Oleh
Drs. Agus Mulyadi Utomo, M.Erg
Penerbit
Institut Seni Indonesia Denpasar
Fakultas Seni Rupa dan Desain
2017
i
Kata Pengantar
Segala puja dan puji syukur dihaturkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan
semesta alam, dikarenakan buku yang berjudul “Mengenal Seni Rupa Islam”
dapat terselesaikan.
Seperti kata pepatah, buku ini bagaikan “gading yang tak retak”,
dimana penyajiannya dirasa belumlah paripurna, dengan harapan dimasa
mendatang akan disempurnakan sesuai perkembangan ilmu yang ada. Kritik
dan saran yang membangun menjadi harapan penulis.
Penulis,
Agus Mulyadi Utomo
ii
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
iii
MENGENAL SENI RUPA ISLAM
ISBN 978-602-98855-5-2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar, Halaman ii
Sambutan Dekan FSRD ISI Denpasar, Halaman iii
Daftar Isi, Halaman iv
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Berbeda dengan agama lainnya, nama agama Islam ini bukan berasal
dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya. Tapi, nama Islam
menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah. Yang memberi
nama Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat, tapi Allah
Ta‟ala sendirilah sebagai Sang pencipta alam semesta dan segala isinya. Jadi,
Islam sudah dirancang dan diberikan sendiri oleh Allah SWT sebagai agama
wahyu, sebagai penyempurna keyakinan yakni sejak cikal-bakal alam yang
masih berupa cahaya dan disebut Nur Muhammad ada sebelum dunia ini
terkembang serta tertulis dilangit atau ditiang Ars. Ini sebenarnya jauh
sebelum kelahiran manusia yang bernama Nabi Muhammad bin Abdullah.
Islam berasal dari kata ‟salima yuslimu istislaam‟ yang artinya
‟tunduk atau patuh‟. Selain ‟yaslamu salaam‟ yang berarti ‟selamat, sejahtera,
atau damai‟. Menurut bahasa Arab, pecahan kata Islam mengandung
pengertian: ‟islamul wajh‟ (ikhlas menyerahkan diri kepada Allah), istislama
(tunduk secara total kepada Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih),
salaam (selamat sejahtera), dan silm (tenang dan damai). Semua pengertian
itu digunakan Al Qur‟an seperti di ayat-ayat berikut ini. ”Dan siapakah yang
lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya
kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti
agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayangan-Nya” (QS.An-Nisa‟: 125). ”Maka apakah mereka mencari
agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan
diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun
terpaksa dan Hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan ” (QS.Ali
Imran: 83). ”Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang
bersih” (QS.Asy-Syu‟araa‟: 89). Apabila orang-orang yang beriman kepada
ayat-ayat kami itu datang kepadamu, Maka Katakanlah: “Salaamun
alaikum (Mudah-mudahan Allah melimpahkan kesejahteraan atas kamu).”
Tuhanmu Telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang, (yaitu)
bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran
Mengenal Seni Rupa Islam - 7 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kejahilan, kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (QS.Al-An‟am: 54). ”Janganlah kamu lemah dan minta
damai padahal kamulah yang di atas dan Allah pun bersamamu dan dia
sekali-kali tidak akan mengurangi pahala amal-amalmu” (QS.Muhammad:
35).
Sementara sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima
segala perintah dan larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang
diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul yang terhimpun di dalam Al-
Qur‟an dan Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut muslim.
Seorang muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya
membawa perdamaian dan keselamatan bagi manusia. Dia terikat untuk
mengimani, menghayati, dan mengamalkan Al-Qur‟an dan Sunnah. Kalimatul
Islam (kata Al-Islam) mengandung pengertian dan prinsip-prinsip yang dapat
didefinisikan secara terpisah dan bila dipahami secara menyeluruh merupakan
pengertian yang utuh.
Lukisan Muslim
India Yang
Menunjukkan
Pengetahuan
Tentang Sumur
Waktu (Jam)
1
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 27 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dan bangsa Arab pada umumnya merasa takluk berhadapan dengan keindahan
sastranya yaitu keunggulan pola redaksinya, spesifikasi irama, serta alur
bahasanya, yang dalam membacanya pun dituntut untuk menggabungkan
keindahan suara dan akurasi bacaannya dengan irama tilawahnya sekaligus.
Rasulullah pun bersabda : “Hiasilah Al-Qur‟an dengan suaramu” (HR.
Ahmad, Abu Dawud, Nasa‟I, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, Darimi), hingga
sebagian dari mereka orang Arab menyebutnya sebagai sihir.
Dalam bidang seni suara, Nabi Dawud dikenal memiliki suara amat
merdu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa buru-burung
akan ikut larut dalam bertasbih manakala Dawud bertasbih, apabila Dawud
membacakan Zabur maka tak satupun binatang yang tidak mendengarkannya.
Demikian pula jika Dawud menangis maka binatangpun akan ikut menangis
(Ash-Shabuni:1987). Yang menjadi pembelajaran bagi manusia sebagai umat
Islam adalah bahwa dengan kelebihan bakat, kepandaian, harta kekayaan dan
jabatan yang dimiliki Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman tidak menjadikan
keduanya lupa diri. Hidup berfoya-foya, sombong, angkuh dan gila akan
pujian.
Seseorang tentu akan lebih cenderung untuk memilih rumah dan
perabotannya yang indah-indah. Juga untuk bisa mengenakan pakaian yang
juga indah dalam situasi apapun. Demikian halnya dengan nyanyian, puisi,
musik, yang juga melambangkan akan keindahan, maka manusia pun
cenderung untuk menyukai sesuatu sesuai dengan seleranya. Allah itu indah
dan menyukai keindahan. Inilah prinsip yang didoktrinkan Nabi Muhammad
SAW. kepada para sahabatnya.
Pandangan Islam tentang seni, pada masa awal perkembangan Islam,
di zaman Nabi SAW. dan para sahabatnya, belumlah tampak secara jelas
ekspresi dari kaum muslim terhadap kesenian. Bahkan, saat itu terasa adanya
banyak pembatasan - pembatasan yang akan menghambat perkembangan seni
? Menurut Sayyid Quthb, pada masa itu, kaum muslim masih dalam tahap
pemahaman dan penghayatan akan nilai-nilai Islam dan memfokuskan pada
pembersihan dari gagasan-gagasan jahiliyah yang sudah meresap dalam jiwa
masyarakat dimasa itu cukup lama. Sedangkan sebuah karya seni lahir dari
interaksi seseorang atau masyarakat dengan suatu gagasan, penghayatan
sampai menyatu dengan gejolak jiwa. Karena itulah, belum banyak karya seni
yang tercipta pada masa awal perkembangan Islam. Dan sesungguhnyalah
pembatasan-pembatasan terhadap kesenian disebabkan adanya sikap kehati-
hatian dari kaum muslimin. Kehati-hatian dimaksudkan agar mereka tidak
Mengenal Seni Rupa Islam - 28 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
terjerumus kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang
menjadi titik perhatian pada saat itu. Akademisi M. Quraish Shihab
menjelaskan, bahwa Umar Ibnul Khaththab, khalifah kedua, pernah
berkata, “Umat Islam meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi
karena khawatir terjerumus ke dalam haram (riba)”. Ucapan ini benar
adanya, dan agaknya juga terjadi pada kesenian.2 Atas dasar kehati-hatian ini
pulalah hendaknya untuk dapat dipahami, adanya hadits-hadits yang melarang
menggambar atau melukis dan memahat bentuk makhluk-makhluk hidup atau
yang bernyawa.
Dalam peradaban Islam, yang lebih terasa, banyak kaum muslim
menaruh perhatian kepada usaha-usaha memindahkan orisinalitas alam ke
berbagai bentuk media karya seni seperti bangunan, keramik, pakaian,
permadani dan tapestry, ornamen, ukiran, mebel, lukisan, perabotan rumah
tangga, tari, musik, sastra, fotografi dan film serta pertunjukan. Islam
melahirkan berbagai macam karya seni yang mampu mencerahkan moral-
spiritual serta peradaban yang unik dan menarik seperti kaligrafi, ornamen
dan ukiran yang menghiasi banyak masjid dan gedung-gedung, gagang
perabotan dan pedang, bejana dari logam (besi, emas, kuningan, perak,
tembaga, dll), perhiasan, keramik atau tembikar, kayu dan sebagainya.
Ungkapan seni dari yang bersifat menghibur dan juga yang berupa permainan,
sampai dengan seni yang membangkitkan rasa haru dan tangis serta yang
membuat tertawa maupun tersenyum. Semua itu terpancar dari apa yang
dihasilkan dalam peradaban Islam itu sendiri dan sesuai dengan zamannya.
Sesungguhnya Islam mendukung adanya kreasi seni, namun dengan
syarat-syarat tertentu, yaitu yang dapat mendatangkan manfaat atau
membangun suatu peradaban yang lebih baik dan bukan yang mendatangkan
mudharat atau merusak kehidupan seperti menjadikan fitnah, ghibah, maksiat,
membangkitkan rasa permusuhan dan sebagainya. Disebut seni Islam apabila
penampilannya tidak melanggar syari‟at Islam dan tidak melanggar
kesusilaan serta nilai-nilai akhlaq.
Seni merupakan suatu tema yang cukup penting dan berhubungan
langsung dengan emosi pribadi dan perasaan masyarakat, yang kehadirannya
tentu tak terelakkan lagi. Seni Islam seharusnya dapat membangun
kecenderungan untuk selera Islami yang semakin baik dan unik serta positif
untuk intelektual, moral-spiritual dan akhlaq. Juga berorientasi pada segi
2
Ibid, Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 29 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
kejiwaan, ungkapan yang tertuang kedalam berbagai perangkat yang bisa
didengar, dibaca, dilihat, dirasakan, direnungkan atau dipikirkan sampai
dengan seni yang meginspirasi untuk berbagai hal dan bisa
mempraktekkannya. Seni pada akhirnya tidaklah berbeda halnya dengan ilmu
pengetahuan, yang bisa dipergunakan untuk kebaikan atau bisa juga untuk
kejahatan, tergantung dari kadar kekuatan pengaruhnya terhadap penikmat
atau pada diri pembuatnya. Karena seni yang dibuat dan dihasilkan tersebut
tentunya mempunyai maksud dan tujuan dalam hal penciptaannya. Sehingga
niat dan konsepsinya pun menjadi penting untuk disimak sebagai barometer
seni Islam yang dianggap bermutu. Jika ada sesuatu yang yang dianggap halal
atau haram misalnya, maka hukumnya sangat jelas mengikutinya.
Manusia dianugerahi Allah potensi untuk dapat menikmati seni dan
mengekspresikan keindahan. Ajakan-ajakan kepada manusia tersebut
menunjukkan bahwa seni merupakan fitrah dan naluri alami manusia serta
kemampuan tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Nabi Muhammad SAW sangat menghargai keindahan dan suatu ketika
dikisahkan, bahwa Nabi menerima hadiah berupa pakaian yang bersulam
benang emas, lalu beliau mengenakannya dan kemudian naik ke mimbar.
Namun tanpa menyampaikan sesuatu apapun, Beliau turun kembali. Para
sahabat sedemikian kagum dengan baju itu, sampai mereka memegang dan
merabanya. Nabi SAW bersabda: “Apakah kalian mengagumi baju ini?”
Mereka berkata, “Kami sama sekali belum pernah melihat pakaian yang lebih
indah dari ini” Nabi bersabda: “Sesungguhnya saputangan Sa‟ad bin
Mu‟adz di surga jauh lebih indah daripada yang kalian lihat”.3 Berbicara
tentang fitrah seni, Al Qur,an menganjurkan agar berlomba - lombalah dalam
hal kebaikan (QS. Al-Baqarah: 148). Allah mengutus para Nabi dengan
kebajikan dan ada ungkapan "Allah itu indah, Dia menyukai keindahan"(Al-
Hadits). Allah SWT juga telah berfirman dan memerintahkan hamba-Nya
untuk memakai perhiasan yang indah setiap kali ke masjid yaitu: ”Hai
keturunan Adam, pakailah perhiasanmu pada setiap (masuk) masjid” (QS.
Al-A'raf: 31), dan ”Katakanlah, ”Siapakah yang mengharamkan perhiasan
Allah yang Dia keluarkan untuk hamba-hambanya dan rejeki yang baik-
baik ? Katakanlah ”(Semuanya) itu untuk orang-orang beriman dalam
kehidupan dunia dan tertentu untuk mereka (saja) pada hari kiamat”(QS.
Al-A'raf: 32), juga menganjurkan kepada hamba-Nya untuk selalu membaca
3
Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 30 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Al Qur‟an (kalam-Nya) dengan sungguh-sungguh (QS. Al-Muzammil: 4) dan
dengan suara bacaan yang baik dan indah.
Al Islam dan Al Qur‟an mengungkapkan fitrah manusia selaras
dengan fitrah agama Islam sebagai agama yang mutlak kebenarannya. Untuk
memahami sistem yang benar, maka dituntut „keserasian yang benar‟, karena
hal tersebut merupakan tanda keberagamaan yang dianggap benar pula.
Adapun fitrah kesucian merupakan himpunan dan akumulasi dari tiga anasir
yakni: Benar, Baik dan Indah, sehingga seorang hamba Allah sebagai
penyembah atau pengabdi selalu berada dalam fitrah Allah, merasakan beserta
Allah yang diikuti dengan perilaku yang benar – benar baik dan indah.
Bahkan lewat kesucian jiwanya, dengan cara berdzikrullah akan bisa
memandang segalanya dengan pandangan yang positif dan selalu berusaha
mencari sisi-sisi yang baik, benar dan indah. Dengan pencarian yang benar
disisi Allah maka akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat. Untuk pencarian
yang baik, maka akan menghasilkan etika atau akhlak. Sedangkan untuk
pencarian yang indah, maka akan menghasilkan estetika dan seni. Dengan
pandangan demikian tentunya akan menutup mata terhadap kesalahan,
kejelekan dan keburukan orang lain. Kalaupun kesalahan itu terlihat, maka
akan selalu mencari nilai-nilai positif dalam menyikapi hal negatif tersebut.
Kalaupun itu semua tak ditemukan, selalu akan memberi maaf bahkan berbuat
baik kepada yang melakukan kesalahan tersebut.
