Kenali Penyakit Sifilis pada Pria dan Wanita

Ciri-Ciri dan Penyebab Penyakit Sifilis

Klinik Utama Sentosa, Jakarta – Penyakit menular seksual telah menjadi salah satu isu kesehatan yang penting di seluruh dunia. Salah satu penyakit menular seksual yang perlu diperhatikan adalah sifilis. Sifilis adalah infeksi bakteri yang dapat mempengaruhi pria dan wanita dari berbagai usia. Penyakit ini dapat memiliki dampak serius pada kesehatan jika tidak diobati dengan tepat.

Baca Juga: Cara Mengatasi Keputihan Berlebih Pada Wanita

Pada tahap awal, sifilis mungkin tidak menunjukkan gejala yang jelas, sehingga sulit untuk didiagnosis. Namun, jika dibiarkan tanpa pengobatan, penyakit ini dapat berkembang menjadi tahap lanjutan yang lebih serius. Gejala yang muncul pada tahap lanjutan bisa meliputi ruam kulit, lecet di mulut atau alat kelamin, kerusakan organ dalam, dan bahkan masalah neurologis.

Apa itu Penyakit Sifilis?

Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh infeksi bakteri yang disebut Treponema pallidum. Bakteri ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi, baik melalui hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Selain itu, sifilis juga dapat ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya selama kehamilan atau saat melahirkan.

Sifilis memiliki beberapa tahap perkembangan yang berbeda, dan gejala serta dampaknya dapat bervariasi pada setiap tahap. Secara umum, penyakit ini dapat dibagi menjadi tiga tahap: tahap primer, tahap sekunder, dan tahap laten (tersembunyi), yang kemudian dapat berkembang menjadi tahap lanjutan.

Penyebab Penyakit Sifilis

Penyebab utama penyakit sifilis adalah infeksi bakteri yang disebut Treponema pallidum. Bakteri ini dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui kontak seksual yang melibatkan hubungan seks vaginal, anal, atau oral. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat menyebabkan penularan penyakit sifilis:

  • Kontak seksual dengan orang yang terinfeksi: Sifilis adalah penyakit menular seksual yang paling umum ditularkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Bakteri Treponema pallidum dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka atau lapisan mukosa pada alat kelamin, anus, atau mulut.
  • Hubungan seks tanpa pengaman: Tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dapat meningkatkan risiko penularan sifilis. Kondom merupakan salah satu cara efektif untuk mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual, termasuk sifilis.
  • Hubungan seks dengan banyak pasangan: Bergonta-ganti pasangan seksual atau memiliki banyak pasangan seksual meningkatkan risiko terkena sifilis. Semakin banyak pasangan seksual yang Anda miliki, semakin tinggi kemungkinan terpapar bakteri penyebab sifilis.
  • Penggunaan jarum suntik yang tidak steril: Selain penularan seksual, sifilis juga dapat ditularkan melalui berbagi jarum suntik atau peralatan yang terkontaminasi dengan darah yang terinfeksi. Ini terutama berlaku untuk individu yang menggunakan obat-obatan intravena.
  • Transmisi ibu ke bayi: Seorang ibu yang terinfeksi sifilis dapat menularkan penyakit ini kepada bayinya selama kehamilan atau saat melahirkan. Ini disebut sifilis kongenital, dan dapat menyebabkan komplikasi serius pada bayi, termasuk cacat bawaan, kelainan organ, atau bahkan kematian.

Penyakit sifilis dapat menular pada semua tahap penyakit, bahkan ketika tidak ada gejala yang terlihat. Oleh karena itu, menjaga praktek seks yang aman, menghindari berbagi jarum suntik, dan melakukan tes rutin untuk penyakit menular seksual penting dalam mencegah penularan sifilis.

