebut, gambar manusia tidak disertai gerak tubuh dan cenderung
linear. Bahkan sosok manusia diubah daN disesuaikan ke dalam bentuk yang
abstrak. Memang secara teknis lukisan tersebut dipengaruhi oleh seni lukis
China, sebagaimana terlihat pada garapan garis yang sempurna dan rapi di
dalam gambar kaki sapi. Penggunaan warna emas dan perak untuk illuminasi
dan garis pinggir membuat lukisan tersebut hadir sebagai lukisan abstrak.
Seni illustrasi seperti yanmg ada dalam manuskrip pada kitab al-
Aghani, karya al-Isfahani dan kitab al-Diryaq, terjemahan buku Galenus,
yang disalin pada akhir abad ke-12 M. Lukisan-lukisan dalam dua manuskrip
inilah yang banyak berpengaruh terhadap lukisan-lukisan pada abad ke-13 M.
Ciri-cirinya antara lain sebagai berikut: Sosok manusia digambar statik, tanpa
kesan gerak peragaan atau modelling; Watak individual masing-masing dari
sosok ditonjolkan, suatu hal yang tidak dijumpai dalam lukisan China dan
Jepang yang sezaman; Motif seni hias yang disertakan sangat beraneka
ragam; Warna yang digunakan dipilih dengan tujuan menciptakan harmoni
dan keseimbangan dalam ruang yang otonom; Ornamentasi menggunakan
motif bergaya arabeska; Ruang yang otonom dibentuk dengan membuat
spiral. Yang menentukan bobot nilai lukisan itu ialah bangunan dari susunan
geometrisnya, bukanlah kemiripan gambar dengan kenyataan.
Dalam tradisi manapun perkembangan seni Islam dan aliran-alirannya
selalu dipengaruhi oleh penerimaan dan penghargaan dari masyarakatnya.
Namun pengaruh yang lebih besar lagi bagi suatu kecenderungan adalah
perkembangan dari wawasan dan gagasan yang sedang tumbuh pada
zamannya. Perkembangan seni Islam yang paling pesat mengambil tempat di
Persia pada abad ke-13 dan 14 M, sehingga tidak heran apabila lukisan Islam
diidentikkan dengan lukisan Persia. Di sini pelukis selalu dikaitkan dengan
Manu, seorang pelukis terkenal dan seorang penganjur agama sinkretik pada
abad ke-3 M.
Cerita tentang Manu, yang dilahirkan di Babylonia pada tahun 216 M
dan wafat pada tahun 277 dalam tahanan di penjara Gundeshpur. Raja
Bahram I dari Bani Sassan yang berkuasa telah menganggap ajaran Manu
sesat. Pengikut ajarannya banyak yang dibunuh, namun Manu sendiri berhasil
menyelamatkan diri. Dia mengembara ke Asia Tengah dan China, di mana
Mengenal Seni Rupa Islam - 244 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kemudian Ia memperoleh banyak pengikut. Agama yang dia ajarkan
merupakan campuran Kristen, Buddhis dan Zarathustraisme dan bersifat
dualistis, bahwa alam dunia ini ialah pertentangan abadi antara kekuatan baik
dan buruk, yang dilambangkan dengan cahaya dan kegelapan. Berbeda
dengan penganjur agama sebelumnya, Manu punya kelebihan: Dia seorang
pelukis dan sastrawan, serta ahli pidato yang ulung. Dalam Shah-namah
(1004), Firdawsi menyatakan bahwa Manu menyebarkan agama tidak hanya
dengan kata-kata, tetapi juga dengan lukisan. Namun karena ajaran agamanya
bertentangan dengan agama resmi yang dianut raja-raja Bani Sassaniyah dan
popularitasnya mengancam kedudukan pendeta Zoroaster (mubad), dia
didakwa sebagai nabi yang sesat. Setelah ajaran agamanya diumumkan sesat
para pengikut Manu dikejar dan ditangkapi. Manu sendiri dan beberapa sisa
pengikutnya yang setia dapat melarikan diri dan pada akhirnya mengembara
ke daerah Asia Tengah dan China. Di setiap negeri yang didatangi, ternyata
mendapatkan banyak pengikut baru. Manu berhasil berdakwah melalui media
seni lukis kepada para pengikutnya yang berbakat saat Manu mengajar seni
lukis. Mereka membangun kuil yang indah, yang dinding luar dan dalamnya
penuh dengan lukisan yang menarik. Para pengikut agama Buddha dan Tao
terpengaruh oleh kuil-kuil Manuisme dan meniru membangun kuil yang
dipenuhi lukisan sebagaimana disaksikan sampai sekarang. Melalui
penyebaran agama, Manu pada abad ke-3 M ini pulalah lukisan Persia
tersebar dan mempengaruhi seni lukis di Asia Tengah dan China. Tetapi yang
paling penting dalam kaitannya dengan tradisi lukisan miniatur ialah kisah
yang dialami Manu ketika untuk pertama kalinya akan menginjakkan kaki di
negeri China. Namun pada gilirannya, setelah seni lukis Asia Tengah dan
China berkembang dengan pesat dan di Persia mengalami kemunduran,
menyebabkan orang-orang Persia Islam kembali belajar kepada orang-orang
China. Menurut cerita ketika penduduk negeri China mendengar Manu akan
mengunjungi negeri itu untuk menyebarkan agama baru, beberapa pelukis
China berkumpul dan sepakat menggambar kolam air pada sebuah hamparan
batu besar. Gambar itu diletakkan di perbatasan tempat Manu akan memasuki
negeri China. Lukisan kolam air selesai dibuat tidak lama sebelum Manu
menginjakkan kaki di wilayah itu. Manu mengira bahwa lukisan kolam air itu
benar-benar kolam. Ketika dia melangkah kendi air yang dibawanya jatuh dan
pecah. Kini dia tahu bahwa kolam itu hanya sebuah gambar untuk
memperdaya dirinya. Agar orang lain yang melewati tempat itu tidak
terkecoh, maka Manu kemudian menggambar bangkai anjing di atas gambar
Mengenal Seni Rupa Islam - 245 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kolam itu. Gambar itu sangat bagus dan membuat jijik orang yang melihatnya.
Dengan demikian orang-orang yang melalui jalan itu tidak akan
menginjakkan kaki di kolam itu. Pelukis-pelukis China sangat kagum
terhadap Manu. Sejak itu Manu diikuti oleh banyak orang dan khotbah-
khotbahnya selalu ramai dihadiri orang. Namun penulis-penulis Persia
memberi makna dan penafsiran berbeda-beda terhadap peristiwa itu. Menurut
Nizami, Manu dipandang murtad oleh para pendeta Zoroaster (mubad)
karena menggambar realistik sehingga dapat menyingkap kebenaran.
Lawannya para mubad disamakan dengan ulama fiqih yang memandang
pelukis sebagai penyembah berhala dan dapat melukis dengan bagus dianggap
berkat bantuan dari ilmu sihir. Firdawsi menyebut Manu sebagai nabi yang
berdakwah dengan lukisan dan pengikut Manu Efrahim yang mengatakan
bahwa Manu pernah berkata: “Aku menulis ajaranku dalam kitab dan