Pandangan Islam tentang seni, pada masa awal perkembangan Islam
(zaman Nabi SAW dan para sahabatnya), belumlah tampak kejelasan ekspresi
dari kaum muslim terhadap kesenian. Bahkan, saat itu terasa adanya banyak
akan pembatasan - pembatasan yang menghambat perkembangan seni. Hal ini
menurut Sayyid Quthb, karena pada masa itu kaum muslim masih dalam
tahap penghayatan akan nilai-nilai Islam dan masih memfokuskan pada
pembersihan dari gagasan-gagasan jahiliyah yang sudah meresap kedalam
jiwa masyarakat sejak lama. Sedangkan sebuah karya seni Islam lahir dari
interaksi seseorang atau masyarakat dengan suatu gagasan dan penghayatan
agama dengan baik serta benar sampai menyatu dengan jiwanya. Sehingga
saat itu, belum banyak karya seni Islam yang tercipta pada masa awal
perkembangan agama Islam. Dan sesungguhnyalah pembatasan-pembatasan
terhadap kesenian karena adanya sikap kehati-hatian dari kaum muslimin saat
itu. Kehati-hatian tersebut dimaksudkan agar mereka tidak terjerumus kepada
hal-hal yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang menjadi titik
perhatian pada saat itu. Seperti yang Quraish Shihab jelaskan di depan
Mengenal Seni Rupa Islam - 31 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bahwa Umar Ibnul Khaththab, khalifah kedua, pernah berkata, “Umat Islam
meninggalkan dua pertiga dari transaksi ekonomi karena khawatir
terjerumus ke dalam haram (riba)”. Ucapan ini benar adanya, dan agaknya
juga terjadi pada kesenian.4 Atas dasar kehati-hatian ini pulalah hendaknya,
untuk bisa dipahami oleh para seniman muslim atau orang yang akan
mengambil manfaat dari pada ilmu seni. Seperti adanya hadits-hadits yang
melarang menggambar atau melukis dan memahat makhluk-makhluk hidup,
yang akan membawa kemudaratan dan kemusrikan atau unsur negatif,
terutama dimana cara berfikir orang yang masih sederhana dan tidak rasional
serta mudah terpengaruh.
Apabila seni dinilai membawa manfaat bagi manusia, yakni dapat
membawa berkah dan rejeki yang halal serta dibenarkan agama, memperindah
atau menghiasi kehidupan. Mengabadikan nilai-nilai yang luhur dan
mensucikan serta membesarkan asma Allah, mengembangkan serta
memperhalus perasaan tentang keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah
Nabi mendukung, tidak menentangnya atau melarangnya. Karena ketika
itulah, setelah seni hadir bermafaat atau dimanfaatkan dapat menjadikannya
sebagai salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia.
Demikianlah yang disampaikan Muhammad Imarah dalam bukunya
Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi yang penerbitannya disponsori Dewan
Tertinggi Dakwah Islam, Al-Azhar bekerjasama dengan Al-Ma‟had Al-‟Âlami
lil Fikr Al-Islâmi (International Institute for Islamic Thought).
Adanya pengaruh dari kondisi geografis, yang tidak memungkinkan
bangsa Arab untuk mendirikan pusat peradaban kala itu, dimana hidupnya di
tengah gurun pasir yang tandus dan terkucilkan, dikelilingi oleh bukit-bukit
dan lembah gersang yang membuat mereka hidup nomaden untuk mencari
oase dan padang rumput demi mempertahankan hidup. Yang lebih ekstrim
lagi, bangsa Arab waktu itu hanya senang pada sastra saja dan tidak memiliki
budaya serta senirupa yang bernilai tinggi. Apalagi bila dibandingkan dengan
beberapa peradaban besar dan maju keseniannya yang lahir ribuan tahun
sebelum Islam datang, misalnya peradaban-peradaban Firaun di Mesir,
Babilonia di Irak, juga peradaban Yunani, Romawi, Persia, Yaman dan
Ethiopia.
Pada zaman keagungan Islam, senjata dianggap berharga, yang
digunakan oleh orang Islam untuk mempertahankan diri mereka dari ancaman
4
Ibid, Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an
Mengenal Seni Rupa Islam - 32 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
musuh. Diantara peninggalannya berupa jenis-jenis senjata yang banyak
dipergunakan seperti parang, tombak, pedang dan lain-lain. Pahlawan-
pahlawan Islam yang terkenal dan mahir menggunakan senjata tersebut ialah
Nabi Muhammad SAW, Saidina Ali dan Khalid Al Walid. Kehebatan
dalam menggunakan berbagai jenis senjata dapat menggambarkan bagaimana
ketinggian kemampuan tamadun orang Islam dalam usaha untuk
mempertahankan diri dari ancaman musuh serta memerangi musuh-musuh
Islam yang hendak mencoba menghancurkan Islam. Kehebatan tersebut
digambarkan oleh para pengukir sewaktu zaman keagungan Islam adalah
dalam mengukir senjata-senjata dengan menampilkankan simbol peperangan
dengan kehalusan nilai seni. Pengukir mencoba menggambarkan semangat
jihad dan keagungan Allah melalui seni ukir dan reka bentuk pada setiap
senjata yang di ukir tersebut. Berdasarkan kegemilangan Islam pada masa
lampau yang menganjurkan Islam bertakhta dihati setiap muslim yang
beriman, yang pada masa kini getaran tersebut masih dirasakan pada artefak
yang ditinggalkan.
Sangatlah berbeda dengan peradaban-peradaban kuno yang lahir
sebelum Islam dan berkembang di tepian sungai-sungai besar. Peradaban
Firaun lahir di tepi Sungai Nil, Babilonia di Sungai Eufrat (Furat), India di
Sungai Gangga, dan Tiongkok di Sungai Kuning. Jika percaya pada teori
bahwa seni dan budaya yang berkualitas itu berasal dari taraf kehidupan
bangsa yang tinggi peradabannya, maka bangsa Arab tidak memiliki potensi
itu. Kualitas seni yang dikenal oleh bangsa Arab hanyalah seni sastra
(bertutur) yang tercatat dalam syair-syair Jahiliyah. Namun hal itu pun
diragukan, Thaha Husain dalam bukunya Fî al-Syi‟ir al-Jâhilî (Puisi
Jahiliyah). Yang menurutnya, syair-syair jahiliyah itu bukan berasal dari
zaman jahiliyah pra-Islam, tetapi berasal dari praktik pemalsuan (intihâl)
yang dilakukan oleh penyair-penyair bangsa Arab dikemudian hari, yang
bertujuan memuji kemulian dan kebesaran bangsa Arab itu sendiri. Syair
terindah dan terunggul akan diabadikan dengan digantungkan di Ka‟bah
sebagai penghormatan yang kemudian digelari al-mu‟allaqât (syair-syair yang
digantungkan). Hakikatnya, syair-syair tersebut adalah propaganda untuk
menunjukkan bahwa nenek moyang bangsa Arab memiliki cita rasa seni,
sastra dan budaya yang dianggap tinggi. Padahal, kenyataannya sungguh
bertolak belakang. Inilah paradoks pencitraan bangsa Arab yang dalam Al
Qur‟an disebut berbudaya Badui yang nomaden, menanam bayi perempuan
Seni Kaligrafi
Tughra (Cipher Imperial)
dari Sultan Süleyman
1555 Ottoman
Makna literal seni Islam adalah halus, indah atau permai dan damai.
Seni adalah segala sesuatu yang halus dan indah lagi menyenangkan hati atau
menentramkan perasaan. Dalam pengertian yang terpadu, seni Islam
mengandung nilai-nilai agama, akhlak, spiritual, dakwah, ekonomi (relatif),
pendidikan, kesyukuran dan kesadaran personal sebagai hamba Allah. Juga
mementingkan estetika dan etika (halus, indah, baik dan santun), bisa ada
nilai yang dianggap suci, diharapkan berguna atau bermanfaat atau berfungsi
Mengenal Seni Rupa Islam - 41 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sosial. Sebab ”Allah” sesuatu yang merupakan sumber utama dari segala
daya-upaya manusia. Dan semua ciptaan manusia tersebut terinspirasi karena
adanya kuasa dari sumber yang utama. Pencitraan atau ciptaan manusia tidak
bisa dibandingkan dengan ciptaan Allah, karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah, manusia memiliki keterbatasan, hilaf dan salah, ketergantungan (perlu
bimbingan atau belajar), bisa tak sadar (tertidur), bisa tertipu dan tak berdaya,
ada yang uzur, sakit dan cacat (jasmani atau mental), sehingga apapun yang
dihasilkan tetap mengandung permasalahan. Namun setiap permasalahan,
besar atau kecil, penting atau tak penting, semuanya pasti ada jalan keluar
atau solusi, bahkan permasalahan tersebut (lihat karya ilmiah seperti skripsi,
thesis dan desertasi harus ada permasalahan) sesungguhnya dapat
mencerdikkan dan menaikkan derajad kemanusiaan serta menjadikan ilmu
tersendiri. Islam bersifat illmiyun (ilmiah atau masuk akal) dan amalliyun
(dapat diamalkan). Demikian dengan konsep seni Islam. Seni bernuansa Islam
tidaklah lepas dari kaidah syari‟at, yakni menjunjung tinggi nilai-nilai Islam
dan amal-kebajikan, juga sebagai pendorong untuk pengingat, memuji dan
membesar-besarkan nama atau asma Allah. Seni yang membuat perasaan
sakit, gundah, cemas, sedih, melanggar agama dan syari‟at dianggap tidak
sebagai seni bernuansa Islam. Seni yang bernafaskan agama Islam harus
menghormati aturan tanpa kecuali, bisa dengan mengandalkan kutipan
kaligrafi dari Al Qur'an dan hadits. Bentuk yang abstrak, sering kali
berbentuk permainan warna indah dan agung, juga bentuk geometris atau ilmu
ukur dan mistar untuk hiasan, sebagai motif atau ornamentasi produk dan
karya ungkap individu. Tetapi seni sekuler, termasuk di dalamnya benda-
benda yang bermanfaat atau berguna seperti permadani, vas keramik, peti
gading, kendi, kaca-pateri dan produk metal, sering menampilkan bentuk
tanaman dan hewan yang distilir atau digayakan. Beberapa penguasa muslim
bahkan ada yang memesan potret pribadi mereka sendiri. Dan walaupun
kaligrafi tetap menjadi penting, juga biasa ditambahkan pada karya seni
dengan menggunakan tambahan bait-bait puisi selain ayat-ayat Al Qur'an.
Ada elemen-elemen berulang dalam seni Islam, seperti penggunaan
motif geometris dari bentuk tanaman atau tumbuh-tumbuhan dan bunga atau
desainnya dalam suatu pengulangan yang dikenal sebagai endy. The endy,
dalam seni Islam sering digunakan untuk melambangkan transenden,
terpisahkan dan sifat tak terbatas Allah. Kesalahan dalam pengulangan
mungkin saja disengaja diperkenalkan sebagai suatu yang menunjukkan akan
suatu kerendahan hati oleh seniman pembuatnya, yang percaya bahwa hanya
Mengenal Seni Rupa Islam - 42 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Allah saja yang dapat menghasilkan suatu kesempurnaan, meskipun teori ini
oleh banyak pihak masih diperdebatkan.
Sebagian besar muslim Sunni dan Syiah percaya bahwa
penggambaran secara visual semua makhluk hidup pada umumnya dilarang
atau tidak lazim, karena ada anggapan dapat mempengaruhi secara kejiwaan
bagi penikmat dan pembuatnya. Meskipun demikian, penggambaran manusia
dapat ditemukan dalam semua era seni Islam. Perwakilan bentuk manusia
untuk ‟tujuan ibadah‟ dianggap perwujudan dari penyembahan berhala dan
sebagaimana semestinya dilarang dalam hukum Islam yang dikenal sebagai
hukum Syariah (undang-undang) terutama bagi muslim dan tidak dikenakan
untuk yang non-muslim. Ada juga usaha penggambaran Muhammad (bukan
visual) sebagai nabi Islam utama, terutama dalam seni bertutur atau sastra
dalam sejarah seni Islam untuk tujuan dakwah.
Motif Geometris dari Bentuk Tanaman dan Bunga yang Distilir Dianggap
Ungkapan yang Netral dalam Seni Islam
Lukisan Berbentuk
”Buroq”
Dari Muslim
India
Pada manuskrip, kain tekstil dan karpet, hiasan logam, kaca tiup,
keramik berlapis glasir, ukiran kayu dan batu, semua itu menyerap energi
kreatif para seniman muslim, kemudian berkembang menjadi bentuk seni
tersendiri. Karya-karyanya mencakup skala kecil dari obyek sehari-hari yang
dipergunakan, seperti gelas kaca halus, serta lebih monumental pada dekorasi-
arsitektur, misalnya ubin berlapis panel dari fasad bangunan. Pembuatan
benda seperti itu dihiasi dengan teliti dan hati-hati, sering kali menunjukkan
bahwa dibuat dengan bahan-bahan yang langka dan mahal serta bentuk orang-
orang yang semuanya dibuat seolah-olah dikelilingi oleh suasana keindahan.
Apakah seni Islam harus berbicara tentang Islam? Sayyid Quthb
dengan tegas menjawab tidak. Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang
Islam. Ia tidak harus berupa nasehat langsung atau anjuran berbuat kebajikan,
Mengenal Seni Rupa Islam - 46 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
bukan juga penampilan abstrak tentang aqidah. Tetapi seni yang Islami adalah
seni yang menggambarkan wujud dengan „bahasa‟ yang indah serta sesuai
dengan fitrah manusia. Kesenian Islam membawa manusia kepada pertemuan
yang sempurna antara keindahan dengan kebenaran.
Setiap muslim menerima ajaran bahwa manusia tidak diciptakan
kecuali untuk beribadah (mengabdi) kepada Allah (QS 51: 56). Namun,
ilmu fiqh (kodifikasi hukum Islam hasil ijtihad manusia) mengenal upaya
penafsiran terhadap hal-hal yang tidak dirinci dalam Al-Qur‟an.
