Artikel
Teater Pelajar : Seni Kolektif yang Sarat Pesan Humanisme

Teater Pelajar : Seni Kolektif yang Sarat Pesan Humanisme

oleh : Neno Suhartini
Guru pada MAN 2 Kota Bogor

Seni budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki muatan konsepsi, apresiasi dan kreasi. Ketiganya berorientasi pada pendekatan multidimensional, multilingual dan multikultural. Pendekatan multidimensional meliputi pembelajaran tentang konsep, apresiasi dan kreasi dengan memadukan adanya unsur estetika, logika, kinestetik dan etika. Pendekatan multilingual mengajarkan tentang aspek dalam mengekspresikan diri yang dilakukan melalui media atau unsur seni untuk mengaplikasikannya dengan berbagai cara yakni dengan menggunakan bahasa simbol rupa, bunyi, gerak dan peran. Sedangkan pendekatan multikultural menunjukkan bahwa mata pelajaran seni budaya dapat menumbuhkan apresiasi pada peserta didik terhadap keragaman budaya nusantara ataupun mancanegara, melalui pendekatan multikultural diharapkan dapat membentuk nilai demokrasi, sosial dan toleransi.

TEATER PELAJAR

Salah satu ruang lingkup pembelajaran seni budaya di tingkat SMA/Madrasah adanya materi Seni teater (seni peran) yang dalam pelaksanaan proses pembelajarannya meliputi kemampuan olah tubuh, olah pikir, dan 0lah suara yang divisualisasikan dalam bentuk kolaborasi antara musik tari dan peran. Seluruh proses pembelajaran dilakukan dengan pendekatan multidimensional, multilingual dan multikultural seperti sudah dijabarkan di atas. Seni teater bisa diajarkan secara berjenjang dari kelas 10 hingga kelas 12 ataupun menjadi pilihan yang diajarkan pada satu jenjang tertentu misalnya seni teater diajarkan pada kelas 10, adapun materi yang diajarkan sesuai kurikulum yang berlaku. Selain itu Guna memberikan kesempatan pada peserta didik yang tertarik untuk belajar secara mendalam tentang seni teater, peseta didik bisa bergabung dengan ekstrakurikuler teater jika tersedia.

Teater tidak hanya membelajarkan orang menjadi seniman, pemain, sutradara atau awak pentas. Bila seseorang ingin menjadi anggota masyarakat yang baik, atau menjadi pemimpin, menjadi pembawa acara, menjadi guru, menjadi ketua kelas, menjadi pegawai akan sangat terbantu oleh pembelajaran seni peran. Dengan teater seseorang belajar latihan bergaul dengan banyak orang, melatih kepekaan rasa dan mengasah kemampuan seseorang dalam mengekspresikan diri dengan suara dan tubuhnya.

Sekolah/Madrasah yang menawarkan mata pelajaran seni teater untuk dijadikan mata pelajaran kesenian, akan memberikan kesempatan bagi para peserta didik untuk bisa berhubungan dengan masyarakat. Peserta didik tidak saja merasa memiliki kaitan dengan sekolah/Madrasah, masyarakat dan bangsa, akan tetapi ikut merasakan diri sebagai bagian dari peradaban. Perkembangan peserta didik berada dalam sebuah keterlibatan sosial (rasa kebersamaan, rasa keikutsertaan, rasa ikut memiliki ) dan kemanusiaan.

Berikut beberapa keunikan dan keunggulan pembelajaran seni teater di Sekolah/Madrasah

