Anda di halaman 1dari 18

101 INTISARI SENI PERANG SUN TZU

Sun Tzu

1. Seni perang sangat penting bagi negara. Ini menyangkut masalah hidup dan mati, satu jalan (tao) menuju
keselamatan atau kehancuran.
2. Kenalilah musuhmu, kenalilah diri sendiri. Maka kau bisa berjuang dalam 100 pertempuran tanpa risiko
kalah. Kenali bumi, kenali langit, dan kemenanganmu akan menjadi lengkap.
3. Sang jenderal adalah pelindung negara. Ketika sang pelindung utuh, tentu negaranya kuat. Kalau sang
pelindung cacat, tentu negaranya lemah.
4. Gunakanlah kekuatan normal untuk bertempur. Gunakan kekuatan luar biasa untuk meraih kemenangan.
5. Kemungkinan menang terletak pada serangan. Mereka yang menduduki medan pertempurannya lebih dulu
dan menantikan musuhnya, akan memperoleh kemenangan.
6. Kecepatan adalah inti perang. Yang dihargai dalam perang adalah kemenangan yang cepat, bukan operasi
militer berkepanjangan.
7. Ketika sepuluh lawan satu, kepunglah. Ketika lima lawan satu, seranglah. Ketika dua lawan satu,
bertempurlah. Ketika seimbang, pecah belahlah. Ketika lebih sedikit, bertahanlah. Ketika tidak memadai,
hindarilah.
8. Mengetahui kapan seseorang dapat dan tidak dapat bertempur adalah kemenangan.
9. Mengetahui cara menggunakan yang banyak dan yang sedikit adalah kemenangan.
10. Atasan dan bawahan yang menginginkan hasrat yang sama adalah kemenangan.
11. Bersikap siap dan menunggu musuh tidak siap adalah kemenangan.
12. Sang jenderal yang mampu dan sang raja yang tidak campur tangan adalah kemenangan.
13. Kemenangan itu dapat dikenal, tetapi tidak dapat dibuat.
14. Kondisi tak terkalahkan terdapat pada diri sendiri. Kondisi dapat ditaklukkan terdapat pada musuh.
Demikianlah yang terampil dapat menjadikan diri mereka tak terkalahkan. Mereka tidak bisa menjadikan
musuh dapat ditaklukkan.
15. Militer yang menang sudah menang lebih dulu, baru bertempur. Militer yang kalah bertempur dulu, baru
mencari kemenangan.
16. Pertama, ukurlah panjangnya. Kedua, ukurlah volumenya. Ketiga, hitunglah. Keempat, timbanglah. Kelima
adalah kemenangan. Bumi melahirkan panjang. Panjang melahirkan volume. Volume melahirkan hitungan.
Hitungan melahirkan timbangan. Timbangan melahirkan kemenangan.
17. Melawan yang banyak sama seperti melawan yang sedikit. Itu hanya soal bentuk dan nama.
18. Pertempurannya kacau, tetapi tidak seorang pun tidak takluk pada kekacauan. Kekacauan lahir dari
keteraturan. Kepengecutan lahir dari dari keberanian. Kelemahan lahir dari kekuatan. Keteraturan dan
kekacauan adalah soal menghitung. Keberanian dan kepengecutan adalah soal shih. Kekuatan dan
kelemahan adalah soal bentuk.
19. Tentang sifat pepohonan dan batu-batuan – ketika tenang, mereka diam. Ketika marah, mereka bergerak.
Ketika persegi, mereka berhenti. Ketika bundar, mereka bergerak. Mengerahkan orang-orang ke
pertempuran adalah seperti menggelindingkan batu-batuan bundar dari sebuah gunung setinggi seribu jen.
20. Seseorang yang mengambil posisi lebih dulu di medan pertempuran dan menantikan musuhnya, tenang.
Seseorang yang mengambil posisi belakangan di medan perang dan tergesa-gesa bertempur, ia harus
bekerja keras. Demikianlah seseorang yang terampil bertempur memanggil lawannya, dan bukan dipanggil
oleh mereka.
21. Untuk membuat musuh datang atas kemauan sendiri – tawarkan mereka keuntungan. Untuk mencegah
datangnya musuh – lukai mereka. Demikianlah seseorang dapat membuat musuh bekerja keras sementara
ia sendiri tenang, dan membuat musuh kelaparan sementara ia sendiri kenyang.
22. Kejarlah rancangan-rancangan strategis untuk membuat musuh takjub. Maka kau bisa merebut kota-kota
musuh dan menggulingkan negaranya.
23. Untuk menempuh jarak seribu li tanpa takut, tempuhlah jalan yang tak berpenghuni.
24. Untuk menyerang dan pasti merebutnya, seranglah di mana mereka tidak bertahan.
25. Untuk bertahan dan pasti tetap teguh, bertahanlah di mana mereka pasti menyerang.
26. Demikianlah kalau seseorang terampil menyerang, musuh tidak tahu di mana ia harus bertahan. Kalau
seseorang terampil bertahan, musuh tidak tahu di mana ia harus menyerang.
27. Jenderal yang terampil akan membentuk lawannya, sementara ia sendiri tanpa bentuk.
28. Siapkan di bagian depan, maka yang belakang lemah. Siapkan di bagian kiri, maka yang kanan lemah. Di
mana-mana siap, di mana-mana lemah.
29. Tak ada yang lebih sulit daripada menyiapkan pasukan.
30. Sebuah pasukan tanpa kereta bagasi, akan kalah. Tanpa gandum dan makanan, kalah. Tanpa persediaan,
kalah.
31. Gesit seperti angin. Lamban seperti hutan. Menyerbu dan menjarah seperti api. Tak bergerak seperti
gunung. Sulit dikenal seperti yin. Bergerak seperti guntur.
32. Ketika menjarah desa, bagikanlah pada orang banyak. Ketika memperluas wilayah, bagilah keuntungannya.
Timbanglah itu dan bertindaklah.
33. Karena mereka tak dapat mendengar satu sama lain, mereka membuat genderang dan lonceng. Karena
mereka tak dapat saling melihat, mereka membuat bendera serta spanduk.
34. Dalam pertempuran di siang hari, gunakanlah lebih banyak bendera dan spanduk. Dalam pertempuran di
malam hari, gunakanlah lebih banyak genderang dan lonceng. Genderang dan lonceng, bendera dan
spanduk adalah alat seseorang menyatukan telinga dan mata orang-orangnya.
35. Begitu pasukan disatukan dengan erat, yang berani tidak berkesempatan maju sendirian, yang pengecut
tidak berkesempatan mundur sendirian, inilah metode menggunakan pasukan dalam jumlah besar.
36. Bagi seorang jenderal ada lima bahaya – bertekad mati, ia bisa tewas. Bertekad hidup, ia bisa tertangkap.
Cepat marah, ia bisa dihasut. Murni dan jujur, ia bisa dipermalukan. Mengasihi orang banyak, ia bisa dibuat
jengkel. Kelimanya adalah bencana dalam militer.
37. Gunakan keteraturan untuk menantikan kekacauan. Gunakan ketenangan untuk menantikan kebisingan.
Inilah yang dimaksud dengan mengatur hati dan pikiran.
38. Gunakan yang dekat untuk menunggu yang jauh. Gunakan yang santai untuk menunggu yang bekerja
keras. Gunakan yang kenyang untuk menunggu yang lapar. Inilah yang dimaksud dengan mengatur
kekuatan.
39. Jangan bertempur dengan pasukan yang teratur. Jangan memukul formasi-formasi yang kuat. Inilah yang
dimaksud dengan mengatur perubahan.
40. Jangan hadapi mereka ketika mereka berada di bukit yang tinggi. Jangan melawan mereka sementara
mereka membelakangi gundukan. Jangan mengejar mereka ketika mereka berpura-pura kalah. Berikan
jalan keluar bagi prajurit-prajurit yang dikepung. Jangan menghalangi prajurit yang mau pulang.
41. Di tanah terbuka, janganlah berkemah. Di tanah persimpangan, bergabunglah dengan para sekutu. Di tanah
penyeberangan, jangan berlama-lama. Di tanah tertutup, susunlah strategi. Di tanah kematian,
bertempurlah sampai mati.
42. Ada jalan-jalan yang hendaknya tidak ditempuh. Ada pasukan-pasukan yang hendaknya tidak digempur.
Ada kota-kota yang hendaknya tidak diserang. Ada tanah-tanah yang hendaknya tidak diperebutkan. Ada
perintah-perintah yang berdaulat yang hendaknya tidak diterima.
43. Kalau menurut Tao pertempuran ada kemenangan yang pasti, sementara sang raja melarang bertempur,
jelas seseorang tetap bisa bertempur. Kalau menurut Tao pertempuran taka da kemenangan, sementara
sang raja menyuruh bertempur, seseorang tidak boleh bertempur.
44. Rencana-rencana orang bijak pasti mencakup keuntungan dan bahaya. Mencakup keuntungan, sehingga
pelayanannya dapat dipercayai. Mencakup bahaya, sehingga kesulitan dapat diatasi.
45. Tujuan mereka hendaknya mengambil segala yang di kolong langit dalam kondisi utuh lewat keunggulan
strategis.
46. Buatlah jalan mereka memutar dan pancinglah mereka dengan keuntungan.
47. Memenangkan pertempuran dan merebut lahan dan kota, tetapi gagal mengonsolidasikan kemenangan,
sama saja dengan buang-buang waktu dan sumber daya.
48. Ketika serangan elang meremukkan tubuh mangsanya, itu adalah berkat waktunya (timing). Waktu adalah
serupa dengan ditariknya pelatuk.
49. Jangan ulangi cara-cara meraih kemenangan.
50. Komandan yang andal dalam perang meningkatkan pengaruh moral dan patuh kepada hukum serta
peraturan. Demikianlah ia berkuasa mengendalikan sukses.
51. Adalah urusan seorang jenderal untuk tidak banyak bicara, sehingga lebih dapat menyimak.
52. Komandan yang baik akan mencari kebajikan dan berusaha mendisiplinkan diri sesuai dengan hukum, agar
dapat mengendalikan keberhasilannya.
53. Sang pemenang adalah mereka yang tahu menggunakan strategi langsung dan strategi tidak langsung.
54. Kegesitan itu unggul. Tunggangilah ketidakmampuan lawan. Tempuhlah jalan yang tidak disangka-sangka.
Seranglah di mana ia tidak siap.
55. Seseorang yang terampil menggunakan militer dapat disamakan dengan shuai-jan. Shuai-jan adalah seekor
ular dari Gunung Heng. Pukullah kepalanya, maka ekornya tiba. Pukullah ekornya, maka kepalanya tiba.
Pukullah bagian tengahnya, maka kepala maupun ekornya tiba.
56. Kalau seseorang bertindak konsisten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu akan tunduk.
Kalau seseorang bertindak tidak konsiten untuk melatih orang banyak, maka orang banyak itu takkan
tunduk. Seseorang yang bertindak konsisten itu serasi dengan orang banyak.
57. Seorang jenderal mewakili nilai-nilai kebaikan dari kebijaksanaan, ketulusan, kemurahan hati, keberanian,
dan kedisiplinan.
58. Jenderal yang baik mengikat pasukannya. Ikatlah mereka dengan perbuatan. Janganlah memerintah
mereka dengan perkataan. Ikatlah mereka dengan bahaya. Janganlah memerintah mereka dengan
keuntungan. Persulitlah mereka di tanah kepunahan, toh mereka tetap selamat. Tenggelamkanlah mereka
di tanah kematian, toh mereka tetap hidup. Orang banyak ditenggelamkan ke dalam bahaya. Toh mereka
dapat mengubah kekalahan menjadi kemenangan.
