Kekeringan, kebanjiran, kerusakan
lingkungan, kebakaran hutan, polusi,
pembalakan liar, es kutub mencari, lapisan ozone
berlubang, dan sederet lagi dengan persoalan
lingkungan hidup yang terjadi dewasa ini
mungkin membuat kamu termangu, gelisah,
kuatir, gemas, dan ingin melakukan sesuatu.
Tapi, apa dan bagaimana? Buku Menjadi
Environmentalis Itu Gampang! ini akan
menjawab semua pertanyaan kegelisahanmu,
sekaligus membukakan sejuta kemungkinan
untukmu berbuat sesuatu.
Buku ini untuk kaum muda yang optimis,
bersemangat, tak henti bertanya, serta mencintai
Planet Bumi dan bersedia membelanya dengan
cara apapun, demi kepetingan generasi
mendatang.
“Alarm planet
kita sudah
berbunyi, ini
waktunya
bangun dan
ambil
tindakan.”
“Kalau kamu yakin, sungguh-sungguh yakin,
akan jalan yang telah kamu pilih,
maka alam semesta akan membukakan jalan
untukmu.”
Paulo Coelho
Penulis asal Brasil
Leonardo DiCaprio
Environmentalis
dan Aktor Hollywood
www.walhi.or.id
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
Friends of the Earth Indonesia
Jl. Tegal Parang Utara No.14 Mampang, Jakarta Selatan 12790 ISBN 978-979-8071-71-3 Telepon (021) 7941672 Fax (021) 7941673 E-mail [email protected]
Panduan ini didedikasikan kepada kaum muda,
mahasiswa dan aktivis muda yang ingin mewujudkan
bumi yang damai dan hijau.
Panduan ini ditulis sebagai media pilihan untuk siapa saja
yang ingin mempertanyakan dan menantang mitos-mitos
pembangunan ekonomi, kemiskinan dan globalisasi.
Panduan ini hanya pembuka pikiran bagi para
environmentalis muda. Selanjutnya, kamu harus terus belajar,
belajar dan pada akhirnya berjuang
mewujudkan demokrasi bumi.
Un bel domani.
Mengutip, memperbanyak dan menerjemahkan
sebagian atau seluruh isi buku ini
untuk kepentingan masyarakat luas dapat dilakukan
tanpa seijin tertulis penerbit
dan sepanjang mencantumkan sumbernya.
Foto: Timur Angin/Dok. Keyword Innovative Communication
Cetakan pertama, April 2008
Hak Cipta pada WALHI
Perpustakaan Nasional RI: Katalok dalam Terbitan (KDT)
Munggoro, Dani., (ed.)
Menjadi Enviromentalis itu Gampang!:
Sebuah Panduan bagi pemula, editor: Dani Munggoro, Jakarta: WALHI:2007
352+xiii; 19 cm x 20,5 cm
ISBN 978-979-8071-71-3
Menjadi Enviromentalis itu Gampang!
Sebuah Panduan bagi Pemula
MENJADI ENVIROMENTALIS
ITU GAMPANG!
Sebuah Panduan bagi Pemula
TIM PENULIS
DANI WAHYU MUNGGORO
ANDY ARMANSYAH
Editor
DJUHENDI TADJUDIN
“Pangan, Energi dan Kemiskinan”
FARID GABAN
“Globalisasi dan Lingkungan Hidup”
NUR HIDAYATI
“Korporasi dan Lingkungan Hidup”
DICKY LOPULALAN
Penyelaras Akhir
DITO SUGITO
Desainer Grafis
Julia Butterfly Hill, Enviromentalis
“Aku bangun
di pagi hari
dan bertanya pada
diriku sendiri,
apa yang bisa aku
lakukan hari ini,
gimana caranya
agar aku
dapat menolong
dunia hari ini.”
Pramoedya Ananta Toer,
Anak Semua Bangsa
Foto: Timur Angin/Dok. Keyword Innovative Communication
“Kau pribumi
terpelajar!
Kalau mereka
itu, pribumi itu,
tidak terpelajar,
kau harus bikin
mereka
jadi terpelajar.
Kau harus,
harus,
harus bicara
pada mereka,
dengan bahasa
yang mereka
tahu.”
DAFTAR ISI
BAGIAN 2 PANGAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP 99
Pertikaian Teknologi 105
‘Solusi’ Revolusi Hijau 107
Prasyarat Kearifan Lokal 111
Teknologi Alternatif 115
Ketimpangan Kelembagaan 119
Akses pada Lahan dan Air 121
Distribusi Pangan yang Tidak Adil 123
Mitos dan Realitas tentang Pangan 125
Kemana Keanekaragaman Pangan Kami 129
Tantangan bagi Environmentalis 133
DAFTAR ISI viii
KATA PENGANTAR 3
BAGIAN PEMBUKA 19
MENGENAL WALHI 29
Gerakan Lingkungan di Indonesia 29
Kisah Kelompok Sepuluh 37
Pertemuan Oktober 1980 41
Daur Pertama: Pendidikan Kesadaran Publik 47
Daur Kedua: Demokratisasi Kekayaan Alam 53
Daur Ketiga: Perluasan Gerakan Lingkungan 57
BAGIAN 1 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 61
Apa itu Environmentalisme 65
Siapa itu Kaum Environmentalis? 67
Apa itu Gerakan Lingkungan 69
Fokus Pembaruan pada Aksi Lokal 75
Kritik pada Environementalisme 77
Deep Ecology 81
Eco-Anarkisme 89
Optimisme Ekologi Modernisasi 91
Empat Pilar Politik Hijau 93
Syarekat Hijau 97
“Apa yang kita lakukan atas hutanhutan di dunia adalah refleksi
cermin dari apa yang kita lakukan
pada diri kita sendiri dan sesama.”
Mahatma Gandhi
Pemimpin spiritual India
“Tersebutlah
perkataan
Suku Indian
di Amerika
Utara:
Langit
disangga
oleh
pepohonan.
Jika hutan
hilang,
atap langit
dunia akan
runtuh.
Alam dan
manusia
akan
binasa
bersamasama.”
M.S. Swaminathan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! viii DAFTAR ISI ix
“Energi” Masa Depan 195
Situasi Energi di Indonesia 199
Arah Perkembangan Energi 201
Tantangan Para Environmentalis 203
Evaluasi Diversifikasi Energi 207
Kebijakan Energi Terbarukan 209
Keunggulan Energi Lokal 211
DAFTAR ISI
BAGIAN 3 KEMISKINAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP 137
Gaya Pembangunan Tak Berubah 147
Kota Sentris 151
Pembangunan= “Mimpi” Para Elir 153
Kemiskinan 155
Kemiskinan Struktural 156
Kemiskinan Kultural 157
Thailand: Penataan Evolutif 159
Kuba: Revolusi yang Sukses 165
Tantangan bagi Environmentalis 169
Menemukan Identitas Kebangsaan 171
Memelihara Forum yang Cerdas 173
Penciptaan Ekonomi yang tidak Mengecoh 175
Pembaruan Desa 177
“Kami berikhtiar
supaya kami
teguh sungguh,
sehingga kami
sanggup diri
sendiri.
Menolong diri
sendiri.
Menolong diri
sendiri itu kerap
kali lebih sukar
dari pada
menolong orang
lain. Dan siapa
yang dapat
menolong dirinya
sendiri, akan
dapat menolong
orang lain
dengan lebih
sempurna pula.”
R.A. Kartini
Surat kepada
Nyonya Abendadon,
12 Desember 1902
“Kita sedang
memotong
ginjal kita
untuk
membesarkan
perut kita.”
Eric Freyfogle
Profesor hukum
asal Illinois, AS.
BAGIAN 4 ENERGI
DAN LINGKUNGAN HIDUP 179
Kecenderungan Energi Dunia 181
Energi Terbarukan 185
BAGIAN 5 KORPORASI
DAN LINGKUNGAN HIDUP 213
Negara, Korporasi, dan Rakyat 219
Demokrasi Tidak Ada Harapan 231
Kamuflase Korporasi Hijau 235
Akuntabilitas Korporasi 241
BAGIAN 6 GLOBALISASI
DAN LINGKUNGAN HIDUP 245
Dari Mana Datangnya Utang? 253
Resep Beracun Bank Dunia dan IMF 257
Benalu yang Tak Mau Pergi 261
Gerakan Anti-Neoliberal 265
Globalisasi, Mitos dan Realitas 269
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! x DAFTAR ISI xi
DAFTAR ISI
“Revolusi itu
menciptakan!!”
Tan Malaka
Aksi Massa 1926
BAGIAN 7 MENUJU DEMOKRATISASI BUMI 275
Zamrud Khatulistiwa, No More! 277
Suku Indian, Schumacher dan Hatta 285
Demokrasi Bumi, Berpikir, dan Bertindak Berbeda 289
Sepuluh Prinsip Demokrasi Bumi 293
BAGIAN AKHIR
MENJADI ENVIRONMENTALIS
ITU GAMPANG 297
Cara Mudah Menjadi Environmentalis 309
Langkah Pertama: Nilailah Situasi di Sekitarmu 314
Langkah Kedua: Rencanakan Pendekatanmu 315
Langkah Ketiga: Laksanakan Rencanamu 318
Langkah Keempat: Selalu Belajar dari Pengalaman 328
Kamu Muda Bergerak 320
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN 331
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! xii
oleh Chalid Muhammad
KATA PENGANTAR
Perubahan iklim dan
dampaknya yang meresahkan
itu adalah buah dari prilaku
buruk kekuasaan politik dan
ekonomi global.
“Semua yang
terjadi di
kolong langit
ini adalah
urusan setiap
orang yang
berfikir.”
Pramoedya Ananta Toer
Anak Semua Bangsa
yang di selenggarakan oleh United Nations
Framework Convetion on Climate Change
(UNFCCC) itu diharapkan lahirkan kesepakatan global yang mengikat untuk atasi
petaka bagi bumi dan penghuninya akibat
pemanasan global dan perubahan iklim.
Hasil pertemuan Bali yang dituangkan
dalam Bali Roadmap oleh banyak kalangan
dipandang belum lahirkan kesepakatankesepakatan berarti untuk dibawah pada
putaran perundingan berikutnya di Warsawa
(Polandia) dan Copenhagen (Denmark) tahun
2009. Walau demikian, pertemuan Bali
sukses menarik perhatian publik akan isu
pemanasan global dan perubahan iklim
yang lima belas tahun terakhir hanya menjadi
consern para ilmuan dan aktivis lingkungan
hidup saja.
Kini semakin banyak orang yakin bahwa
pemanasan global yang memicu perubahan
iklim adalah suatu keniscayaan dan bukan
rekayasa para ilmuan. Tanda dan buktinya
dengan mudah dapat dilihat dan dirasakan.
Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2007 menyebutkan pemanasan sistem klimat adalah hal
yang nyata, dan terbukti dari sejumlah pengamatan atas meningkatnya suhu udara
dan samudra, meluasnya salju dan es yang
meleleh serta naiknya muka air laut ratarata. IPCC juga melaporkan telah terjadi
B
ULAN Desember tahun 2007 jutaan
pasang mata penduduk bumi tertuju
pada pertemun tingkat tinggi tentang
perubahan iklim di Bali. Pertemuan
kenaikan temperatur global 0.76 Cº antara
tahun 1850 dan 2005. Sepanjang abad ke
20, benua Asia telah mencatat rekor
kenaikan tertinggi 1 derajat C. Karena emisi
akan tetap berada di atmosfer dalam waktu
lama, IPCC memprediksikan pemanasan 10
tahunan sebesar 0.2 derajat C hingga 2030,
yang mengindikasikan kenaikan suhu ratarata 0.6 derajat C (IPCC WGI 2007).
Berbagai predisksi dampak perubahan
iklim juga dinyatakan dalam laporan IPCC
tahun 2007. Perubahan iklim memiliki
kemungkinan tinggi dalam merubah ketersediaan sumber air, yang didorong oleh menurunnya curah hujan dan limpasan di Asia
Selatan dan Asia Tenggara serta meningkatnya limpasan di daerah lain, terutama di
Pulau-pulau Pasifik. Ketersediaan air dan
limpasan diperkirakan akan turun hingga 10-
30 % pada ketinggian lintang rendah dan
daerah tropika kering. Ketersediaan air tawar
di Asia Tengah, Timur, Selatan, dan Tenggara terutama di DAS yang luas akan berkurang. Menurunnya ketersediaan air tawar
akan berakibat tak terbendung pada miliaran
orang pada tahun 2050
Perubahan iklim juga memberikan
dampak sangat berarti pada dunia
pertanian. Berubahnya musim dan menurunnya ketersedian air dapat menyebabkan petani mengalami gagal panen dan gagal tanam secara sistematik. Kelangkaan pangan dan kelaparan
meningkat seiring dengan perubahan
iklim secara ekstrem.
KATA PENGANTAR
Orasi direktur WALHI
pada aksi Hari Bumi
22April 2007,Jakarta
Foto: Dok. WALHI
7
United Nations Food and Agriculture
Organisation (FAO) menduga bahwa perubahan iklim menghasilkan hilangnya produksi sereal sebesar 280 juta ton di 65 negara selatan. Di negara-negara selatan,
perubahan iklim mereduksi produksi pertanian yang tergantung hujan sebesar 11% di
tahun 2080 (CANA 2006). Ilmuwan-ilmuwan
International Rice Research Institute (IRRI) di
Manila menemukan bahwa setiap derajat
kenaikan temperatur akan mengurangi 10
persen produksi beras. Beragam dampak lain
juga telah diprediksi oleh banyak kalangan,
termasuk kemungkinan tengelamnya pulaupulau kecil dan kota-kota serta pemukiman
yang secara geografis berada di pinggiran
pantai. Naiknya permukaan laut sebagai
konsekuensi dari mencairnya es di kutub
sebagai penyebabnya.
Perubahan iklim dan dampaknya yang
meresahkan itu adalah buah dari prilaku
buruk kekuasaan politik dan ekonomi global. Dalam rentang waktu panjang, negaranegara industeri maju (utara) telah melakukan pemujaan sempurna terhadap pertumbuhan ekonomi. Akumulasi kapital menjadi
target utama dan pembangunan dipuja bagai ajaran suci. Konsumsi enegi fosil (batubara, minyak dan gas bumi) terus meningkat
dan lahirkan emisi gas buang secara besarbesaran. Pola konsumsi dan produksi berubah secara mendasar. Makin tinggi konsumsi setiap orang, makin besar emisi gas
buang terlepas ke atmosfir. Akumulasi emisi
gas buang itu menjadi penyebab utama
Makin tinggi
konsumsi setiap
orang, makin
besar emisi gas
buang terlepas
ke atmosfir.
Akumulasi emisi
gas buang itu
menjadi penyebab
utama pemanasan
global dan
perubahan iklim.
Dunia kini terjebak
dalam
keserakahan
kapital.
Neoliberalisme
ekonomi semakin
meneguhkan
jebakan itu.
KATA PENGANTAR
pemanasan global dan perubahan iklim.
Dunia kini terjebak dalam keserakahan kapital. Neoliberalisme ekonomi semakin
meneguhkan jebakan itu.
Tak dapat dipungkiri relasi
kuasa yang selama ini dibangun
dan langgeng oleh negaranegara Utara telah menimbulkan ketidak adilan global.
Negara-negara utara melipatgandakan kekayaan dengan
”menyedot” sumberdaya negara-negara berkembangan (selatama pemujaan atas pertumbuhan ekonomi
lewat konsumsi setinggi-tingginya oleh individu, dan persaingan demi mencapai tingkat
konsumsi yang tinggi. Kedua, berlanjutnya
pembagian kerja antara negara-negara
maju dan berkembang, dimana negara
berkembang diletakkan sebagai penyedia
bahan mentah dan industri kotor bagi konsumsi boros dan berlebihan di negaranegara maju. Ketiga, pemaksaan utang luar
negeri ke negara-negara berkembang yang
menjebak negara-negara tersebut dalam
kemiskinan dan keterbelakangan karena
utang digunakan demi melegitimasi ekspor
bahan mentah secara murah ke luar negeri.
Keempat, standar ganda oleh negara maju
dalam pemeliharaan lingkungan demi mempertahankan pasokan bahan mentah murah
yang menghancurkan sosio-ekosistem penting
di negara-negara selatan. Kelima, diletakkannya perdagangan sebagai aturan utama
hubungan antar negara-bangsa saat ini yang
merendahkan integritas kerekatan sosial dan
berlanjutnya pelayanan ekosistem demi
mempertahankan kehidupan didalamnya.
Keenam, semakin kayanya korporasi dibandingkan negara yang mempertahankan semakin tingginya tingkat akumulasi para pemegang saham atas biaya manusia dan lingkungan yang rusak. Keseluruhannya membangun aristokrasi modernitas baru di utara,
segelintir elit korup dan otoriter di negaranegara selatan, yang gagal mengangkat harkat hidup mayoritas populasi di negaranegara selatan (CSO Forum, 2007).
tan). Beragam cara digunakan negara
Utara untuk akselerasi akumulasi kapitalnya.
Bersama perusahaan multi dan transnasional
serta institusi keuangan internasional semisal
World Bank, International Monetary Fund,
Asian Development Bank dan lain sebagainya, beragam paket kebijakan moneter, fiskal dan pemanfaatan sumberdaya alam
”ditawarkan” pada negara-negara berkembang. Alhasil negara berkembang takluk
dalam dominasi mereka. Praktik yang tidak
adil itu hanyalah bagian dari kegagalan
model pembangunan global sebagai pemicu perubahan iklim.
Dalam kertas posisi menuntut keadilan
iklim (climate justice) yang disiapkan Civil
Society Organization Forum (CSOF) Indonesia, menyebutkan ada enam ciri model
pembangunan global yang gagal, yaitu: perMENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 8 9
BENCANA EKOLOGIS
Indonesia sebagai negera kepulauan
terbesar di dunia telah jadi korban dari ketidak adilan global itu. Kekayaan alam Indonesia yang harusnya dapat dimanfaatkan
secara arif demi kesejahteraan rakyatnya telah
berubah menjadi kutukan. Kini Indone-sia
terancam bencana ekologis. Yaitu suatu bencana berupa akumulasi dari krisis ekologis
akibat dari ketidak-adilan (un-justice) dan
gagalnya sistem pengurusan alam yang telah
menyebabkan kolapsnya pranata kehidupan
rakyat.
Sampai dengan tahun 2007 WALHI tidak melihat ada terobosan yang berarti
dilakukan negara untuk mereduksi kehancuran ekologis dan ketidakadilan sosial ekonomi
yang makin membesar di negeri ini. Pengurus
negara cenderung mengabaikan fakta bahwa
Indonesia sedang dalam fase kritis, baik dari
segi ekologis maupun kemampuan bertahan
hidup mayoritas rakyat terkena dampak
pembangunan. Praktik ekploitasi alam terus
menjadi pilihan walau beragam peringatan
telah diberikan oleh organisasi dan pemerhati lingkungan hidup dalam dan luar negeri.
Konversi kawasan-kawasan hutan terus
dilakukan untuk perkebunan swasta skala
besar, pertambangan, dan kebutuhan industri. Di hulu, hutan sebagai kawasan pemasok
air terus mengalami penggundulan hingga
mencapai 2,7 juta hektar/tahun. Di hilir, ekosistem mangrove terus mengalami penyempitan, hingga menyisakan kurang dari 1,9
juta hektar disepanjang pesisir Indonesia.
Tujuh puluh lima persen (75%) dari 12.000
varietas padi lokal harus musnah, dan memaksa petani untuk tergantung pada pupuk
dan pestisida kimia dari perusahaanperusahaan lintas negara (Transnational Corporations/TNC’s). Sepuluh negara yang
sering melakukan pencurian ikan di laut Indonesia dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, terus beroperasi di tahun 2007. Sekitar
2-4 juta ton ikan dari perairan Indonesiapun terus dicuri. Perusahaan-perusahaan
lintas negara telah menguasai lebih dari 90%
ladang-ladang minyak dan gas bumi Indonesia. Sementara sekitar 60% total produksi
gas bumi dan lebih dari 80% batubara
pertahun terus di ekspor.
Hasilnya di 2007, lebih dari 37 juta
orang masih berada pada kategori miskin
dan angka pengangguran masih berada
pada kisaran 10%. Beban utang negara pun
terus bertambah. Hingga Januari 2008, untuk outstanding Surat Utang Negara (SUN)
saja sudah hampir menyentuh angka Rp 900
triliyun. Belum lagi beban utang luar negeri
yang pada triwulan kedua tahun 2007,
sedikitnya sudah tercatat US$ 79 milyar.
Demikian pula dengan bencana ekologis, yang belum juga dapat diminimalisir,
tapi justru semakin mengkhawatirkan.
Terakhir, periode tahun 2006-2007, tercatat
telah terjadi 840 kejadian bencana, dengan
menelan korban 7.303 jiwa meninggal dunia
dan 1.140 orang dinyatakan hilang; sedikitnya 3 juta orang menjadi pengungsi dan
750.000 unit rumah rusak atau terendam
Sampai dengan tahun 2007
WALHI tidak melihat ada
terobosan yang berarti dilakukan
negara untuk mereduksi
kehancuran ekologis dan
ketidakadilan sosial ekonomi yang
makin membesar di negeri ini.
Pengurus negara cenderung
mengabaikan fakta bahwa
Indonesia sedang dalam fase
kritis, baik dari segi ekologis
maupun kemampuan bertahan
hidup mayoritas rakyat terkena
dampak pembangunan. Praktik
ekploitasi alam terus menjadi
pilihan walau beragam peringatan
telah diberikan oleh organisasi
dan pemerhati lingkungan hidup
dalam dan luar negeri.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 10
haan Perairan Pesisir (HP-3). Dalam catatan
panjang sejarah Indonesia, ini merupakan
kali pertama negara memberikan landasan
hukum atas pengusahaan wilayah perairan,
pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan masa
penguasaan selama 20 tahun dan dapat
diperpanjang untuk 20 tahun berikutnya.
Demikian juga terjadi pada sektor
perkebunan. Perluasan perkebunan sawit
sudah jauh dari kebutuhan domestik akan
sawit. Hal ini bukan hanya disebabkan oleh
luasan lahan yang cocok dan berpotensi
untuk ditanami sawit, namun juga oleh
kebijakan yang telah disiapkan oleh pemerintah, diantaranya program kredit khusus
guna mendukung revitalisasi perkebunan
dengan menjanjikan kredit modal usaha
dengan bunga hanya 10% bagi para investor. Tidak hanya dari aspek permodalan,
ber-dasarkan Peraturan Menteri Pertanian
No.26 Tahun 2007, pengusaha perkebunan
kelapa sawit kini diberi keleluasaan
menguasai areal hingga 100.000 hektar di
satu wilayah propinsi atau kabupaten. Sebelumnya, swasta hanya diperkenankan memiliki
kebun seluas 20.000 hektar (SK Menteri
Pertanian No.357 Tahun 2002).
Teranyar, dalam isu perubahan iklim,
kegentingan ekosistem hutan Indonesia, tidak
dijawab dengan kebijakan jeda tebang (moratorium logging). Pemerintah Indonesia justru mempercayakan pengelolaan hutan Indonesia pada mekanisme pasar global melalui proposal REDD-I (Reduce Emission from
Deforestation and Degradation in Indonesia).
Proposal ini tidak saja telah menunjukkan
lemahnya kualitas diplomasi Indonesia, namun dalam saat yang bersamaan terkesan
telah menggadaikan kedaulatan rakyat Indonesia atas sumberdaya hutan, sekaligus menapikan kepentingan masyarakat yang tinggal disekitar hutan terhadap ekosistem hutan.
Bahkan, inisiatif progresif dari masyarakat sipil yang berpegang dan percaya atas
keberpihakan hukum di Indonesia, justru
dicederai dengan berbagai keputusan yang
Kekayaan alam Indonesia yang harusnya dapat
dimanfaatkan secara arif demi kesejahteraan rakyatnya telah
berubah menjadi kutukan. Kini Indonesia terancam bencana
ekologis. Yaitu suatu bencana berupa akumulasi dari krisis
ekologis akibat dari ketidak-adilan (un-justice) dan gagalnya
sistem pengurusan alam yang telah menyebabkan kolapsnya
pranata kehidupan rakyat.
KATA PENGANTAR
Negaranegara utara
melipatgandakan
kekayaan
dengan
”menyedot”
sumberdaya
negara-negara
berkembangan
(selatan).
Beragam cara
digunakan
negara Utara
untuk
akselerasi
akumulasi
kapitalnya.
banjir. Akibat dari intensitas dan luasan bencana yang terus bertambah sembilan bulan
dalam setahun Indonesia menghabiskan
sumberdaya-nya hanya untuk mengurus bencana (www.walhi.or.id)!
JAWABAN ATAS KRISIS
Tabiat pengurus negara untuk memperdagangkan kekayaan bumi Indonesia secara
cepat, murah, marak, dan mudah justru semakin diperteguh dari tahun ke tahun. Ditahun 2007, pemerintah dan parlemen kembali membuat beberapa peraturan perundangan yang semakin menjebak Indonesia dalam
relasi yang tidak adil secara global itu. Salah
satunya adalah Undang-undang No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPM). Undang-undang ini memberikan
berbagai keleluasaan dan keistimewaan
kepada pemodal (private sector) untuk
memperoleh manfaat dari bumi Indonesia;
diantaranya Hak Guna Usaha (HGU) yang
mencapai 95 tahun, keringanan berbagai
bentuk pajak, hingga terbebas dari ancaman
nasionalisasi.
Belum selesai dengan pro-kontra
UUPM, masyarakat Indonesia kembali di kejutkan dengan lahirnya Undang-undang
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil (UUPWP-PPK), yang disahkan pada
tanggal 26 Juni 2007 lalu. Tidak jauh berbeda dengan UUPM, UUPWP-PPK-pun menjadi landas kebijakan untuk memprivatisasi
wilayah perairan, pesisir (termasuk kolom air)
dan pulau-pulau kecil, melalui Hak PengusaMENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 12 13
dustri perkebunan, ditambah lagi dengan
praktek illegal dan destructive logging yang
belum juga terselesaikan, maka kemusnahan
hutan alam Indonesia adalah sebuah realitas. WALHI memperkirakan seluruh hutan
alam dataran rendah Indonesia akan musnah pada tahun 2022.
Di laut, kebijakan revitalisasi perikanan,
dengan bertumpu pada peningkatan jumlah
ekspor produk perikanan Indonesia ke berbagai negara di dunia diperburuk lagi dengan aktivitas pencurian ikan yang belum
juga teratasi dipastikan sebelum 2015 Indonesia akan masuk pada paradoks baru,
yakni krisis ikan Indonesia. Sebagai konsekuensinya, konflik perikanan akan semakin
kerap terjadi, sejumlah ikan-ikan konsumsi
akan sulit ditemukan dipasaran, harga ikan
di pasar akan terus mengalami kenaikan,
dan volume impor perikanan akan terus meningkat untuk memenuhi kebutuhan konsumsi
domestik.
Industri-industri strategis yang sangat
dekat dengan pemenuhan kebutuhan mendasar rakyat seperti pangan dan energi akan
semakin banyak dimiliki asing, dengan rentang waktu penguasaan yang semakin panjang. Kawasan-kawasan akses terbuka dan
merupakan wilayah yang rentan terhadap
bencana, seperti wilayah pesisir, akan terus
dikonversi dan berubah menjadi kawasankawasan private. Ruang hidup dan ruang kelola rakyat pun akan semakin sempit dan
terus menyempit.
diambil oleh lembaga peradilan. Lolosnya
Adelin Lis atas kasus pembalakan hutan di
Sumatera Utara melalui Keputusan Pengadilan Negeri Medan No.2240/Pid.B/2007
tanggal 5 November 2007; ditolaknya
gugatan WALHI atas PT. Newmont Minahasa
Raya (NMR) terkait pembuangan limbah B3
(tailing) ke Teluk Buyat melalui Keputusan
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.548/
Pdt.G/2007 pada 18 Desember 2007; serta
diabaikannya kesalahan PT Lapindo Brantas
dengan menyebutkan tragedi lumpur panas
Lapindo sebagai bencana alam melalui Keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
No.284/Pdt.G/2007 pada 27 Desember
2007 lalu, adalah tiga kasus yang secara
terang-terangan mencederai rasa keadilan
dan kebutuhan akan keberlanjutan lingkungan hidup di Indonesia.
Bencana ekologis yang tidak juga teratasi telah membawa Indonesia keambang
kehancuran yang cukup serius. Hilangnya kepercayaan dan semangat optimisme rakyatpun turut melengkapi kemerosotan mental
dan harga diri bangsa.
PREDIKSI KEDEPAN
Respon negara yang ada hingga hari
ini tentu tidak cukup kuat untuk menyelamatkan Indonesia. Bahkan, inisiatif-inisiatif
pe-ngurus negara terkini antara lain: UUPM,
UUPR, UUPWP-PPK, justru menunjukkan
peluang kehancuran yang lebih masif kedepannya.
Sejalan dengan insentif yang diberikan
negara pada perbaikan dan perluasan inRespon negara
yang ada hingga hari ini tentu
tidak cukup kuat untuk
menyelamatkan Indonesia.
Bahkan, inisiatifinisiatif pengurus
negara terkini
antara lain:
UUPM, UUPR,
UUPWP-PPK,
justru menunjukkan peluang kehancuran yang lebih masif
kedepannya.
Tabiat pengurus negara untuk
memperdagangkan kekayaan bumi
Indonesia secara cepat, murah, marak,
dan mudah justru semakin diperteguh
dari tahun ke tahun. Ditahun 2007,
pemerintah dan parlemen kembali
membuat beberapa peraturan
perundangan yang semakin menjebak
Indonesia dalam relasi yang tidak adil
secara global itu.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 14 KATA PENGANTAR 15
JADILAH ENVIROMENTALIS
Kondisi Indonesia hari ini sudah jauh dari citacita para pendiri bangsa, yakni, untuk Indonesia
yang berdaulat dan bermartabat. Berdaulat atas
setiap jengkal bumi pertiwi, dan bermartabat
sebagai bangsa dan negara dihadapan bangsabangsa lain di dunia.
Darurat Indonesia! Ini harus segera diakhiri.
Sudah saatnya Indonesia bangkit dengan
kecerdasan dan kekuatan kolektif rakyat, dengan
menekankan kepada 2 (dua) pemikiran mendasar:
Pertama, situasi darurat Indonesia
membutuhkan sebuah kepemimpinan nasional
yang kuat, efektif dan berpihak pada kepentingan
rakyat, yang bercirikan: berani untuk mendorong
penghapusan utang negara, serta berani menagih
utang ekologis yang telah menyebabkan
menurunnya kualitas hidup rakyat. Kepemimpinan
yang dimaksud juga harus anti terhadap
pendekatan sektoral, karena telah nyata terbukti
gagal dalam mengurus sumberdaya alam dan
lingkungan hidup Indonesia secara efektif, adil dan
lestari. Sebagai konsekuensi, diperlukan pula
keberanian politik untuk meninjau-ulang seluruh
kebijakan yang berpotensi menghancurkan
ekologis dan kepentingan keberlanjutan
kehidupan dan penghidupan rakyat.
Kedua, membangun rakyat kritis (critical mass)
sebagai wujud dari percepatan perjuangan
lingkungan hidup yang sejati menjadi mutlak
diperlukan; untuk menahan dan melawan laju
ketidakadilan lingkungan di bumi Indonesia.
Rakyat kritis yang dimaksud adalah rakyat yang
mengetahui sedang hidup dalam ancaman
ekologis, siap berbuat untuk keselamatan kolektif,
dan berani untuk membangun kekuatan politik
alternatif, yang anti terhadap model
pembangunan neolibaralisme yang telah
menghancurkan ekologis dan melanggengkan
pelanggaran HAM dibumi pertiwi. Hanya dengan
rakyat kritis-lah percepatan terjadinya perubahan
Indonesia yang berdaulat
dan bermartabat dapat tercapai.
Jakarta, 21 Januari 2007
Chalid Muhammad
Direktur Eksekutif Nasional WALHI
Untuk itu jadilah enviromentalis,
karena menjadi enviromentalis itu sesungguhnya gampang.
Lingkungan hidup
tak pernah menjadi agenda
utama bangsa Indonesia.
Lingkungan hidup
hanya menjadi
etalase pembangunan
selama tiga dekade terakhir.
Kini saatnya mengubah sejarah
dan haluan bangsa kita!
oleh Emil Salim
BAGIANPEMBUKA
MEROMBAK
PARADIGMA PEMBANGUNAN
Pertama 1968-1973, saya merasa betapa
sulit memobilisasi dana untuk pembangunan.
Indonesia sedang menghadapi krisis politik
dan ekonomi yang berat. Di bidang politik,
sedang berlangsung peralihan pimpinan dari
Presiden Soekarno kepada Presiden Soeharto. Di bidang ekonomi sedang ditempuh
rehabilitasi dan stabilisasi ekonomi.
Masyarakat sangat mengharapkan perubahan. Tetapi dana pembiayaan pembangunan tidak cukup. Laju inflasi yang tinggi
telah menggerogoti sumber pembiayaan dalam negeri. Sedangkan sumber pembiayaan
luar negeri terhambat oleh utang luar negeri
yang dikemplang tempo hari. Investor dalam
maupun luar negeri cenderung menanti sampai keadaan politik lebih terang dan tenang.
Dalam kondisi seperti ini, peranan forum Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI) sebagai wadah kerjasama negara
sahabat membantu pulihnya keadaan
ekonomi Indonesia, menjadi penting. Pada
1970-an Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
menuntut agar 0,7% Produk Domestik Bruto
(PDB) tiap negara maju dialihkan ke negara
berkembang untuk mengatasi ketimpangan
pembangunan antara negara maju dengan
negara berkembang.
Bantuan dana pembangunan memang
diberikan, namun tak sampai 0,7% PDB.
Pokok masalahnya terletak pada syarat-syarat KETIKA bertugas di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) ikut menyusun Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA)
(conditionality) pinjaman yang dikenakan
kepada negara berkembang, seperti dana
pinjaman harus dibelanjakan di negara yang
memberikannya (dikenal dengan “tied-aid”);
perlunya konsultan asing menyusun studi
kelayakan dan mengawasi pembangunan
(pembiayaan diambil dari pinjaman);
besarnya suku bunga, masa tenggang tanpabayar dan jangka waktu pinjaman. Karena
itu, fokus negosiasi terpusatkan pada ikhtiar
memperkecil berbagai syarat-syarat ini demi
keuntungan negara kita.
Setiap perkembangan dunia yang bisa
mengakibatkan munculnya syarat-kondisi
baru dalam pembiayaan pembangunan pun,
mau tidak mau, selalu ditanggapi secara
hati-hati dan kritis. Dalam suasana begitulah
Indonesia diundang menghadiri United Nations Conference on Human Environment di
Stockholm, Swedia, Juni 1972.
Saya memimpin delegasi Indonesia ke
konferensi ini. Dan, saya berangkat dengan
pertanyaan mengenai apa dan mengapa
“lingkungan hidup” itu dimunculkan. Akankah
konsep ini berkembang menjadi semacam
syarat kondisi pembangunan baru?
Ada dua hal yang menarik perhatian
saya selama Konferensi Stockholm itu, yaitu:
Pertama, timbul semacam pelangi pendapat mengenai substansi permasalahan
lingkungan hidup. Semua negara maju mendukung usaha institusi internasional dalam
lingkungan PBB untuk menanggulangi masalah lingkungan secara global. Sebaliknya,
Brasil memelopori negara-negara berkemAksi WALHI di pertemuan internasional
UNFCC Bali Desember 2007
MEROMBAK PARADIGMA PEMBANGUNAN
Foto: Dok. WALHI
21
bang untuk bersikap kritis. Mereka curiga
curiga pada “pembangkitan” isu lingkungan.
Ini dilihat sebagai ikhtiar negara maju untuk
menghambat proses industrialisasi negara
berkembang. Itu yang membuat, dari podium pembicara, sang Menteri Brasil mengundang investor untuk membangun industri di
negerinya. Beliau tak ambil peduli pada kemungkinan timbulnya polusi dengan berseru:
“for the sake of development, we welcome
pollution!”. Beberapa negara berkembang
adalah perusak utama
lingkungan”. Karena itu usaha
penanggulangan lingkungan
harus dimulai dengan
pemberantasan kemiskinan.
Dalam kemelut
perkembangan aneka aliran
pikiran ini, Indonesia yang
baru keluar dari krisis dan
mulai menata negara untuk
merintis pembangunan,
mengambil sikap hati-hati dan
membuka diri untuk bekerja
sama dengan berbagai pihak
merintis jalan “membangun
tanpa merusak lingkungan.”
Dan sejak itu tumbuh
berkembang keinginan untuk
mencari pola “pembangunan
berwawasan lingkungan.”
Kedua, kehadiran dan peranan NGO
(non-governmental organization). Ini adalah
konferensi PBB pertama yang melibatkan
NGO berbagai negara. Mereka membantu
penyiapan konsep, penyelenggaraan dan
kegiatan konferensi dengan dukungan penuh
dari Maurice Strong, Sekretaris Jenderal Konferensi ini. Para pemimpin NGO ini mempunyai pendekatan permasalahan nonkonvensional dan berpikir “di luar kotak”
lainnya bisa menerimanya dengan syarat jika
diikuti penambahan bantuan (new and additional aid).
Indira Gandhi adalah satusatunya kepala pemerintahan
dari negara berkembang yang
menghadiri Konferensi
Stockholm ini. Pendapat India
pada waktu itu, “kemiskinan
(outside the box thinking). Menurut pandangan mereka, pembangunan konvensional
sudah tidak memadai lagi. Saya memperoleh banyak hal-hal baru di luar buku teks
ekonomi sehingga meluaskan cakrawala
pembangunan. Dan, dari Maurice Strong,
saya peroleh banyak kiat dan pengetahuan
tentang hal-ihwal NGO ini. Sungguh pun
begitu, dalam pikiran saya belum terjawab
pertanyaan apa, mengapa dan untuk apa
peranan NGO dalam pembangunan?
Ketika bertugas selaku menteri di bidang
lingkungan hidup (1978-1993) saya mendapat kesempatan untuk lebih mendalami masalah lingkungan dan hal-ihwal NGO. Masa
belajar yang sangat berarti ketika saya ikuti
World Commission on Environment and Development (WCED) atau lebih dikenal
dengan Brundtland Commission selama
Oktober 1984 hingga Maret 1987, yang
dipimpin Perdana Menteri Norwegia Gro
Harlem Brundtland. Menariknya, saat bersidang di Jakarta (Maret 1985) untuk pertama
kali dilaksanakan acara public hearings dengan berbagai kelompok masyarakat, pengusaha dan wakil Pemerintah. Melihat
manfaatnya, pola sidang ini kemudian dijadikan model pendekatan kerja WCED dan
diterapkan juga di Brasil, Zimbabwe, Uni
Sovyet, Jepang, Kanada dan Norwegia.
Pembelajaran berharga kedua, ketika
saya mengikuti rangkaian pertemuan internasional, seperti Konperensi Tingkat Tinggi
“Sepuluh tahun sesudah Stockholm” (Nairobi,
1982), KTT Bumi Rio (1992), KTT PemMEROMBAK PARADIGMA PEMBANGUNAN
Foto: Henry Lopulalan
23
Pola pembangunan konvensional gagal
dalam mengembangkan dimensi sosial dan
lingkungan karena kedua dimensi ini gagal
untuk berfungsi utuh dalam pasar. Biaya yang
melekat pada kegiatan sosial dan lingkungan
tidak terekam baik oleh mekanisme harga
dalam pasar, sehingga mencuatlah
“kegagalan pasar” (market failure).
Foto: Henry Lopulalan
bangunan Berkelanjutan (Johannesburg,
2002), serta berbagai seminar, workshop
juga konferensi regional dan internasional
lainnya. Diskusi dengan berbagai pihak di
forum internasional ini memperluas wawasan
saya tentang pengkaitan pembangunan
dengan lingkungan.
Hasil pengalaman berkecimpung
dalam lingkungan melahirkan keyakinan,
pola pembangunan konvensional yang
diterapkan selama 1950-2000 perlu diubah
menjadi pola pembangunan berkelanjutan.
Pengubahan pola mencakup:
l Proses pembangunan satu jalur (single
track) “ekonomi saja” menjadi
proses banyak jalur (multi track)
“ekonomi, sosial dan lingkungan”;
l Pengutamaan sasaran jangka pendek
menjadi pencapaian sasaran
jangka panjang melalui keberlanjutan ekonomi, sosial dan
lingkungan;
l Perlakuan “ekonomi sebagai kendala
utama” menjadi “ekologi sebagai
kendala utama”;
l Dari pola pembangunan kovensional
mengejar kenaikan pendapatan
materi, melalui usaha privat individual menjadi pola pembangunan berkelanjutan mengejar keseimbangan equilibrium materi
ekonomi, kehidupan sosial dan
alam (tri hita karana) melalui
kesetaraan kerja antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat Madani;
l Memprioritaskan maksimalisasi kesejahteraan pribadi menjadi maksimalisasi keadilan sosial melalui pengutamaan pemberantasan kemiskinan.
Perubahan paradigma pembangunan
ini adalah konsekuensi logis dari perubahan
tantangan pembangunan. Pembangunan
konvensional telah berhasil menaikkan pendapatan materi penduduk dunia pada tahun
2000 sampai tujuh kali keadaan pada 1950.
Hidup manusia sekarang kelimpahan kekayaan materi yang lebih banyak, lebih beragam dan lebih baik dibandingkan setengah
abad tahun lalu.
Namun pembangunan konvensional telah gagal memberantas kemiskinan, mencegah konflik sosial yang sekarang meletus di
banyak negara, dan mengurangi ketidakadilan sosial yang semakin dalam antara
negara maju dengan negara berkembang,
serta antara masyarakat di dalam negara
masing-masing.
Pembangunan konvensional juga gagal
membendung proses kerusakan dan degradasi lingkungan. Akibatnya, sistem penunjang
kehidupan alami sekarang terancam serius
oleh jebolnya lapisan ozone, naiknya suhu
bumi, berubahnya cuaca iklim, naiknya permukaan laut sehingga mampu menenggelamkan pulau dalam Musim Angin Barat,
meningkatnya frekuensi banjir di musim hujan
dan mengering-gersangkan alam di musim
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 24
kemarau, menciutnya hutan, menyempitnya
keanekaragaman hayati, meluasnya tanah
kering gersang, meningkatnya evaporasi air
permukaan dan berkurangnya secara kritis
volume air, serta meluasnya pencemaran
udara, laut, sungai dan tanah.
Pola pembangunan konvensional gagal
dalam mengembangkan dimensi sosial dan
lingkungan karena kedua dimensi ini gagal
untuk berfungsi utuh dalam pasar. Biaya yang
melekat pada kegiatan sosial dan lingkungan tidak terekam baik oleh mekanisme harga
dalam pasar, sehingga mencuatlah “kega-
“masyarakat madani” yang sifatnya “bukan pengusaha” dan “bukan pemerintah”.
Masyarakat madani dengan kedua ciri pokok ini memungkinkan proses ekuilibrium dalam
mengembangkan pembangunan tiga jalur: ekonomi, sosial dan lingkungan.
Tantangan pembangunan abad ke-21 kini
tidak bisa hanya ditanggapi oleh pemerintah
atau pengusaha saja. Ancaman kooptasi yang
satu oleh yang lain akan menimbulkan
korupsi dan kolusi yang merugikan
pembangunan sehingga tidak bisa berlanjut.
Tantangan ini harus ditanggulangi secara
bersama dan serentak dalam hubungan kerja
yang setara antara pemerintah, pengusaha
dan masyarakat sipil dalam pola
pembangunan berkelanjutan. Pelaksanaanya
sendiri, dengan mengoreksi pasar agar arus
pembangunan terkelola menuju cita-cita
pembangunan manusia yang fitri dengan
masyarakat sosial yang adil sejahtera dalam
ruang lingkup lingkungan hidup
yang alami dan lestari.
Emil Salim,
mantan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia 1978-1993
dan salah satu pendorong utama
berdirinya Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI)
galan pasar” (market failure).
Kegagalan pasar ini harus dan perlu
dikoreksi oleh pentadbiran (governance) yang
baik, di sektor pemerintahan (good governance) dan di sektor pengusaha (good corporate governance). Namun sering-sering pula kita menderita “kegagalan pentadbiran”
di sektor pemerintahan (governance failures)
dan pengusaha (corporate governance failures).
Untuk mengatasi “kegagalan pasar”
dan “kegagalan pentadbiran” ini diperlukanlah kekuatan pengimbang dalam wujud
MEROMBAK PARADIGMA PEMBANGUNAN
Foto: Istimewa
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 26 27
MENGENAL WALHI
Wahana Lingkungan Hidup
(WALHI) menjadi pelopor gerakan
lingkungan hidup di Indonesia
selama seperempat abad.
Mengalami pasang surut, WALHI
melakukan serangkaian kegiatan,
mulai dari kampanye penyadaran
kelestarian lingkungan hidup,
advokasi kebijakan, sampai
dengan perjuangan pada
keadilan lingkungan hidup.
GERAKAN LINGKUNGAN
DI INDONESIA
Soekarno, “Apakah kita mau Pidato di BPUPKI, 1 Juni 1945
Indonesia merdeka yang
kaum kapitalisnya
merajalela, ataukah yang
semua rakyatnya
sejahtera, yang semua
orang cukup makan,
cukup pakaian, hidup
dalam kesejahteraan,
merasa dipangku oleh
Ibu Pertiwi yang cukup
memberi sandang
pangan kepadanya?”
Menteri PPLH Emil Salim, Menteri Lingkungan Hidup Sabah-Malaysia, Gubernur
DKI Tjokropranolo Emil Salim di Pertemuan di Gedung YTKI pada Oktober 1980
Dok. WALHI
Dok. WALHI
Witoelar, Rio Rahwartono, Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Tjokropranolo, Gubernur Daerah Khusus Ibukota (DKI)
Jakarta saat itu. Emil Salim ingin lingkungan
hidup menjadi sebuah gerakan masyarakat
di Indonesia.
D UA bulan menjadi Menteri
Lingkungan Hidup, pada 1978 Emil
Salim berdialog dengan beberapa
kawan, seperti Bedjo Rahardjo, Erna
“Saya ingin bola salju
gerakan lingkungan hidup
bisa cepat membesar,” kata
Emil saat itu. Bukan hanya itu,
Emil Salim juga merasa harus
belajar banyak tentang ihwal
lingkungan. Ia seorang
ekonom dan sama sekali buta
dengan isu lingkungan.
Emil Salim sebenarnya
ingin terjun langsung ke
tengah-tengah masyarakat
agar persoalan-persoalan
lingkungan bisa diketahui dan
dicarikan solusi. Sayangnya, ia
tidak punya kaki tangan di
daerah-daerah. Karena itulah,
ia mencari akal agar “bola
salju lingkungan” itu bisa
menggelinding lebih cepat.
Dalam diskusi-diskusi informal, Emil
Salim tahu, ia tidak punya pilihan lain kecuali
minta bantuan NGO lingkungan dan pecinta
alam. Ia berharap, kelompok NGO lingkungan dan pecinta alam dapat membantu
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 33
mengatasi pelbagai persoalan lingkungan.
Ia menilai kedua kelompok ini memiliki kedekatan dengan masyarakat. Sehingga, pemerintah bisa menyampaikan program lingkungan kepada masyarakat. Sebaliknya, masyarakat bisa menyampaikan tuntutannya kepada pemerintah dengan cepat melalui peran
fasilitasi NGO lingkungan dan pencinta
alam.
Keinginan Emil Salim yang begitu besar
membuat Gubernur Tjokropranolo menawarkan sebuah ruangan untuk arena pertemuan
kelompok NGO lingkungan. Gayung bersambut, tanpa pikir panjang Emil Salim langsung menerima tawaran Tjokropranolo untuk
melakukan pertemuan NGO seluruh Indonesia. Pertemuan tersebut dilakukan di Lantai
13, Balaikota, Kantor Gubernur DKI Jakarta,
Jalan Merdeka Selatan, Jakarta.
Tak disangka, pertemuan itu dihadiri
sekitar 350 lembaga swadaya masyarakat
yang terdiri dari lembaga profesi, hobi, lingkungan, pecinta alam, agama, riset, kampus, jurnalis, dan lain sebagainya. Arena itu
menjadi ajang “curhat” Emil Salim kepada
komunitas NGO. Ia ingin lingkungan hidup
menjadi arus utama dalam menjamin masa
depan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Dalam pertemuan ini Menteri Pemuda dan
Olahraga Abdul Gafur
sempat hadir sebentar.
Boleh jadi ia menilai
Kelompok NGO dan
Pecinta Alam seharusnya
tetap berada dalam
kendali kementeriannya.
Ia ingin cari tahu apa
sebenarnya akan
dikerjakan oleh kalangan
NGO lingkungan.
Pada akhir pertemuan disepakati sepuluh NGO akan membantu program-program pemerintah dalam bidang lingkungan
hidup. Ke-sepuluh organisasi itu kemudian
dikenal dengan nama Kelompok 10.
Awalnya, kelompok ini akan bernama
Sekretariat Bersama (Sekber) Kelompok Sepuluh. Namun,George Aditjondro menolak
nama “Sekber”, ia menilai nama ini amat
dekat dengan partai yang berkuasa pada
masa itu, Golongan Karya (Golkar). Akhirnya, George mengusulkan nama Kelompok
10. Di Lantai 13, Gedung Balai Kota Jakarta
itulah, lahir Kelompok 10 yang dua tahun
kemudian berubah menjadi WALHI.
Foto: Dok. WALHI
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 34
“Dua puluh tahun
dari sekarang,
kita akan lebih
menyesali hal-hal
yang tidak
kita lakukan
dibandingkan
yang telah kita
lakukan.”
KISAH KELOMPOK SEPULUH
Di Pulau Kyusu, Jepang, seorang ibu sedang memandikan anak
perempuan, Tamoko Uemura (16) yang keracunan limbah logam.Tubuhnya
mengerut, cacat fisik dan buta sejak dilahirkan dikarenakan racun merkuri
industri yang meracuni persediaan air di Minamata, Jepang.
pendiri Greenpeace
David McTaggart
mengenai masalah lingkungan hidup di Indonesia maupun dunia.
Anggota Kelompok Sepuluh yaitu:
1. Ikatan Arsitek Landsekap Indonesia
(IALI), Ketua: Ir. Zein Rachman
2. Yayasan Indonesia Hijau (YIH), Ketua:
Dr Fred Hehuwed
3. Biologi Science Club (BCS), Ketua:
Dedy Darnaedi
4. Gelanggang Remaja Bulungan,
Ketua: Bedjo Raharjo
5. Perhimpunan Burung Indonesia (PBI),
Ketua H. Kamil Oesman
6. Perhimpunan Pecinta Tanaman (PPT),
Ketua Ny. Mudiati Jalil
7. Grup Wartawan Iptek, Ketua
Soegiarto PS
8. Kwarnas Gerakan Pramuka, Ketua
Drs. Poernomo
9. Himpunan Untuk Kelestarian
Lingkungan Hidup (HUKLI),
George Adjidjondro,
10. Sekolah Tinggi Publisistik, Srutamandala
Kelompok 10 kemudian menambah
anggota untuk menguatkan kelompok,
antara lain Yayasan Pendidikan Kelestarian
Foto: Willliam Eugenesmith, 1973/Dok. WALHI
KELOMPOK Sepuluh (dideklarasikan
pada 23 Mei 1978) menjadi wadah
tukar informasi, tukar pikiran, dan
penyusunan program bersama
Alam yang diketuai oleh Ibu Aziz Saleh, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI)
yang diketuai oleh Zumrotin, Persatuan Radio Swasta Niaga Indonesia (PRSSNI),
Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) yang diketuai oleh Ismed Hadad, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), dan Harian Sinar Harapan
yang diwakili oleh Winarta Adisoebrata.