  1. Repertoar yang di ajarkan bisa bergenre tradisi Indonesia bisa juga modern bahkan bisa memadukan keduanya dalam satu panggung misalnya cerita yang mengangkat kisah atau legenda daerah namun digarap dengan esensi modern.
  2. Peserta didik bisa berkreasi dengan membuat naskah hasil karya sendiri, dengan membuat naskah sendiri maka para peserta didik bisa menyusun naskah sesuai dengan keinginan sendiri, menyesuaiakan dan mengadaptasi cerita seputar kehidupan pelajar atau menyisipkan kisah-kisah yang kekinian sesuai dengan perkembangan usia. Dengan menyusun naskah sendiri peserta didik akan merasa jauh lebih puas dalam berkreasi.
  3. Ajang uji tampil, sebagai ruang ekspresi diri. Peserta didik berkesempatan untuk mengasah ketrampilan dengan berani tampil di hadapan umum, mengasah kemampuan berbicara dan unjuk diri.
  4. Peserta didik termotivasi untuk berlatih mandiri, Semua hal yang berhubungan dengan artistik dibuat sendiri mulai dari pengadaan properti, dekorasi, kostum, rias, semua hasil kreasi sendiri.
  5. Konsepsi, apresiasi dan kreasi, pembelajaran seni teater merupakan pelajaran yang memiliki muatan sangat kompleks bagi peserta didik karena di dalamnya terdapat muatan konsepsi yang mengajarkan tentang sisi pengetahuan, sejarah, filosofi dan teori dasar tentang berbagai konsep, prosedur, media dan unsur seni teater. Apresiasi, dalam pembelajaran seni teater diajarkan pula tentang arti sebuah nilai atau penghargaan, menghargai sebuah proses baik yang berhubungan dengan individu ataupun orang lain melalui kegiatan yang bermuatan kerjasama. Dalam proses apresiasi ada pembentukan karakter agar menjadi pribadi yang tangguh dan unggul. Pada pembelajaran seni teater terdapat muatan kreasi yang mengajarkan para peserta didik diberi kesempatan untuk mengeksplorasi daya cipta dan karsa yang ada dalam dirinya dan diwujudkan dalam bentuk sebuah karya. Dalam daya cipta dan karsa seluruh kemampuan peserta didik dilatih dari mulai penggarapan ide, tema, tehnik bermain teater hingga proses pemanggungan dan managemen.
  6. Berlatih bekerja secara kolektif dan membangun kerjasama antar personal, sebagai seni kolektif maka pembelajaran teater sangat strategis untuk mengajarkan nilai-nilai kerjasama karena tidak ada satupun proses berteater yang dilakukan oleh seorang diri meskipun pertunjukan monolog sekalipun tetap membutuhkan kehadiran orang lain untuk mewujudkan kata sukses dalam pagelaran.


Gambar : siswa kelas 10 MAN 2 Kota Bogor sedang melakukan uji coba panggung di sebuag gedung pertunjukan dalam acara Pekan Teater. Membawakan sebuah lakon berjudul SITI MASITOH. Semua elemen merupakan hasil kreasi endiri dari mulai naskah, penyutradaraan hingga properti.

SENI KOLEKTIF DAN NILAI HUMANISME DALAM TEATER PELAJAR

Seni teater seringkali disebut sebagai seni kolektif, hal tersebut merujuk pada penampilannya di mana seni teater tidak bisa disajikan secara mandiri namun sesuai dengan ruang lingkupnya, pada pembelajaran seni teater didalam proses kreativitasnya saling berkaitan dan saling mendukung dengan seni – seni yang lain seperti seni sastra, seni musik, seni rupa, seni gerak, rias, busana, tata tehnik pentas, tata suara, media rekam.

Seni teater bukanlah sebuah seni yang bisa dilakukan secara individu namun harus dilakukan secara berkelompok dan kerjasama. Dalam sebuah pertunjukan teater ada elemen yang mendukung satu dengan yang lain yakni adanya tim kreatif/tim produksi dan tim managemen. Tim kreatif/produksi terdiri dari penulis naskah, sutradara, pemain, para penata ( artistik, musik, kostum, rias, lighting ), tim managemen adalah orang-orang yang bekerja di bidang keorganisasian dan administrasi seperti ketua pelaksana, bagian administrasi surat menyurat, administrasi keuangann, publikasi, pengadaan dana dan usaha, ticketing, pengelolaan penonton.

Seluruh tim harus bekerja sama untuk mensukseskan sebuah pertunjukan mulai dari masa persiapan (memilih naskah, bedah naskah, casting pemain, menyusun kerabat produksi, proses latihan, penentuan panitia), pelaksanaan ( menentukan/mengelola artistik, uji coba panggung, dekorasi, mengelola penonton) hingga pasca pertunjukan (diskusi karya, mengelola media cetak dan elektronik, mengelola kritik, membongkar dekorasi).

Pada prinsipnya Seni teater dalam pelajaran seni budaya merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap penyajian pertunjukan dan alat pendidikan. Selain itu teater juga merupakan sarana untuk membentuk; (a) pengertian peserta didik terhadap diri sendiri maupun orang lain, memotivasi peserta didik untuk menyadari kekuatan dan kemampuan yang ada dalam diri sehingga diharapkan jika sudah mampu memahami dirinya maka akan lebih mudah memahami orang lain, (b) kekuatan penafsiran diri, salah satu materi teater ada yang disebut dengan blocking di mana peserti didik di motivasi untuk berlatih sadar diri, sadar posisi, sadar ruang dan sadar situasi dengan demikian diharapkan peserta didik belajar menafsirkan diri terhadap lingkungan sekitar dengan baik (c) kepercayaan terhadap dirinya sendiri, saat berlatih peran peserta didik dimotivasi untuk berani tampil penuh percaya diri bukan cuma sekedar akting penuh penjiwaan namun juga harus mampu menghafal naskah yang panjang dengan berbagai interpretatifnya dan (d) kesadaran bekerja sama dengan kelompok besar yang terdiri dari pribadi-pribadi dalam melaksanakan produksi sebuah pertunjukan. Seorang pendidik yang telah memahami maksud dan tujuan pengajaran, diharapkan dapat melaksanakannya dengan mudah. Menjadi sebuah tantangan, bahwa di sini juga dituntut kraetifitas guru untuk membuat umpan-umpan baru, segar, dan tidak membosankan bagi peserta didik, sehingga dengan demikian, akan diperoleh umpan balik yang segar dan orisional.