menggambarkannya dengan warna dan garis; mereka yang memahami
melalui kata-kata tidak perlu melihat lagi dalam gambar dan mereka yang
hanya dapat memahami melalui gambar biar melihat ajaranku melalui
gambar karena mereka tidak dapat memahami melalui kata-kata”.
Para penulis Islam abad ke-12 M, menafsirkan dari pengalaman Manu
di negeri China itu sebagai berikut: Kolam air yang memantulkan bayangan
diumpamakan sebagai mata hati seorang seniman yang kaya dengan
imaginasi dan gambar anjing merupakan kias bahwa seorang pelukis bukan
tukang sihir yang kerjanya menipu orang. Intinya dari pernyataan itu, apa
yang dikemukakan para sastrawan Persia abad ke-11 dan 12, merupakan
pembelaan terhadap eksistensi pelukis, seraya menyindir para ulama fiqih
yang mereka samakan dengan para mubad atau pendeta ortodoks Zoroaster.
Menurut para penulis Islam, kedudukan dan peranan pelukis dianggap
sangat penting dalam peradaban dan kehidupan agama. Kalau sebuah
„ajaran‟ disampaikan dengan „gambar atau lukisan‟ mungkin orang bisa
“lebih mudah menangkap ajaran suatu agama dibandingkan dengan
penyampaian melalui kata-kata”. Penyampaian melalui lukisan tersebut
langsung dapat diserap oleh panca-indera dan tidak jarang penikmatan indera
bersifat subtil dan merangsang intuisi dan pikiran.
Untuk membela kedudukan pelukis, dalam buku Gulistan, oleh Sa`di
menyamakan bukunya dengan sebuah lukisan masterpiece dalam Galeri Seni
Rupa (arzang) China. Sa`di berpendapat bahwa: karya sastra juga lukisan
yang menggunakan media kata-kata (teks dan visual). Sebagaimana dalam
lukisan, yang dituangkan dalam karya sastra bukanlah kenyataan yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 246 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebenarnya. Namun hanya sebagai pantulan imaginasi, gagasan dan pikiran.
Gambar dalam lukisan bukan sesuatu yang bernyawa, akan tetapi hikmah (al-
hikmah) yang ditransformasikan ke dalam obyek penikmatan indera (estetik).
Fungsi lukisan ialah mendidik orang supaya terdorong untuk mengaktifkan
indera penglihatan dan perasaan atau batinnya sekaligus, sebab keduanya –
penglihatan indera dan penglihatan batin– memiliki hubungan erat. Sebagai
anugerah Tuhan, panca-indera berhak memperoleh hidangan rohani yang
sehat, yang dapat dipenuhi hanya oleh benda-benda seni yang memiliki nilai
estetik tinggi.
Dalam rangka “pembelaan” terhadap kedudukan pelukis, dalam buku
Khamza, oleh Nizami dengan sengaja menyebutkan bahwa: “menjadi pelukis
lebih sulit dibanding menjadi arsitek”. Menurut Nizami lebih lanjut, “seorang
untuk menjadi pelukis, bukan hanya karena punya bakat dan cita-cita,
melainkan terutama disebabkan oleh pendidikan dan latihan yang
diterimanya”. Dimana pada abad ke-12 dan 13 M di Persia, untuk menjadi
pelukis, seseorang harus mempelajari geometri, astronomi, ilmu optik,
kaligrafi, tarikh atau sejarah, tasawuf, ilmu tafsir dan sastra. Karena itu
kegiatan melukis dipandang sebagai “kegiatan intelektual bukan semata-mata
kegiatan seni artistik”. Namun berbeda dengan filosof atau ilmuwan yang
mengandalkan keahliannya pada penguasaan akal, bacaan yang banyak,
penelitian dan eksperimen. Keahlian seorang seniman, dalam bidangnya
ditentukan oleh imaginasi dan intuisinya. Menurut Nizami, seorang pelukis
dapat membuat lukisan yang bagus dan berbobot tidak disebabkan karena
memiliki bakat dan ketrampilan artistik, tetapi terutama disebabkan memiliki
imaginasi (khayalan) yang kaya. Pelukis yang memiliki imaginasi kaya dapat
melukis di mana saja, juga bisa pada air yang sedang mengalir. Dengan
pendapatnya itu, Nizami juga mengatakan bahwa:
“Sebuah lukisan itu lahir dari imaginasi bukan dari
kenyataan sebenarnya. Maka kegiatan seni lukis
dipandang sebagai kegiatan intelektual yang bersifat
imaginatif, intuitif dan rekreatif ”.
Penjelasan tentang imaginasi, dapat dijumpai dalam buku Chadar
Maqala oleh Arudi. Imaginasi adalah fakultas jiwa yang berfungsi
menyimpan gambar-gambar yang dicerap panca-indera dari dunia luar
sehingga dengan demikian gambar-gambar itu tetap tersimpan dalam otak,
walaupun benda-benda yang dilihat indera sudah tidak ada. Dengan kata lain,
Mengenal Seni Rupa Islam - 247 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
imaginasi ialah fakultas jiwa yang memiliki ingatan visual yang kuat.
Seniman yang memiliki ingatan visual kuat akan mudah melahirkan lukisan
yang baik. Penulis lain yaitu Dust Muhammad, mengumpamakan bahwa:
seniman yang penglihatan kalbunya tajam dan imaginasinya kaya, sebagai
cermin yang mudah dalam menangkap image (suwari) apa saja yang datang
dari luar. Lukisan yang indah, menurut Dust Muhammad, diciptakan oleh
pelukis yang penglihatan batin atau hatinya terang.
Ada pendapat tentang lukisan sebagai ”perumpamaan cermin”, yang
digunakan Rumi. Menurut ungkapan Maulana Rumi, bahwa:
”Cermin sebagai penglihatan kalbu yang sanggup
menerima kesan atau pantulan dari dunia luar dengan
baik, melalui cermin itulah penglihatan kalbu bagaikan
sebuah lukisan yang memantul”.
Rumi menyamakan gambar dalam lukisan dengan bayang-bayang di dalam
cermin. Sebagaimana bayang-bayang yang ada dalam cermin:
Gambar dalam lukisan dianggap tidak bernyawa. Nyawa
dicipta oleh Tuhan dan ia berada di tempat lain tidak
dalam cermin. Kalau gambar lukisan seperti bayang-
bayang dalam cermin, maka gambar yang sesungguhnya
tidak hadir dalam cermin.
Pendapat yang lain, yakni gambar yang sesungguhnya tersembunyi
dalam jiwa si pelukis atau sebagaimana dikatakan Nizami:
”Setiap lukisan (surah) yang dibuat pelukis (surat-gar),
memiliki pantulan (nishan), tetapi bukan jiwa mereka
yang mengajarku melukis, tetapi pakaian jiwa yang
tersembunyi di tempat lain”.
Melalui cara demikian itulah, para sastrawan Persia membela
kedudukan para pelukis dan seni lukis dalam peradaban seni Islam. Mereka
membela para pelukis dari suatu tuduhan yang menganggap mereka telah
menggambar makhluk hidup. Dengan demikian pendapat tersebut dapat
disimpulkan:

