• Berita
  • Aktivis 1998 Ziarah ke Makam Korban Tragedi Trisakti di Bandung, Mereka Menolak Kebangkitan Orde Baru

Aktivis 1998 Ziarah ke Makam Korban Tragedi Trisakti di Bandung, Mereka Menolak Kebangkitan Orde Baru

Para aktivis lintas generasi berziarah ke makam Hafiddin Royyan, mahasiswa Trisakti yang gugur di era reformasi. Amanat reformasi jangan pudar.

Sejumlah aktivis 1998 berziarah ke makam Pahlawan Reformasi Hafidin Royan di Sirnagalih, Bandung, 5 Februari 2024. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Penulis Muhammad Akmal Firmansyah6 Februari 2024


BandungBergerak.idDemokrasi di Indonesia menghadapi ancaman serius dengan ditemukannya sejumlah pelanggaran etis Pemilihan Umum 2024. Amanat reformasi seusai tumbangnya rezim Suharto semakin pudar. Para aktivis yang menjadi korban reformasi 1998 seakan dilupakan.

Salah satu korban reformasi dimakamkan di Bandung. Dia adalah Hafiddin Royyan, mahasiswa Trisakti asal Kota Bandung yang gugur bersama tiga kawan lainnya Elang Lesmana, Heri Hertanto, dan Hendriawan Sie. Mereka ditembak dengan peluru tajam dalam peristiwa yang dikenal Tragedi Trisakti.

Pada Senin, 5 Februari 2024 sejumlah aktivis 98 Jawa Barat dan lintas generasi berziarah kubur ke makam Hafiddin Royyan di Sirnagalih, Pasirlayung, Kecamatan Cibeunying Kaler. Ziarah ini sebagai peringatan mengawal demokrasi dan hak asasi manusia di Indonesia.

Inisitator Elemen Aktivis 98 dan Lintas Generasi Lukman Nurhakim menuturkan, reformasi yang diperjuangkan pada 1998 silam saat ini mulai terdegrasi. “Demokrasi sekarang mulai terasa terancam, banyak hal-hal yang justru seharusnya tidak dilakukan oleh pemerintah, dalam menjaga rel demokrasi tapi dilanggar,”kata Lukman, kepada BandungBergerak.id.

Keterancaman demokrasi ditandai dengan ketidaknetralan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap proses pesta demokrasi 2024 yang sedang berjalan. Seharusnya, kata Lukman negara menjaga agar tidak keluar dari rel demokrasi.

Ziarah ini diharapkan mengilhami generasi muda untuk bersuara. Khusus kepada mahasiswa, Lukman berharap mereka bisa turun ke jalan. “Kita akan mendorong aksi mahasiswa untuk turut terjun ke mimbar bebas, turun ke jalan kalau perlu, antar perguruan tinggi bersuara yang sama,” imbuhnya.

Di hadapan makam Royyan, para aktivis 98 Jawa Barat menggelar doa bersama, menyanyikan lagu Darah Juang, membacakan puisi, teatrikal, dan berkunjung ke rumah almarhum Hafidhin Royyan.

“Di Negeri permai ini, berjuta rakyat bersimbah ruah, anak kurus tak sekolah, pemuda desa tak kerja, mereka dirampas haknya, tergusur dan lapar, bunda relakan darah juang kami tuk membebaskan rakyat,” demikian petikan lagu Darah Juang yang disuarakan lirih oleh para penziarah.

Seusai melaksanakan doa bersama, para aktivis menggelar refleksi. Penyair dan seniman Rahmat Jabaril membacakan puisi berjudul 25 Tahun Yang Lalu.

“25 tahun yang lalu, derap langkah gemuruh. Dan tangan kepal, memukul, mengebrak meja jalanan. Membal aspal kekuasaan, memagang api jiwa perlawanan,” lirih Jabbaril.

Puisi tersebut mengenang pejuang reformasi yang gugur saat menumbangkan rezim Suharto. Aktivis 98 Unpad Budi Hermansyah mengatakan, semangat reformasi digelorakan disebabkan elemen-elemen di masa Suharto atau dikenal dengan Orde Baru kini bangkit kembali.

“Ini sebagai upaya, sebuah panggilan, pada saat ini terjadi momentum strategis di bangsa ini. Kita merasa terpanggil dan tanggung jawab, dan salah satu upaya menyelematkan diri dari peristiwa politik di tahun 2024,” ucap Budi.