Gejala Penyakit Sifilis

Gejala penyakit sifilis dapat bervariasi tergantung pada tahap infeksi. Sifilis memiliki empat tahap utama, yaitu tahap primer, tahap sekunder, tahap laten, dan tahap terakhir atau lanjut. Berikut adalah penjelasan mengenai gejala yang mungkin muncul pada setiap tahap:

1. Tahap Primer:

  • Chancre: Tahap primer dimulai dengan munculnya lesi terbuka yang disebut chancre di area tempat bakteri Treponema pallidum memasuki tubuh. Chancre biasanya tidak menimbulkan rasa sakit dan muncul di tempat seperti alat kelamin, anus, atau mulut. Biasanya, chancre tunggal dan keras dengan tepi yang terangkat. Lesi ini dapat sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, meskipun tanpa pengobatan, bakteri tetap aktif dalam tubuh dan penyakit akan berkembang ke tahap berikutnya.

2. Tahap Sekunder:

  • Ruam: Pada tahap sekunder, biasanya beberapa minggu hingga beberapa bulan setelah chancre sembuh, ruam yang tidak gatal dapat muncul di berbagai bagian tubuh. Ruam ini dapat berbentuk bintik merah atau cokelat, biasanya melibatkan telapak tangan dan kaki, tetapi juga dapat muncul di bagian tubuh lainnya. Ruam tersebut dapat muncul dan hilang secara berkala.
  • Gejala umum: Selain ruam, gejala lain yang dapat muncul pada tahap ini termasuk demam, kelelahan, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot dan sendi, penurunan nafsu makan, dan lesi kulit yang tidak terlihat seperti chancre pada tahap primer.

3. Tahap Laten:

  • Tahap laten sifilis adalah tahap di mana tidak ada gejala yang jelas. Namun, bakteri Treponema pallidum tetap aktif dalam tubuh dan dapat bertahan selama bertahun-tahun tanpa menunjukkan gejala apa pun. Selama tahap laten, seseorang masih dapat menularkan sifilis kepada orang lain.

4. Tahap Terakhir atau Lanjut:

  • Tahap terakhir sifilis dapat terjadi jika penyakit tidak diobati. Pada tahap ini, sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ dalam seperti jantung, otak, pembuluh darah, tulang, dan sistem saraf. Gejala tahap lanjutan dapat meliputi masalah neurologis, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kerusakan hati, gangguan mental, dan bahkan kematian.

Gejala sifilis dapat bervariasi antara individu dan beberapa tahap dapat tumpang tindih.

Ciri-ciri Penyakit Sifilis

Penyakit sifilis memiliki beberapa ciri khas yang dapat membantu mengidentifikasinya. Berikut adalah ciri-ciri yang dapat menjadi petunjuk adanya penyakit sifilis:

  • Lesi kulit: Tahap awal sifilis ditandai oleh adanya lesi kulit yang disebut chancre. Chancre biasanya muncul sebagai luka terbuka, tanpa rasa sakit, di tempat masuknya bakteri Treponema pallidum ke dalam tubuh, seperti alat kelamin, anus, atau mulut. Lesi ini dapat berupa benjolan atau ulkus yang keras dengan tepi yang terangkat. Namun, penting untuk diingat bahwa lesi ini mungkin tidak terlihat atau teraba terutama jika berada di dalam vagina atau rektum.
  • Ruam kulit: Tahap sekunder sifilis seringkali ditandai oleh munculnya ruam kulit yang tidak gatal. Ruam ini bisa berupa bintik-bintik merah atau cokelat yang tersebar di berbagai bagian tubuh, terutama di telapak tangan dan kaki. Ruam ini mungkin timbul dan hilang secara berkala. Selain itu, ruam juga bisa terjadi di bagian lain tubuh, termasuk dada, perut, dan tungkai.
  • Gejala sistemik: Sifilis dapat menyebabkan gejala sistemik pada tahap awal dan tahap lanjut. Gejala umum pada tahap awal meliputi demam, kelelahan, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri otot dan sendi, penurunan nafsu makan, dan lesi kulit yang tidak terlihat seperti chancre pada tahap primer. Pada tahap lanjut, gejala sistemik dapat meliputi gangguan neurologis, kelumpuhan, gangguan penglihatan, kerusakan hati, gangguan mental, dan gangguan pada organ internal.
  • Penularan melalui kontak seksual: Sifilis merupakan penyakit menular seksual yang dapat ditularkan melalui kontak seksual dengan orang yang terinfeksi. Hubungan seks tanpa pengaman dengan seseorang yang memiliki sifilis atau riwayat penyakit ini dapat meningkatkan risiko penularan.
  • Transmisi dari ibu ke bayi: Sifilis dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya selama kehamilan atau saat melahirkan. Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi sifilis dapat mengalami komplikasi serius, seperti cacat bawaan atau kelainan organ.
Ilustrasi alur dari proses pengobatan penyakit kulit maupun kelamin seperti sifilis di klinik spesialis Jakarta.
Ilustrasi Alur Pengobatan Penyakit Kulit dan Kelamin, seperti Penyakit Sifilis – Credit Image: sentosaklinik.com

