Dari Petani Muda Hingga Peneliti Menguak Rahasia Kupu Kupu

Penulis : Aryo Bhawono

Biodiversitas

Minggu, 24 Desember 2023

Editor : Yosep Suprayogi

BETAHITA.ID -  Ulat daun di kebun samping rumah Teguh Burhan kian banyak semenjak ia menanam pohon jeruk pada 2019 lalu. Tapi lelaki yang kini berusia 21 tahun itu tak membasminya, melainkan menghitung dan mengamati ulat-ulat itu. 

Satu ulat diambil, dicarikan wadah untuk memelihara, diamati, serta dicatat morfologi dan siklusnya hingga jadi kupu-kupu.   

“Sekitar seminggu ulat itu jadi kepompong. Dari kepompong ke kupu-kupu sekitar dua mingguan,” ucap dia dalam perbincangan pada Minggu (17/12/2023).

Kupu-kupu itu adalah Papilio demoleus atau kerap disebut kupu-kupu jeruk. Rentang sayap kupu-kupu ini sekitar 100 mm dengan warna dasar hitam dan bintik putih kekuningan. Pohon jeruk merupakan tanaman inang sehingga mereka dianggap sebagai hama jeruk. 

Kupu-kupu jeruk (Papilio demoleus). Foto: Teguh Burhan

Kupu-kupu jeruk banyak dijumpai. Persebarannya meliputi sebagian Asia, Australia, hingga kepulauan di Pasifik.   

Di Jepara, tempat tinggal Burhan, kupu-kupu ini sering dijumpai di kebun masyarakat. Semakin banyak tumbuhan inang, semakin banyak jumlah kupu-kupunya. 

Ulat Papilio demoleus sedang makan daun jeruk. Foto: Teguh Burhan

Kupu-kupu lain yang dijumpainya kala itu adalah Papilio polytes yang berwarna dasar hitam dan memiliki ekor pada sayap. Seperti halnya kupu-kupu jeruk, Papilio polytes banyak dijumpai di nusantara, termasuk tempat tinggal Teguh. 

Perjumpaan dengan dua kupu-kupu dari famili papilionidae ini lantas membuatnya menjadi penghobi. Ia mulai mendokumentasikan kupu-kupu di sekitarnya. 

Namun upayanya mengenal kupu-kupu masih terkendala oleh sedikitnya informasi kala itu. Meski referensi berupa buku mengenai kupu-kupu lebih banyak dibandingkan serangga lain namun para penghobi memiliki keterbatasan informasi. Komunikasi mereka pun sebatas  media sosial dan grup percakapan.

Pada 2021, ia mulai menggunakan situs inaturalist untuk membagikan dokumentasi dan bertukar informasi. Meski situs ini tak membatasi identifikasi pada satu jenis satwa namun cukup membantu perolehan informasi. 

“Ketika saya aktif di inaturalist, saya temukan Prosotas bhutea. Padahal persebarannya tidak pernah terekam di Jawa. Setahu saya persebarannya hanya di Sumatera dan Borneo,” ucap dia. 

Teguh Burhan. Foto: Teguh Burhan

Pada tahun 2022, aplikasi kupunesia lahir. Teguh pun menjadi kontributor aktif dokumentasi kupu-kupu di kawasan Jepara dan sekitarnya. Ia berburu dokumentasi hingga Gunung Muria di Jepara hingga ke kawasan Sukolilo, Pati, dan daerah lainnya.  

Hingga kini, Teguh berhasil mendokumentasikan sekitar 140 spesies kupu-kupu di kupunesia, diantaranya Jamides celeno, Nacaduba berenice, Rapala manea, Arhopala horsfieldi, Amathusia phidippus, dan lainnya. 

Pengalamannya sebagai reptiler membuatnya tak takut bertemu ular ketika harus masuk ke semak belukar. 

Persebaran kupu-kupu di Jawa sendiri, terutama sekitar kota tempat tinggalnya, semakin sedikit. Aktivitas manusia dan terbukanya kawasan membuat tanaman inang mereka semakin sedikit. Di Sukolilo sendiri, ia menyaksikan penambangan batu gamping telah membuat tanaman inang itu lenyap dan kupu-kupu pun kemudian menghilang. 

“Di Jawa sendiri saat ini banyak yang dulunya sudah teridentifikasi tetapi sudah tak muncul lagi,” kata dia. 

Berbeda dengan Teguh, Mifta Ayatussurur, menyebutkan keterlibatannya dengan kupu-kupu dilakukan sejak ia kuliah di Fakultas Kehutanan IPB. Dokumentasi kupu-kupu merupakan bagian dari aktivitas kuliahnya. Namun selepas kuliah, dokumentasi ini  terus ia lakukan. 

“Kalau dulu sampai di rumah, di Banten, saya juga mendokumentasikan kupu-kupu. Sekarang ketika saya bekerja di Kalimantan Timur, saya juga melakukannya,” ucap dia.

