Oleh : Muhammad Tegar K.K., S.Pt
Pengawas Bibit Ternak Ahli Pertama

Ruminansia merupakan ternak yang memiliki lambung terbagi menjadi empat rongga dan saling berhubungan yaitu rumen, retikulum, omasum dan abomasum. Rumen merupakan bagian lambung terbesar yang menempati lebih kurang 75 % dari rongga perut yang terletak di sebelah kiri rongga perut. Retikulum merupakan bagian kecil lambung yang terletak di bagian depan rumen, memiliki tonjolan-tonjolan (papilla) yang menyerupai rumah tawon (sarang lebah). Omasum (perut berlapis/buku) merupakan bagian ketiga yang terletak di sebelah kanan rumen dan retikulum. Bagian terakhir adalah abomasum (perut sejati) yang terletak di sisi kiri bawah omasum dan meluas ke bagian belakang melewati sisi kanan dari rumen (Campbell et al., 2003).
Proses pencernaan zat makanan pada ternak ruminan sangat unik dengan adanya peran mikroba rumen dalam molekul zat makanan dari ransum yang telah dikonsumsinya. Sebagian besar lemak yang masuk ke rumen akan dihidrolisa oleh mikroba rumen untuk selanjutnya dimetabolisasi menjadi bagian lemak tubuh mikroba tersebut. Mikroba rumen memiliki kandungan asam lemak yang berbeda-beda tergantung kepada jenis atau macam mikroba. Dengan demikian dapat diketahui bahwa mikroba rumen memiliki kemampuan untuk mencerna lemak didalam rumen, pertama memecahkan (hidrolisis) lemak menjadi asam-asam lemak dan gliserol, kedua penambahan atom-atom hydrogen ke ikatan rangkap asam-asam lemak tidak jenuh sehingga menjadi asam lemak jenuh (hidrogenasi)
Pencernaan rumen, retikulum dan omasum bersifat fermentatif karena adanya mikroba rumen, sedangkan perut belakang yaitu abomasum yang sistem pencernaannya bersifat enzimatis karena adanya enzim-enzim induk semang (Campbell et al., 2003). Mikroba rumen dan induk semang (ternak) hidup secara simbiosis. Secara umum terdapat empat jenis mikroorganisme rumen, yaitu :

1. Bakteri (1010 -1011 sel/ml yang mewakili 50 genus),
2. Ciliate protozoa (104 -106 /ml, dari 25 jenis,
3. Fungi anaerob (103 -105 zoospora/ml, mewakili 5 jenis), dan
4. Bakteriofag (108 -109 /ml).
Bakteri mendegradasi selulosa, hemiselulosa, pati, protein dan sangat sedikit jumlah minyak untuk menghasilkan VFA dan protein mikroba di dalam rumen. Protozoa mencerna karbohidrat dan protein. Fungi memiliki peran dalam fermentasi rumen yaitu sebagai pencerna pakan berserat karena fungi membentuk koloni pada jaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding sel tanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen (Kamra, 2005).
Protozoa memiliki jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan bakteri. Ukuran tubuh protozoa lebih besar sehingga total biomassanya hampir sama dengan bakteri (McDonald et al., 2002). Protozoa bersifat fagosit aktif (pemangsa/predator) terhadap bakteri rumen terutama bakteri amilolitik. Bakteri amilolitik menempel granula pati dan sifat makan protozoa yang menelan partikel-partikel pati sehingga bakteri amilolitik ikut termakan bersama granula pati (Subrata et al., 2005). Sebanyak 70% dari total bakteri metanogen bersimbiosis dengan protozoa (Jouany, 1991).
Produksi H2 dari hasil fermentasi akan dimanfaatkan oleh bakteri metanogen untuk diubah menjadi gas metan (CH4). Hal ini akan merugikan karena pembentukan metan merupakan proses pemborosan yang dapat mengurangi 6-10% gross energi (Jayanegara, 2008) yang seharusnya dapat dikonversi dalam pembentukan produk fermentasi. Keberadaan protozoa dalam rumen cukup penting namun tidak mutlak dan cenderung merugikan sehingga perlu adanya proses defaunasi (proses penghilangan protozoa dari dalam rumen). Proses defaunasi berkaitan dengan peningkatan total bakteri terutama amilolitik dan proteksi protein dari degradasi protozoa sehingga memungkinkan meningkatnya penyediaan energi dan protein untuk ternak (Subrata et al., 2005). Defaunasi menyebabkan turunnya mekanisme simbiosis antara metanogen dengan protozoa sehingga hanya sedikit hidrogen yang dapat dikonversikan menjadi metan (Takahashi, 2006).