15 Emosi Baru: Terpesona Hingga Jijik yang Gembira

15 Emosi Baru: Terpesona Hingga Jijik yang Gembira

- detikHealth
Jumat, 25 Apr 2014 13:01 WIB
Foto: Kyle Ellis/CNN
Ohio, AS - Sebelum ini, para ilmuwan hanya dapat mengidentifikasi enam macam emosi dasar manusia, yakni gembira, sedih, takut, marah, terkejut, dan jijik. Namun kini, ilmuwan berhasil mengidentifikasi 15 jenis emosi baru.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences, Aleix Martinez dan kolega-koleganya berhasil mengidentifikasi 15 'emosi gabungan' tambahan. Mereka mendapatkan 15 emosi tersebut dengan mengombinasikan emosi-emosi dasar, seperti seniman mencampurkan warna primer untuk mendapatkan warna sekunder.

Emosi baru yang berhasil mereka identifikasi yakni terkejut yang gembira, terkejut sekaligus sedih, terkejut sekaligus marah, terkejut sekaligus takut, terkejut sekaligus jijik, jijik yang gembira, jijik sekaligus sedih, jijik sekaligus marah, jijik sekaligus takut, takut nan sedih, marah sekaligus sedih, marah sekaligus takut, benci, dan terpesona. Meski terdengar hampir serupa, emosi-emosi gabungan ini berbeda antara satu dengan yang lain. Misalnya, terkejut yang gembira sangat berbeda dengan terkejut yang ketakutan, atau jijik yang gembira.

Para ilmuwan tidak yakin ada berapa banyak ekspresi wajah bawaan dan ada berapa banyak ekspresi wajah yang telah dipelajari manusia. Tetapi mereka yakin, sebagian besar emosi itu bersifat biologis karena pada umumnya orang menggunakan otot yang sama untuk mengekspresikan emosi tertentu. Misalnya, saat merasa gembira, orang akan menaikkan pipi, memisahkan kedua bibir, dan menarik sudut mulut.

Emosi-emosi baru yang berhasil diidentifikasi ini, ujar para peneliti, berpengaruh pada penelitian di masa mendatang mengenai kelainan psikis seperti skizofrenia atau gangguan stress pasca trauma (Post Traumatic Stress Disorder-PTSD), dan penelitian mengenai kelainan perkembangan seperti autisme. Hasil studi ini juga dapat digunakan untuk menciptakan sistem interaksi manusia-komputer yang lebih baik.

Martinez mencontohkan perkembangan robot di Jepang. Di sana, para teknisi berusaha menciptakan robot yang dapat berinteraksi secara natural dengan manusia. Pasalnya populasi negara itu semakin didominasi kalangan tua sehingga membutuhkan banyak tenaga pengasuh muda. Dan, robot adalah salah satu solusi untuk mendampingi para manula.

"Untuk dapat mencapainya, dibutuhkan sistem yang dapat mengenali ekspresi penggunanya," tutur Martinez, profesor di Universitas Negara Bagian Ohio, seperti dilansir CNN dan ditulis pada Jumat (25/4/2014).



ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

(vit/vit)