59. Jenderal yang melindungi tentaranya seperti bayi akan mendapati mereka mengikutinya sampai ke jurang
yang dalam. Jenderal yang memperlakukan tentaranya seperti anaknya yang dikasihi, akan mendapati
mereka bersedia mati untuknya.
60. Jenderal yang cakap membuat prajurit sepenuhnya sepakat dengan pimpinan mereka, sehingga mereka
akan mengikutinya sepanjang hidup sampai mati, tanpa merasa takut atas hidup mereka, dan tak gentar
terhadap bahaya apapun.
61. Kalau sesuai dengan keuntungan, bertindaklah. Kalau tidak sesuai dengan keuntungan, berhentilah.
62. Kalau ada yang bertanya, “Musuh yang besar jumlahnya dan teratur akan mendekat, bagaimanakah aku
menantikan dia?”, akan kujawab, “Rebutlah apa yang dicintainya, maka ia akan mendengarkanmu”.
63. Seranglah pada saat lawan tidak siap. Datanglah pada saat yang tidak diduga.
64. Jadilah yang pertama menempati yang tinggi dan Yang. Amankanlah rute persediaanmu.
65. Pasukan menyukai yang tanah tinggi dan membenci yang rendah, menghargai Yang dan mencemooh Yin,
mempertahankan kehidupan dan mengambil posisi yang mantap. Inilah yang dimaksudkan ‘pasti menang’.
Pasukan ini tak mengalami seratus penindasan.
66. Janganlah maju dengan angkuh. Cukuplah mengumpulkan kekuatan, mengamati musuh, dan
menyerangnya. Namun, kalau seseorang tidak membuat rencana dan menganggap enteng musuh, ia pasti
tertangkap musuhnya.
67. Mengetahui pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa musuh tak dapat digempur, ini
hanya separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat digempur, tetapi tidak mengetahui bahwa
pasukan tak dapat menggempur, ini hanyalah separuh kemenangan. Mengetahui bahwa musuh dapat
digempur, mengetahuti bahwa pasukan dapat menggempur, tetapi tidak mengetahui bahwa bentuk bumi tak
dapat digunakan untuk bertempur, ini juga hanya separuh kemenangan.
68. Sang komandan tenang dan tak dapat diduga. Ia menciptakan keteraturan. Ia mengaburkan mata dan
telinga pejabat maupun pasukan. Mencegah mereka memilikinya. Ia mengubah-ubah kegiatannya. Ia
mengganti-ganti strateginya. Ia mencegah orang memahaminya. Ia ubah perkemahannya. Membuat
rutenya memutar. Mencegah orang mendapatkan rencananya.
69. Ketika saya meraih kemenangan, saya tidak akan mengulangi taktik tang sama, tetapi melihat situasi
dengan cara yang tak terbatas. Strategi militer sama seperti air yang mengalir. Seperti air membentuk
alirannya mengikuti dataran yang dilewati, pasukan meraih kemenangan tergantung pada musuh yang
dihadapi. Oleh karena itu, siapa yang dapat memodifikasi taktik berdasarkan keadaan musuh akan meraih
kemenangan sejati.
70. Dalam pertempuran memiliki banyak tentara tidak menjamin kemenangan. Jangan maju bertempur hanya
semata-mata mengandalkan kekuatan militer. Setiap orang yang kurang perhitungan dan menganggap
enteng musuh dengan menghina dan meremehkan, pada akhirnya akan tertawan sendiri.
71. Semakin banyak perencanaan, semakin banyak peluang menang. Semakin sedikit perencanaan, semakin
sedikit peluang menang. Lantas, bagaimana jika tanpa perencanaan sama sekali?
72. Jenderal yang cakap maju berperang tanpa mengharapkan ketenaran, dan mundur tanpa merasa takut
dipermalukan. Jenderal yang cakap hanya berusaha melindungi rakyatnya, melayani pemerintahnya. Ia
adalah mutiara bangsa yang sangat berharga.
73. Dapat melihat matahari dan bulan bukanlah pertanda tajamnya penglihatan. Mampu mendengar suara
halilintar bukanlah pertanda tajamnya pendengaran. Kemenangan hanya bisa diraih dengan cara-cara yang
luar biasa.
74. Bersekutulah dengan negara tetangga di daerah perbatasan.
75. Kalau tidak menguntungkan, janganlah bertindak. Kalau tak mungkin menang, janganlah menggunakan
pasukan. Kalau tidak dalam bahaya, janganlah bertempur.
76. Raja tak dapat membangkitkan pasukan hanya dengan murkanya. Jenderal tak dapat bertempur hanya
dengan kepahitannya. Kalau sesuai dengan keuntungan, gunakanlah pasukan. Kalau tidak, berhentilah.
77. Pemerintah yang berpikiran terbuka merencanakan dengan baik. Jenderal yang baik siap melaksanakan
rencana tersebut.
78. Tanpa keharmonisan dalam suatu negara, tidak akan ada ekspedisi militer yang dapat dilakukan. Tanpa
keharmonisan dalam barisan tentara, tak ada formasi pertempuran yang dapat dibentuk.
79. Meraih 100 kemenangan dalam 100 pertempuran bukanlah puncak keterampilan. Menaklukkan musuh
tanpa bertempurlah kesempurnaan tertinggi.
80. Ada lima serangan dengan api. Yang pertama, membakar orang. Yang kedua, membakar took. Yang ketiga,
membakar kereta bagasi. Yang keempat, membakar pabrik senjata. Yang kelima, membakar jalur
transportasi.
81. Menggunakan api untuk menyerang adalah cerdik. Menggunakan air untuk menyerang juga memberi
kekuatan lebih hebat. Tetapi air hanya dapat membagi atau menghalangi lawan, sedangkan api dapat
menghancurkan lawan.
82. Membunuh musuh adalah soal amarah murka. Mengambil makanan musuh adalah keuntungan.
83. Mata-mata merupakan elemen penting dalam perang, karena di pundak mereka bergantung kemampuan
pasukan untuk bergerak.
84. Tak ada persaudaraan lebih intim daripada persaudaraan seorang mata-mata. Tak ada upah lebih besar
daripada upah seorang mata-mata. Tak ada urusan lebih rahasia daripada urusan mata-mata.
85. Tak ada yang lebih sulit daripada mengatur maneuver pasukan. Mereka yang bergerak tanpa penghalang
akan menang. Mereka yang bisa menggunakan tipu daya akan menang.
86. Rahasia dari tipu daya adalah mengetahui bagaimana memanipulasi pandangan musuh. Membuat yang
jauh kelihatan dekat, dan yang dekat kelihatan jauh.
87. Jenderal yang baik menghindari musuh yang semangatnya tinggi. Ia menyerang musuh pada saat mereka
lelah.
88. Jangan mengejar gerakan mundur yang fatal. Jangan terpancing umpan musuh.
89. Ketika mengepung musuh, berikan mereka jalan keluar. Jangan menekan musuh yang sudah tidak berdaya.
90. Ada lima jenis pengintai yang dapat digunakan. Ada pengintai pribumi, pengintai yang membelot, pengintai
mati, dan pengintai hidup.
91. Kunci memenangkan pertempuran adalah memahami maksud musuh. Konsentrasikan kekuatan di satu
arah. Tempuhlah jarak seribu li, dan bunuhlah jenderalnya.
92. Raja yang dicerahkan, merenungkannya. Jenderal yang baik menindaklanjutinya.
93. Kemenangan dapat direncanakan. Ketika saya membangun strategi terakhir, haruslah tidak berbentuk dan
tidak kelihatan. Tidak berbentuk, sehingga tak diketahui oleh mata-mata paling hebat sekalipun. Tidak
kelihatan, sehingga tak dapat dikalahkan oleh penasihat terhebat. Saya mengalahkan musuh dengan
mengendalikan situasi, namun musuh tidak tahu bagaimana saya mengawasinya.
94. Setiap strategi meramalkan kemenangan. Dengan menunggu titik kelemahan musuh sampai mudah
diserang, mereka pasti menang.
95. Jika kita menghormati kekuatan lawan dan dengan tekun mempelajari gerakannya, kita akan menang. Jika
kita meremehkan lawan dan tidak memperhatikan arti gerakan-gerakannya, kita akan kalah.
96. Ada enam kesalahan yang bisa menyebabkan kekalahan yaitu pengkhianatan, ketidakpatuhan, kesia-siaan,
ketergesa-gesaan, kekacauan, dan kekurangmampuan.
97. Kemiliteran adalah tao penyesatan. Ketika dekat, wujudkan seolah-olah jauh. Ketika jauh, wujudkan seolah-
olah dekat. Demikianlah ketika ia mencari keuntungan, pancinglah ia.
98. Seseorang yang tidak sepenuhnya mengetahui bahaya menggunakan pasukan, tidak mungkin sepenuhnya
mengetahui keuntungan menggunakan pasukan.
99. Tak satu pun dari lima elemen (air, api, kayu, logam, tanah) yang lebih dominan. Tak satu pun dari keempat
musim yang abadi. Hari-hari terkadang lebih panjang, dan terkadang lebih pendek. Dan bulan kadang
bersinar, kadang redup.
100. Mengambil seluruh negara itu superior. Menghancurkannya adalah memalukan.
101. Keunggulan tertinggi adalah kemampuan menembus pertahanan musuh tanpa harus berperang. Pejuang
terhebat adalah yang mampu menekan musuh untuk menyerah tanpa perlawanan.