Seni teater dan dunia pendidikan tidak bisa dipisahkan karena dalam teater terdapat banyak muatan pendidikan. Teater bukan sekedar pagelaran semata namun pada setiap pagelarannya menjadi media yang menggelar peristiwa jagad atau kehidupan. Sejak dulu pertunjukan teater telah dijadikan media untuk berdakwah atau propaganda. Semisal dalam sebuah pertunjukan sandiwara, sandi ‘rahasia’, wara ‘pelajaran’, dalam setiap pagelaran sandiwara lakon yang dibawakan berisi tentang peristiwa yang sedang populer kala itu dan propaganda atau nilai-nilai kemanusiaan yang di inginkan disisipkan ke dalam bentuk cerita.

Beberapa nilai dalam pertunjukan seni teater antara lain nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, nilai pendidikan, nilai humanisme/kemanusiaan, nilai estetika /keindahan.

  1. Nilai moral
    Nilai moral yakni yang berhubungan dengan nilai budi pekerti, etika dan susila. Materi seni Teater baik tradisi maupun non tradisi pada setiap pembelajarannya mengandung nilai moral dalam setiap peristiwa atau cerita yang dibawakan. Pertunjukan Teater tidak saja menjadi tontonan atau sarana hiburan yang menarik namun juga mengandung unsur tuntunan atau ajaran kebaikan. Dengan demikian diharapkan jika setelah menonton pertunjukan teater, penonton dapat mengambil nilai kebaikan yang terdapat dalam cerita sehingga diharapkan dapat membentuk perilaku penonton kearah kebaikan. Contoh: pertunjukan teater yang terinspirasi pada lakon Ludruk dengan judul FAJAR SIDIK karya Emil Sanosa memiliki cerita berlatar perjuangan dan kehidupan pesantren, setelah menonton pertunjukan teater ini diharapkan penonton dapat memetik hikmahnya akan nilai-nilai perjuangan, cinta tanah air dan menjauhi sikap berkhianat.
     
  2. Nilai budaya
    Suatu pertunjukan teater juga memiliki nilai budaya yang hidup dalam masyarakat dan tercermin pada setiap cerita yang dipentaskan. Penonton dapat melihat nilai budaya suatu masyarakat dari teater yang dibawakan. Dalam setiap pertunjukan teater terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat setempat. Untuk dapat mengetahui nilai-nilai budaya yang ada maka hal tersebut dapat diperoleh jika penonton hadir dan melihat dari awal hingga akhir pertunjukan. Penonton bisa belajar tentang adat istiadat suatu daerah tertentu yang tercermin dalam kebiasaan yang turun temurun seperti tingkah laku, bahasa, kostum ataupun rias dari sebuah pertunjukan teater. Contoh: adegan cium tangan para santri kepada Kyai di sebuah pesantren, pada adegan tersebut terdapat nilai budaya di mana seorang murid menghormati guru atau orang yang lebih tua.
     
  3. Nilai sosial
    Suatu karya teater sangat erat hubungannya dengan sosial budaya yang tersurat dalam naskah lakon yang dibawakan. Misalnya sikap gotong royong yang sering diperlihatkan dalam pertunjukan teater Ketoprak, Longser, Lenong di mana dalam cerita yang dibawakan diselipkan ajakan gotong rotong bahkan pada kegiatan pra pertunjukan sikap gotong royong pun sudah diperlihatkan sejak awal misalnya saat membuat panggung, membuat tobong atau menyiapkan tempat pertunjukan masyarakat setempat turut terlibat bahkan hingga usai pertunjukan masyarakat juga giat membantu membongkar dan membersihkan tempat pertunjukan. tentu masih banyak nilai-nilai sosial lainnya yang bisa dipetik dari kisah-kisah yang dibawakan.
    Contoh pertunjukan teater yang dibawakan saat Resital Teater untuk pengambilan nilai seni di MAN 2 Kota Bogor, ada sekelompok kelas membuat pertunjukan yang terinspirasi dari teater Longser. Membawakan cerita tentang sistem ijon yang sering terjadi dalam masyarakat nelayan di pesisir, lalu masyarakat bergotong royong membuat semacam koprasi untuk menghadang sistem ijon tersebut.
     