Para fuqoha (ahli fikih) misalnya, telah berijtihad untuk membedakan antara
ibadah „ubudiyah dan ibadah muamalah, yakni:
a). Yang pertama, ibadah ubudiyah: mengacu pada ibadah yang telah pasti
dalilnya dalam Qur‟an, sehingga tidak memerlukan penyesuaian atau
perubahan sesuai kondisi zaman. Ibadah ubudiyah contohnya berupa
kewajiban ritual seperti shalat, zakat, puasa, berkurban pada hari „Idul
Adha‟ dan pergi haji. Dalam bentuk larangan, ubudiyah mencakup
larangan mengabdi berhala, membunuh orang tanpa alasan yang haq
(yang benar), berjudi, mengundi nasib dengan panah, makan babi dan
lain-lain. Bobot aktivitas ibadah ini adalah wajib, yang berarti semua hal
di luar aturan ibadah adalah haram atau terlarang, kecuali bila ada dalil
atau nash (aturan tekstual) yang menghalalkannya. Shalat, puasa
bukanlah aktivitas kebudayaan yang berasal dari kebebasan berkreasi
manusia. Karenanya, ibadah-ibadah itu tak memerlukan pembaruan atau
modifikasi. Setiap usaha modifikasi dinilai sebagai bid-ah dan hal itu
terlarang.
b) Adapun kedua, ibadah muamalah: merujuk pada nash yang termaktub
secara garis besar dalam Al-Quran yang tidak dirinci lebih jauh, sehingga
membuka peluang penafsiran yang luas bagi para fuqoha. Di sini
berlakulah prinsip umum bahwa segala bentuk muamalah dibolehkan
(halal), sepanjang tidak dijumpai dalil yang mengharamkannya.
Umumnya, muamalah mencakup hubungan antara sesama manusia
sehingga cenderung bersifat sosial-kemasyarakatan. Di sinilah ibadah
kepada Allah berkonvergensi dengan kebudayaan manusia yang berbeda-
beda sesuai wilayah kultural. Perdagangan, misalnya, merupakan
muamalah yang halal dan bernilai ibadah sesuai motivasi pelakunya.
Artinya, pelaku perdagangan dengan motif lillahi ta‟ala (demi Allah
semata-mata) dijanjikan menerima reward berupa pahala. Allah hanya
melarang praktek riba yang merupakan suatu dalil yang mengharamkan
Mengenal Seni Rupa Islam - 47 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
praktek jual-beli tersebut. Jadi, bagaimana dengan praktik seni ? Seni, tak
terkecuali, merupakan bagian dari aktivitas muamalah, dengan segala
konsekuensi hukum yang menyertainya (seni itu boleh sepanjang tak ada
dalil yang melarang). Ia bukan ibadah ubudiyah yang dirumuskan dalam
dalil, semua haram kecuali bila ada nash yang membolehkannya. Seni
bukanlah semacam ritual seperti shalat dengan aturan-aturan yang telah
pasti.
Ada semacam usaha dalam Islam dari Cosmos. Dalam pandangan
Islam, ”Allah adalah Realitas Tertinggi”. Segala sesuatu dalam ciptaan yang
terlihat berasal dari-Nya, baik itu berupa nama maupun atribut (sifat) serta
manifestasi ilahiah-Nya. Dia menciptakan alam semesta, baik yang dikenal
manusia maupun apa yang tidak diketahui, dan Dia adalah pemelihara segala
sesuatu, dengan segala sesuatu yang bersumber atau berpusat kepada-Nya. Ini
adalah sangat jelas terlihat seperti dalam struktur atom.
Pada seni lukis, komentar estetika yang diberikan kebanyakan bersifat
umum dan diekspresikan dengan bahasa metaforik dan hiperbolik. Seperti
diketahui akan adanya sikap dasar yang anti kepada pemujaan, terutama
adanya bentuk figur patung manusia dan binatang bernyawa dalam seni Islam,
menyebabkan seni representasi ini tidak diterima oleh mayoritas muslim dan
ahli hukum Islam dengan interpreter-interpreternya yang berpengaruh secara
luas. Timbullah kesenjangan dan ketiadaan evaluasi terhadap estetika seni
lukis dan seni patung secara tepat. Walau demikian suasananya, tetap saja Al-
Ghazali menemukan cara pendekatan yang positif tentang keindahan didalam
lukisan.
Foto
Lukisan
&
Patung
Al-Ghazali
Pada masa Nabi Dawud a.s. dan Nabi Sulaiman a.s. pembuatan
patung dan gambar diperbolehkan, sebagaimana diatur dalam firman Allah :
“Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari
gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang
(besarnya) seperti kolam dan periuk yang tetap (berada di atas tungku).
Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit
sekali dari hambahambaKu yang berterima kasih” (QS. Saba‟ : 13). Di
antara Nabi-nabi Allah yang memiliki keistimewaan seni tinggi adalah Nabi
Dawud a.s yang sekaligus putranya Nabi Sulaiman a.s yang mewarisi bakat
sang ayah. Keistimewaan Nabi Dawud dalam bidang seni amatlah sempurna,
boleh jadi tak ada lagi manusia yang mampu menandingi kehebatan beliau.
Bakat seni yang dimiliki Nabi Dawud bukan hanya satu bidang tarik suara,
akan tetapi melingkupi bidang seni-seni lainnya. Antara lain seni gambar, seni
patung, seni arsitektur, desain eksterior-interior, prisai baju besi, funiture dan
sebagainya.
Dalam bidang seni suara, Nabi Dawud dikenal memiliki suara amat
merdu. Sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, bahwa buru-burung
akan ikut larut dalam bertasbih manakala Dawud sedang bertasbih, apabila
Dawud membacakan Zabur maka tak satupun binatang yang tidak
mendengarkannya. Demikian pula jika Dawud menangis maka binatangpun
akan ikut menangis (Ash-Shabuni:1987). Yang menjadi pembelajaran sebagai
ummat Islam adalah bahwa dengan kelebihan bakat, kepandaian, harta
kekayaan dan jabatan yang dimiliki, Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman tidak
menjadikan keduanya lupa diri atau hidup berfoya-foya, sombong, angkuh
dan gila pujaan atau pujian.
Syari‟at Nabi Sulaiman a.s tentang Hukum Patung dan Gambar telah
dihapus (dinasikh). Dalam syari‟at Nabi Muhammad SAW hukum patung dan
gambar telah diharamkan. Hal ini dikuatkan dengan beberapa keterangan
dalil, baik ayat Al Qur‟an maupun Hadits. Sedangkan patung-patung dan
gambar yang dibuat pada masa Nabi Sulaiman bukanlah patung dan gambar
makhluk hidup, melainkan patung dan gambar pepohonan dan pemandangan
alam (Ash-Shabuni). Dalil hukum patung antara lain :
Mengenal Seni Rupa Islam - 51 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
1. Firman Allah: ”(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan
kaumnya: "Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadat
kepadanya?" (QS. Al Anbiya : 52)
2. Pada ayat lain Allah berfirman : Ibrahim berkata: "Apakah kamu
menyembah patung-patung yang kamu pahat itu ? Padahal Allah-lah
yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu." (QS. Ash-
Shaffat : 95-96).
1) “Imam Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Siti Aisyah r.a. dari
Rasulullah SAW., bahwa beliau bersabda : “Manusia yang paling berat
siksaannya pada hari kiamat nanti ialah orangorang yang hendak
menandingi ciptaan Allah”.
2) Bukhari, Muslim dan Ashabus Sunan meriwayatkan, bahwa Nabi SAW
bersabda: “Sesungguhnya para pelukis gambar-gambar ini kelak pada
hari kiamat akan disiksa. Yaitu kepada mereka diserukan:
Hidupkanlah apa yang kamu buat itu!”.
Dalam konteks kelahiran agama Islam, memang didalam ranah budaya Arab,
dimana perupaan dalam bentuk patung erat kaitannya dengan media menuju
kemusyrikan. Adapun Islam dianggap hendak menegakkan ajaran tauhid dan
segera menghancurkan segala media kemusyrikan tersebut. Perupaan yang
dikenal oleh bangsa Arab ketika Islam lahir tidaklah bertujuan untuk seni, tapi
Mengenal Seni Rupa Islam - 54 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
sebagai kultus dan sesembahan, sesuai dengan pola berfikir masyarakat di
masa itu. Jadi setelah merunut doktrin dan sejarah awal Islam, bisa
disimpulkan bahwa pencarian pembenaran terhadap seni rupa terutama
lukisan dan patung dalam doktrin Islam adalah pekerjaan yang sia-sia. Namun
bukan berarti perupaan olahan bentuk atau material lain tidak ada sama sekali,
yakni penggambaran yang lebih banyak untuk tujuan sebagai hiasan dan
ornamentik, yang tidak mempresentasikan mahluk hidup.
Dan sungguh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam telah
menjelaskan dalam beberapa sabda Beliau, baik yang tertulis dalam Sunan,
Musnad dan ash-Shihah yang bisa menunjukkan diharamkannya gambar
makhluk yang bernyawa, baik berwujud manusia atau selainnya. Seolah
semacam anjuran untuk meniadakan gambar-gambar tersebut bahkan para
tukang gambarnya seakan mendapatkan laknat dan mereka dianggap termasuk
seberat-berat manusia yang akan mendapatkan siksa pada hari kiamat kelak.
Namun gambar dalam pengertian kitab-kitab hadits tersebut, adalah gambar
dalam makna melukis dengan tangan, sehingga gambar dalam makna
fotografi yang berkembang saat ini, menjadi hal yang diperselisihkan. Dan
untuk lebih jelasnya, akan dipaparkan permasalahan ini secara terperinci
berkaitan tentang hakikat dan hukum gambar yang sebenarnya (yang
diharamkan dan yang diperbolehkan) tentu berdasarkan dalil-dalil yang
shahih berikut dan pendapat sebagian Ulama tertentu yang menganggap keras
tentang masalah ini. Sebelum dibahas tentang hukum gambar, sebenarnya
dalam timbangan syara', maka perlu diketahui dan dipahami bahwa gambar
berdasarkan hukumnya dari hadist bukan dari Al Qur‟an yang terbagi menjadi
berikut:
Gambar Manusia: Jika yang dilihat gambar manusia dengan maksud untuk
kenikmatan dan kepuasan (termasuk pornografi), maka yang demikian haram
hukumnya, dan jika bukan dalam rangka itu yang dengan melihatnya tidak
dengan tujuan kepuasaan atau kenikmatan, hati dan syahwatnya tidak tergerak
karena hal itu (kedokteran), maka tidak apa-apa. Dan hal ini pun dengan
syarat terhadap mereka yang halal untuk dilihat, seperti laki-laki melihat laki-
laki, dan wanita melihat wanita. Menurut pendapat yang kuat hal ini tidak
terlarang dengan syarat sesuai dengan kebutuhan (seperlunya) alias bukan
semata karena menginginkan gambar itu. Dan jika yang dilihat adalah mereka
yang tidak halal untuk dilihat, seperti laki-laki melihat wanita (bukan mahram
atau muhrimnya), maka hukum tentang hal ini masih samar dan meragukan
Mengenal Seni Rupa Islam - 58 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
namun pendapat yang berhati-hati adalah tidak melihatnya karena khawatir
terjadi fitnah sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam
yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu; “Janganlah seorang
wanita tidur bersama dalam satu selimut (bersentuhan tubuh) dengan
wanita yang lain sehingga dia membeberkan sifatnya kepada suaminya
seolah-olah melihat wanita tersebut” (HR. Bukhari). Dan membeberkan sifat
sesuatu melalui gambar (bentuk tubuh) lebih mengena daripada dengan
sekedar membeberkan sifat saja. Dan menjauhi dari setiap perantara fitnah
merupakan perkara yang harus dilakukan.
5
Maroji. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh Kontemporer)
Mengenal Seni Rupa Islam - 66 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Apabila seni membawa manfaat bagi manusia, memperindah hidup
dan menambah kebahagiaan serta hiasannya yang dibenarkan agama, dapat
mengabadikan nilai-nilai luhur dan kebaikan, yang menyebut dan
membesarkan dan menyucikan nama-Nya (Allah), mengembangkan serta
memperhalus rasa keindahan dalam jiwa manusia, maka sunnah Nabi akan
mendukung dan tidak menentangnya atau melarangnya, karena ketika itulah,
setelah menjadikan karya seni sebagai salah satu dari ‟nikmat Allah‟ yang
dilimpahkan kepada manusia. Demikian yang disampaikan Muhammad
Imarah dalam bukunya Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi yang penerbitannya
disponsori Dewan Tertinggi Dakwah Islam Al-Azhar yang bekerjasama
dengan Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi (International Institute for
Islamic Thought).
Dibalik kontroversi yang marak tahun 2006 6 di seluruh dunia Islam,
karena adanya karikatur Nabi Muhammad yang termuat di koran Denmark,
oleh Jyllands-Posten, sesungguhnya itu terdapat perihal yang lebih
mendasar, yakni perupaan sosok yang disucikan oleh ummat Islam. Perupaan
demikian tidak hanya terbatas pada sosok yang dianggap suci seperti para
malaikat dan nabi, yang dianggap menyinggung keimanan muslim sebagai
suatu bentuk penghinaan atau pelecehan agama, sehingga menyulut
kemarahan ummat Islam seluruh Dunia. Hal yang kontroversi ini justru
membangkitkan rasa fanatisme ke-Islaman, juga persaudaraan Islam. Dan bisa
rasakan kesukuan (al-'ashabiyah), adalah juga dianggap sebagai persaingan
persaudaraan dalam Islam (al-ukhuwwah al-Islâmiyah).
Lukisan dan patung, memang selalu bermasalah jika ditinjau dari
doktrin Islam dan budaya Arab. Bagaimana sesungguhnya Islam melihat seni,
khususnya seni rupa? Seni rupa, dalam hal ini lukisan dan patung, memang
akan selalu saja bermasalah jika ditinjau dari doktrin Islam Wahabi dan
kebudayaan Arab, yang dikaji dengan cara pemikiran fundamentalis-radikal
dan berwawasan yang sempit. Perupaan demikian tidak hanya terbatas pada
sosok yang dianggap suci saja, seperti para malaikat dan nabi, tetapi juga
sampai pada perupaan bentuk makhluk hidup sekecil semut atau pun nyamuk.
Ini terlihat dari beberapa hadits yang dianggap bersikap tegas melarang
gambar dan patung. Hadits merupakan ajaran Islam yang kedua setelah Al
6
Guntur Romli, Adakah Seni Rupa dalam Islam?, Koran Tempo rubrik Seni 26 Pebruari 2006
7
Agung Puspito, 2005. “Nuditas, Seni Rupa, dan Agama, ” dalam Buletin Citta YSRI Edisi IX.