Apakah Penyakit Sifilis Berbahaya?

Ya, penyakit sifilis dapat menjadi penyakit yang berbahaya jika tidak diobati dengan tepat. Berikut adalah beberapa alasan mengapa sifilis dianggap sebagai penyakit yang berpotensi berbahaya:

  • Kerusakan organ internal: Jika sifilis tidak diobati, bakteri Treponema pallidum dapat menyebar ke organ dalam seperti jantung, otak, pembuluh darah, tulang, dan sistem saraf. Ini dapat menyebabkan kerusakan serius pada organ-organ tersebut dan mengganggu fungsi normalnya. Kerusakan organ dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan dan bahkan dapat mengancam jiwa.
  • Komplikasi neurologis: Sifilis yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah neurologis yang signifikan. Bakteri dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan gangguan neurologis seperti meningitis (peradangan pada selaput otak), neurosifilis (infeksi pada sistem saraf pusat), gangguan kognitif, gangguan koordinasi, dan kelumpuhan. Jika sifilis mencapai tahap lanjut dan mempengaruhi sistem saraf, dampaknya dapat menjadi permanen.
  • Masalah kardiovaskular: Sifilis yang tidak diobati dapat merusak jaringan pembuluh darah, termasuk arteri. Hal ini dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular serius seperti aortitis (peradangan pada arteri utama tubuh, aorta), aneurisma (pelebaran abnormal pada arteri), dan gangguan katup jantung. Masalah kardiovaskular yang terkait dengan sifilis dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, dan masalah jantung lainnya.
  • Penularan kepada bayi: Sifilis yang ditularkan dari ibu hamil kepada bayinya dapat menyebabkan sifilis kongenital pada bayi yang dilahirkan. Sifilis kongenital dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi, termasuk cacat bawaan, kelainan organ, gangguan perkembangan, dan bahkan kematian.
  • Penularan kepada pasangan seksual: Sifilis sangat menular dan dapat dengan mudah ditularkan kepada pasangan seksual yang tidak terinfeksi. Jika sifilis tidak diobati pada satu pasangan, maka penularan dapat terus berlanjut dan menyebar ke orang lain, membentuk rantai infeksi yang lebih luas.

Komplikasi

Penyakit sifilis yang tidak diobati atau diobati terlambat dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius. Berikut adalah beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat sifilis:

  • Gangguan penglihatan dan pendengaran: Jika sifilis tidak diobati, bakteri Treponema pallidum dapat menyebabkan kerusakan pada mata dan telinga. Ini dapat menyebabkan masalah penglihatan seperti uveitis (peradangan pada lapisan tengah mata), keratitis (peradangan pada kornea), atau kerusakan saraf optik. Sifilis juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran atau tinnitus (denging di telinga).
  • Sifilis kongenital: Jika seorang ibu yang hamil memiliki sifilis dan tidak diobati, bakteri sifilis dapat ditularkan kepada bayi dalam rahim atau saat proses persalinan. Bayi yang terkena sifilis kongenital dapat mengalami berbagai komplikasi serius, seperti cacat bawaan, kelainan tulang, kerusakan organ, masalah perkembangan, gangguan penglihatan atau pendengaran, dan bahkan kematian.
  • Tumor sifilis: Pada tahap lanjut penyakit sifilis yang tidak diobati, bisa terbentuk tumor atau gumpalan jaringan yang disebut gumma. Gumma dapat terbentuk di berbagai bagian tubuh, termasuk kulit, tulang, hati, atau sistem saraf. Tumor sifilis dapat merusak jaringan di sekitarnya dan menyebabkan kerusakan permanen.