Meskipun keanggotaannya tidak lagi
sepuluh organisasi, namun nama Kelompok
10 tetap dipertahankan untuk memberikan
penghargaan kepada sepuluh organisasi
pendirinya.
Kelompok ini diketuai oleh Zein Rachman (IALI), dengan Sekretaris I Dedy Darnaedi (BSCc) dan Sekretaris II Bedjo Rahardjo
(GRJS-Bulungan). Untuk menjalankan kegiatannya, kelompok ini menempati sebuah
ruangan di kantor PPLH, Jalan Merdeka
Barat, Jakarta. Kelompok ini bertugas
menjadi jembatan antara pemerintah dan
NGO. Beberapa NGO ini menawarkan
bantuan kepada Emil Salim untuk membantu
menjadi sukarelawan Kantor Kementerian
Negara Lingkungan Hidup.
Pada medio 1980, berita pencemaran
Teluk Jakarta disiarkan media massa mengejutkan banyak orang, termasuk aktivis
lingkungan. Kasus ini mendapatkan respon
luar biasa dari masyarakat, terlebih ketika
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 37
Komplek perusahaan kimia Chisso di
Minamata, Jepang. Setiap harinya,
limbah kimia dibuang ke teluk,
meracuni air dan bahan makanan
masyarakat dan menyebabkan apa
yang disebut dengan Penyakit
Minamata.
Foto: Willliam Eugenesmith,1972/Dok. WALHI
hasil penelitian terhadap kematian beberapa
anak di Teluk Jakarta diindikasikan sama
dengan kejadian di Minamata, Jepang. Mereka tewas akibat keracunan logam berat,
merkuri.
Selepas kejadian itu, NGO lingkungan
menyelenggarakan seminar berkaitan dengan pencemaran di Teluk Jakarta. Seminar ini mengundang Profesor Harada dari
Jepang dan Dr. Meizer, seorang dokter yang
melakukan pengamatan di Teluk Jakarta
bersama Kelompok Sepuluh.
Laporan seminar ini direspon dari Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI), Menteri Negara PPLH, Pemerintah Daerah (Pemda) DKI, dan para
dokter. Kelompok Sepuluh kemudian diundang ke Jepang untuk mempelajari kasus
Foto: Dok. WALHI
Teluk Jakarta
Minamata di Jepang.
Selain menangani Teluk Jakarta, Kelompok Sepuluh juga melakukan kegiatan penelitian dan pendampingan masyarakat di Dukuh Tapak, Semarang. Kasusnya, pencemaran air oleh limbah pabrik. Itu mengakibatkan
lahan pertanian, air tanah dan tambak masyarakat tercemar logam berat.
Semakin maraknya
masalah lingkungan,
mendorong Kelompok Sepuluh
berniat memperluas dampak
programnya dengan
menyelenggarakan Pertemuan
Nasional Lingkungan Hidup
(PNLH) I. Di sinilah WALHI
dicetuskan.
Foto-foto korban
"Penyakit Minamata"
Foto-foto: Dok. WALHI
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 39
“Cara
terbaik
untuk
memprediksi
masa
depan
adalah
dengan menciptakannya.”
Peter F. Drucker
menyatakan, mendukung inisiatif Kelompok
Sepuluh menyelenggarakan Pertemuan
Nasional Lingkungan Hidup (PNLH) I bagi
kalangan NGO Lingkungan di Indonesia.
Kemudian, Emil Salim dan Erna
Witoelar sepakat menggabungkan
Pertemuan PNLH dan Konferensi Pusat Studi
Lingkungan (PSL) yang pertama di Jakarta.
Untuk acara ini, Emil Salim melapor kepada
Presiden Soeharto. Ini kebiasaan para
menteri tetapi memiliki aura lain saat
berbicara lingkungan pada masa itu.
Pertemuan ini disponsori oleh Yayasan
Pembinaan Suaka Alam dan Indonesia
Wildlife Fund Selain itu, juga muncul
beberapa nama yang memberikan
dukungan, seperti Menteri Pekerjaan Umum
Purnomo, Menteri Kehutanan Soedjarwo dan
Menteri Lingkungan Hidup Emil Salim.
Mereka memberikan bantuan dana
yang digabungkan dengan hasil “bantingan”
antar-kawan, berhasil terkumpul sekitar
sepuluh juta rupiah. Erna Witoelar dan
Nasihin Hasan mengambil dana sumbangan
itu dari World Wild Fund (WWF) yang
diserahkan oleh Soedjarwo (Menteri
Kehutanan sekaligus bendahara WWF).
PNLH Pertama berlangsung pada 13-
15 Oktober 1980, di Gedung YTKI, Jakarta
bersamaan dengan berlangsungnya
Konferensi PSL se-Indonesia. Pertemuan ini
diikuti oleh 130 peserta dari 78 organisasi,
kelompok masyarakat, organisasi pecinta
KETUA Indonesia Wildlife Fund Sultan Hamengku Buwono IX
meberikan dukungan politik yang
luar biasa pada akhir 1970. Ia
PERTEMUAN OKTOBER 1980
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 41
alam, dan organisasi profesi.
Tokoh yang dianggap menonjol saat itu,
antara lain George Junus Aditjondro (Bina
Desa) M.S. Zulkarnaen (Yayasan Mandiri
Bandung), Satjipto Wirosardjono (PKBI) Rudy
Badil (Mapala UI), dan Zen Rahman (IAI).
Dari kalangan PSL kampus tercatat nama
Otto Soemarwoto, Hasan Poerbo, Soeratno
Partoatmodjo, Abu Dardak, dan lain-lain.
Pertemuan ini dilaporkan berjalan alot
nik, mondar-mandir sambil sesekali menyeka
keringat di kening dan pipinya. Sesaat setelah
masuk ruangan, Erna kembali keluar, kali
ini matanya merah, ia menangis. “Tidak...kita harus putuskan sekarang, pertemuan ini
harus menghasilkan sesuatu,” katanya sambil
terbata-bata.
Pemilihan nama itu memakan waktu cukup lama. Setelah sidang dilanjutkan, saat
itulah lobi tahap kedua dilanjutkan. Kali ini,
depan, terjadi percakapan antara Erna dengan Zen Rachman dan Wicaksono Noeradi.
Yang penting bentuknya bukan federasi atau
fusi.
“Mengapa tidak sekretariat bersama
yang dalam bahasa Inggrisnya, Coordinating Secretariate?” katanya.
“Tidak bisa,” jawab Erna. “Sebab mirip
Sekber Golkar!”
Mereka mengusulkan nama “Forum”
“Artinya, vehicle atau means.”
Entah karena terdesak waktu atau memang sepakat, Erna melesat masuk ke
ruangan, kemudian duduk di depan sidang.
Ia menawarkan nama “Wahana” dilengkapi
penjelasan arti– sehingga namanya menjadi
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia atau
disingkat WALHI.
Nama ini dianggap independen, tidak
berbau parpol, serta mencerminkan nama
Para peserta Pertemuan Nasional Lingkungan
Hidup (PNLH) I
Foto: Dok. WALHI
karena beberapa NGO lingkungan pecinta
alam alergi dengan gerak pemerintah yang
selalu ingin membentuk organisasi payung,
mirip KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia). Kelompok pecinta alam yang terkenal dengan sikap independen menolak keras
usaha kooptasi semacam itu.
Kamis sore, menjelang penutupan tetap
belum diperoleh sebuah nama. Erna
Witoelar, salah seorang panitia tampak paErna Witoelar menyambut para
peserta PNLH-I
Foto: Dok. WALHI
Emil Salim dan para peserta PNLH-I
Foto: Dok. WALHI
cukup baik. Namun, Erna menjawab “Tidak
cukup.” Mereka berdua malah sudah menyebutkan nama Forum Komunikasi.
Erna tetap tidak setuju, “Tidak mungkin,
sebab mirip forum komunikasi putra-putri
purnawirawan ABRI dan putra-putri ABRI.”
Setelah lama termenung-menung, walaupun agak pesimis “Bagaimana kalau Wahana?” usul Wicaksono.
“Apa artinya itu?” tanya Erna.
lobi difokuskan untuk mendekati kelompok
muda yang terdiri dari pecinta alam dan
kelompok agama yang takut terkooptasi
ideologinya.
Menjelang senja, Erna masih gelisah.
Ia tahu sidang akan ditutup dua jam lagi,
sementara sidang belum beranjak soal nama
forum nasional yang akan menghimpun
NGO Lingkungan Hidup.
Dalam percakapan di pojok ruangan
khas Indonesia (bukan nama asing). Peserta
mulai riuh kembali. Saling tanya dan berceletuk tentang nama tersebut.
George Aditjondro yang paling vokal
soal nama mengacungkan jari dan menyatakan setuju dengan nama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Beberapa lembaga
kemudian juga mengacungkan jari tanda
setuju. Ketika Erna menawarkan penggambilan keputusan untuk menggunakan nama
Nama ini dianggap
independen, tidak
berbau parpol, serta
mencerminkan nama
khas Indonesia (bukan
nama asing). Peserta
mulai riuh kembali.
Saling tanya dan
berceletuk tentang nama
tersebut.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 42 GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 43
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia, mayoritas menyatakan setuju.
Tok...tok…, Kamis malam, 15 Oktober 1980, palu diketok. Nama
disepakati menggunakan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
(WALHI). Suasana haru mendominasi malam itu, terutama ketika
peserta bergandeng tangan sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya
sebelum penutupan.
Erna menutup pertemuan dengan meniup lilin sebagai simbol
kelahiran WALHI. Deklarasi dilakukan bersamaan dengan penutupan
Konferensi PSL seluruh Indonesia. Selain memutuskan pembentukan
WALHI juga disepakati pertemuan sejenis akan dilakukan secara
periodik setiap dua tahun. Duet Erna dan Zen Rachman mengantar
WALHI pada periode 1980-1982.
Untuk mencegah kooptasi pemerintah, WALHI mengusung tiga
asas organisasi, yakni: Asas Kemandirian, Asas Bekerjasama Tanpa
Ikatan, dan Asas Kerja Nyata untuk Masyarakat. Untuk itulah para
aktivis NGO mendeklarasikan WALHI sebagai organisasi jaringan.
Forum komunikasi dipandang sebagai bentuk paling tepat saat itu di
tengah sistem politik yang tidak demokratis.
Untuk memudahkan koordinasi, WALHI membentuk presidium yang
dijalankan oleh seorang sekretaris eksekutif. Tugas presidium WALHI
dalam masa dua tahun pertama adalah melakukan fungsi-fungsi
kehumasan organisasi.
Hubungan dengan lembaga pemerintah dijelaskan sebagai
hubungan yang tetap dijaga jaraknya dan bersifat timbal balik. Dengan
alasan tetap menjaga jarak, para aktivis itu menyatakan tidak menggabungkan diri atau membantu Emil Salim di kementerian sebagai
staf. Hanya Linus Simanjuntak yang kemudian menjadi Sekretaris
Menteri.
Pada 18 Oktober 1980, tiga hari setelah Deklarasi WALHI, para
aktivis ini diundang ke Bina Graha oleh Presiden Soerharto. Menurut
Zen Rachman, Presiden Soeharto mengatakan tidak semua hal tentang
keles-tarian lingkungan hidup dapat dikerjakan oleh pemerintah.
Dengan kehadiran NGO lingkungan dan pecinta alam, Presiden
berharap penanggulangan masalah dan pelestarian lingkungan hidup
dapat dijalankan lebih cepat.
Foto: Istimewa
“…
Sekarang matahari,
semakin tinggi.
Lalu akan bertahta juga di
atas puncak kepala.
Dan di dalam udara yang
panas, kita juga beranya:
Kita ini dididik untuk
memihak yang mana?
Ilmu-ilmu yang diajarkan
di sini akan menjadi
alat pembebasan,
ataukah alat penindasan?
…”
DAUR PERTAMA:
PENDIDIKAN KESADARAN PUBLIK
pat. Ini di luar perkiraan rezim otoriter masa
itu. Sekaligus, menjadi waspada pada sepak
terjang kampanye lingkungan WALHI.
Pemerintah pantas kuatir dengan perkembangan WALHI. Bayangkan saja, dalam
waktu dua tahun anggota WALHI melonjak
dari 80-an NGO lingkungan pada 1980,
menjadi 320 organisasi pada 1982. Tiga
tahun berikutnya, 1985, anggota WALHI sudah berjumlah 400 organisasi dari seluruh
Indonesia. Pada 1986, PNLH III mencatat
dari 486 NGO lingkungan yang ada di Indonesia, 350 organisasi menggabungkan diri
ke WALHI.
Pada masa awal kerja, WALHI lebih
memfokuskan diri pada promosi diri. Memperkenalkan keberadaannya ke seluruh lapisan masyarakat di Indonesia. Kegiatan utama WALHI pada saat itu, kampanye kesadaran pelestarian lingkungan hidup. Antara
lain, pendidikan konservasi alam dan kampanye lingkungan bersama para seniman,
seperti Iwan Fals, Sam Bimbo, Ully Sigar Rusady, dan lain-lain. Pendidikan konservasi
ini kebanyakan diselenggarakan di kampuskampus.
Meski kegiatan pendidikan dan kampanye ini membuat WALHI dikenal publik, tapi
WALHI juga melakukan kerja-kerja lain.
Misalnya, terlibat aktif dalam setiap pembahasan Undang-Undang Lingkungan Hidup
(UULH) mulai dari draft akademik sampai
pada tahap akhir saat diserahkan kepada
Sekretariat Negara. Usulan WALHI yang
Sajak Pertemuan Mahasiswa
W.S. Rendra
WALHI telah lahir dan kekuatannya sebagai forum komunikasi
sangatlah besar. Keanggotaan WALHI mekar dengan ceFoto: Dok. WALHI
Poster kampanye awal
WALHI karya Wedha
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 47
penting terlihat di Pasal 6 UULH dengan
dicantumkannya “partisipasi masyarakat”
dalam pembangunan lingkungan hidup.
Karena itu pula, DPR mengundang WALHI
hadir pada acara dengan pendapat tentang
UULH.
Pemerintah belum mengganggu
eksistensi WALHI. Kemenangan gemilang
Golkar pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1982
juga tidak mengubah konjungtur politik.
Indonesia Angkatan Darat di Bandung, Jawa
Barat. Jangan bayangkan hal seperti ini bisa
terjadi sekarang.
Selain dapat dukungan dana dari
pemerintah, WALHI coba menggalang dana
lewat pendirian Yayasan Dana Mitra
Lingkungan (DML) pada 27 Oktober 1983.
Yayasan ini didirikan oleh beberapa tokoh
nasional, seperti Soemitro Djojohadikusumo,
Jakob Oetama, Erna Witoelar dan Haroes
Bahkan, WALHI menjadi tempat berkiprah
para aktivis kampus yang “dibabat” pada
1978.
Pada masa itu, NGO ingin bekerja
nyata untuk rakyat tanpa afiliasi dengan
partai politik dan kelompok agama tertentu.
Tidak heran, PNLH II bisa diselenggarakan
di Sekolah Calon Perwira Tentara Nasional
Al Rasjid. Strategi ini relatif berhasil menggalang dana dan berkontribusi cukup
signifikan untuk pertumbuhan WALHI di masa
awal itu.
Kampanye WALHI mendapatkan
dukungan pemerintah, masyarakat dan media massa. Media Massa bahkan mulai
menempatkan lingkungan hidup sebagai isu Foto: Dok. WALHI
Foto-foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 48
utama. Misalnya saja, liputan pencemaran
merkuri di Teluk Jakarta pada 1980 menjadi
berita sampul majalah Tempo.
Pada 1984, WALHI menerbitkan buku
Neraca Tanah Air. Isinya, kondisi lingkungan
hidup secara komprehensif. Buku ini
menjadikan WALHI disegani di kalangan
akademisi dan media massa. Pada tahun
yang sama, WALHI menerbitkan Warta
Tanah Air secara reguler.
Emil Salim dalam pembukaan PNLH III
kembali mengulang keinginan pemerintah
terhadap peran WALHI sebagai perekat
antara masyarakat, komunitas NGO dan
pemerintah. Peringatan ini sebagai respon
atas sikap kritis kalangan NGO pada
kebijakan pembangunan yang ekspansif dan
ekstraktif.
Pada akhir 1980-an
terjadi pergulatan dalam
jaringan WALHI, terutama di
antara NGO lingkungan
yang mulai berani
melakukan kampanye isuisu lingkungan yang panas
dan NGO lingkungan ingin
tetap murni
mengkampanyekan
kelestarian lingkungan
hidup tanpa embel-embel
kepentingan politik.
Memang, situasi pada saat
itu sedang panas, misalnya
saja rencana Scott Paper
menanam investasi di Papua
dan meluasnya demonstrasi
mahasiswa menentang
proyek-proyek
pembangunan, seperti
Pembangunan Bendungan
Kedung Ombo.
WALHI berada di
persimpangan jalan.
Advokasi keras atau
advokasi lembut?
Iwan Fals yang
ikut
berkontribusi
pada masa
awal
perjuangan
WALHI, pada
2003 dipilih
Majalah Time
sebagai salah
satu tokoh
berpengaruh
di Asia,
"Pahlawan
Asia".
Foto: Repro Time, April 2003
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 50
“Aku bukan
seorang
pembebas.
Pembebas itu
tidak ada.
Rakyat
membebaskan
dirinya
sendiri.”
Tambang Freeport
menggunakan Dana Reboisasi (DR) untuk
membiayai industri pesawat terbang. Ini
pelanggaran kewenangan dan pelanggaran
hukum, kata WALHI. Ini sebuah sikap dan
pilihan strategi baru WALHI. Dengan pilihannya ini, WALHI senantiasa berada di garda
terdepan untuk melakukan protes keras terhadap kebijakan pemerintah yang nyata-nyata
mengancam kedaulatan rakyat atas sumberdaya alam.
Sejalan pilihan strategi barunya, WALHI
melawan PT. Freeport Indonesia. WALHI menegaskan diri tidak berkompromi kepada
para perusak lingkungan di Indonesia.
Pada Desember 1989, WALHI memutuskan menggugat enam pejabat negara
karena mengijinkan pembangunan pabrik
pulp dan rayon, PT Inti Indorayon Utama di
Porsea. Dalam sejarah hukum negeri ini, ini
untuk pertama kalinya legal standing diajukan oleh NGO. Ini jadi catatan pembaruan
hukum, karena sebelumnya Indonesia menganut “asas tiada gugatan tanpa kepentingan hukum”. Artinya, kepentingan hukum
biasanya dikaitkan dengan kepentingan
kepemilikan atau kerugian yang dialami
langsung oleh penggugat
Ernesto Che Guevara
DAUR KEDUA:
DEMOKRATISASI KEKAYAAN ALAM
Legal standing WALHI selalu saja diperdebatkan saat WALHI melakukan gugatan kepada subyek hukum. Tapi dalam perjalanannya, legal standing Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) ini akhirnya diterima dan
dimasukkan dalam UU Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Ini dikenal dengan nama Hak Gugat
Organisasi Lingkungan.
P
ADA awal dekade 1990-an, WALHI
benar-benar mengambil sikap berseberangan dengan pemerintah. WALHI
menggugat Presiden Soeharto karena
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Foto: Istimewa
53
Pesawat CN-235
Pabrik Indorayon Aksi menolak Indorayon Porsea
Aksi Freeport di depan pengadilan
Tercatat ada 10 gugatan yang dilakukan
WALHI pada periode 1988 – 2000. Antara
lain, menggugat Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) PT. Inti Indorayon
Utama (1988), Dana Reboisasi (1999), Amdal
PT. Freeport Indonesia, (1995), Pencemaran
air di Surabaya (1995), Penyelewengan dana
Reboisasi oleh PT. Kiani Kertas (1997),
Kebakaran Hutan di Sumsel (1998), Proyek
Pengembangan Lahan Gambut 1 Juta Hektar
(1999), Hak Atas Informasi yang diberikan PT.
Freeport (2000), Hak Penguasaan Hutan di
Palu (2001), dan Banjir di Sumatera Utara
(2002).
Dari 10 kasus gugatan lingkungan itu, ada
satu kasus yang berhasil dimenangkan, yaitu
Hak Atas Informasi. Dalam putusannya,
Majelis hakim hanya mengabulkan gugatan
WALHI sebagian dan mengakui bahwa PT
Freeport Indonesia telah melakukan
perbuatan melawan hukum. Kemenangan ini
menjadi catatan sejarah, bahwa lingkungan
dapat dimenangkan meskipun harus melewati
perjalanan panjang.
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 54
“Bumi memang tidak
sebatas pandang
dan udara luas menunggu
namun kalian
tidak bisa menyingkir
kemanapun melangkah
kalian pijak
air mata kami
kemanapun terbang
kalian temukan
air mata kami
kemanapun berlayar
kalian arungi
air mata kami
bahkan nafas
yang kalian reguk
tumbuh dari uap
airmata kami
Kalian sudah terkepung
Tak bisa kemana pergi
Maka menyerahlah
ke dalam airmata kami
DAUR KETIGA:
PERLUASAN GERAKAN LINGKUNGAN
kungan di Indonesia. “Pada dasarnya, semua
kerusakan lingkungan diakibatkan oleh kebijakan-kebijakan yang sarat dengan kepentingan politik.” Begitu kira-kira sikap analisis
WALHI saat itu.
WALHI memang selalu kritis pada persoalan-persoalan politik. Tak ada yang bisa
memungkirinya. Sikap kritis itu bersumber
pada Statuta WALHI yang memberi mandat
untuk menjadi bagian dari upaya keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan
perlindungan lingkungan. WALHI sadar, rintangan terbesar ada di depan mata, yakni
sistem politik Indonesia yang otoriter. Termasuk, keterlibatan militer yang sangat besar dan
ruang sangat kecil bagi gerakan politik dan
demokratisasi. Pada April 1998, WALHI
kemudian mengubah prioritas enam bulanan
menjadi 70% politik dan 30% re-guler.
Pada Juli 1999, WALHI mendaftar sebagai Utusan Golongan di MPR. Tujuannya,
agar isu lingkungan hidup dan pengelolaan
sumberdaya alam menjadi isu sentral di parlemen. Tapi, batal karena anggota WALHI
yang hadir dalam PNLH ke - VII di Banjarmasin tidak mengijinkan WALHI masuk dalam
parlemen.
B
EGITU bikin advokasi, sesungguhnya,
WALHI sudah bersentuhan dengan
politik. Ini terutama berdasar pada
penilaian WALHI atas persoalan lingSutardji Calzoum Bachri
Tanah Airmata
GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA
Aksi petani perempuan
di Kontu Sultra melawan
kekejaman aparat pemda
yang menggusur
lahan adat mereka Foto: Dok. WALHI
57
Hasil Riset WALHI pada 1999
menunjukkan, dari 48 partai politik
peserta Pemilu, hanya ada empat partai
politik yang menempatkan lingkungan
sebagai agenda utama, yaitu Partai
Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan,
Partai Amanat Nasional (PAN), Partai
Keadilan (PK), dan Partai Kedaulatan
Bangsa (PKB). Sayangnya, tidak satu
partai pun yang merealisasikan agenda
tersebut, termasuk PDI Perjuangan,
sebagai partai pemenang Pemilu 1999.
Dalam PNLH ke VIII di Parapat, Sumatera Utara, akhir Juni 2002, anggota
WALHI memutuskan untuk fokus pada
pembenahan organisasi. Soalnya, di depan
sana, perjuangan merebut dan mempertahankan kelestarian lingkungan dan sumbersumber kehidupan itu akan semakin berat.
Pilihannya, WALHI harus menjadi organisasi
yang profesional dan didukung publik luas.
Transformasi berikutnya, WALHI mencanangkan diri jadi organisasi publik. Implikasinya ada pada strategi dan taktik perjuangan WALHI menyelamatkan lingkungan dan
menjaga kedaulatan rakyat atas kekayaan
alamnya.
Pada 2003 WALHI resmi menolak bantuan kerjasama dari Pemerintah Inggris dan
Pemerintah AS. Dua negara tersebut, dalam
pandangan WALHI, telah terang-terangan
Tatan Syuflana/AFP/Repro katalog Pameran Karya Pewarta Foto Indonesia: Suara Rakyat)
Pada Pemilu 1999, WALHI hampir mendaftar
sebagai Utusan Golongan di MPR
melanggar hak asasi manusia dan penggunaan kekuatan militer besar-besaran dalam
mencapai misi politik dan ekonomi di Timur
Tengah. Itu ditandai dengan serangan ke
Afghanistan dan Irak.
Penolakan ini realisasi dari nilai-nilai
WALHI yang menolak bantuan dari pemerintah dan korporat yang terang-terangan anti
lingkungan dan anti hak asasi manusia. Sebagai gantinya, WALHI telah mencanangkan
penggalangan dana publik dengan berbagai bentuk kegiatan. Misalnya saja, kampanye publik bersama, rekrutmen Sahabat
WALHI, penjualan produk-produk “hijau”,
pendidikan publik yang luas, pengembangan
lembaga kajian strategis dan gagasan Rumah Komunitas WALHI di Jakarta.
WALHI masa depan adalah organisasi
publik yang terkemuka, bermartabat dan
selalu konsisten pada pilar keberlanjutan
ekologi, keadilan sosial, demokrasi
kerakyatan dan anti kekerasan. Ini semua
untuk menjamin kedaulatan rakyat atas
kekayaan alam dan sumber-sumber agraria
lainnya.
Direktur Eksekutif WALHI
periode 1986–1989 Agus
Purnomo mengungkapkan,
NGO lingkungan tumbuh
dalam “keanekaragaman
hayati” dengan aneka bentuk
dan ukuran, jenis, serta
kegunaan. Belajar dari
ekologi hutan tropis,
keragaman, konflik internal,
bahkan persaingan
antarkomunitas bukan
faktor yang memperlemah
kehidupan di hutan.
WALHI pun tidak malu-malu mendorong perluasan kekuatan “Kaum Green” de-ngan
melemparkan wacana Partai Hijau di Indonesia. Wacana ini penting untuk menilai seberapa
luas eksistensi “Kaum Green” di Indonesia dan seberapa strategis cita-cita “politik hijau”
bisa diwujudkan di Indonesia.
Di masa
kepengurusan
Longgena
Ginting,
WALHI
menolak
dana
bantuan dari
AS dan
Inggris yang
memotori
penyerangan
Afghanistan
Dok. WALHI
dan Irak
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 58 GERAKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA 59
Gerakan lingkungan mencapai
puncak perjuangannya
pada Pertemuan Rio de Jenairo,
Brasil, 1992.
Selepas itu gerakan ini
bermetamorfosa
menjadi gerakan anti globalisasi
dan gerakan anti korporasi.
MENDEDAH
ENVIRONMENTALISME
BAGIAN 1
Peribahasa Ethiopia
juangan menyelamatkan lingkungan hidup
di Indonesia. Dan, WALHI telah mencanangFoto: Dok. WALHI T ONGGAK gerakan lingkungan
hidup di Indonesia adalah WALHI.
Selama seperempat abad, WALHI
telah melekat sebagai wahana perIntinya, menjadi Environmentalis
itu mudah!
“Jika laba-laba bersatu,
mereka dapat merobohkan
seekor singa.”
kan akan melakukan pendidikan envinronmentalisme. Gunanya,
mengajak kaum muda terlibat aktif dalam gerakan penyelamatan lingkungan hidup di Indonesia. Dan, untuk itulah Panduan ini
dibuat.
Panduan ini tak memaparkan seberapa besar kerusakan
lingkungan hidup di Indonesia, melainkan memperkenalkan cara
berpikir “Kaum Environmentalis” dalam membaca keadaan alam
sekitar dan kaitannya dengan keberlanjutan perikehidupan komunitaskomunitas di perdesaan dan perkotaan.
Pada bagian ini, Panduan menjelaskan
beberapa istilah yang sering dipadankan dengan gerakan lingkungan. Bagian-bagian selanjutnya adalah teladan bagaimana Kaum
Environmentalis memadang alam, negara
dan dunia. Pada bagian akhir dipaparkan
kiat-kiat menjadi environmentalis. Intinya,
menjadi Environmentalis itu mudah!
Seattle,
1999
Foto: Dok.WALHI
Selama 738 hari Environmentalis Julia Butterfly
tinggal di kanopi pohon Reedwood,
dinamai Luna, di Kalifornia bagian utara.
Foto-foto: Dok. WALHI
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 63
NVIRONMENTALISME adalah
gerakan sosial yang dimotori kaum
penyelamat lingkungan hidup. Gerakan ini berusaha dengan segala cara,
Slogan Kaum Anarchist
APA ITU ENVIRONMENTALISME?
Foto: Dok. WALHI
E
tanpa kekerasan — mulai dari aksi jalanan,
lobi politik, hingga pendidikan publik —
untuk melindungi kekayaan alam dan ekosistem.
Kaum Environmentalis peduli pada isuisu pencemaran air dan udara, kepunahan
spesies, gaya hidup rakus energi, ancaman
perubahan iklim dan rekayasa genetika pada
produk-produk makanan.
“Satu bumi, milik
bersama, tanpa
batas, tanpa negara,
tanpa tentara.”
Gerakan Environmentalisme saat ini
telah bermetamorfosa menjadi
Gerakan Antikorporasi dan Gerakan
Anti-Globalisasi. Mengapa? Karena,
penguasa dan perusak
lingkungan terbesar di
dunia adalah
perusahaanperusahaan
transnasional.
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME
Aksi gugatanWALHI
terhadap kasus
NEWMONT,2007
65
Environmentalis secara politik dikategorikan
sebagai “Greens” atau “Kaum Hijau”.
Kaum Environmentalis memiliki pandangan yang kuat atas isu-isu lingkungan
hidup dan mengamalkan nilai-nilainya sebagai aktivis, relawan, akademisi dan profesional.
Kaum environmentalis sering disamakan
dengan Kaum Konservasionis — kelompok
yang berjuang melakukan pelestarian, restorasi dan peningkatan kualitas lingkungan
hidup.
Kaum Environmentalis yang radikal sering dilabel sebagai Eco-Terrorism. Mereka
melakukan cara-cara kekerasan, sabotase,
vandalisme, perusakan properti dan intimidasi dengan terang-terangkan mengatasnamakan paham environmentalisme.
SIAPA ITU KAUM ENVIRONMENTALIS?
K AUM Environmentalis adalah seseorang atau sekelompok orang yang
mendukung setiap tujuan gerakan
lingkungan hidup. Umumnya kaum
“Jika kita berakar
pada hormat dan
cinta yang dalam
pada inter-koneksi setiap mahluk
hidup, ini akan
menjadi sebuah
kegembiraan untuk
membuat pilihan- pilihan yang
menolong kelangsungan
hidup, ketimbang
menghancurkannya.”
Julia Butterfly
Foto:Dok. WALHI
Aksi anti-konsumerisme di Seattle,1999 Aksi-aksi Kaum Environmentalis Foto-foto: Dok. WALHI
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME
Aksi Bali
67
APA ITU GERAKAN LINGKUNGAN?
GERAKAN Lingkungan adalah
gerakan sosial dan politik yang
diarahkan untuk pelestarian,
restorasi dan peningkatan
kualitas lingkungan hidup melalui
pendidikan publik, advokasi perubahan gaya
hidup, perbaikan perencanaan komunitas,
perubahan ekonomi uang serta perombakan
kebijakan negara.
Gerakan Lingkungan terdiri dari
berbagai organisasi yang berbeda-beda dan
terpisah-pisah, baik organisasi yang
memiliki dana besar di tataran nasional dan
internasional, sampai ribuan organisasi
lingkungan atau individu-individu yang
bekerja nyata di tingkat lokal.
Sering dikatakan, Gerakan Lingkungan
muncul untuk merespon ramalan Malthus
pada abad 18. Malthus adalah orang
pertama yang mengingatkan kita akan
bahaya keterbatasan persediaan pangan
dunia yang tak mampu mencukupi kebutuhan
penduduk dunia. Kemudian, Teddy
Rooservelt, inisiator konsep Taman Nasional
di AS, adalah orang yang juga berpengaruh
pada Gerakan Lingkungan.
Gerakan Lingkungan mulai berkembang
pada paruh awal abad 20 di era kebangkitan
industri di Barat. Gerakan Lingkungan modern mulai memperoleh angin saat Rachel
Carson menulis The Silent Sprint— cerita bahaya pestisida pada awal 1960-an. Buku
ini memberikan pesan tentang kematian bumi atas ulah manusia sendiri.
Pada dekade 1970-an, saat level polusi
industri dan kendaraan mulai mengkuatirkan,
“Bagi mereka yang
membuat revolusi damai
tidak akan mungkin
melahirkan revolusi
kekerasan.”
John F. Kennedy
dikonversi menjadi waduk di
Sumatera Barat, dan Sungai Ajkwa
di Timika, Papua Barat.
Di Indonesia,
WALHI pernah
secara hukum
bertindak
mewakili pohonpohon di hutan
yang terbakar di
Riau, gajah yang
Henry Lopulalan
habitatnya
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME
Aksi hari bumi 2007 Foto:Dok.WALHI
69
Gerakan Lingkungan memberikan fokus
pada pencemaran air dan udara. Tekanan
Gerakan Lingkungan hidup pada dekade itu
mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah berkenaan dengan penyelamatan kawasan lindung dan habitat satwa liar, serta perlindungan pada spesies langka. Di AS, pemerintah juga mengeluarkan undang-undang
pokok seperti Clean Water Act, Clean Air
Act, Endangered Species Act dan National
Environmental Policy Act. Undang-undang ini
kemudian menjadi pijakan dan standar baku
mutu lingkungan hidup di AS dan kemudian
diikuti banyak negara.
Meluasnya kesadaran publik dan ilmuwan berkenaan dengan isu lingkungan, Gerakan Lingkungan hidup dan mulai melebarkan isu ke arah konsep “Sustainability” atau
“Keberlanjutan”. Konsep ini mengantarkan
Gerakan Lingkungan mulai peduli pada isuisu dunia, seperti kerusakan lapisan ozone,
perubahan iklim dan pencemaran biogenetika.
Gerakan Lingkungan telah berkembang
dan bercabang-cabang dengan menciptakan berbagai cara untuk bisa melakukan perubahan. Ada cabang politik dengan Partai
Hijau. Ada organisasi ekologi yang radikal
seperti Greenpeace yang melakukan aksi
jalanan menentang kerusakan lingkungan.
Pandangan ini mempengaruhi banyak
orang, kelakuan orang serta berimplikasi pada politik, gaya hidup serta ilmu pengeSebuah laporan kondisi
lingkungan yang dipublikasikan
pada 1972 oleh Club of Rome
berjudul Limits to Growth
menjadi buku suci Kaum
Environmentalis. Laporan lain
berjudul The Global 2000 Report
diterbitkan oleh The Council on
Environmental Quality,
melaporkan keprihatinan yang
sama. Baru-baru ini laporan The
Millenium Ecocystem Assessment
memberikan bukti-bukti yang
lebih jelas.
“Ketika mahluk terakhir dari
perlombaan ras bernafas
tiada, surga dan bumi mesti
berlalu sebelum salah satu
menjadi.”
William Beebe
naturalis
tahuan ekologi. Gerakan Lingkungan menjadi payung bagi kelompok-kelompok yang
berbeda baik ideologi maupun perilaku.
Banyak orang bingung dengan Gerakan
Lingkungan dan kaitannya dengan Politik
Hijau — yang memiliki kepedulian pada
keadilan sosial melampaui ekologi. Karena,
Partai Hijau, representasi Politik Hijau,
memi-liki akar pemikiran dari Gerakan
Lingkungan.
Dewasa ini, Gerakan Lingkungan kerap
Organisasi ekologi radikal melakukan aksi
jalanan menentang kerusakan lingkungan
Berbagai cara dilakukan,
termasuk hadangan
barisan polisi, agar
perubahan dapat terjadi.
Foto: Dok.WALHI
Foto: Henry Lopulalan
Foto: Dok.WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 70 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 71
sering menggunakan ide-de aksi jalanan.
Sayap radikal Gerakan Lingkungan selalu menentang dan berani melakukan sabotase kepada siapa saja yang dinilai sebagai
“earth rapist”, pemerkosa bumi. Kelompok
Gerakan Lingkungan radikal seperti Anarchist Golfing Association dan Earth Liberation Front bahkan sering dituduh sebagai
teroris walau tidak ada bukti-bukti mereka
merugikan ekologi atau nyawa manusia. Tindakan mereka memang benar-benar meHAK-HAK LINGKUNGAN HIDUP
Banyak kasus-kasus lingkungan hidup akhir-akhir ini
bertanya siapa yang paling memiliki hak atas lingkungan
hidup? Apakah hukum lingkungan hidup dibatasi oleh hak-hak
pribadi? Apakah masyarakat luas memiliki hak melakukan
intervensi? Esai Christopher D. Stone pada 1972 berjudul
“Should tress have standing?” secara sungguh-sungguh
mempertanyakan apakah obyek alam memiliki hak di mata
hukum termasuk hak berpartisipasi dalam kasus legal.
Stones menyatakan tak ada yang absurd dalam hal ini
karena pada masa lalu pun perempuan dan anak-anak tidak
memiliki hak di mata hukum. Pertanyaan sejenis ini sering
dianggap aneh atau sesat pikir oleh pemerintah yang berkuasa
dan masyarakat kebanyakan.
dikaitkan dengan gerakan moral, gerakan
konfrontasi serta posisi radikal, seperti yang
diambil oleh Greenpeace dan kelompokkelompok lain yang lebih radikal, misal Earth
First atau Sea Shepherd. Pun begitu, dalam
kaitannya dengan Precautionary Principle
dan mencegah dengan sungguh-sungguh
hal-hal yang bisa memperburuk keadaan
seperti biosafety, biosecurity dan biodiversity,
sayap radikal ini amat menonjol sumbangannya. Metode kerja kelompok-kelompok ini
ngancam keberadaan industri-industri besar.
Salah satu tindakan yang dinilai tindakan
pidana adalah keberanian mereka membakar kantor-kantor perusak lingkungan. Gerakan Lingkungan yang anarkis ini memang
sering tidak diterima di kalangan Gerakan
Ekologi utama. Bahkan badan-badan intelijen di Amerika Serikat mengkategorikan kelompok ini sebagai kelompok teroris terutama
pada Earth Liberation Front.
Faksi lain dalam Gerakan Lingkungan,
adalah individu dan kelompok yang percaya
pada proses-proses politik melalui lobi atau
argumentasi sainstifik. Paling tidak sejak
Earth Summit 1992 di Rio de Janeiro, Brasil,
Gerakan Lingkungan telah mendiskusikan
konsep pembangunan berkelanjutan dan
konsep sustainabilitas yang kemudian sebagian pandangannya telah mengubah ideologi yang berorientasi pada ekologi. Gerakan Lingkungan adalah pelopor pendirian Gerakan Anti-Globalisasi dunia pada akhir
1990-an. Inilah metamorfosa Gerakan Ekologi menjadi Gerakan Anti Neoliberalisme.
Aksi nelayan di depan Kantor DKP Jakarta
Februari2008
Foto: Dok.WALHI
Sayap radikal Gerakan
Lingkungan selalu berani
menentang siapa saja yang
dianggap earth rapist
(pemerkosa bumi)
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 72 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 73
Dewasa ini ilmu pengetahuan tentang ekologi memegang peran
kunci dalam menyatukan gerakan lingkungan hidup. Semua
pihak bisa menerima penjelasan sainstifik pada beberapa level
untuk mengambil kebijakan tentang biodiversitas dan
pemanfaatan kekayaan hutan. Ilmu konservasi biologi kini
menjadi lapangan pengetahuan yang penting.
FOKUS PEMBARUAN PADA AKSI LOKAL
bihan kelompok lingkungan lokal semacam
ini memiliki pilar kebudayaan dan nilai-nilai
kepercayaan tempatan.
Mereka kebanyakan lebih peduli pada
urusan-urusan lokal. Asal lingkungan di tempat bisa dipertahankan, maka gerakan itu
sudah puas. Sebagai contoh, beberapa kelompok masyarakat adat cenderung ingin
memurnikan gerakan lingkungan sebagai
gerakan pelestarian kebudayaan dan alam
tempatan.
Pun begitu, ada beberapa kelompok lokal lainnya menemukan manfaat dengan
melakukan kolaborasi antarpihak untuk
menemukan konsensus atau mengandalkan
pada ketersediaan hukum yang menjamin
keselamatan mereka.
Kelompok seperti The
Bioregional Revolution
sedang bekerja dalam
membangun konvergensi
antara kelompokkelompok gerakan
lingkungan hidup dan
masalah bumi manusia
abad 21: bersatu
menentukan masa
depan. WALHI juga kini
mempromosikan
perspektif
bioregionalisme sebagai
upaya mempersatukan
gerakan lingkungan
di Indonesia.
"Tahu kau mengapa
aku sayangi kau lebih
dari siapa pun?
Karena kau menulis.
Suaramu takkan
padam ditelan angin,
akan abadi,
sampai jauh, jauh di
kemudian hari.”
Butet Manurung digelari
Asia’s Heroes oleh Majalah Time
karena mendampingi Orang Rimba
di hutan Jambi.
Roy Rubianto/JIWAFOTO/Repro.Time
Pramoedya Ananta Toer
Anak Semua Bangsa
S
AAT ini gerakan lingkungan di dunia
bertahan dalam bentuk klusterkluster masyarakat peduli lingkungan hidup yang bersifat lokal. KeleMENDEDAH ENVIRONMENTALISME 75
“serangan” Kaum Environmentalis pada
industri dan globalisasi dilihat sebagai klaim
politik dibandingkan benar-benar menyelamatkan alam sekitar. Cuma untuk dijadikan
tameng menyerang lawan politik, misalnya.
Sudah begitu, yang lebih memperburuk
lagi, teori dan prediksi kehancuran lingkungan yang dikeluarkan Kaum Enviromentalis
seringkali tidak terlalu akurat. Bahkan, banyak rekomendasi Kaum Enviromentalis justru memperburuk kondisi masyarakat alihalih menyelamatkan alam sekitar.
Sekedar contoh, Rachel Carson, dalam
bukunya menyebutkan pestisida DDT sebagai penyebab kanker dan akan menyebabkan kehancuran ekosistem. Meski data pendukungnya lemah, banyak negara kemudian
melarang produksi dan peredaran DDT.
Baru kemudian diketahui, penyebab kanker
bukan hanya akibat penggunaan DDT, serta
sedikit bukti DDT menyebabkan gangguan
pada tanaman dan binatang. Satu yang diketahui kemudian hari, larangan DDT telah
menyebabkan nyamuk malaria semakin merajalela di Afrika dan menyebabkan kematian
jutaan orang.
Belakangan ini muncul sejumlah teori
KRITIK PADA ENVIRONMENTALISME
“Jika orang
menghancurkan
benda bikinan
manusia,
mereka disebut
vandal; jika
mereka
menghancurkan
sesuatu yang tak
tergantikan
bikinan Tuhan,
mereka disebut
para
pembangun.”
I
STILAH “gerakan lingkungan hidup”
acapkali sudah membuat orang malas
“bergerak”, dianggap berkaitan dengan
politik daripada ilmu pengetahuan. Banyak
Joseph Wood Krutch
Pelarangan penggunaan DDT menyebabkan
nyamuk malaria merajalela dan kematian
jutaan orang di Afrika
Foto: Dok. WALHI
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 77
lingkungan yang kontroversial, seperti penipisan lapisan ozone dan pemanasan global
yang disebabkan emisi efek green house.
Teori-teori ini ditopang oleh data-data yang
akurat. Tapi, pada saat bersamaan, pengumpulan data yang sama pun ditafsirkan
untuk kepentingan lain. Perdebatan seputar
isu lingkungan pada galibnya perdebatan
politik. Masing-masing pihak menggunakan
data untuk memperkuat argumentasinya.
Kasus ini menjadi tantangan bagi ilmuwan
lingkungan hidup untuk benar-benar melakukan penelitan yang akurat dan tak terbantahkan.
Seorang penulis anti gerakan lingkungan ternama, Michael Crichton, lulusan Harvard Medical School, menawarkan gagasan
double blind experimentation dalam riset
lingkungan hidup. Pada proses double blind
experiment, para pihak bisa menentukan dua
kelompok peneliti independen. Kedua tim
yang berbeda melakukan penelitian yang sama. Tujuannya agar hasil yang diperoleh tidak bias dan lebih berkualitas. Chrichton menyarankan, karena isu lingkungan hidup memang sangat politis, maka para pengambil
keputusan membutuhkan data-data yang netral sebagai landasan keputusannya ketimbang bertumpu pada retorika dan konjungtur
politik.
Dukungan dan kritik pada gerakan
lingkungan hidup
adalah konsekuensi
dari keterbatasan
pengetahuan kita
tentang bumi.
Kebanyakan studi
lingkungan hidup
relatif masih baru.
Karenanya, penelitian
lingkungan hidup
bersifat terbatas dan
belum mampu secara
lengkap membaca
kecenderungan
perubahan
lingkungan dalam
jangka panjang
.
Keterbatasan ini mendorong sejumlah
Environmentalis mendukung penggunaan the
precautionary principle dalam pengambilan
kebijakan. Prinsipnya lebih baik berjaga-jaga
sebelum kita mengetahui hal sebenar-nya
yang akan berdampak pada lingkungan
hidup.
Sebaliknya para penentang menolak
prinsip jaga-jaga karena keputusan politik
harus diambil bila kita telah memiliki informasi selengkap mungkin. Penolakan ini banyak berasal dari kalangan industri, karena
bila prinsip ini dipakai maka akan mengganggu kegiatan industri mereka di negaranegara dunia ketiga.
Burung-burung ini memakan ulat yang telah
tersemprot DDT, kematian segera menjelang.
Foto: Dok. WALHI
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 79
murni. Filsafat ini ditandai dengan tafsir baru
tentang identitas manusia dengan cara
menghilangkan dualisme rationalistik antara
manusia dan lingkungannya. Karenanya,
Deep Ecology menekankan pada nilai-nilai
intrisik pada spesies lain, sistem dan prosesproses yang terjadi di alam.
Posisi ini melahirkan pandangan sistem
ekosentrik pada etika lingkungan hidup.
Deep Ecology menyebutkan dirinya sebagai
“deep” karena ia mempertanyakan hal-hal
kompleks dan spiritual tentang peran manusia
di ekosfir.
Ekologi telah mempertontonkan kepada
kita bahwa alam hanya hidup dalam keadaan keseimbangan dinamik dan hanya mampu menerima perubahan-perubahan kecil.
Kaum Environmentalis percaya kegiatan umat
manusia yang begitu luas telah mendorong
biosfir tidak lagi dalam keadaan seimbang
seperti gejala penurunan biodiversitas dan
perubahan iklim.
Konsekuensi dari cara pandang ini adalah ideologi peradaban barat telah menyebabkan hilangnya sumber-sumber kehidupan.
Inilah yang melahirkan kebutuhan paradigma
baru seperti Deep Ecology yang mampu
DEEP ECOLOGY
“Selama
penderitaan
datang dari
manusia, dia
bukan bencana
alam, dia pun
pasti bisa
dilawan oleh
manusia.”
Pramoedya Ananta Toer
Anak Semua Bangsa
menjadi panduan kegiatan manusia menghindari kerusakan lingkungan yang lebih
buruk.
Frasa “deep ecology” diungkap oleh
Filsuf Norwegia Arne Naess pada 1972 dan
ia kemudian memberikan sebuah landasan
teorinya. Naess menolak gagasan bahwa
segala sesuatu bisa di-ranking sesuai nilainilai relatifnya. Seperti, manusia dinilai lebih
tinggi dari binatang. Ia menyatakan semua
DEEP Ecology adalah filsafat baru
atau Ecosophy yang bertumpu
pada perubahan dari antroposentrik menjadi gerakan lingkungan
Srigala kutub, Greenland
Foto: Dok. WALHI
"Pada 2080,
lapisan es di Kutub akan mencair hingga
menenggelamkan Terusan Panama.
30 persen garis pantai di dunia akan lenyap.
Perang memperebutkan air
akan terjadi"
Anggota Intergovernmental Panel
on Climate Change (IPCC) dalam konfrensi pers di Brussels,
Belgia, 6 April 2007.
Edmundo de Alba
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 81
bentuk kehidupan berhak hidup di dunia. Tak
ada satu pun spesies yang memiliki hak lebih
dari spesies lain.
Deep Ecology memperoleh dukungan
ilmiah dari lapangan ilmu ekologi dan
sistem dinamis. Naess tidak menggunakan
logika induksi dalam menyampaikan filsafatnya tetapi secara langsung masuk pada
metafisika termasuk gagasan tentang “self”.
Salah satu pikiran berpengaruh pada deep
ecology adalah “Hipotesis Gaia”.
Manusia bagian dari bumi dan tak
terpisahkan
Pokok spiritualitas Deep Ecology adalah
spesies manusia bagian dari bumi dan tidak
terpisahkan. Sebuah proses realisasi diri atau
“re-earthing” digunakan bagi seseorang
untuk memperoleh intuisi perspektif ekosentrik. Gagasannya adalah selama kita mampu meregangkan kedirian kita dan kemudian
menemukenali pihak lain (manusia, binatang, ekosistem), kita akan semakin mengenal diri sendiri (transpersonal).
Tradisi lain yang mempengaruhi Deep
Ecology adalah Taoisme dan Buddhisme,
terutama karena ajaran ini tidak mengenal
pendekatan dualisme dalam memandang
obyek dan subyek. Dalam kaitannya dengan
tradisi agama-agama besar lainnya, Naess
berpandangan pada ajaran ini manusia
tetap dinilai superior atas alam.
8 PRINSIP DEEP ECOLOGY
PARA pemikir Deep Ecology percaya bahwa dunia
bukan sumberdaya yang bisa secara bebas
dieksploitasi manusia. Etika Deep Ecology adalah
sistem alam lebih superior dibandingkan manusia
atau bagian-bagiannya. Pandangan mereka memiliki
delapan prinsip yakni:
Konsekuensi dari cara
pandang ini adalah ideologi
peradaban barat telah
menyebabkan hilangnya
sumber-sumber kehidupan.
Inilah yang melahirkan
kebutuhan paradigma baru
seperti Deep Ecology yang
mampu menjadi panduan
kegiatan manusia
menghindari kerusakan
lingkungan yang lebih
buruk.
1 Setiap hal baik benda maupun
mahluk hidup di muka bumi pasti
memiliki nilai pada dirinya (intrinsic
value, ingerent value). Nilai ini
bersifat independen baik untuk
manfaat manusia atau non manusia.
2 Kekayaan dan keragaman
bentuk kehidupan
menyumbangkan pada realisasi
nilai-nilai intrinsik dan juga nilai
itu sendiri.
3 Manusia tidak memiliki hak
mengurangi kekayaan dan
keragaman kecuali untuk memenuhi
kebutuhan vital manusia.
4 Kehidupan manusia dan kebudayaan
berkembang seiring dengan
penurunan populasi manusia.
Keberlanjutan kehidupan non manusia
pun membutuhkan penurunan
populasi manusia.
5 Gangguan manusia pada
dunia non manusia sangat
dahsyat dan manusia
cenderung memperburuk
keadaan.
6 Kebijakan negara harus dirombak
secara mendasar karena kebijakan
negara berdampak pada tatanan
ekonomi dasar, struktur masyarakat,
teknologi dan ideologi.
7 Perubahan ideologi untuk
memberikan apresiasi pada
kualitas hidup— menghargai
inherent value— dibandingkan
dengan peningkatan standar
kehidupan.
8 Siapa pun memiliki kewajiban baik
langsung dan tidak langsung
melakukan perubahan.
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 82 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 83
Green Movement
menjaga prinsip Deep Ecology
rintahan otoriter.
Deep Ecology tidak didudukan sebagai
gerakan yang berbeda, melainkan bagian
dari Green Movement. Gerakan Deep Ecology bisa dipetakan sebagai Green Movement yang menjaga prinsip-prinsip Deep
Ecology. Ia sering dilabel sebagai “Gaian”
dan “Green” (sebuah terminologi politik
yang lebih luas berkenaan dengan komitmennya pada perdamaian).
