alfan alfian credit foto http://alfanalfian.multiply.com

Hari ini 25 Oktober 2008, dalam arsip berserakan yang saya miliki tercatat tanggal dan bulan perkawinan pasangan M. Alfan Alfian dan Alfiasih. Melalui tulisan ini saya mengucapkan “Selamat Ulang Tahun Perkawinan ke-10 pada Alfan dan Alfiasih. Teriring doa semoga bahtera rumah tangga yang dibina selama ini tegak dari ancaman riak, gelombang bahkan badai kehidupan.“

Teringat pada saat resepsi pernikahan 10 tahun silam di Sragen Jawa Tengah, itu Saudara Moksen Idris Sirfefa -atau panggilan bekennya Ochen– memberi kata sambuatan mewakili Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI). Dalam kata sambutannya, Saudara Ochen mencoba beradaptasi dengan mengutif istilah Jawa yang justru menjadikan para tamu terpingkal-pingkal. Pasalnya, Pertama, maaf, Saudara Ochen sebagai orang Papua dianggap aneh dan lain daripada yang lain. Kedua, kutipan bahasa Jawa-nya yang ‘ngoko’ (atau bahasa orang Jawa kebanyakan) banyak dianggap salah.

Mulanya serba kebetulan, sebagai Ketua Bidang Diklat Badan Koordinasi Nasional Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Bakornas LAPMI) era PB HMI Periode 1995-1997 di bawah kepemimpinan Taufiq Hidayat, saya mampir dan menginap di kantor HMI Cabang Solo Jl. Yosodipuro No. 81. Suatu malam saya terlibat pembicaraan dengan dua kader HMI Wati yang juga pengurus LAPMI HMI Cabang Solo. Salah satunya Alfiasih dari HMI Komisariat FKIP UNS. Dia membicarakan dan berniat menonton pertunjukan Emha Ainun Nadjib di Kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS). Sepengetahuan saya, Alfiasih ini punya selera tinggi dan beberapa kali pernah tampil membaca puisi di lingkungan HMI. Disela diskusi soal seni budaya tersebut, sekonyong-konyong saya menanyakan pada Alfiasih soal pacar dan menawarkan seorang teman sesama pengurus Bakornas LAPMI untuk berkenalan. Saat itu, Alfan di Bakornas LAPMI sebagai Ketua Bidang Penerbitan. Yang ada pada pada langit pikiran saya saat itu, dari namanya saja dua anak manusia ini sudah klop: Alfan dan Alfiasih. Terpaksa saya ngecap tentang Alfan Alfian dari A sampai Z yang intinya bahwa dia adalah kecap nomor satu. Gayung bersambut, dan masalahnya si Alfiasih yang penasaran itu mau tahu dulu seperti apa ‘tampang’ si Alfan ini. Untungnya pada saat Kongres XX HMI di Asrama Haji Sukolilo, saya sempat memotret kegiatan kongres. Diantaranya memotret aksi demonstrasi anak-anak HMI di depan Gedung Utama Asrama Haji. Ada beberapa foto Alfan Alfian (yang saat itu masih kurus) memegang poster pada aksi demo itu. Kemudian saya tunjukkan pada Alfiasih. Melihat wajah Alfan yang cukup tampan, rupanya Alfiasih tertarik.

Singkat cerita, di Jakarta saya ceritakan pada Alfan Alfian soal pembicaraan di atas sembari ngecap tentang Alfiasih. Sebagai mak comblang, saya mengatur satu kali pertemuan antara keduanya di Solo.

Selanjutnya… yang terjadi biarlah terjadi bagai air yang mengalir. Saya merasa bahagia, bahwa dalam hidup ini pernah sekali menjadi perantara perjodohan. Lebih lengkap lagi, diantara keluarga kami dan keluarga Alfan Alfian tali silaturahminya sangat erat. Mudah-mudahan catatan ringin berkenan di hati Alfan Alfian dan Alfiasih. Moga pula mereka berdua di suatu hari nanti sudi melengkapi memori saya yang terbatas ini. Sekali lagi, Selamat Fan.

***

Berikut Dua Buah Foto Alfan Alfian kala berdemo di arena Kongres XX Surabaya seperti saya ceritakan di atas (Alfan Alfian bertanda X):

*****.