Komplikasi penyakit sifilis dapat dicegah atau dikurangi dengan diagnosis dini dan pengobatan yang tepat.

Faktor Risiko

Ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena penyakit sifilis. Faktor-faktor ini meliputi:

  • Aktivitas seksual yang berisiko tinggi: Orang yang memiliki banyak pasangan seksual atau terlibat dalam hubungan seksual yang tidak aman memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi sifilis. Kontak seksual langsung dengan orang yang terinfeksi sifilis meningkatkan risiko penularan.
  • Tidak menggunakan kondom: Penggunaan kondom saat berhubungan seks dapat membantu mengurangi risiko penularan penyakit menular seksual, termasuk sifilis. Tidak menggunakan kondom atau penggunaan yang tidak konsisten meningkatkan risiko terinfeksi.
  • Praktik seksual berisiko: Praktik seksual seperti hubungan seks tanpa pengaman, hubungan seks anal atau oral, serta berbagi alat seks dengan orang yang terinfeksi meningkatkan risiko penularan sifilis.
  • Riwayat sifilis atau penyakit menular seksual lainnya: Orang yang pernah terinfeksi sifilis sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi kembali jika mereka terpapar bakteri Treponema pallidum. Selain itu, memiliki riwayat penyakit menular seksual lainnya juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena sifilis.
  • Kontak dengan pasangan yang terinfeksi: Jika seseorang memiliki pasangan seksual yang telah didiagnosis menderita sifilis atau memiliki riwayat infeksi, risiko terinfeksi meningkat.
  • Penggunaan narkoba suntik: Penggunaan narkoba suntik yang melibatkan berbagi jarum atau peralatan suntik dengan orang lain meningkatkan risiko penularan sifilis.
  • Kontak dengan bayi yang terinfeksi: Bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi sifilis dapat mengalami sifilis kongenital. Kontak dengan bayi yang terinfeksi dapat meningkatkan risiko penularan sifilis pada orang dewasa.
  • Lokasi geografis: Tingkat kejadian sifilis dapat bervariasi di berbagai daerah geografis. Beberapa daerah atau komunitas mungkin memiliki prevalensi yang lebih tinggi dan oleh karena itu meningkatkan risiko terkena sifilis.

Faktor risiko tersebut meningkatkan kemungkinan terinfeksi sifilis, tetapi bukan jaminan bahwa seseorang pasti akan terkena penyakit. Penggunaan kondom, praktik seksual yang aman, dan pengujian teratur dapat membantu mengurangi risiko penularan penyakit sifilis.

Pengobatan Penyakit Sifilis

Pengobatan penyakit sifilis dilakukan dengan menggunakan antibiotik. Jenis dan durasi pengobatan akan tergantung pada tahap penyakit sifilis serta kondisi kesehatan secara keseluruhan. Berikut adalah pendekatan pengobatan yang umum untuk setiap tahap sifilis:

  • Tahap primer dan tahap sekunder: Pada tahap awal sifilis, biasanya disarankan untuk melakukan satu suntikan. Pengobatan harus dilakukan dengan lengkap dan sesuai dengan petunjuk medis untuk memastikan eradikasi bakteri sifilis.
  • Tahap laten: Sifilis laten adalah tahap di mana gejala sifilis tidak muncul tetapi bakteri masih ada dalam tubuh. Durasi pengobatan akan ditentukan oleh tingkat keparahan penyakit dan rekomendasi medis.
  • Tahap lanjut: Jika sifilis telah mencapai tahap lanjut seperti neurosifilis, pengobatan akan lebih intensif. Biasanya, pengobatan akan diberikan dalam periode yang lebih lama. Dosis dan durasi pengobatan akan ditentukan oleh dokter berdasarkan tingkat keparahan dan komplikasi yang ada.

Pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter secara tepat dan selesai sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Tes pengecekan ulang juga mungkin diperlukan untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh sepenuhnya.

Diagnosis

Diagnosis penyakit sifilis melibatkan beberapa langkah penting. Berikut adalah metode yang umum digunakan untuk mendiagnosis sifilis:

  • Riwayat medis dan pemeriksaan fisik
  • Tes darah
  • Tes cairan tubuh
  • Tes tulang dan cairan serebrospinal

Hasil tes darah serologi awal mungkin memerlukan konfirmasi lebih lanjut dengan tes yang lebih spesifik. Pengujian dan diagnosis yang akurat sangat penting untuk memastikan pengobatan yang tepat dan mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.

Apakah Sifilis Bisa Sembuh?

Ya, penyakit sifilis dapat sembuh dengan pengobatan yang tepat. Pengobatan dini dan sesuai sangat penting untuk menyembuhkan infeksi dan mencegah komplikasi yang serius. Pengobatan sifilis biasanya melibatkan penggunaan antibiotik, terutama penisilin. Jenis dan durasi pengobatan akan tergantung pada tahap penyakit dan faktor individu.

Setelah menjalani pengobatan, penting juga untuk melakukan tes pengecekan ulang untuk memastikan bahwa infeksi telah sembuh sepenuhnya. Tes darah serologi akan menunjukkan apakah antibodi terhadap bakteri sifilis masih ada atau tidak. Pengecekan ulang ini membantu memastikan bahwa pengobatan telah berhasil dan infeksi telah sembuh.

Metode Pencegahan Sifilis

Pencegahan sifilis melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi risiko penularan infeksi. Berikut adalah beberapa metode pencegahan yang dapat diikuti:

  • Praktik seksual yang aman: Menggunakan kondom dalam setiap hubungan seksual dapat membantu mengurangi risiko penularan sifilis. Kondom yang digunakan dengan benar dan konsisten dapat mengurangi kontak langsung dengan luka atau lesi yang terinfeksi. Namun, perlu diingat bahwa sifilis juga dapat menyebar melalui kontak dengan lesi di daerah yang tidak terlindungi oleh kondom, seperti kulit di sekitar kelamin atau mulut. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan kondom dengan benar dan mengurangi risiko kontak langsung dengan lesi.
  • Menghindari praktik seksual berisiko: Menghindari praktik seksual yang berisiko, seperti hubungan seksual tanpa pengaman, seks anal atau oral tanpa pengaman, dan berbagi alat seks dengan orang lain, dapat membantu mencegah penularan sifilis. Memilih pasangan seksual yang memiliki riwayat seksual yang aman dan menjalani pengujian secara teratur juga merupakan langkah penting.
  • Pengujian dan deteksi dini: Melakukan pengujian secara teratur untuk sifilis dan penyakit menular seksual lainnya dapat membantu mendeteksi infeksi secara dini. Hal ini memungkinkan untuk segera memulai pengobatan jika terinfeksi, mencegah penyebaran infeksi kepada pasangan seksual, dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius.
  • Pemberitahuan kepada pasangan seksual: Jika Anda terdiagnosis dengan sifilis, penting untuk memberi tahu pasangan seksual Anda agar mereka dapat melakukan pengujian dan pengobatan yang diperlukan. Hal ini membantu mencegah penularan infeksi kepada orang lain dan memutus rantai penyebaran penyakit.
  • Edukasi dan kesadaran: Mengetahui tentang penyakit sifilis, faktor risiko, gejala, dan metode pencegahan merupakan langkah penting dalam mencegah penularan. Dengan meningkatkan kesadaran dan edukasi mengenai sifilis, individu dapat mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melindungi diri dan pasangan mereka.

Meskipun langkah-langkah pencegahan ini dapat membantu mengurangi risiko penularan sifilis, tidak ada metode yang 100% efektif dalam mencegah infeksi. Oleh karena itu, penting juga untuk melakukan pengujian secara teratur dan berkonsultasi dengan profesional medis jika ada kekhawatiran atau gejala yang muncul.