Kupu-kupu Cethosia hypsea yang difoto di Kalimantan Timur. Foto: Mifta Ayatussurur

Kini Kliwon, nama sapaan, Mifta Ayatussurur, bekerja di sebuah lembaga konsultan lingkungan. Kemana pun ia mendapat tugas penelitian selalu ia sempatkan untuk mendokumentasikan kupu-kupu. Misalnya, kata dia, ketika ke Morowali, Sulawesi Tenggara.

Ia mengaku sejak awal cukup sadar bahwa keanekaragaman dunia serangga, termasuk kupu-kupu, sangat dinamis.  Makanya kerjasama antara penghobi dengan peneliti harus dilakukan. Di Kalimantan Timur pun Kliwon berkomunikasi dengan rekan-rekan fotografer mikro, mereka juga mendokumentasikan semua serangga, termasuk kupu-kupu. 

“Kalau saya sekedar memotret tanpa menangkap. Ada teman-teman yang memotret dengan tujuan detail identifikasi. Beberapa sudut seperti pada rentang sayap, punggung, perut, dan genitalnya harus difoto. Ini ada panduannya, bahkan bagaimana menjadikan mereka sebagai spesimen atau kemudian dilepaskan,” ucapnya.

Berbagai kontribusi dilakukan, Kliwon juga menjadi kontributor bagi kupunesia. Menurutnya seluruh dokumentasi ini penting untuk memastikan persebaran atau menemukan hal baru. 

Ia sendiri pernah mendokumentasikan spesies kupu-kupu Caleta manovus di Kalimantan Timur. Selama ini dokumentasi yang ada menyebutkan kupu-kupu ini persebarannya terbatas di Sabah. 

Kupu-kupu Caleta manovus yang berhasil didokumentasikan di Kalimantan Timur. Sebelumnya kupu ini didokumentasikan hanya di Sabah, Malaysia. Foto: Mifta Ayatussurur

“Ketika dikaji sama teman-teman di kupunesia, ternyata Caleta manovus adalah endemik Kalimantan karena juga ada di Kalimantan Tengah. Ini catatan baru karena di penelitian sebelumnya memang belum menyebutkan,” ucap dia. 

Selain itu Kliwon dan rekan-rekannya di Kalimantan Timur saat ini tengah melengkapi persebaran kupu-kupu yang pernah terdokumentasi. Dari sekitar 960 spesies, baru teridentifikasi sekitar 190-an. 

Staf peneliti serangga Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Sarino, mengakui dinamika dokumentasi dan identifikasi serangga, termasuk kupu-kupu, memang tergolong cepat. ia menyebutkan lembaganya sendiri beberapa kali melakukan pembaruan atas dinamika ini.

Sayangnya, saat redaksi bertandang, ruang laboratorium dan data serangga di gedung Widyasatwaloka BRIN tengah dalam proses pemindahan. Sehingga data-data tersebut sedang dalam proses penataan. 

“Banyak sekali satu spesies kupu-kupu yang dulu dinyatakan sebagai familia karena identifikasi baru lalu menjadi subfamilia,” kata dia.

Staf Peneliti BRIN, Sarino, menunjukkan salah satu koleksi kupu-kupu milik BRIN. Foto: Aryo Bhawono/ Betahita

Penanggung Jawab Database Kupunesia, Abdul Mutholib Shahroni, mengungkapkan aplikasi kupunesia selama ini tak lepas dari konsep citizen scientist (ilmuwan masyarakat). Konsep aplikasi ini sendiri sama dengan situs burungnesia yang lebih dulu lahir. 

Kupunesia sendiri berupaya memperbarui data dokumentasi kupu-kupu yang dinamis. Hingga saat ini terdapat 323 kontributor dan 128 fotografer memberikan dokumentasi di 143 pulau di nusantara pada pertengahan Desember 2023.

“Konsep kupunesia sendiri adalah citizen scientist. Mereka memberikan dokumentasi dan kami membantu dengan identifikasi supaya data tidak melebar. Data ini bisa dimanfaatkan untuk membantu oleh peneliti,” ucap dia.

Checklist dokumentasi kupu-kupu oleh kupunesia selama setahun dari akhir 2022 hingga 2023. Sumber: Kupunesia

Selain temuan Caleta Manovus oleh Kliwon, ada temuan lain yang berhasil didokumentasikan kontributor kupunesia. Temuan itu antara lain adalah Parantica pseudomelaneus, spesies ini dipisah menjadi dua, yakni Parantica pseudomelaneus di Jawa dan Parantica tityoides di Sumatera. Dokumentasi ini dilakukan oleh Diah Ayu Retnani. Temuan lainnya:

  • Papilio neumoegeni, data mengenai kupu-kupu endemik Pulau Sumba ini sangat sedikit namun berhasil didokumentasikan dua kali oleh Heri Andri.
  • Eurema lombokiana, merupakan satwa endemik, genus kupu-kupu ini sangat umum namun belum ada data pasti. Dokumentasi kupu-kupu ini dilakukan oleh Rhamdany Harahap.
  • Kontributor kupunesia di Pulau Sangihe berhasil merekam 3 spesies endemik di sana. 
  • Selain itu sekitar 100-an peta sebaran spesies berhasil diperbarui berdasarkan data yang diberikan kontributor.