Mengenal Seni Rupa Islam - 70 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memakruhkan gambar yang didirikan (patung) sedang yang diinjak kaki,
misalnya di lantai, bantal dan sebagainya, mereka menganggap tidak apa-
apa”.
Kebanyakan hadits tidak membedakan antara gambar yang dua
dimensional (2D) dengan patung yang tiga dimensional (3D). Keduanya
disebut shūroĥ (plural, shuwar). Bacalah hadits yang disahihkan oleh Bukhari
di bawah ini, yang diriwayatkan oleh „Aiŝah ra. istri Nabi, dari „Aiŝah ra,
“Saya membeli sebuah bantal yang bergambar-gambar. Nabi saw berdiri
saja di pintu, tidak mau masuk ke dalam. Lalu kata saya, „Saya bertobat
kepada Allah seandainya saya salah. ‟Nabi berkata, „Untuk apa bantal itu?‟
Jawab saya, „Supaya Anda duduk dan bersandar di situ. ‟Sabda beliau,
„Sesungguhnya orang yang membuat gambar semacam ini akan disiksa pada
hari kiamat, dikatakan kepadanya, hidupkanlah apa yang kau buat itu!
Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke dalam rumah yang di situ ada gambar
(shūroĥ)8, yang mengartikan shūroĥ sebagai „gambar hewan‟, tapi penulis
Art-ysri menggunakan arti yang lebih umum, „gambar‟ saja. Pasalnya,
pencatat hadits tak mencandra secara detil gambar apa yang terdapat pada
bantal „Aiŝah. Beberapa hadits memang tak menyertakan unsur penting
berupa deskripsi menyangkut gambar yang dimaksud. Adapun shūroĥ dalam
bahasa arab modern tampaknya memiliki makna yang luas, sehingga
mencakup patung dan fotografi. Istilah ini sepadan dengan bahasa
Inggris image, yang salah satu artinya adalah „imitasi dari bentuk eksternal
suatu objek, misalnya objek pemujaan‟9 Maka, menurut Sehzad Saleem,
dengan mengumpulkan hadits-hadits mengenai pencitraan makhluk hidup
didapatkan gambaran bahwa larangan itu mengacu kepada pencitraan dalam
kategori tertentu yang memperoleh ‟status sebagai berhala‟ (idols) dan dipuja
sebagai berhala. Praktek pemujaan seperti ini merajalela pada awal
berkembangnya agama Islam. Bahkan interior Kaa‟bah pada zaman Nabi
pernah diisi berbagai patung yang disembah penduduk di Semenanjung
Arabia. Di antaranya terdapat gambar para nabi dan orang suci seperti
Ibrahim, Isa, dan ibunda Isa yaitu Maria. Saleem menyimpulkan, larangan
pembuatan imaji yang dimaksud bukan lantaran kejahatan intrinsik yang ada
padanya, melainkan karena sumbangsihnya terhadap praktek politeistik
(muŝrik) masyarakat pada awal kehadiran Islam. Karena hal itu bisa
8
H. Zainuddin Hamidy dkk, 1982. Terjemah Hadits Shahih Bukhari Jilid IV, Jakarta
9
The Pocket Oxford Dictionary, 1984. edisi paperback
Mengenal Seni Rupa Islam - 71 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
membangkitkan sentimen-sentimen dasar (termasuk nafsu syahwat) dalam
diri seseorang. Senada dengan Saleem, penulis Sejarah Kesenian Islam yakni
C. Israr (Jakarta, 1978) menyebutkan terjadinya kontroversi dalam soal seni
rupa juga disebabkan oleh tiadanya batasan yang tegas tentang boleh tidaknya
kesenian itu. Ia berpendapat bahwa boleh tidaknya melukis dan mematung
perlu dilihat dari semangat larangan tersebut. Menurutnya, larangan
melukiskan bentuk makhluk bernyawa, pada awal lahirnya agama Islam,
memang perlu jika dipandang dari segi tauhid. Sebab, ketika Nabi masih
hidup, di Mekah masih bertaburan puing-puing bekas reruntuhan arca
sesembahan nenek moyang bangsa Arab. Dikhawatirkan akan tumbuh tunas
baru dari kepercayaan lama yang akan menggoyahkan sendi-sendi tauhid
mereka yang baru memeluk Islam, terutama masa Islam awal, dimana semua
berhala itu dihancurkan dan seni patung itu tidak dibiarkan berkembang.
Tetapi, lanjut Israr, “Ketika hakikat tauhid telah mendarah daging dalam
tubuh ummat Islam dan mereka tahu patung-patung itu tak sanggup berbuat
apa pun, maka tidak ada alasan bahwa kepercayaan yang telah terkubur itu
akan hidup kembali di tengah-tengah keyakinan ummat Islam yang telah
maju”. Apalagi tingkat pendidikan ummat Islam masa kini sudah lebih maju
dan berkembang serta berpikiran lebih rasional dan ilmiah.
Tentang fotografi, Fuqaha‟ mutaakhirin berpendapat bahwa fotografi
tidak termasuk dalam pembicaraan mengenai gambar yang dilarang, sebab hal
itu bukan hasil tangan manusia langsung sehingga tidak terkena kandungan
hadits-hadits yang melarangnya. Hukumnya sama seperti gambar yang
terdapat pada pakaian atau kain yang dikecualikan oleh Nabi. Hasil gambar
yang dicetak melalui jepretan kamera tak ubahnya seperti bayangan dalam
kaca cermin, hanya saja diproses dengan teknologi canggih maka bayangan
cermin itu dapat diabadikan dalam gambar.
Seni yang didasarkan pada nilai-nilai agama Islam (ketuhanan) inilah
yang menjadi pembeda antara seni Islam dengan ragam seni yang lain. Titus
Burckhardt, seorang peneliti berkebangsaan Swiss-Jerman mengatakan,
“Seni Islam sepanjang ruang dan waktu, memiliki identitas dan esensi yang
satu (tunggal). Kesatuan ini bisa jelas disaksikan. Seni Islam memperoleh
hakekat dan estetikanya dari suatu filosofi yang transendental”. Ia
menambahkan, para seniman muslim meyakini bahwa hakekat keindahan
bukan bersumber dari sang pencipta seni. Namun, keindahan karya seni
diukur dari sejauh mana karya seni tersebut bisa harmonis dan serasi dengan
Pertama, ibadah ubudiyah: mengacu pada ibadah yang telah pasti dalilnya
dalam Al Quran, sehingga tidak memerlukan penyesuaian atau perubahan
sesuai kondisi zaman. Ibadah ubudiyah contohnya berupa kewajiban ritual
seperti salat, zakat, puasa, berkurban pada hari „Idul Adha, dan pergi haji.
Mengenal Seni Rupa Islam - 84 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Dalam bentuk larangan, ubudiyah mencakup larangan mengabdi berhala,
membunuh orang tanpa alasan yang haq (benar), berjudi, mengundi nasib
dengan panah, makan babi dan lain-lain. Bobot aktivitas ibadah ini adalah
wajib, yang berarti semua hal di luar aturan ibadah adalah haram atau
terlarang, kecuali bila ada dalil atau nash (aturan tekstual) yang
menghalalkannya. Shalat, puasa bukanlah aktivitas kebudayaan yang berasal
dari kebebasan berkreasi manusia. Karenanya, ibadah-ibadah itu tak
memerlukan pembaruan atau modifikasi. Setiap usaha modifikasi dinilai
sebagai bid-ah dan hal itu terlarang.
Kedua, ibadah muamalah: merujuk pada nash yang termaktub secara garis
besar dalam Al Quran yang tidak dirinci lebih jauh, sehingga membuka
peluang penafsiran yang luas bagi para fuqoha. Di sini berlakulah prinsip
umum bahwa segala bentuk muamalah dibolehkan (halal), sepanjang tidak
dijumpai dalil yang mengharamkannya. Umumnya, muamalah mencakup
hubungan antara sesama manusia sehingga cenderung bersifat sosial-
kemasyarakatan. Di sinilah ibadah kepada Allah berkonvergensi dengan
kebudayaan manusia yang berbeda-beda sesuai wilayah kultural. Perdagangan
muamalah yang halal dan bernilai ibadah sesuai motivasi pelakunya. Artinya,
pelaku perdagangan dengan motif lillahi ta‟ala (demi Allah semata-mata)
dijanjikan menerima reward berupa pahala. Allah hanya melarang praktik
riba yang merupakan suatu dalil yang mengharamkan praktik jual-beli
tersebut. Jadi, bagaimana dengan praktik seni? Seni, tak terkecuali,
merupakan bagian dari aktivitas muamalah, dengan segala konsekuensi
hukum yang menyertainya (seni itu boleh sepanjang tak ada dalil yang
melarang). Ia bukan ibadah ubudiyah yang dirumuskan dalam dalil, semua
haram kecuali bila ada nash yang membolehkannya. Seni bukanlah semacam
ritual seperti shalat dengan aturan-aturan yang telah pasti.
Sesungguhnya pendapat yang jelas dalam hal ini adalah apa yang
difatwakan oleh Syaikh Muhammad Bakhit (Mufti Mesir) dalam risalahnya
"Al Jawaabusy-Syafi fi lbaahatit-Tashwir Al Futugrafi", Bahwa
sesungguhnya fotografi itu adalah pengambilan gambar yang sudah ada. Dia
tidak termasuk membuat gambar yang dilarang, karena yang dilarang adalah
membuat gambar yang semula belum ada atau belum dibuat sebelumnya
untuk mengungguli ciptan Allah SWT. Hal ini tidak ada pada pengambilan
gambar dengan alat kamera". Ini sebagaimana telah menjadi ketetapan suatu
hukum, bahwa esensi gambar itu mempunyai pengaruh di dalam menentukan
Mengenal Seni Rupa Islam - 85 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
hukum haram dan tidaknya. Dan tidak ada seorang Muslim pun yang tidak
setuju haramnya gambar yang esensinya bertentangan dengan masalah aqidah
atau syari'at dan akhlaq. Seperti gambar-gambar wanita telanjang atau
setengah telanjang, menampakkan bagian-bagian tubuh wanita yang
merangsang, melukis dan menggambarnya di berbagai tempat yang dapat
merangsang syahwat dan membangkitkan keinginan terhadap dunia,
sebagaimana yang dilihat di majalah-majalah, surat-surat kabar dan gedung-
gedung film. Semua itu tidak diragukan keharamannya dan keharaman
menggambarnya, keharaman mengedarkan gambar-gambar tersebut,
keharaman memasangnya di rumah-rumah, kantor-kantor, majalah-majalah
dan dinding serta keharaman melihat gambar melihat tersebut.
Termasuk foto yang diharamkan adalah foto-foto porno atau gambar
kekafiran, orang-orang zhalim dan fasik utamanya bagi seorang muslim untuk
menjauhi mereka karena Allah. Maka tidak halal bagi seorang muslim untuk
menggambar atau mengambil gambar seorang pemimpin yang mengingkari
wujudnya Allah atau orang musyrik yang menyekutukan Allah. Juga orang
Yahudi atau Nasrani yang mengingkari kenabian Muhammad SAW. Atau
pun orang-orang yang mengaku Islam tetapi tidak berhukum pada apa yang
diturunkan Allah. Atau orang yang menyebarkan kemaksiatan dan kerusakan
di masyarakat. Termasuk juga tentang gambar-gambar yang melambangkan
kekafiran seperti simbol-simbol dan lain-lainnya. Gambar sebagai untuk
penjelasan ilmu pengetahuan tertentu dan foto pada kartu identitas (KTP) atau
passport, SIM dan perkara-perkara darurat lainnya, hal ini diperbolehkan
karena merupakan masalah darurat (suatu keharusan atau keterpaksaan atau
sesuatu yang tidak dapat dihindari). Pemotretan gambar pelaku kriminal
seperti pembunuh, pencuri dan lainnya untuk membantu penangkapannya
agar dapat ditegakkan hukum qishash atas mereka. Demikian pula
diperbolehkannya untuk kepentingan ilmiyyah seperti Iilmu kedokteran,
biologi dan lainnya. Diperbolehkan bagi anak-anak perempuan untuk bermain
dengan boneka (patung) dari kain perca yang berbentuk bayi kecil, sehingga
anak-anak itu bisa memakaikan baju padanya, memandikan atau
menidurkannya. Hal ini dapat menjadikan anak-anak ini belajar mendidik dan
memelihara anak-anak setelah nantinya mereka menjadi ibu. Sedangkan dalil
dalam permasalahan ini adalah ucapan 'A`isyah: "Aku bermain-main boneka
di sisi Nabi" (HR. Al-Bukhari). Diperbolehkan gambar yang dipotong
kepalanya sehingga tidak menggambarkan makhluk bernyawa lagi tetapi
10
Oloan Situmorang, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya, Pn. Angkasa,
Bandung, 1993: 9
Mengenal Seni Rupa Islam - 95 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan senirupa Islam banyak
berbentuk masjid, istana, illustrasi buku dan permadani.
Tanah yang baru ditaklukkan oleh kaum muslim umumnya telah ada
sebelumnya suatu tradisi artistik asli mereka sendiri dan pada awalnya para
seniman memang telah bekerja di bawah kendali kekuasaan patronase
Bizantium atau Sasania, yang tetap bekerja sesuai adat atau gaya mereka
sendiri dan untuk pelanggan Muslim. Contoh-contoh pertama dari seni Islam
bergantung pada teknik yang ada sebelumnya, kemudian gaya dan bentuk-
bentuk yang hadir mencerminkan campuran tema dan motif berbagai
kepentingan ada yang tradisi, dekoratif dan klasik. Bahkan juga didirikan
monumen-monumen keagamaan di bawah perlindungan Umayyah yang
memiliki fungsi Islam secara jelas dan bermakna, seperti Kubah Batu di
Yerusalem, yang menunjukkan campuran dari Yunani-Romawi-Bizantium-
Sasania. Secara bertahap di bawah pengaruh iman Muslim dan negara Islam
barulah lahir dan muncul seni Islam yang unik. Aturan dari kekhalifahan
Umayyah (661-750) seringkali dianggap sebagai periode formatif dalam seni
Islam. Jenis periodisasi mengikuti aturan umum dari sejarah Islam, yang
terbagi ke dalam dan diselingi oleh aturan berbagai dinasti, mulai dari
Umayyah dan c dinasti Abbasiyah yang memerintah sebuah negara Islam
bersatu dan luas, lalu berakhir dengan lebih regional, meskipun kuat, seperti
dinasti Safawi, Utsmani dan Mughal. Dengan cakupan geografis dan sejarah
yang panjang, seni Islam mau tidak mau tunduk pada seni berbagai daerah dan
bahkan pengaruh gaya perubahan dalam berbagai periode perkembangannya.
