Mengenal Kerbau Sumbawa

Oleh : Muhammad Yani,S.Pt., M.Si

Kerbau (bubalus) adalah jenis ternak ruminansia besar yang mempunyai potensi tinggi dalam penyediaan daging dan merupakan ternak asli daerah panas dan lembab, khususnya daerah belahan utara tropika. Kerbau di bagi menjadi 4 golongan, yakni; (a) Anoa (buballus depresicronis), khususnya terdapat disulawesi; (b) Borneo Buffalo (Buballus arneehosei), khususnya kerbau lumpur yang terdapat di Kalimantan; (c) Kerbau – Banteng Delhi, merupakan kerbau yang terdapat di Sumatera dan dikenal sebagai kerbau sungai. ; dan (d) Bos Arni, adalah kerbau yang terdapat di Asia Tenggara dan hampir identik dengan kerbau lumpur dan merupakan keturunannya.

Kerbau memiliki keunggulan yaitu mempunyai daya adaptasi yang luas mulai dari dataran rendah sampai pada daerah perbukitan, hutan dan rawa serta kawasan yang sangat kering dengan tetap dapat melanjutkan daya reproduktivitas untuk melanjutkan keturunan serta kemampuan produktivitas baik sebagai penghasil daging, susu, kulit dan tenaga kerja bagi keluarga peternak/petani.

Di samping itu juga kerbau lebih efisien dalam menggunakan pakan kualitas rendah dibandingkan dengan sapi yang disebabkan karena kandungan mikro-organisme yang berbeda karena lebih didominasi oleh mikroorganisme pemecah serat menjadi sumber energi yang lebih efisien dan efektif. Mungkin kemampuan inilah yang membuat kerbau memiliki daya adaptasi yang luas, hampir bisa menyesuaikan diri dalam setiap kondisi lingkungan spesifik.

Hal lain yang tidak dapat dikesampingkan sebagaimana yaitu perannya dalam berbagai upacara adat dan keagamaan, pada beberapa etnik serta pemanfaatan masyarakat terhadap kepemilikan jumlah kerbau yang dapat langsung mengangkat status sosial pemilik dan peran yang sejajar dengannya yaitu sebagai tabungan yang dapat diuangkan setiap saat jika kebutuhan uang cash datang secara mendadak.

Pada umumnya kerbau di Indonesia menunjukan variasi yang berbeda baik dalam ukuran, konformasi tubuh, ciri-ciri tanduk, warna kulit dan bulu. Dengan demikian kerbau di Indonesia dapat dibagi menjadi 2 kelompok yakni ; kerbau liar dan kerbau jinak (kerbau sungai dan lumpur). Kerbau tersebut berkembang hampir di seluruh Indonesia dengan pemberian nama sesuai dengan tempat berkembang biaknya maupun berdasarkan ciri khas yang dimilikinya, seperti kerbau Kalimantan Timur (Kalimantan Timur), kerbau Kalimantan Selatan (Kalimantan Selatan), kerbau moa (Maluku), kerbau toraya ( Sulawesi Selatan), Kerbau Pampangan (Sumatera Selatan), demikian juga Pulau Sumbawa memiliki kerbau Sumbawa.

Kerbau sumbawa merupakan salah satu rumpun kerbau lokal Indonesia yang mempunyai sebaran asli geografis di Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan telah dibudidayakan secara turun-temurun, mempunyai keseragaman bentuk fisik dan komposisi genetik serta kemampuan adaptasi dengan baik pada keterbatasan lingkungan.

Kerbau sumbawa mempunyai ciri khas yang berbeda dengan rumpun kerbau lumpur atau kerbau lokal lainnya dan merupakan kekayaan sumber daya genetik ternak lokal Indonesia yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 2910/Kpts/OT. 140/6/2011 Tangggal 17 Juni 2011, Kerbau Sumbawa memiliki Dekripsi Rumpun sebagai berikut : Warna tubuh dan Kepala dominan abu-abu sampai hitam; Warna rambut kemerahan sampai abuabu gelap;Warna tanduk bening kekuningan sampai hitam. Bentuk tubuh kompak, dengan kaki relatif agak pendek; tanduk jantan dan betina bertanduk besar melengkung mengarah ke samping dan ke belakang.

Kerbau Sumbawa memiliki ukuran permukaan tubuh : tinggi pundak :114,2±4,9 cm (jantan) dan 115,3±12,9 cm (betina); panjang badan : 129,3±11,1 cm (jantan) dan 132,5±9,7 cm (betina); lingkar dada : 171,7±9,1 cm (jantan) dan 180,7±31,6 cm (betina); bobot badan : 352,5±48,7 kg (jantan) dan 379,8±44,1kg (betina); persentase karkas : 50% Sifat reproduksi Kerbau Sumbawa: untuk kesuburan induk: 78,92%; angka kelahiran: 77,8%; umur pubertas : 24 – 36 bulan; siklus berahi: 21 – 23 hari; lama bunting: 10 bulan sedangkan Sifat produksi: produksi susu: 1 – 3 liter/ekor/hari; masa laktasi: 250 hari; daya adaptasi baik; Daya tahan penyakit : cukup baik serta Wilayah sebaran Pulau Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kerbau1    Kerbau3