Kapan Harus ke Dokter?

Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter jika Anda mengalami salah satu dari berikut ini:

  • Munculnya luka atau lecet di daerah kelamin, mulut, atau anus: Jika Anda melihat adanya luka atau lecet yang tidak sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu, itu dapat menjadi tanda infeksi sifilis atau penyakit menular seksual lainnya.
  • Ruam kulit yang tidak biasa: Jika Anda mengalami ruam kulit yang tidak biasa, terutama pada telapak tangan atau telapak kaki, hal ini dapat menjadi gejala dari sifilis atau tahap lanjut dari penyakit.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening: Jika Anda mengalami pembengkakan kelenjar getah bening yang tidak nyaman atau berlangsung dalam waktu yang lama, itu dapat menjadi tanda infeksi sifilis atau komplikasi lainnya.
  • Gejala-gejala sistemik: Sifilis pada tahap lanjut dapat menyebabkan gejala sistemik seperti demam, kelelahan yang berlebihan, penurunan berat badan, nyeri otot dan sendi, dan gejala neurologis seperti sakit kepala, kebingungan, atau gangguan penglihatan. Jika Anda mengalami gejala-gejala ini, segera berkonsultasilah dengan dokter.
  • Riwayat paparan atau kontak dengan seseorang yang terinfeksi: Jika Anda memiliki riwayat paparan atau kontak dengan seseorang yang terinfeksi sifilis, penting untuk mengunjungi dokter untuk pemeriksaan dan pengujian, bahkan jika Anda tidak mengalami gejala. Pengujian dapat membantu mengidentifikasi infeksi yang mungkin tidak menimbulkan gejala pada awalnya.
  • Pengujian dan deteksi dini: Jika Anda ingin melakukan pengujian rutin untuk sifilis atau penyakit menular seksual lainnya, berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan pengujian yang tepat dan jadwal yang dianjurkan.

Jika Anda memiliki kekhawatiran atau mencurigai adanya infeksi sifilis, segera berkonsultasilah dengan dokter atau profesional medis untuk evaluasi dan pengujian yang tepat. Semakin cepat Anda mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat, semakin baik prognosis dan mencegah penyebaran penyakit kepada orang lain.

Baca Juga: Cara Mengatasi Ejakulasi Dini

Konsultasi di Klinik Utama Sentosa

Klinik Utama Sentosa adalah klinik spesialis penyakit kelamin dan penyakit menular seksual yang berada di Jakarta. Terdapat beragam pilihan metode pengobatan yang tersedia untuk mengatasi berbagai masalah kelamin dan penyakit menular seksual dengan efektif. Sebagai klinik spesialis kelamin dan pusat medis terkemuka, Klinik Utama Sentosa menawarkan pengobatan dan perawatan yang komprehensif guna mengatasi kondisi Anda. ⇒ [Live Chat WhatsApp]

Dokter ahli serta tim medis yang terampil dan berpengalaman akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi Anda dan merencanakan penanganan yang sesuai, mereka dapat memberikan pengobatan berdasarkan penyebab spesifik penyakit Anda. Selain itu, mereka juga akan memberikan saran dan petunjuk tentang perawatan mandiri yang tepat untuk mencegah kambuhnya penyakit di masa depan. ⇒ [Tanya Dokter Kelamin]

Pengobatan di Klinik Utama Sentosa juga dilengkapi dengan fasilitas yang modern dengan teknologi medis terkini untuk memastikan diagnosis yang akurat dan penanganan yang tepat. Klinik Utama Sentosa sebagai klinik spesialis kelamin, sangat mengutamakan privasi dan kenyamanan pasien serta mengedepankan etika profesional dalam setiap aspek perawatan yang diberikan.

| |

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Reservasi Online

Anda dapat melakukan Reservasi secara online, tim Klinik Sentosa akan menghubungi Anda dalam waktu maks 1x24 jam ke depan.
Chat Dokter
Klinik kulit dan kelamin terpercaya di Jakarta