Deep Ecology berpengaruh
pada Green Movement dengan
mempersembahan platform etika independen bagi Partai Hijau,
Political Ecologist dan Kaum Environmentalis.
Filsafat Deep Ecology membantu mengubah roh gerakan
ekologi modern dengan dekonstruksi istilah “environment”
yang cenderung antroposentrik
dan tegas-tegas menolak gagasan manusia sebagai penjaga
lingkungan.
P
ADA tataran praktis, kaum Deep Ecologist mendukung desentralisasi, ekoregion, reformasi industri dari bentuk
yang sekarang serta menolak peme-
"Hidup adalah
soal keberanian,
menghadapi tanda tanya
tanpa kita mengerti
tanpa kita bisa menawar,
terimalah
dan hadapilah."
Mandalawangi-Pangarango
19 Juli 1966
Soe Hok Gie
Filsafat Deep Ecology tegas-tegas menolak
gagasan manusia sebagai penjaga lingkungan.
Foto: Dok. WALHI
“Cintai
bumi seperti
kamu
mencintai
dirimu
sendiri.”
Penyanyi dan pencipta lagu
John Denver
Foto: Timur Angin
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 85
pada peran alam dalam epidemi penyakit
dan kelaparan ditafsirkan secara negatif.
Kaum Deep Ecology berargumentasi
bahwa penurunan populasi dilakukan melalui
kontrol kelahiran. Mereka akan beragumentasi juga bahwa kelangkaan akan meningkatkan nilai. Sebaliknya, populasi yang berlebihan akan mengurangi nilai manusia sebagai individu.
Prinsipnya mereka menghargai setinggitinggi semua ciptaan Tuhan di muka bumi
sebagai bagian dari alam. Hanya manusia
yang teralienasi dari alam dan terlibat pada
perusakan alam yang akan menjadi musuh
besar mereka.
Filsafat politik kaum Deep Ecology banyak dikritik sebagai Eco-Fascism. Tuduhan
ini dibantah karena mereka memperjuangkan suatu relasi yang baru antara manusia
dan ekosfir, berjuang melawan otoritarian
melalui desentralisasi dan mendukung kekerasan pada alam. Posisi ini sama sekali berlawanan dengan fasisme.
Kaum Ekologi Sosial menilai Deep Ecology gagal mengkaitkan antara krisis lingkungan dengan konsep otoritarian dan
hirarki. Kaum Ekologi Sosial percaya bahwa
KRITIK PADA DEEP ECOLOGY
masalah lingkungan berakar pada interaksi
sosial manusia. Menurut mereka pada masyarakat yang ekologis berkelanjutan pun
masih bisa terjadi eksploitasi sosial.
Kaum Deep Ecology menolak argumentasi perilaku ekologi berakar pada paradigma sosial (ini tetap warisan antroposentrik).
Mereka melanjutkan perdebatan dengan keberatan Kaum Ekologi Sosial dengan argumentasi pada masyarakat yang egaliter pun
tetap akan melanjutkan eksploitasi pada
bumi.
Beberapa pihak mengkritik Kaum Deep
Ecology sebagai borjuis dalam cara mereka
memperjuangkan gaya hidup karena yang
ditawarkan lebih mudah bagi orang-orang
kaya. Beberapa kelompok masyarakat adat
tidak bisa melakukan cara makan yang ditawarkan oleh Deep Ecologist karena mereka
harus tetap berburu binatang. Pada kelompok masyarakat, semisal, berburu ikan paus
adalah bagian kebudayaannya. Pada kasus
ini Deep Ecology dinilai Etnocentric atau Imperialistic. Tindakan misantropi menyebabkan Deep Ecologist dituduh menghancurkan
ras manusia. Sementara, Kaum Deep Ecologist menerima pada kasus-kasus perburuan
binatang oleh masyarakat adat asal tidak
menyebabkan kelangkaan atau menjadi
industri besar.
DEEP Ecology dikritik memiliki gagasan misantropi yang bertujuan
menurunkan populasi manusia.
Pandangan kaum Deep Ecology
Perburuan ikan paus oleh nelayan di pantai barat Islandia
Foto: Adam Butler/AFP Photo
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 87
[halaman baru]
[foto: anarchist desa.jpg, anarchist
circle A.jpg, anarchist
gandhiahimsa.jpg, anarchist.jpg,
anarchist1.jpg, anarchist2.jpg,
anarchistgandhib.jpg
ECO-ANARCHISM: KEMBALI PADA
SEMANGAT KOMUNITAS
“Hidup sungguh
sangat sederhana.
Yang hebat-hebat
hanya tafsirannya.”
Pramoedya Ananta Toer
E
CO-Anarchism berpendapat small ecovillages (tidak lebih dari 100 orang) adalah skala ruang hidup manusia yang paling layak pada masyarakat yang berJejak Langkah
adab. Karenanya, infrastruktur dan sistem politik
hendaknya ditata ulang agar memenuhi kebutuhan Eco-villages. Secara umum, kaum Eco-Anarchist menolak konsep manusia lebih superior
dibandingkan dengan alam dan mendesak organisasi-organisasi sosial dirancang sesuai dengan irama alam bukan melawannya.
Gerakan ini memadukan kecenderungan
gerakan lama seperti primitivism, tribalisme,
bioregional democracy, eco-feminism, pacifism
dan komunitas kecil.
Beberapa Eco-Anarchist mempertimbangkan desa atau suku
agar dipertahankan sebagai unit
kehidupan manusia, dan menentang keluarga atau marga. Asumsi
tentang keluarga amat dipertimbangkan oleh Eco-Anarchist dibandingkan dengan peran kerja. Filsafat Eco-Anarchist bisa dijelaskan sebagai tafsir antropologi dan kebenaran biologi. Inilah sebabnya kelompok Eco-Anarchist senang mengacu pada organisasi sosial primitif. Intinya kembali pada semangat komunitas.
Pemukiman Orang Punan
di Kabupaten Berau,
Kalimantan Timur
Kaum Eco-Anarchist
menolak konsep
manusia lebih
superior
dibandingkan
dengan alam.
Foto-foto: Dok. WALHI Foto: Timur Angin/Dok. Keyword Innovative Communication
usaha penyelamatan lingkungan hidup.
Teknologi tinggi bisa membantu pengurangan konsumsi sumberdaya alam dengan
meningkatkan efesiensi seperti pencegahan
pencemaran. Umumnya mereka menggunakan eksternalitas pada sebuah proses teknologi sebagai input pada proses teknologi
yang lain, agar buangan semakin efesien.
Konsep ini amat dekat dengan gagasan Sustainable Development.
Frasa lain yang banyak dikenal adalan
cradle to cradle manufacturing sebagai oposisi dari format crade to grave of manufacturing, di mana buangan dilepaskan tanpa
terintegrasi dengan siklus produk selanjutnya.
Sebagai sebuah strategi perubahan, hal
ini banyak dipromosikan oleh kelompok-kelompok bisnis. Tapi, prinsip-prinsip pasar
bebas tidak dipertanyakan pada mazhab
ekologi modernisasi. Berbeda dengan strategi banyak gerakan lingkungan yang justru
mendudukan perdagangan bebas sebagai
akar penyebab kerusakan lingkungan hidup.
Negara dipandang sebagai fasilitator
bagi pasar untuk menciptakan teknologi tinggi serta mengatur perusahaan agar mengelola dan memanfaatkan limbah industrinya.
Sebagai contoh, perusahaan mobil di Jerman
OPTIMISME EKOLOGI MODERNISASI
E
KOLOGI Modernisasi adalah wacana
lingkungan yang optimistik. Gagasannya, pembangunan ekonomi dan
sosial dapat seirama dengan usahaharus memanfaatkan bangkai-bangkai mobil
bekas dalam siklus produksi mobil mereka.
Kritikus berpendapat Ekologi Modernisasi akan gagal menyelamatkan lingkungan.
Pertanyaannya apakah teknologi tinggi sendiri mampu menyelamatkan alam jika diserahkan pada mekanisme pasar. Contoh,
banyak teknologi ramah lingkungan telah tersedia tetapi tidak dimanfaatkan oleh kalangan bisnis dengan alasan ekonomi. Variasi
pilihan antara teknologi pro-lingkungan atau
pro-bisnis ekonomi tidak selalu otomatis
dipilih secara sukarela.
Liberalisme Hijau
Istilah Green Liberalism ditujukan
kepada kaum liberal yang telah
memasukan kepedulian lingkungan
pada ideologinya. Kelompok ini menilai
bumi sebagai sebuah sistem yang hidup.
Karenanya tidak perlu ada tindakan
konservasi. Yang penting, mengurangi
kerusakan dan membantu proses
regenerasi alam. Dewasa ini Green
Liberalism dominan di beberapa negara
seperti Jerman dan sedikit di Inggris.
Bagaimana pun apa yang diusung oleh
kelompok Green Liberal berbeda dengan
Partai Hijau. Partai Hijau lebih pas
disebut sebagai Green Social Democracy
atau Green Left.
“Korporat harus
memperlihatkan
emosi membangun
lebih banyak
ketimbang rasa takut
dan rakus.”
Anita Roddick
Iklan ekologi modernisasi otomotif di majalah Time
Foto: Repro iklan Time
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 90 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 91
terlibat dalam proses pembuatan kebijakan.
Kaum Green ini mengaku banyak berkiblat
pada perjuangan a la Gandhi. Yang tidak
mereka ketahui, Mahatma Gandhi, yang
menjadi pelopor gerakan tanpa kekerasan,
sejak muda aktif dalam perjuangan politik.
Kaum Green juga kerapkali mendukung
partai sosialis kiri atau partai kanan kapitalis,
yang dikenal dengan aliansi “Merah Hijau”
atau “Biru Hijau” untuk mencapai tujuantujuan taktis. Sekedar contoh, Gerakan Hijau
mendukung calon presiden Al Gore dari
Partai Demokrat dengan kampanye “Green
for Gore”. Dan, tidak mendukung calon dari
Partai Hijau Ralph Nader. Tujuannya, hanya
untuk memecah suara agar Gore kalah.
Mereka berjuang melawan George W. Bush.
Partai Hijau seluruh dunia memegang
prinsip empat pilar, yakni Ekologi (Ecological Wisdom atau Ecological Sustainability),
Keadilan Sosial (Social Equality dan Economic Justice), Demokrasi Kerakyatan (Grassroots Democracy) dan Tanpa Kekerasan (Non Violence)
Keempat pilar Partai Hijau ini berakar
dari empat gerakan terkemuka di dunia seperti Gerakan Perdamaian, Gerakan HakArundhati Roy
EMPAT PILAR POLITIK HIJAU
T
IDAK semua Political Ecologist or
Kaum Greens aktif di Partai Hijau.
Banyak Kaum Green yang tidak suka
pada politik praktis bahkan menolak
“…tak akan
pernah ada
perdamaian
di atas dunia
dengan adanya
kaum
dominan…”
Foto: Dok. WALHI
Al Gore Green for Gore Foto: Dok.WALHI
MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 93
hak Sipil, Gerakan Lingkungan dan Gerakan
Buruh.
Ekologi atau “Ecological Wisdom” menjadi poros ajaran gerakan
lingkungan yang bercitacita mengurangi dampak
buruk kegiatan manusia.
Dalam hal ini bukan sekadar menyelamatkan
kehidupan manusia melainkan mengubah cara
berpikir antroposentrik
atau pandangan yang
mendudukan manusia
pusat segalanya dan bumi dipersembahkan bagi
manusia.
Keadilan sosial
(“Social Squality” dan “Economic Justice”)
mencerminkan penolakan terhadap berbagai
diskriminasi, misalnya
lewat perjuangan klas,
gender, etnisitas, atau
kebudayaan. Ketidakadilan sosial menjadi
akar perusakan lingkungan hidup oleh institusi
buatan manusia seperti
negara dan korporat.
Demokrasi Kerakyatan (“Grassroots Democracy” atau “Participatory Democracy”)
dipandang sebagai satu-satunya cara
pentadbiran untuk mencapai perubahan
sosial. Pandangan ini mengubah cara
memandang kedudukan para pemimpinpemimpin tradisional. Untuk itu, Kaum Hijau
menolak konstitusi yang mengakumulasikan
kekuatan dan kekuasaan pada organisasi.
Kaum Hijau setuju dengan proses-proses
desentralisasi dan devolusi pemerintahan.
Non Violence atau pandangan tanpa
kekerasan mencerminkan kebijakan Gerakan
Hijau yang menolak setiap bentuk kekerasan
dalam mengelola lawan-lawan politiknya.
Gerakan Anti Kekerasan ini mengadaptasi
tradisi perlawanan Gandhi di Indian dan
Quaker di Amerika Serikat. Tujuannya, melakukan advokasi untuk menghindari eskalasi
kekuatan dan tidak bekerjasama dengan
kelompok mana pun yang melakukan
kekerasan.
Keempat pilar ini berdiri saling bergantung dan menjadi sistem nilai yang ditegakkan secara konsisten dalam tindakan seharihari. Artinya, pencapaian satu pilar amat tergantung dari pencapaian ketiga pilar yang
lain.
Contoh, keadilan distribusi kekayaan
bumi tidak mungkin menghasilkan kesepakatan internasional bila tetap ada ketidakadilan distribusi dengan cara melakukan kekerasan dan mengingkari proses-proses politik yang demokratik. Atau, struktur politik
tradisional, yang berbasis pada pantronase
sebagai model pentadbiran internal, tak
mampu melakukan negosiasi internasional
dan pula akan mengalami pengucilan secara
internasional.
Arundhati Roy menjelaskan keterkaitan
antara Demokrasi, Perdamaian dan Tanpa
Kekerasan:
”Where is
oppression, it will
always be
challenged...I don’t
believe that there
can ever be peace
without
justice...The two go
together. And there
can not be peace in
the world with
full-spectrum
dominance.”
(Bila ada tindakan opresif, ini selalu
harus ditantang, saya tidak percaya akan terjadi perdamaian tanpa keadilan. Keduanya
berjalan seiring. Dan, tak akan pernah ada
perdamaian di atas dunia dengan adanya
kaum dominan. Ini pendekatan yang memadukan antara gerakan perdamaian dan
gerakan ekologi).
Kekerasan aparat saat
kejatuhan rezim Suharto
Foto: Achmad Ibrahim/AP
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 94 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 95
metodologi, kaum ini dikaitkan dengan
Anarcho-Syndicalism dan Eco-Anarchism.
Tapi, kelompok ini menolak anarkisme dan
Marxisme sebagai ideologi.
Penolakan pada semua ideologi itu
berkaitan dengan tekanan gerakan ini pada
pendidikan, sertifikasi perdagangan dan
pengawasan pada penggunaan modal alam
dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Mereka menekankan pada kesadaran
ekologi, standar lingkungan hidup, kesehatan
ekologi dan kesehatan lingkungan hidup.
Hal-hal ini ditunjukkan dengan munculnya
ISO 14000, ISO 9000, Natural Step dan
Natural Capitalism. Intinya selalu
mempertanyakan kapital yang dimiliki privat,
apakah kekayaan Anda dibangun dari
perusakan alam? Pada kasus Indonesia,
promosi ekolabel boleh jadi cabang dari
gerakan Syarekat Hijau.
Metodenya adalah fusi organisasi
perdagangan melampaui sindikasi formal
dan aksi-aksi demonstrasi (direct action) serta
gerakan demokrasi di tempat-tempat kerja.
Karenanya gerakan ini memang dekat
dengan Gerakan Hijau, yang bersamanya
mendesakkan agenda perdagangan yang
SYAREKAT HIJAU, GERAKAN
PERDAGANGAN BERKELANJUTAN
bertanggung jawab pada lingkungan.
Gerakannya tak selalu membicarakan halhal besar melainkan memperjuangkan
pekerja-pekerja tradisional, seperti petanipetani organik dan para pengrajin barangbarang tradisional.
Kaum Syarekat Hijau sering dikaitkan
dengan kelompok-kelompok atau gerakan
kembali ke alam, seperti kaum Amish, masyarakat Badui, yang tetap mempertahankan teknologi dan produk-produk
alami. Kelompok masyarakat
seperti tidak berminat mengadopsi teknologi baru dan tidak
berminat jejaring dengan organisasi internasional. Boleh jadi
Kaum Syarikat Hijau lebih dekat
dihubungkan dengan eco-gastronomy movement yang peduli
pada cara-cara berproduksi
yang menjaga modal alam. Kelompok terakhir ini menolak
makanan yang berasal dari industri peternakan, pertanian
dan perikanan. Mereka lebih
suka makan yang bersumber
dan hidup di alam.
GREEN Syndicalism adalah
filsafat Kaum Pedagang Hijau
atau gerakan perdagangan
yang berkelanjutan. Secara
“Jika perdagangan
menjadi tidak punya
simpati moral atau
perilaku yang
terhormat,
maka Tuhan tolonglah
kami semua.”
Pendiri The Body Shop Foundation
Anita Roddick
Sustainabilitas
Pada 1987, Brundtland Report menjelaskan konsep
sustainabilitas sebagai
konsep untuk memenuhi
kebutuhan generasi
sekarang tanpa mengurangi
pemenuhan kebutuhan
generasi masa depan. Ini
mirip pepatah nenek moyang
yang harus menjaga alam
hingga tujuh turunan.
Perkebunan Kaum Amish
di Pennsylvania, AS
Foto-foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 96 MENDEDAH ENVIRONMENTALISME 97
BAGIAN 2
Produksi pangan dunia
melimpah.
Mengapa semakin banyak
orang kelaparan
di mana-mana?
Apa kaitan pangan
dan lingkungan hidup?
PANGAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP
kan kemungkinan adanya ancaman kelaparan akibat kurang pangan. Tapi, itu mengganggu tidur Thomas Robert Malthus. Maka
pada 1798, Malthus dalam tulisannya Essay
on Population berteori, bahwa pertumbuhan
penduduk itu berpola deret ukur, sedangkan
pertumbuhan pangan itu berpola deret
hitung. Karena itu, bakal ada suatu titik: jumlah penduduk dunia lebih besar dari pasokan
pangan. Dan, kelaparan menjadi sebuah
keniscayaan.
Perang Dunia II (1939-1945) menebar
teror. Orang-orang hidup penuh ketakutan.
Ketika perang usai, orang cenderung hidup
damai di rumah. Hasilnya adalah ledakan
penduduk yang amat dahsyat.
Memasuki abad 20, ramalan Malthus
cenderung menjadi kenyataan. Amerika Latin, Afrika, dan Asia menjadi sentra-sentra
kasus kelaparan dan kekurangan gizi, meski
mata pencaharian pokok penduduk di wilayah tersebut adalah pertanian, yang antara
lain menghasilkan pangan. Ketika itu, sementara seseorang menghisap sebatang rokok, maka di suatu tempat lain telah terjadi
100 kematian akibat kelaparan.
Dan kematian bukan menjadi akhir
penderitaan. Kelaparan telah memilin suatu
lingkaran setan menjadi lebih kejam. Kemiskinan menciptakan kelaparan, kelaparan
membentuk manusia yang kurang produktif;
karena itu akan tercipta masyarakat yang
lebih miskin, dan demikian menjadi lebih
lapar.
Pada awal 1970-an telah dilakukan
suatu studi di barak-barak pengungsi yang
menyebar dari Guetemala sampai India, dari Meksiko sampai Palestina. Studi terhadap
500 anak yang cenderung kekurangan gizi
menunjukkan, bahwa 62% anak memiliki IQ
di bawah 80. Sementara itu, studi terhadap
500 anak normal kelas menengah menunjukkan, hanya 1% anak yang memiliki IQ di
bawah 80. Jika dikaitkan dengan kenyataan
kurang gizi yang dialami banyak negara, maka magnitut dampaknya amat masif. Anakanak di bawah usia lima tahun di banyak
negara pada tahun 2000-an telah mengalami kekurangan gizi, misalnya Afganistan
(25%), Somalia (17%), Kamboja (15%), Laos
(15%), Madagaskar (14%), Nigeria (14%),
WILLIAM Godwin dan Antoine
de Condorcet adalah pemikir
optimistik pada jamannya.
Mereka cenderung mengabai-
“Jika kita dapat
menaklukan angkasa
luar, seharusnya kita
dapat menaklukan
kelaparan
anak-anak.”
Buzz Aldrin
Astronot AS
Anak kekurangan gizi, Indonesia
Foto: Dok. WALHI
Anak-anak lapar mencari serangga
untuk dimakan, Sudan
Foto: Dok. WALHI
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 101
Para pemimpin 186 negara
pada World Food Summit 1996
bersepakat akan mengurangi
separuh angka kelaparan dunia
pada 2015. Ini berarti
diperlukan pengurangan 20
juta orang miskin per tahun.
Padahal, sejak pertemuan 1996
itu, angka orang miskin di
dunia hanya berkurang 8 juta
orang.
Fakta
Srilangka (14%), dan Burkina Faso (13%).
Anak-anak Indonesia juga mengalaminya, meski tidak pernah ada data yang transparan. Pemerintah Indonesia tidak pernah
punya kecerdasan pre-emptive. Alih-alih melakukan tindakan penggalangan partisipasi
masyarakat secara masif sebagai respons
kasus kelaparan di banyak daerah; Pemerintah Indonesia malah menyampaikan fatwa
“tidak ada kelaparan, yang ada hanya kasus
gizi buruk”, meski seorang anak di Tangerang harus makan tanah liat untuk mengatasi
rasa laparnya.
Kenyataan kelaparan sempat “menggelisahkan” dunia. Maka pada November
1977 telah diselenggarakan suatu World
Food Conference. Temanya, World Hunger:
Causes and Remedies. Konferensi itu terbilang “sukses”, karena berhasil menelurkan
kesepakatan internasional dan segugus
solusi.
Kelompok kritis justru mengecam konferensi tersebut. Dikatakannya bahwa solusi
yang ditawarkan dalam konferensi amat berbobot teknologi. Lebih menekankan pada
sisi produksi ketimbang soal distribusi pangan yang lebih berkeadilan.
Lebih jauh dikatakannya, bahwa konferensi telah menjadi “pasar induk” untuk memasarkan teknologi pertanian yang menciptakan ketergantungan. Negara industri telah
menjadikan sentra kelaparan sebagai pasar
pangan dan produk industrinya melalui
transaksi-transaksi yang hegemonik.
Kecaman kelompok ini bukan tidak beralasan. Karena mantan Sekretaris Bidang
Pertanian Amerika Serikat ketika itu pernah
berkata: “Jangan pernah ragu untuk membicarakan soal pangan sebagai ‘senjata’
dan sebagai ‘alat’ yang dahsyat dalam perangkat negosiasi”. Bahkan CIA pernah berbisik rahasia, bahwa kelebihan cadangan
pangan Amerika akan menjadikan “Washington...memiliki kekuatan virtual atas hidup dan matinya pihak-pihak yang membutuhkan pangan.” Kemudian terbukti, bahwa pangan telah digunakan sebagai alat
untuk menumpuk keuntungan, alat kontrol
politik dan ekonomi, dan menjadi penjamin
yang efektif untuk menjalankan dominasi atas
sebagian besar dunia.
Anak kekurangan gizi
di dekat sawah penuh
tanaman padi,
Bangladesh
Foto: Dok.WALHI
“Tidak ada
kesalahan
yang lebih
besar
daripada
berdiam diri
di saat kita
mampu
melakukan
sesuatu,
meski kecil.”
Edith Wharton
Novelis pemenang Pulitzer
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 103
ETELAH konferensi pangan itu, terjadi
dua medan pertikaian. Pada satu
sisi, negara industri (yang sekaligus
juga sebagai penghasil pangan
“Kita harus
mengingatkan dan
mengorganisir masyarakat
dunia untuk menekan para
pemimpin dunia agar
mengambil langkah-langkah
spesifik untuk
menyelesaikan dua akar
masalah krisis lingkungan –
ledakan pertumbuhan
populasi dan konsumsi
berlebih pada sumberdaya
alam tak terbarukan.
Konsumsi dan populasi
berlebih ada dibalik setiap
masalah lingkungan yang
kita hadapi
sekarang ini.”
Jika kita tidak bisa menyediakan pangan untuk 6 miliar warga dunia sekarang ini,
lantas bagaimana dengan 8 miliar orang (atau lebih) pada 2030? Banyak ahli
percaya, tekanan populasi ini juga akan menghadirkan hal positif, selain kemiskinan
yang meraja lela. Yaitu, ditemukannya teknologi-teknologi baru, manajemen
lingkungan yang cerdas dan kebijakan-kebijakan yang sensitif sosial. Ketiganya ini
akan menjadi kombinasi yang baik untuk melakukan sebuah revolusi ‘hijau’ baru. Fakta
PERTIKAIAN TEKNOLOGI
S
utama dunia) telah menghegemoni negara
berkem-bang dengan kekuatan pangannya.
Pada saat yang sama, hegemoni itu kian
menguat, karena mereka berhasil menjadikan negara berkembang sebagai pasar
produk industri dan teknologi yang terkait
dengan soal pangan.
Pada sisi lain, terdapat kelompok kritis,
yang pada awalnya hanya bersifat mengecam dan melakukan kampanye-kampanye
peneliti kelautan perlawanan. Namun aksi kelompok ini kemudian memasuki tataran praksis, dengan
menawarkan dan mempraktekkan teknologiteknologi dan pendekatan-pendekatan alternatif.
Jacques-Yves Cousteau
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
Foto: Dok. WALHI
105
pandai besi di Amerika, seperti Charles
Newbold (1979) dan John Deere (1830-an)
berhasil menciptakan alat, yang kelak
menjadi cikal-bakal mesin pertanian. Mesin
penebar benih telah dikembangkan,
melanjutkan temuan petani Inggris Jethro Tull
pada awal 1700-an. Pada akhir 1800-an
mesin-mesin uap mulai digunakan sebagai
penarik bajak pengganti tenaga hewan.
Kehadiran mesin pertanian telah mendorong
manusia untuk mengelola lahan pertanian
yang lebih luas.
Kedua, pada abad 19 muncul penemuan tentang pupuk inorganik yang berkhasiat
untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Justus von Liebeg berhasil membuat pupuk
posfat (TSP: triple super phosphate). Haber
dan Bosch juga berhasil membuat pupuk
urea dari campuran udara dan batubara,
yang sekarang dimodifikasi dengan memanfaatkan gas alam. Aplikasi pupuk inorganik telah memacu pertumbuhan dan
produksi tanaman melampau pertumbuhan
alaminya.
Ketiga, temuan benih unggul yang
dilakukan oleh ahli genetika tanaman
Amerika yang bekerja di CIMMYT (Interna-
“SOLUSI” REVOLUSI HIJAU
tional Wheat and Maize Center) di Meksiko
pada 1943. Hasilnya, pada selang waktu
1947-1967, produktifitas gandum berlipat
tiga kali dan jagung berlipat dua kali.
Merujuk pada kisah sukses tersebut,
Rockefeller Foundation, pendana CIMMYT,
bekerja sama dengan Ford Foundation mendukung pembentukan IRRI (International Rice
Research Institute) di Filipina tahun 1962.
Tujuh tahun kemudian, IRRI berhasil meluncurkan benih-unggul padi.
Hanya dalam kurun waktu tujuh tahun,
areal pertanaman gandum-unggul di negara
berkembang meningkat dari 10,000 hektar
menjadi 17 juta hektar; areal pertanaman
padi-unggul meningkat dari 49,000 hektar
menjadi 16 juta hektar. Perluasan areal pertanaman itu, selain didorong oleh pemerinR EVOLUSI Hijau dibangun dengan
tiga pilar utama. Pertama,
perkembangan mekanisasi pertanian
sejalan dengan revolusi industri. Para
“...jika dulu
setiap usai
panen dapat
membeli sekian
gram emas,
kini tak ada
emas yang
mampu dibeli...
malahan emas
yang ada
justru
tergadaikan
untuk membeli
pupuk”.
“Semakin tinggi sekolah
bukan berarti semakin
menghabiskan makanan
orang lain. Harus semakin
mengenal batas.”
Bumi Manusia
Pramoedya Ananta Toer
Kekeringan di Banten, Jawa Barat
Foto: Imam Sukamto/Gatra
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 107
tah, juga karena terinsentif oleh peningkatan
produktivitas pertanian. Dari sisi ini, fenomena itu mengisyaratkan suatu keberhasilan.
Namun demikian, keberhasilan itu
mengundang kritik yang kian tajam. Pertama, meski berhasil meningkatkan produktivitas dan produksi total pangan, yang menghasilkan kelimpahan pangan; namun hal itu
tidak serta merta menyelesaikan krisis pangan. Kelaparan tetap berlangsung, karena kelimpahan pangan itu tidak bisa diakses
oleh setiap orang.
Manfaat kehadiran teknologi ini hanya
bisa dinikmati oleh para pemilik tanah dan
modal. Sementara para buruh tani tidak serta
merta menikmati peningkatan upah kerja.
Malahan dalam banyak kasus telah terjadi
penyusutan kesempatan kerja pedesaan.
Panen padi sistem babat dengan menggunakan sabit, menggantikan sistem ketam (aniani), telah menyingkirkan tenaga kerja
perempuan. Serapan tenaga kerja dalam
aktivitas panen pun menyusut 50-75%.
Lapangan kerja tumbuk-padi manual juga
menghilang, seiring dengan kehadiran mesin
penggilingan padi.
Kedua, Revolusi Hijau dinilai telah
mengeskalasi tingkat ketergantungan negara
berkembang pada negara industri. Semula
para petani hanya bergantung pada alam
dengan mendayagunakan sumberdaya lokal.
Kini mereka bergantung pada orang lain
untuk pengadaan sarana dan prasarana
produksi: benih, pupuk, pestisida, herbisida,
dan mesin-mesin pertanian. Itu semua meruIndustrialisasi yang pesat di pelbagai negara
pada tahun-tahun terakhir ini menyebabkan
banyak hutan yang dibuka dan diubah fungsinya
menjadi lahan-lahan pertanian. Negara-negara
yang memiliki peringkat tertinggi kehilangan
kawasan hutan antara 1990 hingga 2000
meliputi Brasil, Indonesia, Sudan, Zambia,
Meksiko dan Republik Demokratik Kongo.
Fakta
pakan barang dagangan negara-negara industri. Situasi itu kian diperparah tatkala nilai
tukar produk pertanian terhadap produk perkotaan kian mengecil. Artinya, ketika panen
boleh jadi petani menerima uang dengan
nilai nominal yang lebih besar. Namun kemampuan uang itu untuk dibelanjakan kian
melemah. Perbandingan yang lazim dilakukan oleh petani adalah: “...jika dulu setiap
usai panen dapat membeli sekian gram
emas, kini tak ada emas yang mampu dibeli...malahan emas yang ada justru tergadaikan untuk membeli pupuk”.
Ketiga, produktifitas tinggi yang dicapai
oleh Revolusi Hijau bersifat artifisial. Ia hanya
benar jika ditinjau menurut satuan waktu atau
satuan luas lahan yang diusahakan. Namun
ditinjau dari segi konversi erergi, pertanian
Revolusi Hijau justru lebih tidak efisien
dibanding dengan pertanian tradisional.
Karena, untuk mencapai tingkat produktivitas
dua kali lipat, misalnya, diperlukan input
energi (benih, pupuk, dan pestisida) lebih dari
dua kali lipat dibanding dengan energi yang
dibutuhkan praktek pertanian tradisional.
Pemborosan energi itu, tentu saja, akan menimbulkan dampak lingkungan, yang kini belum diperhitungkan.
Keempat, praktek Revolusi Hijau ternyata
telah mendorong terjadinya krisis lingkungan
yang serius. Pengolahan tanah telah membentuk struktur tanah yang lebih padat, yang
menghalangi infiltrasi air ke dalam tanah.
Karena itu, air tanah yang telah dikuras di
banyak tempat, tidak dapat segera terisiulang. Selain itu, penurunan infiltrasi air itu
akan meningkatkan volume aliran permukaan, yang pada gilirannya dapat menimbulkan erosi tanah.
Residu kimia pertanian telah mencemari
badan sungai serta mengganggu kesehatan
hewan liar pemakan biji-bijian. Pada saat
yang sama pestisida telah turut memusnahkan organisme non-pengganggu-tanaman.
Plasma nutfah lokal juga tergusur dan
menghilang karena petani dipaksa untuk
menggunakan benih-benih eksotik. Kini nyaris mustahil untuk bisa memperoleh benih
padi bengawan, gede, dan padi bulu “primadona-primadona varietas padi lokal pada pertanian masa lalu.
Bibit unggul
Foto: Henry Lopulalan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 108 PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 109
mereka berhasil menerapkan praktek pertanian yang ramah lingkungan. Agroforest,
perladangan gilir balik, dan praktek hidup
eksklusif seperti yang dijalankan Suku Badui
merupakan contoh-contoh yang amat masyhur.
Banyak kalangan berharap, pemenuhan
pangan dengan praktek-praktek indigenus
merupakan praktek pertanian masa depan
yang tentu saja ramah lingkungan. Namun
praktek ini pun ternyata tidak luput dari kritik,
terutama dari sudut pandang lingkungan.
Praktek pertanian indigenus akan ramah
lingkungan jika dan hanya jika memenuhi
tiga prasyarat berikut: (1) Motif produksinya
adalah subsisten; (2) Tekanan penduduk
rendah; dan (3) Kelimpahan sumberdaya (resources endowment) tinggi. Jika salah satu
prasyaratnya tidak terpenuhi, maka
keseimbangan akan bergeser pada titik yang
tidak ramah lingkungan.
Perladangan gilir balik, suatu praktek
yang diterapkan di banyak daerah di Indonesia, semula berdaur 20 tahun. Artinya,
dalam waktu 20 tahun, petani akan kembali
ke tanah bukaan yang sama. Waktu selama
itu cukup untuk memulihkan kesuburan tanah
PRASYARAT KEARIFAN LOKAL
“Alarm
planet kita sudah
berbunyi, ini
waktunya
bangun
dan ambil
tindakan!”
MASYARAKAT adat telah mempelajari perilaku lingkungannya selama puluhan dan bahkan ratusan tahun. Karena itu,
Leonardo DiCaprio
Pemukiman Orang Badui Luar
Foto:
aktor Hollywood
Dok.WALHI
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 110
dan keanekaragaman flora secara alamiah.
Namun saat ini, para petani bukan hanya
butuh makan. Mereka inginkan televisi dan
sepeda motor. Karena itu mereka buka lahan
lebih luas. Tatkala lahan yang tersedia kian
menyusut, karena jumlah keluarga tani kian
banyak, maka siklus pun diperpendek. Kini
perladangan berpindah dengan siklus kurang
dari lima tahun sudah lazim. Bahkan ada
yang mengelola lahan sebanyak dua petak
saja. Tahun ini mengolah lahan yang satu,
tahun berikutnya mengolah lahan sebelahnya
dan memberakan lahan lainnya. Tentu saja
praktek seperti itu secara radikal telah menghilangkan hakekat ramah lingkungan.
Suku Badui Dalam berhasil sampai
sekarang mempertahankan praktek pertanian
ramah lingkungan pada kondisi kelimpahan
sumberdaya yang konstan (areal tidak bertambah). Mereka berkonsentrasi untuk menjalankan pertanian subsisten secara konsisten.
Pada saat yang sama, mereka memiliki
mekanisme internal untuk mempertahankan
tekanan penduduk atas sumberdaya lahannya. Jumlah keluarga di lingkungan Badui
Dalam dipertahankan secara konstan. Setiap
ada kelebihan keluarga atau ada keluarga
yang melakukan kesalahan substantif, maka
selalu ada keluarga yang diekstradisi. Mereka tinggal di koridor permukiman Badui Dalam, yang disebut sebagai Badui Luar dan
Orang Rawayan. Mekanisme tersebut telah
berhasil mempertahankan praktek pertanian
Badui Dalam yang ramah lingkungan. Namun praktek ini secara substantif telah mengekspor persoalan dampak lingkungan ke
wilayah lain.
Perladangan gilir balik, suatu
praktek yang diterapkan di
banyak daerah di Indonesia,
semula berdaur 20 tahun.
Artinya, dalam waktu 20
tahun, petani akan kembali ke
tanah bukaan yang sama.
Waktu selama itu cukup untuk
memulihkan kesuburan tanah
dan keanekaragaman flora
secara alamiah.
Foto: Kemal Jufri/Repro
Orang Badui Dalam
Foto: Dok.WALHI
Perladangan gilir balik Orang Dayak di Kalimantan
Foto: Dok.WALHI
Perempuan Badui hendak ke ladang
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 112
EVOLUSI Hijau dan praktek pertanian selaras alam telah menjadi
pelajaran bagi sebagian orang.
Manusia kian sadar, bahwa praktek
“Penggunaan minyak
tanaman sebagai bahan
bakar mungkin sekarang
ini belum dianggap
penting. Tapi, ada
waktunya minyak tanaman
akan menjadi sama
pentingnya seperti minyak
dan batu bara
sekarang ini.”
Rudolf Diesel
Revolusi Hijau menimbulkan banyak persoalan. Sementara itu praktek pertanian
indigenus yang diaku sebagai ramah
lingkungan pun ternyata mengandung
implikasi ketidak-ramahan.
Situasi itu telah memaksa orang untuk
menemukan pilihan yang lebih cerdas. Pada
saat yang sama lantas tumbuh kesadaran,
bahwa setiap tindakan manusia senantiasa
R
penemu mesin disel, yang
aslinya saat diciptakan
menggunakan bahan bakar
minyak kacang
akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keseimbangan
lingkungan akan selalu bergeser pada titik baru, setiap kali ada intervensi
tindakan manusia atau ada fenomena alam yang mengganggu
keseimbangan semula. Karena itu, muncul ukuran-ukuran penilaian
lingkungan yang lebih praktikal: manfaat dan risiko yang dapat diterima.
Manusia hanya mau memanen manfaat, jika risiko yang melekat padanya
ada pada tataran yang dapat diterima.
Secara prakteknya, manusia menjadi lebih arif antara lain dengan
cara meninggalkan pelbagai dikotomi yang tidak substantif. Tujuan
pelestarian tidak diadu dengan tujuan pemanfaatan, karena keduanya
bisa berimpit pada suatu titik temu. Polarisasi titik pandang antara aktivis
lingkungan dengan para ilmuwan pun mulai mencair. Aktivis lingkungan
tidak secara kukuh hanya bersandar pada tujuan pelestarian. Begitu juga
TEKNOLOGI ALTERNATIF:
Pertemuan akademis dan aktivis
para ilmuwan tidak mati kaku membela Revolusi Hijau. Para
ilmuwan pun segera sadar, bahwa kaidah ilmiah yang dianutnya
pun sebenarnya mengakui adanya prinsip-prinsip kelestarian,
yang selama ini terhegemoni oleh tujuan-tujuan produksi yang
pragmatis.
Penulis dan konsultan kepemimpinan
“Setiap pilihan mendekatkan atau
menjauhkan kita dari sesuatu.
Untuk hidupmu,
mana pilihan yang kamu ambil?”
Eric Allenbaugh
Pasar sekaligus kebun, Bolivia
Foto: Dok. WALHI
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 115
Semua pihak menyodorkan alternatif
teknologi yang tidak eksklusif. Pertanian
organik merupakan teknologi yang banyak
disodorkan oleh aktivis lingkungan. Praktek
ini dijalankan secara masif terutama oleh
petani-petani hortikultura di dataran tinggi
yang tersebar di banyak daerah di Indonesia. Kelompok ilmuwan mulai menyodorkan
alternatif teknologi yang bersifat pro-biotik.
Selanjutnya kedua kelompok secara bersama-sama menyodorkan pilihan pertanian
dengan input eksternal rendah.
Di Denmark, biomassa digunakan sebagai
sumber energi terbarukan. Limbah
pertanian, mulai dari batang tebu sampai
debu beras, digunakan untuk bahan
bakar, atau dijadikan gas untuk
keperluan listrik. Di Brasil, ethanol telah
menggantikan sekitar 220.000 barrel
minyak perhari, dan menghemat
pengeluaran negara sekitar 52 milyar
dollar AS. Investasi industri ethanol
sendiri di Brasil sudah berjalan selama 22
Fakta
“Kunci masalah yang dihadapi
manusia di abad mendatang
adalah bagaimana menghadirkan
kualitas hidup yang lebih baik –
untuk delapan miliar orang atau
lebih – tanpa menghancurkan
lingkungan.”
Edward O. Wilson
Ilmuwan,
penerima
hadiah
Pulitzer
Foto: Dok. WALHI
Energi matahari mulai
banyak digunakan untuk
memperbaiki efisiensi
pemakaian energi.
Foto: Dok. WALHI
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 117
kinkan untuk digunakan sebagai lahan
pertanian. Sisanya, wilayah potensial untuk
pertanian; sebagian sudah dimanfaatkan dan
sebagian lainnya masih merupakan daratan
atau rawa bervegetasi hutan. Namun perluasan pemanfaatan pada wilayah potensial
ini akan bertumbukan dengan dampakdampak deforestasi, yang sudah dirasakan
dalam tiga puluh tahun terakhir ini.
Lagipula perluasan itu tidak dipercaya
akan mampu mengentaskan masyarakat dari
belenggu kemiskinan. Karena kelembagaan
yang berlaku efektif saat ini justru tidak
memihak pada kelompok miskin. Amerika
Selatan, misalnya, 17% pemilik lahan menguasai 90% lahan. Meski situasi di Asia
tidak sedramatik itu, karena penguasaan
lahan relatif lebih merata; namun seperlima
Jejak Langkah
KETIMPANGAN KELEMBAGAAN,
TIDAK MEMIHAK KAUM MISKIN
L
10,9 juta balita
meninggal di
negara-negara
sedang
membangun
setiap tahunnya.
Kurang gizi dan
penyakit yang
berhubungan
dengan kelaparan
jadi penyebab
60% kematian. Fakta
petani terkaya menguasai 3/5 lahan pertanian
yang tersedia. Dengan kata lain, lebih dari
sepertiga petani di Amerika Latin hanya
menguasai 1% lahan; tiga perempat petani
di Afrika hanya menguasai akses terhadap
4% lahan pertanian; dan secara keseluruhan
di dunia, sepertiga dari populasi petani
malah tidak memiliki lahan sama sekali.
UAS daratan di bumi ini sekitar 13.5
miliar hektar. Sebanyak 70% berpegunungan terjal, terlalu kering, atau
terlalu dingin “yang tidak memung-
“Setiap hak
yang
berlebihan
adalah
penindasan.”
Pramoedya Ananta Toer
Riau
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
Foto: Greenpeace Indonesia
119
patan dan kemampuan untuk membangun
sistem irigasi. Sementara itu, negara
berkem-bang banyak bersentuhan dengan
iklim yang ekstrem. Hanya seperdelapan
lahan perta-niannya yang beririgasi, dan
sebagian besar tersebar di Asia; dan hanya
separuhnya yang teririgasi secara efisien.
Soal akses pada lahan dan air ternyata
akan menajamkan polarisasi kaya-miskin.
Secara kuantum kelompok kaya menguasai
sebagian besar lahan pertanian, dan meninggalkan kelompok mayoritas miskin
mengeroyok lahan pertanian yang jauh lebih
sempit. Lahan yang dikuasai oleh kelompok
kaya adalah lahan-lahan bermutu, sementara lahan yang dikuasai oleh kelompok
miskin adalah lahan marjinal.
Kondisi struktural seperti itu, tidak
memungkinkan kelompok miskin bermutasi
menjadi berkecukupan. Mereka akan akrab
dengan persoalan kelaparan. Jumlah mereka akan semakin besar, karena ditambah
dengan hasil proses pemiskinan pada sebaKofi Annan
AKSES PADA LAHAN DAN AIR
Foto: Dok. Walhi
S
EBAGIAN besar negara maju dikaruniai iklim yang ramah dan curah
hujan yang cukup. Jika iklimnya terlalu kering, mereka punya kesem-
“Ketika saya keliling dunia,
orang pikir satu-satunya
tempat yang berpotensi
konflik dalam soal air
adalah Timur Tengah. Tapi,
mereka benar-benar salah.
Kita menghadapi masalah
air di seluruh dunia.”
Sekarang ini, ada 31 negara, terhitung
kurang dari 8% populasi dunia,
mengalami kondisi kekurangan air
bersih yang sangat parah. Beberapa
negara yang mengalami masalah air
tersebut sampai 25 tahun mendatang
antara lain: Ethiopia, India, Kenya, Nigeria dan Peru. Negara-negara besar,
macam China, malah sudah
menghadapi masalah air yang sangat
kronis sekarang ini. Fakta
gian kelompok kaya. Tingkat kemiskinannya
pun akan memburuk, mengikuti hukum
lingkaran tak berujung pangkal (kausasi
sirkular) seperti yang diungkapkan oleh
Gunnar Myrdal.
Foto: Dok.WALHI
Sumur, Burkina Faso Sekjen PBB
Sawah kering
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 121
an. Tidak seperti air yang mengalir dari dataran tinggi ke dataran yang lebih rendah.
Dalam soal ini berlaku norma “tidak ada
makan siang gratis”.
Artinya, tidak tersedia mekanisme kepedulian sosial yang organik yang mampu
melakukan redistribusi kecukupan pangan
secara lebih berkeadilan. Pada saat yang
sama, pemerintah tidak tergerak untuk
mengembangkan kebijakan yang afirmatif,
yang secara substansial mampu mengentaskan kelompok miskin dari skandal kelaparan.
“Kebebasan
hanya bisa
dicapai ketika
dominasi
ekonomi atas
rakyat diakhiri.”
Distribusi Pangan Yang Tidak Adil T
IDAK ada hukum ekonomi yang
mengatakan, bahwa pangan akan
mengalir otomatis dari daerah
berkelebihan ke daerah berkekurangErnesto Che Guevara
Orang-orang di negara maju rata-rata minum air 10 kali lebih
banyak ketimbang orang-orang negara sedang membangun.
Diperkirakan, rata-rata orang di negara maju menggunakan
500-800 liter air per hari (300 m3 per tahun). Bandingkan
dengan penggunaan air di negara berkembang: 60-150 liter
per hari (20m3 per tahun). Fakta
Tragedi Sudan
Foto: Time
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 123
MITOS DAN REALITAS
TENTANG PANGAN
MITOS 1
TIDAK CUKUP PANGAN
UNTUK SEMUA
Cadangan pangan itu sangat berlimpah untuk memasok kebutuhan pangan sebanyak 3,500 kalori/orang/
hari. Bahkan cukup untuk membuat
setiap orang menjadi gembrot. Cadangan itu bahkan cukup tersedia di
beberapa negara yang dikenal sebagai
sentra kelaparan, atau berposisi sebagai net-exporter pangan dan komoditi
pertanian lainnya. Persoalan sesungguhnya adalah banyak orang yang
terlalu miskin untuk membeli pangan
yang berlimpah itu.
MITOS 2
KELAPARAN KARENA ALAM
Banyak kasus kelaparan terjadi dalam
lingkungan alam yang ekstrem, seperti
kemarau panjang. Tapi, bukan kemarau itu
yang membuat kelaparan karena kemarau
yang sama ternyata tidak membuat penduduk daerah lain menjadi lapar.
Sungguh terlalu serampangan menyalahkan alam (bencana alam) sebagai penyebab kelaparan. Penyebab sesungguhnya
adalah kemiskinan, yang membuat penduduk
di daerah rawan pangan tidak punya pilihan
untuk bertempat tinggal di tempat lain.
Mereka termarjinalkan dan terdesak ke
wilayah-wilayah ekstrem yang rawan
bencana.
MITOS 3
TERLALU BANYAK MANUSIA
Kepadatan penduduk bukan faktor
utama penyebab kelaparan. Kosta
Rika, yang rata-rata penguasaan lahan
pertaniannya hanya separuh dari Honduras, justru memiliki taraf kehidupan
yang lebih baik. Rata-rata harapan hidup penduduknya 11 tahun lebih panjang dibanding dengan Honduras,
bahkan hampir setara dengan harapan
hidup penduduk di negara maju.
Laju pertambahan penduduk yang
tinggi dan kelaparan ditemukan secara
endemik pada negara-negara yang
memberikan akses penduduk yang relatif buruk terhadap soal-soal pemilikan lahan, pelayanan kesehatan, pendidikan, dan jaminan hari tua. Kasus-
“Bumi ini cukup untuk
memenuhi kebutuhan
semua orang, tapi tidak
cukup untuk satu orang
serakah.”
pemimpin spiritual India
Mohandas K. Gandhi
Fakta
Setiap 5 detik, 1
anak meninggal
karena lapar
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 125
MITOS 6
MEMERLUKAN SKALA USAHA BESAR
Kian besar skala usaha pertanian tidak
selalu kian produktif. Dalam praktek, malah
sebaliknya. Petani yang menguasai lahan lebih sempit, justru mampu mencapai produktivitas empat sampai lima kali lipat per satuan
luasnya, karena mereka mengelola lahan
secara lebih intensif dan terintegrasi. Kasus
di Brasil, tatkala dilakukan redistribusi
penguasaan lahan dengan luasan yang lebih
sempit, justru telah meningkatkan hasil
sebanyak 80%.
MITOS 7
PASAR BEBAS
AKAN AKHIRI KELAPARAN
Sekarang terdapat formula ekonomi, bahwa efisiensi pasar akan tercipta
dalam suatu pasar bebas. Kompetisi
sempurna akan tumbuh. Intervensi pemerintah hanya akan membuat ekonomi menjadi sakit.
Itu hanya benar jika semua pelaku
punya kesempatan dan kemampuan
yang sama. Nyatanya semua kesamaan itu hanya sebuah ilusi. Dunia justru
penuh dengan ketimpangan. Karena
itu, pasar bebas tidak akan mengakhiri
kelaparan. Privatisasi juga akan memperburuk ketimpangan. Skandal kelaparan butuh penanganan bijaksana,
yang memungkinkan kelompok miskin
mampu bangkit memberdayakan dirinya sendiri.
MITOS 8
PERDAGANGAN BEBAS
ADALAH JAWABAN
Brasil mampu menggenjot ekspor kedele
untuk menjadi pakan ternak di Jepang dan
Eropa. Tapi pada saat yang sama, masalah
kelaparan telah mengancam sepertiga sampai dua-pertiga penduduk Brasil. Mereka terlalu miskin untuk dapat membeli pangan
yang diproduksi di tanah airnya sendiri. Perdagangan bebas hanya akan mensejahterakan kelompok yang memiliki kesiapan dan
kemampuan untuk berkompetisi. Dan tidak
ada logika yang membenarkan orang lumpuh akan memenangkan lomba lari melawan
atlet profesional.
MITOS 9
TERLALU LAPAR UNTUK
MEMPERJUANGKAN HAK
Orang lapar harus didorong untuk
memperjuangkan hak-haknya. Jika tidak, hanya sebagian kecil saja yang
akan bertahan hidup. Petani lapar di
Meksiko dan India mampu berjuang
untuk itu. Jika kesadaran itu tidak tumbuh di kalangan mereka, harus ada
pihak yang menyadarkan dan menunjukkan jalur yang benar bagi kehidupan mereka. Semua pihak harus sadar,
bahwa kelaparan bukanlah takdir,
melainkan skandal.
MITOS 10
BANTUAN LUAR NEGERI AKAN
AKHIRI KELAPARAN
Memang tersedia bantuan langsung unkasus Cina, Srilangka, dan Kolombia
(yang sukses menurunkan laju pertambahan penduduknya) menunjukkan,
bahwa kemiskinan perlu diperbaiki
terlebih dahulu sebelum mereka memutuskan untuk memiliki jumlah anak
lebih sedikit.
MITOS 4
LINGKUNGAN VS PANGAN
Adalah benar bahwa krisis lingkungan
akan mempengaruhi upaya-upaya penyediaan pangan. Namun upaya penyediaan pangan tidak berkorelasi positif dengan perusakan lingkungan. Krisis lingkungan justru
terjadi pada aktifitas korporasi yang melakukan pembalakan kayu atau mengubah
hutan menjadi kawasan perkebunan.
Para petani organik di Amerika dan negara maju lain menunjukkan, bahwa pengadaan pangan bisa sangat ramah lingkungan.
Kuba pun mampu bangkit dari krisis pangan
melalui aktivitas pertanian yang mandiri dan
berkelanjutan, dengan mengurangi input
pertanian kimiawi yang merusak lingkungan.
MITOS 5
REVOLUSI HIJAU SEBAGAI JAWABAN
Adalah benar bahwa Revolusi Hijau telah mampu melipatgandakan
produksi pangan. Namun hal itu tidak
mampu menyingkirkan kelaparan, karena tatanan yang tercipta justru makin
memusatkan penguasaan kekuatan
produktif pada tangan-tangan yang
kian jauh dari kelompok miskin.
tuk mengatasi kelangkaan pangan, termasuk
bantuan kemanusiaan ketika ada bencana.
Tetapi bantuan itu hanya untuk mengatasi
rasa lapar sesaat. Kerangka global bantuan
(pinjaman) justru tidak berperspektif memberdayakan. Malahan Susan George menggambarkan secara satirik, bahwa bantuan
pangan itu cenderung menjadi “senjata”
(ketimbang sebagai bantuan) yang dilakukan
Si Kenyang untuk menghegemoni Si Lapar.
MITOS 11
DIUNTUNGKAN OLEH KEMISKINAN
Tidak ada orang kaya yang bisa
diuntungkan oleh kemiskinan. Kemanfaatan hanya bisa diambil jika
masyarakat memiliki daya-beli yang
tinggi, yang akan mendorong terjadinya transaksi dan pertukaran di pasar.
Transaksi dan pertukaran yang adil
itulah sebenarnya yang mampu memberikan keuntungan.
MITOS 12
KEBIRI KEBEBASAN UNTUK
MENGAKHIRI KELAPARAN
Tidak ada alasan teoritikal maupun
praktikal yang membenarkan bahwa pembebasan akan mengganggu upaya-upaya penanggulangan kelaparan. Ketika masyarakat
melakukan aksi menuntut hak-hak aksesnya,
mereka tidak berhenti berproduksi dan tidak
merusak asset produktif untuk memproduksi
pangan. Pembebasan justru harus dimaknai
sebagai upaya mematahkan pelbagai ketidakadilan, yang menjadi penyebab utama
kelaparan selama ini.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 126 PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 127
KEMANA KEANEKARAGAMAN
PANGAN KAMI?
B
AYANGKAN mangga - ada
mangga “endog”, bentuknya sedikit
lonjong bulat seperti telur, kulitnya
juga hijau muda nyaris putih jika
masih mentah, kala matang akan berubah
orangye menyala - harus matang benar baru
manis. Jika tidak, aduh... asam rasanya.
Mangga “talijiwo” sering juga disebut
mangga “kodok”. Bentuknya memang sedikit
mirip kodok, warna kulitnya hijau tua dan
rasanya agak gurih sejak masih muda. Ketika
matang, warna kulitnya hanya bertambah tua
- hijau tua sekali. Entah mengapa dinamakan “talijiwo”, mungkin karena bentuknya juga mirip hati, tempat di mana jiwa tertambat.
Satu yang aku sangat suka adalah
mangga “santok-magetan”. Bentuknya memanjang, ujungnya sedikit terjungkit “seksi’,
tak terlalu besar dan punya aroma yang
sangat khas.. Sayang, sekarang sulit dicari,
hampir tak bisa ditemui di pasar ataupun di
supermarket.
Demikian pula sawo. Ada sawo kecik,
bentuk tajuknya mirip pohon cemara -
mengerucut ke atas, rapi jail. Kini, banyak
dijadikan pohon landscape tapi orang tak
makan buahnya. Padahal, enak. Buahnya
lonjong-lonjong berwarna merah tua, berkulit
tipis seperti anggur. Bila disobek, mengeFoto:
lupas dia. Bagian dalamnya mirip ubi jalar
Dok.WALHI
Sawo
Juwet Ungu
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto-foto: Dok.WALHI
129
kuning yang sudah direbus, rasanya manis.
Pohon lain yang satu famili dengan sawo
kecik dan manilo adalah “sekar tanjung”.
Bunganya mirip betul dengan bunga sawo
kecik. Juga baunya, harum yang “sedep”
kata orang Jawa. Tidak menusuk hidung
namun menembus kalbu, membawa
ketenangan. Mungkin itu sebabnya pelataran
kraton selalu banyak ditanami sawo kecik.
Banyak sekali keragaman buah asli Indonesia. Misalnya saja, juwet ungu dan juwet
putih. keduanya agak “sepet” enak untuk
campuran rujak. Masih ada lagi buah
kecapi, buah sirsak, dan beraneka ragam
pisang (pisang emas, susu, raja, raja sereh,
kepok, kepok pipit, ambon, tanduk, dan
masih banyak lagi). Demikian juga, jambu,
baik jambu biji maupun jambu air, memiliki
keragaman yang tinggi.
Tapi cobalah ke pasar, kita akan sulit
mendapatkan sebagian besar dari buahbuahan di atas. Tanpa kita sadari, kita
menggadai memori sejarah yang kita miliki,
tentang budaya yang mengalir dalam darah
dan DNA kita.
Hilangnya buah-buahan tersebut
bukanlah hal yang sederhana. Itu menandai
matinya sebagian dari kultur kita, kultur,
Jawa, Sunda, dan kebudayaan lainnya yang
ada di Nusantara. Kematian yang sepi,
tanpa ada yang menangisi, bahkan hanya
sedikit saja yang menyadarinya.
Jika merenungi ini, terasa menghunjam
benar kata-kata bernas Gabriel Howearth,
seorang pecinta keanekaragaman hayati
Hilangnya buahbuahan tersebut
bukanlah hal yang sederhana. Itu
menandai matinya
sebagian dari kultur
kita, kultur, Jawa, Sunda, dan kebudayaan lainnya yang ada di Nusantara. Kematian
yang sepi, tanpa ada yang menangisi, bahkan hanya sedikit saja yang menyadarinya.
yang berjuang untuk menjaga kelangsungan
benih-benih asli. Begini katanya “Saya
tertarik pada kebudayaan yang hampir
musnah. Kemusnahan ini biasanya akan
diikuti oleh hilangnya sejumlah tanaman.
Ada roh yang unik dalam makanan yang
dimakan oleh orang-orang ini yang unik
bagi kebudayaan mereka, dan bila Anda
dapat menanamkan kembali kesadaran
dengan menyebarkan kembali kebiasaan
mengkonsumsi makanan itu ke dalam
masyarakat mainstream, maka roh pangan
itu akan dapat hidup terus”. (Chandra Kirana
,
baca sekaralas.blogspot.com)
Kaum
Environmentalis
percaya,
pengrusakan
hutan
secara tak
terkendali
menyebabkan
hancurnya
Foto: Dok. WALHI
seluruh
ekosistem.
Jika tidak
dihentikan,
hutan akan
menjadi
pegunungan
tandus atau
gurun pasir.
Bukti ada di
depan mata!
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 130 131
TANTANGAN
BAGI ENVIRONMENTALIS
P
Foto: Henry Lopulalan
Nasib anak bangsa
Selanjutnya, Environmentalis sejati perlu
memahami implikasi-implikasi sebagai
berikut: Pertama, ketika perdebatan serba
teknologi berlangsung, Environmentalis perlu
mengambil sikap yang adil. Boleh jadi,
teknologi itu tidak ada yang seratus persen
baik. Kita membayangkan, bahwa pertanian
organik itu lebih ramah lingkungan
dibanding dengan pertanian konvensional.
Itu benar! Tapi peneliti di Inggris
menemukan fakta, bahwa membeli pangan
lokal yang dihasilkan dengan teknologi
konvensional, akan memberikan dampak
positif lebih besar dibanding dengan
membeli pangan organik yang diproduksi
di tempat lain.
Kedua, kita membayangkan bahwa
kelangkaan pangan telah menyebabkan
kelaparan. dunia masa kini justru sedang
kelimpahan pangan. Itu telah mendorong
harga pangan lebih rendah dan dengan
demikian menekan pendapatan sektor
pedesaan. Kelimpahan pangan juga telah
kalinya dalam sejarah (meningkat sekitar 9% dari tahun sebelumnya). Pada
saat yang sama, jumlah kelaparan juga mencapai titik tertinggi sejak 1970.
Kelaparan sekarang telah membunuh lima juta anak-anak setiap tahun.
Sebuah paradoks alam nyata.
ARA environmentalis harus menyadari, bahwa memproduksi pangan itu
satu soal, dan mendistribusikannya secara adil kepada seluruh masyarakat
adalah soal lain. Keduanya sama-sama penting. Pada 2004, produksi
pangan dunia berhasil menembus angka dua miliar ton untuk pertama-
“Kau pribumi
terpelajar! Kalau
mereka itu,
pribumi itu, tidak
terpelajar, kau
harus bikin
mereka jadi
terpelajar. Kau
harus, harus,
harus bicara pada
mereka, dengan
bahasa yang
mereka tahu.”
Pramoedya Ananta Toer
“Satu hal yang
paling penting,
jangan berhenti
bertanya.”
Albert Einstein
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 133
mendorong praktek dumping: negara
produsen pangan menjual pangan dengan
harga lebih rendah dibanding dengan biaya
produksinya.
Ketiga, kelebihan produksi pangan
utama merupakan faktor utama yang
mendorong rendahnya tingkat pendapatan
pedesaan, dan dengan demikian
menciptakan kemiskinan pedesaan.
Kemiskinan pedesaan akan mendorong
terciptanya kemiskinan perkotaan, karena di
perkotaan terjadi kelebihan pasokan tenaga
kerja yang lari dari sektor pertanian.
Jadi, para Environmentalis dapat
berinisiatif untuk mendorong bangsa ini
memilih cara terbaik untuk mengatasi
persoalan pangan dan kemiskinan. Pilihan
itu bisa berupa replikasi dari praktek negara
lain. Tapi, bisa juga hasil inovasi di dalam
negeri. Bukankah Kuba juga menemukan
jurus jitu yang mirip dengan “berdikari” yang
Foto: YC Kurniantoro
Lapar mempengaruhi kelahiran.
Setiap tahun, ada 17 juta anak yang
lahir kurang bobot karena ibu mereka
kurang gizi.
Fakta
pernah jadi slogan Indonesia? Produksilah
apa yang akan kita makan dan kita
butuhkan, dengan cara dan arah yang kita
inginkan, menggunakan modal kita sendiri!
Produksilah apa
yang akan kita
makan dan kita
butuhkan, dengan cara dan
arah yang kita inginkan, menggunakan modal
kita sendiri!
“Minatku
pada masa depan
karena aku
akan menghabiskan
sisa hidupku di sana
1876-1958, inovator di Amerika
Charles F. Kattering
PANGAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 135
BAGIAN 3
Lingkungan rusak menyebabkan
kemiskinan atau kemiskinan
yang mengakibatkan
kerusakan lingkungan hidup?
Kemiskinan menjadi tema sentral
dalam penyelamatan
lingkungan hidup di dunia.
KEMISKINAN
DAN LINGKUNGAN HIDUP
berikut: Pertama, mengurangi tingkat pengangguran dari 9.5% (2003) menjadi 6.7%
(2009). Kedua, menurunkan tingkat kemiskinan dari 16.6% (2003) menjadi 8.2%
(2009). Ketiga, meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dari 4.5% (2003) menjadi 7.2%
(2009).
Sementara itu, angka kemiskinan berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada
2005 sudah mencapai 28.8% dari jumlah
penduduk Indonesia. Nilai aktual itu sudah
mencapai tiga kali lipat dari dokumen rencana. Sementara itu, jumlah pengangguran
pada 2005 mencapai 10.84% dari jumlah
angkatan kerja, jauh lebih buruk dari angka
dalam dokumen rencana. Dan angka itu
pasti kian memburuk akibat kenaikan harga
BBM pada akhir 2005, yang akan disusul
dengan kenaikan harga jasa layanan umum
lainnya pada 2006 ini.
“Aku tidak
mengerti keadaan
di Indonesia ini.
Ada orang yang
sudah sepuluh
tahun jadi tukang
becak. Tidak
meningkat-ningkat.
Seorang tukang
cukur bercerita
bahwa dia sudah
20 tahun bekerja
sebagai tukang
cukur.
Penghasilannya
hampir tetap saja.
Bagaimana ini?”
Catatan Harian 6 Juni 1969
DOKUMEN Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (2004-
2009) mencatat tiga sasaran pembangunan bidang ekonomi sebagai
Memburu teroris lebih penting Ahmad Wahib
daripada mengatasi kelaparan
Foto: Rendra Pradana/AP-PHOTO/Tempo
Foto: Henry Lopulalan
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 139
Dalam situasi seperti itu,
nurani pemerintah belum
tersentuh. Pemerintah
(sekurang-kurangnya selama
dua periode kepresidenan
terakhir) lebih asyik memburu
teror, yang foto pelakunya
dipasang dalam pamfletpamflet seperti dalam film cowboy era 1970-an. Perhatian
pemerintah justru berpaling
dari teror yang lebih masif:
kemiskinan yang amat
menggigit masyarakat,
kerusakan sumberdaya alam
yang berpotensi untuk kian
memiskinkan, dan kian
merosotnya daya beli
masyarakat.
Aktivis HAM dan penulis
Foto: Dok.WALHI
Eldridge Clever
“Jika Anda
bukan
bagian dari solusi, maka
Anda
bagian
dari
masalah.”
tas, jika nasib negara bangsa Indonesia diserahkan bulat-bulat pada pasar, apa yang
akan terjadi? Jawabannya: negara bangsa
ini akan ambruk, seperti rumah kardus diterpa angin puting beliung. Argumennya bisa
dilacak pada konsep sewa tanah (land-rent),
yang melekat dalam paham ekonomi konvensional.
Setiap sektor ekonomi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar nilai
sewa tanah pada ruang tertentu. Perniagaan
merupakan sektor ekonomi yang mampu
membayar sewa tanah paling tinggi. Karena
itu, sektor inilah yang mampu hadir di tengah
perkotaan. Sedangkan sektor lainnya akan
bergeser menjauhi pusat kota. Jika diurutkan
sektor ekonomi berdasarkan kemampuan
membayar sewa tanah, dimulai dari yang
paling kuat, maka akan diperoleh urutan
sebagai berikut: perniagaan, perkantoran,
industri, perumahan, pertanian intensif,
pertanian ekstensif, dan kehutanan.
Seseorang yang menanam kangkung
dalam sebidang tanah di pusat kota, pasti
akan dibilang gila. Karena secara obyektif,
dia berkesempatan untuk memperoleh hasil
yang lebih tinggi jika menyewakan tanah
Pemimpin Gereja Katolik
“PASAR ITU BAIK”
J
ARGON pembangunan ekonomi
konvensional yang kerap didengungkan, antara lain “pasar itu baik” dan
“intervensi pemerintah itu buruk”. Lantersebut untuk kegiatan lain seperti pertokoan
atau perkantoran. Bahkan permukiman elit
di tengah kota pun, seperti di lingkungan
Menteng dan Kebayoran Baru di Jakarta
atau komplek Dago di Bandung, tidak
mampu menangkal alih fungsi ruang dari
permukiman menjadi ruang niaga.
Fenomena itu dapat dilacak pada sejarah
pertumbuhan kota mana pun di Indonesia,
dari kota-kota metropolitan sampai dengan
kota-kota kecil.
Dalam konsep tersebut, tidak ada
fungsi ruang yang permanen. Sektor yang
“Masyarakat modern tidak akan
menemukan solusi
atas problem
ekologi, jika tidak
melihat secara
serius gaya hidup
mereka.
Paus Johanes Paulus II
Henry Lopulalan
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 143
lebih kuat akan mendominasi sektor yang
lebih lemah. Perniagaan dan perkantoran
akan membentuk mega-blok di pusat kota.
Industri dan perumahan akan mendepak sektor pertanian jauh ke luar kota. Selanjutnya
aktifitas pertanian mulai merambah kawasan-kawasan hutan. Maka proses deforestasi
pun terjadi sebagai sebuah keniscayaan
mekanisme pasar.
Karena itu, sungguh jenaka jika pemerintah, yang amat patuh pada ekonomi pasar, menghujat perambahan hutan sebagai
sebuah kejahatan. Sebab jika masyarakat
cukup cerdas, sebenarnya mereka bisa bilang: “Maaf, tuan pemerintah, ini hanya sebuah mekanisme pasar.” Dan masyarakat
pun bisa kembalikan hal itu pada jargon
bahwa “pasar itu baik.”
Mekanisme di atas, akan menimbulkan
Penjualan kopi ‘Fairtrade’ di Inggris meningkat 50% per tahunnya. Aslinya,
perdagangan alternatif hanya memperdagangkan produksi pangan, tapi
sekarang ini meluas hingga ke pakaian dan perabot rumah tangga.
Perdagangan alternatif sekarang ini mengalami pertumbuhan yang
menggembirakan. Banyak produknya tersedia di toko-toko besar dan supermarket di negara-negara Barat. Di Indonesia, beberapa kelompok komunitas
petani di Bali telah bekerja sama dan mendapatkan sertifikasi dari The Fair
Trade Foundation.
Fakta
akan pergi ke kota, karena kota memberikan
kesempatan ekonomi yang lebih baik. Karena itu, yang tertinggal di desa adalah sumberdaya yang bermutu lebih rendah.
Ketiga, akan terjadi ketidak-pastian
fungsi ruang, karena setiap saat akan terjadi
alih-fungsi ruang. Sektor perkotaan leluasa
merancang masa depannya, karena mereka
memiliki daya beli yang jauh lebih tinggi.
Mereka hanya punya satu cara untuk hidup:
ekspansi! Sementara itu pelaku pertanian,
tidak ada yang merasa pasti untuk tinggal
dan melakukan aktifitas ekonomi di suatu
kawasan. Setiap saat mereka harus tersingkir
jauh ke luar kota.
Jika proses di atas dibiarkan secara liar,
maka akan terjadi proses keruntuhan. Pertumbuhan kota pada akhirnya akan menghasilkan degradasi lingkungan yang akan diakhiri dengan bencana-bencana, karena
aktifitas manusia di atasnya sudah melampaui daya-dukungnya. Bencana lingkungan
itu dapat berupa polusi udara, pencemaran
badan sungai, infiltrasi air laut, pencemaran
air tanah, tanah longsor, banjir, dan sebagainya “yang kini sudah menjadi cerita nyata
sehari-hari. Suatu ketika akan terjadi subsidens (tanah ambles) atau tanah longsor yang
amat luas di perkotaan maupun di pedesaan, karena air tanah terpompa secara berlebihan tanpa ada kesempatan pengisianulang yang memadai melalui infiltrasi air
hujan.
Skenario keruntuhan lainnya berdimensi
ekonomi. Kini kota masih mampu memerah
manfaat dari desa, karena desa masih
memiliki daya beli. Tapi suatu ketika, daya
beli masyarakat pedesaan akan merosot ke
titik nol. Jika itu terjadi, maka akan terjadi
perangkap permintaan (demand trap), yang
secara langsung akan meruntuhkan roda
ekonomi.
dampak-dampak yang sangat masif. Pertama, ukuran suatu kota akan kian membesar. Dulu ada empat kota bertetangga:
Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi. Keempatnya merupakan entitas kota yang mandiri. Namun karena masing-masing kota
membesarkan ukurannya, maka keempatnya
menyatu menjadi sebuah mega-kota Jabotabek.
Teori ekonomi spasial menyebutkan,
ada ukuran maksimum sebuah kota. Jika
ukuran maksimum itu dilampaui, maka akan
terjadi sejumlah ketidak-efisienan, antara lain
yang disebabkan oleh kemacetan lalu-lintas
dan meningkatnya biaya transportasi.
Kedua, akan terjadi proses pencucian
sumberdaya pedesaan (backwash-effect).
Sumberdaya manusia bermutu tinggi akan
mengalir ke kota. Sarjana dan wirausahawan
Henry Lopulalan
Para pencari kerja
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 144 KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 145
motif pembangunan. Jika industri maju, maka negara ini akan aman, karena industri
mampu menyediakan lapangan kerja bagi
seluruh warga negara.
Ini hanya sebuah mitos. Sektor industri
(perbankan) yang justru menyedot dana bantuan pemerintah agar kehidupan bank bisa
bertahan. Kemudian pada masa krisis moneter tahun 1997, industri merupakan sektor
yang langsung ambruk.
Namun bagi pemerintah, ini sudah menjadi sebuah ideologi. Sayangnya, ideologi
ini dianut oleh bangsa yang tidak memiliki
kepercayaan diri. Indonesia hanya yakin industrinya bisa kompetitif jika dan hanya jika
upah buruh ditekan serendah mungkin. Karena upah rendah itu merupakan satu-satunya
keunggulan komparatif bangsa ini. Dengan
kata lain, kemiskinan buruh itu merupakan
modal bangsa untuk membangun sebuah
industri.
Ideologi itu tercermin pada soal politik
beras, yang amat mewakili seluruh politik
ekonomi nasional. Pemerintah berusaha keras agar harga jual beras itu dapat ditekan
serendah mungkin. Karena dengan harga
beras yang rendah, maka kesejahteraan relaMantan Presiden Republik Indonesia
“Kita ini celaka. 70 persen
tanah air kita laut, tetapi
garam saja impor. Kalau
bodoh sih gak apa-apa,
tapi kalau disengaja kok
bodoh. Saya tahu impor
setiap satu ton dapat 10
dolar. Jadi impor itu
hanya menguntungkan
yang impor saja.”
GAYA PEMBANGUNAN Tak berubah S
EJAK masa Orde Baru sampai sekarang, mazhab pembangunan sebenarnya tidak berubah. Pemerintah percaya bahwa industri merupakan lokotif masyarakat bawah akan terdongkrak. Untuk itu pemerintah menyajikan data bahwa
sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah net consumers dan bukan net producers beras. Namun tidak pernah menjadi
wacana yang mengemuka: Mengapa harga
eceran beras di Thailand (sebagai pengekspor utama beras ke Indonesia) lebih tinggi
dibanding dengan harga eceran beras di
Indonesia? Tidak juga pernah dipersoalkan:
Apakah harga internasional beras itu
Abdurrahman Wahid
Henry Lopulalan
Berebut beras, 2007
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 147
merupakan harga normal atau harga dumping?
Setiap argumentasi pemerintah pembelaan yang militan pada sektor industri dan
pedagang. Sementara itu, dalam sebuah
survei independen di Garut ketika terjadi kelangkaan pupuk pada bulan Desember 2005
ini, penulis menemukan argumentasi heroik
para petani. Semua petani menyatakan:
“Biarkan pupuk
tidak perlu
disubsidi, karena
subsidi hanya
menguntungkan Fakta
Tiga dari lima orang
di wilayah pedesaan
masih sulit
mengakses sanitasi
yang lebih baik dan
30% kesulitan untuk
mendapatkan air
bersih.
para pedagang
oportunis. Kami
mampu beli pupuk
Rp 1,500/kg
(catatan: dari
harga eceran
tertinggi Rp 1,050/
kg), asal beras
kami dibeli dengan
harga normal.
Biarkan semua
pelaku usaha
memperoleh
untung dengan
cara terangterangan, tidak
usah sembunyisembunyi
menimbun
barang”.
“Ketika
memakan
buah,
selalulah
ingat pada
siapa yang
menanam
pohonnya.”
Pepatah Vietnam
Petani di Boyolali,
Jawa Tengah
Foto: Dok. Tempo
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 148
penyanyi
kutnya (pertanian intensif, pertanian ekstensif,
dan kehutanan) disebut sebagai wilayah penunjang (hinterland), yang secara sederhana
dikenal sebagai desa. Sejak pada tataran
teori, konsep tersebut sudah mengandung
arogansi perkotaan. Karena eksistensi desa
hanya sebagai pelayan kota.
Selanjutnya pemerintah membangun
infrastruktur ekonomi agar bisnis perkotaan
berjalan lancar. Infrastruktur pedesaan hanya
diperbaiki dalam rangka melancarkan proses
pengadaan bahan baku untuk industri atau
bahan-bahan konsumsi lainnya yang dibutuhkan masyarakat kota.
Untuk membangun perkotaan, pemerintah meloloskan semua cara, termasuk kooptasi sektor-sektor pertanian. Contoh terbaik
adalah pertumbuhan kota-kota di pantai
utara Jawa Barat dan Banten. Bekasi, misalnya, dibangun di atas sawah beririgasi teknis.
Saluran irigasi primer (Kali Malang) pun kehilangan fungsi-dasarnya. Kini bukan lagi sebagai saluran irigasi, melainkan sebagai saluran pemasok air-baku untuk kebutuhan bersih penduduk kota.
Urbanisasi, yang implikasi logis dari
kebijakan pembangunan yang bersifat kota
sentris, dianggap sebagai pengganggu.
Maka Jakarta melakukan aktivitas pengusiran
bagi pendatang haram yang tidak memiliki
KOTA SENTRIS
kartu penduduk Jakarta.
Kebijakan yang kota sentris masih akan
memanen dampak negatif yang akan membebani kota. Kuba pada masa pra-revolusi
(1959) pernah memiliki distribusi penduduk
yang memusat di Havana dan perkotaan
lainnya (72%). Yang tinggal di desa hanya
28%. Padahal pada tahun 1956, jumlah
penduduk pedesaan mencapai 56%. Itu menimbulkan segudang kesulitan terhadap
ekonomi Kuba.
Kota-kota di Indonesia pun akan (sedang) menuai beragam kesulitan: kemacetan
lalu lintas, ketidak-teraturan, peningkatan kriminalitas, krisis air, krisis sampah, dan sangat mungkin adalah amuk massa. Itu semua pintu gerbang chaos, yang bila tidak
direspons secara bijaksana, benar-benar
akan meletupkan huru-hara yang liar.
R
UANG yang diisi sektor perniagaan,
perkantoran, industri, dan perumahan dikenal sebagai kota (pusat pertumbuhan). Sedangkan ruang beriAlex Suban
Fakta
Pertumbuhan populasi yang cepat
dapat memaksa petani dan nelayan
melakukan eksploitasi ekosistem. Itu
juga akan menaikkan tekanan pada
infrastruktur dan layanan publik. Itu
akan mempercepat angka urbanisasi,
yang kerap kali memunculkan
perumahan yang berbahaya, padat,
dan tak terencana, dengan sanitasi
yang buruk, kekurangan air bersih,
dan udara yang tercemar.
“Harus seterkenal
apa kamu sebelum
sebuah kota dapat
mengenalimu?”
Martha Reeves
Operasi pemeriksaan KTP di Jakarta
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 151
ngunan, tidak banyak bergeser dari masa
Orde Baru. Pembangunan disusun berdasarkan “mimpi” para elit (eksekutif dan legislatif).
Praktek desentralisasi dan otonomi daerah juga tidak merubah struktur elitis. Yang
bergeser hanya pelakunya. Jika pada masa
Orde Baru, yang berperan adalah elit Pusat;
maka sekarang adalah elit pusat dan daerah. Masyarakat “diberi kesempatan” untuk
berteriak secara lantang di depan pagarpagar tinggi kantor pemerintah.
Ada sedikit perubahan
eufimistik dalam proses
perencanaan pembangunan. Jika
dahulu melulu “dari atas”, kini
ditumbuhkan proses “dari bawah”.
Tapi proses itu amat verbal dan
artifisial. Rencana pembangunan
diusulkan “dari bawah” oleh orangorang yang belum siap memahami
“kebutuhan masyarakat”. Karena
itu, hasilnya adalah layanan
pembangunan yang tidak
menyentuh kebutuhan masyarakat.
PEMBANGUNAN = “MIMPI” PARA ELIT
Foto: YC. Kurniantoro
R
EFORMASI di Indonesia menghasilkan keterbukaan dan penajaman pertikaian kelompok kepentingan. Tapi
soal perumusan kebijakan pemba- “Kota ini
seperti ini
karena
warganya
seperti
itu.”
Plato
Ricuh anggota DPR Filsuf Yunani
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 153
Foto-Foto: Henry Lopulalan
Kemiskinan
rupanya eksotis
dan dapat
memunculkan
peluang usaha baru:
wisata kemiskinan!...
(Pelabuhan
Sunda Kelapa, 2007)
KEMISKINAN
28.8% dari jumlah penduduk Indonesia,
maka realitasnya boleh jadi dua kali lipat
dari angka tersebut. Artinya, angka itu
menunjukkan kemiskinan absolut menurut
kriteria pemerintah. Sementara itu, orangorang yang tidak memiliki daya beli yang
cukup, namun mereka tidak masuk dalam
kategori miskin, berjumlah jauh di atas angka
itu. Mereka tidak akan mampu mengakses
layanan pendidikan, kesehatan, dan jaminan
hari tua yang layak –menurut standar
kepatutan manusiawi. Jika tesis itu bisa
diterima, maka kemiskinan itu soal sebagian
besar penduduk Indonesia.
Kemiskinan di Indonesia bisa
bersumber pada hal-hal struktural
maupun kultural. Karena itu,
pengentasan kemiskinan pun perlu
didekati sesuai dengan sumbersumber kemiskinannya.
Memberikan sebidang tanah pada
orang yang memiliki kemiskinan
kultural, tidak akan membuat orang
itu berdaya. Namun sangat
mungkin, masyarakat miskin itu
memiliki persoalan keduanya. KEMISKINAN di Indonesia harus
dipahami dalam tataran realitas.
Jika data statistik menyebutkan
kemiskinan pada 2005 sebesar
“…
ada kata baru kapitalis,
baru? Ah tidak, tidak
sudah lama kita dihisap
bukan kata baru, bukan
kita dibayar murah
sudah lama, sudah
lama…”
Wiji Thukul
Bukan Kata Baru Fakta
Lebih dari separuh
perempuan hamil
tidak dapat mencukupi
kebutuhan zat besi.
Setiap hari, ada 300
anak meninggal pada
saat dilahirkan.
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 155
aset produktif;
● Penyumbatan akses masyarakat pada
informasi dan modal;
● Penyumbatan akses kaum perempuan
pada layanan kredit perbankan; dan
● Nilai tukar komoditi pertanian yang
kian merosot.
Selain itu, fragmentasi lahan juga menjadi faktor percepatan kemiskinan di pedesaan. Seorang ustadz di pesantren ternama di
Cianjur mengatakan: “Kakek saya punya lahan 10 hektar, hidup kami berkecukupan.
Dari tanah tersebut, bapak saya memperoleh
warisan 1.2 hektar, dan selanjutnya mewariskan kepada saya lahan seluas 0.15 hektar.
Sungguh sulit hidup dengan mengandalkan
hasil pertanian dari lahan sesempit itu.”
Fakta
Dunia memproduksi cukup
pangan untuk setiap orang.
Tapi, lebih dari 800 juta
orang berada dalam
kelaparan yang sangat
kronis.
“Harus hati-hati, banyak orang kita yang miskin, karena mereka tidak ingin kaya.” Peringatan senada diungkapkan pula oleh ustadz di Pesantren Cibadak Sukabumi pada
1981, ketika berlangsung proses fasilitasi
pemberdayaan koperasi pondok pesantren.
Peringatan itu senada dengan pandangan David McClelland, bahwa tiap kelompok
masyarakat itu memiliki virus n-Ach (kebutuhan untuk berprestasi dan maju) yang berbeda.
Bangsa Jepang dikatakan memiliki keinginan
untuk maju yang amat kuat. Sebaliknya,
bangsa-bangsa terjajah boleh jadi tidak pernah punya keinginan untuk merdeka. Karena
itu mereka terjajah dalam jangka waktu yang
amat panjang.
Indikasi adanya persoalan kultural, pernah terjadi di Sukabumi pada awal 1980-
an. Di sana banyak tersedia lahan tidur (HGU
terlantar) yang digarap oleh para petani
secara “liar”. Agar tidak terjadi konflik terbuka, dan didorong untuk lebih mensejahterakan masyarakat, pemerintah menyelenggarakan proyek sertifikasi tanah (PRONA). Masyarakat pun, yang semula adalah penggarap
liar, berubah menjadi pemilik yang memegang sertifikat hak milik. Segera setelah sertifikat diterima, terjadi proses perpindahan
pemilikan. Masyarakat menjual sebagian
Fakta
HIV dan kelaparan
bekerja tandem.
Malnutrisi
mempercepat
perkembangan HIV.
HIV memperburuk
malnutrisi.
KEMISKINAN STRUKTURAL KEMISKINAN Kultural
tanahnya. Sebagian digunakan untuk membangun rumah, membeli motor, atau menjadi modal untuk pergi ke Saudi Arabia.
Aspek kultural seperti itu, dalam bidang
ekonomi disebut sebagai rasionalitas terbatas (bounded rationality). Rasionalitas seperti
ini pernah dibongkar dalam proses pemberdayaan masyarakat Krui pada 1990-an.
Ketika itu, masyarakat melakukan pemanenan damar dengan siklus yang amat pendek,
karena didesak kebutuhan ekonomi. Mutu
panen damar pun rendah, yang tentu saja
memiliki harga jual yang rendah pula. “Cepat panen, karena butuh uang segera,” itulah bounded rationality. Konsep yang benar
adalah: panen pada saat yang tepat, agar
diperoleh mutu damar yang bagus, sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Melalui
pencerahan, masyarakat ternyata bisa
menjadi rasional!
DALAM kesempatan proses adaptasi
teknologi tepat-guna tahun 1978 di
Pesantren Pabelan, Muntilan, seorang ustadz memperingatkan:
ASALAH struktural yang lazim
menjadi sumber kemiskinan
masyarakat antara lain adalah: M ● Ketimpangan distribusi
Proses pemiskinan
struktural itu akan berjalan
cepat. Jika tidak ada proses
innovatif, yang secara
langsung dapat membuka
lapangan kerja baru di
pedesaan, maka kemiskinan
akan benar-benar melekat
pada bangsa Indonesia.
Tanah semakin sempit karena dibagi-bagi
sebagai warisan
Foto-Foto: Dok. Walhi
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 156 KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 157
secara sistematik. Berikut beberapa contoh
yang substansial. Pertama, pemerintah melakukan dukungan penuh untuk mengembangkan sektor pertanian, yang menjadi basis
pemberdayaan ekonomi pedesaan, antara
lain melalui hal-hal berikut:
Karena pertanian di desa, dituntut untuk
menghasilkan produk bermutu, maka pemerintah mengembangkan benih dan bibit
tanaman unggul, yang semuanya dilakukan
melalui pemuliaan tanaman di dalam negeri. Bibit buah-buahan bermutu tinggi dibagikan menggantikan buah-buahan yang
ada. Namun tanaman bermutu rendah milik
petani tadi tidak dimusnahkan, melainkan
dikoleksi dalam suatu bank plasma nutfah.
Hasilnya bahkan dirasakan oleh petani Indonesia. Buah apa pun yang bermutu baik,
pasti diberi label “Bangkok” oleh petani.
Untuk meningkatkan daya beli petani,
pemerintah membeli seluruh beras produksi
petani dengan harga tinggi (sekitar Rp 3,750/
kg). Kemudian, beras dipasarkan dengan
harga eceran sekitar Rp 4,500/kg. Dengan
cara itu, petani memperoleh insentif produksi. Karena itu, produksi beras Thailand
selalu berlimpah. Dan limpahan produksi
THAILAND: PENATAAN EVOLUTIF T HAILAND secara bertahap dan konsisten melakukan langkah-langkah
afirmatif. Persoalan ekonomi perkotaan dan pedesaan diselesaikan
Foto: Dok. WALHI
Jambu Bangkok
Pedagang perahu
terapung mendapat
dukungan modal dari
pemerintah
Foto: Dok. WALHI
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 159
itulah yang dijual dengan ‘harga murah’ di
Indonesia “yang merangsang Bulog untuk
menjadi tengkulak ketimbang menjalankan
fungsi sejati sebagai lembaga penyangga.
Kedua, sektor informal memperoleh
ruang hidup dan ruang usaha yang patut di
perkotaan, tanpa mengganggu aktifitas
sektor formal:
Jalan-jalan utama di pusat kota, difungsikan untuk menjadi pedagang kaki lima
mulai pukul 19.00-24.00. Setiap pukul18.00
toko-toko bersiap-siap untuk tutup, dan pedagang kaki lima bersiap-siap untuk menata
dagangannya. Pada pukul 24.00 aktivitas
pedagang kaki lima berakhir. Begitu pedagang sudah membereskan kios-kiosnya, petugas kebersihan kota mulai bekerja.
Dengan demikian, ketika pagi hari toko-toko
mulai buka secara normal, karena jalanan
sudah bersih kembali.
Sektor informal memperoleh tempat
yang patut dalam komplek perdagangan
formal. Gerai makanan dijumpai di setiap
mal, dan mereka dapat berjualan dengan
menawarkan harga yang tergolong murah.
Tukang pijat refleksi dapat membuka gerainya di pusat-pusat pertokoan, beberapa di
antaranya berkombinasi dengan tukang cukur. Cerukan kecil di trotoar dialokasikan untuk pedagang kaki lima. Jumlahnya tidak
boleh bertambah. Dan mereka hanya boleh
berjualan dengan meminimalkan jumlah
sampah buangan, misalnya kelapa muda
dijajakan dalam keadaan telah terkupas
sabutnya.
Ketiga, penataan lingkungan dilakukan
secara fasilitatif. Seperti di Jakarta, bantaran
sungai di Bangkok juga digunakan sebagai
areal permukiman. Ekstremnya, perumahan
itu didisain untuk menggunakan jalan raya
dan sungai sebagai jalan aksesnya. Adalah
benar bahwa pemerintah memasang ramburambu “dilarang buang sampah” di
sepanjang sungai; namun pada saat yang
sama pemerintah juga menyediakan instalasi
air bersih, septik-tank kolektif, dan tempat
sampah. Penduduk terlayani dengan baik,
sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk
membuang kotoran dan sampah ke badan
sungai.
Pekerja wisata dan
wisatawan di Bangkok
Memperoleh ruang hidup yang patut di kota
Foto:
Rakyat kecil tak terlupakan
Dok. WALHI
Foto-foto: Dok. WALHI
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 161
Keempat, perguruan tinggi tidak dibiarkan menjadi rumah hantu atau menara gading. Perguruan
tinggi difungsikan secara efektif sebagai “innovation
center”. Semua pihak akan datang ke perguruan
tinggi jika butuh informasi inovatif, karena mereka
punya informasi yang sangat baik.
Banyak aspek lainnya yang ditangani secara cerdas. Itu semua didukung dengan upaya yang masif
dalam soal pembentukan karakter bangsa. Kesakralan puri kerajaan, yang berlokasi di bantaran sungai, dimanfaatkan sebagai “alasan” bagi masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai secara keseluruhan. Pada beberapa wilayah, masyarakat menganggap tabu untuk menangkap ikan patin di sungai,
karena mereka berkeyakinan bahwa jika ikan patin
dibiarkan hidup di sungai, maka akan memberikan
berkah bagi kehidupan ekonomi masyarakat (catatan:
dan berkah itu memang efektif, karena ikan patin di
sungai pun bisa menjadi atraksi wisata bagi para
turis). Dalam soal meningkatkan kedisiplinan dan
rasa hormat pada kebersihan, semua orang di perkotaan akan bilang “kami mungkin belum sebaik
Singapura, tapi kami sedang menuju ke sana”. Di
setiap tempat publik, akan dijumpai petunjuk: mana
tempat masuk dan mana tempat keluar, sehingga
secara otomatis orang akan antri dan tidak berdesakdesakan.
Kebijakan sektoral maupun regional dirancang
secara cerdas, sehingga tidak ada suatu kebijaksanaan yang mengkanibal kebijakan lain. Suatu sektor mendukung sektor lainnya, dan suatu wilayah
mendukung wilayah lainnya. Semua itu bukan kejadian kebetulan, melainkan hasil suatu rancangan
yang sistematik. Untuk itulah gunanya pemerintah.
"Kami
mungkin
belum sebaik
Singapura,
tapi kami
sedang
menuju
ke sana."
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 162 KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 163
pestisida serta separuh pasokan minyaknya.
Situasi bertambah buruk, karena Amerika
melakukan embargo ekonomi. Tahun 1992,
Aturan Torricelli disetujui, yang intinya melakukan blokade pengapalan pangan dan
obat-obatan oleh cabang perusahaan-perusahaan Amerika di luar negeri. Tahun 1996,
keluar Akta Helms-Burton yang melarang
investasi luar negeri di Kuba.
Situasi itu membuat Kuba melakukan
perlawanan. Ketika Kuba didera dengan tingkat inflasi produk pangan dan pertanian yang
mencapai 1000%, pemerintah menggalang
kekuatan dalam negeri (ilmuwan, LSM, dan
masyarakat) untuk menyiapkan dasar-dasar
perombakan radikal sistem perekonomiannya yang berbasis pada sektor pertanian.
Komponen revolusi pertanian itu antara lain
adalah sebagai berikut:
Menerapkan sistem produksi “konsumsi
sendiri”. Petani di pedesaan maupun perkotaan didorong untuk melakukan aktifitas produksi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pangan diproduksi di pedesaan, sedangkan
perkotaan memproduksi hortikultura.
Untuk merespons perubahan status hak
garap atas lahan yang semula dikuasai peKUBA: REVOLUSI YANG SUKSES
KETIKA hubungan dagang dengan
blok sosialis (COMECON) ambruk
pada tahun 1990, Kuba kehilangan
80% pasokan impor pupuk dan
Foto: Dok. WALHI
“Jika kamu
mengubah
cara
berpikir,
maka kamu
dapat mengubah
hidupmu"
Filsuf dan psikolog
William James
Foto: Dok. WALHI
Kebun sayur di Kuba Petani Santa Domingo
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 165
merintah, diintroduksikan lembaga koperasi
yang dibentuk secara partisipatif. Kerja lembaga ini, selain melakukan kegiatan koordinasi produksi, juga untuk meredam guncangan sosial akibat merosotnya produksi
pertanian, termasuk gula. Produksi gula semula mencapai 7.8 juta ton (1983), turun
menjadi 7 juta ton (1992) dan 4.2 juta ton
(1993).
Memecah unit
produksi menjadi unitunit yang lebih kecil.
Petani diberi hak garap
atas lahan-lahan yang
dikuasai oleh
tikultura, maka pertanian pedesaan lebih
berkonsentrasi pada produksi pangan.
Melakukan penguatan kelembagaan.
Praktek menunjukkan bahwa petani yang
bekerja pada lahan garapnya sendiri serta
kerja kolektif, telah mendukung kesuksesan
penerapan pertanian yang sejalan dengan
agro-ekologi.
Mendorong pertanian pedesaan untuk
berinteraksi dengan sistem-pasar. Harga pasar produk di sistem-pasar ternyata bisa lebih
bagus dibanding dengan harga yang ditawarkan di pasar pemerintah.
pemerintah. Sejumlah
lahan diserahkan
pengelolaannya kepada
satu kelompok petani,
yang terdiri dari 4-5
orang untuk menggarap
lahan sekitar 13.4 hektar
yang diikat dengan
aturan main yang jelas. Melakukan debirokratisasi pemasaran.
Produk bisa dijual langsung ke pasar tanpa
harus melewati otoritas pemerintah seperti
yang dijalankan selama ini. Dalam kegiatan
ini dilibatkan suatu koperasi, yang menangani masalah transportasi produk. Dengan jalan ini, produk pertanian lebih cepat sampai
ke pasar di kota-kota dibanding sebelumnya.
Melakukan liberalisasi pasar produk
pertanian. “Pasar bebas” ternyata mampu
‘membentuk’ harga lebih bagus dibanding
dengan pasar yang dikontrol pemerintah.
Pemerintah juga memperkenankan petani
menjual dengan harga berapa pun yang bisa
diterima oleh pasar.
Untuk mendukung komponen revolusi
pertanian, pemerintah Kuba melakukan reformasi pertanian pedesaan sebagai berikut:
Melakukan penguatan wilayah pedesaan sesuai dengan kondisi agro-ekologinya.
Pada awalnya, interpretasi pola pertanian
sejalan dengan agro-ekologi adalah menerapkan teknologi input rendah, kemudian
menjadi proses minimisasi ketergantungan
pada input eksternal. Komponen reformasi
pertanian ini antara lain adalah: (i) Melakukan daur-ulang biomas di ladang; (ii) Meningkatkan kandungan bahan organik tanah
dalam rangka meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki kondisi biologi tanah;
(iii) Menjalankan konservasi tanah dan air;
(iv) Melakukan tumpang-sari, termasuk
mengintegrasikan usaha ternak dengan budidaya tanaman; dan (v) Memperkaya keanekaragaman-hayati.
Karena pertanian perkotaan sudah
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi horFoto: Dok. WALHI Foto: Dok. WALHI
Pertanian urban organik di Havana, Kuba
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 166 KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 167
TANTANGAN BAGI ENVIRONMENTALIS
orang jatuh miskin, kemudian tidak bersedia
untuk mencoba bangkit atau dia tidak melihat cara untuk bangkit padahal secara obyektif bisa bangkit; itu adalah persoalan kultural.
Namun jika dia berusaha bangkit, tapi secara obyektif tidak ada cara masuk akal yang
memungkinkan dia bisa bangkit; maka itu
adalah persoalan struktural.
Memahami soal itu
menjadi prasyarat bagi
seorang Environmentalis
agar mampu
mendiagnosis persoalan
kemiskinan secara cerdas.
Dan dengan demikian,
mempunyai kesempatan
yang baik untuk
memfasilitasi masyarakat
secara benar. Contoh
kisah sukses negara lain
perlu untuk studi
komparatif, siapa tahu
ada yang bisa ditiru
sesuai dengan kebutuhan
negeri kita sendiri.
“Kalau kamu
sangat
terganggu
dengan
ketidakadilan,
maka kamu
kawan
sejatiku.
P
ARA Environmentalis perlu memahami
bahwa kemiskinan bukan soal takdir
dan ketidak-berdayaan individual. Itu
soal struktural dan kultural. Jika seErnesto Che Guevara
“Jika kamu
tidak dapat
memberi
makan seribu
orang, lantas
berilah makan
seorang
saja.”
Ibu Teresa
Foto: Dok. WALHI
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 169
belenggu kultural dan struktural. Pada saat
yang sama, masyarakat akan mampu bersaing dengan “produk impor” meski secara
obyektif tidak memiliki keunggulan komparatif.
Di pasar buah-buahan, misalnya, dijumpai jeruk Medan dan jeruk impor. Ditinjau dari sudut tampilan dan rasa, jeruk
Medan kalah bersaing dibanding dengan
jeruk impor. Bahkan jika harganya hanya
60% dibanding dengan jeruk impor, jeruk
Medan tetap akan jadi pilihan kedua. Berbeda soalnya jika bangsa sudah memutuskan
[Foto-foto: starbuck.jpg dan warkop.jpg]
(Fotoi-foto: Henry Lopulalan)
MENEMUKAN IDENTITAS KEBANGSAAN
secara emosional, bahwa mengkonsumsi
produk dalam negeri itu merupakan “sumbangan ekonomi” yang luar biasa; maka
jeruk Medan akan laku. Selanjutnya, karena
produknya laku di pasaran, maka akan
tumbuh kesempatan petani untuk memperbaiki mutunya.
Environmentalis harus tampil di depan
untuk berkampanye membentuk karakter bangsa. Jika sekarang kita bisa memilih untuk
minum kopi di kafe tertentu yang lebih peduli
lingkungan –meski harganya lebih tinggi;
mengapa kita tidak bisa menjadi konsumen
produk petani sendiri, meski mutunya sedikit
lebih buruk dibanding dengan standar yang
beredar di pasar? Pendekatan ini merupakan satu-satunya pilihan yang benar, karena
menangkal produk impor (dengan tarif ataupun non tarif) tidak dibenarkan lagi.
“Pandanglah lingkungan
sebagai bagian dari diri
sendiri. Jika lingkungan
sakit, maka kita juga akan
sakit. Bila lingkungan rusak,
kita akan hancur.”
Metro TV, 12 Maret 2007
K ARAKTER yang kuat, amat dibutuhkan untuk membangun bangsa.
Masyarakat harus punya virus n Ach
yang tinggi agar mampu keluar dari
Rieke Dyah-Pitaloka,
Foto-Foto: Henry Lopulalan
Bersantai di kedai kopi Amerika
Warung kopi di bawah
jembatan penyebrangan
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 171
Makin Terang Bagi Kami
MEMELIHARA FORUM CERDAS
I
LMU manajemen-bisnis modern mengingatkan: agar suatu bisnis bisa berkelanjutan, maka power itu harus berimbang
dengan social responsibility. Power menggambarkan pemupukan keuntungan –yang
setiap usaha untuk memenuhinya merupakan
assertiveness yang tinggi, sedang social responsibility menggambarkan mekanisme
redistribusi manfaat bagi masyarakat –yang
setiap usaha untuk meloloskannya merupakan
cooperativeness yang tinggi. Pedesaan dan
perkotaan akan berjuang untuk mencapai
hal tersebut secara berimbang. Karena itu,
cara terbaik bagi keduanya adalah melakukan kolaborasi.
Kerja kolaboratif itu tidak akan muncul
dengan sendirinya, karena kerakusan pasar
lazimnya memiliki pengaruh yang amat kuat.
Karena itu, para Environmentalis harus mampu memfasilitasi tersedianya forum dialog
yang cerdas yang melibatkan banyak pihak.
Forum tersebut mampu menyampaikan
pandangan kritis dan solusi-solusi terbaik,
meski solusi tersebut harus diterima secara
pahit.
“…tempat
pertemuan
kami sempit
tapi pikiran ini
makin luas
makin terang
bagi kami
kegelapan
disibak
tukarpikiran…”
Wiji Thukul
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Dok. WALHI
173
ADA saat ini, ekonomi Indonesia
menganut sistem yang mengecoh.
Pedagang dari pedesaan banyak yang
mampu berjualan di kota, karena
”...Ayah hanya punya kelas,
tetapi tidak punya kehormatan.
Kenapa ayah berhak mendapatkan
kemewahan
yang sekarang ayah miliki ini?
Hasil dari bekerja? Bekerja apa?
Apakah produksi dan jasa
seorang birokrat
yang korupsi?…”
PENCIPTAAN EKONOMI
YANG TIDAK MENGECOH
P
untuk pergi-pulangnya bisa menyelundup
menumpang kereta api secara gelap. Jika
harus membayar ongkos angkut, maka
berjualan di kota menjadi tidak rasional.
Pengusaha fotokopi di kota bisa menawarkan
harga murah, karena dia mencuri sebagian
besar konsumsi listriknya. Selama ini,
pemerintah membiarkan hal tersebut.
Sehingga praktek yang terjadi di masyarakat,
sama sekali tidak menggambarkan sinyal
yang benar tentang nilai ekonomi suatu
aktivitas.
Haji Ahmad menjadi pedagang pengumpul ikan di Cirata. Dia menjualnya ke
Muara Karang, dan barang-jualannya diterima oleh Haji Hasan. Di sini terlibat tiga
pelaku: petani ikan, Haji Ahmad, dan Haji
Hasan. Risiko bisnis yang terbesar adalah
petani ikan, tapi mereka menerima marjin
paling rendah. Sementara itu, Haji Hasan
sama sekali tidak memiliki resiko bisnis, tapi
justru dialah yang menjadi penentu harga
dan dengan demikian menerima marjin
terbesar. Jika rangkaian transaksi bisnis itu
terjadi, bukan berarti bahwa setiap pihak
itu menerima situasi berkeadilan. Itu tidak
benar. Petani ikan maupun Haji Ahmad, terpaksa menerima hal tersebut sebab mereka
tidak punya pilihan lain. Lagi-lagi ini adalah
ekonomi yang mengecoh.
Para Environmentalis perlu
mendorong semua pihak, agar
ekonomi berjalan secara transparan dan benar. Kenapa fotokopi (dengan listrik curian) harus bertarif Rp 150/lembar, jika
bisnis jujur harus mematok tarif
Rp 200/lembar? Kenapa konsumen harus menerima harga beras murah, jika harga murah itu
harus dibayar dengan penderiFoto:
taan petani produsen?
Henry Lopulalan
Rendra
Sajak Potret Keluarga
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 175
Persoalan desa merupakan akar persoalan krisis
perkotaan. Karena itu, perbaikan pedesaan akan
mengurangi persoalan perkotaan. Jika desa makmur,
urbanisasi akan tertekan.
Para Environmentalis perlu mendorong jiwa
kepemimpinan dan wirausaha pedesaan. Sehingga
masyarakat desa mampu menemukan modus bisnis
yang selaras dengan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia setempat.
Pada saat yang sama, perlu dilakukan kampanye
simpatik kepada semua pihak, agar mereka
mendukung upaya-upaya afirmatif untuk
memakmurkan desa. Tapi hendaknya tidak perlu
berhenti, jika pihak-pihak tersebut ternyata tidak
memiliki perhatian yang wajar terhadap soal ini.
Hanya para Environmentalis sajalah yang punya
kesempatan yang lebih baik untuk memahami
persoalan kemiskinan secara realistik.
“Matahari
tidak lupa
pada desa
hanya karena
ia kecil.”
PEMBARUAN DESA
Foto: Dok.WALHI
Pribahasa Afrika
KEMISKINAN DAN LINGKUNGAN HIDUP 177
BAGIAN 4
Puncak produksi minyak bumi
telah terlewati.
Kita hidup pada jaman
pasca adiksi minyak bumi.
Bagaimana kita
melanjutkah kehidupan
di bumi?
ENERGI
DAN LINGKUNGAN HIDUP
KECENDERUNGAN ENERGI DUNIA
“Aku akan
menaruh
uangku
pada energi
matahari.
Sebuah sumber
energi yang
luar biasa!
Saya harap kita
tidak perlu
menunggu
sampai minyak
dan batubara
habis.”
E
NERGI dunia terutama dipasok dari
batubara sebelum 1965. Tapi, pola
konsumsi kemudian beralih ke minyak.
Perkembangan konsumsi minyak dunia
Thomas Edison
1847–1931
amat mencengangkan. Pada 1950 baru
mencapai 500 juta ton, dan selama 50 tahun
berikutnya, konsumsi minyak meningkat
sebanyak 2,500 juta ton menjadi 3,000 juta
ton (2000). Namun dalam lima tahun
kemudian (2005), meningkat sebanyak 1,000
juta ton menjadi 4,000 juta ton.
Sumber pasokan energi dunia pada
2002 adalah: minyak (35.0%), batubara
(23.5%), gas (21.2%), nuklir (6.8%), dan
energi terbarukan (13.5%). Berdasarkan
sumber pasokannya, energi terbarukan itu
adalah biomas (10.8%), hidro (2.2%), dan
lainnya (0.5%). Sementara itu, sumber energi
untuk pembangkit tenaga listrik dunia pada
2002 adalah batubara (39.1%), gas (19.1%),
"Perhatikan
gambar…buldozerlah
dan bukan bom atom
yang dapat digelari
sebagai penemuan
paling menghancurkan
di abad 20 ini.”
New York Times
Philip Shabecoff,
Reaktor nuklir
Foto: Dok. Greenpeace
Tambang batubara
Foto: Dok. Greenpeace
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 181
nuklir (16.6%), minyak (7.2%), dan energi
terbarukan (18%).
Kuantum maupun laju pertumbuhan
konsumsi energi itu amat mengerikan,
apalagi ditambah dengan kebangkitan
ekonomi Cina bangkit tidak terbayangkan.
Konsumsi Cina melaju: baja 26%, beras
32%, kapas 37%, dan semen 47%. Bila
pada 1990 Cina masih swasembada
minyak, maka pada 2005 dengan konsumsi
sudah mencapai 3.2 juta barrel per hari,
Cina melejit menjadi importir minyak bumi
Fakta
Pada 1997, setiap warga
Amerika rata-rata
mengonsumsi 12.133 kilowattjam listrik, hampir 9 kali lebih
tinggi ketimbang rata-rata
penduduk dunia.
Orang-orang di negara maju ratarata minum air 10 kali lebih banyak
ketimbang orang-orang negara
sedang membangun. Diperkirakan,
rata-rata orang di negara maju
menggunakan 500-800 liter air per
hari (300 m3 per tahun). Bandingkan
dengan penggunaan air di negara
sedang membangun: 60-150 liter
per hari (20m3 per tahun).
Fakta
kedua setelah Amerika.
Cina tidak sendirian. Karena ekonomi
India juga sedang menggeliat. Keduanya
adalah juara dalam soal jumlah penduduk
di dunia. Konsumsi minyak India saat ini,
dua kali lipat dibanding 1992. Cina dan
India kini dikenal pula sebagai konsumen
batubara utama di dunia. Batubara
digunakan untuk memasok dua-pertiga
kebutuhan energi di Cina dan memasok
kebutuhan energi di India. Untuk memenuhi
kebutuhan energinya, kini Cina dan India
secara agresif menjalin hubungan dengan
pemasok minyak baru, dari Venezuela dan
Siberia sampai ke Sudan. Bahkan junta
militer Myanmar pun di ekatinya, meski Barat
menjauhinya.
Konsumsi minyak dunia akan meningkat
dari posisi sekarang sebesar 85 juta barrel
menjadi 200 juta barrel per hari. Itu artinya,
dunia hanya akan mampu memasok minyak
sampai 2050 saja. Suatu krisis energi yang
tak terelakkan. Minyak mulai menjadi barang
langka. Maka patutlah bila Presiden Bolivia
terpilih, Evo Morales, dengan gagah bisa
menuntut: “Perbaiki kontrak bagi hasil eksploitasi minyak di Bolivia, kalau tidak, silakan angkat kaki dan biarkan kami garap
sendiri!” Tuntutan itu ternyata dikabulkan para
kontraktor asing; karena mereka me-nyadari
bahwa minyak sudah mulai langka.
Tambang Uranium
Foto: Dok. Greenpeace
Foto: Henry Lopulalan
Presiden Bolivia Evo Morales
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 182 ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 183
telah mendorong dua tren global, khususnya
di negara-negara barat. Pertama, negaranegara maju memperoleh alasan baru untuk
menghegemoni negara berkembang, yaitu
minyak. Maka selama era 1990-an telah
terjadi banyak pertikaian yang disebabkan
oleh perebutan sumberdaya, termasuk
minyak bumi. Pada peristiwa itu, sebanyak
lima juta orang terbunuh, dan 17-21 juta
orang tersingkirkan ke barak-barak pengungsian. Sekitar 25% dari 50-an peperangan yang berlangsung pada masa itu,
ternyata berakar pada soal pencaplokan
ENERGI TERBARUKAN
P
ADA era 1970-an, negara-negara
pengekspor minyak (OPEC) melakukan
embargo minyak ke negara-negara
John Lennon barat. Dunia berguncang. Kejadian itu
“Hidup adalah apa yang terjadi pada dunia sekarang ini, sementara
kamu sibuk membuat
rencana-rencana lain.”
sumberdaya alam seperti batu mulia, kayu,
dan minyak. Dan semua peperangan itu
terjadi di negara miskin. Namun para elit
dan negara kaya justru memperoleh untung,
sedangkan rakyat miskin kian menderita.
Kedua, barat mulai melakukan perburuan energi terbarukan, sebagai alternatif
energi fosil (minyak dan batubara). Sejak
1970-an berlangsung riset sangat intensif,
terutama menyangkut: energi surya, energi
angin, energi pasang surut dan gelombang
air laut, serta biogas.
Selain itu, penelitian untuk menemukan
energi non-konvensional menjadi sangat
melebar, memasuki wilayah yang sebelumnya masih dalam tataran teoritik. Memecah
hidrogren dari air, energi berbasis bioteknologi, eksplorasi energi kinetik, dan peningkatan efisiensi energi listrik.
Riset-riset seperti itu tampaknya tidak didorong berdasarkan pertimbangan lingkungan. Perusahaan-perusahaan energi dan negara-negara industri melakukan pencarian
energi alternatif lebih terdorong oleh motifmotif ekonomi baru, sebagai strategi cadangan jika energi fosil benar-benar sudah
habis. Nyatanya, riset-riset tentang energi
ramah lingkungan justru banyak dilakukan
Penulis lagu asal Inggris,
anggota The Beatles
Foto: Henry Lopulalan
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Timur Angin/Dok. Keyword Innovative Communication
185
oleh pelaku perusakan lingkungan. Namun
demikian, mereka menggunakan isu-isu lingkungan sebagai konsideran-resmi pencarian
energi alternatif yang mereka kemukakan
kepada publik. Karena itu, ketika Environmentalis mengkhawatirkan efek pemanasan
global, pihak industri menjadikan isu itu
sebagai landasan riset-riset dan pengembangan teknologinya.
Pemanasan global atau perubahan
iklim dunia disebabkan oleh peningkatan kadar karbon-dioksida dan gas-gas polutif
lainnya di dalam atmosfer. Gas itu (yang
dihasilkan akibat pembakaran batubara, minyak bumi, dan gas serta penebangan hutan)
menyelimuti bumi, dan menjebak panas
(yang dipancarkan matahari) di seputar permukaan bumi. Sekali emisi gas itu memasuki
atmosfer akibat emisi gas rumah kaca yang
ditimbulkan dari pembakaran energi fosil,
ia akan menetap di sana selama beberapa
tahun.
Sejak 1751, sebanyak 290 miliar ton
karbon dilepas ke atmosfer akibat pembakaran energi fosil dan industri semen dunia.
Separuhnya dihasilkan sejak pertengahan
1970-an. Kenaikan yang sistematik juga
terjadi untuk wilayah Asia Timur Jauh. Pada
1997-1998 terjadi penurunan emisi, yang
kemungkinan besar karena terjadi penurunan
aktifitas industri selama krisis ekonomi yang
menerpa wilayah ini. Emisi karbon-dioksida
pada 2002, mencapai 798 juta ton, setara
dengan 28 kali lipat dari emisi 1950.
Peningkatan emisi itu ketika itu disumbang
terutama oleh India dan Korea Selatan, yang
keduanya secara kumulatif menyumbang
56.9% emisi di wilayah ini. Tujuh negara
lainnya menyumbang sekitar 40%, yaitu Indonesia, Taiwan, Thailand, Pakistan, Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Pada 2002, Amerika, Jerman, Inggris,
dan Jepang tercatat sebagai negara penghasil emisi gas karbon (salah satu gas penghasil efek rumah kaca terbesar) terbesar di
dunia. Dibandingkan juga, posisi Cina dan
“Ketika mesin-mesin dan komputerkomputer, motif-motif keuntungan dan
hak-hak kepemilikian lebih penting
ketimbang manusia; tiga kekuatan
raksasa rasisme, militerisme, dan
eksploitasi ekonomi tidak akan bisa
dihentikan. Revolusi nilai-nilai
sesungguhnya kemudian hari akan
menyebabkan kita bertanya tentang
keadilan dari banyak kebijakan politik
yang kita putuskan hari ini.”
Pejuang kemanusiaan dan antirasialisme
Martin Luther King, Jr
PLTA skala kecil
Foto: Dok. WALHI
Foto: Dok. Greenpeace
Panel surya
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 187
India ketika itu. Sekarang, dengan intensifnya penggunaan minyak bumi dan terutama
batubara di Cina dan India, serta jumlah
penduduk yang sangat besar, Cina dan India menjadi salah satu penghasil gas emisi
karbon terbesar. Cina tercatat sebagai nomor dua dan India nomor empat terbesar.
Peringkat itu akan menguat, karena keduanya
sedang memacu diri untuk produsen mobil
terbesar di dunia. Karena itu, jika Cina dan
India terus memacu konsumsi energi fosilnya,
kemudian mencapai tingkat emisi per kapita
seperti yang dicapai oleh Amerika; maka
dibutuhkan dua Bumi hanya untuk menopang
dampak yang ditimbulkan oleh keduanya.
Penggunaan batubara yang masif di
Cina dan India, yang tidak disertai dengan
upaya pengurangan polusi, ternyata telah
menghasilkan polusi udara yang dampaknya
amat luas. Sebanyak 80 kota di Cina mengandung emisi sulfur dioksida dan nitrogen dioksida di atas ambang yang ditetapkan WHO. Meski polusi timbul di kota, tapi
dalam beberapa kasus bisa meluas ke daerah yang amat jauh. Hujan asam yang meningkatkan kemasaman danau-danau di
Skandinavia, misalnya, timbul karena polusi
yang terjadi di Amerika.
Negara-negara industri secara keseluruhan merupakan produser gas rumah kaca. Amerika, yang memiliki penduduk
sebanyak 5% dari penduduk dunia, menghasilkan emisi 24%. Sedangkan Inggris dengan
jumlah penduduk hanya 1%, menghasilkan
emisi 2.3%.
Efek rumah kaca menghasilkan pemanasan global. Pada 2002 tercatat sebagai
tahun terpanas kedua sejak 1880-an dengan
suhu rata-rata dunia 14.52
o
C. Pemanasaran
global menimbulkan kenaikan rata-rata
Konsumsi energi dunia
diperkirakan meningkat 40%
sampai 50% pada 2010, dan
perbandingan bahan bakar
global – terbarukan (18%),
nuklir (4%), dan fosil (78%)
– diproyeksikan sama seperti
sekarang. Emisi
karbondioksida global juga
meningkat 50% hingga 60%. Fakta
Karena itu,
jika Cina dan India terus
memacu konsumsi energi
fosilnya, kemudian mencapai
tingkat emisi per kapita seperti
yang dicapai oleh Amerika;
maka dibutuhkan dua Bumi
hanya untuk menopang
dampak yang ditimbulkan
oleh keduanya.
Biomassa
Foto: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 189
permukaan air laut, karena sebagian es di
daerah kutub mencair. Banjir-banjir besar,
kekeringan, kebakaran hutan, dan tumbuhnya badai juga ditimbulkan oleh pemanasan
global.
Dampak lainnya adalah
tenggelamnya pulau-pulau
kecil, karena permukaan laut
naik sekitar 10-20 cm.
Penduduk yang tinggal di
pulau kecil dengan ketinggian
sekitar 1 meter di atas
permukaan laut, sudah banyak
yang dievakuasi. Aliran udara
panas juga terjadi di manamana. Suhu yang lebih hangat
juga merangsang timbulnya
pelbagai penyakit.
Malapetaka-malapetaka itu
banyak menimbulkan korban
jiwa. Dan kehancuran dahsyat
(katastropi) diduga akan
terjadi pada tahun 2050.
Pemanasan global ternyata juga menumbuhkan sikap positif dunia. Environmentalis mendorong dunia agar mampu menurunkan konsentrasi karbon dioksida dalam
atmosfer sebesar 60-80%. Pada gilirannya,
penggunaan energi alternatif yang terbarukan dan lebih ramah lingkungan, bukan
hanya ada pada tataran wacana; namun
sudah dicoba di banyak negara adalah
minyak canola, kedelai, buah jarak, dan
minyak kelapa sawit. Dianjurkan juga untuk
memanfaatkan limbah minyak sayur
(jelantah) untuk digunakan sebagai bahan
baku pembuat bio-diesel. Bio-diesel biasanya digunakan sebagai bahan campuran
(20%) solar, yang kemudian bisa menghasilkan emisi yang lebih ramah lingkungan.
Malaysia memberikan perhatian yang serius
terhadap pengembangan energi ini.
Energi angin. Energi angin. Total penggunaan Energi angin.
energi angin dunia pada 2004 diperkirakan
mencapai 47,760 MW yang cukup untuk memasok kebutuhan listrik rumah-tangga ratarata di Eropa sebanyak 22 juta keluarga.
Eropa merupakan wilayah terkemuka pengguna energi ini, yang mencapai 72%
konsumsi dunia. Di Asia, India yang maju
di bidang ini mampu memasok listrik energi
angin sebesar 875 MW (2004). Itu setara
dengan 3% konsumsi energi nasional. Pertumbuhan penggunaan energi angin di Cina
juga melonjak tajam. Pada 2004 mencapai
770 MW; dan menargetkan angka 4,000
MW pada 2010. Filipina membangun pembangkit listrik tenaga angin komersial terbesar di Asia Tenggara di Propinsi Ilocos Norte,
terdiri dari 15 turbin angin dengan kapasitas
25 MW. Amerika Latin juga mulai mengembangkan energi ini, misal Ekuador yang
punya instalasi dengan kapasitas 15 MW.
Energi gelombang dan pasang- Energi gelombang dan pasangsurut laut surut laut. Konversi energi gelombang men- surut laut
jadi energi listrik sudah mulai dikembangFakta
Di seluruh dunia,
ada 2 milyar orang
yang tidak punya
akses ke energi
listrik atau peralatan
modern.
sudah dipraktekkan.
Bio-etanol Bio-etanol, yaitu Bio-etanol bahan bakar pengganti premium yang terutama terbuat dari
tanaman gula-gulaan: tebu dan bit. Namun
bisa juga terbuat dari singkong, biji-bijian,
selulosa, dan sumber-sumber lainnya. Bioetanol bisa digunakan 100% sebagai pengganti premium, namun bisa digunakan pula
sebagai campuran yang berperan sebagai
pembangkit nilai oktan bahan bakar minyak.
Amerika, Uni Eropa, Amerika Latin, dan
beberapa negara di Asia telah mengembangkan etanol secara besar-besaran. Konsumsi entanol Amerika sebagai pengganti
BBM adalah 24.8 juta barrel (1992), meningkat dua kali lipat menjadi 49.6 juta barrel
(2002), dan tahun berikutnya meningkat 50%
menjadi 67.6 juta barrel (2003). Kanada
menargetkan 35% konsumsi BBM pada 2010
sudah menggunakan etanol 10%. Uni Eropa
menargetkan sumbangan etanol sebesar 2%
(2005) dan meningkat menjadi 5.75% (2010).
Beberapa negara Amerika Latin sudah
menjadi eksporter etanol, selain menggunakan untuk keperluannya sendiri di dalam
negeri. India, Thailand, dan Cina mendorong peningkatan penggunaan etanol dalam
negeri. Thailand dan Cina bahkan sudah
memiliki unit produksi dalam negeri dengan
kapasitas masing-masing 360,000 dan
600,000 ton/tahun.
Bio-diesel Bio-diesel, Bio-diesel yaitu bahan bakar pengganti solar terbuat dari minyak nabati. Yang
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 190 ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 191
Fakta
Sumber-sumber energi terbarukan
seperti biomassa, panas bumi,
angin, matahari, gelombang laut,
dan air menyumbang 2% dari
konsumsi energi dunia. Meskipun
termasuk tumbuh cepat, tapi
diperkirakan hanya mampu
menyediakan 3% dari seluruh
energi pada 2020.
kan. Inggris telah melakukan pemetaan
komprehensif untuk menentukan lokasi yang
cocok untuk pengembangan energi gelombang di sepanjang garis pantai Inggris. Selama ini dipercaya, bahwa energi ini terutama sangat cocok dikembangkan di daerah
subtropika, yang memiliki gelombang tinggi
dan konstan. Tapi, daerah tropika pun memiliki kriteria daerah yang sangat mungkin untuk
pengembangan energi laut.
Energi surya. Energi surya Teknologinya terus dikembangkan, menyangkut pengembangkan sensor penangkap radiasi matahari (foto-voltaik)
sampai pengembangan batere penyimpan
vanadium-bromida yang ternyata memiliki
efisiensi yang lebih tinggi.
Hidrogen ramah lingkungan. Hidrogen ramah lingkungan. Me- Hidrogen ramah lingkungan.
mecah molekul air untuk memperoleh hidrogen biasanya terjadi pada suhu 2.500
derajat Celsius. Para ahli Israel, Swiss, Swedia, dan Perancis di Weitzman Institute di
Israel, menemukan cara bahwa pemisahan
itu bisa dilakukan pada suhu 350 derajat
Celsius dengan menggunakan katalisator
seng murni. Sebagai catatan, seng merupakan logam yang berlimpah di alam, merupakan keempat terbesar setelah besi, alumunium, dan tembaga. Kategori ramah lingkungannya adalah dalam hal pemisahan
sengoksida menjadi logam seng murni dengan menggunakan energi surya.
Terus menyembur ke udara sepanjang hari dan malam
Foto: Alex Suban
Foto: Repro Time
Iklan hydro-car versi Toyota
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 193
“meski tidak semuanya tergolong energi terbarukan, misalnya:
Pendayagunaan Desulfitobacteria
untuk mendaur ulang limbah kimia beracun
paling bermasalah seperti PCB (polychlorinated biphenyl). Bakteri yang ditemukan oleh
Charles Milliken dan Harold May itu memanfaatkan limbah kimia beracun sebagai makanannya, dan pada saat yang sama dapat
menghasilkan listrik yang dapat digunakan
untuk peralatan listrik berdaya-rendah.
Energi protein dari bahan organik. Energi protein dari bahan organik
Shuguang Zhang, menemukan bahwa dinding protein yang disebut detergent peptides
dapat dimanipulasi untuk menjaga kelangsungan hidup protein. Kemudian protein (dari daun bayam) itu diletakkan pada semikondukter organik, dan mampu menghasilkan listrik. Memang energi yang dihasilkannya masih kecil, tapi peluang pendayagunaannya masih amat terbuka.
“ENERGI” MASA DEPAN
yang mampu menghasilkan energi kinetik
sebesar 29.2 Joule serta panas rendah sebesar 31.2 Joule. Artinya, total output energinya hampir mencapai dua kali lipat input
energi yang digunakan.
Beta-voltaic Battery. Beta-voltaic Battery. Alat temuan Paul
Brown itu sudah dipatenkan. Batere ini mendayagunakan energi isotop hidrogen, yang
setiap elektronnya mampu mengha-silkan
energi sebesar 5.7 keV, dan dapat bertahan
selama 25 tahun tanpa recharge. Limbah
yang timbul setelah habis masa pakainya,
P
ADA saat yang sama, sedang dikembangkan penelitian terapan (setelah
penelitian dasarnya selesai) untuk mengembangkan “energi masa depan”
“Saya sangat berharap semua orang di
seluruh dunia berdiri, dan meminta
pemimpin-pemimpin lokal mereka, jika
belum, untuk membeli mobil-mobil
yang lebih bersih, membangun fasilitas
ramah lingkungan, dan membeli energi
hijau seperti angin atau matahari.“
Aktor Hollywood
Leonardo DiCaprio
Cold Fog Accelerator. Cold Fog Accelerator. Dr. Peter Graneau menemukan proses untuk memanfaatkan energi potensial pada ikatan molekul
air dengan menggunakan tembakan voltase
Foto:
tinggi dengan energi sebesar 39.8 Joule,
Dok.Greenpeace
Foto: Dok. WALHI
Generator
tenaga
biomassa
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 210 ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 195
(mega elektron volt) dapat berfungsi secara
efektif untuk mentransformasikan limbah
nuklir menjadi isotop berumur-luruh pendek,
yang memungkinkan limbah itu bisa ditimbun secara aman di mana pun. Pada saat
yang sama, proses itu dapat menghasilkan
listrik.
Motor Elektro-statik. Motor Elektro-statik. Motor Elektro-statik. Alat temuan
Dr. Oleg Jefimenko ini memanfaatkan
prinsip Ben Franklin pada abad 18. Antena
tajam alat ini mampu menyadap energi
listrik dari atmosfer. Sebagai gambaran,
potensi listrik atmosfer itu setara dengan
Fakta
Pembakaran bahan bakar fosil, untuk memproduksi energi, melepas
karbondioksida dan pelbagai gas penyebab pemanasan global ke atmosfir.
Pemanasan global akan memunculkan berbagai wabah penyakit tak
terduga, kematian akibat gelombang panas, sinar terik, banjir, dan
kehancuran spesies.
200,000 megawatt.
Gasifikasi biomasa. Gasifikasi biomasa. David Wallman
telah memantenkan alat ini. Dengan
menggunakan input energi sebesar 1 kwH
(setara dengan 3,300 BTU). Energi yang
dihasilkannya 4,000-5,000 BTU, lebih tinggi
dibanding dengan input energinya.
Charge Clusters. Charge Clusters. Ken Shoulders telah
mematenkan alat untuk membangkitkan
energi dari gugus elektron. Dengan
menggunakan input energi 20 mikrojoule,
dapat dihasilkan energi setara dengan
25,000 derajat celcius.
Film Elektrolit. Film Elektrolit. Temuan Dr George Film Elektrolit.
Miley ini adalah film elektrolit dari nikel,
paladium, atau titanium yang amat tipis,
mampu menghasilkan energi 10 kali lipat
dibanding dengan input energinya.
Energi yang dibangkitkan dari ruang
vakum, disebut zero point energy zero point energy (ZPE).
Prinsip kerjanya dikembangkan oleh puluhan
ahli. Meski belum operasional, energi ini
amat menjanjikan, karena membuka
tersedianya energi yang tidak terbatas.
masih relatif lebih
aman dibanding dengan limbah detektor asap.
Remediasi Remediasi
Nuklir. Nuklir. Ini memanfaatkan prinsip Dr.
Paul Brown, yang
menyatakan bahwa
energi photon pada
tingkatan 10 Mev
“Jika hati
berkehendak,
seorang manusia
akan menemukan
seribu jalan.
Tapi, jika hati tak
berkenan maka ia
akan menemukan
seribu alasan.”
Peribahasa Dayak
Foto: Istimewa
Foto: Istimewa
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 196
mengandalkan energi fosil (95%), yaitu
minyak bumi 54.4%, gas bumi 26.5%, dan
batubara 14.1%. Energi lainnya hanya
menyumbang 5% saja, yaitu PLTA 3.4%,
panas bumi 1.4%, dan energi lain 0.2%.
Indonesia masih konsumen murni energi
tidak terbarukan. Dengan pola konsumsi
energi seperti itu, Indonesia merupakan salah
satu penghasil gas karbon dioksida
terkemuka di Asia. Merujuk pada aktifitas
pembakaran energi fosil, aktifitas pabrik semen, dan pembakaran gas di lapangan,
kontribusi emisi gas karbon Indonesia adalah
seperti yang disajikan pada tabel berikut.
SITUASI ENERGI DI INDONESIA Fakta
Penggunaan tenaga angin di tingkat
global mengalami pertumbuhan
sampai angka 30% setiap tahunnya
pada dekade lalu. Turbin-turbin
berkekuatan lebih dari 40.000 MW
sekarang berputar di seluruh dunia,
cukup untuk memenuhi 19 juta
rumah-rumah orang Eropa (atau 9
juta di AS). Tenaga angin sekarang
memenuhi 20% kebutuhan listrik di
Denmark dan lebih dari 6% di
Jerman. Angin sekarang dilirik
sebagai penghasil listrik di 48
negara.
B
ENTUK pemakaian energi final Indonesia pada 2003: BBM 63%, gas
17%, listrik 10%, batubara 8%, dan
LPG 2%. Jenis energi masih
Sebenarnya, cadangan energi andalan
Indonesia itu sudah semakin menipis.
Apabila laju eksploitasi energi tetap seperti
yang berlangsung saat ini, cadangan minyak
hanya cukup untuk 18 tahun, gas 61 tahun,
1890 4 1950 2,683
1900 330 1960 5,837
1910 1,071 1970 9,046
1920 1,452 1980 25,822
1930 2,292 1990 45,222
1940 3,319 2000 61,818
Tahun Emisi Karbon (ton) Tahun Emisi Karbon (ton)
Foto: Dok.Greenpeace
Foto: Dok.Greenpeace
dan batubara 147 tahun. Cadangan uranium di daerah Kalimantan Barat cukup untuk produksi 3 gigawatt untuk masa 11 tahun.
Hasil kebakaran hutan di Riau
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 199
dengan sedikit penurunan dari 94% (2005)
menjadi 89.5% (2025). Jadi penurunan komposisi energi ini dalam 20 tahun ke depan
hanya sebesar 4.5%. Dalam kurun waktu tersebut, terdapat pergeseran-pergeseran sebagai berikut:
Batubara muncul sebagai sumber energi
yang dominan, dari porsi penggunaan sebesar 14.1% (2005) menjadi 32.7% (2025).
Gas bumi tetap menempati posisi kedua
dengan peningkatan proporsi dari 26.5%
(2005) menjadi 30.6% (2025).
Meski cadangan minyak nasional diduga sudah terkuras habis pada 2023, namun proporsi konsumsi minyak nasional
2025 masih tinggi (26.2%) meski menyusut
secara signifikan dibanding 54.4% pada
tahun 2005.
Sumber energi panas bumi meningkat
dari 1.4% (2005) menjadi 3.8% (2025).
ARAH PENGEMBANGAN ENERGI
3.4% (2005) menjadi 2.4% (2025).
Komposisi energi terbarukan di luar
PLTA meningkat secara amat tidak signifikan
dari 0.2% (2005) menjadi 2.31% (2025).
John Denver
“Perlombaan senjata
nuklir seperti dua orang
sedang duduk di kolam
bensin dan menghabiskan
waktu mereka dengan
menyalakan korek api.”
Penyanyi dan pencipta lagu
P
ADA 2005-2025, tidak ada perubahan kebijakan keenergian nasional
secara substansial. Sumber energi masih mengandalkan pada energi fosil,
Sumber energi nuklir akan dioperasikan
pada 2015, dan pada 2005 akan memberikan sumbangan sebesar 1.99%.
Meski dari segi kapasitas akan mengalami sedikit kenaikan, namun proporsi sumber energi PLTA mengalami penurunan dari
Foto: Dok. Greenpeace
Poster: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 201
tangan dengan kecenderungan global yang
memberikan respek yang tinggi terhadap
nilai-nilai lingkungan. Selain mengembangkan bahan bakar organik, dunia kini malah
memberi perhatian untuk mengkonversi biomasa menjadi energi, baik berupa panas,
listrik, dan energi untuk transportasi. Kota
Vaxjo di selatan Swedia, misalnya, telah
TANTANGAN PARA ENVIRONMENTALIS
I
NDONESIA ternyata secara sungguhsungguh tidak memiliki niat politik untuk
mengembangkan energi terbarukan yang
lebih ramah lingkungan. Itu amat bertenIlmuwan, penerima hadiah Pulitzer
Edward O. Wilson
“Kunci masalah yang dihadapi manusia
di abad mendatang adalah bagaimana
menghadirkan kualitas hidup
yang lebih baik – untuk delapan miliar
orang atau lebih –
tanpa menghancurkan lingkungan.”
membangun unit pengolah biomasa berkapasitas 77,000 MW. Targetnya adalah
menurunkan emisi gas karbon pada 2010
menjadi separuh dari emisi pada 1993. Dan
sekarang, emisi gas karbon kota itu hanya
3,680 kg/th dibandingkan dengan rata-rata
Swedia yang mencapai 6,000 kg/th dan ratarata Eropa 9,000 kg/tahun. Airport Oslo di
Norwegia, dipasok dengan energi biomasa
berkapasitas 50-60 GWH/tahun. Di Essent
Belanda telah dibangun unit pengolah
biomasa berkapasitas 600,000 ton biomasa/
th yang memanfaatkan limbah pertanian serta cangkang kernel sawit. Inggris membangun fasilitas pengolah litter (biomas kering
sebagai alas kandang) pada unit usaha peter-nakan unggas berkapasitas 38.5 MW,
yang dapat memasok kebutuhan listrik
sebanyak 93,000 rumahtangga. Kota
Kohuku di Pulau Shihoku yang 84% arealnya
ditutup hutan, membangun pusat pembangkit
tenaga biomas yang berasal dari limbah
hutan.
Indonesia masa depan adalah pengguna energi batubara dari semula minyak
bumi. Maknanya, Indonesia telah memilih
sumber energi fosil yang memiliki potensi
emisi yang paling besar. Sebagai catatan,
emisi karbon batubara (>80%), minyak bumi
(70-80%), dan gas (60%). Selain emisi
Apakah Indonesia
tidak tertarik
untuk
memanfaatkan
sumberdaya
matahari, angin,
gelombang laut,
air gravitasi, dan
biomasa sebagai
sumber penghasil
energi yang
ramah
lingkungan.
Pembangunan PLTN di Indonesia
Foto: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 203
karbon, penggunaan energi batubara
berpotensi untuk menghasilkan partikel debudebu radioaktif dalam bentuk debu karbon,
debu silika, debu alumina, dan oksida besi.
Jenis radioaktif yang timbul dari penggunaan
batubara disajikan pada tabel berikut.
Fakta
Lingkungan yang buruk
bertanggung jawab
langsung pada sekitar
25% dari persoalan
kesehatan dunia sekarang
ini, dan
2/3 dari kasus kesehatan
tersebut menimpa anakanak.
tubuh akan mengikuti jalur peredaran hati
yang amat membahayakan kesehatan. Radiasi beta merupakan jenis radiasi eksterna
dan internal. Sedangkan radiasi alpha merupakan radiasi internal. Radiasi eksternal artinya, sudah berbahaya meski berada di luar
tubuh manusia. Sedangkan radiasi internal,
baru berbahaya tatkala unsur itu memasuki
tubuh manusia. Selain aspek kesehatan
tersebut, aspek lingkungan yang diakibatkan
dari pertambangan tersebut akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang tidak bisa
diperbaharukan baik di darat maupun di laut
, dimana di darat akan membuat gununggunung atau bukit-bukit yang mengandung
unsur mineral dikeruk dan akan menjadi danau-danau raksasa, dan pembuangan “tailing” yang dibuang ke sungai dan akhirnya
mengalir kelaut akan berdampak pada matinya atau tercemarnya ekosistem biota air
yang ada di sepanjang sungai dan laut tersebut. Pembuangan tailing akan mampu
menghasilkan kerusakan di wilayah produktif
berupa hutan, sungai, lahan basah dan
pesisir pantai dan laut.
Menghadapi situasi itu, para environmentalis perlu memberikan pandangan kritis
terhadap jalur yang dipilih oleh pemerintah.
Misalnya, pemanfaatan batubara harus
benar-benar diikuti dengan penerapan metoda-metoda clean coal combustion, misalnya melalui penggunaan teknologi FBC (fluidized bed combustion) sebagai ganti dari
teknologi PCC (pulverized coal combustion),
FGD (flue-gas desulturization), dan EBM (electron beam machine).
Pada saat yang sama, pemerintah perlu
diminta untuk menyampaikan argumentasi:
kenapa memilih jalur pola pendayagunaan
energi seperti itu. Apakah Indonesia tidak
tertarik untuk memanfaatkan sumberdaya
1. Timbal-210 Radiasi Beta 19.4
2. Polonium-210 Radiasi Alpha 138.3
3. Protactinium-231 Radiasi Alpha 3.43 x 104
4. Radium-226 Radiasi Alpha 1,620
5. Thorium-232 Radiasi Alpha 1.39 x 1010
6. Uranium-238 Radiasi Alpha 4.5 x 109
7. Karbon-14 Radiasi Beta 5,730
Keterangan: * Satuan untuk Polonium adalah hari.
Nama Polutan Jenis Radiasi Waktu Paruh (tahun)*
matahari, angin, gelombang laut, air gravitasi, dan biomasa sebagai sumber penghasil energi yang ramah lingkungan.
Lebih jauh, semua pihak harus menyadari, bahwa dunia sudah sepakat untuk mereduksi jumlah emisi gas rumah kaca nominal ke dalam atmosfer. Jika pola pengunaan
energi masa depan seperti pilihan Indonesia itu akan meningkatkan neraca karbon di
atmosfer, maka negara harus melakukan
pelbagai kebijakan pengimbang untuk menurunkan neraca karbon, seperti programprogram reforestasi serta penanaman tumbuhan lain secara masif. Tanpa hal langkah pengimbang itu, Indonesia bisa terjerumus menjadi negara yang harus “membeli”
karbon; padahal Indonesia tidak memiliki
kemampuan ekonomi yang memungkinkan
dalam posisi seperti itu.
Salah satu sudut Bandara Oslo, Norwegia
Foto: Dok. WALHI
Penampungan Reaktor
Nuklir Hanford dekat
Richland, Washington.
Foto diambil pada
pertengahan 1940-an.
Foto: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Polutan radioaktif nomor 1-6 merupakan logam berat, yang apabila memasuki
205
yang sedang trendy saat itu, diintroduksikan
di banyak tempat. Tapi keduanya tidak pernah benar-benar memasyarakat, sebab pendekatannya yang amat formal-keproyekan,
tanpa sosialisasi yang memadai.
Setiap desa di daerah permukiman
transmigrasi yang baru dibuka, sekurangkurangnya terdapat satu panel pembangkit
listrik tenaga surya yang ditempatkan di
kantor desa. Namun karena tidak disertai
dengan sosialisasi cara pemeliharaan dan
perbaikannya, maka tatkala ada panel tenaga surya yang rusak, masyarakat tidak termotivasi untuk memperbaiki atau memperbaharuinya.
EVALUASI DIVERSIFIKASI ENERGI Fakta
Pemanas air tenaga surya
menawarkan penghematan yang
sangat besar. Pemilik pemanas
tenaga surya akan menghemat
50% hingga 85% tagihan
rekening listrik dibandingkan
jika menggunakan pemanas air
tenaga listrik.
I
NDONESIA pernah mencoba untuk melakukan penganekaragaman penggunaan
energi pada masa lalu. Mikro-hidro dan
energi surya sebagai sumber daya listrik,
Proyek listrik mikrohidro
pun hanya menempatkan
masyarakat sebagai konsumen
listrik. Pemeliharaan unit
merupakan tanggungjawab
“proyek”. Maka ketika proyek
berakhir, bangunan maupun
alat-alat mikrohidro itu pun
pada akhirnya tidak berfungsi. Pembangunan energi matahari
di Aceh pasca-tsunami
Foto: Greenpeace
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Masyarakat perlu tahu
benar: mengapa energi
terbarukan itu diperlukan, apa
konsekuensinya jika tidak
memilih energi terbarukan,
dan apa prasyarat agar
penerapan energi terbarukan
itu benar-benar bisa
direalisasikan. Masyarakat,
peneliti, dan pihak-pihak
lainnya perlu memperoleh
insentif agar mereka tertarik
untuk mengadaptasi energi
terbarukan.
207
KEBIJAKAN ENERGI TERBARUKAN
Fakta
Selama lima tahun, masyarakat di Propinsi Negros, Filipina, menentang
sebuah proposal pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara dengan
kapasitas 50-MW karena akan merugikan lingkungan dan kesehatan warga
lokal. Pada Agustus 2002, Departemen Energi Filipina akhirnya
mengabulkan penolakan itu dan membangun pembangkit listrik tenaga
terbarukan. Negros akan mendapatkan 100% energi dari sumber yang tidak
menimbulkan polusi, tidak akan habis dan tidak perlu mengimpor, energi
terbarukan.
pemanfaatan sumber energi alternatif dapat
disimak pada tabel berikut. Namun demikian, agar potensi tersebut benar-benar
dapat dimanfaatkan dengan baik, diperlukan tindakan-tindakan pelestarian. Melestarikan daerah tangkapan hujan akan memelihara potensi tenaga air, baik PLTA maupun
mikro-hidro.
Para environmentalis perlu mendorong semua pihak agar
memberikan perhatian yang patut terhadap masalah energi terbarukan
yang ramah lingkungan, kecuali biofuel yang melalui pembukaan hutan
dan nuklir. Semua pihak terkait akan melakukan aktifitas penelitian
dasar, penelitian terapan, proses adaptasi teknologi,
dan investasi teknologi.
1. Tenaga Air 75.67 GW 4,200.00 MW
2. Panas Bumi 27.00 GW 800.00 MW
3. Mini/Micro hydro 458.75 GW 84.00 MW
4. Biomasa 49.81 GW 302.40 MW
5. Tenaga Surya 4.80 kwH/m2/hr 8.00 MW
6. Tenaga Angin 9.29 GW 0.50 MW
Sumber: Blueprint Pengelolaan Energi Nasional 2005-2025 (2005)
Potensi dan Pemanfaatan
Sumber Energi Alternatif di Indonesia
Jenis Sumber Potensi Kapasitas Terpasang S Nilai Satuan Nilai Satuan
ECARA obyektif, Indonesia memiliki
cadangan sumber energi alternatif
yang cukup besar, namun pemanfaatannya masih relatif rendah. Tingkat
“Air, seperti agama dan ideologi,
punya kekuatan untuk
memindahkan jutaan orang.
Sejak masa kelahiran peradaban
manusia, orang-orang pindah
untuk mendekatkan diri pada air.
Orang-orang pindah ketika air
terlalu sedikit. Mereka juga pindah
ketika air terlalu banyak.
Orang-orang melakukan
perjalanan dengan menuruni air.
Orang-orang menulis, menyanyi
dan menarikannya.
Orang-orang berkelahi atasnya.
Dan semua orang,
di manapun setiap hari,
memerlukannya.”
Pencetus “Glasnot” dan “Perestroika” di Uni Soviet
Mikhail Gorbachev
Foto: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 209
Tahun Padi Nasional 2004, suatu LSM
menca-nangkan untuk memasang 1,000
buah kincir angin pompa air “Egra” (energi
gratis) di sepanjang jalur pantura dari Anyer
(Banten) sampai Panarukan (Jatim). Tujuannya antara lain untuk memasyarakatkan teknologi sederhana, tepat guna, dan ramah
lingkungan. Masyarakat dikenalkan dengan
mesin pompa air bertenaga angin yang
dapat digunakan untuk mengairi sawah pada musim kemarau. Satu unit alat tersebut
(dengan tambahan sebuah inverter untuk
mengubah arus DC menjadi AC 220 volt)
dapat memasok listrik 1,000 watt jika angin
bertiup selama 10 jam.
Tenaga ahli nasional tingkatan doktor,
pernah menyajikan potensi silisium (anasir
yang dijumpai dalam pasir) yang amat potensial untuk dijadikan sumber energi. Gagasan pemanfaatan biomasa, sebagai kebun energi sinar matahari, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi juga
sudah diungkapkan pada tahun 2003.
Seorang siswi SMU di Singaraja juga
membuktikan, dirinya mampu mengkonversi
energi gelombang menjadi energi listrik dengan peralatan sederhana. Baginya, pantai
KEUNGGULAN ENERGI LOKAL
I
NDONESIA bukan ruang hampa dari gagasan energi hijau. Ini adalah ruang yang
memberikan banyak kearifan lokal. Pada
kesempatan menyongsong Hari Bumi dan
Buleleng merupakan lautan energi terbarukan yang belum digali kemanfaatannya.
Itu semua merupakan contoh dari keunggulan lokal, yang sangat mungkin untuk
dikembangkan menjadi praktek-praktek pengadaan energi ramah lingkungan. Para
Environmentalis perlu mendorong munculnya
pikiran-pikiran unggul dalam negeri, baik
orisinal maupun adaptasi; serta mendorong
agar pikiran itu terus berkembang.
Para Environmentalis perlu
mendorong munculnya
pikiran-pikiran unggul
dalam negeri, baik
orisinal maupun adaptasi;
serta mendorong agar
pikiran itu terus
berkembang.
“Only
truly
radicals
finance
the
revolution by
himself.”
Fast Company pembangkit mikro
hidro menggunakan
turbin model cross
flowistrik
Ilustrasi: Dok. WALHI
Foto: Dok. WALHI
ENERGI DAN LINGKUNGAN HIDUP 211
BAGIAN 5
Pemerintah semakin imajiner
dan minimalis.
Ini kehendak
Washington Concensus.
Lantas, bagaimana
mengendalikan kehidupan
rakyat kebanyakan?
KORPORASI
DAN LINGKUNGAN HIDUP
“Segala hal di dunia ini ada dua. Di kepala kita, kita ada dua,
baik dan jahat. Dengan mata kita, kita melihat dua hal, hal
yang adil dan hal yang buruk. Kita punya tangan kanan yang
memukul untuk kejahatan, dan kita punya tangan kiri yang
penuh dengan kebaikan, dekat dengan hati. Satu kaki kita
mungkin memimpin kita menuju jalan kejahatan, kaki yang
lain mungkin membawa kita ke jalan yang baik.
Jadi semua hal ada dua, semua dua.”
(World Summit on Sustainable Development).
Ketika perwakilan masing-masing negara
yang hadir memberikan komentar, seorang
laki-laki yang mengaku berasal dari Shell,
perusahaan raksasa minyak, berbicara atas
nama Pemerintah Nigeria. Alih-alih
memberikan respon yang terkait dengan topik
yang sedang didiskusikan, perwakilan Shell
ini mempromosikan apa yang Shell telah
“sumbangkan” kepada Nigeria. Wakil resmi
Pemerintah Nigeria yang juga hadir dalam
sidang itu hanya diam dan membiarkan
pegawai lokal Shell tersebut meneruskan
pidatonya.
Di belahan bumi lainnya, tepatnya di
Indonesia, Dutabesar Kerajaan Inggris di Indonesia memberikan pernyataan yang dikutip
berbagai media massa lokal dan nasional
agar Pemerintah DKI Jakarta menyetujui
permintaan perusahaan air Inggris, Thames,
untuk menaikkan harga air bersih. Thames
merupakan salah satu perusahaan multinasional yang diberi hak untuk melakukan
pengelolaan air bersih di Jakarta.
Belum lama ini sejumlah petinggi Kedutaan Besar Australia di Jakarta mengakui
di depan parlemen Australia bahwa mereka
melakukan serangkaian lobi kepada pejabat-pejabat pemerintahan Republik Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk melancarkan usaha perusahaan-perusahaan per-
“Fasisme
seharusnya
lebih pantas
disebut
sebagai
korporatisme
karena ia hasil
merger antara
kekuatan
negara dan
korporat.”
Pemimpin fasis Italia
NEW YORK, 2001. Hari itu sidang
resmi PBB dalam rangka persiapan
menuju Pertemuan Puncak tentang
Pembangunan Berkelanjutan
tambangan Australia yang ingin melakukan
operasi pertambangan di hutan-hutan lindung di Indonesia. Padahal, operasi semacam itu merupakan jenis kegiatan yang terlarang dilakukan berdasarkan UndangUndang Republik Indonesia Nomor 41 tahun
Benito Mussolini
Kepala suku Indian Pawnee
Foto: Dok. WALHI
Kepala Elang/Letakos-Lesa
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 215
Perusahaan-perusahaan besar
juga mengeluarkan banyak uang
untuk iklan-iklan mengkilap yang
mengampanyekan betapa
dalamnya komitmen atas persoalan
komunitas dan lingkungan. Iklan
Shell pada Oktober 1999 di majalah
National Geographic, menampilkan
foto-foto hutan yang lebat dan
pernyataan komitmen Shell untuk
bekerja sama dengan masyarakat
adat dapat dijadikan
sebagai contoh.
Shell seharusnya tahu, iklan-iklan
mengkilat tidak mampu menghapus
ingatan tentang penggantungan
pemimpin-pemimpin Ogoni oleh
pemerintah Nigeria karena
memprotes penghancuran hutan
oleh Shell di kampung halaman
mereka. Akan sungguh berbeda
hasilnya, jika mereka mau menggunakan uang itu untuk
membersihkan operasional kerja
dan memperbaiki kehidupan
masyarakat yang berdiam di
wilayah yang terkena dampak
kehadiran perusahaan.
1999 tentang Kehutanan. Dan akhir cerita
menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia
mengabulkan permintaan perusahaanperusahaan pertambangan itu dan mengorbankan hutan-hutan lindung yang merupakan
wilayah penyangga terakhir yang dapat
menghindarkan rakyat banyak dari berbagai
bencana.
Blokade
garasi Shell
di Inggris
korporasi terhadap negara
yang berdaulat. Contoh-contoh
tersebut juga menggambarkan bagaimana negara
sebagai pemegang mandat
rakyat –dan oleh karenanya
berkewajiban melindungi
kepentingan rakyat—telah
bertindak untuk dan atas nama
korporasi serta mengabaikan
kepentingan rakyat yang lebih
besar.
Dalam konteks yang
berbeda-beda, ke-tiga situasi
di atas merupakan potret
kondisi mutakhir yang
menggambarkan kekuasaan
Sampah di Jakarta
Foto: Henry Lopulalan
Foto: Dok. WALHI
poration yang berasal dari bahasa Latin
“corpus” yang berarti “badan”. Oxford English Dictionary mengartikan corporation
sebagai “a group of people authorized to
act as an individual” (sekumpulan orang
yang diberi kekuasaan (oleh negara) untuk
bertindak sebagaimana individu). Dalam
melakukan aktifitasnya, korporasi
bertanggung jawab kepada segelintir orang
yang menjadi pemegang sahamnya.
Keberadaan korporasi mendapatkan
pengesahan dari negara. Namun demikian,
seringkali negara bertindak dan mengeluarkan berbagai kebijakan yang pada dasarnya
melayani kepentingan korporasi dan abai
terhadap kepentingan rakyatnya. Padahal,
rakyat memberikan mandat kepada negara
untuk menyelenggarakan tata kelola (governance) yang dapat menjamin terciptanya
penghormatan dan pemenuhan hak-hak
warga negara yang dijamin oleh konstitusi.
Sekarang ini ada lebih dari 40.000
korporasi di seluruh dunia yang beroperasi
di berbagai negara melalui 250.000
afiliasinya. Dua ratus diantaranya menguasai
25% dari seluruh aktifitas perekonomian
dunia1. Beberapa raksasa korporasi global
NEGARA, KORPORASI DAN RAKYAT
“Apa yang disebut
‘kapitalisme”
sesungguhnya sebuah
sistem merkantilisme
korporat, dengan tirani
privat yang tak terhitung
besar dan luasnya
mengontrol ekonomi,
sistem politik, serta sosial
dan budaya kehidupan,
mengoperasikan usaha
tertutup, mendapat
dukungan masif dari
negara yang berkuasa
dalam bidang ekonomi
domestik dan masyarakat
internasional.”
K ORPORASI adalah subyek hukum
yang memiliki hak-hak yang serupa
dengan individu. Kata korporasi
diadopsi dari bahasa Inggris corbahkan memiliki kekuatan ekonomi yang
lebih besar daripada negara. Philip Morris,
misalnya, memiliki aktifitas ekonomi yang
melebihi New Zealand dan beroperasi di
170 negara. Kekuatan ekonomi Mitsubishi
melebihi Indonesia, negara yang menempati
Noam Chomsky
Ilmuwan dan kritikus AS
“Bukanlah
tingkat
kemakmuran
yang
mendatangkan
kebahagiaan,
tapi relasi
hati ke hati
dan cara kita
memandang
dunia. Kedua
perilaku ini
ada dalam
kekuatan
kita.”
Alexandr Solzhenitsyn
Foto: Henry Lopulalan
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 219
Foto: Dok. WALHI
Foto: Dok. WALHI
urutan ke-4 dari segi jumlah populasi dunia.
Dari 100 kekuatan ekonomi terbesar di
dunia, 51 di antaranya korporasi dan sisanya
adalah negara. Dengan kekuatan ekonomi
semacam ini korporasi memiliki kekuasaan
untuk mengontrol berbagai kebijakan di berbagai negara demi maksimalisasi keuntungan (profit) yang merupakan tujuan utama
mereka.
Korporasi multinasional (Multinational
Corporation, MNC)2 merupakan korporasi
yang memiliki operasi di dua negara atau
lebih. MNC memainkan peran yang sangat
besar dalam globalisasi yang mengusung
ideologi neoliberalisme3
. Dengan jangkauan
pengaruh dan kapital yang sangat besar,
MNC memiliki keunggulan untuk berinvestasi
di manapun di belahan bumi. Hal ini mengakibatkan persaingan di antara negaranegara untuk dapat mengundang MNC berinvestasi di negara-negara tersebut. Negaranegara menawarkan berbagai keunggulan
kompetitif (competitive advantages) seperti
pengurangan pajak, asistensi teknis, penyiapan infrastruktur, serta standar lingkungan dan
buruh yang rendah.
Ideologi neoliberalisme secara sistematis diejawantahkan oleh tiga anak kandungnya, yaitu WTO (World Trade Organization),
Bank Dunia (World Bank dan bank-bank
pembangunan multilateral lainnya, seperti
ADB/Asian Development Bank, dll), serta IMF
(International Monetary Fund). Ketiga anak
kandung neo-liberalisme menjadi agen-agen
yang memuluskan agenda korporasi melalui
an. Walaupun judulnya adalah “Sumberdaya Air”, namun dari segi substansi sebenarnya UU SDA ini tidak jauh bergerak dari
sektor pengairan dan pengelolaan Daerah
Aliran Sungai (DAS).
Sejak Oktober 2001, DPR telah sibuk
membahas RUU SDA. Proses ini jauh dari
pengawasan publik dan hanya melibatkan
pemerintah sebagai satu-satunya narasumber
dan mitra dalam pembahasannya. Sebagaimana diungkapkan sebelumnya RUU ini disusun sebagai satu syarat pencairan utang dari
Bank Dunia, sehingga kerangka yang dibangun juga akan menyesuaikan dengan kerangka Bank Dunia yaitu promosi liberalisasi sektor publik. Beberapa hal yang menjadi ciri liberalisasi sektor air di antaranya
adalah:
KUASA KORPORASI MENGUAT
pemaksaan berbagai kebijakan dengan imbalan diberikannya “akses pasar” serta “bantuan teknis dan finansial” (seringkali dalam
bentuk utang) kepada negara-negara penerima “bantuan”. Alih-alih menjadi sejahtera,
rakyat di negara penerima “bantuan” harus
terjebak dalam jeratan utang dan mengalami
bentuk baru dari kolonialisme korporasi.4
Lihatlah apa yang terjadi di Indonesia?
Pada 1999 pemerintah Indonesia menandatangani paket utang dari Bank Dunia yang
disebut WATSAL (Water Sector Structural
Adjustment Loan) senilai US$ 300 juta.
WATSAL salah satu dari empat paket program penyesuaian struktural (PRSAL II, SSNAL,
dan Governace Reform Loan) sebagai imbalan dari pinjaman (utang) yang diberikan
Bank Dunia dalam upaya menanggulangi
krisis ekonomi dan moneter yang melanda
Indonesia sejak 1997.
Menurut Bank Dunia, restrukturisasi sektor air ini akan menghemat belanja negara
dan mempercepat pemulihan makroekonomi
Indonesia selepas krisis. Inefisiensi yang melekat pada pengelolaan sektor air diharapkan juga akan hilang. Selain itu Bank Dunia
akan memberikan keleluasaan yang besar
bagi investasi asing dalam memasuki pengelolaan di sektor air karena berbagai hambatan regulasi akan dihilangkan.
Salah satu keluaran yang harus dihasilkan oleh pemerintah sebagai syarat pencairan utang adalah adanya suatu Undangundang Sumberdaya Air (UU SDA) sebagai
pengganti UU No.11/1974 tentang PengairPerubahan mendasar yang terdapat
dalam UU SDA bila dibandingkan dengan
UU NO.11/1974 adalah dibedakannya hak
guna air menjadi dua kategori, yaitu hak
guna pakai air dan hak guna usaha air. Hak
guna pakai air adalah hak penggunaan air
untuk kebutuhan pokok sehari-hari atau nonkomersial, sementara hak guna usaha air
adalah hak untuk mengusahakan air bagi
tujuan-tujuan komersial. Hal ini secara eksplisit telah menempatkan air sebagai barang
komoditi yang dapat diperjualbelikan.
Selain itu dalam UU SDA juga diperkenalkan sistem kemitraan antara pihak pengelola sumberdaya air (dalam hal ini pemerinFoto: Henry Lopulalan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 222 KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 223
tah) dengan pihak swasta. Hal ini di kemudian hari dapat berpotensi menimbulkan konflik kepentingan (conflict of interest) di mana
perusahaan atau swasta yang berorientasi
profit diberikan kewenangan untuk melakukan juga fungsi-fungsi sosial yaitu menyediakan air yang merupakan kebutuhan dasar
manusia dan makhluk hidup lainnya.
Pada 1997 saja, sedikitnya 20 investor
asing dan nasional telah antri untuk melakukan investasi di sektor penyediaan air bersih
di berbagai kota di Indonesia dengan nilai
total investasi sebesar Rp 3,68 triliun. Di antara investor asing yang terlibat dan tertarik
dalam bisnis ini terdapat nama-nama yang
sudah tidak asing lagi di kancah internasional, antara lain Suez Lyonnaise Des Eaux
(Perancis) dan Thames Water (Inggris). Dunia
privatisasi air global saat ini didominasi oleh
dua pemain utama yang keduanya berasal
dari Perancis, yaitu Vivendi SA (yang memiliki
anak perusahaan Generale des Eaux) serta
Suez Lyonnaise des Eaux. Kedua korporasi
multi/transnasional ini memiliki dan mengontrol penyediaan air bersih di sekitar 120
negara di lima benua.
AIR JADI KOMODITI
Dalam UU disebutkan bahwa sumberdaya air yang dapat diusahakan meliputi
sumberdaya air yang terkandung pada air
permukaan (seperti sungai, danau, rawa, dan
sumber air permukaan lainnya), air tanah
yang meliputi wilayah cekungan air tanah,
air hujan, serta air laut yang dimanfaatkan
di darat.
Hal ini sangat mengkhawatirkan karena
membuka pintu bagi penguasaan dan pengusahaan sumber-sumber air tanah (aquifer) bagi industri air dalam kemasan. Saat
ini di Indonesia, pasar air dalam kemasan
dikuasai oleh dua merk utama yaitu Aqua
(yang dimiliki oleh Danone) serta Ades (yang
dimiliki oleh Coca-Cola). Coca-Cola bahkan
memprediksikan bahwa dalam sepuluh tahun
mendatang penjualan air dalam kemasannya akan melebihi penjualan minuman
ringannya. Menurut Harian Sinar Harapan,
kedua korporasi multinasional tersebut
menyedot 2,73 miliar liter air tanah pada
Gaji CEO vs Buruh
Berapa ongkos kerja dalam sehari? Tanyakan itu pada dirimu sambil
membandingkan gaji CEO korporat dengan upah harian pekerja di dunia
ketiga.
2001. Pasar air dalam kemasan memang
sangat mencengangkan. Pada 1998, di seluruh dunia volume air dalam kemasan yang
diperdagangkan mencapai 18 miliar liter.
Dapatlah dibayangkan berapa keuntungan
yang didapatkan oleh korporasi multinasional tersebut.
ONGKOS HIDUP
SEMAKIN MAHAL
Prinsip full cost recovery pada dasarnya
membebankan biaya penyelenggaraan
penyediaan air untuk berbagai kebutuhan
tersebut kepada pengguna air (konsumen),
tanpa membedakan apakah penggunanya
dari kalangan yang tidak mampu atau pun
Foto-foto: Dok. WALHI
Aksi anti privatisasi air di Brasil
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Guatemala Rp3.367El
Savador Rp5.460
Nikaragua Rp2.093
Honduras Rp3.913
Haiti Rp2.730]
Meksiko Rp4.550
China Rp2.548
Indonesia Rp1.820
Burma Rp364
Bangladesh Rp1.183-Rp1.820
Rumania Rp1.547-Rp3.367
Rusia Rp1.001-Rp5.096
Toko Kulit AS Rp27.300-Rp35.400
Teritori AS di Saipan Rp27.300
Millard Drexler, GAP Rp6.006.000.000.000
Phil Knight, Nike Rp27.300.000.000
David Glass, Wal-Mart Rp364.000.000.000
Kekayaan keluarga Walton Wal-Mart Rp614.250.000.000.000
Gaji buruh/jam Pendapatan CEO pada 1998 (termasuk gaji, bonus, saham)
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 224 225
dari kalangan berduit.
Di dalam UU SDA disebutkan, pengguna sumberdaya air dikenakan iuran untuk
menanggung pembiayaan pengelolaan
sumberdaya air yang penentuannya didasarkan atas perhitungan ekonomi rasional. Meskipun besarnya iuran harus mempertimbangkan kemampuan ekonomi kelompok pengguna namun tidak disebutkan mekanisme
penghitungannya bagi kelompok yang tidak
mampu.
Liberalisasi berbagai sektor yang menyangkut hajat hidup orang banyak tidak
terlepas dari skema dominan dari globalisasi ekonomi. Dampak yang sangat gamblang adalah terjadinya suatu fenomena everything is for sale, bahkan untuk hal-hal yang
semula dianggap keramat dan tidak mungkin dijual, seperti kesehatan, pendidikan, kearifan tradisional, kode genetik, bibit, dll.
Demikian pula di sektor air. Beberapa pengalaman di negara-negara yang sebelumnya telah menerapkan liberalisasi sektor air
membuktikan bahwa telah terjadi berbagai
dampak di antaranya sebagai berikut:
Terjadinya ketidakadilan sosial; satu
dampak utama dari globalisasi ekonomi
adalah makin lebarnya jurang antara si kaya
dan si miskin. Seperlima (20%) populasi terkaya dunia mengkonsumsi 86% total sumberdaya yang ada di dunia. Liberalisasi di sektor
air juga akan menyebabkan keterbatasan akses bagi rakyat miskin untuk mendapatkan
air dalam kualitas dan kuantitas yang
memadai. Liberalisasi air di berbagai
negara menunjukkan bahwa harga air yang
dijual oleh korporasi makin lama mengalami
peningkatan, yang seringkali tidak diimbangi
dengan peningkatan kualitas. Privatisasi
PDAM di DKI Jakarta yang dimulai pada 1
Februari 1998 ternyata tidak menunjukan
kinerja yang menggembirakan. Dari jajak
pendapat yang dilakukan Majalah Tempo
edisi 26 November 2000 di DKI Jakarta menunjukkan bahwa kualitas dan layanan produksi PDAM belum bagus. Oleh karena itu
sebagian besar responden menolak kenaikan
tarif yang diusulkan oleh PDAM. Kesimpulan
yang hampir mirip juga pernah dilakukan
oleh Harian Republika edisi 26 Februari
2000 yang mengatakan bahwa hasil jajak
pendapat dari pemakai PDAM DKI Jakarta
mengeluhkan kualitas dan pelayanan yang
belum meningkat semenjak diswastanisasikan.
Hilangnya ketahanan dan kedaulatan
pangan; ketika suatu DAS dikuasai oleh
korporasi –sebagaimana yang dipersyaratkan dalam WATSAL—petani skala kecil tidak lagi memiliki kedaulatan atas pemanfaatan air bagi pertaniannya. Aliran air ke
sawah mereka dapat sewaktu-waktu diputus
oleh korporasi penguasa DAS untuk kepentingan kelompok tertentu yang dapat membayar lebih mahal. Ketika terjadi musim kering di Meksiko bagian tengah (1995) pemerintah Meksiko memutus suplai air ke petani
demi memenuhi kebutuhan industri asing
yang beroperasi di wilayah tersebut. Di Indonesia, petani harus rela tidak mendapatkan air karena pintu air dari waduk Jatiluhur
ditutup untuk kepentingan penyelenggaraan
Pekan Olahraga Nasional (PON). Bayangkan bila nantinya DAS tersebut dikuasi sepenuhnya oleh korporasi multinasional.
Kerusakan lingkungan; pengelolaan
sumberdaya air yang bertumpu pada korporasi multinasional akan lebih mengutamakan profit di atas fungsi-fungsi sosial dan
kelestarian. Apalagi ketika terjadi liberalisasi
dimana air akan dapat dijadikan komoditi
untuk ekspor. Paradigma pembangunan
ekonomi yang berorientasi ekspor akan menyebabkan terjadinya pengurasan sumbersumber air secara besar-besaran tanpa
mempertimbangkan aspek kelestarian dan
fungsi-fungsi ekologisnya, seperti halnya
yang telah terjadi di sektor kehutanan dan
pertambangan.
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK); Pengalaman di berbagai negara menunjukkan
bahwa seringkali privatisasi selalu diikuti dengan terjadinya PHK. Di Inggris, korporasi
mem-PHK sekitar 25% dari pekerjanya, yang
mencakup sekitar 100.000 orang pekerja,
ketika mereka memperoleh hak atas sistem
pengelolaan air. Di Eropa Timur, ketika terjadi privatisasi sektor air, mereka merumahkan 30% dari pekerjanya dalam kurun waktu
beberapa tahun saja. Demikian pula yang
terjadi di Sidney, Australia. Ketika Dewan
Air diprivatisasi, ribuan pekerja kehilangan
pekerjaannya dan harga air yang dibebankan kepada konsumen naik dua kali lipat
hanya dalam waktu 4 tahun.
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 226 227
Pengelolaan air di kota Porto Alegre, ibukota
Propinsi Rio Grande do Sul di Brasil, satu contoh yang
menunjukkan bahwa publik dapat mengambil alih
kembali domainnya. Departamento Municipal do
Agua e Esgoto (DMAE), perusahaan pengelola air di
Porto Alegre, mengalami transformasi ketika Partai
Buruh (Partido dos Trabalhadores, PT) meraih suara
dalam Pemilu 15 tahun lalu. Setelahnya, DMAE
menunjukkan perubahan yang cukup mendasar
dalam hal partispasi dan kontrol publik secara
demokratis atas operasi dan investasinya.
Suatu dewan yang terdiri atas perwakilan warga
dibentuk dan bertugas melakukan pengawasan atas
kinerja harian perusahaan. Selain itu, keputusankeputusan mengenai operasi dan investasi DMAE
dilakukan berdasarkan proses penganggaran (budgeting) yang partisipatif. Seperti sektor-sektor publik lainnya di Porto Alegre, warga menentukan secara
langsung prioritas anggaran di dalam perusahaan
pengelola air milik publik tersebut. Melalui prosesproses pertemuan publik, setiap warga memiliki hak
untuk menyuarakan aspirasinya. Model partispasi
semacam ini memungkinkan terjaminnya akses air
bersih bagi kaum miskin karena mereka terlibat
secara langsung dalam proses penentuan kebijakan
dan bisa mendapatkan prioritas. Pada saat ini, 99,5%
warga kota Porto Alegre memiliki akses air bersih.
Berkaca pada Porto Alegre:
Mengklaim Kembali Domain Publik
Eksekutif kepala
Disney Michael Eisner
dibayar 575,6 juta dollar
AS pada 1998, 25.070
dollar AS adalah gaji
rata-rata di Disney.
Aktivitas Ekonomi Dunia
Sebanyak 200
korporat terbesar
dunia mengontrol
28% aktivitas
ekonomi dunia.
Tapi, hanya
menampung kurang
dari 0,25% tenaga
kerja global
Kekayaan 84 orang
terkaya di dunia lebih
besar daripada GDP
China dengan 1,3
milyar jiwa.
[halaman baru]
[foto-foto: artega
kab_manokwari.jpg, VO_logo.jpg,
VOC_ship_amsterdam.jpg]
[Foto: tambang rio tinto/repro]
di jurang kemiskinan, bercokol raksasa korporasi multinasional pertambangan PT.
Freeport Indonesia (PTFI). Saham PTFI dikuasai oleh Freeport McMoRan Copper and
Gold, Inc. (81,28%), satu korporasi multinasional yang berkantor pusat di New Orleans,
Amerika Serikat. Rio Tinto, satu raksasa
pertambangan Anglo-Australia, menguasai
16,6% saham Freeport McMoRan dan 40%
saham di operasi pertambangan PTFI.
Dan bayangkan kekayaan rakyat Papua
yang dikuasai oleh korporasi multinasional
tersebut: 2,3 sampai 3 milyar ton bijih mineral berharga yang mengandung 1,17%
tembaga dan 1,18 ppm (satu bagian
persejuta) emas. Angka tersebut setara
dengan 26,9 milyar kilogram sampai dengan
35 milyar kilogram perak, dan 2,7 juta kilogram sampai 3,5 juta kilogram emas. Belum
lagi berbagai logam dan mineral berharga
lainnya yang kandungannya tidak sebesar
emas dan perak namun jenisnya sangat
beragam. Melalui sistem Kontrak Karya,
pemerintah Republik Indonesia memberikan
kuasa penuh kepada PTFI berupa wilayah
konsesi seluas 2.160.182 hektar (kira-kira
seluas Belgia) yang mencakup wilayah
DEMOKRASI TAK ADA HARAPAN
DI ujung timur Nusantara, di satu pulau yang dikenal memiliki kekayaan
alam yang sangat besar namun sebagian besar penduduknya berada
“Militerisme…
adalah tembok
pelindung utama
kapitalisme.
Jika militerisme tidak
menyokong,
kapitalisme
akan jatuh.”
Helen Keller
pegunungan berketinggian 4.000 meter di
atas permukaan laut sampai dengan wilayah
pesisir di selatan.
Dan apakah kiranya yang didapat oleh
rakyat Papua? Hilangnya gunung-gunung
yang merupakan tempat sakral komunitas
adat dan danau-danau di pegunungan yang
menjadi tempat bersemayamnya arwah para
leluhur; tercemarnya sungai-sungai oleh
limbah hasil proses pemurnian bijih (tailing);
hilangnya sungai di dataran rendah yang
dijadikan tempat pembuangan ratusan juta
ton tailing; puluhan ribu hektar daratan dan
puluhan ribu hektar lautan yang tercemar.
Dan daftar ini masih terus berlanjut dengan
berbagai catatan kekerasan aparat kemanan
negara yang selama puluhan tahun bertindak
untuk dan atas nama korporasi melakukan
berbagai tindakan represi –penangkapan,
Kapal perang Amsterdam milik VOC
Foto: Dok. WALHI
Artega, Manokwari
Foto: Dok. WALHI
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 231
penyiksaan, pembunuhan, penculikan,
perusakan harta benda— kepada warga Papua yang bersuara menuntut tindakan yang
sewajarnya dari tamu yang sedang bertandang ke rumahnya.5
Sejarah menunjukkan bahwa perjalanan
proses kapitalisme akan berujung pada
kolonialisme. Revolusi kapitalisme di Barat
mulai tumbuh sejak kehancuran sistem feodal
dan berekspansi secara cepat dan masif melalui sistem pasar kolonial yang lebih besar.
Sistem ini melibatkan hubungan segitiga antara Eropa (pusat manufaktur), Afrika (sumber
tenaga kerja), dan ‘Dunia Baru’ (sumber
bahan mentah dan bahan baku) yang mengalami proses ekstraksi dengan biaya
semurah mungkin. Akumulasi dari sistem ekonomi semacam ini membantu mempercepat
proses industrialisasi di Barat. Proses pencarian “Dunia Baru” sebagai bagian integral dari sistem pasar global pada masa itu
mendorong perkembangan kolonialisme korporasi yang juga berfungsi sebagai pembuka
jalan bagi kolonialisme negara.
Sejarah penjajahan di Nusantara juga
tidak terlepas dari peran dominan korporasi
di dalamnya. The Dutch East India Company atau lebih dikenal di Indonesia sebagai
VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
dibentuk pada 1602 ketika pemerintah Kerajaan Belanda memberikan hak monopoli
untuk menjalankan aktvitas kolonial di Asia.
VOC merupakan korporasi multinasional
pertama di dunia. VOC juga merupakan
korporasi pertama di dunia yang menjual
saham untuk mendapatkan modal. Pada
paruh kedua abad ke-17 VOC merupakan
korporasi terkaya di dunia dengan kekayaan
yang tak pernah terbayangkan sebelumnya.
Kekayaan VOC mencakup 150 kapal
dagang, 40 kapal perang, 50.000 pekerja,
angkatan bersenjata berkekuatan 10.000
tentara, dengan pembayaran dividen mencapai 40%.
Sejarah menunjukkan bahwa
perjalanan proses
kapitalisme akan
berujung pada
kolonialisme.
Revolusi kapitalisme di Barat mulai
tumbuh sejak kehancuran sistem
feodal dan
berekspansi secara
cepat dan masif me- lalui sistem
pasar kolonial
yang lebih besar.
Gerakan Swadeshi sebagai bagian dari gerakan kemerdekaan India, tak
lain strategi ekonomi yang berhasil mengusir penjajahan Inggris dan
meningkatkan kondisi perekonomian India. Kaum nasionalis India percaya
bahwa penyebab kehancuran ekonomi India sebagian disebabkan oleh
kolonisasi Inggris. “Swadeshi” yang berarti “keswadayaan” digambarkan
oleh Mahatma Gandhi sebagai “…seruan kepada konsumen agar menyadari
bahwa dia juga melakukan penindasan melalui dukungan terhadap
industri-industri yang telah mengakibatkan pemiskinan, bahaya terhadap
pekerja, umat manusia dan makhluk lainnya”.
Gerakan Swadeshi dilakukan antara lain dengan memboikot produkproduk Inggris dan menghidupkan kembali produk-produk lokal yang
dihasilkan sendiri serta menghidupkan teknik-teknik produksi yang
ditemukan oleh warga setempat. Swadeshi sebagai strategi merupakan fokus
utama dari Mahatma Gandhi, yang menyebutnya sebagai jiwa dari Swaraj
(penguasaan diri).
Gerakan Swadeshi juga memfokuskan gerakannya pada pemberdayaan
desa atau kampung. Sebagaimana diucapkan oleh Mahatma Gandhi: “India
sejatinya tidak ditemukan di beberapa kota yang ada, tetapi pada 700.000
lebih kampung yang ada di India. Bila kampung-kampung tersebut hancur,
maka India juga akan hancur”.
Swadeshi: Gerakan Melawan
Kolonialisme Korporasi
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 232 233
melakukan praktik-praktik kehumasan dan
kamuflase hijau (greenwash). Dalam banyak
kesempatan korporasi menggambarkan dirinya sebagai “sahabat lingkungan” serta
“penyelamat kaum miskin”.
Strategi kamuflase hijau juga digunakan
oleh korporasi untuk menjawab berbagai
kritik yang dialamatkan kepadanya. Alih-alih
melakukan perbaikan secara sungguh-sungguh atas berbagai kinerja operasinya, korporasi memilih mengeluarkan dana jutaan
dollar dan meminta konsultan kehumasan
menyiapkan berbagai kemasan iklan dan
kampanye untuk menutupi berbagai dampak
negatif yang diakibatkan oleh operasinya.
Menjelang dilaksanakannya Konferensi
Tingkat Tinggi (KTT) mengenai Pembangunan
Berkelanjutan pada 2002, korporasi dan
kelompok-kelompok lobi mereka telah memperbaiki keterampilan kamuflase hijau mereka dan berusaha meyakinkan pemerintah
serta badan-badan global lainnya agar terus
dapat mendominasi pasar global. Transformasi image dan peran dari industri (terutama
MNC) dilakukan untuk membajak agendaagenda pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang dicetuskan pada
KAMUFLASE KORPORASI HIJAU
S
ALAH satu cara yang dipakai oleh
korporasi untuk meluaskan pasarnya
dan meningkatkan dominasinya atas
ekonomi global adalah dengan
KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun
1992. Propaganda sistematis ini dilakukan
oleh korporasi secara terus menerus sehingga
akhirnya publik percaya bahwa korporasi
“Ketika mesin-mesin dan
komputer-komputer, motif-motif keuntungan dan
hak-hak kepemilikian
lebih penting ketimbang
manusia; tiga kekuatan
raksasa rasisme,
militerisme, dan
eksploitasi ekonomi tidak
akan bisa dihentikan.
Revolusi nilai-nilai
sesungguhnya kemudian
hari akan menyebabkan
kita bertanya tentang
keadilan dari banyak
kebijakan politik yang
kita putuskan hari ini.”
Martin Luther King, Jr
pejuang kemanusian dan
antirasialisme
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
235
memang memainkan peran penting dalam
mewujudkan pembangunan berkelanjutan,
dan melupakan kenyataan bahwa mereka
adalah bagian dari masalah.
Upaya pembajakan agenda pembangunan berkelanjutan ini dimulai pada
tahun 1990, ketika seorang industriawan
Swiss, Stephan Schmidheiny, membentuk Forum Bisnis bagi Pembangunan Berkelanjutan
(Business Council for Sustainable Development, BCSD). Selanjutnya Schmidheiny berhasil meyakinkan 48 pemimpin bisnis dari
korporasi-korporasi besar dunia untuk
bergabung dan mengembangkan WBCSD.
Korporasi-korporasi ini, bersama dengan Kamar Dagang International (International
Chambers of Commerce, ICC) dengan suksesnya mempromosikan agenda pasar
bebas, teknologi baru, dan pertumbuhan ekonomi sebagai faktor penting dalam mempromosikan pembangunan berkelanjutan. BCSD
merupakan salah satu sponsor utama yang
ikut mendanai KTT Bumi tahun 1992.
Walau berusaha menunjukkan berbagai
niat baik dalam konteks pembangunan
berkelanjutan, WBCSD dan ICC tidak dapat
menyembunyikan wajah mereka yang
sebenarnya terkait dengan konferensikonferensi PBB tentang Perubahan Iklim,
Bahan Beracun Berbahaya, serta isu-isu yang
terkait dengan krisis ekologi global. WBCSD
dan ICC secara sistematis melakukan lobi
untuk menghambat ditetapkannya berbagai
aturan global yang lebih efektif. Yang
menjadi prioritas utama mereka adalah
mempertahankan aturan-aturan ekspansi
perdagangan dan investasi global yang
bersifat pro-bisnis.
Dan wajah sejati korporasi nampak
dengan jelas ketika praktik-praktik
pelanggaran terhadap aturan lingkungan
hidup, pelecehan hak-hak pekerja, serta
pelanggaran hak asasi manusia terus
berlangsung di seluruh dunia.
Iklan Cevron di
majalah
internasional
Foto: Repro Time
Foto: Repro Tempo
Iklan
Riaupulp
di Tempo
Lumpur panas dampak kecerobohan PT
Lapindo Brantas menggenangi pemukiman di
Porong, Sidoarjo, Jawa Timur
Foto: Greenpeace
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 236
serta propaganda sistematis yang digunakan
oleh korporasi untuk melanggengkan
pengambilalihan diam-diam (silent take
over) cara berpikir kita. Aksi semacam ini
bermain di wilayah ide dan gagasan, di mana
tujuan utamanya adalah mengekspos logika
yang salah kaprah dan menawarkan cara
pandang baru. Aksi langsung di aras ini
salah satu alat untuk mendekolonisasi cara
berpikir kita yang selama ini terhegemoni
oleh propaganda korporasi yang sistemik.
Aksi pertama yang dilakukan oleh
jaringan ekologi radikal Earth First! satu
contoh yang bagus untuk menggambarkan
bagaimana aksi langsung menantang
asumsi ini dilaksanakan. Pada 1981, ketika
banyak kelompok konservasi berkampanye
menentang pembangunan bendungan baru,
Earth First! memasang spanduk raksasa
pada tembok bendungan Glen Canyon yang
menggambarkan retakan pada dinding dam
tersebut. Simbol yang sangat sederhana ini
mengirimkan pesan yang sangat kuat kepada
kelompok-kelompok lainnya bahwa menghadang pembangunan dam baru tidaklah
cukup. Kampanye harus dilakukan untuk
membongkar dam-dam yang ada dan melakukan restorasi sungai menjadi seperti kondisi
alaminya semula.
Dalam paradigma industri yang mendominasi alam, pertanyaan tentang pembongkaran dam raksasa merupakan satu hal
yang tak terpikirkan sebelumnya. Aksi tersebut
kemudian menantang asumsi yang ada dan
membuka ruang politik bagi wacana baru
untuk mendorong agenda tersebut. Dua dekade berikutnya, di akhir 1990-an, pemerintah Amerika Serikat ternyata benar-benar
melakukan pembongkaran dam tersebut.
Merdeka dari Belenggu Propaganda S
TRATEGI aksi langsung menantang
asumsi (direct action at the point of
assumption) ini menargetkan mitosmitos, kebohongan, argumen irasional
Aksi Earth First! di Portland
Foto: Dok. WALHI
Menolak pembakaran batubara
Foto: Dok. WALHI
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Istimewa
239
[halaman baru]
[foto-foto: iklan CSR rio tinto, ]
mengatur akuntabilitas (tanggung gugat) korporasi multinasional merupakan aspek penting dalam rangka mendorong agenda pembangunan berkelanjutan agar benar-benar
dapat terwujud.
Pertumbuhan korporasi multinasional
berskala global secara cepat dan masif yang
lintas batas negara telah menyulitkan
komunitas-komunitas lokal yang berusaha
menuntut tanggung gugat korporasi. Korporasi multinasional dalam hal ini dapat “berwajah ganda” sehingga sulit bagi pihakpihak yang dirugikan untuk menentukan
“kewarganegaraan” dari korporasi yang bersangkutan dan mengajukan tuntutan tanggung gugat terhadapnya.
Dari waktu ke waktu, korporasi multinasional mengkonsolidasikan kekuasaan dan
pengaruhnya kepada pemerintah dan politikus lokal dan nasional. Dengan kondisi tersebut, sulit terwujud keadilan dari sistem lokal
dan nasional yang diharapkan oleh komunitas yang berusaha menuntut tanggung gugat
korporasi melalui mekanisme legal nasional
yang ada.
Menjawab tuntutan adanya kerangka
legal bagi tanggung gugat korporasi, PBB
AKUNTABILITAS KORPORASI
yang dipengaruhi oleh kelompok lobi korporasi lebih memilih untuk mengambil
strategi yang didasarkan pada inisiatif sukarela dari koporasi. UN Global Compact
diciptakan untuk mendukung proses menuju
inisiatif sukarela korporasi. Beberapa inisiatif
regional lainnya juga dikembangkan yang
kesemuanya merupakan mekanisme sukarela
yang tidak menyediakan sarana dan mekanisme tanggung gugat secara hukum yang
mengikat.
6
Sementara itu kelompok-kelompok bisnis mempromosikan apa yang mereka sebut
sebagai Corporate Social Responsibility
(CSR). Dalam praktiknya, CSR lebih upaya
kehumasan korporasi yang memfokuskan
upaya-upayanya pada aktifitas-aktifitas
karitatif dan tidak menjawab problem mendasar yang menjadi keprihatinan utama
kelompok-kelompok komunitas dan masyarakat madani lainnya.
“Kita hidup di dunia benda,
dan hubungan kita dengan benda
itu bahwa kita tahu cara
memanipulasi atau
B
mengkonsumsi mereka.”
ANYAK pemimpin negara menyadari
bahwa globalisasi harus mendukung
upaya-upaya pembangunan berkelanjutan. Suatu kerangka legal yang
Filsuf dan psikoanalis Jerman kelahiran
Amerika,1900-1980
CSR Rio Tinto
Foto: Repro Rio Tinto Review
Erich Fromm
KORPORASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 241
JC Penny, Victoria’s Secret, IBM,
Toys R Us, dan TWA adalah
perusahaan-perusahan Amerika yang
mendapatkan keuntungan dengan
memerkerjakan para tahanan. Para
tahanan yang dikenai hukuman
penjara panjang untuk kesalahan
penggunaan drug dalam skala kecil,
sangat bias rasisme, dan penjarapenjara dijalankan oleh
perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan. Penjualan buruh-buruh
murah ke perusahaan-perusahaan,
pengenaan tarif untuk tempat tidur
dan kamar tahanan, maka kamu
akan mendapati sebuah sistem
modern pekerja terbelenggu –
sebuah kondisi sosial yang disebut
Foto:
juga sebagai perbudakan.
Dok. WALHI
BAGIAN 6
Semua sudah tandas.
Negara tak punya apa-apa lagi.
Kita hanya budak dan harus
menanggung utang
yang tak kita nikmati.
Republik kita telah tergadai.
Inilah kisah kebangkrutan
sebuah negeri di khatulistiwa.
GLOBALISASI
DAN LINGKUNGAN HIDUP
“Tidak ada batas
dalam perjuangan
hidup mati. Kita
tidak bisa
mengabaikan apa
yang terjadi di
tempat lain di
dunia ini. Sebuah
kemenangan satu
negara atas
imperialisme juga
berarti
kemenangan kita
juga. Kekalahan
satu negara juga
kekalahan kita
semua.”
adalah rumah tangga yang bangkrut.
Dan jika kita bangkrut secara finansial
sangat mungkin kita juga bangkrut secara
sosial, moral dan lingkungan (environt-mental).
Jangan silau pada mobil-mobil mewah
yang berseliweran di sela-sela gedung perkantoran mentereng Jakarta. Jangan pula
percaya begitu saja pada angka-angka pertumbuhan ekonomi dan investasi yang dipaparkan presiden dan para menteri-nya.
Angka-angka itu mengecoh.
Saatnya mengakui, Indonesia adalah
salah satu negeri pengutang terbesar di
dunia. Dan makin hari, makin besar jumlah
utang kita, serta makin berat beban yang
harus kita tanggung. Setiap tahun Indonesia
harus menyisihkan makin banyak dana untuk
membayar cicilan pokok dan bunga utang.
Anggaran untuk membayar utang
mengalahkan anggaran untuk membiayai
pembangunan infrastruktur ekonomi dan
sosial, untuk membiayai pendidikan dan
kesehatan rakyatnya, untuk membiayai
pemberantasan kemiskinan, serta untuk
membiayai pemeliharaan lingkungan
alamnya.
Lebih buruk dari itu. Seperti keluarga
yang terjerat utang kepada rentenir, Indonesia kehilangan baik martabat, kendali
maupun kedaulatannya untuk mengurus dirisendiri. Ada banyak cerita di dunia nyata
tentang bagaimana seorang ayah rela melakukan apa saja, termasuk menjual anak gadisnya, karena jeratan utang yang menggunung. Analogi ini persis bisa diterapkan
pada Indonesia.
Demi membayar utang, para pejabat
negara melakukan apa saja tanpa banyak
pikir. Menjual murah perusahaan negara
yang strategis dan sensitif seperti Indosat.
Menjual murah nasib puluhan jutaan rakyatnya dengan mencabut subsidi sosial dan
bahan bakar seperti belum lama ini dilakukan. Menjual murah aturan hukum dan
perundangan—hukum perburuhan, pertanahan, lingkungan, bahkan hukum yang melindungi hak asasi manusia—demi memikat
investor swasta asing maupun domestik.
Besarnya beban pemba- yaran utang dan terlalu sedikitnya dana serta subsidi
pembangunan, khususnya
pembangunan sosial, telah
memperparah problem kemiskinan dan pengangguran di Indonesia.
Makin miskin negara dan bangsa, makin sulit bangkit secara ekonomi dan makin
besar utangnya. Bahkan untuk membayar
utang kini kita harus menambah utang baru.
Indonesia sudah masuk ke ”debt trap”, terjerat dalam lingkaran setan utang terusmenerus yang membawa konsekuensi makin
buruk bagi rakyatnya.
B AYANGKAN Indonesia sebuah rumah tangga. Dan, bayangkan anggaran negara adalah anggaran keluarga. Kita akan tahu Indonesia
Ernesto Che Guevara
Praha, 2000
Foto: Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 247
Dan Indonesia tidak termasuk dalam daftar.
Negara miskin yang utangnya diampuni: Benin, Bolivia, Burkina Paso,
Kambodia, Ethiopia, Ghana, Guyana, Honduras, Madagaskar, Mali, Mozambik,
Nikaragua, Niger, Rwanda, Sinegal,
Tajikistan, Tanzania, Uganda dan Zambia.
Negeri-negeri itu dinilai punya beban
utang terlalu berat sehingga kemungkinan
kecil bisa bangkit, bahkan untuk memberi
makan atau layanan dasar seperti kesehatan
dan pendidikan yang memadai bagi rakyatnya. Seperti apakah negeri yang bisa dikategorikan ”sulit bangkit” itu?
IMF mengelompokkan negeri yang
dihapuskan utangnya ke dalam kategori HIPC
(heavily indebted poor countries). Mereka
adalah negeri yang rasio utang terhadap
ekspornya lebih besar dari 150% dan rasio
pembayaran bunga utangnya terhadap
ekspor lebih besar dari 15%.
Indonesia sebenarnya masuk dalam kategori itu. Rasio Indonesia untuk dua
indikator tadi bahkan lebih buruk dari ratarata negeri HIPC. Pada 1998, rasio utang
Indonesia terhadap ekspornya mencapai
252% dan rasio bunga utang terhadap
ekspor mencapai 33%. Dalam beberapa
tahun terakhir, rata-rata separuh pengeluaran pemerintah pusat dipakai untuk membayar utang.
Pada 2006, total pembayaran utang
luar dan dalam negeri mencapai Rp 166,64
triliun. Tidak ada negeri yang proporsi pembayaran utangnya terhadap anggaran tahunan seberat Indonesia.
Tapi, Indonesia anehnya tidak masuk
kategori negeri yang utangnya bisa dihapuskan. Meski Bank Dunia dalam laporan
”Global Development Finance 2000 dan
2001” memasukkan Indonesia ke klasifikasi
negeri termiskin, yakni SILIC (severely indebted low income countries), Indonesia
dikeluarkan dari daftar negeri yang diusulkan
utangnya dihapuskan. Alasannya? Badanbadan keuangan dunia menilai jumlah utang
Indonesia terlalu besar untuk bisa diampuni,
yang jika dilakukan bakal membuat rugi
para kreditor, yakni negeri-negeri maju.
Total utang 19 negara yang diampuni tadi
hanya 5% dari utang
luar negeri Indonesia.
Boleh jadi Indonesia
adalah negeri miskin
yang sombong dan tidak pernah belajar dari kemiskinannya.
Terlalu Besar
untuk Diampuni
T
AHUN 2006 lalu, Dana Moneter
Internasional (IMF) setuju menghapuskan utang 19 negara miskin yang
totalnya mencapai US$ 3,3 miliar.
PADA 1967, utang
pemerintah Indonesia
hanya 2 miliar dollar AS
(atau hanya Rp 2 triliun,
dengan nilai dollar AS
kala itu setara Rp 1.000).
Selama Orde Baru dan
Orde Reformasi, Indonesia
terus menumpuk utang
makin besar, yang pada
2005 nilainya mencapai
Rp 1.282 triliun atau
sekitar 130 miliar dollar
AS.
Sebelum Krisis
Ekonomi 1997,
Pemerintah Indonesia
tidak punya utang
domestik dalam valuta
rupiah. Namun, setelah
menerbitkan obligasi
dalam negeri untuk
membiayai penyelamatan
dunia perbankan,
pemerintah berutang baru
Rp 658 triliun.
Dalam beberapa tahun
terakhir, pembayaran
utang asing maupun
domestik sekitar 50% dari
anggaran, dan 60% dari
pendapatan pajak, atau
52 persen dari produk
domestik bruto (PDB).
Pada 2004, pemerintah
setuju membayar seluruh
cicilan pokok dan bunga
utang luar negeri senilai
Rp 68,8 triliun (US$ 6,8
miliar). Pada tahun
berikutnya, Indonesia
mengalokasikan Rp 71,98
triliun (US$ 7,1 miliar)
untuk membayar cicilan
pokok dan bunga utang
luar negeri.
Pada 2006 pemerintah
harus membayar
angsurang pokok dan
bunga utang luar negeri
sebesar Rp 91,71 triliun
dan Rp 74,93 triliun utang
dalam negeri. Total utang
harus dibayar sebesar
Rp 166,64 triliun.
Utang Negara yang Menggunung
pemerintah kepada investor swasta makin
besar.
Pengusaha dan pemodal swasta, baik
asing maupun domestik, diundang dan dipikat untuk membangun jalan, jembatan, rumah sakit, sekolah, jaringan listrik, layanan
air minum dan perumahan rakyat yang semuanya dulu dipandang merupakan sektor
publik dan kewajiban pemerintah untuk
menyelenggarakannya.
Dari sinilah muncul gagasan tentang
privatisasi. Dan privatisasi menuntut deregulasi. Privatisasi menuntut penyusutan peran
dan kewajiban pemerintah dalam melindungi hak-hak ekonomi-sosial masyarakatnya, khususnya masyarakat yang termiskin.
Swasta berorientasi pada laba, dan pemerintah harus menawarkan iming-iming
yang menarik agar pengusaha dan investor
mau menanam modalnya ke sektor-sektor
publik tadi.
Iming-imingnya tidak hanya keringanan
pajak. Tapi juga mempermudah perizinan,
memperluas konsesi monopolistik, melonggarkan sanksi dan aturan, termasuk aturan
pelestarian lingkungan. Artinya, menuntut
pemerintah melonggarkan aturan dan menurunkan standar perlindungan kepada masyarakatnya.
Dalam rangka memikat investor, pemerintah juga memberi wewenang swasta memasang tarif ”sesuai pasar” bagi setiap produk dan jasa yang dijual kepada publik,
yang seringkali terlalu lebih mahal dan membuat orang miskin sulit mendapatkannya. Indonesia tidak sendirian dalam persaingan
memikat investor. Banyak negara kini berlomba untuk menarik investasi yang jumlahnya makin sedikit.
Dengan jumlah utang yang kelewat besar dan sangat dahaga akan dana untuk
pembangunan, Indonesia punya tantangan
lebih besar dibanding banyak negara Asia
lain dalam memikat investor. Tawaran Indonesia harus sangat menarik. Akibatnya jelas:
makin rendah standar dan kualitas sosialekonomi rakyatnya, serta makin rendah pula
kualitas lingkungan hidupnya.
”A beggar can’t choose”. Seorang pengemis tidak punya banyak pilihan, bahkan
tidak berhak memilih.
Indonesia mungkin masih memiliki wilayah dan batas fisik yang jelas, dari Sabang
sampai Merauke. Tapi, negeri ini sudah bukan lagi milik kita. Indonesia seisinya sudah
tergadai.
Privatisasi: Perlombaan ke Dasar Sumur
Deputi Menko Kesra
Bidang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
“Sepuluh orang
Indonesia meninggal setiap D hari akibat kemiskinan”
ANA publik (negara) yang tersedia
untuk pembangunan makin sedikit
akibat beratnya beban pembayaran
utang. Itu membuat ketergantungan
Sujana Royat
“Jika kamu hanya bisa
menghadiahi satu hal
pada anak-anak, maka
hadiahkanlah
semangat hidup.”
Bruce Barton
Sekolah dasar di pedalaman Kalimantan
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 251
berutang besar. Namun, ketergantungan
pada utang yang terus membesar juga dipicu
oleh strategi pembangunan ekonomi yang
keliru dan didiktekan badan-badan
keuangan internasional seperti IMF (Dana
Moneter Internasional) dan Bank Dunia.
Pada 1967, sebentar setelah jatuhnya
Presiden Soekarno, Indonesia bergabung
dengan IMF. Langkah ini merupakan syarat
DARI MANA DATANGNYA UTANG?
K ORUPSI, kolusi dan nepotisme
adalah salah satu penyakit serius Indonesia dan merupakan salah satu
faktor yang membuat negeri ini
Penulis Jerman
“Utang adalah
kemiskinan
terparah”
Magnus Gottfried Lichtwer
pinjaman dan bantuan yang diberikan
lembaga itu untuk memulihkan ekonomi Indonesia yang rusak sepeninggal Soekarno.
Sejak itu, Indonesia berada di bawah
kendali Inter-Governmental Group on Indonesia atau IGGI (belakangan diubah jadi
The Consultative Group on Indonesia atau
CGI), sebuah badan yang berisi semua
negeri dan lembaga keuangan Barat,
termasuk IMF. Badan asing itu memutuskan
berapa besarnya utang yang dikucurkan,
namun lebih dari itu, memiliki wewenang
menyetujui neraca anggaran Indonesia
(belanja negara tak boleh lebih dari 10%
terhadap PDB) dan mendiktekan arah
kebijakan ekonomi negeri ini.
Lewat para ekonom dan menteri yang
kemudian dikenal sebagai ”Kelompok Mafia Berkeley”, IMF dan Bank Dunia antara
lain mengarahkan Indonesia menjadi negeri
produsen barang ekspor atau yang dikenal
dengan ”export-led growth development”.
IMF dan Bank Dunia juga menarik Indonesia lebih jauh untuk menerapkan konsep
ekonomi makin liberal yang dicirikan antara
lain oleh privatisasi dan deregulasi.
Sejak itu standar kehidupan masyarakat
Indonesia memang membaik, kemiskinan
menurun secara drastis, dan pendapatan per
kapita terus meningkat, meski semua ini
ditopang oleh utang. Namun, bahkan utang
tadi tidak dinikmati secara merata oleh rakyat
Indonesia.
Barat menilai Indonesia patut menjadi
contoh sukses pembagunan ekonomi,
kandati secara politik Orde Baru di bawah
Soeharto berwatak represif dan korup.
Negara-negara kreditor, bank serta lembaga
keuangan internasional sangat senang
menawarkan pinjaman baru terus-menerus
yang pada akhirnya membuat Indonesia kian
tergantung pada utang.
Jumlah utang luar negeri meningkat
tajam menjelang akhir pemerintah Soeharto.
Suharto di PBB
New York,
Foto:
1970-an
Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 253
Hanya dalam tempo lima tahun (1991-
1995), utang luar negeri Indonesia melonjak
50% dari US$ 72 miliar menjadi US$ 107
miliar.
Pinjaman bahkan masih terus diberikan
meski Bank Dunia tahu bahwa dalam jumlah
cukup besar pinjaman itu hilang ke liang
korupsi. Dalam sebuah laporannya setelah
kejatuhan Soeharto, Bank Dunia mengatakan sekitar 30% dari pinjamannya ke Indonesia telah dikorupsi.
Besarnya utang tidak dinikmati secara merata oleh rakyat
Indonesia. Meski angka kemiskinan absolut turun menjadi sekitar 20% pada dasawarsa
1990-an, sekitar separoh penduduk Indonesia hanya berada
sedikit saja di atas garis kemiskinan. Hampir 100 juta orang
mudah tergelincir menjadi miskin akibat guncangan inflasi sedikit saja, apalagi setelah Krisis
1997.
Setiap bayi
yang baru lahir
di Indonesia
telah terbebani
utang
sebanyak
Rp 7,3 juta. Badan Dunia untuk Anak-Anak
(Unicef)
Foto: Henry Lopulalan
Foto: Dok. Walhi
utang Indonesia bengkak lebih besar lagi
melalui beberapa cara.
Pertama, Indonesia harus berutang lebih
banyak untuk memulihkan diri dari krisis.
utang luar negeri bertambah menjadi US$
144 miliar pada 1998.
Kedua, penambahan jumlah utang
diikuti dengan memberatnya beban pembayaran utang akibat jatuhnya nilai rupiah terhadap dolar. Utang dibayar dalam bentuk
dolar yang nilainya naik lima kali lipat dari
sebelum krisis.
Ketiga, pemerintah Indonesia membiayai dunia perbankan yang kolaps dengan
cara menerbitkan surat utang (obligasi). Meski obligasi ini dalam bentuk rupiah dan diterbitkan hanya di Indonesia, jumlahnya sangat
besar: Rp 600 triliun. Rakyat, lewat pemerintah, harus membayar utang domestik ini
baik pokok maupun bunganya.
Pada 1998, Indonesia menandatangani
paket keuangan darurat, pinjaman US$ 43
miliar. Pemerintah Indonesia menyedikan diri
untuk menjalankan program penyesuaian
struktural (Structural Adjusment Program/SAP)
yang meliputi liberalisasi perdagangan dan
meretrukturisasi sektor kehutanan. Paket itu
RESEP BERACUN BANK DUNIA DAN IMF
juga menuntut penghapusan subsidi sosial
pada bahan bakar dan makanan, menyebabkan kesulitan besar bagi orang miskin,
menciptakan kekacauan sosial.
Krisis yang terjadi pada 1997 tidak bisa
dipisahkan dari resep-resep kebijakan IMF
dan Bank Dunia yang keliru di masa lalu.
Di samping menutup mata terhadap
korupsi Orde Baru, IMF dan Bank Dunia terus
menekan Indonesia untuk makin jauh terlibat
dalam ekonomi berbasis pasar. Pada
pertengahan 1980-an, misalnya, IMF dan
Bank Dunia mendesakkan deregulasi
(liberalisasi) perbankan yang sangat berisiko
dengan membuka seluas-luasnya sistem
perbankan tanpa ada proteksi dan kontrol.
“Selama bertahun-tahun,
negara-negara kaya dan
lembaga-lembaga kantong
mereka seperti Bank Dunia
dan IMF melemparkan batu
ke negara-negara miskin,
meminta mereka untuk
membayar hutang.”
Andrew Simms
Ketua Program Ekonomi Global
di New Economics Foundation
K RISIS ekonomi 1997, tidak hanya
menciptakan inflasi yang memicu
pengangguran dan proses pemiskinan. Krisis ini menambah jumlah
Kerusahan besar melanda
Jakarta 13-14 Mei 1998:
penjarahan, pembakaran,
dan pemerkosaan.
Ratusan orang, mungkin
ribuan, tewas
terpanggang di pusatpusat pertokoan yang
sengaja dibakar.
Foto: Bodi Ch./Dok. D&R
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 257
Akibat deregulasi, jumlah bank swasta Bank Dunia Mengaku Bersalah meningkat tajam seperti cendawan musim
hujan. Kebijakan ini telah membuat ekonomi
Indonesia rentan terhadap bencana finansial
yang kemudian memang terjadi pada 1997.
Ketika krisis memagut, pada Oktober
1997, tanpa pertimbangan masak IMF berbalik arah: meminta Bank Indonesia menutup
16 bank. Perintah tak bertanggungjawab ini
memberi pukulan telak kepada seluruh bank.
Dan pemerintah, lewat Bank Indonesia, dipaksa menyelamatkan situasi. Dengan menerbitkan obligasi rekap, pemerintah menambah utang baru sebesar Rp 600 triliun
untuk menyuntik modal bank-bank itu, termasuk bank-bank swasta milik konglomerat.
Pemerintah Indonesia kini memiliki
utang luar negeri yang besar dan utang dalam negeri yang sama besarnya. Dengan
dua beban itu, Indonesia sangat rawan terhadap guncangan ekonomi eksternal. Setiap
guncangan ekonomi dunia potensial memperlemah rupiah dan sekaligus inflasi
meningkat, yang keduanya bisa membuat
pembayaran utang pemerintah meningkat
secara berlipat-lipat.
Besarnya pembayaran utang luar negeri
dipengaruhi oleh nilai rupiah. Jika rupiah
jatuh maka beban utang luar negeri otomatis
meningkat. Sementara besarnya pembayaran
utang domestik tergantung pada tingkat suku
bunga. Jika suku bunga meningkat akibat
inflasi, seperti setelah pemerintah menaikkan
harga bahan bakar belum lama ini, maka
beban pembayaran otomatis meningkat.
kantong staf dan politisi Indonesia tanpa bisa
dipertanggungjawabkan.”
Beberapa bulan kemudian, pada Februari 1999, Bank Dunia mengeluarkan laporan
pengakuan dosa: para staf lembaga keuangan itu tidak berusaha mencegah—justru
ikut berkolusi—dalam korupsi Rezim Orde
Baru.
Selama 32 tahun pemerintahannya,
Soeharto menerima US$ 25 miliar pinjaman
Bank Dunia. Dan selama itu pula, Bank Dunia selalu membuat pujian terhadap situasi
ekonomi Indonesia yang disebutnya sebagai
“keajaiban Asia”.
Para staf Bank Dunia di Jakarta, menurut
laporan tadi, berusaha memoles citra keajaiban Indonesia terlalu lama demi menjaga hubungan baik dengan salah satu klien
terbaiknya.
Atau mungkin, kata laporan itu lagi, staf
Bank Dunia terlalu bersemangat untuk menunjukkan prestasi dirinya dengan membuat
penilaian bagus terhadap kerja mereka di
Indonesia.
Para staf Bank Dunia memegang peran
kunci dalam setiap kebijakan ekonomi Indonesia, negeri yang ”secara luas dipersepsiUntuk mencapai
kestabilan fiskal, pemerintah
harus menjalankan surplus
primer. Konsekuensinya
pemerintah harus menyunat
pengeluaran, termasuk
menghapus subsidi dan
memangkas dana
pembangunan,
meningkatkan pendapatan
lewat pajak (yang juga
memberatkan rakyat) serta
meminta tambahan utang
baru. Gali lubang tutup
lubang. kan dalam lingkungan Bank Dunia sebagai
keajaiban dan simbol sukses lembaga itu.”
Dengan kantor perwakilan yang besar,
staf Bank Dunia sebenarnya memiliki akses
yang mudah ke pejabat senior yang biasanya menyiapkan catatan kebijakan rahasia
sehingga semestinya mereka bisa memiliki
peran untuk mencegah korupsi. Tapi, itu tak
dilakukan.
Melaporkan korupsi hanya akan merusak reputasi Bank Dunia di Indonesia, sehingga para staf enggan “melihat secara teliti
model pembangunan Indonesia.”
Manajemen Bank Dunia cenderung
mengumbar pepujian terus-menerus terhadap kinerja pemerintah Indonesia dan secara
signifikan mendukung munculnya rasa puasdiri serta sikap toleran terhadap penyelewengan. Hasilnya: korupsi terus menjadi
problem di Indonesia.
P
ADA Oktober 1998, sebuah laporan
inter Bank Dunia menyebutkan “setidaknya 20%-30% dari dana pembangunan Indonesia masuk ke dalam
Suharto
menyatakan berhenti
dan menyerahkan kekuasaan
pada Habibie,
serta meninggalkan
hutang segunung
Foto: Antara
Kantor Bank Dunia
Foto: Dok.WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 258 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 259
kan. Sepanjang 2005, pemerintah menerbitkan obligasi internasional (dalam bentuk
dolar) senilai Rp 25 triliun, dan ditambah
obligasi serupa senilai Rp 25 tiliun lagi pada
2006.
Utang kepada bank dan kreditor internasional lain juga bertambah, meski penambahannya kecil. Pada awal 2006 ini, Asian
Development Bank (ADB) menyetujui utang
baru sebesar US$ 50 juta (atau Rp 0,5 triliun)
yang akan dipakai untuk menyelenggarakan
program infrastruktur pedesaan miskin.
Jika saja tidak membayar cicilan dan
pokok sebesar Rp 170 triliun pada 2006,
Indonesia bisa membiayai program
pemberantasan kemiskinan jauh lebih besar
dari pinjaman ADB tadi. Tanpa berutang
baru, Indonesia bahkan sebenarnya bisa
membiayai peningkatan anggaran sosial
sebanyak 6% dari PDB seperti yang pada
2004 diusulkan UNDP (Badan PBB untuk Program Pembangunan). Indonesia adalah
salah satu negeri dunia yang anggaran
sosialnya untuk pendidikan dan kesehatan
sangat kecil: yakni 3%.
Meski Soeharto telah lama jatuh, kebijakan penanganan utang tidak berubah.
BENALU YANG TAK MAU PERGI
Pemerintah tetap memilih menambah utang
baru ketimbang meminta pengurangan
utang. Tradisi gali lubang tutup lubang masih
lestari.
Para elit Indonesia memilih untuk
menambah utang baru ketimbang meminta
pemotongan utang. Lingkaran setan utang
ini lestari karena adanya semacam simbiosis
mutualisme antara kaum elit Indonesia, yakni
ekonom dan politisinya, dengan para pejabat
keuangan dunia seperti Bank Dunia serta
IMF.
Kaum elit Indonesia menginginkan jalan
pintas mendapatkan dana pembangunan,
yang sebagian bisa dikorup. Mereka patuh
melaksanakan resep pembangunan ala IMF/
Bank Dunia meski tahu resep itu beracun.
Di ujung lain, lembaga keuangan dunia
membutuhkan ”customer” patuh seperti Indonesia. Dengan utangnya yang besar, Indonesia dikenal sebagai klien utama, dan
“Pemerintah memilih
memuaskan kreditor
daripada melindungi belanja sosial
masyarakat”
Koordinator Koalisi Anti Utang (KAU)
Kusfiardi
DIBAYANGI kurangnya dana pembangunan, Pemerintahan Susilo
Bambang Yudhoyono telah menambah utang baru secara signifiFoto: Henry Lopulalan
John Howard dan SBY
Foto: Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 261
selalu setia membayar utang tak peduli berapa ongkos yang diharus ditanggung publik.
Ini juga simbiosis yang tidak demokratis,
sekaligus anomali dalam era reformasi Indonesia belakangan ini. Meski dalam aspek
lain telah tersentuh keterbukaan politik,
perundingan-perundingan tentang utang dan
apa konsekuensinya terhadap nasib jutaan
orang tidak pernah menjadi perdebatan
publik yang transparan. Perundingan tentang
utang tetap terbatas di kalangan elit.
Simbiosis mutualisme itu menjadi parasit bagi publik. Utang akhirnya menjadi
sarana eksploitatif baik bagi kaum elit Indonesia maupun bagi lembaga keuangan
negara maju. Beberapa studi menunjukkan
bahwa alih-alih membantu negeri miskin
seperti Indonesia, mekanisme utang justru
telah lebih banyak menyedot sumber daya
ke negeri-negeri Barat dan Utara. Kolonialisme belum hilang meski banyak negara
di Asia maupun Afrika telah secara formal
merdeka.
Dalam konteks Indonesia, eksploitasi itu
dimungkinkan oleh kepatuhan yang nyaris
total ekonom dan politisi Indonesia terhadap
lembaga-lembaga keuangan dunia, seperti
IMF dan Bank Dunia. Padahal, di banyak
belahan dunia lain, gelombang kritik terhadap lembaga keuangan dunia ini sedang
mengalami pasang naik.
IMF dan Bank Dunia tidak hanya dipandang eksploitatif dalam soal utang negeri
berkembang. Dua lembaga itu dinilai menyebarkan resep pembangunan, yakni
MENGENYAHKAN KONSEP
”THE PUBLIC GOOD”
Mengurangi
tanggungjawab bersama dan
menggantikannya dengan
”kewajiban individu”.
Membiarkan kaum termiskin
untuk menemukan solusi
sendiri atas mahalnya layanan
kesehatan, pendidikan dan
keamanan sosial serta
menyebut mereka ”malas”
jika mereka gagal.
neoliberalisme di bawah dalih globalisasi,
yang implikasinya merusak. Bersama WTO
dan forum seperti World Economic Forum,
dua lembaga itu dituduh sebagai penyebab
ketimpangan dunia yang makin lebar, proses
pemiskinan, eksploitasi dan kerusakan
lingkungan dalam derajat serius.
Inti Pandangan Neoliberalisme
PASAR YANG BERKUASA
Mempreteli peran dan
kewajiban pemerintah, serta
membebaskan perusahaan
”swasta” dari setiap ikatan
yang dikenakan oleh
pemerintah tak peduli
seberapa besar kerusakan
sosial yang bisa
disebabkannya.
PANGKAS ANGGARAN
PUBLIK UNTUK
LAYANAN SOSIAL
Kurangi anggaran
sosial seperti pendidikan,
kesehatan, dan air bersih,
semua itu atas nama
pengurangan peran
negara.
DEREGULASI
Memangkas hukum dan
aturan yang bisa mengurangi
penciptaan laba, termasuk
ukuran-ukuran untuk
melindungi hak buruh dan
pelestarian lingkungan hidup.
PRIVATISASI
Menjual perusahaan,
barang dan layanan milik
negara kepada investor
swasta. Walaupun dilakukan
atas nama efisiensi yang lebih
besar, yang seringkali memang
dibutuhkan, privatisasi
mengkonsentrasikan
kemakmuran kepada segelintir
tangan dan membuat rakyat
miskin tak bisa mendapatkan
barang serta layanan yang
mahal.
Tak bebas dari belenggu utang
Foto: Henry Lopulalan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 262 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 263
trasi. Mereka mewakili 700 organisasi di
seluruh dunia. Sasaran demonstrasi mereka
adalah Pertemuan Tingkat Menteri WTO
yang berlangsung di kota itu, yang antara
lain membicarakan penyatuan dunia menjadi satu kesatuan dagang, atau yang sering
disebut sebagai globalisasi. Para demonstran berhadapan dengan pengamanan ketat.
Bentrok tak terhindarkan. Demonstrasi damai
ini berakhir ricuh, ribuan terluka dan ratusan
lainnya dijebloskan ke tahanan.
Sampai beberapa tahun kemudian, peristiwa itu dikenal sebagai ”The Battle of Seattle” atau “Pertempuran Seattle”. Ini merupakan salah satu demonstrasi terbesar di
kota Amerika sejak Perang Vietnam, dan
menjadi simbol gerakan anti-globalisasi yang
menguat belakangan ini.
Hampir seperti ritual, demonstrasi besar
yang militan kini mewarnai hampir setiap
kali diselenggarakan perundingan WTO.
Terakhir, belasan orang ditangkap dalam
protes terhadap sidang itu di Hongkong,
Desember 2005.
Apa sebenarnya yang salah dengan globalisasi sehingga memperoleh penentangan
yang demikian keras? Bukankah globalisasi
GERAKAN ANTINEOLIBERAL
adalah sesuatu yang mulia, menyatukan umat
manusia dalam kemakmuran kebersamaan?
Tidakkah globalisasi sesuatu yang tak terhindarkan ketika dunia menyusut dan batasbatas negara luruh akibat perkembangan
teknologi dan sarana transportasi?
Tapi, yang lebih penting, kenapa globalisasi harus menjadi kepedulian kaum environmentalis seperti kita? Dan di mana posisi kita dalam hal ini?
Seperti setiap fenomena modern, globalisasi adalah tren yang penuh kontradiksi.
Globalisasi menawarkan harapan, namun
juga merampok harapan. Globalisasi menyediakan potensi munculnya tatanan dunia
yang manusiawi, namun juga barbar.
Globalisasi sebagai simbol kerjasama
bangsa-bangsa dunia dalam menuju kemakmuran bersama secara bermartabat
tidak selayaknya ditolak. Namun, gelombang protes terhadap globalisasi sekarang
ini memang lebih terfokus terutama pada
“Manusia yang tahu
bahwa cukup adalah cukup
S akan selalu cukup.”
EATTLE, Amerika Serikat, berderak
pada 30 November 1999. Di jalanan kota tempat Microsoft bermarkas
itu sekitar 70.000 orang berdemonsLao-Tzu
Seattle, 1999
Foto: Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 265
aspek ekonomi yang terbukti merusak.
Globalisasi ekonomi gagal meningkatkan kesejahteraan dunia seperti dijanjikan,
dan justru sebaliknya menciptakan struktur
yang timpang dan ekspoitatif. Kegagalan itu
terletak terutama pada serangkaian kebijakan ekonomi neoliberal salah arah, namun
dipromosikan besar-besaran.
Kritik terhadap globalisasi akhirnya
identik dengan kritik terhadap neoliberalisme,
serangkaian kebijakan ekonomi yang efeknya
sangat mencolok: si kaya makin kaya dan si
miskin makin miskin. Neoliberalisme bercirikan antara lain pada promosi lantang tentang liberalisasi perdagangan dan investasi,
privatisasi dan deregulasi, kata-kata yang
setiap hari kita baca dan dengar di media
massa.
Pandangan ini tidak hanya dipromosikan tapi dipaksakan secara tidak demokratis.
Banyak negara berkembang, seperti Indonesia, resep neoliberalisme merupakan bagian
terpadu dari paket utang yang diberikan oleh
negara-negara Barat dan Utara, oleh IMF,
Bank Dunia dan ADB. Negara berkembang
yang berutang, seperti Indonesia, tidak bisa
merumuskan kebijakan ekonomi sendiri
sesuai kepentingan rakyatnya. Mereka tidak
bisa memilih lain kecuali menerapkan rangkaian kebijakan itu dirumuskan oleh elit ekonomi dunia IMF dan Bank Dunia yang bermarkas di Washington, dan karenanya sering
disebut sebagai ”The Washington Consensus”.
IMF dan Bank Dunia menjadi semacam
negeri-negeri maju seperti Amerika, Jepang dan Inggris, pemilik saham
terbesar. IMF juga bertindak sebagai
penyaring akses Indonesia ke keuangan
dan modal internasional. Untuk bisa
meminjam ke pasar modal dunia, atau
memperoleh pinjaman dari negeri maju,
pertama-tama dia harus memperoleh
restu dari IMF.
IMF sendiri mengakui membuat kesalahan ketika sebuah tim staf kecil IMF,
hanya setelah dua pekan di Jakarta, meminta Bank Indonesia menutup 16 bank
pada 1 November 1997. Ongkos dari
blunder ini telah berakibat pada meningkatnya beban utang domestik raksasa
senilai 80 milyar dollar AS (Rp 700 triliun).
Sebelum krisis ini, Indonesia tidak memiliki beban utang domestik yang
lembaga ”supra pemerintah” dengan politisi
dan ekonom yang tidak pernah dipilih dan
tidak akuntabel meski kebijakannya punya
pengaruh dahsyat di negara-negara
berkembang.
”The Washington Consensus” menciptakan pengangguran dan proses pemiskinan
dengan resep-resep kebijakannya yang
secara patuh dilaksanakan para ekonom
kita: memperketat belanja pemerintah designifikan.
IMF tidak hanya bertanggungjawab
atas utang yang menggunung. Tekanan
IMF agar negeri-negeri pengutang menghapus subsidi bahan bakar, misalnya, juga
tidak dipertimbangkan secara masak-masak dan tidak akuntabel terhadap kekuatan
demokratik. Kenaikan harga bahan bakar
merupakan alat bagi IMF untuk secara
cepat mengumpulkan dana bagi anggaran Indonesia, yang sebagian besar di
antaranya untuk membayar utang.
Para pejabat IMF dan Bank Dunia
yang mewakili investor asing punya suara
lebih kuat dari keputusan politisi Indonesia yang dipilih secara demokratis.
Negosiasi IMF/Bank Dunia dan pemerintah Indonesia hampir selalu besifat
rahasia. Warga Indonesia tidak tahu persis
apa yang dilakukan atas nama mereka
dan biaya besar yang berkaitan dengan
kebijakan yang dipaksakan oleh kreditor
asing. Sangat tidak demokratis.
ngan memangkas anggaran sosial dan
menghapus subsidi; membuka pasarnya
untuk impor, termasuk impor bahan pangan
yang berkibat pada kehancuran ekonomi
pertanian lokal; serta membuka lebar negeri
untuk modal asing meski itu harus dilakukan
dengan melonggarkan hukum dan undangI
MF punya peran kunci dalam menggunungnya beban utang publik Indonesia, baik luar negeri maupun domestik. Lembaga itu didominasi oleh
undang yang melindungi rakyat setempat.
Sesuai dengan namanya, “The Washington Consensus” juga seringkali menjadi
bagian integral dari kebijakan politik luar
negeri AS. Mengikuti secara buta resep IMF
dan Bank Dunia artinya sama saja dengan
menjadi orbit ekonomi-politik Amerika.
Peran IMF yang Tidak Demokratis
Foto-foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 266 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 267
MITOS: Demokrasi dan kapitalisme
berjalan seiring
REALITAS: Demokrasi dan ekonomi pasar
yang sehat memang cita-cita bagus karena
menjadi basis bagi berkembangnya masyarakat yang mampu mengorganisasikan diri
dan memperlakukan anggotanya secara setara. Tapi, kapitalisme adalah pembunuh
maut bagi keduanya. Kapitalisme menciptakan ilusi di dalam pikiran mereka yang
berkuasa bahwa ideologi ini merupakan mesin kemakmuran sementara faktanya merupakan mesin perusak dan pencipta ketimpangan. Dalam definisi, desain dan praktek,
kapitalisme adalah sistem yang akan mengkonsentrasikan kekuasaan ekonomi ke tangan
segelintir orang dan mengenyampingkan
banyak orang, artinya tidak demokratis.
MITOS: Globalisasi akan mengakhiri
kemiskinan
REALITAS: Globalisasi ekonomi menciptakan
kemakmuran, tapi hanya untuk segelintir elit
yang diuntungkan oleh konsolidasi kapital,
merger, teknologi skala global, dan aktivitas
finansial seperti bursa saham dan bursa
uang. Pasang naik perdagangan bebas dan
globalisasi semestinya ”mengangkat semua
kapal” dan mengakhiri kemiskinan. Tapi,
dalam setengah abad setelah diperkenalkan,
lebih banyak kemiskinan di dunia ketimbang
GLOBALISASI: MITOS DAN REALITAS
sebelumnya, dan situasinya terus memburuk.
MITOS: Globalisasi akan mengakhiri
kelaparan dunia
REALITAS: Globalisasi pertanian telah gagal
dalam mengatasi krisis kelaparan di dunia.
Pada kenyataannya, justru telah memperburuk krisis. Selama dua dasawarsa terakhir,
jumlah pangan di dunia terus meningkat,
namun meningkat pula jumlah kelaparan.
Sebuah studi PBB belum lama ini menunjukkan bahwa dunia sebenarnya cukup akan
pangan. Problemnya ada dalam distribusi
yang tak merata. Globalisasi produksi
pangan telah meminggirkan petani kecil dari
tanahnya dan menggantinya dengan industri
Globalisasi ekonomi
menciptakan
kemakmuran, tapi
hanya untuk segelintir
elit yang diuntungkan
oleh konsolidasi
kapital, merger,
teknologi skala global,
dan aktivitas finansial
seperti bursa saham
dan bursa uang.
Foto: Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 269
pertanian kimiawi yang padat mesin.
Globalisasi produksi pangan memproduksi
pangan yang salah dalam suatu proses yang
membuat jutaan petani kehilangan tanah,
tak punya rumah, miskin uang, dan bahkan
tak bisa memberi makan sendiri.
MITOS: Globalisasi baik untuk
lingkungan
REALITAS: Globalisasi secara inheren bersifat
merusak alam karena menuntut produk dan
jasa bergerak ribuan kilometer keliling dunia,
melonjakkan ongkos lingkungan yang demikian mahal dalam bentuk polusi udara dan
air, peningkatan konsumsi energi, dan
penggunaan bahan kemasan serta pengawet
kimiawi yang tak terurai. Kemakmuran yang
diperoleh dari perdagangan dunia sangat
sedikit yang dibelanjakan untuk program perbaikan lingkungan. IMF dan Bank Dunia justru
praktis memastikan perusakan lingkungan.
MITOS: Globalisasi ekonomi tidak bisa
dihindari
REALITAS: Para pendukung globalisasi
ekonomi cenderung melukiskan globalisasi
sebagai proses yang tak terhindarkan, atau
menjadi muara logis dari seluruh benturan
gaya ekonomi dan teknologi yang berjalan
selama berabad-abad. Mereka melihat globalisasi sebagai hukum alam. Tapi, globalisasi ekonomi bukanlah evolusi yang natural.
Lembaga-lembaga dunia seperti IMF, Bank
Dunia, GATT, NAFTA dan WTO menempatkan nilai ekonomi di atas nilai-nilai lainnya,
serta menindas kemampuan tiap negara
untuk melindungi lingkungan, buruh, dan
konsumen. Globalisasi semacam itu bahkan
cenderung menolak kedaulatan serta
demokrasi sebuah negeri jika negeri itu
nampak merintangi ”perdagangan bebas”.
Tapi, tak satu pun dari itu tak bisa dihindari.
Menyebut globalisasi sebagai tak terhindarkan adalah upaya menghipnotis orang untuk
meyakini bahwa tak ada yang bisa dilakukan
untuk mencegah globalisasi, sehingga menciptakan sikap pasrah dan pasif.
Globalisasi
produksi pangan
memproduksi
pangan yang
salah dalam suatu
proses yang
membuat jutaan
petani kehilangan
tanah, tak punya
rumah, miskin
uang, dan bahkan
tak bisa memberi
makan sendiri.
Foto: Dok. WALHI
GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP
Foto: Dok. WALHI Aksi Perempuan
271
bekerja untuk kekuasaan korporat” atau yang
lainnya.)
Lobby. Naikkan isu keadilan global dengan
semua pengambil keputusan. Perubahan
iklim dapat kamu bicarakan dengan anggota DPRD atau para birokrat pemerintahan
Ubah Gaya Hidupmu. Ukur jejak ekologi .
dirimu dan keluargamu dan berusaha untuk
menurunkannya hingga ke level sustainable.
Fokuslah, baik pada hal-hal yang memberi
perbedaan besar (bersepeda daripada
berkendara) maupun pada perbaikan-perbaikan kecil (seperti daur ulang) – lihat saja
situs People and Planet dan Best Foot Forward.
Bikin Pilihan-Pilihan Etis. Setiap hendak .
mengkonsumsi sesuatu, biasakan untuk
membuat pilihan-pilihan positif. Bergaya hidup organik. Beli produk fair trade. Kurangi
makan daging. Hindari multinasional. Dukung usaha lokal. Kunjungi pasar tradisional.
Jadilah Karyawan Pro-Aktif. Tingkatkan
praktek bisnis bertanggung jawab dengan
karyawanmu – sekarang ini ada banyak contoh praktek yang bagus dari perilaku korporat
progresif, seperti socially-responsible
sourcing, audit lingkungan, investasi etika,
dan lain-lain. (Di bagian ini juga dapat
menjadi versi hard-core dari pesan, “jangan
Sebarkan pertanyaan. Perubahan politik .
membutuhkan perubahan kebiasaan masyarakat awam. Bicaralah pada teman-teman
dan kolegamu tentang globalisasi – tunjukkan bahwa itu hal yang paling penting di
hadapan ita sekarang ini. Gunakan pesanpesan kunci, seperti “kita kehilangan etika
berpolitik,” atau “pelayanan kesehatan buruk
karena hanya diurusi sedikit tangan, tanpa
melibatkan publik.” Dan lain-lain. Dan kamu
tidak perlu punya semua jawaban – yang
penting melontarkan pertanyaan. Sebuah
organisasi bernama Ruckus menjalankan sekolah perlawanan damai dan memiliki
banyak ide bagaimana cara menyampaikan pesan dengan aksi langsung tanpa
menyertakan kekerasan. Tengok saja
www.ruckus.org
Kampanye. Dukung satu dari banyak kam- .
panye yang berusaha untuk mengontrol
globalisasi, seperti kampanye-kampanye
yang dilakukan The World Development
Movement, People and Planet, Friends of
Earth, Sahabat Walhi, dan lain-lainnya.
desa, aturan perdagangan internasional
dengan pejabat pemerintahan dan anggota
parlemen, juga isu Protokol Kyoto (dan sikap
AS atas protokol tersebut) yang penting
diketahui para pengambil kebijakan di negara ini. Agar mudah dipahami, kaitkan dengan isu-isu lokal dan nasional. Bagaimana
globalisasi memberikan dampak di tingkat
nasional dan lokal. Cara paling mudah dari
kesemuannya, mengirimkan surat progresif
ke lembaga-lembaga berkepentingan dan
media massa. Kamu bisa saja bergabung
ke kelompok-kelompok yang melakukan kambahasa kamu sendiri).
Di atas semuanya, terhubung dengan
orang lain. Sangat sulit untuk belajar atau
beraksi secara efektif jika kamu cuma
sendirian. Bergabunglah dengan kelompokkelompok lain yang peduli pada isu-isu lingkungan dan angkat isu tersebut dalam segala
konteks pekerjaanmu. Jika kamu seorang guru atau pendidikan, masukkan isu-isu tersebut. Jika kamu aktif di organisasi perempuan
lokal, katakan bagaimana globalisasi melukai perempuan-perempuan di dunia sedang membangun.
panye isu-isu tertentu dengan menggunakan
e-mail.
Etis dalam investasi. Pastikan uangmu ti- .
dak melawan keadilan. Simpan dan investasi
secara etis. Dan periksa baik-baik apa yang Banyak kamu maksudkan dengan etis itu (menurut
yang bisa
kamu lakukan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 272 GLOBALISASI DAN LINGKUNGAN HIDUP 273
BAGIAN 7
Indonesia bukan lagi
zamrud khatulistiwa.
Indonesia adalah negara budak
yang tak punya apa-apa.
Saatnya kaum muda bangkit
menata Indonesia yang lebih baik
dan berkelanjutan.
Kita bawa Indonesia
menuju demokrasi kerakyatan
atau demokrasi bumi.
MENUJU
DEMOKRASI BUMI
melambai di pantai indah atau pohon cemara menuding langit di pengunungan. Kita
tidak hanya membayangkan sebuah gugusan
pulau yang kaya akan keragaman flora dan
fauna. Tapi, kita juga membayangkan sebuah negeri yang makmur, sejahtera, adil
dan damai.
Namun, menerapkan kata “Zamrud
Khatulistiwa” untuk Indonesia hari-hari ini
mungkin hanya akan membuat kita sedih serta frustrasi. Betapa jauh antara impian dan
kenyataan.
Penjarahan oleh industri perkayuan, meluasnya kawasan penambangan mineral dan
kebakaran hutan mengancam keutuhan hutan tropis kita yang dinilai menjadi paruparu bumi kedua setelah hutan Amazon di
Amerika Latin. Penjarahan dan kebakaran
itu makin gila dari tahun ke tahun, menghabisi spesies flora dan fauna yang bahkan
belum sempat kita identifikasi.
Bencana banjir dan longsor makin sering
dan makin luas terjadi, merusak ruang hidup
jutaan petani di pedesaan. Pestisida dan pupuk kimiawi mengerogoti lahan hidup dan
ekosistem mereka. Perkebunan-perkebunan
besar dengan tanaman monokultur tumbuh
ZAMRUD KHATULISTIWA, NO MORE!
“Pada saat ini terlihat
bahwa seluruh sikap-sikap
mental mengalami
degradasi di Indonesia,
termasuk sikap mental
bertanggung jawab.
Beberapa orang yang pada
mulanya kelihatan sangat
potent untuk berwatak
penuh tanggung jawab,
ternyata menjadi pelempar
tanggung jawab. Ada suatu
bahaya bahwa masyarakat
Indonesia akan menjadi
society of responsibility
shifters. Karena itu dari
kalangan anak-anak muda
di samping orang-orang
tua, harus tampil beberapa
orang yang berani
melawan arus ini dan
menegakan suatu
masyarakat yang
bertanggung jawab.”
KETIKA kita menyebut Kepulauan Indonesia sebagai “Zamrud Khatulistiwa”, kita tidak hanya membayangkan sebuah negeri dengan nyiur
Ahmad Wahib
Catatan Harian 20 Februari 1970
Globalisasi ekonomi
membuat masalah
menjadi makin kompleks
bagi Indonesia.
Land clearing hutan di Riau
Foto: Greenpeace
MENUJU DEMOKRASI BUMI 277
pesat tak hanya mematikan keanekaragaman hayati serta mengguncang ekosistem, tapi
juga merangsek perkampungan manusia,
budaya dan kearifan tradisional mereka.
Hilangnya sumber kehidupan dan proses
pemiskinan terus-menerus di pedesaan memaksa orang pergi ke kota. Tapi, jutaan
orang menemui jebakan sama di kawasan
perkotaan: habitat yang tidak nyaman dan
makin rendah kualitasnya sebagai penopang
kehidupan. Kota-kota kita diwarnai kesemrawutan tata ruang, kemacetan, polusi udara,
mahalnya air bersih di musim kemarau serta
banjir di musim penghujan. Konsumsi energi
meningkat drastis untuk produktivitas yang
makin rendah.
Kemiskinan di pedesaan dan keruwetan
hidup di perkotaan telah memacu ketegangan sosial dan segala penyakit ikutannya:
kriminalitas, konflik, tawuran, penyalahgunaan narkotika, angka bunuh diri, dan semua
jenis penyakit sosial lain yang menurunkan
martabat kemanusiaan.
Kita kehilangan pijakan hidup baik di
pedesaan maupun di perkotaan. Desa dan
kota menjadi kanibal yang saling memakan
dalam perlombaan ke dasar sumur baik
martabat maupun standar hidup manusia.
Makin hari kita makin kehilangan modal untuk kesejahteraan ekonomi bersama, yang
Kita kehilangan pijakan hidup baik di pedesaan
maupun di perkotaan. Desa dan kota menjadi
kanibal yang saling memakan dalam
perlombaan ke dasar sumur baik martabat
maupun standar hidup manusia. Pameran bursa kerja Foto: Henry Lopulalan
Petani tembakau di Jawa Tengah
Foto: Imam Soekamto/Gatra
MENUJU DEMOKRASI BUMI 279
membuat kita makin tak mampu untuk melindungi alam tempat hidup kita, bahkan—
bagi banyak orang—untuk bisa sekadar
makan dan bertahan hidup.
Globalisasi ekonomi membuat masalah
menjadi makin kompleks bagi Indonesia.
Apa yang terjadi suku-suku tradisional Papua
dekat pertambangan Freeport di Timika,
misalnya, tak bisa dipisahkan dari dinamika
politik dan bisnis di Washington. Rezim perdagangan bebas dunia telah memungkinkan
perusahaan multinasional, misalnya, tak hanya menjarah mineral di tempat yang jauh
tapi juga mempatenkan benih dan obat tradisional, sedemikian sehingga kelak kita harus membayar lisensi dari setiap tanaman
pangan atau obat-obatan yang kita tumbuhkan di halaman rumah kita.
Nasib petani di pedalaman Jawa dan
Sumatera makin hari makin ditentukan oleh
para juru runding WTO yang tak pernah mereka kenal dan tak pernah mereka pilih secara demokratis. Hidup dan kesejahteraan
nela-yan serta buruh industri makin
ditentukan oleh kebijakan ekonomi para
bankir di Bank Du-nia dan Dana Moneter
Internasional (IMF) yang anti-subsidi.
Penduduk kumuh perkota-an kehilangan hak
dasar mereka atas air bersih akibat
privatisasi dan deregulasi yang menyertai
promosi besar-besaran perda-gangan
bebas dunia.
Kolonialisme model lama, yang bersifat
fisik, sudah berakhir, namun kita tetap mengalami penjajahan dalam bentuk baru,
alias neo-kolonialisme. Inti dari penjajahan
“Kita mesti
memperlakukan air
sebagai benda paling
berharga di dunia,
sumberdaya alam yang
paling bernilai.
Berhematlah dengan air!
Jangan menyianyiakannya! Kita masih
punya waktu untuk
melakukan sesuatu atas
persoalan ini sebelum
terlampau terlambat.”
Mikhail Gorbachev
Foto: Gatra
Desain foto: Martha Sakellarious/Image Photodisc/FOE
MENUJU DEMOKRASI BUMI 281
adalah masing-masing kita tidak bisa me-nentukan nasib kita sendiri dan pilihan hidup
kita sendiri.
Indonesia ibarat seekor ikan di kolam besar yang keruh, yang makin hari makin
kehilangan kendali terhadap hidupnya sen-diri. Secara kolektif masyarakat Indonesia makin
miskin. Utang publik membengkak, sumber daya ekonomi menyusut, ketergan-tungan
makin besar terhadap dunia luar dan kerusakan habitat makin parah.
Saatnya untuk mengakui
”Zamrud Khatulistiwa No More!”
Bukan untuk bersikap pesimistis,
namun untuk bersikap realistis
dan merangsang renungan
tentang apa yang sebenarnya
salah dari semua ini. Dengan
model pembangunan baik fisik,
ekonomi maupun sosial seperti
sekarang, Indonesia sedang
melaju ke kiamat kecilnya sendiri.
Model pembangunan yang ada
sekarang tidak sustainable, tidak
berkelanjutan dan akan berakhir
pada malapetaka baik sosial,
ekonomi maupun ekologis.
Seorang ketua suku Indian Suquamish di
Amerika pada 1848 mengucapkan sebuah
pidato yang relevan kita dengar, justru
sekarang-sekarang ini.
“Bagaimana kami bisa membeli dan menjual
langit, serta hangatnya tanah? Gagasan seperti
itu asing bagi kami.”
“Jika kami tak punya segarnya udara dan
gemericiknya air, bagaimana kami bisa
membelinya?”
“Setiap bagian dari bumi adalah sakral bagi
kami. Setiap kilau pucuk pohon pinus, setiap
pantai berpasir, setiap embun di pepohonan,
setiap dengung serangga adalah suci dalam
ingatan dan pengalaman rakyat kami. Cairan
yang mengalir dalam setiap pohon membawa
ingatan orang-orang kami.”
“Inilah yang kami tahu: bumi bukan milik
manusia; manusialah milik bumi. Inilah yang
kami pahami. Semua hal berhubungan seperti
darah yang menyatukan sebuah keluarga.
Semua hal berhubungan.”
Pidato satu setengah abad lalu itu kini
menemukan gemanya dalam demonstrasi para
aktivis penentang globalisasi korporat: “Bumi
bukan milik manusia”, ”Bumi tidak dijual”, ”Air
tidak dijual”.
Pidato yang Abadi
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 282
SUKU INDIAN,
SCHUMACHER DAN HATTA
penuh sampah di kawasan perkotaan. Bahkan jika jumlahnya jutaan, pohon yang kita
tanam tak sebanding dengan laju penebangan yang berlangsung. Bahkan jika setiap hari
kita melakukannya, sampah di perkotaan
akan terus datang dengan laju lebih tinggi
akibat gaya hidup, pola konsumsi dan sistem
ekonomi yang kita anut.
Proses ekologi tak bisa dipisahkan dari
proses sosial, ekonomi dan politik, yang
berhubungan dan bertabrakan satu-samalain, yang tidak hanya berlangsung di tingkat
lokal, tapi nasional dan bahkan global. Dan,
sayangnya, kita tak bisa mengendalikan semua gaya tadi, apalagi dalam cakupan yang
demikian luas. Kita hidup dalam ruang dan
waktu yang terbatas, ruang dan waktu lokal.
Adakah cara untuk merujukkan dua dimensi
ini: apa yang kita lakukan secara lokal memiliki dampak pembaruan di tingkat nasional
atau bahkan global?
Ada, dan untuk itu kita memerlukan perubahan cara berpikir yang lebih komprehensif, lebih holistik, meskipun untuk banyak
hal kita hanya bisa bertindak di tingkat lokal,
dalam dunia kita yang terbatas.
Banyak masyarakat tradisional, sukusuku yang kita pandang primitif seperti Suku
Indian Suquamish di Amerika, memiliki—
dalam dunia sempit mereka—pandangan
yang menyeluruh tentang planet kita. “Bumi
bukan milik manusia; manusialah milik bumi” dan “Semua hal berhubungan”.
Dalam dunia mereka yang sempit, yang
lokal, mereka berpikir planet bumi dalam
keutuhannya, bahkan dalam kontinum antar
generasi—masa lalu, masa kini dan masa
depan. ”Semua hal berhubungan, seperti darah yang menyatukan sebuah keluarga.”
Bandingkan kearifan yang makin tersisih
itu dengan pandangan baru yang kini lazim
dan terus dipopulerkan oleh para pendukung
Penyair Senegal
Foto: Dok. WALHI
MELESTARIKAN habitat kita kini
tak cukup hanya dengan gerakan menanam ribuan pohon atau
gerakan membersihkan sungai
“Pada akhirnya, kita
hanya menjaga apa yang
kita cintai. Kita hanya
mencintai apa yang kita
mengerti. Kita hanya
mengerti apa yang
diajarkan pada kita.”
Baba Dioum
Aksi anti CGI di Jakarta
MENUJU DEMOKRASI BUMI 285
globalisasi korporat. Perusahaan multinasional memandang dunia hanya sesuatu yang
bisa dimiliki, dan memandang pasar hanya
sebuah sistem yang didorong oleh keuntungan.
Kita tak bisa memutar jam ke masa
lalu. Namun, pada kenyataannya, kita tak
perlu hidup di abad lalu untuk bisa mengambil dan menerapkan filosofi hidup seperti itu, yang sederhana namun mendalam
maknanya.
Filosofi Suquamish bahkan bisa kita
temukan dalam buku Kecil itu Indah (Small
is Beautiful) karangan EF Schumacher yang
terbit pada 1970-an. Tiga puluh tahun silam
Schumacher telah mulai mempertanyakan
arah pembangunan ekonomi global yang
bersifat merusak seperti sekarang. Ekonomi
modern, menurut dia, tidak mempertimbangkan ongkos ekologis dalam proses produksi
dan konsumsi. Hutan, air bersih, flora dan
fauna, serta keseluruhan ekosistem tidak dimasukkan dalam kalkulasi ekonomi, melainkan dianggap sebagai obyek jarahan yang
murah.
Schumacher mulai mempertanyakan
skala, menggugat obsesi manusia pada
sesuatu yang serba besar yang justru memandu umat manusia kepada kerusakan lebih
besar. Ketika komoditas pangan diproduksi
dalam skala besar untuk dikonsumsi oleh
masyarakat di berbagai belahan dunia,
misalnya, industri membutuhkan bahan
pengawet kimiawi dan kemasan yang tahan
lama, seperti plastik, yang tidak mudah
terurai. Bandingkan dengan bahan pangan
yang diperjualbelikan secara lokal, dalam
kemasan daun pisang yang mudah diurai
dan bersifat ramah lingkungan! Tak hanya
memicu penggunaan bahan yang merusak
lingkungan, perdagangan dunia juga merangsang konsumsi bahan bakar transportasi
barang dan jasa. Schumacher mengingatkan
kita pada keindahan dari yang kecil-kecil,
dari yang bersifat lokal.
Dan andai saja kita mempelajari serta
menerapkan pemikiran Bung Hatta, salah
satu proklamator Indonesia, negeri ini mungkin tidak serusak seperti sekarang. Tiga puluh
atau empat puluh tahun lalu, Bung Hatta
banyak menulis tentang konsep demokrasi
politik dan ekonomi. Seperti Schumacher,
Hatta juga menekankan pada dimensi lokal.
Bagi Hatta, desa adalah perwujudan
demokrasi yang paling hakiki, yakni ketika
individu masyarakat terlibat menentukan jalan hidupnya, pilihan hidupnya. Hatta juga
menekankan kerjasama dan pemerataan
ekonomi yang dikenal sebagai demokrasi
ekonomi seperti tertuang dalam konsep
koperasi.
Namun, yang paling penting dari
sumbangan Hatta adalah pasal 33 dalam
UUD 1945, konstitusi kita, yang menyatakan
bahwa ”bumi, air dan seisinya dikelola oleh
negara untuk kemaslahatan bersama”. Mirip
dengan pidato kepala suku Suquamish, Hatta berpandangan bumi dan air tidak
diperjualbelikan dan tidak boleh ada
kepemilikan privat atasnya.
Lucy Larcom
“Siapa yang menanam
pohon, sesungguhnya
menanam harapan”
Aksi kecil di tingkat lokal
Foto: Henry Lopulalan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 286
desa kini menemukan gaungnya dalam
gerakan semacam World Social Forum yang
makin luas. Berseberangan dengan pandangan globalisasi korporat, gerakan ini
membela prinsip, baik di tingkat lokal maupun global, bahwa planet bumi adalah milik
bersama.
Sebaliknya dari itu, filosofi hidup
Suquamish mengajak kita kepada kesadaran
tentang keterhubungan semua hal di alam,
serta hak dan tanggungjawab yang mengalir
dalam hubungan-hubungan tadi. Penulis India Vandana Shiva menyebut ini sebagai
embrio dari tatanan yang lebih besar:
”Demokrasi Bumi”.
Berlawanan dengan pandangan bahwa
dunia itu sebuah supermarket global, tempat
barang dan jasa diproduksi dengan ongkos
ekologis, sosial dan ekonomi yang demikian
tinggi namun dijual teramat murah, masyarakat di berbagai belahan dunia kini makin
sadar untuk menolak kerusakan biologis,
keragaman budaya dan kehidupan mereka.
Berlawanan dengan ekonomi pasar
bebas yang terglobalisasi dan bersifat bunuh
diri karena didasarkan pada penjarahan
serta pencemaran sumberdaya vital di alam,
DEMOKRASI BUMI,
BERFIKIR DAN BERTINDAK BERBEDA
yang mencerabut jutaan orang petani,
perajin tradisional, dan buruh, masyarakat
di berbagai belahan dunia kini berkeras
untuk membela dan mendukung ekonomi
kehidupan yang melindungi bumi serta
mendorong kreativitas.
Alih-alih menciptakan kelimpahruahan,
globalisasi yang didorong keuntungan semata telah menciptakan kultur pengasingan,
kemiskinan dan kelangkaan. Barang yang
langka makin mahal harganya, dan makin
menguntungkan segelintir orang. Produksi
global semua mahluk dan sumberdaya menjadi komoditas telah merampok hak banyak
spesies dan bangsa atas ruang-ruang ekologis, kultural, ekonomi dan politik. ”Kepe-
“Saya memutuskan
bahwa saya akan
bertahan dengan prinsipprinsip saya. Lebih baik
diasingkan daripada
menyerah terhadap
kemunafikan.”
P
ANDANGAN suku Indian, konsep
”kecil itu indah” dari Schumacher
serta konsep Bung Hatta tentang
demokrasi dan koperasi di tingkat
Soe Hok Gie
Catatan Seorang Demonstran
Berat sama dijinjing
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
MENUJU DEMOKRASI BUMI 289
tinggi dari demokrasi ekonomi yang merupakan elemen dari Demokrasi Bumi.
”Demokrasi Bumi”, berbeda dengan
demokrasi yang dipromosikan secara egoistik
oleh sejumlah negeri industri maju, adalah
demokrasi di bawah atmosfir dialog dan
penghargaan pada keragaman, di bawah
atmosfir pluralisme dan kemitraan, serta atmosfir kesediaan berbagi dan kesetiakawanan.
Mempromosikan ”Demokrasi Bumi” tidak hanya dilakukan dengan protes serta
aktivisme turun ke jalan, namun dengan menerapkannya dalam kehidupan kita seharihari, dalam realitas yang kita hadapi seharihari, serta dalam tindakan nyata mengubah
yang global lewat perubahan di tingkat lokal.
Perubahan di tingkat lokal mungkin hanya
kecil namun memiliki dampak yang besar
dan luas karena mencerminkan evolusi di
alam yang mengerahkan seluruh potensi
manusia; karena perannya dalam perubahan
dari spiral kekerasan, yang di dalamnya budaya bunuh diri, ekonomi bunuh diri dan
politik bunuh diri saling mendukung satusama-lain, ke arah spiral perdamaian, yang
di dalamnya budaya kehidupan mendukung
demokrasi kehidupan dan ekonomi kehidupan.
Demokrasi Bumi bukanlah sekadar konsep. Dia dibentuk oleh beragam praktek dan
tindakan orang-orang yang menuntut balik
barang-barang milik bersama, sumber daya
mereka, kehidupan mereka, kemerdekaan,
martabat, identitas dan ruang hidup mereka.
milikan” segelintir orang kaya didasarkan
pada ”ketidak-punyaan” yang miskin. Adalah
barang dan sumberdaya publik milik orang
miskin yang pada dasarnya kini banyak
diprivatisasi, yang akhirnya membuat si
miskin tetap miskin secara ekonomi, politik
dan budaya.
Sementara kolonialisme
di masa lalu hanya mencuri
lahan, kini hampir semua
aspek kehidupan dikuasai
secara tertutup oleh
segelintir orang—
pengetahuan, budaya, air,
keragaman hayati dan
layanan publik seperti
kesehatan dan pendidikan.
Lewat hak paten dan hak
milik intelektual, globalisasi
korporat memonopoli semua
berkah alam dan kreatifitas
seluruh umat manusia.
Kesadaran akan barang milik bersama
dan kebersamaan merupakan ekspresi terGenerasi baru Nusantara
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
"Kecil itu indah"
1. SEMUA SPESIES, MANUSIA DAN
BUDAYA MEMILIKI NILAI SENDIRI
YANG PENTING
Semua mahluk hidup adalah subyek
yang memiliki integritas, kecerdasan dan
identitas. Mereka bukan obyek kepemilikan,
manipulasi dan eksploitasi dan penjarahan.
Tak satupun manusia punya hak untuk
menguasai spesies lain, manusia lain, atau
pengetahuan dari budaya lain melalui paten
dan hak-hak milik intelektual.
2. MASYARAKAT BUMI ADALAH
SEBUAH SISTEM DEMOKRASI UNTUK
SEMUA KEHIDUPAN
Kita semua anggota keluarga bumi,
saling terhubung melalui jaring halus
kehidupan planet ini. Kita semua memiliki
kewajiban untuk hidup dengan melindungi
proses ekologis bumi, dan melindungi hak
serta kesejahteraan semua spesies dan
semua manusia. Tak satu pun manusia memiliki hak untuk merusak ruang ekologis spesies lain dan orang lain, atau untuk memperlakukannya secara kasar dan dengan jalan
kekerasan.
3. KERAGAMAN HAYATI DAN
KERAGAMAN BUDAYA HARUS
DIPERTAHANKAN
Keragaman hayati dan budaya memiliki
tujuan dalam dirinya. Keragaman hayati
adalah sebuah nilai dan sumber kekayaan,
baik material maupun budaya, yang menciptakan kondisi bagi keberlanjutan. Keragaman budaya menciptakan kondisi bagi perdamaian. Mempertahankan keragaman hayati
dan budaya merupakan kewajiban umat
manusia.
4. SEMUA MAHLUK HIDUP MEMILIKI
HAK ALAMI UNTUK BERTAHAN HIDUP
Semua makhluk hidup di bumi, termasuk seluruh umat manusia, memiliki hak untuk
bertahan hidup – hak terhadap air, terhadap
pangan, terhadap habitat yang aman dan
bersih, serta terhadap keamanan ruang ekologisnya. Sumberdaya yang vital untuk bertahan hidup harus tetap merupakan barang
bersama. Hak untuk bertahan hidup merupakan hak alamiah. Hak ini tidak diberikan
oleh negara atau perusahaan, dan tidak bisa
dihilangkan oleh tindakan negara atau perusahaan. Tak satu pun negeri atau korporasi
memiliki hak untuk menggerogoti atau menindas hak-hak alamiah ini atau mengambilalih hak ekseklusif barang bersama yang
penting untuk bertahan hidup.
5. DEMOKRASI BUMI BERBASIS
PADA EKONOMI KEHIDUPAN DAN
DEMOKRASI EKONOMI
Demokrasi bumi didasarkan pada demokrasi ekonomi. Sistem ekonomi dalam
Demokrasi Bumi melindungi ekosistem dan
keutuhannya; sistem itu melindungi kehidupan
10 PRINSIP DEMOKRASI BUMI
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Melaju bersemangat menuju Demokrasi Bumi
MENUJU DEMOKRASI BUMI 293
manusia dan memberikan kebutuhan
dasar kepada semua. Dalam ekonomi bumi
tidak ada orang yang terlantar dan tidak
ada spe-sies dan budaya yang bisa
disingkirkan. Eko-nomi bumi adalah ekonomi
kehidupan. Eko-nomi ini didasarkan pada
sistem yang bera-gam, pluralistik dan
berkelanjutan yang me-lindungi alam
maupun manusia, yang dipilih oleh manusia,
dan bekerja untuk kemas-lahatan bersama.
6. EKONOMI KEHIDUPAN BERTUMPU
PADA EKONOMI LOKAL
Pelestarian sumberdaya bumi dan pembentukan kehidupan yang berkelanjutan serta
memuaskan bisa dicapai dalam wujud paling
kasih, paling kreatif, paling efisien dan paling merata hanya pada level lokal. Lokalisasi ekonomi adalah keharusan sosial dan ekologis. Hanya barang dan jasa yang tidak
bisa diproduksi secara lokal—menggunakan
sumberdaya dan pengetahuan lokal—yang
boleh diproduksi di luar daerah dan dipasarkan dalam jarak yang jauh. Demokrasi Bumi
didasarkan pada ekonomi lokal yang bergairah, yang mendukung ekonomi nasional dan
global. Dalam Demokrasi Bumi, ekonomi
global tidak merusak dan menghancurkan
ekonomi lokal, ataupun menciptakan orang
yang terlantar. Ekonomi kehidupan mengakui
kreatifitas semua umat manusia dan menciptakan ruang untuk kreatifitas yang beragam
demi mencapai potensi penuh mereka. Ekonomi kehidupan adalah ekonomi yang beragam dan terdesentralisasi.
7. DEMOKRASI BUMI ADALAH
DEMOKRASI KEHIDUPAN
Demokrasi kehidupan didasarkan pada
demokrasi seluruh bentuk kehidupan dan demokrasi hidup keseharian. Dalam demokrasi
kehidupan manusia harus bisa mempengaruhi keputusan dan menentukan jenis pangan
yang dimakan, air yang diminum, dan layanan kesehatan serta pendidikan yang dikenyam. Demokrasi kehidupan tumbuh seperti
pohon, dari bawah ke atas. Demokrasi Bumi
didasarkan pada demokrasi lokal, dengan
komunitas lokal, yang terorganisasi di atas
prinsip kebersamaan, keragaman dan tanggungjawab ekologis serta sosial—memiliki
otoritas tertinggi terhadap keputusan yang
berkaitan dengan lingkungan dan sumberdaya alam dan terhadap keberlanjutan serta
kehidupan manusia. Otoritas itu didelegasikan ke level pemerintahan yang lebih jauh
atas prinsip subsider. Penentuan nasib sendiri
dan pemerintahan diri sendiri merupakan
fondasi dari Demokrasi Bumi.
8. DEMOKRASI BUMI DIDASARKAN
PADA BUDAYA KEHIDUPAN.
Budaya kehidupan mendukung perdamaian dan menciptakan ruang untuk
mempraktekkan agama yang berbeda dan
mengadopsi keyakinan serta identitas yang
berbeda. Budaya sehari-hari memungkinkan
keragaman budaya berkembang dari bawah, dari dasar kemanusiaan yang sama
dan hak yang sama sebagai anggota
masyarakat dunia.
9. BUDAYA KEHIDUPAN ADALAH KASIH
TERHADAP KEHIDUPAN
Budaya kehidupan sehari-hari didasarkan pada martabat dan penghargaan kepada semua kehidupan, manusia, bukan
manusia, semua jenis kelamin dan budaya,
generasi sekarang dan yang akan datang.
Budaya kehidupan karenanya budaya
ekologis yang tidak mempromosikan gaya
hidup atau pola produksi-konsumsi yang
menghancurkan kehidupan, atau penggunaan dan ekploitasi sumberdaya secara
berlebihan. Budaya kehidupan beragam dan
didasarkan pada rujukan untuk kehidupan.
Budaya kehidupan mengakui adanya
keragaman identitas yang didasarkan pada
sebuah identitas tempat dan masyarakat
lokal—serta kesadaran kebumian yang
menghubungkan individu dengan bumi dan
semua kehidupan di muka bumi.
10. DEMOKRASI BUMI MERAWAT
PERDAMAIAN, KASIH DAN SAYANG
Demokrasi Bumi
menghubungkan manusia dalam
rantai kasih, kerjasama dan sayang
ketimbang membelah mereka
melalui kompetisi dan konflik,
ketakutan dan kebencian. Di
hadapan sebuah dunia yang penuh
kerakusan, ketimpangan dan
konsumsi berlebihan, Demokrasi
Bumi mengglobalkan kasih,
keadilan dan keberlanjutan.
Penentuan nasib sendiri dan
pemerintahan sendiri fondasi
Demokrasi Bumi
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 294 MENUJU DEMOKRASI BUMI 295
BAGIANAKHIR
Pilihan ada pada tanganmu.
Bahu membahu menyelamatkan
bumi manusia.
Atau, duduk menjadi penonton.
Indonesia masa depan
membutuhkan kecerdasan baru.
Berlatihlah berpikir
dan bertindak berbeda
sejak dini.
MENJADI
ENVIRONMENTALIS
ITU GAMPANG
segera setelah dipukul, akan terasa amat
panas. Dalam bahasa fisika dikatakan:
“Energi kinetik dari ayunan tangan
dimanfaatkan untuk menancapkan paku.
Tapi sebagian energi ayunan tangan ada
yang terbuang, berupa panas yang akhirnya
‘terbang’ ke atmosfer”.
Di alam, setiap bentuk energi bisa
diubah menjadi bentuk energi yang lain.
Dinamo mengubah energi gerak menjadi
listrik. Energi listrik diubah menjadi panas,
seperti pada setrika. Energi listrik bisa
diubah menjadi energi gerak, seperti pada
mixer atau blender.
Kini perhatikanlah fenomena alam:
Semua yang terjadi di alam pada hakekatnya
merupakan proses transformasi energi.
