Berdialog dengan YMS Dalai Lama XIV, Keenan Murid Sekolah Cikal Tanyakan Soal Keseimbangan Diri

Berdialog dengan YMS Dalai Lama XIV, Keenan Murid Sekolah Cikal Tanyakan Soal Keseimbangan Diri

Serpong, Sekolah Cikal. Mengagumi tokoh pemuka agama Buddha sekaligus peraih nobel perdamaian dunia tahun 1989, Yang Maha Suci Dalai Lama XIV, sebagai pemberi inspirasi dan motivasi dalam proses bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia adalah hal baik yang dapat dilakukan oleh berbagai pihak.


Namun, bagaimana jika kekaguman itu berubah menjadi kesempatan emas untuk berdialog secara virtual dengan Yang Maha Suci Dalai Lama XIV?


Dalam acara Grand Buddha Goes to School, salah satu murid Sekolah Cikal Serpong yakni Keenan Avalokita Kirana, yang kini duduk di kelas 12, terpilih menjadi 1 dari total 10 pelajar se-Indonesia untuk berdialog secara virtual dengan Yang Maha Suci Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso pada tanggal 11 Agustus 2021.

Pesan Tentang Keharmonisan Antaragama


Saat memulai sesi acara, Yang Maha Suci Dalai Lama XIV memberikan pengantar mengenai refleksi nilai-nilai baik yang ada dalam setiap agama di dunia pada 1000 pelajar Indonesia yang menjadi peserta.


“Sebagai praktisi Buddhis, salah satu komitmen saya adalah mendukung keharmonisan antar agama, baik Hindu, Kristen (Protestan dan Katolik), dan atau Islam. Semua tradisi agama tersebut mengandung pesan yang sama yakni cinta kasih, cinta dan kebaikan hati, dalam rangka meningkatkan keyakinan dan kepercayaan kepada sikap altruisme, mementingkan makhluk lain dengan menjadi seseorang yang welas asih, dan lebih pengertian.” tuturnya.


Ia pun mengingatkan pada peserta acara yang terdiri atas pelajar, dan mahasiswa usia 14-21 tahun yang mengikuti sesi tersebut tentang pentingnya tetap mempertahankan harapan dan tidak putus asa di masa pandemi.


“Memang betul saat ini dunia sedang terjadi pandemi virus. Sebenarnya selain pandemi, kita juga menghadapi pemanasan global yang berdampak pada perubahan cuaca di berbagai tempat. Kita semua manusia di muka bumi ini menghadapi masa sulit. Namun, hal yang penting adalah apapun yang terjadi kita tidak boleh putus asa, kita harus mempertahankan harapan, dan membangkitkan tekad untuk mengatasi kondisi ini.” ucapnya.


Membangun Keseimbangan Diri dan Mengatasi Negativisme


Dalam sesi berdiskusi dari hati ke hati bersama Yang Maha Suci Dalai Lama XIV, Keenan mengajukan pertanyaan menarik yang terkait dengan fase perkembangan remaja, yaitu bagaimana menemukan keseimbangan antara menerima diri sendiri, dan diterima oleh masyarakat, serta bagaimana mengatasi negativisme.


“Salam, Yang Maha Suci Dalai Lama, pertanyaan dari saya adalah terkadang saya kesulitan dalam menemukan keseimbangan antara menerima diri sendiri dengan diterima oleh komunitas luar. Bagaimana kita menyeimbangkan diri kita sendiri dan kalangan luar? Dan bagaimana mengatasi negativisme?” tanya Keenan kepada Yang Maha Suci Dalai Lama.


(Sesi tanya jawab Keenan Avalokita, murid kelas 12 Sekolah Cikal Serpong, dengan Yang Maha Suci Dalai Lama XIV. Doc.Youtube Lamrenesia)


Rasa gugup bercampur antusiasme serta syukur yang dirasakan oleh Keenan saat mengajukan pertanyaan pun dijawab dengan hangat bijaksana dan penuh makna mendalam dari Yang Maha Suci Dalai Lama.


”Ketika kamu menghadapi banyak orang dengan pendapat yang berbeda, hal yang paling penting untuk dilakukan adalah kembalilah dengan dirimu sendiri. Dirimu sendiri harus memiliki nilai-nilai yang kita pegang dalam agama Buddha, baik cinta kasih, welas asih, kehangatan hati, terlepas apapun yang dikatakan orang lain, kamu tetap bisa mempertahankan nilaimu sendiri. Seiring berjalan waktu, orang-orang akan menyadari nilai yang kamu pegang dan akan mendukung nilai yang kamu pegang tersebut.” jawab Yang Maha Suci Dalai Lama XIV kepada Keenan.


Kesempatan Emas, Refleksi Perbuatan Baik


Sebagai pendidik program agama Buddha di Sekolah Cikal, Dwi Wahyuningsih, atau yang akrab disapa Ibu Ayu merasa bangga dan terharu atas kesempatan emas yang diperoleh Keenan, karena tidak semua orang dapat kesempatan tersebut.


“Dalam agama Buddha, kita percaya hasil karma atau perbuatan: Karma (Sansekerta) atau Kamma (Pali), artinya perbuatan. Jika ada hal baik yang terjadi, kita percaya bahwa hal tersebut adalah hasil karma baik yg telah kita lakukan sebelumnya. Sama halnya dengan Keenan bisa mendapatkan kesempatan di sesi tanya jawab dengan Yang Maha Suci Dalai Lama. Apa yang ia peroleh merupakan suatu karma baik bagi Keenan, karena tidak semua orang bisa mendapat kesempatan itu. Karma baik sama dengan perbuatan baik. Bangga sekali dan terharu atas kesempatan yang diperoleh Keenan.” jelasnya dengan penuh antusias.


Orang tua Keenan, Dewi Lestari dan Reza Gunawan, pun turut mengabadikan momen Keenan berdialog bersama Yang Maha Suci Dalai Lama XIV, selain juga turut berpartisipasi sebagai moderator di acara “Grand Buddha Goes To School” di kanal sosial media Instagramnya @deelestari.

“Karma baik telah menautkan kami semua dalam acara bersama Yang Maha Suci Dalai Mulia XIV siang hari tadi. Ini adalah momen pertama kalinya Yang Maha Suci berdialog dengan para audiens Indonesia (This is the first public talk of His Holiness for Indonesian Public). Seribu Pelajar dan penonton umum ikut menyaksikan sejam lebih beliau ceramah dan menjawab pertanyaan para pelajar dari berbagai daerah termasuk anakku Keenan @KeenanAvalokita, bertanya dengan Yang Maha Suci Dalai Lama.” tulisnya di laman sosial media Instagram.


Sebuah kesempatan yang sangat langka, dan dapat dikatakan sebagai kesempatan emas bagi 1000 pelajar Indonesia dan khususnya Keenan Avalokita murid Kelas 12 Sekolah Cikal Serpong terpilih mengajukan pertanyaan dan memperoleh jawaban penuh makna dari Yang Maha Suci Dalai Lama XIV Tenzin Gyatso . Semoga dengan pesan tersebut Keenan dan pelajar lainnya dapat menjadi pribadi yang senantiasa menebarkan kebaikan dan kebahagiaan bagi diri sendiri, dan bagi masyarakat luas. (*)


Untuk menyaksikan siaran ulang “Grand Buddha Goes to School” :
https://bit.ly/GrandBudhaGoestoSchool

I'M INTERESTED