Hal ini semua lebih luar biasa lagi bahkan dalam tekanan dan situasi bahwa
seni Islam selalu mempertahankan kualitas intrinsik dan identitas khusus yang
unik. Sama seperti agama Islam mewujudkan cara hidup dan berfungsi
sebagai kekuatan kohesif di antara beragam etnis dan budaya masyarakat.
Seni yang dihasilkan oleh dan untuk masyarakat Muslim telah
mengidentifikasikan dasar dan karakteristik pemersatu, damai dan indah.
Mungkin yang paling menonjol di antaranya adalah suatu kecenderungan
untuk semua permukaan dengan dekorasi berlebihan. Keempat komponen
dasar Islam seperti ornamen kaligrafi, pola vegetal, pola geometris
dan representasi figural.
Istilah ini menunjukkan seni Islam telah bersatu dalam gaya dan
tujuan-tujuan tertentu serta memang ada beberapa fitur-fitur umum yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 96 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
membedakan semua seni di wilayah kekuasaan Islam. Walaupun seni Islam
merupakan seni yang sangat dinamis, sering kali ditandai dengan karakteristik
wilayah yang kuat dan dipengaruhi secara signifikan dari seni budaya yang
lain serta mempertahankan koherensi keseluruhan yang luar biasa, juga pada
segi geografis yang demikian luas dengan persoalan yang tak terbatas pada
soal duniawi. Ada semacam kepedulian terhadap perkembangan seni Islam,
adalah mengenai agama Islam itu sendiri yang penganutnya memegang ketat
syariat Islam, ada yang longgar terhadap pembatasan-pembatasan tersebut
karena senimannya bukan muslim. Segalanya yang dibentuk dan dibangun
sebagai bentuk penciptaan seni budaya visual yang tentunya berbeda dengan
bahasa artistik yang umum dan menjadi unik.
Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti seni rupa Hindu-
Buddha ataupun seni Kristen-Nasrani dan seni Barat, dimana seni Islam ini
merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat adanya
ekspansi oleh kerajaan atau pemerintahan bercorak Islam di sekitar Timur
Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil dan Eropa serta penaklukan oleh
bangsa Mongol. Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor,
Spanyol, Bizantium, India, Mongolia dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula
pengaruh akibat dari hubungan dagang, seperti Tiongkok (China), yang
disebabkan miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu, yang walaupun oleh
para pengamat hasil karya dalam bidang sastra dan musik sebenarnya
memperlihatkan suatu hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah
yang membuat seni rupa Islam dianggap sangat kaya. Hal ini terutama bisa
dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari
berbagai daerah. Para ahli sejarah seni Islam umumnya mencoba memberikan
ciri periodisasi misalnya seni rupa asli Jazirah Arab, seni rupa Umayyah,
seni rupa Abbasyiah, seni rupa Islam Turki, seni rupa Islam Kordoba, seni
rupa Islam Persia, seni rupa Islam China, seni rupa Islam Indonesia dan
sebagainya.
Untuk awal Imperium Islam, di bawah dinasti Umayyah , tidak
banyak mempunyai kehidupan seni yang khas. Yang terbaik saat itu adalah
dekorasi yang rumit berupa mosaik Kubah Batu masjid di Yerusalem dan di
Masjid Agung di Damaskus. Mosaik ini dilakukan dalam bentuk gaya
Romawi yang mungkin dikerjakan oleh pengrajin Romawi. Tapi sudah dapat
dilihat suatu perbedaan besar antara seni Romawi dengan seni Islam. Para
pengikut Islam, seperti Yahudi juga mengambil secara serius gagasan seni
Islam, bahwa tidak boleh membuat patung berhala. Mereka para perajin juga
Mengenal Seni Rupa Islam - 97 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
memahami pembatasan-pembatan dalam syariat Islam dan mosaik-mosaik
yang dibuat tersebut tidak menunjukkan wujud manusia dan mahluk hidup
atau hewan bernyawa pada bangunan. Pada periode Abbasiyah, bahkan motif
tanaman dan bangunan yang paling disukai. Sebagian besar seni itu bercorak
geometris, banyak desain seperti ini tampaknya berasal dari motif atau pola
kain.
Seni rupa Islam asli Jazirah Arab bisa terlihat dari arsitektur di sekitar
wilayah Makkah dan Madinah. Kedua kota ini merupakan pusat pemerintahan
pada masa Nabi Muhammad. Biasanya arsitektur asli Jazirah Arab ini
berupa bentuk bangunan segi empat sederhana, yang difungsikan sebagai
Mengenal Seni Rupa Islam - 99 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tempat ibadah. Bagian tengah merupakan lapangan atau ruang terbuka dengan
dikelilingi pilar, dinding dan kamar-kamar. Lapangan atau ruangan yang lebih
luas berfungsi sebagai tempat shalat berjamaah dan di bagian depan sebagai
kiblat terdapat mihgrab atau mimbar untuk khatib dalam memberikan hutbah
atau ceramah keagamaan. Contoh dari bangunan yang masih memperlihatkan
ciri arsitektur ini adalah Masjid Nabawi.
Masjid Al-Aqsa,
merupakan simbol
kekayaan seni rupa
Islam
Masjid Umayyah, di
Syria
Iskandar
( Alexander Agung ),
Persia Miniatur
dari Herat, 1400 M
Pengaruh Turki didapat dari penaklukan Iran oleh bangsa Turki pada
abad 11 Masehi. Di beberapa tempat, ada iconoclastic semacam aturan
Keramik
Berupa
Vas Mamluk
Berglasir
dengan
Kilau Emas
Masjid Cordoba,
di Spanyol
Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni
rupa yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang
dikenal pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam
perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur
kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga
memunculkan inspirasi dari pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli dari
medium bangunan arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini
dalam bentuk perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque,
sebagai peninggalan seni rupa Islam banyak diterapkan pada perwujudan
masjid, istana, ilustrasi buku dan karpet atau permadani.
Koleksi yang besar tentang Seni Barat seperti yang di koleksi galeri
Internasional mencerminkan bahwa telah berabad-abad lalu berhubungan
dengan dunia orang Islam dan merupakan penghormatan untuk Seni Islam.
Sedangkan objek yang mengenai Eropa di dalam koleksi galeri permanen
telah terpilih untuk kualitas aesthetic yang mereka sendiri kenali seperti kultur
mengenai Eropa dan banyak orang yang mengungkapkan konteks
internasional yang lebih luas tentang waktu yang dilalui. Untuk melengkapi
Mesjid dan Istana, Seni Islam pada pameran museum di Galeri Seni (18 Juli
2004 – 6 Pebruari 2005) dari Victoria dan Albert, sudah dikenali objeknya
sepanjang masa pada seluruh bangunan Barat, yang menggambarkan
11
Yahyaayyash, Seni Dalam Islam, 31 -05 - 2008
Mengenal Seni Rupa Islam - 116 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Setelah wafatnya Nabi Muhammad pada 632 M, seni rupa Islam
mewarisi dua tradisi artistik yang berbeda, mereka ada yang memilih
Byzantium-Kristen ke barat dan ada memilih Kekaisaran Sassanian ke timur.
Kemudian seiring dengan Kekaisaran Muslim yang baru menyapu dari barat
hingga ke Spanyol dan kemudian sampai ke Asia, lalu menyerap berbagai
pengaruh baru khususnya dari China. Seni Islam mencakup seni visual yang
dihasilkan dari abad ke-7 dan seterusnya oleh orang-orang yang tidak harus
muslim, yang tinggal di wilayah yang dihuni oleh budaya Islam dalam
populasi. Ini mencakup bidang-bidang yang beragam seperti arsitektur,
kaligrafi, lukisan dan keramik. Namun demikian, walaupun seni Islam
mencerminkan tingkah laku dari rezim-rezim yang terus berganti, dari zaman
awal Khalifah Umayyad dan Abbasid hingga yang terakhir dinasti Safavid,
Qajar dan Ottoman. Dan dari sinilah larangan Islam atas seni yang
menampilkan figur seseorang diterjemahkan secara berbeda. Merunut doktrin
dan sejarah awal Islam, bisa disimpulkan bahwa pencarian pembenaran
terhadap seni rupa terutama patung dalam doktrin Islam adalah pekerjaan
yang dianggap sia-sia. Namun bukan berarti perupaan terhadap Nabi tidak ada
sama sekali. Penggambaran Nabi, baik dengan wajah terbuka ataupun dengan
tertutup, ada ditemukan di kawasan Persia, Turki dan Asia Tengah. Perupaan
tersebut merupakan suatu “keusilan” dari para seniman yang hidup di alam
sekuler dan kurang mengerti syariat Islam, yang berasal dari luar tanah Hijaz
(Arab) atau pun bagi mereka yang telah menjadi seniman sebelum masuk
Islam. Misalnya sebuah lukisan yang dibuat pada 1315 di Tabriz, Persia
(Iran), yang menggambarkan Nabi Muhammad tengah mengambil Hajar
Aswad (batu hitam) dari selembar kain yang empat ujungnya dipegang oleh
masing-masing kepala suku besar di Makkah. Cerita itu berasal dari kitab
sejarah Jâmi‟ al-Tawârikh karya Rasyid al-Dîn. Sedangkan manuskrip
gambar itu saat ini berada di perpustakaan Universitas Edinburgh Inggris.
Lukisan-lukisan lain yang juga menggambarkan sosok Nabi dengan wajah
terbuka ditemukan di Bukhara (Uzbekistan) dan Herat (Afghanistan).
Sedangkan lukisan sosok Nabi dengan wajah tertutup berasal dari
perkembangan seni rupa dan arsitektur Dinasti Utsmaniyah di Turki.
Adanya kesadaran, dimana budaya Islam kemudian tidak
menghendaki adanya gambar-gambar manusia dan binatang, terutama yang
berbentuk dan bernyawa terutama manusia telanjang (porno). Yang
dikehendaki adalah yang selain itu (yang tidak bernyawa) dan sesuai dengan
aqidah tauhid, bukan yang berbentuk dan identik dengan patung-patung yang
Mengenal Seni Rupa Islam - 117 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
disembah, dengan segala macam atributnya dan tingkatannya. Dari sinilah
maka seni Islam itu beralih kepada bentuk lain yang juga sangat indah dan
menarik, seperti yang tampak pada lukisan-lukisan kaligrafi dan hiasan-hiasan
yang dibuat oleh seniman muslim. Sebagaimana terlihat di masjid-masjid,
mushaf, gedung-gedung, rumah-rumah dan tempat lainnya seperti di dinding,
atap, pintu dan jendela. Bahkan kadang-kadang gambar di lantai dan pada
alat-alat perkakas rumah tangga, sprei, sarung bantal, pakaian, gagang pedang
dan lainnya. Dengan menggunakan bahan-bahan dari batu, marmer, kayu,
semen, kulit, kaca, kertas, besi, tembaga dan bahan tambang yang beraneka
ragam. Termasuk lukisan atau hiasan yang menarik adalah kaligrafi Arab
dengan berbagai model seperti tsuluts, naskh, riq'ah, farisi, diwani, kufi dan
lainnya. Kaligrafi itu ditulis oleh para Khathath (ahli khat) yang ahli tulisan
Arab, sehingga karyanya terlihat sangat indah dan menarik.
Seni rupa Islam, meliputi seni lukis dan kaligrafi serta illustrasi, seni
patung, seni keramik, seni arsitektur atau seni bangunan, seni hias atau
dekorasi atau ornamen. Dalam seni kriya yang mencakup produk tekstil,
tapestry, busana, karpet, produk logam untuk perkakas dan perhiasan, produk
kayu peralatan rumah tangga dan furniture, fotografi serta lainnya. Cabang
senirupa Islam yang paling banyak mendapat perhatian dan penilaian adalah
kaligrafi, karena estetika Islam melihat media ini dipandang mempunyai
kedudukan yang tinggi, baik dari kalangan agamawan maupun seniman.
Risalah tentang ilmu menulis atau Risalah Fi‟l-‟ilm al-Kitabah, yang dibuat
pada abad 10 oleh Abu Hayyan at-Tauhidi as-Sufi dari Baghdad adalah
pembahas masalah tersebut. Sebelumnya memang ada yang memuat tulisan
yang sama dengan komentar penilaian teknis dan pentingnya kaligrafi, ini
berlangsung selama hampir 6 abad. Sekitar abad ke 16, kaligrafi menduduki
tempat yang penting terutama di Iran.
Tatakan Medali
lilin dari Batu Pasir
Iran Awal Abad
berbentuk 17
hewan (Bijapur)
koleksi India
Museum
Louvre
Dari beberapa hal yang bisa dipahami dari penjelasan diatas ada tiga
hal yang dapat dikatakan penting adalah sebagai berikut :
1. Glasir Logam kaca dan penggunaan mineral dalam proses pembakaran
dari abad ke-9 menghasilkan jenis lusterware yang unik dan sudah
berteknologi maju.
2. Perdagangan dengan Asia dengan penggunaan teknik produksi keramik
berasal dari China, terjadi dari abad ke-13 mendahului sebelum penerapan
teknik yang sama dari Eropa.
3. Daerah yang berbeda seperti Turki, Iran, Mesir dan Suriah, yang masing-
masing telah memiliki gaya daerah mereka tersendiri.
Keramik Dengan
Hiasan Khas
Motif Islam
Geometris – Kaligrafi.
Sayangnya penjelasan yang diberikan untuk gaya dan masa yang spesifik ini
banyak ditulis dan ditujukan untuk para spesialis atau penikmat saja, bagi
pengamat memang dianggap masih kurang memadai dan kurang lengkap.