Mengenal Seni Rupa Islam - 248 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Pelukis dianggap tidak menggambar makhluk hidup,
tetapi menghadirkan gambar berdasar apa yang dilihat
dalam imaginasinya. Karena itu, gambar mahluk dalam
lukisannya tidaklah bernyawa.
Gagasan dan pemikiran tersebut, kemudian memberikan pemahaman
yang suatu ketika melahirkan suatu konsep yakni:
“ Seni bukan tiruan alam (imitasi) melainkan sebagai teori”
Pendapat tersebut, yang dikemudian hari juga akan dijadikan dasar
teori untuk lukisan seni Islam, bahkan pada seni-seni modern. Meskipun
demikian, dalam beberapa hal, ada perbedaan tekanan pada tiga teori tersebut
dari seni modern. Tiga teori yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1) teori
representasi, 2) teori simbolik kontemplatif, dan 3) teori ekspresi.

Lukisan Sosok Pria Muslim

Mengenal Seni Rupa Islam - 249 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


.

Lukisan Kepahlawanan Tentara Islam di Persia

Mengenal Seni Rupa Islam - 250 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Karya-karya Seni Islam

Setelah kematian Sultan Akbar, arsitek dari kerajaan Mughal yang aktif
dan sebagai pelindung seni, anaknya Jahangir (1605-27) naik takhta.
Sebagai seorang pangeran, Jahangir telah mendirikan studio sendiri di
Allahabad dan memiliki selera artistik yang kuat, lebih memilih seorang
Mengenal Seni Rupa Islam - 251 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
pelukis tunggal untuk bekerja pembuatan gambar daripada metode
kolaboratif saat masa Akbar. Dia juga mendorong secara hati-hati motif
tanaman dan studi hewan dan potret realistis, mendapat penghargaan dan
masuk mata pelajaran Europeanized serta buku-buku Jahangir berisikan
berkisar antara sastra karya seperti Razmnama (terjemahan Persia dari wiracarita
Hindu, Mahabharata ) untuk teks sejarah, termasuk versi ilustrasi dari memoar
kekuasaannya, Tuzuk-i Jahangiri . Tapi yang lebih umum dari zamannya yang
boros menyelesaikan album yang berisi lukisan-lukisan dan kaligrafi, sampel
dipasang pada halaman dengan batas hias dan kemudian diikat dengan sampul
kulit dan dicap sepuhan atau dicat serta dipernis. Jika ia tidak bisa mendapatkan
gambaran dari pekerjaan yang diinginkannya, kemudian disalin dan pada suatu
saat dikirim ke seniman Iran untuk dilukis atau dipatung Shah Abbas.
c