Sumber: Buku "101 Intisari Seni Perang Sun Tzu" karya William Tanuwidjaja
‫‪Khutbah Nikah‬‬

‫تْ‬
‫ه‬ ‫َاُ‬ ‫َك‬‫بر‬‫ََ‬‫ة هللاِ و‬‫َُ‬‫ْم‬‫َح‬ ‫َر‬‫ْ و‬ ‫ُم‬‫ْك‬‫لي‬‫ََ‬ ‫ُ ع‬‫َلسَََّلم‬‫ا‬
‫ْمُ َِّ‬
‫ِِ‬ ‫َم‬ ‫ِ ْ‬
‫الح‬ ‫َّحِيم‬ ‫مر‬‫الِ الم‬ ‫َ‬
‫ْم‬‫َّح‬
‫مر‬ ‫اِِ الم‬ ‫ِ َّ‬ ‫ِسْمم‬‫ب‬
‫ِ‬
‫ِمه‬ ‫َت‬‫ُْ ر‬ ‫ِ ب‬
‫ِد‬ ‫ْد‬‫ُْمو‬ ‫َح‬ ‫ِ ْ‬
‫الم‬ ‫ِمه‬ ‫َت‬‫ْم‬‫ِع‬ ‫ِن‬‫ِ ب‬ ‫ْد‬‫ُو‬ ‫ْم‬‫َح‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫ِ‬
‫ِمه‬ ‫ذاب‬‫ََ‬ ‫ْ ع‬‫ِل‬‫ْبِ م‬ ‫هو‬ ‫ُْ‬‫َر‬‫َْلم‬ ‫ِ‪،‬ا‬ ‫ِه‬‫َان‬ ‫لط‬ ‫ِسُْ‬‫ِ ب‬ ‫َاع‬ ‫ُط‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫َا ِه‬
‫ِ‬ ‫ِمما سَممم‬ ‫ِ ذ‬ ‫ُُ‬‫مممر‬‫َْ‬ ‫ِ ا‬‫ِذ‬‫َّاذ‬ ‫َلن‬ ‫ِ‪،‬ا‬ ‫ِه‬‫َت‬ ‫ْو‬‫َسَممط‬‫و‬
‫ِ‬
‫ِممه‬‫َت‬‫ُْ ر‬‫ِد‬‫ِ ب‬ ‫لممل‬ ‫القَْ‬‫َ ْ‬ ‫لممل‬‫ََ‬‫ِخ ل‬ ‫ََّلذ‬
‫ِ‪،‬ا‬ ‫ِممه‬ ‫َر‬
‫ْض‬ ‫َا‬‫و‬
‫ِ‬
‫ِممه‬ ‫هن‬‫ِِْ‬ ‫ْ ب‬ ‫هم‬‫َُّ‬
‫َه‬ ‫َع‬ ‫َا‬‫ِ‪،‬و‬ ‫ِممه‬ ‫َام‬‫ْك‬ ‫َح‬‫ِا‬‫ْ ب‬ ‫هم‬‫َُ‬‫َّممه‬ ‫مي‬‫ََ‬‫و‬
‫َ‪،‬اَّ‬
‫ِن‬ ‫َسََّ‬
‫لم‬ ‫ِ و‬ ‫ْه‬‫لي‬‫ََ‬‫لا هللاُ ع‬ ‫ََّ‬
‫ِ ص‬ ‫ِيِه‬‫َُ‬ ‫ِن‬‫ْ ب‬ ‫هم‬‫مُ‬ ‫ََ‬ ‫َك‬
‫ْر‬ ‫َا‬‫و‬
‫َم َ‬‫َع‬‫ه ع‬ ‫ُمُ‬‫َت‬‫َم‬‫ََ‬‫الم ْ ع‬ ‫َ َ‬ ‫تع‬‫ََ‬‫ه و‬ ‫ُُ‬‫َ اسْم‬ ‫َك‬‫َار‬ ‫هللاَ َ‬
‫تُ‬
‫ًما‬ ‫ِض‬‫َر‬
‫ْت‬ ‫ًا ُ‬
‫مف‬ ‫مر‬‫َْ‬‫َا‬ ‫ًا و‬ ‫ًا ََلحِد‬ ‫َُ‬‫ة سَُ‬ ‫ََ‬‫هر‬‫َاَ‬ ‫ُص‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫َاَ‬
‫ل‬ ‫َد‬‫َ‪،‬ذ‬ ‫نام‬‫اَلََ‬
‫َ ْ‬ ‫َم‬ ‫َْله‬‫َا‬‫َ و‬ ‫َام‬ ‫ْح‬ ‫ِ ْ‬
‫اَلَر‬ ‫َ ب‬
‫ِه‬ ‫ْ شَج‬‫َو‬‫ا‬
‫َ‬
‫ِمل‬ ‫َ م‬ ‫لمل‬‫ََ‬‫ِخ ل‬ ‫المذ‬ ‫َ َّ‬ ‫همو‬ ‫َُ‬‫َا ِم ‪ :‬و‬ ‫ْ ق‬ ‫ِل‬‫َّ م‬
‫َه‬‫ع‬
‫َ َ‬
‫ان‬ ‫َك‬‫ًا‪،‬و‬ ‫هر‬‫ِْ‬‫َص‬‫ًا و‬ ‫نسَُ‬ ‫ه َ‬ ‫لُ‬‫ََ‬‫َع‬‫َج‬‫ًا ذ‬ ‫بشَر‬‫ء َ‬ ‫َآِ‬ ‫ْ‬
‫الم‬
‫َ َمآ ِه‬
‫ِ‬ ‫لما ق‬ ‫ََ‬‫ِخ ع‬ ‫ْر‬‫هج‬‫ُهللاِ َ‬
‫مر‬‫َْ‬‫َا‬‫ًا‪،‬ذ‬ ‫هر‬‫َِْ‬ ‫بكَ ق‬‫َُّ‬
‫ر‬
‫َ َما‪:‬‬
‫ء‬ ‫ُم ِ ق‬ ‫لك‬‫َِ‬‫ِِ و‬ ‫َْ ر‬
‫لا ق‬ ‫ََ‬‫ِخ ع‬ ‫ْر‬‫هج‬‫ِ َ‬ ‫ُُ‬ ‫َ َآؤ‬‫َق‬‫و‬
‫َمم ‪:‬‬‫َع‬‫ُمم ِ ا‬ ‫َِ‬
‫لك‬ ‫َو‪،‬و‬ ‫َع‬‫‪ :‬ا‬ ‫َممْ ر‬ ‫ُِ ق‬ ‫لك‬‫َِ‬‫و‪،‬و‬ ‫َممْ ر‬ ‫ق‬
‫ُم‬
‫ُّ‬ ‫ِ ا‬‫َُْ‬ ‫َع‬
‫ِن‬ ‫ُ و‬ ‫ِْ‬‫ُْ‬ ‫هث‬ ‫َُ‬‫ء و‬ ‫َشَآُ‬ ‫مي‬‫ُو هللاُ َ‬ ‫ْح‬‫هم‬‫و‪َ،‬‬ ‫َاب‬‫ِت‬‫ك‬
‫ُُ‬
‫ه‬ ‫ْن‬
‫ِي‬‫َع‬
‫نسْت‬‫ََ‬‫ِ و‬ ‫َُُ‬ ‫ْم‬ ‫نح‬ ‫ِِ َ‬‫َْ َِّ‬ ‫َم‬‫الح‬‫ِن ْ‬ ‫َابِ‪،‬اَّ‬ ‫ِت‬ ‫ْ‬
‫الك‬
‫ْر‬
‫ِ‬ ‫ْ شُممر‬
‫ُو‬ ‫ِممل‬ ‫ِمماِِ م‬ ‫ُْ ب‬ ‫ُو‬‫نع‬‫ََ‬‫َِو‬ ‫ُُ‬‫ِر‬‫ْف‬‫َف‬‫نسْممت‬ ‫ََ‬‫و‬
‫همِ‬ ‫هْ‬‫ْ َ‬ ‫َا َ‬
‫مل‬ ‫لن‬‫َاِ‬ ‫ْم‬ ‫َع‬‫َاتِ ا‬ ‫ْ سَيِئ‬ ‫ِل‬‫َم‬‫َا و‬ ‫ِن‬‫ُس‬
‫نف‬‫َْ‬‫ا‬
‫َِ‬ ‫هماد‬‫مَل َ‬‫َ َ‬‫ِْ ذ‬ ‫ْمل‬ ‫هَ‬‫ْ ُ‬ ‫مل‬‫ََ‬‫ه‪،‬و‬ ‫َِّ َلمُ‬ ‫مَ‬ ‫َََل ُ‬‫هللاُ ذ‬
‫ُْلُ‬
‫ه‬ ‫َسُمو‬ ‫َر‬
‫ِ و‬ ‫ْمُُ‬ ‫َُ‬‫َّمً ا ع‬ ‫َم‬‫مح‬ ‫ن ُ‬ ‫ََّ‬‫هُ ا‬ ‫َشَْ‬ ‫َا‬‫ه‪،‬و‬ ‫َلُ‬
‫ِ‬
‫ِممه‬ ‫َل‬ ‫لمما ا‬ ‫ََ‬ ‫َع‬
‫َ و‬ ‫َسَ َّ‬
‫مملم‬ ‫ِ و‬ ‫ْممه‬ ‫لي‬ ‫ََ‬ ‫َ َّ‬
‫مملا هللاُ ع‬ ‫ص‬
‫هما‬ ‫مالا َ‬ ‫َ َ‬ ‫تع‬ ‫ََ‬‫َ و‬‫َك‬ ‫َار‬ ‫تُ‬ ‫ل هللاُ َ‬ ‫َاَ‬ ‫ِ‪،‬ق‬‫ِه‬ ‫َاب‬ ‫ْح‬‫َص‬‫َا‬ ‫و‬
‫َّ‬
‫َمل‬ ‫اَِ ح‬ ‫ُموا َّ‬ ‫ُموا َّ‬
‫اتد‬ ‫من‬‫َ مَ‬ ‫ِهل‬ ‫ها َّ‬
‫المذ‬ ‫هَ‬ ‫َُّ‬
‫أ‬
‫ُم‬ ‫َنممممت‬ ‫َأ‬ ‫ََِّل و‬ ‫َّ َ‬ ‫ُمممموُ‬
‫تل‬ ‫تم‬ ‫َََل َ‬ ‫ِ و‬ ‫ِممممه‬ ‫َات‬ ‫تد‬ ‫ُ‬
‫َممماَ‬
‫ل‬ ‫َق‬‫ن ‪ )102‬و‬ ‫َاَ‬ ‫ْمممر‬ ‫ِم‬
‫ِ ع‬ ‫ن مل‬ ‫ُوَ‬ ‫ِم‬ ‫مسْمممل‬ ‫ُّ‬
‫ُمم‬
‫ُ‬ ‫بك‬ ‫ََّ‬ ‫ُوا ر‬ ‫اتد‬‫َّاسُ َّ‬ ‫ها الن‬ ‫هَ‬ ‫َُّ‬
‫ها أ‬ ‫الا َ‬ ‫َ َ‬ ‫تع‬ ‫َ‬
‫َ‬
‫لمل‬ ‫ََ‬‫َل‬ ‫‪ :‬و‬ ‫َاحِمَة‬ ‫ْم ‪ :‬و‬ ‫نف‬ ‫ِمل َّ‬ ‫ُم م‬ ‫َك‬
‫لد‬‫ََ‬‫ِ ل‬ ‫الذ‬‫َّ‬
‫ًا‬ ‫ِيمر‬ ‫َث‬‫اَل ك‬ ‫َ ً‬ ‫ِع‬ ‫َا ر‬ ‫هم‬ ‫ُْ‬‫ِن‬ ‫َّ م‬‫بث‬ ‫ََ‬ ‫ها و‬ ‫ََ‬
‫ْع‬‫َو‬‫ها ز‬ ‫َْ‬‫ِن‬ ‫م‬
‫ِ‬
‫ِه‬ ‫ون ب‬ ‫ءُل َ‬ ‫تسَاَ‬ ‫ِ َ‬ ‫اَِ َّ‬
‫الذ‬ ‫ُوا َّ‬ ‫اتد‬ ‫َ َّ‬
‫ء و‬ ‫ِسَاً‬
‫ۚ‬ ‫َن‬ ‫و‬
‫ُم‬
‫ْ‬ ‫ْك‬‫لمممي‬ ‫ََ‬ ‫َ‬
‫مممان ع‬ ‫َ‬
‫اَِ ك‬ ‫ن َّ‬ ‫َِّ‬‫َ َ‬ ‫َممماۚ‬
‫م‬ ‫ْح‬‫اْلَر‬
‫َ ْ‬ ‫و‬
‫هما‬ ‫الا َ‬ ‫َ َ‬ ‫تع‬‫ل َ‬ ‫َاَ‬ ‫َق‬
‫ء ‪ )1‬و‬ ‫ِسَآِ‬ ‫َلن‬‫ًا ا‬ ‫ِيُ‬ ‫َق‬ ‫ر‬
‫ولوا‬ ‫ُ ُ‬ ‫َق‬‫اَِ و‬‫ُوا َّ‬ ‫ُوا َّ‬
‫اتد‬ ‫من‬ ‫َ مَ‬ ‫ِهل‬ ‫ها َّ‬
‫الذ‬ ‫هَ‬ ‫َُّ‬
‫أ‬
‫ُم‬
‫ْ‬ ‫َم َ‬
‫مالك‬ ‫ْم‬‫َع‬ ‫ْ أ‬ ‫ُمم‬ ‫ِْ َلك‬ ‫ْمل‬ ‫هص‬‫ًَْل سَمِهً ا ُ‬ ‫َ مو‬ ‫ق‬
‫اَِ‬
‫ِ َّ‬ ‫ِمَّلل‬‫هط‬‫ممل ُ‬ ‫ََ‬‫ْ و‬ ‫ُو‬
‫م‬ ‫بك‬ ‫نموَ‬ ‫ْ ُُ‬ ‫ُمم‬ ‫ْ َلك‬ ‫ِر‬‫ْف‬‫هف‬ ‫ََ‬‫و‬