Ketika Timur Tengah berada di bawah kekuasaan Islam pada abad
ketujuh, produksi artistik tidak segera memutuskan hubungan dengan masa
lalu, hanya secara bertahap melakukan tradisi bervariasi di kawasan itu
dimana artistik menggabungkan diri ke dalam gaya identifiably Islam dan
penonjolan diberikan untuk prasasti dalam bahasa Arab yang membantu
memberikan karakter seni Islam itu sendiri, seperti halnya dalam hal
kemajuan dari segi teknis. Dari abad kedua belas misalnya, tembikar dilapisi
dengan desain bawah glasir (underglaze), sedangkan metalworkers dieksekusi
Mengenal Seni Rupa Islam - 139 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
secara kompleks dan penuh pola warna di permukaan brasswares
menggunakan tatahan perak, tembaga, emas dan bahan lainnya. Keterampilan
serupa juga diterapkan pada permukaan kaca, yang ditutupi glasir dengan
ornamen cerah dan indah terdiri penggunaan warna berenamel dan
penyepuhan.
Faktor eksternal dari pasukan penguasa telah membawa perubahan
lebih lanjut. Perdagangan dengan China pada abad kedelapan diperkenalkan
kembali penggunaan tablewares keramik ke Timur Tengah dan pada abad
ketiga belas, pendudukan Mongol dari sebelah timur di Timur Tengah yang
menyebabkan adanya penerapan motif kekaisaran Asia Timur seperti phoenix
dan naga. Semua perubahan ini memiliki efek kumulatif, sehingga pada abad
keempat belas, seni Islam telah menjadi benar-benar berbeda dari seni masa
lalu yang pra-Islam.
Keramik dapat dibandingkan dengan gambar monumen dan masjid,
untuk pelajaran tentang studi untuk publik, dibandingkan dengan kepentingan
privat (khusus) atau bersifat sekuler, juga dibandingkan dengan seni religius
dalam dunia seni Islam. Foto gambar keramik dapat digunakan untuk
membahas perkembangan teknologi dan pertukaran dalam sejarah serta
perdagangan global sebelum ekspansi Muslim ke Eropa. Dan keramik dapat
digunakan untuk mengeksplorasi kehidupan rumah tangga pra-masyarakat
modern dari segi jenis dan fungsi tertentu dari potongan-potongan keramik
yang ditemukan.
Islam muncul sebagai salah satu agama di Jazirah Arab di abad ke-7,
dan dengan cepat menyebar ke wilayah tetangga, yang meliputi wilayah dari
Saudi, Afrika Utara, dari Syria ke Iran di Timur dan Spanyol di Barat. Gaya
artistik lokal dari daerah yang ditaklukkan, kemudian diserap dalam
pembuatan seni tanah liat dan berasimilasi dalam seni budaya Islam. Hal ini
tercermin dalam keramik dari periode awal Islam (abad ke 7 - 10) yang terus
menggunakan teknik-teknik dan gaya Bizantium, Partia dan Sasanians dari
abad 9 atau 10, hal tersebut dianggap bahwa gaya Islam yang unik telah
muncul. Motif bulat (roda) dilekatkan atau dicapkan ke benda keramik
dengan desain geometris dan kombinasi hewan dengan tumbuhan serta
barang-barang hasil cetakan merupakan karakteristik keramik pada Islam
awal abad ke-8. Sementara barang-barang keramik berglasir mengkilap baru
masuk Irak sejenis „keramik biru-putih', keramik mono-crome dan policrome
yang berkilau muncul pada abad ke-9 periode Abbasiyah. Dalam peningkatan
perdagangan dengan China, masa Abbasiyah mempelajari teknik-teknik
Mengenal Seni Rupa Islam - 140 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
tembikar berkaca (berglasir) yang digunakan oleh tembikar China, terutama
penambahan timah oksida untuk membuat glasir transparan, meniru dalam
penampilan yang dianggap sebagai porselen China dengan bahan tanah putih
halus. Teknik lain tembikar yang diperkenalkan oleh Islam adalah
penggunaan hiasan yang kilap berkilau seolah bercahaya seperti kemilaunya
metalik dari abad ke-10 dan seterusnya. Kemudian penggunaan berbagai jenis
slip untuk menutupi tanah liat lokal dengan gaya dekoratif baru dalam bentuk
kaligrafi akhirnya mulai diperkenalkan secara luas.
Keramik Islam
Abad 9 dari
Nisyapur
Ottoman
Turki (Istambul)
Jaman Süleyman
„Si Hebat”
Berbahan Kertas,
Cat Emas dan
Tinta (1520-1566)
Beberapa
Produk Keramik
Seni Islam
Dari Koleksi
Museum AS ,
Iran -Nishapur,
Samarqand-
Uzbekistan
Pada Abad ke
10-11
Keramik
Dinding
yang
Berhiaskan
Kaligrafi
Salah satu dari anggapan yang populer adalah bahwa budaya Islam
tidak mentolerir citra figural atau penggambaran manusia dan hewan.
Larangan ini tentu dapat dilihat di tempat kerja seni rupa dalam konteks
agama. Tidak ada sosok manusia atau hewan muncul pada dekorasi masjid
dan tidak ada illustrasi teks seperti dalam Al Quran. Di sisi lain, gambar
figural yang umum dalam konteks sekuler, khususnya dalam karya seni dibuat
untuk para penguasa Islam. Peti mati yang terbuat dari gading untuk penguasa
pengadilan muslim Spanyol, misalnya, kadang-kadang diukir dengan gambar-
gambar musisi istana dan dikelilingi oleh burung-burung serta binatang dalam
setting taman dan naskah sastra yang banyak mengandung illustrasi figural.
Pada saat penggunaan citra Islam, bahkan ada bentuk tiga-dimensi, meskipun
bentuk patung itu dianggap berbahaya karena dekat dengan bentuk berhala,
bahwa Tuhan telah memperingatkan ummat Islam untuk tidak menyembah
berhala atau patung, karena pematung juga dianggap meniru daya cipta dari
Allah dengan mereproduksi bentuk lahiriah dari makhluk-Nya. Banyak orang
Mengenal Seni Rupa Islam - 149 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
menganggap karya-karya seni patung seperti ofensif dan bersifat lebih kreatif,
unik, menggoda atau sebagai ujian dari keimanan bagi setiap muslim.
Keramik
Putih
Hasil
Seni Islam
Seni membuat kaca atau gelas merupakan salah satu pencapaian yang
pernah ditorehkan dari peradaban Islam di era keemasan. Namun pencapaian
ummat Islam yang begitu tinggi itu seakan dinihilkan oleh peradaban Barat,
karena faktanya sangat sedikit yang ditulis. Para ahli kaca atau gelas Barat
tidak pernah memperhatikan keberhasilan serta warisan yang telah
disumbangkan ummat Islam dalam pembuatan kaca serta gelas. Seakan ingin
menutupi keberhasilan yang pernah dicapai oleh ummat Islam, para ahli kaca
di Barat yang selalu saja menonjolkan kemewahan seni pembuatan kaca di
Eropa. Padahal, teknologi dan teknik pembuatan kaca atau gelas yang
dikuasai Barat, adalah merupakan hasil transfer pengetahuan dan teknologi
dari dunia Islam. Norman A Rubin dalam tulisannya berjudul: Islamic Glass
Treasure: The Art of Glass Making in the Islamic World, mengatakan: “Apa
yang dilakukan para ahli kaca atau gelas Barat sesungguhnya tidak adil,
karena menyembunyikan nilai-nilai seni kaca Islami serta menihilkan
pencapaian yang sesungguhnya”. Berbicara mengenai sejarah seni pembuatan
kaca, prestasi gilang-gemilang yang telah ditorehkan oleh dunia Islam tidak
bisa dilupakan, dimana para seniman muslim telah memberi sumbangan yang
begitu besar dalam teknik pembuatan kaca atau gelas. Para seniman muslim
itu telah menciptakan bentuk dan pola baru dalam teknik pembuatan kaca atau
gelas, lebih lanjut Rubin berungkap: ''Para seniman Muslim telah
melahirkan ruh serta semangat artistik baru dengan pendekatan seni
1) 2)
Patung Islam Berbahan Logam Perunggu
Produksi Seni 1) Suriah dan 2) Iran
Dinasti Saljuk, yang nomaden dari Turki berasal dari zaman sekarang
yakni Mongolia, muncul di panggung sejarah Islam menjelang akhir abad ke-
10. Hadir juga di Baghdad pada 1048, sebelum berakhir 1194 di Iran,
meskipun yang bekerja memproduksi terus adalah Saljuk di bawah naungan
yang lebih kecil sampai akhir abad ke-12 dan awal abad ke-13, dari penguasa
independen dan para pelanggan. Selama waktu tersebut, pusat budaya dan
politik menggeser produksi seni dari Suriah, Damaskus dan Baghdad ke
Merv, Nisyapur, Rayy, Isfahan dan semua di Iran.
Hubungan patronase diperluas karena pertumbuhan ekonomi dan
kekayaan urban yang baru. Prasasti dalam arsitektur cenderung lebih berfokus
pada para pengunjung dari bentuk potongan. Nama sultan, wazir atau pejabat
yang lebih banyak disebutkan dalam tulisan dan kaligrafi di masjid-masjid.
Sementara itu, pertumbuhan di pasar untuk produksi massal dibuat lebih
bersifat umum dan penjualan seni dapat diakses dengan mudah oleh pedagang
dan profesional. Karena itu banyak relief dan peningkatan produksi produk
Mengenal Seni Rupa Islam - 169 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
telah selamat dari kemusnahan untuk era Seljuk dan masih bisa disaksikan
hingga kini. Numun juga dapat dengan mudah dihancurkan dan ditempat lain
masih ada tersisa. Karya-karya sebelumnya bersifat lebih ambigu, karena itu
bukan merupakan suatu kesalahan seni Seljuk, sebagai perkembangan seni
baru dan bukan merupakan warisan dari Iran dan Turki klasik.
Seni Saljuk yang direncanakan Iran, dapat dilihat dari konstruksi
masjid yang muncul untuk pertama kalinya, disamping tempat-tempat
penginapan yang disebut khan atau penginapan bagi wisatawan. Bentuk
binatang atau caravansarais umumnya ditampilkan utilitarian, daripada
hiasan arsitektur dengan puing-puing tembok, benteng yang kuat dan
kenyamanan minimal. Trend arsitektur penting lainnya timbul di era Seljuk
seperti pembangunan makam mausolea, termasuk menara seperti Gunbad-i-
Qabus (1006 - 7) yang menampilkan sebuah motif Zoroaster dan kubah
persegi, yang merupakan makam Samaniyah di kota Bukhara sekitar tahun
943.
Inovasi dalam seni keramik disebutkan untuk periode Seljuk meliputi
produksi minai-ware dan pembuatan wadah bukan dari tanah liat, tetapi
keluar dari pasta silikon (frit-ware), sementara pengrajin logam mulai
menatah tembaga dengan logam mulia. Diluar era Seljuk dari Iran ke Irak,
dapat dilihat sebuah buku lukisan penyatuan, yakni lukisan-lukisan yang
memiliki unsur sifat ”kebinatangan” yang menyampaikan arti simbolis yang
kuat dari unsur kesetiaan atau pengkhianatan dan keberanian.
Ketika Mongol pada abad ke-13, di bawah kepemimpinan Genghis
Khan telah menggempur dan menyapu seluruh dunia Islam. Setelah kematian
Genghis Khan, kerajaannya dibagi di antara keturunannya dan dengan
demikian banyak dinasti pun terbentuk, di daerah Yuan di China, Ilkhanids di
Iran dan Golden Horde di Iran utara dan selatan Rusia. Peradaban yang kaya
telah dikembangkan di bawah kekuasaan "khan kecil," yang pada awalnya
tunduk kepada kaisar Yuan, tapi kemudian dengan cepat menjadi mandiri.
Aktivitas arsitektur ditingkatkan sebagai gaya Mongol secara tetap
dan mempertahankan gaya nomaden sebagai jejak asal-usul mereka, seperti
orientasi utara-selatan bangunan. Pada saat yang sama proses "iranisation"
berlangsung dan konstruksi sesuai dengan jenis bentuk sebelumnya seperti
gaya Iran dalam membuat masjid dilanjutkan. Makam Öljeitü dalam
Soltaniyeh adalah salah satu yang terbesar dan paling mengesankan sebagai
bentuk monumen di Iran, meskipun banyak kemudian mengalami
penghancuran. Seni Persia dipersepsi dalam semua seni, juga lahir di bawah
Mengenal Seni Rupa Islam - 170 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
dinasti ini didorong oleh patronase, ada bangsawan memunculkan naskah
besar seperti Jami al-Tawarikh oleh Rasyid al-Din. Teknik-teknik baru dalam
keramik hadir seperti lajvardina (variasi luster-ware) dan dipengaruhi China.
Seni awal para perantau dari Golden Horde yang kurang dipahami peneliti
dari bukti perencanaan kota dan arsitektur yang telah ditemukan. Ada juga
produksi yang signifikan dalam karya emas, yang sering menunjukkan
pengaruh China yang begitu kuat dan banyak dari pekerjaan ini dipelihara
sebagai pertapaan.
Awal periode besar ketiga abad pertengahan seni Iran, bahwa dari
Timurids ditandai dengan penyerangan kelompok ketiga dari kaum nomaden,
di bawah arahan wilayah Timur, ada pembangunan benteng di Kharnaq, Al-
Hira, lukisan oleh Behzad, 1494-1545. Selama abad ke-15 dinasti ini
memunculkan sebuah zaman keemasan naskah dalam bahasa Persia dengan
banyak lokakarya, juga berupa lukisan dan pelanggan termasuk adanya
pelukis terkenal seperti Kamal ud-Dīn Behzad. Arsitektur Iran dan
perencanaan kota juga mencapai puncaknya, terutama dengan monumen
Samarkand dan ditandai dengan penggunaan luas ubin keramik eksterior dan
muqarnas kubah dalam.
Turki Saljuk mendorong Iran di luar dan masuki ke dalam Anatolia
untuk memenangkan perang, kemenangannya atas Kekaisaran Bizantium
dalam Pertempuran Manzikert (1071) dan mendirikan sebuah kesultanan
independen dari cabang dinasti Iran. Kekuatan mereka tampaknya sebagian
besar telah berkurang setelah invasi Mongol di 1243, tapi keuntungan yang
diperoleh di bawah kekuasaan sampai 1304. Arsitektur dan benda disintesis
dengan berbagai gaya, baik dari Iran dan Suriah, kadang-kala rendering
attributions dibuat dengan tepat. Seni pertukangan berkembang pesat dan
lukisan setidaknya satu naskah diilustrasikan dalam periode ini.