Seni Lukis Mughal sebelum 1600

Mengenal Seni Rupa Islam - 252 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Dinasti yang didirikan oleh Babur, dinasti Mughal, memerintah
negara Islam terbesar dari anak benua India. Sebagai orang muda, Babur,
seorang pangeran dari rumah Timur, tak mampu mempertahankan kedaulatan
di atas Negara, Asia Tengah kecil diwariskan kepadanya oleh ayahnya.
Sebaliknya, ia mengalihkan perhatian ke tenggara, di mana ia menduduki
Kabul pada 1504, dan segera sesudahnya memulai penaklukannya India. Pada
1527, Babur berhasil mengalahkan kedua kekuatan sultan Lodi.

Piring keramik di central Asia pada abad awal XII-XIII, ada lukisan
adegan berburu rusa dari keramik glasir diameter-17 cm. Kaca berwarna
kecoklatan, bebas ditiup, diterapkan, berenamel, disepuh dan diwarnai violed,
Mengenal Seni Rupa Islam - 253 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
merah, biru, putih, hijau, kuning, hitam-enamel, emas, dan oranye-kuning-
noda. Ubin (tile) pada pertengahan abad ke-14, di Samarqand (Uzbekistan
sekarang) berupa ukiran dan sayu, fritware ini berupa ubin ukir yang awalnya
diatur ke dalam fasad bangunan di Uzbekistan. Panel pusat terdiri dari
inskripsi Arab berhiasan ukir dalam naskah kufic yang dianyam dengan latar
belakang gulungan vegetal tertutup pirus glasir transparan bercahaya.
Prasasti, yang berbunyi "[al-mulk] li-llah al-mu [lk] li-llah" (Kedaulatan
adalah untuk Allah. Kedaulatan adalah untuk Allah), yang dibingkai oleh dua
pembatas sempit warna biru muda dan dimahkotai dengan lebar panel dengan
tujuh pita atau band vertikal di balik warna turquoise dan putih pada
pembatas horizontal dengan mangan gelap di bagian atas. Dekorasi di
Timuriyah, arsitektur mencapai puncaknya pada akhir keempat belas dan awal
abad kelima belas di ibukota di Samarqand. Banyak masjid, makam, dan
sekolah yang dibangun selama periode ini ditutupi dengan ubin mosaik dan
diukir dengan pola-pola geometris, tumbuhan dan kaligrafi. Papirus kaya
akan glasir, terutama ubin dengan berkualitas grafis yang berani sebagai
pelajaran yang dapat membedakan arsitektur periode ini, terutama terlihat
dalam bangunan di pemakaman utama para elite atau penguasa Timur Lenk,
Shah-i Zinda, di Samarqand. Ubin jenis ini ada kemungkinan berasal dari
bekas kuburan itu.
Helm akhir abad ke-15, Ak-Koyunlu atau Shivran Iran, semacam
logam (steel) diukir dan dilapis dengan perak, 13,3 atau 8 inci atau 34 cm.
Dalam hal ini, helm dianggap menarik dan terawat baik, sebagai sorban yang
berbentuk helm yang dicap dengan tanda yang biasa digunakan dalam perlengkapan
dan persenjataan Ottoman, menunjukkan bahwa beberapa helm-sorban dalam koleksi
yang melewati kekuasaan Turki sebagai rampasan, dengan penaklukan Ottoman Iran
dan Kaukasus. Setidaknya satu helm-sorban dihiasi dalam gaya tertentu dengan
contoh sepertinya menyandang nama Farrukh-Siar (1464-1501), penguasa Shivran
di Kaukasus membuktikan dan menunjukkan bahwa helm Museum tersebut juga
sebagai pembuatan Shivran.
Ottoman tughra adalah lambang kaligrafi dari sultan Süleyman yang
berkewenangan untuk dimasukkan pada semua dokumen resmi, seperti firman
atau pernyataan (dekrit kerajaan), kertas kerja, korespondensi dan pada koin.
Digunakan oleh sultan Ottoman pertama di 1324, kemudian berkembang
menjadi bentuk yang lebih kompleks yang mencakup tiga poros vertikal dan
dua loop oval konsentris di sebelah kiri. Ini terdiri dari nama sultan yang
memerintah, nama ayahnya, judul, dan ungkapan "abadi menang." Ini sebagai
lambang kaligrafi unik yang tidak mudah dibaca atau disalin. Oleh karena itu,
Mengenal Seni Rupa Islam - 254 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
seorang artis ditunjuk pengadilan secara spesifik, yang ditujukan untuk
memeriksa dengan jujur dan polos akan standar tughra . Sebuah pengadilan
illuminator membantunya pada pembuatan dekorasi indah dari tughra pada
dokumen kekaisaran tertentu. Dibuat dengan lembut pada gulungan
illuminator desain dan bunga naturalistik yang meningkatkan garis harmonis
kaligrafi serta menciptakan efek tebal berwarna-warni.
Dengan pembubaran kesultanan Utsmani dan pendirian Republik
Turki pada tahun 1923, seniman dan politisi sama-sama menyerukan jenis
seni baru untuk mewakili bangsa bibit. Walaupun ada perjanjian umum
tentang penolakan terakhir menjadi seni Ottoman, tidak semua, yang
mencakup gaya tunggal muncul untuk menggantikannya. Pada tahun-tahun
awal Republik, terlihat munculnya puluhan sekolah seni yang baru dan
organisasi seniman muda banyak yang energik. Perwakilan dari periode ini
adalah adanya simultan Asosiasi Independen Pelukis dan Pematung, didirikan
pada tahun 1928 dan group-group dimulai pada tahun 1933. Anggota adegan
folkloric sebagai pilihan, sebagaimana tercermin dalam karya Cevat Dereli,
juga koleksi heterogen beberapa seniman. Beberapa anggota seperti Nurullah
Berk bekerja sebagai pelukis campuran dari gaya Eropa dan Turki; yang lain
seperti Cemal Tollu, membawa pada pengaruh yang lebih abstrak dari
Kubisme dan Konstruktivisme, atau bekerja secara abstrak dengan memberi
respon terhadap kondisi politik, seperti Abidin Dino.