‫ًا‬ ‫ْز‬‫َممممو‬ ‫َ ذ‬ ‫َمممماز‬ ‫َممممْ ذ‬ ‫َد‬ ‫ه ذ‬ ‫َ‬
‫مممولُ‬ ‫َسُم‬‫َر‬ ‫و‬
‫َمممماَ‬
‫ل‬ ‫َق‬‫َاب ‪ )71-70‬و‬ ‫ْه‬ ‫ََْلَح‬
‫ًمممما ا‬ ‫ِيم‬ ‫ََ‬ ‫ع‬
‫َ َ‬
‫مان‬ ‫ه ك‬ ‫نُ‬‫َِّ‬‫ۖ َ‬ ‫نا‬‫َِ‬‫بوا اله‬ ‫َُ‬‫ْر‬ ‫تد‬ ‫َََل َ‬‫الا و‬ ‫َ َ‬ ‫تع‬ ‫َ‬
‫ء ‪)32‬‬ ‫َاْ‬‫ِسْمر‬ ‫ََْل‬
‫ا‬ ‫ِيًَل‬‫ء سَمُ‬ ‫َسَماَ‬ ‫ة و‬ ‫َاحِشًَ‬ ‫ذ‬
‫َ‬ ‫َسَم َّ‬
‫ملم‬ ‫ِ و‬ ‫ْمه‬ ‫لي‬ ‫ََ‬‫ملا هللاُ ع‬ ‫َم َّ‬
‫مصِ ص‬ ‫ِم‬ ‫َُّ‬‫ل الن‬ ‫ماَ‬ ‫َم‬‫َق‬ ‫و‬
‫هحِمم ُّ‬ ‫ِن هللاَ ََلُ‬
‫َمماَّ‬ ‫ْا ذ‬ ‫ُممو‬ ‫ِد‬‫َل‬‫تط‬ ‫َََلُ‬‫ْا و‬ ‫ُممو‬ ‫َو‬
‫َّع‬ ‫ته‬ ‫َ‬
‫ِمصِ‬ ‫َُّ‬
‫ل الن‬ ‫َاَ‬ ‫َق‬ ‫َاتِ و‬ ‫َّاق‬ ‫َََل َّ‬
‫الذو‬ ‫َ و‬ ‫ْل‬‫ِي‬ ‫َّاق‬ ‫َّ‬
‫الذو‬
‫ْ ِِِ‬ ‫ُم‬ ‫ْشَماك‬ ‫ِا ََلَل‬ ‫ِن‬‫َهللاِ ا‬
‫َ و‬ ‫لم‬‫َسََّ‬‫ِ و‬ ‫ْه‬ ‫ََ‬
‫لي‬ ‫لا هللاُ ع‬ ‫ََّ‬
‫ص‬
‫ِا‬ ‫َل‬‫ُص‬
‫َا‬‫ُ‪،‬و‬ ‫ُر‬ ‫َذ‬
‫ْط‬ ‫َا‬‫ُ و‬ ‫ْم‬
‫ُو‬ ‫َص‬
‫ِا ا‬ ‫ِن‬ ‫ه َ‬
‫‪،‬لك‬ ‫ْ َلُ‬ ‫ُم‬‫َاك‬ ‫تد‬‫َْ‬ ‫َا‬‫و‬
‫ْ‬
‫َمل‬ ‫ِم َ ع‬ ‫َغ‬‫ْ ر‬ ‫َل‬‫َم‬‫ء‪،‬ذ‬ ‫ِسَمآَ‬ ‫ُ الن‬ ‫َّج‬ ‫َو‬
‫ته‬ ‫ََ‬ ‫ُُ ‪،‬ا‬ ‫ْق‬‫َر‬ ‫َا‬‫و‬
‫َ َّ‬
‫ملا هللاُ‬ ‫ِصِ ص‬ ‫َُّ‬‫ل الن‬ ‫َاَ‬ ‫َق‬‫ِا و‬ ‫ِن‬ ‫َْ م‬ ‫لي‬ ‫ََ‬‫ِا ذ‬ ‫َّت‬‫سُن‬
‫َمْ‬ ‫َد‬
‫َ ذ‬‫َّج‬ ‫َو‬‫تمه‬ ‫ْ َ‬ ‫َمل‬‫لم‬ ‫با ِ‬ ‫ُمو‬
‫َْ‬ ‫َ ط‬ ‫لم‬ ‫َسََّ‬‫ِ و‬ ‫ْه‬‫لي‬ ‫ََ‬‫ع‬
‫ْر‬
‫ِ‬ ‫ِما الشَّمط‬ ‫َّل‬
‫ِ هللاَ ذ‬ ‫َت‬‫لي‬‫َْ‬‫ِ‪،‬ذ‬ ‫ِه‬‫هن‬ ‫ِْ‬ ‫َ د‬ ‫ْر‬ ‫َ شَط‬ ‫َز‬‫ْر‬ ‫َح‬‫ا‬
‫ْمه‬
‫ِ‬ ‫ََ‬
‫لي‬ ‫ملا هللاُ ع‬ ‫َ َّ‬ ‫ِمصِ ص‬ ‫َُّ‬
‫ل الن‬ ‫َاَ‬ ‫َق‬‫ِا و‬ ‫َّان‬ ‫الث‬
‫ِمكَ‬ ‫َف‬
‫ْس‬ ‫َِ‬
‫لن‬ ‫اا‪،‬و‬ ‫َد‬‫ْمكَ ح‬ ‫ََ‬
‫لي‬ ‫ِمكَ ع‬ ‫َب‬ ‫لر‬ ‫ِن ِ‬ ‫َ اَّ‬ ‫لم‬‫َسََّ‬‫و‬
‫ُم َّ‬ ‫ِ ك‬ ‫َاع‬
‫ِط‬ ‫اا‪،‬ذ‬ ‫ْكَ ح‬
‫َد‬ ‫لي‬‫ََ‬‫ِكَ ع‬ ‫هل‬ ‫اا‪،‬و‬
‫ََِلَْ‬ ‫َد‬‫ْكَ ح‬ ‫لي‬ ‫ََ‬‫ع‬
‫ْه‬
‫ِ‬ ‫لي‬‫ََ‬
‫لا هللاُ ع‬ ‫ََّ‬‫ِصِ ص‬ ‫َُّ‬
‫ل الن‬ ‫َاَ‬ ‫َق‬‫ه و‬ ‫َُّ‬‫َد‬ ‫‪ :‬ح‬‫َل‬ ‫ِخ ح‬
‫نا‬ ‫ََ‬‫َا‬
‫ِ‪،‬و‬‫ِممه‬ ‫هل‬ ‫ْ َِلَْ‬‫ُم‬‫ُك‬‫ْممر‬ ‫َي‬‫ْ ل‬‫ُم‬ ‫ُك‬ ‫ْممر‬ ‫َي‬ ‫َ ل‬ ‫َسَم َّ‬
‫ملم‬ ‫و‬
‫و‬
‫هم‬ ‫ِْ‬‫َمر‬ ‫ء اَّ‬
‫َِلك‬ ‫ِسَآَ‬ ‫َ الن‬ ‫َم‬‫ْر‬‫َك‬
‫ماأ‬ ‫ِا‪َ،‬‬ ‫هل‬ ‫ُم‬
‫ْ َِلَْ‬ ‫ُك‬‫ْر‬ ‫َي‬‫ل‬
‫ْم‬
‫و‬ ‫ِممممممممي‬ ‫َِل َلئ‬
‫َّ اَّ‬‫هل‬ ‫َ‬
‫مممممممانُ‬ ‫ََ‬
‫هم‬ ‫َل ا‬ ‫ََ‬‫و‬
‫َممِ‬ ‫ِي‬‫همما ب‬ ‫لَ‬ ‫َُّ‬
‫َ ك‬ ‫ْر‬‫مممو‬ ‫ِن ْ‬
‫اَلُُ‬ ‫َمماَّ‬ ‫ْممُ ذ‬ ‫بع‬ ‫ماَ‬ ‫ََّ‬
‫ا‬
‫همُ‬ ‫ِْ‬
‫هر‬‫ماُ‬ ‫ُ َ‬ ‫ُم‬ ‫ْك‬ ‫هح‬‫ََ‬‫ء و‬ ‫هشَآُ‬ ‫ماَ‬ ‫ها َ‬ ‫َْ‬‫ِي‬ ‫ِا ذ‬ ‫َْ‬ ‫هد‬‫هللاِ‪َ،‬‬
‫َمممِم‬
‫َ‬ ‫مد‬‫َََلُ‬‫َ‪ ،‬و‬ ‫َمممَّم‬ ‫َممما ق‬ ‫لم‬ ‫َ ِ‬ ‫مممم َلِر‬ ‫َل ُ‬ ‫َ‬
‫َمانِ‬ ‫ِق‬‫َر‬
‫ْت‬ ‫هف‬‫َََلَ‬‫َمانِ و‬ ‫ُ ْ‬
‫اثن‬ ‫َم‬
‫َِّلل‬ ‫ْت‬‫هج‬ ‫َََلَ‬
‫َ‪،‬و‬ ‫َل‬
‫َّر‬ ‫َاا‬ ‫لم‬‫ِ‬
‫ََ‬ ‫َ هللاِ سَمُ‬‫ِمل‬ ‫َماب‪ :‬م‬ ‫ِت‬‫َك‬‫‪ :‬و‬ ‫َمَ ر‬ ‫َق‬‫ء و‬ ‫َ َا‪:‬‬ ‫ِد‬ ‫اَّ‬
‫َِلب‬
‫‪Saudara.......‬‬
‫‪Yang baru saya bacakan tadi,adalah di antara bahagian dari pada khuthbah‬‬
‫‪Nikah yang dibacakan Nabi Muhammad SAW.ketika beliau menikahkan‬‬
‫‪putrinya Fathimah Az-Zahroh kepada ‘Ali bin Abi Tholib Karromallhu‬‬
‫‪Wajhah.Dan di sini saya bacakan kembali untuk saudara yang sebentar lagi‬‬
‫‪akan melaksanakan ‘aqad nikah dengan harapan semoga pernikahan saudara‬‬
‫‪yang segera akan berlangsung akan memperoleh pancaran barokah dari Alloh‬‬
‫‪SWT,melalui Rosul-Nya.Barokah yang akan dapat memujudkan terbentuknya‬‬
kehidupan rumah tangga yang ideal,selaras dan harmonis dalam pola
kehidupan rumah tangga muslim yang berkepribadian Muslim yang utuh dan
menyeluruh.
Saudara......
Perkawinan adalah merupakan salah satu bukti perwujudan dari kepastian
berlakunya Sunnahtulloh di alam semesta ini,yang berjalan di atas Hikmah
Kebijaksanaan Rububiyyah Ilahiyyah yang sangat Indah dan Agung.Siratan
hikmah ajaran Syari’at Islam yang dijanjikan Alloh dalam mengatur
pelaksanaan aqad nikah,yang mengawwali kehidupan berumah tangga dan
bermasyarakat ini,jauh lebih indah,lebih teratur dan lebih rapih dari sekedar
ma’na perkawinan yang hanya bersifat syahwatiyah biologis semata.’Aqad
nikah dalam ajaran Islam adalah merupakan perjanjian yang kokoh yang
mempunyai tujuan yang sangat suci dan mulia yang dilindungi oleh undang-
undang samawi atau undang-undang Alloh.
