Sabtu, April 27, 2024

Jumlah Penduduk Mendorong Percepatan Pembangunan Daerah (1)

Andri Satria Masri
Andri Satria Masri
Lahir dan besar di Kota Padang, 7 Januari 1972. Sekolah Dasar di SD Harapan Sahara, Padang Pasir Kota Padang dilanjutkan ke SMP Pertiwi 1 Padang dan SMA Negeri 1 Padang kemudian kuliah di perguruan tinggi terkenal di Provinsi Sumatera Barat, Universitas Andalas. Melalui persaingan ketat dengan sistem Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) Andri berhasil lulus seleksi masuk Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen tahun 1991. Tahun 2005 diterima sebagai PNS Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman. Tahu 2008 mendapatkan beasiswa S2 dari Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas), untuk kuliah di perguruan tinggi ternama di Indonesia, Universitas Indonesia pada Fakultas Ekonomi program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP).

Bisa jadi judul di atas, menimbulkan penolakan keras dari instansi yang mengurus pengendalian penduduk dan keluarga berencana. Selama ini paradigma yang ada dalam kepala adalah, bahwa pertumbuhan penduduk tidak terkendali berpengaruh buruk terhadap percepatan pembangunan. Pasalnya, peningkatan jumlah penduduk mengakibatkan terjadi peningkatan kebutuhan. Seperti kebutuhan perumahan, kebutuhan pangan, sandang, pendidikan, kesehatan, infrastruktur dan lain-lain.

Mengantisipasi kondisi tersebut, Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah melaksanakan program Keluarga Berencana (KB) yang pada dasarnya melakukan pengendalian penduduk. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, memang bisa mengakibatkan pengaruh buruk pada perencanaan pembangunan maupun dalam peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran. Kondisi yang buruk itu akan bertambah, jika keadaan itu terjadi di daerah perkotaan yang memiliki daya dukung lahan dan sumber daya terbatas.

Kondisi buruk atas terjadinya pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali, belum tentu terjadi di daerah perdesaan. Apalagi perdesaan yang memiliki daya dukung lahan dan sumber daya yang cukup, walau tidak melimpah. Ada poin penting yang harus diperhatikan, terkait permasalahan pertumbuhan penduduk dan pembangunan daerah, yaitu daya dukung lahan dan sumber daya yang terbatas. Jika poin tersebut bisa dikendalikan, maka masalah pertumbuhan penduduk yang selama ini berpengaruh buruk pada pembangunan daerah. Bisa berbalik arah menjadi pengaruh baik dan berdampak positif bagi pembangunan daerah.

Penduduk suatu negara, pada dasarnya merupakan modal penting dalam pembangunan Nasional. Keberadaan penduduk juga melegitimasi keberadaan sebuah Negara. Jumlah penduduk yang banyak, seharusnya menjadi modal yang utama dalam membangun sebuah Negara yang besar dan kuat, khususnya di daerah perdesaan.

Bahkan, jumlah penduduk seharusnya menjadi peluang banyaknya usaha ekonomi bagi pelaku usaha. Kenapa banyak pengusaha membangun super market di daerah perkotaan? Karena calon pembelinya sudah ada di kota tersebut dan banyak jumlahnya. Itu sebabnya, banyak pengusaha yang tidak tertarik membuka super market di perdesaan. Kenapa Taman Impian Jaya Ancol dibangun di Jakarta? Karena pemiliknya (Pemprov DKI Jakarta) melihat peluang bisnisnya lebih menggiurkan, dibandingkan kalau dibangun di Kota Padang apalagi di Kabupaten Padang Pariaman.

Ada dua pertanyaan yang sering diajukan ahli ekonomi pembangunan, terkait keberadaan penduduk secara kuantitas. Apakah kemajuan suatu daerah disebabkan perekonomiannya, sehingga menarik kedatangan manusia atau karena manusia sudah lebih dahulu banyak, yang kemudian membuat perekonomian tumbuh? Orang akan banyak menjawab kondisi perekonomian suatu daerah yang menarik orang untuk datang.