5.8 Seni Deccan Sebagai Seni Islam.

India terkenal dengan karya dari batu dan sumber Persia memberitahu
bahwa ahli kaligrafi dari Iran datang ke Deccan pada pertengahan abad kelima
belas, ada tulisan sebuah prasasti besar untuk sebuah makam dan pengrajin
bekerja dengan ketrampilan tangan dianggap keajaiban, yang dilaksanakan
secara rumit berpola pada bahan batu. " Bentuk roundel batu pasir dari
Deccan, yang mungkin dibuat awal abad ketujuh belas, ini menjelaskan atau
menunjukkan keterampilan kedua dari ahli kaligrafi dan pemahat batu. Doa
Arab Ya c Aziz ! (Salah satu dari sembilan puluh sembilan Nama Indah dari
Allah), diulang delapan kali dalam cermin thuluth tulisan An, menunjuk
bintang delapan shaft muncul dari surat seorang , sedangkan z s 'dari c Aziz ,
cermin dan rajutan, membentuk ornamen berbentuk hati, kaligrafi ini
mengingatkan pada prasasti di Rauza Ibrahim, makam Sultan Ibrahim c Adil
Mengenal Seni Rupa Islam - 255 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Shah (1580-1627) di Bijapur, berjumlah delapan, selain dari kualitas geometri
nya, poin tersebut juga untuk kebahagiaan yang kekal dan harapan surga dari
tradisi Islam yang seakan turut berbicara.

Batu pasir roundel ,


awal abad 17 di
India, mungkin
Bijapur
Sandstone carved.
Piring, Tahun 1600,
di India, Seni
Deccan, Bijapur,
Bronze, tinned.

Album ini, dikenal sebagai "Bellini" Album, karena berisi potret


seorang pangeran Turki, dibuat oleh seniman bukan Yahudi Italia Bellini,
hampir dipastikan berkumpul di Turki pada paruh pertama abad ketujuh belas,
kemungkinan untuk Sultan Ahmed I (1603-17). Prakteknya diterapkan pada
tenun dan prasasti, ada yang berbentuk hewan, burung, bunga atau objek
benda mati dengan warna dari gaya populer diantara kaligrafi Islam untuk hal
ini. Di sini, prasasti dibuat dalam huruf divani berikut kurva luar
menyebarkan ekor merak yang elegan. Dimaksudkan sebagai sebuah tanda
dan berkat untuk sultan Ottoman yang ternama. Karena sifat yang sangat
dekoratif paa halaman, ada pergeseran dari profil tubuh burung dengan
ketampilan sehingga frontal ekornya agar muncul kesesuaian. Prasasti itu
berbunyi: “Sebagai seorang bidadari cantik, karakter malaikat, dari pertanda
keberuntungan, iri satu yang sempurna, nuri lidah manis dan ucapan manis,
burung merak di kebun ... keputusan tinggi sultan, sultan-sultan dunia,
beruntung dan Agustus, khaqan dari shah, Darius waktu, Faridun zaman,
pahlawan dunia, teks [mengabadikan juara] arah bumi dan waktu, sultan-
sultan, keluarga c Usman bin Sultan Ghazi Khan ... mungkin Allah
memperpanjang hari kebahagiaan yang… kepada hari penghakiman ?.

Mengenal Seni Rupa Islam - 256 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Album Daun , Abad ke-17; Ottoman Turki,
Tinta Warna dan Emas di Atas Kertas

Seni Deccan (berasal dari Dakshina) adalah istilah geografis yang


mengacu pada dataran tinggi di pusat India selatan yang dikuasai oleh raja-
raja Hindu ketika Muslim pertama pada kesultanan India didirikan di Delhi.
Masa Khaljis (1290-1320) dan Tughluqs (1320-1414) yakni setelah mereka
berdua mencoba untuk menaklukkan Deccan, tapi akhirnya gagal. Para
petugas dari Muhammad bin Tughluq memberontak dan menjadi kesultanan
independen, yang telah dinyatakan di bawah kepemimpinan umum Zafar
Khan.

Lukisan Seniman Rusia Rikhard-Karl Zoomer (1866-1939).