‘Aqad nikah bukan hanya sekedar mempertemukan dua sosok manusia yang
berlainan jenis yang dengan kata suka sama suka antar kedua belah pihak
yang tanpa mempedulikan pihak lain,terutama keluarga besar dari masing-
masing pihak.’Aqad nikah merupakan gerbang utama untuk menuju
Mardhitillaah dalam disiplin pembinaan rumah tangga yang didirikan atas
dasar niyat Ibadah kepada Alloh SWT,yang disemarakkan dengan keutuhan
shilaturrohim antar keluarga dari kedua belah pihak,yang selanjutnya
menjadi sebab berkembangnya keluarga besar dan berkesinambungannya
keturunan yang sah untuk berlangsungnya kehidupan manusia dalam
lingkungan masyarakat yang bersih dan terhormat selaku kholifah Alloh di
muka bumi ini.
Saudara.......
Rumah tangga Muslim,adalah pola hidup rumah tangga yang Sakinah,yaitu
kehidupan rumah tangga yang senantiasa berusaha untuk mampu
mencerminkan dan memancarkan suasana ketentraman dan ketenangan jiwa
dalam menghadapi dan menanggapi silih bergantinya keadaan yang memang
sudah menjadi gaya hidup stabilitas putaran Sunnahtullah dalam kewajaran
kehidupan di dunia ini.
Rumah tangga Muslim,adalah pola hidup rumah tangga yang berjangka
panjang,yang dijalin erat dengan rasa Mawaddah ,yaitu kesinambungannya
rasa saling cinta mencintai,semangat keasyikan mengarugi gelombang
romantika perjuangan hidup yang telah dituangkan dalam kesepakatan cita-
cita hidup bersuami iatri.
Rumah tangga Muslim,adalah pola hidup yang diperindah dan diperkokoh
kelestariannya dengan kesejukan suasana Rohmah,yaitu senantiasa
terpeliharanya rasa kasih sayang antara suami istri ditengah lingkungan
kehidupan keluarga besar.Saling mengerti dan memahami serta menyadari
dari kedua bela pihak (suami istri) akan haq dan kewajiban yang harus
diterima dan dilaksanakan oleh masing-masing pihak.
Untuk tumbuh dan terpancarnya rasa Mawaddah dan Rahmah yang akan
menjadikan suasana rumah tangga Sakinah.Maka peran aktif akhlaqul
karimah yang merupakan khuluqul muslim (akhlaq seorang muslim) sangat
menentukan sekali.Sebab rumus pembinaan dan pembentukan rumah tangga
yang Sakinah,Mawaddah dan Rohmah ini,pada hakekatnya telah dijanjikan
kepastiannya oleh Allah bagi setiap Mu’min yang selalu berusaha
menselaraskan aktivitas gerak hidupnya dengan norma-norma hukum Alloh
SWT.Baik yang bersifat Hablum minalloh maupun yang bersifat Hablum
minannaas dan semua hamba Alloh pada umumnya.
Oleh karena itu,saring dan tepislah dengan fithroh yang suci dan akan
fikiran yang jernih setiap apapun yang akan saudara tuangkan dalam kanvas
rumah tanggga kehidupan Muslim. Saudara ........janganlah saudara terburu-
buru untuk meniru sembarang meniru pola dan gaya hidup rumah tangga
yang non muslim,yang di sana sini tidak mencerminkan kepribadian yang
mulia (muslim).Dan janganlag pula sampai saudara korbankan niyat luhur
saudara dalam membina rumah tangga Muslim yang Suci ini hanya karena
dorongan hawa nafsu yang selalu ingin menggapai diluar ketentuan haq
saudara.Atau karena gejolak syahwat duniawi yang tidak akan pernah
kunjung puas dengan apa yang ada.
Dan agar kita dapat membina keluarga yang Sainah,Mawaddah dan
Rohmah. Maka bekal yang paling utama dan terutama adalah bertaqwa
kepada Alloh SWT,dan taqwa kita kepada Alloh dibuktikan di dalam tiga
hal,yaitu:
1.Taqwa kita dibuktikan dengan sikap dalam hidup ini,yaitu sebaik-baik sikap
orang yang bertaqwa adalah bersyukur dan bersabar.
Disaat kita,disaat saudara mendapatkan keni’matan dari Alloh,maka
bersyukurlah.Bila kita selalu bersyukur kepada Alloh,maka Alloh akan
menambah keni’matannya,Alloh akan menambah karunia-Nya,Alloh akan
menambah rizki untuk kita.Akan tetapi bila kita,bila saudara mengkufuri
ni’mat-Nya,tidak mau bersyukur,maka siksa Alloh yang akan
diterimanya.Sebagaimana Alloh berfirman.
ُۖ
ْ
‫م‬ ‫نك‬ ‫ْ َْلَز‬
ََّ‫ِه‬ ‫تم‬ ‫َر‬
ُْ ‫ِل شَك‬‫ْ َلئ‬
‫ُم‬ َُّ
‫بك‬ ‫ن ر‬َََّ
‫تأ‬َ ِْ
ََ‫و‬
‫ِص َلشَممِهو‬ َ َ
‫ممذاب‬ َِّ
‫ن ع‬ َ ْ
‫تم‬ُْ
‫َممر‬ ‫َف‬
‫ِل ك‬ ‫ََلممئ‬
‫و‬
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika
kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
QS.Ibrohim:7
Kemudian disaat kita,disaat saudara mendapatkan kesusahan,kesulitan atau
pun musibah,maka kita ,maka saudara harus selalu bersikap bersabar.Dengan
sabar maka Insya Alloh pasti ada jalan keluarnya,karena Alloh akan selalu
beserta orang yang sabar.
‫ُوا‬
‫ِين‬‫َع‬
‫ُموا اسْمت‬ َ‫َ م‬
‫من‬ ‫ِهل‬
‫المذ‬َّ ‫هما‬
َ‫ه‬َُّ َ
‫ها أ‬
َ ‫ِر‬
‫ِهل‬ ‫َ الص‬
‫َّاب‬ َ َِ‫ا‬
‫مَّلل‬ َّ ‫ن‬ َِّ
َ ِ ۚ‫َََّل‬
‫ة‬ ‫َالص‬ ‫ْر‬
‫ِ و‬ َُّ
‫ِالص‬
‫ب‬
Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. QS.Al-
Baqoroh:153.
2.Taqwa dibuktikan dengan perbuatan atau pekerjaan,dan sebaik-baik
pekerjaan adalah sholat lima waktu.Sholat adalah merupakan perbuatan atau
pekerjaan yang akan sangat menentukan semua amal ibadah kita diterima
atau tidaknya oleh Alloh SWT.
‫ۖ ََل‬
‫ها‬َْ
‫لي‬ََ
‫ْ ع‬ َُ
‫ِر‬ ‫َاص‬
‫ْط‬ ‫ِ و‬‫َََّلة‬
‫ِالص‬ ‫لكَ ب‬ َْ
َ‫ه‬ ‫ْ أ‬
‫مر‬ُْ‫َأ‬
‫و‬
ُ َ
‫مة‬ ‫َاق‬
ُِ ْ َ
‫الع‬ ‫كَ و‬ ‫ُو‬
‫ُق‬‫ْز‬
‫نر‬َ ُ
‫ْل‬ ‫نح‬ َّ ۖ‫ًا‬‫ْق‬ ‫َُلكَ ر‬
‫ِز‬ َ
‫نسْأ‬
‫َخ‬
‫ا‬ ‫ْو‬
‫َّد‬
‫ِلت‬‫ل‬
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah
yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa. QS.Thoha:132
Oleh karena itu janganlah tinggalkan sholat lima waktu,sesibuk apapun
janganlah kita tinggalkan sholat,janganlah saudara tinggalkan sholat lima
waktu,sesibuk apapun janganlah saudara korbankan sholat lima waktu
sehingga ditinggakannya.
3. Taqwa dibuktikan dengan ucapan ,dan sebaik-baik ucapan,perkataan dan
bacaan adalah Al-Qur’an.Hiasilah rumah kita,rumah saudara dengan lantunan
bacaan Al-Qur’an dan sempatkanlah,luangkanlah waktu yang setiap harinya
untuk membaca dan mempelajari Al-Qur’an.
Saudara...............
Dengan taqwa kepada Alloh,maka Alloh akan memberikan jalan keluar dalam
segala hal.Dan kalau kita merealisasikan ketaqwaan kita kepada Alloh,maka
Insya Alloh kita,dan saudara akan menjadi keluarga yang Sakinah,Mawaddah
dan Rohma yang menjadi harapan kita semua.
ُْ
‫ه‬ ‫ُق‬
‫ْز‬ ََ
‫هر‬ ‫ًا و‬ ‫َع‬‫مقْر‬ ُ‫َ َّل‬
َ ‫ه‬ ‫ْع‬
‫هج‬َ َِ‫ا‬
َّ ِ ‫َّل‬
‫هت‬ َ ‫مل‬ََ
‫و‬
َّ ‫لا‬
ِِ‫ا‬ ََ‫َّْ ع‬
‫َك‬ ‫َو‬
‫هت‬َ ‫مل‬
ََ‫ُ و‬ ‫َس‬
ِۚ ‫ْت‬‫هح‬َ ‫ُ ََل‬
‫ْث‬ ‫ْ ح‬
‫َي‬ ‫ِل‬
‫م‬
ْ‫َم‬‫ِ ق‬ ِۚ َْ
‫ممر‬ ‫لُ أ‬ِ‫بما‬َ َِ‫ا‬
َّ ‫ن‬ َِّ
َ ‫ه‬ ُُْ‫َس‬
ۚ ‫َ ح‬ َُ
‫هو‬ ‫ذ‬
‫َْ ر‬
‫ًا‬ :ْ‫ُِ شَص‬
‫ء ق‬ ‫لك‬ َّ ََ
ِ ُِ‫ا‬ ‫َع‬ ‫ع‬
Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya
jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan
barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi
tiap-tiap sesuatu. QS.Ath-Tholaq:2-3
‫ًا‬
‫هسْمر‬
ُ ِِ
‫مر‬َْ
‫ْ أ‬
‫ِل‬ ُ‫َّل‬
‫ه م‬ َ
‫ْع‬ َ َِ‫ا‬
‫هج‬ ‫َّل‬
َّ ِ ‫هت‬َ ‫مل‬
ََ‫و‬
Dan barang -siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya. QS.Ath-Tholaq:4
Oleh karena itu sekali lagi niatkanlah saudara menikah untuk beribadah
kepada Alloh,kemudian bertaqwalah kepada Alloh SWT.

