Hajar ‘Aswad (Arab: حجر أسود) merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga, dan yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim. Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam.

hajar-aswad

Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Kabah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

blackstonemecca1

Bentuk Hajar Aswad ini awalnya adalah sebongkahan batu besar, namun setelah terjadi penjarahan pada tahun 317 H, Batu Hajar Aswad kini menjadi delapan bongkahan batu kecil. Hajar Aswad merupakan jenis batu ‘RUBY’ Hajar Aswad terdiri dari delapan keping yang terkumpul dan diikat dengan lingkaran perak.

Hajar aswad adalah batu rubi bundar yang berwarnaa hitam dan berlubang, terletak disudut tenggara Ka’bah atau sebelah kiri Multazam (antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah). Tingginya sekitar 150 centimeter,berada diatas tanah. Batu ini mempunyai lingkaran sekitar 30 centimeter dan garis tengah sekitar 30 centimeter, lebih besar dari lingkaran wajah manusia. Karena itulah orang yang ingin mencium batu ini harus memasukan mukanya kedalam lubang itu. Kepala yang besar pun dapat dimasukan kedalam lubang Hajar Aswad.

Menurut banyak riwayat, antara lain Abdullah bin umar bin khatab, Hajar Aswad berasal dari surga. Riwayat oleh a’id bin Jubair r.a dar ibnu abbas dari ubay bin Ka’br.a menerangkan bahwa Hajar Aswad dibawa turun oleh Malaikat dari langit ke dunia. Abdullah bin abbas juga meriwayatkan bahwa Hajar Aswad ialah batu yang berasal dari surga. Tidak sesuatu selain batu itu yang diturunkan dari surga kedunia ini. Riwayat –riwayat diatas disebutkan oleh Abu al-walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-azraki (M.224 H/837 M), seorang ahli sejarah dan penulis pertama sejarah mekah. Tidak ditemukan informasi yang jelas tentang siapa yang meletakan Hajar Aswad itu pertama kali ditempatnya di ka’bah; apakah malikat atau nabi Adam a.s

Batu hitam itu sudah licin karena terus menerus di kecup, dicium dan diusap-usap oleh jutaan bahkan milyaran manusia sejak Nabi Adam, yaitu jamaah yang datang ke Baitullah, baik untuk haji maupun untuk tujuan Umrah.

Hadist Sahih riwayat Imam Bathaqie dan Ibnu ‘Abas RA, bahwa Rasul SAW bersabda:

Allah akan membangkitkan Al-Hajar (Hajar Aswad) pada hari kiamat. Ia dapat melihat dan dapat berkata. Ia akan menjadi saksi terhadap orang yang pernah memegangnya dengan ikhlas dan benar”.

Hadis tersebut mengatakan bahwa disunatkan membaca do’a ketika hendak istilam (mengusap) atau melambainya pada permulaan thawaf atau pada setiap putaran, sebagaimana, diriwayatkan oleh Ibnu Umar RA. Artinya: “Bahwa Nabi Muhammad SAW datang ke Ka’bah lalu diusapnya Hajar Aswad sambil membaca Bismillah Wallahu Akbar”.

SEJARAH HAJAR ASWAD

Ketika Nabi Ibrahim a.s bersama anaknya membangun Ka’bah banyak kekurangan yang dialaminya. Pada mulanya Ka’bah itu tidak ada bumbung dan pintu masuk. Nabi Ibrahim a.s bersama Nabi Ismail mau membangunnya dengan meninggikan bangunannya dan mengangkut batu dari berbagai gunung. setelah bangunan Ka’bah itu hampir selesai, ternyata Nabi Ibrahim masih merasa kekurangan sebuah batu lagi untuk diletakkan di Kaabah.

Nabi Ibrahim berkata pada Nabi Ismail, “Pergilah engkau mencari sebuah batu yang akan aku letakkan sebagai penanda bagi manusia.”

Kemudian Nabi Ismail a.s pun pergi dari satu bukit ke satu bukit untuk mencari batu yang baik dan sesuai. Ketika Nabi Ismail a.s sedang mencari batu di sebuah bukit, tiba-tiba datang malaikat Jibril a.s memberikan sebuah batu yang cantik. Nabi Ismail dengan segera membawa batu itu kepada Nabi Ibrahim a.s. Nabi Ibrahim a.s. merasa gembira melihat batu yang sungguh cantik itu, beliau menciumnya beberapa kali. Kemudian Nabi Ibrahim a.s bertanya, “Dari mana kamu dapat batu ini?”

Nabi Ismail berkata, “Batu ini kuterima dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu (Jibril).”