Kondisi itu yang terjadi pada kota-kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Makassar dan Palembang. Begitupun sebaliknya, daerah yang ekonominya tidak menjanjikan membuat manusia di dalamnya berusaha keluar mendatangi kota-kota besar. Maka, daerah yang ditinggalkan warganya merantau menjadi sepi. Lahan pertanian dibiarkan tidak ada yang menggarap, kolam ikan tidak ada yang mengurus, ternak digembalakan hanya untuk kebutuhan satu keluarga kecil dan bukan untuk skala menengah atau besar.

Daerah perdesaan memiliki lahan yang luas untuk dikelola sebagai lahan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan darat, dll. Usaha-usaha ekonomi tersebut, tidak akan terwujud jika tidak didukung oleh ketersediaan sejumlah tenaga kerja yang terampil dan terlatih.

Jika lahan perdesaan tidak dikelola oleh sumber daya manusia yang cukup, maka lahan tersebut tidak akan pernah dapat dikelola untuk menghasilkan nilai ekonomi. Yang pada gilirannya, dapat meningkatkan pertumbuhan dan kemakmuran ekonomi di daerah itu. Sementara penduduk banyak yang keluar dari daerah tersebut untuk merantau, Pemerintah Daerah melaksanakan program pengendalian penduduk. Akumulasi dari dua kondisi ini, mempercepat berkurangnya jumlah penduduk dalam suatu Daerah.

Di lain pihak, percepatan pembangunan sebuah daerah membutuhkan SDM yang cukup dan terlatih. Jumlah penduduk yang banyak di suatu daerah memotivasi pelaku usaha mendirikan usaha bisnis. Pedagang katupek (ketupat) berani membuat katupek lebih dari 30 buah sehari, karena yakin habis oleh pembeli. Pedagang sepatu, baju, peralatan sekolah anak bermunculan.

Pengembang perumahan dengan yakin membeli banyak lahan untuk dibangun rumah-rumah murah, karena melihat potensi pasarnya tersedia di daerah tersebut. Pasar nagari (nagari = desa di Sumatera Barat) yang biasanya buka sekali seminggu, bisa jadi akan buka setiap hari. Jumlah penduduk yang banyak, membuka banyak peluang usaha bisnis, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah.

Pelaku ekonomi dalam memutuskan investasinya, salah satu faktor penting yang dilihat adalah pasar yang tersedia. Pasar di sini maksudnya adalah konsumen. Jika calon konsumennya tidak menguntungkan dari hitung-hitungan ekonominya, maka investor lebih memilih daerah yang pasarnya terbuka luas. Walaupun banyak kendala yang akan dihadapinya di daerah tersebut.

Sekarang, kita lihat bukti empiris dari data-data yang terkait dengan jumlah penduduk, luas wilayah dan kepadatan penduduk. Semua itu, sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Angka Harapan Hidup (AHH), Harapan Lama Sekolah (HLS), Rata-Rata Lama Sekolah (RLS), Pengeluaran penuduk, Laju Pertumbuhan PDRB/Pertumbuhan Ekonomi, Angka Kemiskinan, Gini Ratio dan Angka Pengangguran di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Barat.

Kita akan membandingkan data tersebut, dalam rangka melihat apakah benar jumlah penduduk di daerah perdesaan mendorong percepatan pembangunan atau tidak. Data yang dipakai untuk dibandingkan adalah, data tahun 2019, data yang bersumber pada kejadian tahun 2018.

Andri Satria Masri
Andri Satria Masri
Lahir dan besar di Kota Padang, 7 Januari 1972. Sekolah Dasar di SD Harapan Sahara, Padang Pasir Kota Padang dilanjutkan ke SMP Pertiwi 1 Padang dan SMA Negeri 1 Padang kemudian kuliah di perguruan tinggi terkenal di Provinsi Sumatera Barat, Universitas Andalas. Melalui persaingan ketat dengan sistem Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) Andri berhasil lulus seleksi masuk Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen tahun 1991. Tahun 2005 diterima sebagai PNS Pemerintah Kabupaten Padang Pariaman. Tahu 2008 mendapatkan beasiswa S2 dari Pusat Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Perencanaan Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Pusbindiklatren Bappenas), untuk kuliah di perguruan tinggi ternama di Indonesia, Universitas Indonesia pada Fakultas Ekonomi program Magister Perencanaan dan Kebijakan Publik (MPKP).
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.