bincang syariah haji

Ketika Tuhan Menyuruh Manusia Banyak Melihat Langit

BincangSyariah.Com – Diantara kita ada yang suka melihat langit atau bintang-bintang, saat siang hari ataupun malam hari? Stephen Hawking pernah mengatakan, seperti dikutip dari Telegraph, dalam salah satu sesi seminar di Universitas Cambdrige pada tahun 2012, untuk senantiasa melihat langit dan tidak terpaku melihat apa-apa yang terjadi di bawah dan sekitar kita saja. Intelektual asal Inggris yang meninggal pada tahun 2018 lalu itu mengatakan, “pikirkan betapa berharganya yang anda lihat, dan bayangkan apa yang membuat alam semesta ini ada. Teruslah mencari tahu. Karena itulah, betapapun terlihat sulitnya kehidupan, selalu ada yang dapat kita lakukan untuk mencari jalan keluarnya. Ini penting agar kita tidak mudah menyerah.”

Sebagai perbandingan reflektif, meski Hawking punya perspektif skeptis terhadap keberadaan Tuhan – termasuk selanjutnya keyakinan terhadap agama apapun – tapi apa yang disampaikannya sebenarnya sangat mirip dengan penjelasan para ulama ketika menafsirkan surah al-Mulk [67]: 3-4 yang berisi penjelasan Allah kepada makhluk-Nya untuk memperhatikan langit dan semua makhluk-Nya yang dipayungi langit ciptaan-Nya,

الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ طِبَاقًا ۖ مَّا تَرَىٰ فِي خَلْقِ الرَّحْمَٰنِ مِن تَفَاوُتٍ ۖ فَارْجِعِ الْبَصَرَ هَلْ تَرَىٰ مِن فُطُورٍ – 3 – ثُمَّ ارْجِعِ الْبَصَرَ كَرَّتَيْنِ يَنقَلِبْ إِلَيْكَ الْبَصَرُ خَاسِئًا وَهُوَ حَسِيرٌ – 4

alladzii kholaqo sab’a samaawaatin thibaaqa, maa taraa fii kholq ar-rahmaani min tafaawuti, farji’i al-bashoro hal taraa min futhuur – 3- tsumma-r-ji’i al-bashoro karratayni yanqalib ilayka al-bashoru khoosi’an wa huwa hasiir – 4 – 

yaitu [Allah] yang menciptakan tujuh langit secara bertingkat-tingkat. Kalian tidak melihat ada ketidakberaturan pada ciptaan Yang Maha Pengasih. Maka lihatlah berulang-ulang, apakah kalian melihat ada ketidakseimbangan? (3) Kemudian lihatlah sekali lagi niscaya penglihatannya akan kembali kepadamu tanpa melihat cacat sedikitpun dan pandangamu (menjadi) terasa letih (4)

Tentang tafsir ayat ini memang sudah dibahas dalam serial tafsir surah al-Mulk, namun penekanannya pada artikel ini lebih kepada bagaimana para ulama dalam tafsir mengapresiasi ayat ini. Salah satu yang saya kutip adalah penafsiran Imam al-Qurthubi, dalam karyanya al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an.

Dalam ayat sebelumnya (ayat 1 dan 2 surah al-Mulk), sejak awal redaksinya memang untuk menegaskan kemahakuasaan Allah atas segala yang diciptakan-Nya. Contoh pertama adalah adanya kematian dan kehidupan, yang disebutkan Al-Quran sebagai wadah latihan bagi makhluk-Nya untuk menunjukkan siapa diantara mereka yang amalnya paling baik.

Sementara dalam ayat ke-3 dan ke-4 ini, Allah memerintahkan makhluk-Nya, untuk menunjukkan betapa berkuasa-Nya Allah, untuk melihat langit bahkan disuruh diulang-ulang. Dalam ayat ke-3, setelah disuruh melihat langit beberapa kali, lalu manusia kemudian ditanya “apakah kamu melihat ada yang tidak sempurna walaupun sedikit saja?” Dalam khazanah kajian gaya bahasa Arab, pertanyaan Allah tadi sebenarnya bukan murni sebuah pertanyaan, tapi pertanyaan yang bermuara pada ajakan untuk meyakini yang ditanyakan. Ini disebut sebagai al-Istifham al-Istiqrari.

Namun, dalam ayat berikutnya, Allah kembali menyuruh hamba-Nya melihat langit berulang-ulang. Namun, dalam ayat tersebut jawabannya langsung disediakan, saat kita terus menerus memandang langit dengan tujuan untuk memikirkan adakah ketidaksempurnaan padanya, niscaya pandangannya akan kembali kepada diri kita sendiri karena kita merasa lelah tidak mampu menemukan ketidaksempurnaannya.

al-Qurthubi memberikan penjelasan terhadap penafsiran ayat ke-4 dari surah al-Mulk tersebut,

وإنما أمر بالنظر مرتين لأن الإنسان إذا نظر في الشيء مرة لا يرى عيبه ما لم ينظر إليه مرة أخرى . فأخبر تعالى أنه وإن نظر في السماء مرتين لا يرى فيها عيبا بل يتحير بالنظر إليها ; فذلك قوله تعالى : ينقلب إليك البصر خاسئا أي خاشعا صاغرا متباعدا عن أن يرى شيئا من ذلك

Dan alasan Allah memerintahkan untuk melihat sampai dua kali, karena manusia kalau memandang sesuatu itu baru sekali, ia tidak melihat kekurangan yang bisa dia lihat saat berulang melihatnya sekali lagi dan lagi. Maka ketika Allah Swt. menggambarkan bahwa andaipun manusia melihat langit sampai dua kali (atau terus menerus), ia tidak akan melihat adanya kekurangan dan justru menjadi bingung dengan apa yang dilihat; Itulah maksud firman Allah Ta’ala: “pandangannya kembali lagi kepada kita, yaitu jadinya kita melihat diri kita sangat kerdil, kecil, dan jauh sekali dibandingkan apa yang kita lihat.”

Dalam Al-Qur’an, ada sekian ayat yang berbicara tentang langit. Ada yang membicarakan langit dengan selalu didampingkan dengan bumi sampai memikirkan bagaimana penciptaan langit. Alasan Tuhan menyuruh manusia banyak melihat langit, tujuannya semata-mata adalah untuk menegaskan bahwa manusia ini hanyalah bagian yang amat sangat kecil, jika dibandingkan dengan ciptaan Tuhan yang lain saja, semisalnya bumi dan (apalagi) langit.  Begitulah, jadi apakah kita akan melihat langit malam ini atau esok pagi?

Muhammad Masrur
Muhammad Masrur
Peneliti di el-Bukhari Institute, Alumni Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah dan Dirasat Islamiyah UIN Jakarta

ARTIKEL LAINNYA

ARTIKEL TERBARU