‫ُم‬
ْ ‫ََلك‬‫ِا و‬ ‫َ ل‬‫ْم‬
‫ِي‬ََ ْ َ‫ُهللا‬
‫الع‬ ‫ِر‬‫ْف‬
‫َف‬‫َاسْت‬
‫ذا و‬ َ‫ه‬
َ ‫ل‬ ‫ُو‬
ُْ ‫َق‬
‫ا‬
‫ما ِر‬
ِ ‫ِسَم‬‫َل‬
‫ِقِا و‬‫ماه‬ ‫َشَم‬
‫لم‬َِ‫ل مَ َّ و‬
ِ‫َا‬ َِ
‫لو‬ ‫ِا و‬‫ْل‬‫َ مو‬
‫ق‬
‫ْر‬
‫و‬ ‫ُمو‬ ‫َف‬
‫الف‬ْ َ ُ ‫ه‬
‫هو‬ َّ‫ِ ا‬
ُ‫ِن‬ ُُ‫ِر‬‫ْف‬
‫َف‬‫َاسْت‬
‫َ ذ‬‫ْل‬ ‫ِي‬
‫ِم‬‫ُسْل‬ ْ
‫الم‬
ُ
‫ْم‬‫َّحِي‬
‫الممممممممممممممممممممممممممر‬
َّ‫ه ا‬
‫َِل‬ َ‫ِخ ََلا‬
َ‫ِل‬ ‫ََّلذ‬
‫× ا‬3 ِ ‫ْم‬
‫ِي‬ََ ْ َ‫ُ هللا‬
‫الع‬ ‫ِر‬‫ْف‬ ‫َسْت‬
‫َف‬ ‫ا‬
‫ْممه‬
ِ َ‫ُ ا‬
‫ِلي‬ ‫ْب‬
‫تممو‬ َُ
‫َا‬‫ُ و‬‫ْم‬‫ُّممو‬‫َي‬ ْ ُّ‫َممص‬
‫الد‬ ْ َ
‫الح‬ ُ
‫هممو‬
‫ََّ‬
‫ن‬ ‫هُ ا‬ ‫َشْممَ‬
‫َا‬ ‫ه اَّ‬
‫َِل هللاُ ‪ ،‬و‬ ‫ِلممَ‬ ‫َْ‬
‫ن َلاَ‬ ‫َشْممَ‬
‫هُ ا‬ ‫أ‬
‫ُْ‬
‫ل هللاُ ‪×3‬‬ ‫َّسُمممممممممو‬ ‫َّمممممممممًا ر‬ ‫َم‬‫ُح‬
‫و‬
‫‪Ijab yang dilakukan oleh wali sendiri.‬‬
‫َبِ‬‫ْمممُ ِِِ ر‬
‫َم‬‫َْلح‬
‫ِ ا‬ ‫الِ الر‬
‫َّحِيم‬ ‫َ‬
‫ْم‬‫َّح‬
‫اِِ المممر‬ ‫ِ َّ‬‫ِسْمممم‬ ‫ب‬
‫َِ‬ ‫َشْممر‬‫لمما ا‬‫ََ‬‫ُ ع‬ ‫َالسَّ َ‬
‫ممَلم‬ ‫ة و‬ ‫َّ َ‬
‫ممَلُ‬ ‫َالص‬ ‫َ و‬‫ْل‬
‫ِي‬ ‫َ َ‬
‫الم‬ ‫ْ‬
‫الع‬
‫ِ‬
‫ِمه‬‫لا مل‬ ‫ََ‬
‫َع‬‫َّ‪ :‬و‬‫َم‬
‫مح‬‫ِنا ُ‬‫َ‪،‬سَيِ َ‬
‫ْل‬‫ِي‬‫ْسَل‬
‫ُر‬ ‫َ ْ‬
‫الم‬ ‫ء و‬‫َاِ‬‫ِي‬ ‫اَلَْ‬
‫نُ‬ ‫ْ‬
‫َ‬
‫ْل‬‫ِي‬‫َع‬
‫ْم‬‫َع‬
‫ِ ا‬‫ِه‬ ‫َح‬
‫ُْ‬ ‫َص‬
‫و‬
‫ُم‬
‫ْ‬ ‫ِهمماك‬‫َاَّ‬ ‫َمماَ‬
‫د هللاِ و‬ ‫ُِ‬‫ْ ع‬‫ُم‬ ‫ْك‬ ‫ُص‬
‫ِممي‬ ‫ْممَ ا‬ ‫ماَ‬
‫بع‬ ‫ََّ‬
‫ا‬
‫ْ‬
‫ِمل‬ ‫ِ م‬ ‫َ هللاُ ب‬
‫ِه‬ ‫ََ‬
‫مر‬ ‫لا َ‬
‫ماا‬ ‫ََ‬ ‫ُكَ ع‬ ‫َو‬
‫ِع‬ ‫ُز‬ ‫ْو‬
‫َخ هللاِ ا‬ ‫َد‬‫بت‬‫َ‬
‫ََّ‬‫َح‬ ‫َا‬
‫ْسَانِ و‬ ‫ِح‬‫ِا‬ ‫ِْ‬
‫هخ‪ :‬ب‬ ‫َْ‬
‫تسْر‬ ‫َو‬
‫ْ‪ :‬ا‬ ‫ُو‬ ‫َع‬
‫ْر‬ ‫ِم‬
‫ِ ب‬ ‫مسَاك‬‫ِْ‬‫ا‬
‫َاح‬
‫َ‬ ‫ِمف‬‫ُ الس‬ ‫ُم‬‫ْك‬
‫لي‬‫ََ‬
‫َ ع‬ ‫َّم‬
‫َر‬ ‫َح‬‫َ و‬‫َاح‬ ‫ُ الن‬
‫ِك‬ ‫هللاُ َلك‬
‫ُم‬
‫ُمممممكَ‬ ‫َح‬
‫ْت‬ ‫نك‬ ‫َْ‬‫ا‬ ‫ها‬‫َ‬
‫ُمممممممممممممممممممممممممممكَ‬ ‫َو‬
‫َّع‬
‫ْت‬ ‫َز‬‫و‬
‫ِممما‬ ‫ْت‬‫ِن‬‫ب‬
‫م َع‬
‫ًََّل‬ ‫ً‬
‫مممماَلاُ‬ ‫َ‬
‫ح‬ ‫هممممر‬
‫ِ‬ ‫َْ‬‫ِم‬‫ب‬
‫‪Wahai.........kunikahkan dan kukawinkan kamu pada putriku..........dengan‬‬
‫‪maskawin...........dibayar Tunai / Terhutang.‬‬

‫‪Ijab yang dilakukan oleh wakil.‬‬


‫َبِ‬‫ْمُ ِِِ ر‬ ‫َم‬ ‫َْلح‬
‫ِ ا‬ ‫الِ الر‬
‫َّحِيم‬ ‫َ‬
‫ْم‬‫َّح‬
‫اِِ الر‬ ‫ِ َّ‬ ‫ِسْم‬‫ب‬
‫َِ‬ ‫َشْمر‬‫لا ا‬ ‫ََ‬ ‫ُ ع‬‫َالسَََّلم‬‫ة و‬ ‫َََّلُ‬
‫َالص‬ ‫َ و‬‫ْل‬‫ِي‬ ‫َ َ‬
‫الم‬ ‫ْ‬
‫الع‬
‫َّمم‪:‬‬‫َم‬
‫مح‬‫ِنا ُ‬ ‫َ‪،‬سَمميِ َ‬ ‫ْل‬
‫ِي‬‫ْسَل‬
‫ُر‬ ‫الم‬‫َ ْ‬‫ء و‬ ‫َمماِ‬ ‫ِي‬
‫نُ‬‫اَلَْ‬
‫ْ‬
‫َ‬
‫ْل‬‫ِمممي‬ ‫َع‬
‫ْم‬ ‫َع‬‫ِ ا‬‫ِه‬‫ُْ‬ ‫َمممح‬‫َص‬‫ِ و‬ ‫ِمممه‬ ‫لممما مل‬ ‫ََ‬‫َع‬‫و‬
‫ُم‬
‫ْ‬ ‫ِهمماك‬‫َاَّ‬ ‫َمماَ‬
‫د هللاِ و‬ ‫ُِ‬‫ْ ع‬‫ُم‬‫ْك‬
‫ِممي‬ ‫ُص‬
‫ْممَ ا‬ ‫ماَ‬
‫بع‬ ‫ََّ‬
‫ا‬
‫ْ‬
‫ِمل‬ ‫ِ م‬‫ِه‬‫َ هللاُ ب‬ ‫ََ‬
‫مر‬ ‫ماا‬ ‫لا َ‬‫ََ‬‫ُكَ ع‬ ‫َو‬
‫ِع‬ ‫ُز‬‫َخ هللاِ ا‬‫ْو‬‫َد‬‫بت‬‫َ‬
ََّ‫َح‬ ‫َا‬
‫ْسَانِ و‬‫ِح‬
‫ِا‬‫ ب‬:‫هخ‬ِْ َْ
‫تسْر‬ ‫َو‬
‫ ا‬:ْ‫ُو‬
‫ْر‬‫َع‬
‫ِم‬ ‫مسَاك‬
‫ِ ب‬ ِْ
‫ا‬
‫َاح‬
َ ‫ِمف‬‫ُ الس‬ ‫ُم‬
‫ْك‬ ََ
‫لي‬ ‫َ ع‬‫َّم‬
‫َر‬ ‫َح‬ ‫َاح‬
‫َ و‬ ‫ِك‬‫ُ الن‬ ‫هللاُ َلك‬
‫ُم‬
َ‫ُمممممك‬ ‫َح‬
‫ْت‬ ‫نك‬َْ
‫ا‬ ‫ها‬ َ
َ‫ُممممممممممممممممك‬ ‫ْت‬ ‫َو‬
‫َّع‬ ‫َز‬
‫و‬
‫ِا‬ ‫ِل‬ ‫َك‬
‫مو‬ُ ْ‫ْممممممممممممممم‬ ‫ِن‬
‫ب‬
‫م َع‬
‫ًََّل‬ ُ‫َممماًَلا‬‫ح‬ ِ َْ
‫هر‬ ‫ِم‬
‫ب‬
Wahai.........kunikahkan dan kukawinkan kamu padamu..........bin........yang
kuwakili untuk menikahkannya padamu,dengan maskawin...........dibayar Tunai
/ Terhutang.
Qobul yang dilakukan sendiri oleh mempelai pria.
‫ْس‬
‫ِمما‬ ‫َف‬
‫لن‬ ََ
ِ ‫همما‬ ِْ
‫هج‬ ‫ْو‬
‫ته‬ََ
‫همما و‬ ‫َاح‬
ََ ‫ِك‬‫ُ ن‬
ْ‫لمم‬ِْ
َُ‫ق‬
‫ْر‬
ِ ‫ُو‬
‫ذك‬َْ ْ ِ
‫الم‬ َْ
‫هر‬ ْ ‫ب‬
‫ِالم‬
Saya terima nikah dan kawinnya untuk diriku dengan maskawin tersebut.
Qobul yang diwakilkan kepada orang lain.
‫هممممما‬ ََ
‫هج‬ ‫ْو‬
ِْ ََ
‫ته‬ ‫هممممما و‬ ‫َاح‬
ََ ‫ِك‬‫ُ ن‬ ِْ
ْ‫لممممم‬ َُ
‫ق‬
‫هر‬
ِ َْ ْ
‫ِممالم‬ ‫ه ب‬ َ ‫ن‬
ُ‫)المم‬ َ‫ََُل‬
‫ذ‬ ‫ل‬
ِ
‫ْر‬
ِ ‫ُو‬
‫ذك‬َْ ْ
‫الم‬
Saya terima nikah dan kawinnya untuk (fulan)............. dengan maskawin
tersebut.
Shighot Taukil
Apabila dalam ijab dan qogul nikah itu diwakilkan atau diserahkan kepada
orang lain,maka harus ada shighot Taukil dari sang wali atau calon mempelai
pria.
Shighot Taukilnya wali.
‫ْت‬
‫ِما‬ ‫ِن‬
‫ب‬ َ
‫هج‬ ‫ْو‬
ِْ َ ‫ِما‬
‫تمه‬ ‫ُكَ ذ‬
‫لت‬َّْ
‫َك‬ ‫و‬
ً َ
‫اَل‬ ‫ِ ح‬
‫هر‬َْ
‫ِم‬‫ب‬ ْ
‫َل‬‫ع‬
Saya wakilkan padamu untuk menikahkan......... putriku pada
(fulan).......................................dengan maskawin........... dibayar Tunai.
Kemudian wakil menerimanya dengan shighot berikut ini.
‫هجَِ‬
‫هممممما‬ ‫ْو‬
‫ِْ‬ ‫ِممممما َ‬
‫ته‬ ‫َْ‬
‫لمممممكَ ذ‬‫ِي‬‫ْك‬
‫تو‬‫ُ َ‬
‫لمممممْ‬‫ِْ‬
‫َُ‬‫ق‬
‫ْر‬
‫ِ‬ ‫ُو‬
‫ذك‬‫َْ‬ ‫ِ ْ‬
‫الم‬ ‫َْ‬
‫هر‬ ‫ب ْ‬
‫ِالم‬ ‫ْ‬
‫َل‬‫ع‬
‫‪Saya terima perwakilanmu untuk‬‬ ‫‪menikahkan‬‬ ‫‪putrimu‬‬ ‫‪pada‬‬
‫‪(fulan)............dengan maskawin tersebut.‬‬
‫‪Shighot Taukulnya mempelai pria.‬‬
‫ْل‬
‫ِ‬ ‫َ ُمممممممو‬ ‫ُمممممممكَ ذ‬
‫ِممممممما ق‬ ‫لت‬‫َّْ‬
‫َك‬ ‫و‬
‫ِْْ‬
‫ِن‬‫ب‬ ‫ِ‬‫َاح‬
‫ِك‬‫ن‬
‫‪Saya wakilkan padamu untuk menerima nikahnya (fulani)..........binti........‬‬
‫‪Kemudian wakil menerimanya dengan shighot berikut ini.‬‬
‫َاحَِ‬
‫ها‬ ‫ِك‬ ‫ْل‬
‫ِ ن‬ ‫َ ُو‬
‫ِا ق‬ ‫َْ‬
‫لكَ ذ‬ ‫ْك‬
‫ِي‬ ‫ُ َ‬
‫تو‬ ‫لْ‬‫ِْ‬
‫َُ‬‫ق‬
‫‪Saya terima perwakilanmu untuk menerima nikahnya.‬‬
‫‪Do’a Pernikahan‬‬

‫ِ‬ ‫الِ الر‬


‫َّحِيم‬ ‫َ‬
‫ْم‬‫َّح‬ ‫ِسْم‬
‫ِ َّ‬
‫اِِ الر‬ ‫ب‬
‫َ‬‫َمَّلل‬
‫َم‬‫َع‬‫َ‬
‫هما و‬ ‫َْ‬ ‫َلي‬‫َ ع‬ ‫َك‬‫بمار‬ ‫ََ‬ ‫َما و‬ ‫هم‬‫َ هللاُ َلُ‬
‫َك‬ ‫بار‬ ‫َ‬
‫َأ‬ ‫َم‬
‫َا ك‬ ‫هم‬‫َُ‬ ‫ْن‬
‫ِي‬ ‫لْ ب‬ ‫َِ‬‫َّ ا‬
‫هم‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬ ‫‪،:‬ا‬ ‫ِقَي‬
‫ْر‬ ‫َا ب‬ ‫َُ‬
‫هم‬ ‫ْن‬ ‫ِي‬
‫ب‬
‫َما‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬
‫بي‬‫ِم ْ َ‬ ‫َل‬
‫َا‬‫ء‪،‬و‬ ‫َّاَ‬
‫َو‬‫َح‬‫َ و‬‫دم‬ ‫َ مَ‬ ‫ْل‬ ‫َ َ‬
‫بي‬ ‫ْْ‬ ‫ََّلف‬
‫ا‬
‫َ‬
‫ْم‬ ‫َاه‬
‫ِي‬ ‫بممر‬‫ِْ‬ ‫ِنا ا‬ ‫َ سَمميِ َ‬ ‫ْل‬‫بممي‬‫َ َ‬ ‫ََّلف‬
‫ْممْ‬ ‫َمما ا‬ ‫َم‬
‫ك‬
‫ِنا‬ ‫َ سَيِ َ‬‫ْْ‬ ‫ََّلف‬
‫َا ا‬ ‫َم‬‫َا ك‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬
‫بي‬‫لْ َ‬ ‫َِ‬‫َا‬‫ة‪،‬و‬ ‫ََ‬
‫َسَار‬ ‫و‬
‫ما‬ ‫َم‬
‫َم‬ ‫ما ك‬ ‫َم‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬ ‫لْ َ‬
‫بي‬ ‫َِ‬
‫َا‬ ‫ء‪،‬و‬ ‫ماَ‬ ‫َُلي‬
‫ْقَم‬ ‫َز‬‫ْسُم َ و‬ ‫ُ‬
‫هو‬
‫ْمه‬
‫ِ‬ ‫لي‬‫ََ‬‫ملا هللاُ ع‬‫َ َّ‬
‫َّ‪ :‬ص‬ ‫َم‬
‫مح‬ ‫ِنا ُ‬‫َ سَيِ َ‬ ‫ْل‬‫بي‬‫َ َ‬ ‫ْْ‬ ‫ََّلف‬
‫ا‬
‫ِم ْ‬ ‫َل‬‫َا‬‫َخ‪،‬و‬ ‫ُُ‬
‫ْر‬ ‫مة ْ‬
‫الك‬ ‫َ َ‬‫هج‬ ‫َِْ‬ ‫َا ل‬ ‫َسَيَِ ت‬
‫ِن‬ ‫َ و‬ ‫لم‬ ‫َسََّ‬
‫و‬
‫ِممصِ‬ ‫َل‬‫ِنا ع‬ ‫َ سَمميِ َ‬ ‫ْممْ‬‫ََّلف‬
‫َمما ا‬ ‫َم‬
‫َمما ك‬ ‫َُ‬
‫هم‬ ‫ْن‬ ‫َ‬
‫بي‬
‫لْ‬ ‫َِ‬
‫َّ ا‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬
‫هم‬ ‫ء‪ ،‬ا‬ ‫َاَ‬ ‫هر‬‫َّْ‬
‫ة اله‬ ‫ََ‬‫ِم‬‫َاط‬‫َا ذ‬ ‫ِن‬ ‫َسَيَِ ت‬‫و‬
‫َما‬ ‫هم‬‫ُْ‬‫ُق‬
‫ْز‬‫َار‬ ‫د‪،‬و‬ ‫داَ‬‫َِ‬ ‫َ ْ‬
‫الو‬ ‫مة و‬ ‫َّ َ‬
‫َُ‬ ‫َح‬ ‫َا ْ‬
‫الم‬ ‫َُ‬
‫هم‬ ‫ْن‬ ‫َ‬
‫بي‬
‫ًما‬ ‫َيُِ‬ ‫َ َ‬
‫مَلًَل ط‬ ‫ًا ح‬ ‫ِمع‬ ‫َاس‬ ‫ًا و‬ ‫ْق‬‫ِز‬‫َا ر‬ ‫ِم‬ ‫ْش‬
‫ِه‬ ‫َي‬
‫ِا ع‬ ‫ذ‬
‫ُْ‬
‫ن‬ ‫ُو‬
‫هك‬‫ماَ‬‫‪َ :‬‬ ‫َة‬
‫مشَد‬ ‫َََل َ‬
‫َ‪ :‬و‬ ‫تع‬‫ِ َ‬‫ْر‬‫َي‬‫ْ غ‬‫ِل‬‫ًا م‬ ‫َك‬
‫َار‬ ‫ُ‬
‫مُ‬
‫َا‬ ‫ِه‬
‫ِم‬ ‫َات‬‫َي‬
‫ِا ح‬ ‫َا ذ‬ ‫هم‬‫ُْ‬‫ُق‬ ‫َار‬
‫ْز‬ ‫د‪،‬و‬ ‫َّاَ‬
‫َاله‬ ‫َا و‬ ‫َلهثم‬
‫ه ً‬
‫مة‬ ‫َُر‬
‫َِّ‬ ‫َماَ‬
‫بًَل و‬ ‫َد‬‫مت‬‫َمًَل ُ‬‫َم‬
‫َع‬‫ًما و‬ ‫ِع‬
‫ناذ‬ ‫ًا َ‬ ‫عْ‬
‫ِلم‬
‫َْ‬
‫ن‬ ‫َو‬
‫همر‬ ‫َّا َ‬
‫َت‬‫ِ‪،‬ح‬ ‫ََْلد‬ ‫َ ْ‬
‫اَلَو‬ ‫َاتِ و‬‫َن‬ ‫َ ْ‬
‫الُ‬ ‫ِل‬‫ًا م‬ ‫لح‬‫َاِ‬‫ص‬
‫َ‬
‫َم‬ ‫َر‬
‫ْح‬ ‫ِممكَ َ‬
‫همماا‬ ‫َت‬‫ْم‬‫َح‬‫ِر‬‫د‪،‬ب‬‫َاَ‬‫ْف‬ ‫َ ْ‬
‫اَلَح‬ ‫َا ِ و‬
‫ُْ‬ ‫ْ‬
‫اَلَس مي‬
‫َّ‬
‫هم‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬ ‫َ‪،‬ا‬
‫ْل‬‫ِي‬ ‫َّاز‬
‫ِق‬ ‫َ المر‬ ‫ْر‬‫َي‬
‫ها ل‬ ‫َ و‬
‫ََ‬ ‫ْل‬‫ِي‬‫َّاحِم‬
‫الر‬
‫َ‬
‫ِممل‬ ‫َمما م‬‫هم‬‫َُ‬‫هت‬ ‫َُر‬
‫َِّ‬ ‫ِممكَ و‬‫َا ب‬ ‫هم‬ ‫ْم ُ‬
‫مذُ‬ ‫ِي‬ ‫ِنمما ُ‬
‫نع‬ ‫اَّ‬
‫َانِ‬ ‫الشَّسْممممممممممممممممممممممممممط‬
‫ْم‬
‫ِ‬ ‫َّعِي‬
‫الر‬

‫ِ‬ ‫الِ الر‬


‫َّحِيم‬ ‫َ‬
‫ْم‬‫َّح‬ ‫ِسْم‬
‫ِ َّ‬
‫اِِ الر‬ ‫ب‬
‫ذا‬ ‫هَ‬
‫ِا َ‬ ‫َ‬‫َا ذ‬‫َ‬ ‫َ‬
‫َثن‬‫ْع‬ ‫تُ‬‫ن َ‬ ‫َ‬
‫نسْأُلكَ اْ‬ ‫ِنا َ‬ ‫َّ اَّ‬
‫هم‬‫اللُ‬
‫َْ‬
‫ن‬ ‫ِممكَ ا‬ ‫ُْب‬ ‫ُو‬‫نع‬‫ََ‬
‫‪،:‬و‬ ‫ْر‬‫َي‬ ‫ُمم ِ ل‬ ‫ِلمما ك‬ ‫ِ اَ‬ ‫ْم‬‫َممو‬ ‫ْ‬
‫الي‬
