Oleh:
2010
BAB I
PENDAHULUAN
Sastra yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sastra Batak.
Sastra Batak merupakan salah satu bentuk sastra yang tumbuh dan
berkembang di daerah Batak, Sumatera Utara. Yang termasuk kelompok
etnis Batak terdiri dari : TOBA (Tapanuli Utara), ANGKOLA-MANDAILING
(Tapanuli Selatan), KARO, SIMALUNGUN dan PAKPAK-DAIRI. Kelompok
etnis Melayu terdiri dari Melayu pantai Timur Sumatra Utara, meliputi
Langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhanbatu.
BAB II
PEMBAHASAN
Selain sastra Batak adapula Surat Batak adalah nama aksara yang
digunakan untuk menuliskan bahasa Batak. Sastra Batak masih
berkerabat dengan aksara Nusantara lainnya. Aksara ini memiliki
beberapa varian bentuk, tergantung bahasa dan wilayah. Secara garis
besar, ada empat varian surat Batak di Sumatra, yaitu Karo, Toba, Dairi,
Simalungun, dan Mandailing. Aksara ini wajib diketahui oleh para datu,
yaitu orang yang dihormati oleh masyarakat Batak karena menguasai ilmu
sihir, ramal, dan penanggalan. Kini, aksara ini masih dapat ditemui dalam
berbagai pustaha, yaitu kitab tradisional masyarakat Batak.
b. Hikayat
1. Sampuraga
2. Batu Gantung-Parapat
3. Boru Saroding Pandiangan
b. Hikayat
1. Puisi
2. Perumpamaan
3. Pantun-pantun
4. Doa-doa
5. Dongeng
6. Peribahasa
Sastra Batak memiliki banyak karya sastra. Di antara karya sastra yang
dikenal umum adalah sebagai berikut:
d. Mula Harahap
Pada suatu hari, ayah dan ibu mereka pergi ke hutan untuk
mencari tumbuhan obat-obatan. Akan tetapi saat hari sudah
menjelang sore, sepasang suami-istri itu belum juga kembali.
Akhirnya, Datu Dalu dan adiknya memutuskan untuk mencari
kedua orang tua mereka. Sesampainya di hutan, mereka
menemukan kedua orang tua mereka telah tewas diterkam
harimau.
“Aku tidak mau tahu itu! Yang jelas kamu harus mengembalikan
tombok itu, apa pun caranya,” kata Datu Dalu kepada adiknya
dengan nada kesal.”
“Hai, Wanita burung Ernga! Besok pagi-pagi sekali kau harus pergi
dari sini tanpa sepengetahuan abangku, sehingga ia mengira kamu
hilang.”
“Baiklah, Tuan!” jawab wanita itu.
“Bang! Aku datang ingin membawa pulang wanita burung Ernga itu.
“Maaf Adikku! Aku telah lalai, tidak bisa menjaganya. Tiba-tiba saja
dia menghilang dari kamarnya,” jawab Datu Dalu gugup.
Poda
Onma pardalanan nahuparsitta
Borhat mardongan poda
Nauli mangerbang
Posma nang di roha
BAB III
PENUTUP