Pembangunan penginapan ini ditingkatkan dalam skala, benteng dan
replicability. Caravanserais adalah rute perdagangan utama di seluruh
wilayah, yang ditempatkan pada interval perjalanan dalam satu hari, selain itu
mulai mengandung pusat masjid. Turkmen, pengembara yang bermukim di
daerah Lake Van, yang bertanggung jawab atas sejumlah mesjid, seperti
Masjid Biru di Tabriz dan mereka memiliki pengaruh yang menentukan
setelah jatuhnya Anatolia Saljuk. Dimulai pada abad ke-13, Anatolia
didominasi oleh dinasti Turkmen kecil, yang semakin berjarak lebih jauh dari
teritori Bizantium. Sedikit demi sedikit muncul satu dinasti besar, bahwa dari
Utsmani, setelah 1450-an yang disebut sebagai "Ottoman pertama". Pelindung
Mengenal Seni Rupa Islam - 171 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
itu dilaksanakan primarilyso dan dipandang sebagai cikal bakal seni Utsmani,
khususnya "Milet" dan pertama kali keramik biru-putih karya Anatolia.
Dalam buku islam frontispieces, dapat disaksikan lukisan keemasan
pertama pada abad ketiga belas, sebagian besar dari Suriah dan Irak. Pengaruh
dari kosa kata visual Byzantium, warna biru dan emas yang mewarnai motif
dan simbol dari produk kain yang dikombinasikan dengan jenis wajah
Mongoloid di abad ke-12. Sebelumnya koin arab selalu menampilkan
epigraphs, tetapi sebagai masyarakat Ayyubiyah menjadi lebih kosmopolitan
dan bersifat multi-etnik. Bentuk koin mulai fitur astrologi, figural yang
menampilkan berbagai seni Yunani, Seleukus, Bizantium, Sasanian dan Turki
comtemporary dan menguasai patung-patung bergambar atau berbentuk
hewan.
Lukisan Keramik
Ubin-Dinding
yang Dipengaruhi
Gaya China,
Dengan Motif Bentuk
Figur Wanita
dan Bunga-bungaan
serta Gambar
Benda Keramik
Taj Mahal Taj Mahal Di tahun 1628, Pangeran Shah Jahan kemudian naik
menggantikan ayahnya. Istrinya, Mumtaz ul Zamani pun dianugerahi julukan “Mumtaz
Mahal” yang berarti "Jewel of the Palace” atau “Permata di Istana”
Hiasan Dinding Bangunan Islam Siti Aiysah, Alhambra-Irak Yang Khas Muslim
Hiasan Dalam Kubah di Masjid Nabawi,Madinah dan Mosaik Ubin di Sekolah Olahraga
Hiasan Ubin Dengan Ornamen Geometri dari Aleksandria dan Keppler di Abad 15
Seni rupa Islam adalah seni rupa yang berkembang pada masa lahir
Islam hingga akhir masa keemasan Islam. Rentang waktu ini bisa
didefinisikan meliputi Jazirah Arab, Afrika Utara, Timur Tengah dan Eropa
sejak mulai munculnya Islam pada 571 Masehi hingga mulai mundurnya
kekuasaan Turki Ottoman. Walaupun sebenarnya Islam dan keseniannya
tersebar jauh lebih luas daripada itu dan tetap bertahan hingga sekarang. Seni
rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa yang
memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada
masa ini. Tetapi peran seni Islam sendiri cukup besar di dalam perkembangan
seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur kontemporer seperti
abstraksi dan filsafat keindahan.
Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi
menjadi motif hias. Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi
sifat asli medium arsitektur yang banyak ditemukan pada masa tersebut,
terutama pada produk perabotan.
Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan seni rupa
Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku dan permadani. Taj
Mahal, di Agra. Shah Jahan's 1648, merupakan bangunan peringatan kepada
Karpet
Untuk
Ekspor
Dari Seni
Islam
Beberapa Motif Bunga dan Binatang untuk Karpet dan Permadani atau Tekstil
Era Seni Islam Koleksi Museum
Bahasa dan tulisan Arab adalah seolah identik dengan Islam. Ini
adalah bahasa nabi Muhammad SAW; Bahasa di Al-Qur‟an sebagai kitab suci
Islam yang telah diwahyukan kepada Rasullullah oleh Allah SWT; Menjadi
bahasa ummat Islam dalam menyembah, menyebut dan membesarkan nama
Allah; Juga menjadi bahasa yang mengikat atau pemersatu ummat Islam dari
seluruh dunia, di segala waktu dan tempat, bersama-sama dalam satu tali
persaudaraan kohesif.
Dari semua seni visual, kaligrafi telah menjadi yang paling diakui
sebagai seni rupa Islam oleh ummat muslim. Umumnya Alfabet bahasa Arab
dalam berbagai skrip, biasanya dikombinasikan dengan endy ornamen,
menjadi hiasan yang paling berharga untuk arsitektur dan benda fungsional,
seperti mebel, tekstil dan keramik. Memang, dengan adanya pengecualian
penyair dengan ahli kaligrafi, ummat Islam tidak pernah memandang sebagai
seniman untuk suatu wawasan atau makna yang khusus. Kebanyakan mereka
telah menganggap seni Islam terutamanya hanya sebagai seni dekoratif saja.
Namun juga ada yang didasarkan atas studi aljabar atau matematika dan
membuat seni geometris yang rumit serta sampai melibatkan desain gaya
rumit kaligrafi Arab. Pada rumah ibadah Islami yang dikenal sebagaimana
bangunan masjid, beberapa fitur dari sebuah masjid adanya dikka, mihrab dan
mimbar serta menara. Muslim percaya bahwa Tuhan adalah Esa, tunggal atau
unik tanpa rekan dan karena itulah Ia tidak dapat diwakili. Dia disembah
Mengenal Seni Rupa Islam - 209 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
secara langsung, sehingga tidak ada tempat untuk bisa gambarnya, karena Al
Qur'an hanya mengkiaskan sifat dan tanda-tandanya serta jalan cerita tentang
wahyu Allah. Hanya ada sedikit alasan untuk menyajikan cerita dalam seni
keagamaan.
Ubin dan keramik dinding yang diukir awalnya diatur ke dalam fasad
bangunan di Uzbekistan. Panel pusat terdiri dari inskripsi Arab diukir dalam
naskah gaya kufic dianyam dengan latar belakang gulungan vegetal tertutup
pirus glasir transparan bercahaya. Prasasti, yang berbunyi "(al-mulk) li-llah
al-mu (lk) li-llah" (Kedaulatan adalah untuk Allah. Kedaulatan adalah untuk
Allah), yang dibingkai oleh dua perbatasan sempit biru muda dan dimahkotai
Hal utama yang menarik dan terawat baik yakni topi berbentuk helm
yang dicap dengan tanda yang digunakan seperti dalam persenjataan Ottoman,
menunjukkan bahwa beberapa helm khas dalam koleksi, melewati kekuasaan
Turki sebagai rampasan dengan penaklukan Ottoman-Iran dan Kaukasus.
Helm dihiasi dalam gaya kaligrafi yang menyandang nama Farrukh-Siar
(1464-1501), penguasa Shivran di Kaukasus.
c) Khatt Tsulufsiy
Gaya tsulufsiy mencakup beberapa aspek yaitu: pertama, dapat
dilakukandalam berbagai gaya khatt (kaligrafi); kedua, umumnya
d) Khatt Farisi
Khatt farisi adalah sebuah gaya yang cenderung banyak menampilkan
kondisi dari maing-masing huruf yang dianggap kurang teratur,
namun terlihat masih terkesan indah karena tiap-tiap huruf dituliskan
di atas dan di bawah garis. Khatt farisi ini merupakan salah satu jenis
gaya yang cukup banyak diminati di Timur Tengah setelah gaya
tsulufsiy. Keindahan gaya khatt farisi ini tidak lepas dari ketrampilan
atau kemahiran cara mengolah tiap-tiap huruf dan selalu menganut
pada ciri-ciri atau kekhasan dari masing-masing huruf. Berikut ini
adal;ah contoh khatt farisi.
g) Khatt Riq‟i
Gaya dan modelnya mirip dengan khatt naskhi , dimana penempatan
masing-masing huruf tidak banyak menumpuk sekalipun masih ada
yang bertumpuk dalam kondisi tertentu sebagaimana penempatan
gaya farisi.
Lukisan Islam
Tentang Sufi
Lukisan Sufi
Persia Tentang
Cerita Nabi
Musa dan Hidir
Setelah kematian Sultan Akbar, arsitek dari kerajaan Mughal yang aktif
dan sebagai pelindung seni, anaknya Jahangir (1605-27) naik takhta.
Sebagai seorang pangeran, Jahangir telah mendirikan studio sendiri di
Allahabad dan memiliki selera artistik yang kuat, lebih memilih seorang
Mengenal Seni Rupa Islam - 251 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
pelukis tunggal untuk bekerja pembuatan gambar daripada metode
kolaboratif saat masa Akbar. Dia juga mendorong secara hati-hati motif
tanaman dan studi hewan dan potret realistis, mendapat penghargaan dan
masuk mata pelajaran Europeanized serta buku-buku Jahangir berisikan
berkisar antara sastra karya seperti Razmnama (terjemahan Persia dari wiracarita
Hindu, Mahabharata ) untuk teks sejarah, termasuk versi ilustrasi dari memoar
kekuasaannya, Tuzuk-i Jahangiri . Tapi yang lebih umum dari zamannya yang
boros menyelesaikan album yang berisi lukisan-lukisan dan kaligrafi, sampel
dipasang pada halaman dengan batas hias dan kemudian diikat dengan sampul
kulit dan dicap sepuhan atau dicat serta dipernis. Jika ia tidak bisa mendapatkan
gambaran dari pekerjaan yang diinginkannya, kemudian disalin dan pada suatu
saat dikirim ke seniman Iran untuk dilukis atau dipatung Shah Abbas.
c
Piring keramik di central Asia pada abad awal XII-XIII, ada lukisan
adegan berburu rusa dari keramik glasir diameter-17 cm. Kaca berwarna
kecoklatan, bebas ditiup, diterapkan, berenamel, disepuh dan diwarnai violed,
Mengenal Seni Rupa Islam - 253 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
merah, biru, putih, hijau, kuning, hitam-enamel, emas, dan oranye-kuning-
noda. Ubin (tile) pada pertengahan abad ke-14, di Samarqand (Uzbekistan
sekarang) berupa ukiran dan sayu, fritware ini berupa ubin ukir yang awalnya
diatur ke dalam fasad bangunan di Uzbekistan. Panel pusat terdiri dari
inskripsi Arab berhiasan ukir dalam naskah kufic yang dianyam dengan latar
belakang gulungan vegetal tertutup pirus glasir transparan bercahaya.
Prasasti, yang berbunyi "[al-mulk] li-llah al-mu [lk] li-llah" (Kedaulatan
adalah untuk Allah. Kedaulatan adalah untuk Allah), yang dibingkai oleh dua
pembatas sempit warna biru muda dan dimahkotai dengan lebar panel dengan
tujuh pita atau band vertikal di balik warna turquoise dan putih pada
pembatas horizontal dengan mangan gelap di bagian atas. Dekorasi di
Timuriyah, arsitektur mencapai puncaknya pada akhir keempat belas dan awal
abad kelima belas di ibukota di Samarqand. Banyak masjid, makam, dan
sekolah yang dibangun selama periode ini ditutupi dengan ubin mosaik dan
diukir dengan pola-pola geometris, tumbuhan dan kaligrafi. Papirus kaya
akan glasir, terutama ubin dengan berkualitas grafis yang berani sebagai
pelajaran yang dapat membedakan arsitektur periode ini, terutama terlihat
dalam bangunan di pemakaman utama para elite atau penguasa Timur Lenk,
Shah-i Zinda, di Samarqand. Ubin jenis ini ada kemungkinan berasal dari
bekas kuburan itu.
Helm akhir abad ke-15, Ak-Koyunlu atau Shivran Iran, semacam
logam (steel) diukir dan dilapis dengan perak, 13,3 atau 8 inci atau 34 cm.
Dalam hal ini, helm dianggap menarik dan terawat baik, sebagai sorban yang
berbentuk helm yang dicap dengan tanda yang biasa digunakan dalam perlengkapan
dan persenjataan Ottoman, menunjukkan bahwa beberapa helm-sorban dalam koleksi
yang melewati kekuasaan Turki sebagai rampasan, dengan penaklukan Ottoman Iran
dan Kaukasus. Setidaknya satu helm-sorban dihiasi dalam gaya tertentu dengan
contoh sepertinya menyandang nama Farrukh-Siar (1464-1501), penguasa Shivran
di Kaukasus membuktikan dan menunjukkan bahwa helm Museum tersebut juga
sebagai pembuatan Shivran.
Ottoman tughra adalah lambang kaligrafi dari sultan Süleyman yang
berkewenangan untuk dimasukkan pada semua dokumen resmi, seperti firman
atau pernyataan (dekrit kerajaan), kertas kerja, korespondensi dan pada koin.
Digunakan oleh sultan Ottoman pertama di 1324, kemudian berkembang
menjadi bentuk yang lebih kompleks yang mencakup tiga poros vertikal dan
dua loop oval konsentris di sebelah kiri. Ini terdiri dari nama sultan yang
memerintah, nama ayahnya, judul, dan ungkapan "abadi menang." Ini sebagai
lambang kaligrafi unik yang tidak mudah dibaca atau disalin. Oleh karena itu,
Mengenal Seni Rupa Islam - 254 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
seorang artis ditunjuk pengadilan secara spesifik, yang ditujukan untuk
memeriksa dengan jujur dan polos akan standar tughra . Sebuah pengadilan
illuminator membantunya pada pembuatan dekorasi indah dari tughra pada
dokumen kekaisaran tertentu. Dibuat dengan lembut pada gulungan
illuminator desain dan bunga naturalistik yang meningkatkan garis harmonis
kaligrafi serta menciptakan efek tebal berwarna-warni.