Berjudul “Shalat di jalan”
Mengenal Seni Rupa Islam - 257 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Keturunan Zafar Khan yang dikenal sebagai Bahmanids (1347-
1528), memerintah awal dari wilayah yang terletak di Gulbarga dan kemudian
di Bidar. Pada akhir abad ke lima belas, provinsi-provinsi dari dinasti
Bahmanid terputus menjadi negara yang terpisah, masing-masing dengan
budaya yang berbeda dan hidup serta berkembang terutama di akhir abad
keenam belas dan awal ketujuh belas. Seni, puisi dan musik dipengadilan
Deccani ditandai oleh aktifis untuk Persia, banyak penguasa daerah ini adalah
keturunan Persia yang merasa ada hubungan kuat ke barat daripada para
penguasa Sunni di India utara. Pengadilan-pengadilan, yaitu Bijapur,
Golconda, Ahmadnagar, Bidar dan Berar, dikenal karena tekniknya yang unik
tentang pengecoran logam, ukiran batu dan lukisan. Setiap keahlian masing-
masing dikembangkan pada pembuatan benteng dan makam dengan gaya
yang khas. Bijapur diperintah oleh Shahis cAdil 1489-1686. IbrahimcAdil
Sultan Shah II (1580-1627), adalah pelindung dinasti seni terbesar untuk
para penyair, kaligrafer dan musisi dan pentas seni. Dia tertarik seniman,
penulis, dan pemikir dari seluruh dunia Islam masuk ke pengadilan, dan
selama pemerintahannya kota ini menjadi pusat paling penting dari produksi
lukisan di Deccan, lukisan gaya Bijapur dicirikan oleh subyek sebagian besar
berasal dari lukisan Mughal, tapi secara khas diolah dengan palet hidup dan
latar belakang agak fantastis. Penguasa digambarkan pada saat-saat yang
intim, berjalan melalui taman atau bersantai dengan kekasih. Lukisan terus
berkembang di bawah penggantinya cAdil Ibrahim Muhammad Shah
(1627-56), tetapi hasil terbesar adalah arsitektur. Dikenal sebagai Gol
Gumbad, pemakaman yang memiliki kubah berdiameter 43,9 meter, pada
waktu dibangun ruangan terbesar ditutupi oleh kubah tunggal. Shahis Quthb
(1496-1687) dari Golconda telah sangat dekat hubungannya dengan Safawi di
Iran, banyak seniman yang diekspor ke pengadilan ini. Pada hubungan kerja
yang erat dari Persia dan seniman India dapat dilihat dalam gaya lukisan unik
seperti manuskrip Kulliyat, koleksi ayat-ayat dalam bahasa Urdu ditulis oleh
Muhammad Quli Qutb Shah (1580-1612), yang hidup sezaman dengan
Ibrahim cAdil Syah dan sepertinya dia juga sebagai penyair, negarawan dan
pelindung penting dari seni. Para Shahis Nizam yang berbasis di Ahmadnagar
1490-1636, tapi setelah 1600 memerintah di bawah Dinasti Mogul. Sesaat
mereka sebagai patron atau pelindung seni yang menghasilkan gambaran
sejarah, para Tarif-i Husain Shahi, merayakan raja yang memimpin
kemenangan atas negara Vijayanagar Hindu, dan potret berbagai

Mengenal Seni Rupa Islam - 258 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


kerajaan. Setelah jatuhnya Bahmanids, wazir mereka yang Baridis (1504-
1619) memerintah di kota Bidar, terkenal untuk teknik kerajinan logan
(metalworking) yang banyak ditemukan di sini, juga keramik bidri. Jadi yang
disebut dipanaskan dari paduan seng dicampur dengan tembaga, timah dan
dihiasi dengan perak atau kuningan. Hal ini kemudian ditutup dengan pasta
yang mengandung lumpur sal amoniak, yang mengubah logam dasar hitam,
menyoroti warna dan kemilau logam hias. Hanya setelah kehadiran militer
Mughal, didirikan pada tahun 1600 di Ahmadnagar, bahwa estetika
kekaisaran Mughal mempengaruhi lukisan Deccan. Setelah waktu ini ada
tumbuh perhatian yang lebih besar dalam potret yang akurat dan adegan
pengadilan keramat dan warna-warnanya menjadi lebih menahan diri. Potret-
potret khas sultan dan anggota pengadilan terhadap latar belakang polos,
adegan darbar dan prosesi pernikahan semua diproduksi di lokakarya di
Deccan. Perubahan tersebut telah dibuat oleh seniman di pengadilan Hindu di
bawah naungan Dinasti Mogul. Mughal menaklukkan terakhir dari Deccani
kesultanan pada 1686, namun hanya mampu mengendalikan daerah sampai
tahun 1724, ketika Jahis Asaf menegaskan kemerdekaan mereka. Mereka
terus menguasai di ibukota bekas Qutb Shahi Hyderabad India sampai
merdeka, dan dari pengadilan mereka, membawa budaya Persia dari Deccan
sampai abad kedua puluh.

Hiasan Deccan, Golconda (1640–50), India, Bahan Cotton dan Keramik


Mengenal Seni Rupa Islam - 259 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Lukisan Masa Kamal Muhammad, India (1680), Bahan Kertas, Ink Gold & Silver.