  4. Nilai pendidikan
    Dalam setiap pertunjukannya teater juga syarat dengan niali-nilai pendidikan, oleh sebab itu teater sangat cocok untuk dijadikan pilihan dalam pembelajaran seni budaya. Setiap naskah yang dibawakan didalamnya terdapat nilai sastra atau kebaikan seperti nilai kewarganegaraan, nasionalisme, kebangsaan dan kemasyarakatan. pertunjukan teater yang diselenggarakan di sekolah sangat cocok ditonton oleh para peserta didik di mana pada usia belajar peserta didik sedang dalam proses mencari jati diri sehingga diharapkan setelah menonton pertunjukan para peserta didik dapat memetik pesan-pesan inspiratif yang terkandung dalam cerita yang ditontonnya.
     
  5. Nilai kemanusiaan/humanisme
    Manusia dan kemanusiaan menjadi problematik sentral dalam kerja seni teater. Perlu diketahui jika seni teater merupakan seni kolektif di mana dalam proses penggarapannya seni teater didukung oleh berbagai pihak yang bekerja bersama-sama mewujudkan proses pertunjukan. Seperti sutradara, penulis naskah, pemain, artistik dan kerabat produksi lainnya. Tanpa hubungan dan kerja sama yang baik maka pertunjukan tidak akan terlaksana dengan baik. Sejak proses awal penggarapannya seni teater sudah didukung oleh orang-orang yang bekerja baik diatas panggung maupun di belakang layar. Belum lagi materi teater dalam pertunjukannya ceritanya mengandung nilai-nilai kemanusiaan atau humanisme baik itu cerita fiksi maupun kisah nyata, cerita teater diolah sedemikian rupa dengan menyisipkan nilai-nilai kemanusiaan. Di tambah pula penghayatan para pemain yang begitu total seolah-olah terjadi dalam kehidupan nyata membuat para penikmat teater lebih mudah menangkap cerita dengan baik.
    Contoh pertunjukan wayang dengan latar belakang cerita Mahabarata maupun Ramayana, ceritanya sarat dengan nilai-nilai kebaikan. Dalam epos Mahabarata tersebut di gambarkan dengan nyata oleh para tokoh Pandawa yang menjadi simbol kebaikan dan tokoh Kurawa yang digambarkan sebagai simbol kejahatan. Baik epos Mahabarata maupun Ramayana keduanya dilatarbelakangi perang terhadap angkara murka, keserakahan, ketamakan , kezdaliman dan ketidakadilan. Di gambarkan pada cerita tersebut kebaikan dan kebenaran akan menang melawan keangkaramurkaan.
     
  6. Nilai estetis atau keindahan
    Karya teater merupakan salah satu karya sastra yang melalui proses alih wahana menjadi karya sastra pertunjukan. Kisah yang diadaptasi dari sebuah karya sastra ini mengandung nilai estetis yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan penonton pada khususnya. Estetika atau keindahan memiliki arti cakupan yang luas seperti keindahan moral, keindahan sosial, keidahan budaya, keindahan budi pekerti dll. Bagi orang yang menyaksikan pertunjukan teater apalagi tradisi akan dapat menikmati keindahan yang ada didalamnya dan akhirnya mendapat kepuasaan batin juga dapat mengambil hikmah dari setiap adegan yang dibawakan. Seni teater merupakan tempat bertemunya berbagai cabang seni seperti seni musik, seni tari, seni rupa, seni multimedia, seni peran, tata tehnik pentas, dll. Perpaduan seni tersebut membawa keindahan yang menarik dan menjadikan kesan yang mendalam. Untuk bisa mengungkapkan nilai estetis pada karya seni teater, hendaklah menyaksikan pertunjukan dengan penuh apresiatif. Dengan proses apresiasi penonton dapat menikmati dan merasakan keindahan yang ada bahkan dapat pula mengungkapkan dan berbagi rasa keindahan tersebut dengan orang lain melalui forum diskusi atau membuat reportase pada media tertentu.

SUMBER BACAAN
Abdul Majid. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Rosda karya, 2008
Harymawan, RMA. Dramaturgi. Bandung: CV Rosda, 1988.
Putu Wijaya, Teater Buku Pelajaran Seni Budaya. Jakarta: Lembaga Pendidikan Seni Nusantara, 2007.
Sal Murgiyanto, Koreografi: Pengetahuan Dasar Komposisi Tari. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1983.