Matahari membakar cadangan nuklirnya
untuk diubah menjadi panas, yang kemudian
dipancar-luaskan ke alam-raya, yang antara
lain sampai ke permukaan bumi. Tanaman
berfotosintesa untuk merubah energi sinar
matahari dan mineral tanah menjadi pati,
gula, lemak, atau protein.
Setiap transformasi energi itu, termasuk
proses yang alamiah sekalipun, tidak ada
yang seratus persen efisien. Selalu ada energi
yang terbuang. Karena itu, secara alamiah,
energi-tersedia di alam ini akan semakin
berkurang. Suatu ketika, alam-raya akan
mengalami kehancuran alamiah “sebagai
ekspresi tidak cukupnya energi-tersedia untuk
menopang kelangsungan hidup alam dan
manusia, dengan ataupun tanpa intervensi
manusia.
Menghadapi fenomena alam apapun,
setiap orang merdeka untuk memilih:
menjadi penonton atau penyelamat? Persis
ketika banjir secara reguler menerjang
Jakarta. Kita bisa cuma menonton sambil
berkomentar: “Mengapa mereka bersikukuh
untuk tinggal di bantaran sungai, padahal
pemerintah sudah menyediakan alternatif
perumahan yang lebih layak?”
Kita juga bisa sekadar merenung:
“Mestinya Jakarta mengalokasikan dananya
untuk memperbaiki tata-air mulai dari
hulunya di Gunung Salak; bukan sekedar
P
ERNAH menancapkan paku pada
kayu dengan menggunakan palu?
Paku dipukul dan akhirnya menancap.
Ketika kita pegang kepala paku itu,
“Revolusi tidak seperti
buah apel yang jatuh
ketika masak.
Kamu yang harus
menjatuhkannya.”
Ernesto Che Guevara
“Tindakan
lebih nyaring
daripada
perkataan”
Foto: Henry Lopulalan
Slogan The Ruckus Society
MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 299
menata bantaran Sungai Ciliwung yang
masuk wilayah Jakarta saja. Kalau mutu
lingkungan di gunung sana terjaga baik,
tentu akan banyak air hujan yang meresap
ke dalam tanah, dan dengan demikian tidak
terjadi banjir. Tapi apakah sudi Jakarta
mengalirkan dana ke daerah lain?”
Namun kita juga bisa menyikapinya
dengan pelbagai aksi nyata. Ketika banjir
tiba, bisa memberikan sumbangan pangan,
obat-obatan, dan selimut. Pada kesempatan
lain pergi ke gunung salak, melakukan aksi
perbaikan mutu lingkungan; pergi ke Bogor
untuk memasyarakatkan penyediaan sumur
resapan pada setiap rumah di komplekkomplek perumahan menengah dan atas.
Jika itu tidak sempat dilakukan, mungkin bisa
melakukan kampanye kepada semua pihak
agar mereka memberikan perhatian yang
patut terhadap masalah banjir.
Agaknya tidak ada etika yang pernah
membenarkan sikap hidup yang tidak peduli.
Sebaliknya, ideologi dan agama apapun
yang dianut seseorang, pasti menganjurkan
untuk menghormati dan menyayangi sesama. Kita mengenal istilah filantropisme (rasa
sayang kepada sesama atau pihak lain) dan
altruisme (kepedulian kepada pihak lain).
Itu, sekurang-kurangnya, menjadi sikap yang
seharusnya dimiliki oleh setiap manusia. Sebaliknya, jika seseorang sama sekali tidak
memiliki rasa hormat dan sayang kepada
sesama dan lingkungan, maka akan dinilai
tidak patut oleh anggota masyarakat lainnya.
Lingkungan akan menilainya sebagai superegois, tidak peduli lingkungan, atau ndableg.
Karena itu, adalah amat patut apabila
setiap orang memilih bersikap berperan aktif
terhadap persoalan lingkungan. Jika punya
kemampuan dan kemauan yang baik, gunakan kekuatan tangan dan kaki kita untuk
menciptakan lingkungan yang lebih baik.
Jika itu tak sanggup, gunakan kemampuan
kita untuk melakukan kampanye-kampanye
Foto: Repro Time
Suatu ketika, alam-raya
akan mengalami
kehancuran alamiah
“sebagai ekspresi tidak
cukupnya energitersedia untuk
menopang
kelangsungan hidup
alam dan manusia,
dengan ataupun tanpa
intervensi manusia.
Aksi pelajar menolak kenaikan BBM
Foto: Dok. WALHI
Aksi petani Korea menolak perubahan
peraturan impor beras yang merugikan.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 300 MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 301
lingkungan. Jika itu pun tak mampu kita lakukan, maka duduklah dengan manis sambil
berdoa: “Semoga ada orang lain yang menyelamatkan lingkungan dan hidup kita!” Tapi tetap harus diingat, bahwa peran aktif itu
menunjukkan sebagus-bagusnya mutu
kemanusiaan seseorang.
Seseorang yang mulai tertarik untuk berbuat baik terhadap lingkungan atau mulai
terganggu harga dirinya tatkala menemuai
persoalan lingkungan, boleh jadi ia sedang
berproses untuk menjadi seorang environmentalis. Jika benar adrenalin environmentalsme sedang mengalir, deras maupun gemericik, seyogyanya mulai memahami tiga
perkara berikut:
Pertama, pahamilah persoalan lingkungan itu secara holistik, karena lingkungan
bukanlah suatu mosaik yang masing-masing
potongannya berdiri sendiri. Alam semesta
merupakan organisme besar yang tersusun
dari organisme-organisme kecil. Organisme-organisme itu saling berinteraksi membentuk rantai keseimbangan yang rapuh. Jika
ada gangguan atas alam, maka keseimbangan akan bergeser ke titik yang tidak pernah bisa diduga. Sebaliknya, jika gangguan
itu diperbaiki secara “sempurna”, keseimbangan itu tidak pernah akan kembali ke
titik semula. Seperti goresan benda tajam
pada kulit tangan manusia, meski diobati
dengan baik, kerap meninggalkan luka parut
yang permanen. Tentu saja, perumpamaan
ini amat simplistik.
Jika alam terlanjur terganggu (rusak),
maka upaya-upaya perbaikannya akan memerlukan energi yang jauh lebih besar
dibanding dengan memeliharanya tatkala ia
belum rusak. Bayangkan ada hamparan tanah pada bidang yang curam. Secara arif
setiap orang bisa memeliharanya dengan
cara menjaga vegetasi pepohonan agar tetap tumbuh di atasnya, serta tidak memberikan beban berlebihan, misalnya tidak
menjadikan lahan seperti itu menjadi komplek permukiman. Secara teknis, itu bisa
dilakukan secara amat mudah. Namun tatkala hamparan lahan itu sudah longsor, maka mengembalikan lahan itu menempel pada
bentang alam semula, adalah pekerjaan
yang memerlukan energi yang amat dahsyat.
Foto: Dok. Walhi
Foto: Greenpeace
Karena itu, adalah
amat patut apabila
setiap orang memilih
bersikap berperan aktif
terhadap persoalan
lingkungan. Jika
punya kemampuan
dan kemauan yang
baik, guna-kan
kekuatan tangan dan
kaki kita untuk
menciptakan
lingkungan
yang lebih baik.
Banjir besar di Jakarta, 2007
Produk lokal pilihan utama Kaum
Environmentalis
MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 303
Kedua, alam itu memiliki daya-dukung
yang terbatas. Meski pengetahuan manusia
atas batas-tegas daya dukung itu bisa salah,
namun itu tidak menjelaskan bahwa dayadukung alam itu tidak terbatas. Ahli demografi, misalnya, pernah meramalkan bahwa
Pulau Jawa akan tenggelam jika dihuni penduduk sebanyak 100 juta. Kenyataannya,
Pulau Jawa masih berkibar ketika penduduknya mencapai 150 juta. Namun tandatanda akan terlampauinya daya dukung
alam, sudah tampak di beberapa daerah.
Yang akan membatasi daya dukung itu
antara lain: ketersediaan air, pangan, energi,
udara segar, dan kemampuan lahan untuk
menaham beban di atasnya.
Ketiga, manusia itu bagian tidak terpisahkan dari alam semesta. Tampaknya,
manusia merupakan komponen alam yang
memiliki kekuatan untuk “melawan” dan
“membuat kerusakan”. Harimau dan gajah
Sumatera lenyap ketika habitatnya dirusak.
Burung bangau dan kuntul pun musnah tatkala rawa-rawa tempat migrasinya dikonversi
menjadi ruang aktifitas manusia. Tapi manusia memiliki keluwesan yang amat dahsyat
ketika menghadapi kondisi lingkungannya,
dan sekaligus memiliki kekuatan yang besar
untuk memengaruhi lingkungannya.
Dahulu, manusia desa mampu hidup
berdampingan dengan flora dan fauna secara akrab. Suara burung kutilang terdengar
dari pohon-pohon di pekarangan rumah.
Lebah-madu bersarang di atap rumah.
Ayam-ayam peliharaan berkeliaran di pekarangan. Sesekali ayam itu hilang dimangsa
musang; tapi pemiliknya hanya berujar “Si
Putih dimangsa musang” tanpa disertai
dendam untuk memusnahkan sang musang.
Situasi itu terjadi ketika manusia masih
bersahabat dengan alam. Motif produksinya
masih subsistens (hanya untuk mencukupi
kebutuhan konsumsi keluarganya). Tekanan
penduduk atas alam masih relatif rendah.
Kepadatan penduduk masih amat kecil.
Selain itu, kelimpahan sumberdaya juga
masih besar. Ikan deleg dan uceng masih
bisa didapat di kali kecil belakang rumah.
Belut dan uling pun masih bisa dipancing di
sungai atau danau.
Tapi manusia memiliki spektrum watak
yang amat lebar; paling lebar dibanding
dengan mahluk hidup lainnya. Manusia bisa
menjadi amat arif, dan sebaliknya bisa menjadi amat rakus. Sayangnya, kecenderungan
alamiah manusia adalah hidup kian rakus
Jika alam terlanjur
terganggu (rusak),
maka upaya-upaya
perbaikannya akan
memerlukan energi
yang jauh lebih besar
dibanding dengan
memeliharanya
tatkala ia
belum rusak.
Manusia tidak terlepas dari lingkungannya
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 304
dan egois. Motif produksi sekarang sudah
melampaui “kebutuhan subsistens”; karena
manusia ternyata butuh radio, televisi berwarna, dan kendaraan. Rumah pun tidak sekedar tempat bernaung, tetapi adalah gedung
dengan aneka bentuk dan fungsi khusus
ruangannya. Pada saat yang sama, jumlah
penduduk pun kian membesar. Semuanya
memberikan tekanan lebih dahsyat pada
lingkungan.
Jika hal itu dibiarkan secara liar, maka
akan intervensi manusia secara berlebihan
terhadap alam. Tentu saja hal itu akan
mengakselerasi proses kehancuran alam.
Sekarang penduduk Jakarta pada radius
tertentu dari pantai (misal sampai dengan
Salemba dan Jatinegara), tidak bisa menikmati air segar dari dalam tanah, karena
pada kawasan itu telah terjadi intrusi air laut.
Orang kota harus berkendaraan menempuh
jarak 70 km hanya untuk bisa menghirup
udara segar. Dan suatu ketika, kita akan kesulitan untuk menjelaskan sosok burung kepada anak-cucu kita, karena tidak terdapat
lagi seokor burung pun yang bisa ditunjukkan
kepada mereka.
Kecenderungan liar itu tentu saja tidak
bisa dibiarkan. Harus ada sejumlah perlakuan yang lebih ramah. Proses kehancuran itu
harus dihambat. Setiap orang hendaknya
melakukannya dengan cara apa pun yang
mereka bisa; dimulai hari ini dan berawal
dari diri sendiri. Dan para environmentalis
yang menjadi pandu dalam proses-proses
ramah lingkungan itu.
Kecenderungan liar
itu tentu saja tidak
bisa dibiarkan.
Harus ada sejumlah
perlakuan yang lebih
ramah. Proses
kehancuran itu harus
dihambat. Setiap
orang hendaknya
melakukannya
dengan cara apa
pun yang mereka
bisa; dimulai hari ini
dan berawal
dari diri sendiri.
Dan para
environmentalis
yang menjadi pandu
dalam
proses-proses ramah
lingkungan itu. Aksi Greenpeace di Jerman
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 306
skeptikal. Selalu bertanya, bertanya dan
bertanya pada apa yang kamu pikirkan,
kamu lihat, kamu dengar dan kamu rasakan!
Pertama-tama coba kenali diri kamu
sendiri. Apakah kamu merasa senang
dengan situasi lingkungan dan kehidupan
masyarakat di rumah, di kampung, di
kampus dan di kampungmu? Apakah kamu
merasa senang dengan koran yang kamu
baca, radio yang kamu dengar, internet yang
kamu jelajahi dan televisi yang kamu tonton?
Apakah kamu senang dengan kebijakan
penguasa di kampus, di kota, di provinsi
dan di negaramu?
Bila kamu merasa senang, panduan ini
tak perlu bagimu. Sebaliknya, bila kamu
merasa frustasi atau gelisah dengan keadaan
di sekelilingmu, panduan ini akan
mengantarkanmu pada perjuangan menuju
kehidupan di bumi yang lebih baik.
Sekali lagi teguhkan dirimu akan
menjadi penyelamat kehidupan di bumi.
Menjadi Environmentalis lagi-lagi bukan
bakat melainkan pilihan hidup. Alam
mengundang kamu menjadi pejuangnya.
Menjadi Environmentalis yang efektif
pada abad 21 bukan dengan cara
CARA MUDAH
MENJADI ENVIRONMENTALIS
mengikatkan dirimu pada sebuah pohon atau
menjadi laskar lingkungan yang bertempur
di garda wacana. Kaum Environmentalis
baru akan berpikir lokal dan bertindak lokal.
Biasanya bergandeng tangan dengan mitra
sejati yang memiliki kesamaan nilai-nilai
B
ILA kamu memutuskan menjadi
penyelamat lingkungan tak perlu
berpikir rumit melainkan mulailah
berani berpikir berbeda. Atau, berpikir
“Mungkin kamu dan aku
tidak bisa membuat hal-hal besar
Kita mungkin tidak mengubah
dunia dalam satu hari
Tapi kita masih dapat mengubah
beberapa hal hari ini…
Dalam cara kecil kita.”
Michael Jackson
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Foto: Julian Sihomboing/Repro halaman sampul katalog Pameran Karya Pewarta Foto Indonesia: "Suara Rakyat"
MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 309
perjuangan dan komitmen tinggi terlibat dalam proses-proses yang berbasis komunitas.
Teks berikut menerangkan bagaimana kamu
bisa mencoba memperjuangkan kelestarian
lingkungan dan keselamatan komunitasmu
sendiri dengan cara-cara yang efektif dan
langkah-langkah yang menjanjikan.
Garrett Hardin membantu menjelaskan
istilah tragedy of the commons. Ia menulis
pada majalah Science pada 1968 tentang
kecenderungan manusia menghancurkan
kekayaan alam (shared resources) seperti
kayu di hutan, ikan di lautan. Pada kekayaan
alam yang bersifat “commons”, hak milik
pribadi dan peraturan pemerintah tidak ada.
Pikiran Hardin kemudian diplintir untuk mendorong privatisasi kekayaan alam dan penguasaan sumberdaya alam oleh negara.
Sekadar teladan, pemerintah Indonesia
memberikan hak-hak eksklusif kepada para
jenderal untuk memperoleh hak pengusahaan hutan sejak 1970-an.
Kemudian Hardin menciptakan mantra
baru pada 1985 lewat buku Filters against
Folly: How to Survive Despite Ecologists, Economists and the Merely Eloquent. Ia menulis
jangan pernah meningkatkan eskalasi masalah ke tingkat global jika masih bisa diselesaikan di tingkat lokal. Ia menjelaskan sepuluh tahun kemudian bahwa amat mudah
membuat komite-komite di tingkat global
atau nasional tetapi hasilnya adalah malapetaka.
Ia menjelaskan bila di depan rumahmu
ada sebuah lubang besar menganga dan
kamu tidak bisa menimbunnya karena harus
memperoleh ijin dari sebuah komite global
yang berkedudukan ribuan kilometer dari
rumahmu. Karenanya, jangan bodoh, timbunlah lubang itu dengan tanganmu biar
hidupmu lebih nyaman.
Ia bukan mengajak orang mundur ke
belakang. Ia mengingatkan pembangunan
ekonomi tak mungkin berfungsi sempurna
bila ongkos lingkungan menjadi beban publik
sedangkan keuntungannya dinikmati oleh
perseorangan. Ilustrasinya, orang tak perlu
memanggil PBB atau lembaga penyelamatan lingkungan untuk menyelesaikan masalah
lingkungan di halaman kita. Masalah lingkungan di kampung halamanmu harus diPresiden ke-16 Amerika
dan pembebas perbudakan.
“Perhatian
utamaku bukan
pada kegagalan
yang kamu alami,
tapi bagaimana
kamu memaknai
kegagalan itu.”
Abraham Lincoln
(1809-1865)
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 311
selesaikan sendiri oleh komunitasmu.
Bila kamu sama sekali tidak ada keinginan menuntaskan masalah lingkungan
hidup di rumah, komunitas dan kampusmu
maka sulit untuk mulai melakukan penyelamatan. Kita harus selalu bertanya, bertanya
dan bertanya. Dimana kita bisa memperoleh
tanah untuk menimbun lubang di depan rumah kita? Peralatan apa saja yang dibutuhkan supaya kamu bisa menimbun dengan
baik? Apa manfaat bagi orang-orang di
sekitarmu, bila lubang itu ditimbun? Berapa
biaya menimbun lubang itu? Bisakah kamu
lakukan sendirian atau kamu membutuhkan
bantuan orang lain? Bagaimana kamu
memperoleh ijin dari pemerintah setempat?
Bila kamu ingin menjadi Environmentalis, kamu harus sering bertanya pada
dirimu sendiri tentang lingkungan hidup di
rumah, kampung dan kampusmu. Apa yang
harus dilakukan pertama, kedua dan seterusnya, ini pertanyaan harus selalu muncul
dalam benakmu. Baru kemudian kamu bisa
menemukan isu lingkungan di sekitarmu. Tak
ada buku teks untuk membangun gerakan
lingkungan hidup yang berbasis masyarakat
(Community-Based Environmentalism). Penyelamatan lingkungan berbasis komunitas
adalah menemukan solusi tempatan untuk
menjawab masalah setempat dan dilakukan
oleh komunitas setempat.
Environmentalisme seperti ini berbeda
dengan penyelamatan lingkungan yang
mengandalkan peraturan pemerintah, proses
formal dan menggunakan aturan hukum yang
ada. Sedangkan “Environmentalisme
Terlibat” (Hands-on Environmentalism) berakar pada kreativitas, kemampuan beradaptasi dan kaya improvisasi dan sedikit spontanitas. Kegiatan penyelamatan lingkungan
yang paling efektif bila ia unik baik tempat
maupun konteks sosialnya.
Seperti kegiatan-kegiatan lain, aktivitas
penyelamatan lingkungan yang berbasis komunitas harus diurus supaya benar-benar bekerja. Ia harus punya kegiatan awal, tengahtengah, akhir dan kemudian kembali ke awal
yang baru. Berikut adalah model sederhana
bagaimana membangun kegiatan bersama
komunitasmu baik kecil-kecilan maupun
besar-besaran.
Pertama, pahami situasi dan isu setempat. Kemudian, rencanakan pendekatan
yang akan kamu lakukan. Lantas, laksanakan
rencanamu. Akhirnya, evaluasi hasil dan lakukan penyesuaian bila diperlukan. Inilah
langkah-langkah sederhana menjadi Environmentalis sejati.
Pikirkanlah keempat langkah dasar di
muka untuk menjadikan kedua tanganmu
bekerja menyelamatkan lingkungan hidup
pada komunitas, kampung atau kampusmu.
Atau, keempat langkah itu bisa dibayangkan
sebagai langkah-langkah untuk membangun
“rumah bayangan”. Bahasa Yunani, rumah
adalah “oikos”. Dan, ekologi modern adalah studi tentang “rumah” yang kita panggil
sebagai “alam sekitar”. Berikut ini rincian
bagaimana kelompok dan kaum environmentalis menyelamatkan rumah kita.
“Sebuah komunitas akan
tumbuh besar jika orang-orang
tua menanam pohon-pohon
meski tahu bahwa mereka
tidak akan pernah duduk di
bawah kerindangannya.”
Pepatah Yunani
Kalimantan, 2007
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 312
Langkah Pertama: Nilailah Situasi di Sekitarmu Langkah Kedua : Rencanakan Pendekatanmu
Aldo Leopold adalah penulis buku
ekologi terkenal Gaia. Ia orang pertama
yang berhasil mengartikulasikan perihal
“etika tanah” - suatu kewajiban untuk
menghargai hak tanah dan melindungi
kesehatan dengan merawat proses-proses
biotiknya. Ringkasnya, Leopold mendesak
orang untuk membuat sebuah alam
berkait, untuk memahami bagaimana
manusia bisa dan seharusnya berinteraksi
dengan tanah supaya keduanya menerima
manfaat.
“Siapa sang tanah itu?” tanya
Perencanaan amat menentukan dalam
kegiatanpenyelamatan lingkungan hidup. Bila kamu ingin
melakukannya sendirian, tentu menjadi lebih sederhana.
Namun, bila ingin melibatkan banyak orang, kamu harus
memilih rencana dan pendekatan yang sesuai dengan pihak
yang ingin kamu ajak kerjasama.
Pada tahap penilaian, kamu menemukan siapa saja
pihak yang potensial dijadikan mitra. Anda mengumpulkan
dan menguji berbagai fakta. Anda harus komunikasikan fakta
itu pada segelintir pihak yang benar-benar dekat denganmu.
Pada tahap ini penting bagimu mengumpulkan para
pendukung duduk dalam satu meja. Pertemuan sejenis ini
amat penting untuk menciptakan lingkungan senyaman dan
senetral mungkin. Tujuannya, agar setiap pihak yang ingin
diajak dalam kerja-kerja penyelamatan lingkungan
menentukan perannya dengan pikiran terbuka dan hati yang
lapang.
Beberapa pertanyaan yang penting diajukan : Apa tata
aturan pertemuan? Nilai-nilai apa saja yang dibawa setiap
mitra? Apa mereka akan mengharapkan imbalan —
keuangan, kebudayaan dan lingkungan hidup— dalam
membangun kolaborasi ke depan? Dapatkah anggota
kelompok setuju dengan tujuan perjuangan secara umum?
Bila tidak, bisakah mereka setuju dengan beberapa proses
yang sedang dibangun bersama?
Salah satu bagian dalam proses perencanaan adalah
merumuskan “pernyataan misi” atau “pernyataan maksud”
yang mampu menciptakan hasrat berjuang bersama.
Pernyataan misi yang bagus bila ia bisa menjawab mengapa
kita melakukan semua hal ini. Sebuah alasan unik mengapa
kita harus ada. Bentuk pernyataan misi hendaknya menjadi
Leopold. Tanah adalah kita, tapi tak lebih
dari bunga-bunga yang beterbangan.
Ekologi tanah boleh jadi titian antara
komunitas liar di satu sisi dan komunitas
manusia di sisi lain.
Menjadikan keduanya berhubungan
sebenarnya mudah. Biarkan tanah itu
hidup, biarkan riak air itu mengalir,
biarkan padang rumbut itu menghampar,
biarkan pesisir itu rumah bertelur pagi
penyu. Biarkan tanah itu menyuburkan
dirinya sendiri. Koneksi itu dimulai melalui
sensasi kita, saat tangan kita bisa
menyentuhnya, mata kita bisa melihatnya,
hidung kita bisa menciumnya.
Kegiatan Environmentalisme selalu
mulai dengan suara alam dan irama
alam. Biasanya mulai dengan
mempertanyakan tentang tanah, air,
tanaman dan binatang di lokasi itu. Baru
selanjutnya kamu mulai melakukan
apresiasi hubungan antara sejarah alam
dan sejarah manusia; antara lansekap
lokal dan komunitas lokal; keinginan
mengatasi tujuan politik dan tujuan
ekonomi; hasrat menyimak dan berbagi
informasi yang diperoleh; dan tertarik
melakukan dialog dari hati ke hati. Tanpa
empati seperti ini sulit melakukan
penyelamatan lingkungan hidup dan kamu
Foto:
hanya layak menjadi penonton.
Dok. WALHI
Foto: Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 314 MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 315
terompet tunggal dan konsisten disuarakan oleh kamu dan
semua orang yang berada dalam barisanmu. Jangan
berharap menulis pernyataan misi dalam satu kali
pertemuan. Lakukan beberapa kali agar menemukan
pernyataan misi yang sederhana, tajam, kuat dan
menggugah.
Mengevaluasi kembali fakta-fakta awal adalah satu
bagian dari proses perencanaan. Boleh jadi pihak-pihak
yang kamu ajak bergabung memiliki cara pandang yang
berbeda — mungkin dari aspek ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, sosial dan kebudayaan. Reevaluasi seperti ini bisa
membantu mengoreksi pandangan pertama pada sebuah
fakta dan membangun informasi dasar yang bersuara.
Fakta-fakta itu menjadi satu set parameter untuk
memantau secara terus menerus capaian usaha-usaha
penyelamatan. Pada proses monitoring perlu hati-hati karena
tidak semua fakta atau informasi penting diukur dan
sebaliknya informasi yang bisa diukur belum tentu penting
diketahui. Jadi, pilih variabel-variabel yang benar-benar
penting dan bisa membantu kita menuju misi penyelamatan
lingkungan hidup.
Fakta-fakta ini akan membantu kita merumuskan
rencana bertindak. Perencanaan adalah perspektif, proses
dan sekaligus tahapan kita merengkuh apa yang kita citacita. Sebuah rencana yang baik hari ini lebih penting
dibandingkan perencanaan yang sempurna besok pagi.
Ingatlah empat tahap perencanaan mulai dari penilaian,
perencanaan, eksekusi dan evaluasi. Sebelum melaksanakan
perencanaan secara penuh, kamu bisa istirahat beberapa
jenak untuk menilai kembali apakah semua perencanaan itu
bisa mengantarkan ke gerbang sukses yang besar bagi
semua anggota kelompok. Pada proses ini setiap anggota
kelompok tak perlu menggunakan kemampuan rasionalitas
melainkan kemampuan emosional dan intuisinya. Bila
semua setuju, lakukanlah apa yang telah direncanakan.
Langkah Ketiga: Laksanakan Rencanamu
Kamu telah menilai seberapa besar peluang dan
tantangan dalam menyelamatkan lingkungan hidup di rumah,
kampung dan kampusmu. Kamu pun telah bertemu dengan
para pendukung idemu dengan terbuka dan akrab. Kamu
telah siap melaksanakan kata-katamu menjadi kenyataan.
Tak perlu terburu-buru. Bacalah selalu kondisi internal
kelompokmu, siapa tahu beberapa orang belum jelas atau
ragu-ragu dengan ide perjuanganmu. Kamu harus
meyakinkan mereka mengapa ide penyelamatan lingkungan
ini penting dan mendesak dilakukan.
Buatlah sebuah nama. Kamu tak perlu menyewa
konsultan strategi komunikasi yang mahal untuk membuat
logo dan nama perjuanganmu. Tapi, kamu harus hadir
dengan nama yang menangkap misi, citra dan lokasi yang
sedang kamu perjuangkan. Idealnya, nama sebuah upaya
perubahan, hendaknya positif, deskriptif dan sederhana.
Nama itu harus melukiskan sesuatu bukan melawan sesuatu.
Kampanye kebersihan kampung lebih menarik dibandingkan
kampanye antisampah.
Nama perjuangan jangan lucu-lucuan dan juga jangan
membosankan. Lawanmu akan menari-menari gembira bila
kamu menggunakan nama perjuangan yang mudah diejek.
Semisal Mahasiswa Bandung untuk Kelestarian Tangkuban
Perahu, nama singkatannya bisa menjadi Mabuk Tape.
Nama amat penting karena konstruksi sosial bisa dibangun
dari produksi kata-kata.
Pilih status hukum kelompokmu. Bila kampanye yang
akan kamu lakukan hanya bersifat temporer dan tidak butuh
waktu lama. Kamu bisa membentuk kelompok kerja
sederhana yang bersifat adhoc, bila kegiatan telah dilakukan,
Foto:
lantas bubar dengan sendirinya. Tetapi, bila perjuangan atau
Dok. WALHI
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 316 MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 317
Pada proses evaluasi dan monitoring, kamu bisa
memeriksa apa yang telah dihasilkan tapi juga bisa
mempertanyakan hal-hal yang lebih mendasar. Prinsipnya
lakukan yang terbaik yang kamu bisa.
Sambil melakukan keempat langkah mudah menjadi
environmentalis. Berikut ini akan disenaraikan beberapa
langkah lain yang bisa kamu tempuh, seperti:
● Temukenali isu-isu lingkungan di rumah, kampung,
kota dan kampusmu
● Tetapkan diri terlibat aktif dalam menggeluti isu
lingkungan pilihanmu?
● Temukan strategi yang jitu
● Bangun koalisi dan perkawanan yang luas
● Pengaruhi pemerintah setempat
● Lakukan kampanye media
● Galang sumberdana dan sumberdaya manusia
● Lawan pengusaha yang tak bertanggung jawab
● Kelola proses dengan cara-cara yang segar, inovatif
dan ingat selalu tanpa kekerasan.
proyek lingkunganmu membutuhkan durasi yang lebih lama,
kamu perlu memikirkan status hukum kelompokmu. Kamu
bisa mendirikan yayasan atau perkumpulan atau perseroan
terbatas. Bila proyek perjuanganmu membutuhkan dana dari
pihak lagi seperti lembaga donor atau donatur individual,
kamu bisa menggunakan yayasan atau perkumpulan.
Sebaliknya, bila proyek lingkunganmu membutuhkan modal
dari pihak lain, bisa juga mendirikan perusahaan atau
koperasi. Semisal perusahaan atau koperasi pengolahan
energi dari sampah perkotaan. Perusahaan sejenis ini
biasanya dikenal sebagai perusahaan sosial karena tidak
sepenuhnya mengejar untung.
Langkah Keempat : Selalu Belajar dari Pengalaman
Banyak organisasi lingkungan hidup sukses karena
mereka melakukan kampanye lingkungan dengan sebuah
rancangan (environmental movement by design). Cara
bekerjanya mereka akan menentukan prioritas, kemudian
mengembangkan strategi, lantas melakukan tindakan dan
akhirnya mengukur tingkat kesuksesan.
Mengukur kesuksesan tidak perlu selalu diukur saat
seluruh kegiatan selesai. Kamu bisa melakukannya setiap
saat. Yang penting setiap keberhasilan atau kegagalan
hendaknya selalu menjadi pelajaran untuk selalu berubah dan
memperbaiki diri.
Biasanya evaluasi dilakukan dengan hasil yang mudah
diukur atau dirasakan. Kelompok penyelamat lingkungan
hidup tak perlu merasa terancam atau frustrasi jika
pekerjaannya dinilai gagal atau tidak sesuai dengan rencana.
Karena, kerja menyelamatkan lingkungan bukan pekerjaan
yang sekali jadi tapi membutuhkan keuletan, keteguhan dan
konsisten pada misi perjuangan. Lumpur Lapindo Foto: Greenpeace
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 318
“Jadilah bambu. Jangan
jadi pisang. Daunnya lebar
membuat anaknya tidak
kebagian sinar matahari.
Bambu lain: rela telanjang
asal anaknya, rebung,
pakaiannya lengkap.”
KAUM MUDA BERGERAK
B
Nurcholis Madjid
EGITU derap yang dikabarkan Kaum
Environmentalis di Jawa Timur.
Visioning dan pelatihan yang
dilakukan para penggiat di WALHI
Jawa Timur menjadi penggerak lahirnya
Special Generation yang bersemangat
melahirkan inovasi-inovasi baru. Keadilan
lingkungan menjadi ruh Gerakan Environmentalis itu. Menurut Eksekutif Daerah
WALHI Jawa Timur Ridho Saiful, sejak
melakukan visioning, WALHI Jawa Timur
menetapkan diri dengan sadar dan sepenuh
hati melakukan tiga hal utama: promosi
gagasan keadilan lingkungan hidup, pendidikan environmentalisme dan sekretariat sebagai learning hub.
“WALHI Jawa Timur, adalah walhi-i walhi-i
(walhi innovative-maupun impian). Rumah
pucang di mana kami berada menjadi tempat bersama lingkar komunitas yang sepenuh
hati peduli pada keadilan lingkungan hidup.
Kami selalu bekerja dengan nilai-nilai baru
W.A.L.H.I => Willy, Agile, Learning Oriented, Hub, Innovation,”ujar Ridho Saiful.
Willy berarti setiap Environmentalis terlatih Willy
dan unggul dalam bidang yang diminatinya.
Agile adalah Agile setiap Environmentalis tangkas
menghadapi tantangan dan menjadikan tantangan sebagai peluang meraih perubahan.
Learning Oriented Learning Oriented adalah setiap Eviron- Learning Oriented
mentalis senantiasa terbuka pada hal-hal
baru dan menjadikan proses pengalaman
adalah sumber pengetahuan. Hip setiap Hip
Envronmentalis selalu mampu beradaptasi
dan mengenali kecenderungan-kecenderungan sosial dan gaya hidup kelompok
sasaran. Dan, Innovation Innovation adalah
setiap
Environmentalis tidak pernah berhenti menciptakan pembaruan sosial untuk mempercepat terwujudnya keadilan lingkungan hidup
serta selalu kreatif dan berani berfikir berbeda untuk merengkuh masa depan yang lebih
baik.
“Kamu
benar-benar
dapat mengubah
dunia,
jika kamu cukup
mempedulikannya.”
Pengacara, aktivis HAM dan pendiri
Children’s Defense Fund“
Marian Wright
Edelman
Foto-foto: Dok. WALHI Jatim
MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 321
Hingga Maret 2007, Training for pact yang diselenggarakan WALHI Jawa Timur
telah menjangkau 300 anak muda (dari rencana 30.000 dalam tiga tahun) bersemangat
di beberapa kota di Jawa Timur. Desain awalnya, kelompok sasaran utama pelatihan itu
“kaum muda terpelajar” dengan usia 18-22 tahun dan bersekolah (mahasiswa). Namun
pada prakteknya, banyak permintaan dari beberapa kampung, pondok pesanteren,
komunitas, dan pelajar SLTA. Meskipun mahasiswa tetap menjadi prioritas Green Student
Movement (GSM), tim di WALHI Jawa Timur melakukan perluasan gerakan environmentalis
kaum muda dengan menggunakan identitas baru yang disebut Green Student Environmentalist (GSE). Dan, dalam perjalanannya yang tak sampai setahun, beberapa inisiasi
telah telahirkan, sedang berkembang, dan terus mengembangkan kelompok serta jaringan,
sehingga seperti sulur tanaman rambat yang menjalar ke mana-mana. Beberapa di
antaranya sebagai berikut.
Green Light
1 Menjangkau 10
Di kota Surabaya sekelompok Environmentalis mendedikasikan
minatnya untuk mengembangkan penulisan dan menyebarkan informasi
tentang kondisi lingkungan hidup. Green Light adalah nama yang
dipilih untuk buletin yang mereka terbitkan.
Melalui proses diskusi kelompok, komunitas ini menentukan rubrik,
membuat jadwal peliputan, menuliskan menjadi bahan berita,
mengedit, menataletak, hingga mencetak dan mendistribusikan kepada
pemuda atau mahasiswa yang lain. Semuanya dilakukan secara
mandiri. Terbitan perdana sebanyak 250 eksemplar yang berisikan
berbagai artikel, mulai dari luapan Lumur Lapindo di Porong hingga
aneka kegiatan Environmentalist Community. Selain ajang pengkabaran,
buletin ini juga memuat formulir pendaftaran calon anggota GSE baru.
Sungguh menarik, Green Light sebagai sarana untuk menjangkau
teman-temannya yang lain, dengan kesepakatan satu orang
menjangkau sepuluh orang muda baru. Ya, inilah metode penyebaran
gerakan yang tidak hanya berbasis produk, tetapi berbasis nilai dan
informasi serta gerakan lingkungan melalui metode MLM (multi level
movement).
Pada akhir Januari 2007, di Kota Batu dilakukan Training of Trainer
Environmentalist Movement yang dikemas dalam topik Green Youth
Movement (GYM). Kegiatan ini dibuat spesial dengan melalui tahap
pendaftaran, tahap wawancara, tahap seleksi dan penetuan. Memang
sengaja ini dikemas bahwa yang terpilih adalah para calon trainer
GYM andalan di Jawa Timur dan perluasan gerakan lingkungan di
Indonesia.
Pada tahap seleksi dilakukan dengan acara yang menyenangkan.
Dari 35 pendaftar, 24 peserta dinyatakan lolos menjadi calon pelatih
andalan Gerakan Environmentalis. Mereka kemudian menetapkan diri
untuk membangun Environmental Trainer Club. Wilayah
pengembangan komunitas ini sekarang menjangkau lima kabupaten
dan kota (Surabaya, Malang, Jombang, Lamongan dan Jember).
Mereka berkomitmen untuk menyebarkan informasi, memasarkan “virus ide”, merekrut, dan menyelengarakan pelatihan gratis di wilayah
Selain komunitas Green Light, berangkat dari tradisi nonton film
bersama di Rumah Pucang, terlahir Komunitas Green Movie. Komunitas
ini telah bersepakat untuk membuat film perjalanan GSE (aktivitas,
dinamika dan efek). Tidak itu saja, komunitas ini juga memiliki keinginan
yang kuat untuk melahirkan film-film lingkungan yang mampu
menggugah kesadaran publik dan memercepat perubahan sosial.
Harapannya, dengan film-film yang diproduksi secara mandiri oleh
komunitas ini akan terciptakan alat penguat baru penyebaran “Virus
Environmentalisme” di Jawa Timur. Audio-visual diyakini memiliki daya
pikat dan tenaga yang kuat untuk memperluas Gerakan
Environmentalisme. Dan, memang begitu adanya.
Green Movie Community
Menyebarkan “Virus Environmentalisme”
Environmental Trainer Club
Terus Meluaskan Gerakan
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 322 MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 323
masing-masing. Menariknya, gerakan ini benar-benar mengalami
percepatan dengan terus digulirkannya pelatihan-pelatihan yang
melibatkan orang-orang muda dari kota dan kabupaten lain, seperti
Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Bondowoso, Situbondo, dan
Banyuwangi.
Ini ajang penyaluran minat dan bakat kaum muda yang percaya
pada jalur pendidikan anak. Beberapa kegiatan yang sudah dilakukan
membuat pendidkan lingkungan ke beberapa sekolah-sekolah,
misalnya sekolah Ibnu Husain di daerah Sidotopo, Kota Surabaya dan
sekolah Al-Uswah di kawasan Keputih, Kecamatan Sukolilo, Kota
Surabaya. Alumni angkatan ke-1 di Kota Malang juga melakukan
pendidikan untuk anak-anak adalah mengenalkan bencana dan cara
menghadapinya jika terjadi. Perkembangan yang cukup menarik, inisiasi
membuat proyek pendidkan ini diminati juga oleh beberapa calon
donatur yang mau menyumbangkan lahannya untuk ditempati.
Forum Pemuda Pemudi untuk Lingkungan (FPPL) terbangun dari
proses relasi ketika berhadapan dengan situasi sulit. Sejarah kelompok
ini dimulai ketika beberapa alumni GSM dan trainer GSM tinggal di
wilayah Porong, mendampingi anak-anak muda korban Lumpur
Lapindo, selama berbulan-bulan. Relasi terbangun di antara mereka
dan dirasakan perlunya membentuk wadah perjuangan. Terpilihlah
nama FPPL. Para organiser ini melakukan berbagai proses pendidikan
dan pertemuan kampung untuk memperluas gerakan transformasi environmental justice. Karena para pemuda-pemudi ini sudah kehilangan
Kids Environmental Network (KEN)
Trainer Club
Terlahir karena kecerobohan korporat
harapan hidup, akibat seluruh tanah dan tempat tinggal mereka
ditenggelamkan lumpur panas yang tersembur ke muka bumi “berkat”
kecorobohan PT Lapindo Brantas selaku perusahaan eksplorasi minyak
dan gas. Mereka membuat selebaran, melakukan aksi-aksi demonstrasi,
baik aksi massa sampai aksi teatrikal Manusia Lumpur Beserta
Konspirasi Kasus ini di Surabaya. Mereka juga memperluas
pengorganisasiannya ke Wilayah Kabupaten Bojonegoro yang sebentar
lagi hendak dieksploitasi oleh Exxon mobile, serta Pulau Madura untuk
merespon rencana pembangunan Proyek Pembangkit Listrik Tenaga
Diminati beberapa calon donatur Nuklir (PLTN).
Forum Pemuda Pemudi untuk
Lingkungan (FPPL)
Adalah komunitas yang mengedepankan apresiasi dan kesenian
dalam meramaikan Rumah Pucang (Sekretariat WALHI Jatim yang
terletak di Jalan Pucang Anom Timur II No.21, Surabaya). Mereka
mengembangkan forum budaya dengan menjadikan Rumah Pucang
sebagai rumah ekspresi dan tempat berinovasi kesenian. Menggelar
pameran lukisan dan foto bertema Tiga Ruang Satu Dimensi mengawali
keberadaan rumah yang diharapkan menjadi ruang bertemu,
berekspresi, dan belajar untuk Kaum Environmentalis. Kemudian yang
kedua adalah menggelar seni lukis instalasi dan melukis model hidup
dengan berbagai aliran pelukis (natural, surealis dan sketsa) mengiringi
langkah-langkah perdana para penggiat Green Galery dan Forum
Budaya. Selanjutnya, pameran foto bertema Seni Sebenarnya. Pameran
foto ini menampilkan hasil bidikan “spontan” kaum muda yang bertemu
dan beraktivitas di Rumah Pucang. Pameran ini diselenggarakan
selama tiga minggu. Kelompok pengelola Forum Budaya juga
mengembangkan konsepsi dan penyelenggaraan “street art” dalam
bentuk ekspresi bersama para pekerja seni jalanan di Jalan
Darmawangsa, Surabaya. Ini semacam upaya untuk menghidupkan
jalan dengan nyawa kesenian dan menjadikannya sebagai ruang untuk
menawarkan pesan pada publik. Kegiatan yang dilaksanakan berupa
Green Galery dan Forum Budaya
Rumah ekspresi dan tempat berinovasi
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 324 MENJADI ENVIRONMENTALIS ITU GAMPANG 325
pameran lukisan, foto, musik, sablon tematik dan berbagai ekspresi
lainnya, seperti puisi, seni instalasi, dll. Kegiatan Jalan Darmawangsa
ini dimulai pada April pada saat peringatan Hari Bumi sedunia 22
april 2007.
Teguh, alumni GSE angkatan ke-7 di Surabaya, bersama kelompoknya
sedang mengembangkan radio kampus yang akan mengangkat tematema lingkungan di sekitar kampus. Selain sebagai penyiar, Teguh
juga pemain gitar yang handal. Dalam waktu dekat dia akan
membentuk Green Music yang merupakan motor gerakan mengajak,
mengritik dan menyuarakan keadilan lingkungan. Bermusik untuk
lingkungan.
Yuli, alumni TOT Environmentalis sedang menginisiasi dan
membangun kelompok yang akan menjadi “Task Force Lahan Kering
Perkotaan” dengan melakukan penghijauan. Saat ini, Yuli sedang
menyusun jadual penelusuran kawasan kota Surabaya yang kering dan
butuh segera dihijaukan. Dia akan berbagi peran dengan kelompoknya
untuk mendata dan mengumpulkan bibit tanaman yang cocok untuk
ditanam di Surabaya.
Selain dua Enviromentalis di atas, ada banyak alumni pelatihan yang
sedang mempersiapkan inisiasi-inisiasi baru dengan tujuan
menyebarluaskan ideologi environtalisme. Bukan cuma di Surabaya,
tapi juga di Malang, Jember, Banyuwangi, Madura, dan kota/kabupaten
di Jawa Timur, denyut Gerakan Environmentalisme semakin terasa.
Semakin hari, semakin kuat. Bagaimana dengan di tempatmu?
SEDANG DAN AKAN TERLAHIR
“Saya telah mempelajari
bahwa orang-orang
akan melupakan apa
yang kamu katakan,
orang-orang akan melupakan
apa yang kamu lakukan,
tapi orang-orang
tidak akan pernah melupakan
bagaimana kamu
menyentuh
perasaan mereka.”
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Penyair dan penulis
Maya Angelou
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 326
foto: korban dhafur/repro.time
“Manakala
kamu raguragu,
cobalah
lakukan tes
ini:
munculkan
wajah orang
termiskin
dan
terlemah
yang
mungkin
pernah
kamu lihat
dan
tanyakan
pada dirimu
sendiri,
adakah yang
bisa kamu
lakukan
untuk
mereka.”
Mahatma Gandhi
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia
www.walhi.or.id
Kunjungi selalu website Wahana Lingkungan Hidup Indonesia. Kamu bisa memperoleh berita lingkungan
terkini, kampanye lingkungan terkini, kegiatan Sahabat
WALHI dan lain-lain. Kamu juga bisa meng-klik jaringan
Friends of The Earth Internasional dari sini.
Greenpeace
www.greenpeace.org
Greenpeace adalah organisasi kampanye lingkungan
independen yang menggunakan prinsip antikekerasan dan
konfrontasi yang kreatif untuk mengusung masalah
lingkungan hidup global dan mendesakkan agenda
perubahan menuju masa depan yang damai dan “hijau”.
ORGANISASI
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
Belajar!
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN
Friends of Earth
www.foe.org
Kelompok lingkungan hidup internasional yang fokus
pada dampak lingkungan dari globalisasi.
331
Corporate Watch
www.corporatewatch.org
Kelompok yang aktif memantau operasi perusahaanperusahaan transnasional dan dampaknya pada sektor
ekonomi, sosial dan ekologi.
The World Watch
www.worldwatch.org
Lembaga ini didedikasikan untuk mendorong evolusi
masyarakat yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan hidup. Mereka punya prinsip kebutuhan
manusia dipenuhi tanpa mengorbankan alam dan
generasi mendatang.
Protest Net
www.protest.net
Website ini menampilkan aksi-aksi protes di pelbagai
belahan dunia.
Reclaim the Streets
www.reclaimthestreets.net
Kelompok direct action telah mendapatkan pengakuan
luas beberapa tahun belakangan ini. Aksi-aksi baik
pemblokiran jalan untuk pesta di jalan, penyerangan
kantor-kantor korporat minyak, hingga mengorganisir aksi
para pekerja, aksi-aksi dan ide-idenya telah menarik
perhatian banyak orang dan dunia internasional.
The Ruckus Society
www.ruckus.org
Sejak 1995 Ruckus menjadi kelompok training untuk para
aktivis. Website ini berisikan contoh lusinan organisasiorganisasi lingkungan dan HAM, bagaimana mereka
merancang dan membuat aksi mereka menjadi dinamis,
inspiratif, mendidik, dan punya nilai berita.
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN
Computer Professionals for Social Responsibility
www.cpsr.org
Kumpulan ilmuwan komputer yang peduli atas dampak
tekonologi komputer pada komunitas.
Amnesty International
www.amnesty.org
Amenesty International adalah gerakan kampanye dunia
yang mempromosikan hak-hak asasi manusia. Amnesty
Internasional mengampanyekan pembebasan semua
tahanan tak bersalah; memastikan peradilan yang adil
dan bersih bagi para tahanan politik; menghapuskan
hukuman mati, penyiksaan dan perlakukan mengerikan
pada para tahanan; mengakhiri politik pembunuhan dan
penghilangan dan menolak pelecehan hak asasi-asai
manusia oleh kelompok-kelompok oposisi.
Amnesty International memiliki sekitar satu juta anggota
dan pendukung di 162 negara. Kegiatan-kegiatan yang
dilakukan beragam, dari demonstrasi publik sampai
menulis surat, dari pendidikan HAM hingga konser
penggalangan dana, dari kemunculan individu hingga
kampanye global pada isu tertentu.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 332 333
World Development Movement
www.wdm.org.uk
Institute for Local Self Reliance
www.islr.org
Institute for Local Self Reliance (ILSR) adalah organisasi
pendidikan dan penelitian nirlaba yang menyediakan technical assistance dan informasi atas stratefi-strategi
pembangunan ekonomi lingkungan. Sejak 1974, ILSR telah
bekerja dengan kelompo-kelompok masyarakat, pemerintah,
dan perusahaan swasta dalam pengembangan kebijakan
yang menimba nilai-nilai maksimum sumberdaya lokal.
The Nation
www.thenation.com
WTO Watch
www.wtowatch.org
Pusat informasi global tentang WTO, perdagangan, dan
pembangunan berkelanjutan. Di sini kamu bisa belajar
tentang isu-isu seputar WTO.
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN
Fair Trade Foundation
www.fairtrade.org.uk
Best Environmental Directories
www.ulb.ac.be/ceese/meta/cds.html
Direktori isu-isu lingkungan. Ada lebih 600 subyek di
website ini.
World Wildlife Fund
www.wwf.org
TNI
www.tni.org
Didirikan pada 1974, TNI adalah jaringan internasional
aktivis-akedemisi yang peduli pada analisis dan
penemuan solusi yang mungkin atas masalah-masalah
global seperti militerisme dan konflik; kemiskinan dan
marginalisasi; ketidakadilan sosial; degradasi lingkungan.
TNI jembatan akademisi dan aktivis.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 334 335
International Institute
for Environment & Development
www.iied.org
BAHAN DISKUSI DAN BACAAN LANJUTAN
Indymedia
www.indymedia.org
Ini sebuah kolektif organisasi media independen dan
ratusan jurnalis yang menawarkan liputan akar rumput dan
non-korporat. Indymedia adalah outlet media demokratis
untuk penciptaan radikalitas, akurasi, dan gairah
mengatakan kebenaran.
Whole Earth
www.wholeearthmag.com
Institute for Policy Studies
www.ips.dc.org
Pusat independen untuk penelitian dan pendidikan
progresif; termasuk proyek-proyek tentang ekonomi,
perdamaian, dan keamanan global.
MAJALAH
Adbusters
www.adbusters.org
Majalah Adbusters adalah kerja global jaringan seniman,
aktivis, penulis, pranksters, pendidik, dan entrepreneur
yang ingin meningkatkan gerakan aktivis sosial baru di
era informasi seperti sekarang ini.
Mother Jones Online
www.motherjones.com
Ini majalah online yang dikelola secara independen dan
non profit. Mother Jones memfokuskan pada isu-isu
keadilan sosial, lingkungan, politik, dan budaya pop.
Terkenal dengan laporan-laporan investigasinya, majalah
ini telah menerima delapan nominasi penghargaan National Magazine dan tiga National Magazine Awards, dua
kali digelari “Best in the Business” oleh American Journalism Review untuk laporan investigasinya dan
memenangkan Alternative Press Award untuk General
Execellence.
Resurgence
www.resurgence.org
Resurgence memublikasikan artikel-artikel pemikiran
terbaru, memperkenalkan kreativitas, ekologi, dan
spiritualitas.
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 336 337
CovertAction (Globalisasi)
www.covertaction.org
Rabble (Globalisasi)
www.rabble.ca
YES! A Journal of Positive Futures
www.yesmagazine.org
Majalah ini didipulikasikan empat kali setahun oleh
Positive Future Network, sebuah organisasi nirlaba,
independen yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, evolusi keadilan, dan masa depan yang
lebih bersemangat.
E-Magazine
www.emagazine.com
Foto: Timur Angin/Keyword Innovative Communication
MENJADI ENVIROMENTALIS ITU GAMPANG! 338
“Hasta la victoria
siempe! Berjuang terus
sampai menang!”
Ernesto Che Guevara ‘
Foto: Timur Angin/Dok. Keyword Innovative Communication