Produk Deccan, India Abad 17

Mengenal Seni Rupa Islam - 260 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg


Pustaka

Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. tt. al-Durra al-Maknunaatau The Book of the Hidden
Pearl
Agus M U, 2010, Islam Kaffah, Kajian Tasawuf dan Tarekat, Udayana University
Press-ISI Denpasar
Ali, Wijdan. 2001, From the Literal to the Spiritual: The Development of the
Prophet Muhammad's Portrayal from 13th Century Ilkhanid Miniatures to
17th Century Ottoman Art , Ejos
Alwi Sofwan, Kerajaan Islam, PN.Pustaka Al Alawiyah, Semarang, 1991
Ahmad Amîn. tt. Fajr al-Islâm (Fajar Islam)
Ahmad Yal-Hassan, Donald R Hill. tt. Islamic Technology: An Illustrated History
Anonim. tt. Katalogus Koleksi Galeri Islam. Los Angeles County Museum
of Art.
Anonim, 2005, The New Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica,
Incorporated, Rev Ed edition. 2005
Anonim.tt. Encyclopedia of The Word
Arthur Lane. tt. Produksi Tembikar Era Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
A.Hasjmy,tt, Sejarah kebudayaan Islam. Hasjmy
Anonim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH)
Anonim, Kumpulan Hadis: Hadīts Imām Ahmad dan Bukhārī dari „Ā‟isyah r.a.
Shahih Bukhari, Tartib Musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, At-Taratib-Ul-Idariyyah, An-Nisa‟, Al-'Ashabah Fi Tamyiz Ash-
Shahabah, Sunan An-Nasa‟i
Asy-Syaukani, Nail Ul-Authar, Hadīts Imām Ahmad dan Bukhārī dari „Ā‟isyah r.a
Anonim, Encyclopedia of The Word Art
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. tt. al-Durra al-Maknunaatau The Book of the Hidden
Pearl
Ahmad Amîn. tt. Fajr al-Islâm (Fajar Islam)
Ahmad Yal-Hassan, Donald R Hill. tt. Islamic Technology: An Illustrated History
Arthur Lane. tt. Produksi Tembikar Era Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Anonim. tt. Katalogus Koleksi Galeri Islam. Los Angeles County Museum of Art.
Anonim, Ensiklopedia Islam Dalam Talian. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E.
Bosworth, E. van Donzel dan W.P. Heinrichs. Penerbit Akademik Brill
Agung Puspito. Nuditas, Seni Rupa dan Agama, dalam Buletin Citta YSRI Edisi IX),
2005
Abadi Glory, Medieval Islam Keramik dari Harvey B. Plotnick, Koleksi Sejarah,
Gallery 108, 31 Maret - 28 Oktober
Copplestone, Trewin, 1963, World architecture - An illustrated history. Hamlyn,
London.
Djatnika, Rachmat, Sistem Etika Islam, Pustaka Panimas, Jakarta, 1990
Mengenal Seni Rupa Islam - 261 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Elif Gokcidge. tt. Fragile Beauty Islamic Glass
Emily Stockin. tt.The Pottery of Islam
Ettinghausen, Richard, Grabar, Oleg, 1987, The Art and Architecture of Islam: 650 -
1250, Penguin, Amerika Serikat
Ettinghausen, Richard, Oleg Grabar, Marilyn Jenkins-Madina, 2003, Islamic Art and
Architecture, Yale University Press
Ezzedin Ibrahim, 40 Hadits Qudsi Pilihan, terjemahan M Quraish Shihab, 2005
Fahd Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Disarikan dari Majmu' Fatawa wa Rasa'il,
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, Ibrahimy
Guntur Romli. tt. Adakah Seni Rupa dalam Islam? Koran Tempo rubrik Seni. 26
Pebruari 2006
Heri Ruslan, Kaifa Nurabbii Aulaadanaa dan Taujiihaat Islaamiyyah li Ishlaahil
Fard wal Mujtama' dengan beberapa perubahan, REPUBLIKA - Senin,
07 Juli 2008
Imam Al Ghazali, Suntingan KH Misbah Zainul Musthofa, Ihya „Ulumuddin
(Menuju Filsafat Ilmu dan Kesucian Hati di Bidang Insan Ihsan),
CV.Bintang Pelajar, Gresik-Jatim, tt
Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya‟ Ulumuddin, (tej. Zaid Husein Al Hamid),
Pustaka Amani, Jakarta, 1995
Imam Nawawi dan Al-Qasthalani, Alih Bahasa M.Asnawi, Kumpulan Hadist Qudsi
Beserta Penjelasannya: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami‟at
Turmudzi, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa‟I, Sunan Ibnu Majah,
Muwaththa „Imam Malik, Pn.Al-Manar, Yogyakarta, 2001
Hillenbrand, R, tt, Masdjid. I. In the central Islamic lands Hillenbrand
Ibnu Kurdadhbih. tt. Book of Roads and Provinces (846 - 885)
Ibnu Kurdadhbih, 1984, Book of Roads and Provinces bertarikh 846 M - 885 M,
edisi paperback The Pocket Oxford Dictionary
Ibnu Hayyan. tt. Al-Marrakishi
Janson, Horst Woldemar. 1977, History of Art. Editor: Patricia Egan. Harry N.
Abrams, Inc. New York
Khalil Abd Karim. tt. al-Judzûr al-Târîkhiyyah li Syarî‟ah al-Islâmiyah (Akar-akar
Historis Syariat Islam)
Khalid Al Juraisij, Al-Fatawa Asy-Syar‟iyyah Fi Al-Masa‟il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, (
Penerjemah Amir Hamzah dkk), Penerbit Darul Haq
Khalil Abd Karim. tt. al-Judzûr al-Târîkhiyyah li Syarî‟ah al-Islâmiyah (Akar-akar
Historis Syariat Islam)
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta, Diolah dari Buku ”Halal dan Haram
dalam Islam” Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Lewis, Bernard. Introduction dalam The World of Islam: Faith, People, Culture.
Editor: Bernard Lewis. Thames and Hudson, Ltd. London, 1992
Mengenal Seni Rupa Islam - 262 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Maroji. tt. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh
Kontemporer)
Maroji. tt. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh
Kontemporer)
Madden, Edward H. 1975, Some Characteristics of Islamic Art. Journal of Aesthetics
and Art Criticism
Mason, Robert B. 1995, Kelihatannya Baru di Old Pot: Hasil Studi Multidisiplin
Recent Glazed Keramik dari Dunia Islam.
Muqarnas, 1995, Tahunan pada Seni dan Arsitektur Islam, Brill Academic
Publishers. XII. 1995
Muhammad Imarah.tt. Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi, Dewan Tertinggi Dakwah
Islam, Al-Azhar bekerjasama Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi
(International Institute for Islamic Thought).
Muhammad bin Ishaq. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki. tt. Porcelain China Khalifah Harun Ar-
Rasyid
Mohammad Arkoun. tt. Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî al-Mu‟âshir (Di Mana
Pemikiran Islam Kontemporer?).
Mohamad Guntur Romli. Koran Kompas (tgl. ?)
Muhammad Imarah.tt. Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi, Dewan Tertinggi Dakwah
Islam, Al-Azhar bekerjasama Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi
(International Institute for Islamic Thought).
Muhammad bin Ishaq. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki. tt. Porcelain China Khalifah Harun Ar-
Rasyid
Mohammad Arkoun. tt. Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî al-Mu‟âshir (Di Mana
Pemikiran Islam Kontemporer?).
Mohamad Guntur Romli. Koran Kompas
Norman A Rubin. tt. Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the
Islamic World.
Norman A Rubin. tt. Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the
Islamic World.
Oloan Simatupang, 1993, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya,
Pn. Angkasa, Bandung
Occe Febrolci, 1971, Pottery of The Islamic World, The Cando MM, London, 1971
Pourjafar, M.Reza and Taghvaee, Ali A. (January-June 2006) Indo-Iranian Socio-
Cultural Relations at Past, Present and Future Jilid 1 di-Jurnal Web
mengenai Patrimoni Kebudayaan (edisi Fabio Maniscalco)
Quraish Shihab. tt. Wawasan Al-Qur‟an
Quresh Shihab, 2006, Khotbah 1 Syawal 1427 Hijriah, Jakarta
Rasyid al-Dîn. tt. Jâmi‟ al-Tawârikh . Universitas Edinburgh. Inggris.
Mengenal Seni Rupa Islam - 263 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Robert. 1999, Islamic Art and Architecture, Thames & Hudson World of Art series,
London, 1999
Stanley cs, 1969, Istana dan Masjid, Seni Islam dari Timur Tengah, V & A
Publications, Hardcover - Amerika Utara
Stefano Carboni, Qamar Adamjee. tt. Glass from Islamic Lands. The Metropolitan
Museum of Art
Thaha Husain. tt. Fî al-Syi‟ir al-Jâhilî (Puisi Jahiliyah)
Usman el-Qurtuby, Dkk, 2016, The Amazing Islamic Legacy, Menapaki Jejak
Kejayaan Islam, CII Cordoba, Bandung
Van Hoeve, tt, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
(IBVH)
Wahab bin Munabbih. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
William Jones. tt. Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex (1746 M -1794):
(penjelasan Mu‟allaqaat As-Sab‟a 1774)
Yahyaayyash, 2008. Seni Dalam Islam, Makalah. 31-05 – 2008
Yusuf Qardhawi.1998, Islam Bicara Seni, Intermedia, bahasa Indonesia
http://saga-islamicnet.blogspot.com/2009/10/seni-lukis-dalam-peradaban-
islam.html#ixzz1CezOxWsY/ 13-11-2017
http://saga-islamicnet.blogspot.com/2009/10/seni-lukis-dalam-peradaban-
islam.html#ixzz1CezOxWsY / 17-11-2017
Htpp://www.sciencemag.org, Akses 3-10-2010
www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=340435&kat_id=177
http://terpopuler.wordpress.com/2009/07/10/industri-gelas-di-era-keemasan-islam/.
Akses 10-2010