Masyarakat di Pulau Sumbawa pada umumnya memelihara kerbau masih bersifat tradisional yang pemeliharaan masih dilepas di padang pengembalaan atau yang disebut Lar/So. Memelihara ternak kerbau masih dijadikan pekerjaan sampingan karena rata-rata pekerjaan pokok adalah bertani, sehingga ternak kerbau di pelihara hanya dijadikan sebagai tabungan hidup untuk membiaya kesehatan, pendidikan dan naik haji. Sementara hasil olahan produk yang berasal dari ternak kerbau seperti daging dan susu masih relatif sedikit di lakoni oleh masyarakat.

Kerbau di Pulau Sumbawa selain digunakan sebagai tenaga kerja juga dimanfaatkan untuk wisata yaitu Karapan Kerbau yang mana setiap tahun diadakan karapan kerbau dan sudah menjadi ikon pariwisata Pulau Sumawa. Populasi Kerbau Sumbawa perkembangannya dari tahun ketahun cenderung menurun. Ada beberapa faktor yang menyebabkan penurunan populasi ternak kerbau Sumbawa ini yaitu : 1) managemen pemeliharaan yang belum mendukung produktivitas ternak yang optimal, 2) ketersediaan pejantan yang kurang memadai, 3) terjadinya pengurasan ternak yang berlebihan, 4) Berkurangnya luasan padang pengembalaan umum akibat penguasaan lahan oleh oknum yang tidak bertangung jawab, 5) Adanya kecendrungan masyarakat untuk menganti ternak kerbau mereka dengan sapi, 6) Sumber daya manusia petani yang masih relatif kurang (lemah), 7) Kelembagaan kelompok masih relatif lemah dan 8) masih tingginya kasus penyakit hewan di Pulau Sumbawa.

Maka untuk mempertahankan keberadaan kerbau Sumbawa perlu dilakukan langkah-langkah yang strategis dalam upaya keberlangsung pengembangan Kerbau Sumbawa di Pulau Sumbawa Provinsi NTB. Strategi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengelompokan atau pewilayaan pengembangannya kegiatan yaitu kegiatan di hulu, budidaya (on farm) dan kegiatan di hilir.

Untuk kegiatan di hulu kegiatan difokuskan pada konservasi sumber daya genetik kerbau, pembibitan yang sesuai dengan keinginan peternak yang dapat ditempuh melalui seleksi ternak murni maupun persilangan dengan menerapkan good breeding practice pada tingkat kelompok peternak. Pada kegiatan on farm, maka penerapan diarahkan pada perbaikan teknik budidaya yang berbasis pada potensi yang ada dalam kondisi lokal spesifik, dan mengarahkan keinginan peternak agar dapat sesuai dengan kondisi lokal spesifik apakah kerbaunya ingin dikembangkan kearah kerbau potong, kerbau perah atau kerbau dwiguna yaitu plus sebagai sumber tenaga kerja (kerbau potong + tenaga kerja atau kerbau perah + tenaga kerja). Kemudian kegiatan on farm tersebut akan terus dikembangkan berbasis pada potensi kawasan untuk dikembangkan menjadi kampung ternak kerbau.

Kegiatan di hilir, maka kegiatan akan dikonsentrasikan pada perbaikan atau penyempurnaan pengolahan produk berbasis pada tradisional knowledge bagi yang tersedia dan membuat paket-paket teknik pengolahan lainnya yang diperkirakan akan disukai oleh masyarakat konsumen. Selain strategi diatas maka dalam pengembang ternak kerbau juga harus memperhatikan Hal-hal sebagai berikut : (1) Mempercepat terjadinya adopsi dan inovasi teknologi terapan yang dapat dimanfaatkan peternak secara langsung karena berbasis pada local resources, (2) Pengembangan kerjasama kelembagaan antara peternak/kelompok peternak dengan berbagai pihak terkait antara lain institusi ataupun sumber lainnya yang dapat melaksanakan pendidikan dan latihan dalam hal teknis mulai dari pemilihan bibit kerbau yang baik sampai pada pemeliharaan dan pascapanen produk, (3) Sumber-sumber permodalan terutama perbankan dan membangkitkan semangat memperkuat modal usaha kelompok melalui kesepakatan antar anggota, (4) Mensosialisasikan program penguatan kelembagaan peternak melalui lembaga pemerintah dan swasta agar peternak dapat memiliki kemampuan bargaining position yang lebih baik dan pada akhirnya dapat mandiri melalui usaha peternakan kerbau yang dimilikinya, dan (5) Pemasaran produk. Dalam pengembangan ternak kerbau maka yang utama yang paling menjadi perhatian adalah bagaimana peternak sebagai pemilik kerbau dapat merasakan manfaat dari usaha ternak kerbau yang dimilikinya terutama dalam hal memperoleh penghasilan tambahan yang cukup signifikan bagi kehidupan keluarganya.

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *