yang tertulis dalam buku tersebut, namun dia tidak dapat mengerti
artinya. Sampai suatu hari setelah dia membaca Agradhu kitab ma waraet
thabieah li li Aristho-nya Al-Farabi (870 - 950 M), semua persoalan
mendapat jawaban dan penjelasan yang terang benderang, bagaikan dia
mendapat kunci bagi segala ilmu Metaphysics.
Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina
merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran. Ia mempelajari ilmu
kedokteran pada Isa bin Yahya. Meskipun secara teori dia belum matang,
tetapi ia banyak melakukan keberhasilan dalam mengobati orang-orang
sakit. Setiap kali menghadapi kesulitan, maka ia memohon kepada Allah
agar diberikan petunjuk, maka didalam tidurnya Allah memberikan
pemecahan terhadap kesulitan-kesulitan yang sedang dihadapinya.
Suatu ketika saat Amir Nuh Bin Nasr sedang menderita sakit keras.
Mendengar tentang kehebatan yang dimiliki oleh Ibnu Sina, akhirnya dia
diminta datang ke Istana untuk mengobati Amir Nuh Bin Nasr sehingga
kesehatannya pulih kembali. Sejak itu, Ibnu Sina menjadi akrab dengan
Amir Nuh Bin Nasr yang mempunyai sebuah perpustakaan yang
mempunyai koleksi buku yang sangan lengkap di daerah itu. Sehingga
membuat Ibnu Sina mendapat akses untuk mengunjungi perpustakaan
istana yang terlengkap yaitu Kutub Khana.
Berkat perpustakaan tersebut, Ibnu Sina mendapatkan banyak ilmu
pengetahuan untuk bahan-bahan penemuannya. Pada suatu hari
perpustakaan tersebut terbakar dan orang-orang setempat menuduh Ibnu
Sina bahwa dirinya sengaja membakar perpustakaan tersebut, dengan
alasan agar orang lain tidak bisa lagi mengambil manfaat dari
perpustakaan itu.
Ibnu Sina lahir di zaman keemasan Peradaban Islam. Pada zaman tersebut
ilmuwan-ilmuwan muslim banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan
dari Yunani, Persia dan India. Teks Yunani dari zaman Plato, sesudahnya
hingga zaman Aristoteles secara intensif banyak diterjemahkan dan
dikembangkan lebih maju oleh para ilmuwan Islam.
Pengembangan ini terutama dilakukan oleh perguruan yang didirikan oleh
Al-Kindi. Pengembangan ilmu pengetahuan di masa ini meliputi
matematika, astronomi, Aljabar, Trigonometri, dan ilmu pengobatan. Pada
zaman Dinasti Samayid dibagian timur Persian wilayah Khurasan dan
Dinasti Buyid dibagian barat Iran dan Persian memberi suasana yang
mendukung bagi perkembangan keilmuan dan budaya. Di zaman Dinasti
Samaniyah, Bukhara dan Baghdad menjadi pusat budaya dan ilmu
pengetahun dunia Islam.
Saat berusia 22 tahun, ayah Ibnu Sina meninggal dunia. Pemerintahan
Samanid menuju keruntuhan. Masalah yang terjadi dalam pemerintahan
tersebut akhirnya membuatnya harus meninggalkan Bukhara. Pertama ia
pindah ke Gurganj, ia tinggal selama 10 tahun di Gurganj. Kemudia ia
pindah dari Gurganj ke Nasa, kemudian pindah lagi ke Baward, dan terus
berpindah-pindah
tempat
untuk
mempelajari
ilmu
baru
dan
mengamalkannya.
Shams al-Mali Qbtis, seorang penyair dan sarjana, yang mana Ibnu
Sina mengharapkan menemukan tempat berlindung, dimana sekitar tahun
(1052) meninggal dibunuh oleh pasukannya yang memberontak. Ia sendiri
pada saat itu terkena penyakit yang sangat parah. Akhirnya, di Gorgan,
dekat Laut Kaspi, ia bertamu dengan seorang teman, yang membeli
sebuah ruman didekat rumahnya sendiri di mana Ibnu Sina belajar logika
dan astronomi. Beberapa dari buku panduan Ibnu Sina ditulis untuk orang
ini, dan permulaan dari buku Canon of Medicine juga dikerjakan sewaktu
dia tinggal di Hyrcania.