TENTANG PENULIS DRS. AGUS MULYADI UTOMO., M.ERG


Alamat Email: gusmultom@gmail.com jln. Padang Griya VIII No. 10 Padangsambian, Denpasar-Bali

Lahir di Lumajang 6 Agustus 1958. Pendidikan Sarjana (S1) di Senirupa dan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain –
Institut Teknologi Bandung dan Magister (S2) di Ergonomi-Fisiologi Kerja Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Pernah menjadi dosen di PSSRD-Universitas Udayana dan sekarang menjadi dosen tetap di Institut Seni Indonesia Denpasar
pada Fakultas Seni Rupa dan Desain di Program Studi Kriya. Menulis buku berjudul: Mengenal Seni Rupa Islam, Dasar-
dasar Desain & Produk, Ergonomi Desain Produk Kriya, Pengetahuan Teknologi Bahan Keramik, Produk Kekriyaan Dalam
Ranah Senirupa dan Desain, Islam Kaffah: Kajian Tasawuf dan Tarekat, Wawasan & Tinjauan Seni Keramik, Ornamen dan
Dekorasi Keramik. Seni Ornamen Tradisional Bali dan Keramik Porselin Pada Bangunan Kuno di Bali, dan lainnya.

Mengenal Seni Rupa Islam - 264 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg

Anda mungkin juga menyukai