‫مذا‬‫ه َ‬‫َ َ‬ ‫ْمر‬ ‫َي‬‫َُلكَ ل‬ ‫نسْمأ‬ ‫ََ‬ ‫ءا‪،‬و‬ ‫ًْ‬‫ِ سُو‬ ‫ْه‬‫ِي‬‫َ ذ‬‫ِح‬‫َر‬‫ْت‬‫تج‬‫َ‬
‫َُ‬
‫َّمم ْ‬ ‫تد‬‫َّ َ‬ ‫َللُ‬
‫هم‬ ‫ِ‪،‬ا‬ ‫ْممه‬ ‫ِي‬ ‫ماذ‬ ‫َ َ‬‫ْممر‬ ‫َي‬ ‫َل‬‫ِ و‬ ‫ْم‬‫َممو‬ ‫ْ‬
‫الي‬
‫ْ‬
‫ِم‬ ‫ََ‬
‫َع‬‫نممما‪،‬و‬ ‫ََ‬‫ْر‬
‫مو‬ ‫ُُ‬‫ها ا‬ ‫َِ‬ ‫ْب‬
‫ِمممر‬ ‫هس‬‫ََ‬ ‫َممما و‬ ‫َن‬ ‫ََ‬
‫َل ِم‬ ‫و‬
‫ما‬ ‫َِ‬
‫هم‬ ‫ْ ب‬ ‫َس‬
‫ِمَّلل‬ ‫َو‬‫ما و‬ ‫َم‬‫َن‬‫ََْلق‬ ‫َل‬‫ْ ا‬‫ِمل‬ ‫َس‬ ‫َح‬ ‫ما و‬ ‫نم‬‫ََ‬‫ْر‬‫ُو‬‫ُع‬‫أ‬
‫هما‬ ‫َِ‬‫ْب‬‫ِر‬‫نو‬ ‫ََ‬
‫َما و‬ ‫بََلَ ن‬
‫هما َ‬ ‫َِ‬‫ِْ ب‬ ‫بع‬ ‫ََ‬‫َا و‬ ‫َن‬‫َق‬‫ْز‬‫َر‬‫ا‬
‫َّو‬
‫د‬ ‫َممممو‬ ‫و‪،‬ع‬ ‫ْم‬ ‫ُو ر‬
‫َحِي‬ ‫َؤ‬‫ِنممممكَ ر‬ ‫َمممما اَّ‬ ‫ِن‬‫ْب‬‫لو‬‫ُُ‬‫ق‬
‫ِما‬ ‫َما ذ‬ ‫ُم‬
‫ْك‬‫ِن‬‫َاحِم‪ :‬م‬ ‫ُِ و‬ ‫َ هللاُ ِ‬
‫لك‬ ‫َك‬‫بار‬ ‫و َ‬‫هم‬‫ِْ‬‫َر‬‫ك‬
‫َّ‬
‫هم‬ ‫َللُ‬ ‫‪،:‬ا‬ ‫ْمر‬‫َي‬
‫ِما ل‬ ‫َا ذ‬ ‫ُم‬‫َك‬
‫ْن‬‫بي‬‫َ َ‬ ‫ََّلل‬
‫َم‬‫َع‬‫ِ و‬‫ِه‬‫َاحُِ‬ ‫ص‬
‫ِم ْ‬‫َل‬‫َا‬‫ِ و‬ ‫َمال‬ ‫ْم‬ ‫َ ْ‬
‫اَلَع‬ ‫َا َ‬
‫مَّلل‬ ‫ُِ‬
‫هم‬ ‫ْن‬‫بي‬ ‫َ َ‬ ‫ِْ َات‬ ‫ْل‬‫َص‬‫ا‬
‫ْ‬
‫ِمر‬ ‫ْث‬‫َك‬‫َا‬‫مانِ و‬ ‫َم‬
‫هم‬ ‫ِْ‬‫َ ْ‬
‫اَل‬ ‫ما َ‬
‫م مَّلل‬ ‫َم‬‫ِم‬ ‫ِه‬ ‫ْب‬‫لو‬‫ُُ‬
‫َ ق‬ ‫ْل‬
‫ب مي‬ ‫َ‬
‫َ ً‬
‫مة‬ ‫ْن‬‫ِت‬‫َْ ذ‬ ‫ْع‬‫تج‬‫َََلَ‬
‫َ‪،‬و‬ ‫ْل‬‫ِحِي‬ ‫َ الص‬
‫َّال‬ ‫َا َ‬
‫مَّلل‬ ‫هم‬‫دُ‬ ‫َو‬
‫ََْلَ‬ ‫ا‬
‫َ‬
‫َم‬ ‫ْح‬‫َر‬‫همماا‬ ‫ِممكَ َ‬ ‫َم‬‫َر‬‫َك‬‫َ و‬‫ِك‬ ‫ْد‬
‫ُممو‬ ‫ِج‬‫َمما ب‬ ‫هم‬ ‫َُ‬
‫ْن‬ ‫َ‬
‫بي‬
‫َما‬ ‫َم‬‫َما ك‬ ‫هم‬‫َُ‬ ‫ْن‬‫بي‬‫ِم ْ َ‬ ‫َل‬
‫َّ ا‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬
‫هم‬ ‫َ‪،‬ا‬ ‫ْل‬ ‫َّاحِم‬
‫ِي‬ ‫الر‬
‫َما‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬‫بي‬ ‫ِم ْ َ‬ ‫َل‬‫َا‬
‫ء‪،‬و‬ ‫َّمَ‬
‫َو‬‫َح‬‫َ و‬ ‫دم‬‫َ مَ‬ ‫ْل‬
‫بي‬‫َ َ‬ ‫ََّلف‬
‫ْْ‬ ‫ا‬
‫لْ‬ ‫َِ‬‫َا‬‫ة‪،‬و‬ ‫ََ‬ ‫َسَمار‬ ‫َ و‬‫ْم‬ ‫ِي‬‫َاه‬‫بر‬‫ِْ‬‫َ ا‬ ‫ْل‬‫بي‬‫َ َ‬ ‫ََّلف‬
‫ْْ‬ ‫َا ا‬ ‫َم‬
‫ك‬
‫َاَ‬
‫ن‬ ‫ْم‬ ‫َ سُم َ‬
‫ملي‬ ‫ْل‬ ‫بممي‬ ‫َ َ‬ ‫ْممْ‬‫ََّلف‬
‫َمما ا‬ ‫َم‬ ‫َمما ك‬ ‫هم‬ ‫َُ‬
‫ْن‬ ‫ِي‬
‫ب‬
‫َ‬
‫ْل‬ ‫بمي‬ ‫َ َ‬ ‫ْْ‬ ‫ََّلف‬
‫َا ا‬ ‫َم‬‫َا ك‬ ‫َُ‬
‫هم‬ ‫ْن‬ ‫لْ َ‬
‫بي‬ ‫َِ‬‫َا‬‫ْ َ‪،‬و‬‫ِي‬ ‫َبْ‬
‫ِلد‬ ‫و‬
‫َ‬
‫ْْ‬ ‫ََّلف‬
‫َا ا‬ ‫َم‬‫َا ك‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬‫بي‬‫لْ َ‬ ‫َِ‬‫َا‬
‫ن‪،‬و‬ ‫َْ‬‫ُو‬‫هار‬‫ََ‬‫ْسَا و‬ ‫ُ‬
‫مو‬
‫َما‬ ‫َم‬‫َا ك‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬ ‫بي‬‫لْ َ‬ ‫َِ‬‫َا‬‫ْقَا‪،‬و‬ ‫َُلي‬‫َز‬‫ْسَُ و‬ ‫هو‬‫َ ُ‬ ‫ْل‬ ‫َ‬
‫بي‬
‫ْه‬
‫ِ‬ ‫لي‬‫ََ‬‫لا هللاُ ع‬ ‫ََّ‬ ‫َّ‪ :‬ص‬ ‫َم‬‫مح‬‫َا ُ‬ ‫ِيِن‬ ‫َ الن‬
‫َُّ‬ ‫ْل‬
‫بي‬‫َ َ‬ ‫ََّلف‬
‫ْْ‬ ‫ا‬
‫َما‬ ‫هم‬‫َُ‬‫ْن‬‫بي‬ ‫ِم ْ َ‬ ‫َل‬‫َا‬
‫َخ‪،‬و‬ ‫ْر‬‫ُُ‬‫الك‬‫ة ْ‬ ‫ََ‬‫هج‬‫َِْ‬‫َل‬‫َ و‬ ‫َسََّ‬
‫لم‬ ‫و‬
‫َممممآِ‬
‫ء‬ ‫الم‬‫َ ْ‬ ‫ْل‬‫بممممي‬ ‫َ َ‬‫ْممممْ‬ ‫ََّلف‬
‫َمممما ا‬ ‫َم‬
‫ك‬
‫َاتِ‬ ‫لح‬‫َّممممممممممممممممماِ‬ ‫َالص‬ ‫ْلِ‪،‬و‬‫ِي‬ ‫َالط‬ ‫و‬
‫َم ً‬
‫مة‬ ‫َيُِ‬‫مة ط‬ ‫هم ً‬ ‫َا ُر‬
‫َِّ‬ ‫ُْ‬
‫هم‬ ‫ُق‬‫ْز‬‫َار‬‫َ‪،‬و‬ ‫ْل‬‫ِحِي‬‫َّممال‬ ‫َالص‬ ‫و‬
‫ِ‬
‫مة‬ ‫َ السَّ َ‬
‫مَلَ‬ ‫ِ َ‬
‫مَّلل‬ ‫َة‬ ‫َ ْ‬
‫اَللِر‬ ‫هلِ و‬ ‫ِا الِْ‬ ‫ة ذ‬ ‫ًَ‬ ‫ِع‬
‫ناذ‬ ‫َ‬
‫َا‬ ‫هم‬‫ُْ‬‫ُق‬‫ْز‬‫َار‬ ‫ِ و‬ ‫ب َّ‬
‫ِهة‬ ‫ِ ْ‬
‫اَلََ‬ ‫دة‬‫َاَ‬‫َالسَّع‬ ‫ِ‪،‬و‬ ‫الَّ ا ِم‬
‫َة‬
‫َمَّلل‬
‫ْ‬ ‫ْم‬‫َّ اع‬ ‫هم‬ ‫َ َّ‬
‫للُ‬ ‫ِ‪،‬ا‬‫َمة‬ ‫القَات‬
‫ِم‬ ‫َ ْ‬ ‫ُسْل‬‫َح‬‫َخ و‬ ‫ْو‬ ‫َّد‬
‫الت‬
‫َّ‬
‫هم‬ ‫َللُ‬ ‫ء‪،‬ا‬ ‫َمما‪:‬‬ ‫َل‬‫َر‬
‫‪ :‬و‬ ‫دة‬‫َاَ‬‫ِمما سَممع‬ ‫َمما ذ‬ ‫هم‬ ‫َُ‬
‫ْن‬ ‫َ‬
‫بي‬
‫َما‬ ‫هم‬‫ْل‪َ :‬لُ‬ ‫َمي‬ ‫ة ع‬ ‫ُر‬
‫ََّ‬ ‫ة ق‬ ‫ًَ‬
‫لح‬ ‫َاِ‬‫ة ص‬ ‫هً‬ ‫َا ُر‬
‫َِّ‬ ‫ْن‬ ‫ُق‬
‫ْز‬ ‫ار‬
‫َا‬ ‫هْ َلن‬ ‫َا َ‬ ‫بن‬ ‫َ ر‬
‫ََّ‬ ‫ْل‬‫ِي‬‫َع‬ ‫َع‬
‫ْم‬ ‫َّاسِ ا‬ ‫ِلن‬ ‫َل‬‫ِ و‬‫ِسََْلم‬‫َلْ‬
‫َِل‬ ‫و‬
‫ُ‬‫َّْلل‬
‫ِي‬‫مكَ سَمم‬ ‫ِنم‬‫مة اَّ‬ ‫َم ً‬‫َيُِ‬ ‫هم ً‬
‫مة ط‬ ‫نكَ ُر‬
‫َِّ‬ ‫ْ َل مُْ‬ ‫ِمل‬ ‫م‬
‫َاِ‬
‫ء‬ ‫الُّ ع‬

Anda mungkin juga menyukai