Nabi Ibrahim mencium lagi batu itu dan diikuti oleh Nabi Ismail a.s. Sehingga sekarang Hajar Aswad itu dicium oleh orang-orang yang pergi ke Baitullah. Siapa saja yang bertawaf di Ka’bah disunnahkan mencium Hajar Aswad.

Hikmah dari hajar aswad

1. Satu riwayat Sahih dinyatakan: “HajarAswad dan Makam Ibrahim berasal dari batu-batu ruby surga yang kalaulah tidak karena sentuhan dosa-dosa manusia akan dapat menyinari antara timur dan barat. Setiap orang sakit yang memegangnya akan sembuh dari sakitnya”

 

2. Mencium hajar aswad pada saat Haji Di Baitullah tidak dapat diwakilkan, Ia menjadi penyedot Dosa tanpa kita sadari, alangkah beruntungnya orang yang bisa menyentuh, mengusap dan memegangnya.

Hadis Siti Aisyah RA mengatakan bahwa Rasul SAW bersabda:

“Nikmatilah (peganglah) Hajar Aswad ini sebelum diangkat (dari bumi). Ia berasal dari surga dan setiap sesuatu yang keluar dari surga akan kembali ke surga sebelum kiamat”.

Kita semua tahu jika Hajar Aswad hanyalah batu yang tidak memberikan mudorat atau manfaat, begitu juga dengan Ka’bah, ia hanyalah bangunan yang terbuat dari batu. Akan tetapi apa yang kita lakukan dalam prosesi ibadah haji tersebut lebih baik kita niatkan sekedar mengikuti ajaran dan sunnah Nabi SAW.

Umar bin Khatabpun juga pernah mengatakan “Aku tahu bahwa kau hanyalah batu, kalaulah bukan karena aku melihat kekasihku Nabi SAW menciummu dan menyentuhmu, maka aku tidak akan menyentuhmu atau menciummu”

Jadi apa yang dikerjakan berjuta juta umat islam, scientis muslim, dan orang -orang yang pandai bukanlah menyembah Batu seperti yang banyak dituduhkan kaum yang picik sekali akalnya.

Karena ada rahasia besar dibalik setiap perilaku Nabi Muhammad saw dan sebab tentu saja apa yang dilakukan oleh beliau pastilah berasal dari Allah, sebagaimana yang terdapat dalam firmanNya : “Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (QS. An-Najm : 53 ) “

Allaaahu Akbar, Tiada Ilah lagi Yang Berhak DiSembah Selain Allah dan Saya (Penulis) Bersaksi bahwa Muhammad Saw adalah Utusan Allah. Muhammad hanyalah seorang Rosul, Sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rosul.

Peletakkan Hajar Aswad oleh Rasulullah

Pada tahun 606 M, ketika Rasulullah berusia 35 tahun, Ka’bah mengalami kebakaran besar sehingga perlu dibangun kembali oleh beliau dan kabilah-kabilah yang terdapat di Mekah ketika itu. Ketika pembangunan itu selesai dan Hajar Aswad akan diletakan kembali ditempatnya, terjadilah perselisihan diantara kabilah-kabilah itu tentang siapa yang paling berhak untuk meletakan batu itu ditempatnya. Melihat keadaan ini Abu Umayyah bin Mughirah dari suku Makzum sebagai orang yang tertua, mengajukan usul bahwa yang berhak untuk meletakan Hajar Aswad ditempatnya adalah orang yang memasuki pitu Safa keesokan harinya.

Ternyata orang itu adalah Muhammad yang saat itu belum menjadi Rasul. Dengan demikian, dialah yang paling berhak meletakan Hajar Aswad ditempatnya. Namun dengan keadilan dan kebijaksanaanya, Muhammad tidak langsung mengangkat Hajar Aswad itu.

Beliau melepaskan sorbannya ditengah-tengah anggota kabilah yang ada. Hajar Aswad lalu diletakannya ditengah-tengah sorban itu. Beliau kemuadian meminta para ketua kabilah untuk memganng seluru tepi serban dan secara bersama-sama mengangkat serban sampai ketempat yang dekat dengan tempat diletakannya Hajar Aswad. Muhammad sendiri memegang batu itu lalu meletakannya ditempatnya.

Tindakan Muhammad ini mendapat penilaian dan penghormatan yang besar dari kalangan ketuan kabilah yang berselisih faham saat itu. Awalnya, Hajar Aswad tidak dihiasi dengan lingkaran pita perak disekelilingny, lingkaran itu dibuat pada masa-masa berikutnya. Menurut abu al-walid ahmad bin Muhammad al-azraki, seorang ahli sejarah kelahiran mekah, Abdullah bin zubair adalah orang pertama yang memasang lingkaran pita perak disekeliling Hajar Aswad dan membuatnya lebih berkilat dan berkilau.