Dengan pembubaran kesultanan Utsmani dan pendirian Republik
Turki pada tahun 1923, seniman dan politisi sama-sama menyerukan jenis
seni baru untuk mewakili bangsa bibit. Walaupun ada perjanjian umum
tentang penolakan terakhir menjadi seni Ottoman, tidak semua, yang
mencakup gaya tunggal muncul untuk menggantikannya. Pada tahun-tahun
awal Republik, terlihat munculnya puluhan sekolah seni yang baru dan
organisasi seniman muda banyak yang energik. Perwakilan dari periode ini
adalah adanya simultan Asosiasi Independen Pelukis dan Pematung, didirikan
pada tahun 1928 dan group-group dimulai pada tahun 1933. Anggota adegan
folkloric sebagai pilihan, sebagaimana tercermin dalam karya Cevat Dereli,
juga koleksi heterogen beberapa seniman. Beberapa anggota seperti Nurullah
Berk bekerja sebagai pelukis campuran dari gaya Eropa dan Turki; yang lain
seperti Cemal Tollu, membawa pada pengaruh yang lebih abstrak dari
Kubisme dan Konstruktivisme, atau bekerja secara abstrak dengan memberi
respon terhadap kondisi politik, seperti Abidin Dino.
India terkenal dengan karya dari batu dan sumber Persia memberitahu
bahwa ahli kaligrafi dari Iran datang ke Deccan pada pertengahan abad kelima
belas, ada tulisan sebuah prasasti besar untuk sebuah makam dan pengrajin
bekerja dengan ketrampilan tangan dianggap keajaiban, yang dilaksanakan
secara rumit berpola pada bahan batu. " Bentuk roundel batu pasir dari
Deccan, yang mungkin dibuat awal abad ketujuh belas, ini menjelaskan atau
menunjukkan keterampilan kedua dari ahli kaligrafi dan pemahat batu. Doa
Arab Ya c Aziz ! (Salah satu dari sembilan puluh sembilan Nama Indah dari
Allah), diulang delapan kali dalam cermin thuluth tulisan An, menunjuk
bintang delapan shaft muncul dari surat seorang , sedangkan z s 'dari c Aziz ,
cermin dan rajutan, membentuk ornamen berbentuk hati, kaligrafi ini
mengingatkan pada prasasti di Rauza Ibrahim, makam Sultan Ibrahim c Adil
Mengenal Seni Rupa Islam - 255 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Shah (1580-1627) di Bijapur, berjumlah delapan, selain dari kualitas geometri
nya, poin tersebut juga untuk kebahagiaan yang kekal dan harapan surga dari
tradisi Islam yang seakan turut berbicara.
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. tt. al-Durra al-Maknunaatau The Book of the Hidden
Pearl
Agus M U, 2010, Islam Kaffah, Kajian Tasawuf dan Tarekat, Udayana University
Press-ISI Denpasar
Ali, Wijdan. 2001, From the Literal to the Spiritual: The Development of the
Prophet Muhammad's Portrayal from 13th Century Ilkhanid Miniatures to
17th Century Ottoman Art , Ejos
Alwi Sofwan, Kerajaan Islam, PN.Pustaka Al Alawiyah, Semarang, 1991
Ahmad Amîn. tt. Fajr al-Islâm (Fajar Islam)
Ahmad Yal-Hassan, Donald R Hill. tt. Islamic Technology: An Illustrated History
Anonim. tt. Katalogus Koleksi Galeri Islam. Los Angeles County Museum
of Art.
Anonim, 2005, The New Encyclopedia Britannica. Encyclopedia Britannica,
Incorporated, Rev Ed edition. 2005
Anonim.tt. Encyclopedia of The Word
Arthur Lane. tt. Produksi Tembikar Era Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
A.Hasjmy,tt, Sejarah kebudayaan Islam. Hasjmy
Anonim, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve (IBVH)
Anonim, Kumpulan Hadis: Hadīts Imām Ahmad dan Bukhārī dari „Ā‟isyah r.a.
Shahih Bukhari, Tartib Musnad Imam Ahmad, Shahih Bukhari, Shahih
Muslim, At-Taratib-Ul-Idariyyah, An-Nisa‟, Al-'Ashabah Fi Tamyiz Ash-
Shahabah, Sunan An-Nasa‟i
Asy-Syaukani, Nail Ul-Authar, Hadīts Imām Ahmad dan Bukhārī dari „Ā‟isyah r.a
Anonim, Encyclopedia of The Word Art
Abu Musa Jabir Ibnu Hayyan. tt. al-Durra al-Maknunaatau The Book of the Hidden
Pearl
Ahmad Amîn. tt. Fajr al-Islâm (Fajar Islam)
Ahmad Yal-Hassan, Donald R Hill. tt. Islamic Technology: An Illustrated History
Arthur Lane. tt. Produksi Tembikar Era Kekuasaan Dinasti Abbasiyah
Anonim. tt. Katalogus Koleksi Galeri Islam. Los Angeles County Museum of Art.
Anonim, Ensiklopedia Islam Dalam Talian. Ed. P.J. Bearman, Th. Bianquis, C.E.
Bosworth, E. van Donzel dan W.P. Heinrichs. Penerbit Akademik Brill
Agung Puspito. Nuditas, Seni Rupa dan Agama, dalam Buletin Citta YSRI Edisi IX),
2005
Abadi Glory, Medieval Islam Keramik dari Harvey B. Plotnick, Koleksi Sejarah,
Gallery 108, 31 Maret - 28 Oktober
Copplestone, Trewin, 1963, World architecture - An illustrated history. Hamlyn,
London.
Djatnika, Rachmat, Sistem Etika Islam, Pustaka Panimas, Jakarta, 1990
Mengenal Seni Rupa Islam - 261 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Elif Gokcidge. tt. Fragile Beauty Islamic Glass
Emily Stockin. tt.The Pottery of Islam
Ettinghausen, Richard, Grabar, Oleg, 1987, The Art and Architecture of Islam: 650 -
1250, Penguin, Amerika Serikat
Ettinghausen, Richard, Oleg Grabar, Marilyn Jenkins-Madina, 2003, Islamic Art and
Architecture, Yale University Press
Ezzedin Ibrahim, 40 Hadits Qudsi Pilihan, terjemahan M Quraish Shihab, 2005
Fahd Nashir bin Ibrahim as-Sulaiman, Disarikan dari Majmu' Fatawa wa Rasa'il,
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah, Ibrahimy
Guntur Romli. tt. Adakah Seni Rupa dalam Islam? Koran Tempo rubrik Seni. 26
Pebruari 2006
Heri Ruslan, Kaifa Nurabbii Aulaadanaa dan Taujiihaat Islaamiyyah li Ishlaahil
Fard wal Mujtama' dengan beberapa perubahan, REPUBLIKA - Senin,
07 Juli 2008
Imam Al Ghazali, Suntingan KH Misbah Zainul Musthofa, Ihya „Ulumuddin
(Menuju Filsafat Ilmu dan Kesucian Hati di Bidang Insan Ihsan),
CV.Bintang Pelajar, Gresik-Jatim, tt
Imam Al Ghazali, Ringkasan Ihya‟ Ulumuddin, (tej. Zaid Husein Al Hamid),
Pustaka Amani, Jakarta, 1995
Imam Nawawi dan Al-Qasthalani, Alih Bahasa M.Asnawi, Kumpulan Hadist Qudsi
Beserta Penjelasannya: Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Jami‟at
Turmudzi, Sunan Abu Daud, Sunan An-Nasa‟I, Sunan Ibnu Majah,
Muwaththa „Imam Malik, Pn.Al-Manar, Yogyakarta, 2001
Hillenbrand, R, tt, Masdjid. I. In the central Islamic lands Hillenbrand
Ibnu Kurdadhbih. tt. Book of Roads and Provinces (846 - 885)
Ibnu Kurdadhbih, 1984, Book of Roads and Provinces bertarikh 846 M - 885 M,
edisi paperback The Pocket Oxford Dictionary
Ibnu Hayyan. tt. Al-Marrakishi
Janson, Horst Woldemar. 1977, History of Art. Editor: Patricia Egan. Harry N.
Abrams, Inc. New York
Khalil Abd Karim. tt. al-Judzûr al-Târîkhiyyah li Syarî‟ah al-Islâmiyah (Akar-akar
Historis Syariat Islam)
Khalid Al Juraisij, Al-Fatawa Asy-Syar‟iyyah Fi Al-Masa‟il Al-Ashriyyah Min
Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini, (
Penerjemah Amir Hamzah dkk), Penerbit Darul Haq
Khalil Abd Karim. tt. al-Judzûr al-Târîkhiyyah li Syarî‟ah al-Islâmiyah (Akar-akar
Historis Syariat Islam)
Lajnah Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta, Diolah dari Buku ”Halal dan Haram
dalam Islam” Dr. Yusuf Al-Qardhawi
Lewis, Bernard. Introduction dalam The World of Islam: Faith, People, Culture.
Editor: Bernard Lewis. Thames and Hudson, Ltd. London, 1992
Mengenal Seni Rupa Islam - 262 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Maroji. tt. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh
Kontemporer)
Maroji. tt. Fatwa-fatwa Kontemporer Yusuf Qardhawy (Seni dalam Islam / Fiqh
Kontemporer)
Madden, Edward H. 1975, Some Characteristics of Islamic Art. Journal of Aesthetics
and Art Criticism
Mason, Robert B. 1995, Kelihatannya Baru di Old Pot: Hasil Studi Multidisiplin
Recent Glazed Keramik dari Dunia Islam.
Muqarnas, 1995, Tahunan pada Seni dan Arsitektur Islam, Brill Academic
Publishers. XII. 1995
Muhammad Imarah.tt. Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi, Dewan Tertinggi Dakwah
Islam, Al-Azhar bekerjasama Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi
(International Institute for Islamic Thought).
Muhammad bin Ishaq. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki. tt. Porcelain China Khalifah Harun Ar-
Rasyid
Mohammad Arkoun. tt. Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî al-Mu‟âshir (Di Mana
Pemikiran Islam Kontemporer?).
Mohamad Guntur Romli. Koran Kompas (tgl. ?)
Muhammad Imarah.tt. Ma‟âlim Al-Manhaj Al-Islâmi, Dewan Tertinggi Dakwah
Islam, Al-Azhar bekerjasama Al-Ma‟had Al-‟Âlami lil Fikr Al-Islâmi
(International Institute for Islamic Thought).
Muhammad bin Ishaq. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
Muhammad Ibnu Al-Husain Al-Baihaki. tt. Porcelain China Khalifah Harun Ar-
Rasyid
Mohammad Arkoun. tt. Ayna Huwa al-Fikr al-Islâmî al-Mu‟âshir (Di Mana
Pemikiran Islam Kontemporer?).
Mohamad Guntur Romli. Koran Kompas
Norman A Rubin. tt. Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the
Islamic World.
Norman A Rubin. tt. Islamic Glass Treasure: The Art of Glass Making in the
Islamic World.
Oloan Simatupang, 1993, Seni Rupa Islam Pertumbuhan dan Perkembangannya,
Pn. Angkasa, Bandung
Occe Febrolci, 1971, Pottery of The Islamic World, The Cando MM, London, 1971
Pourjafar, M.Reza and Taghvaee, Ali A. (January-June 2006) Indo-Iranian Socio-
Cultural Relations at Past, Present and Future Jilid 1 di-Jurnal Web
mengenai Patrimoni Kebudayaan (edisi Fabio Maniscalco)
Quraish Shihab. tt. Wawasan Al-Qur‟an
Quresh Shihab, 2006, Khotbah 1 Syawal 1427 Hijriah, Jakarta
Rasyid al-Dîn. tt. Jâmi‟ al-Tawârikh . Universitas Edinburgh. Inggris.
Mengenal Seni Rupa Islam - 263 - Drs. Agus Mulyadi Utomo,M.Erg
Robert. 1999, Islamic Art and Architecture, Thames & Hudson World of Art series,
London, 1999
Stanley cs, 1969, Istana dan Masjid, Seni Islam dari Timur Tengah, V & A
Publications, Hardcover - Amerika Utara
Stefano Carboni, Qamar Adamjee. tt. Glass from Islamic Lands. The Metropolitan
Museum of Art
Thaha Husain. tt. Fî al-Syi‟ir al-Jâhilî (Puisi Jahiliyah)
Usman el-Qurtuby, Dkk, 2016, The Amazing Islamic Legacy, Menapaki Jejak
Kejayaan Islam, CII Cordoba, Bandung
Van Hoeve, tt, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam terbitan Ichtiar Baru Van Hoeve
(IBVH)
Wahab bin Munabbih. tt. Al-Sirah Al-Nabawiyyah
William Jones. tt. Poaseos Asiaticae Commen tarii Libri Sex (1746 M -1794):
(penjelasan Mu‟allaqaat As-Sab‟a 1774)
Yahyaayyash, 2008. Seni Dalam Islam, Makalah. 31-05 – 2008
Yusuf Qardhawi.1998, Islam Bicara Seni, Intermedia, bahasa Indonesia
http://saga-islamicnet.blogspot.com/2009/10/seni-lukis-dalam-peradaban-
islam.html#ixzz1CezOxWsY/ 13-11-2017
http://saga-islamicnet.blogspot.com/2009/10/seni-lukis-dalam-peradaban-
islam.html#ixzz1CezOxWsY / 17-11-2017
Htpp://www.sciencemag.org, Akses 3-10-2010
www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=340435&kat_id=177
http://terpopuler.wordpress.com/2009/07/10/industri-gelas-di-era-keemasan-islam/.
Akses 10-2010
Lahir di Lumajang 6 Agustus 1958. Pendidikan Sarjana (S1) di Senirupa dan Desain Fakultas Seni Rupa dan Desain –
Institut Teknologi Bandung dan Magister (S2) di Ergonomi-Fisiologi Kerja Pascasarjana Universitas Udayana Denpasar.
Pernah menjadi dosen di PSSRD-Universitas Udayana dan sekarang menjadi dosen tetap di Institut Seni Indonesia Denpasar
pada Fakultas Seni Rupa dan Desain di Program Studi Kriya. Menulis buku berjudul: Mengenal Seni Rupa Islam, Dasar-
dasar Desain & Produk, Ergonomi Desain Produk Kriya, Pengetahuan Teknologi Bahan Keramik, Produk Kekriyaan Dalam
Ranah Senirupa dan Desain, Islam Kaffah: Kajian Tasawuf dan Tarekat, Wawasan & Tinjauan Seni Keramik, Ornamen dan
Dekorasi Keramik. Seni Ornamen Tradisional Bali dan Keramik Porselin Pada Bangunan Kuno di Bali, dan lainnya.