Suasana kamar tidur mendiang Hafidin Royan, Senin 5 Februari 2024. Hafidin Royan adalah mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak aparat dalam tragedi Trisakti 1998. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Suasana kamar tidur mendiang Hafidin Royan, Senin 5 Februari 2024. Hafidin Royan adalah mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak aparat dalam tragedi Trisakti 1998. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Baca Juga: Jokowi, Mitos Politik, dan Kematian Nalar Publik
Pendidikan dan Politik Bahasa, Sekolah sebagai Mitos Juru Selamat?
Politik Baperan: Personalisasi Politik dan Warisan Feodalisme

Tragedi Trisakti

Selama 32 tahun rezim Suharto memimpin Indonesia. Rezim ini tumbang pada 21 Mei 1998 karena reformasi. Namun aksi turun ke jalan secara besar-besaran oleh elemen rakyat, di antaranya mahasiswa, memakan korban salah satunya Hafidhin Royyan. Mahasiswa Trisakti asal Kota Bandung ini gugur bersama Elang Lesmana, Heri Hertanto, dan Hendriawan Sie.

Empat mahasiswa tersebut tewas terkena tembakan peluru tajam di kepala, tenggorokan, dan dada. Peristiwa penembakan terjadi di dalam kampus Trisakti, Jakarta. Peristiwa ini kemudian dikenal Tragedi Trisakti.

Aksi demonstrasi reformasi 1998 dilatarbelakangi goyahnya perekonomian Indonesia. Rakyat dan kalangan terdirik kemudian bergerak ke Gedung Nusantara DPR MPR. Mahasiswa Trisakti juga turun ke jalan, namun aksi mereka dihalangi polisi dan militer.

Kejadian ini dijelaskan juga dalam laman resmi kampus Universitas Trisakti. Pada 12 Mei 1998 itu, para mahasiswa sebenarnya sudah mundur menuju kampus. Langkah mahasiswa ini tetap diikuti oleh aparat keamanan.

“Aparat keamanan pun mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar berlindung di Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS Sumber Waras,” tulis keterangan resmi Universitas Trisakti, diakses 5 Februari 2024. (https://humas.trisakti.ac.id/museum/sejarah-reformasi-12mei/)

Aparat yang mengawal aksi ini berasal dari berbagai kesatuan mulai dari Brimbob, Pasukan Anti Huru Hara Kodam, dan pasukan bermotor. “Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, Steyr, dan SS-1,” jelas Trisakti.

Hafidhin Royyan dan tiga kawan lainnya tertembak, tetapi  aparat keamanan membantah menggunakan peluru tajam. “Hasil otopsi menunjukkan kematian disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dari tanah peluru tajam untuk tembakan peringatan,” beber Universitas Trisakti.

Pada Rabu 11 Januari 2023 lalu, Presiden Joko Widodo mengakui pelanggaran HAM berat terjadi di Indonesia. Presiden menyesalkan perstiwa pelanggaran-pelanggaran HAM berat tersebut, antara lain Peristiwa Trisakti dan Semanggi I-II dalam kurun 1998-1999. Presiden Jokowi berjanji akan memulihkan hak para korban secara adil dan bijaksana.

“Saya dan pemerintah berusaha untuk memulihkan hak-hak para korban secara adil dan bijaksana, tanpa menegasikan penyelesaian yudisial,” jelas Jokowi, dikutip dari siaran pers resmi, diakses Senin 5 Februari 2024.    

Aktivis 98 Budi Hermansyah mendorong agar Presiden Jokowi bisa merealisasikan janji pemulihan korban pelanggaran HAM berat di masa lalu, mengingat masa jabatan Jokowi saat ini tak lama lagi akan berakhir.

“Janji seorang Presiden harus diwujudkan, bagaimana menjadi teladan yang baik untuk Indonesia,” jelas Budi.

Suasana kamar tidur mendiang Hafidin Royan, Senin 5 Februari 2024. Hafidin Royan adalah mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak aparat dalam tragedi Trisakti 1998. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)
Suasana kamar tidur mendiang Hafidin Royan, Senin 5 Februari 2024. Hafidin Royan adalah mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak aparat dalam tragedi Trisakti 1998. (Foto: Prima Mulia/BandungBergerak.id)

Menuntut Jokowi Netral

Seusai melakukan ziarah, Aktivis 98 Jawa Barat dan Lintas Generasi menyatakan sikap sebagai berikut:

  1. Kami selaku generasi yang mengalami proses panjang menegakkan reformasi, akan tetap konsisten menegakkan jalannya demokrasi dan HAM tegak di Bumi Pertiwi dan mencegah otoritarianisme Orde Baru kembali berkuasa dengan tidak membiarkan pelaku pelanggar HAM memimpin bangsa ini.
  2. Kami perihatin dengan situasi nasional yang terjadi saat ini, di mana demokrasi mulai terancam atas terlibatnya negara yang seharusnya mengayomi semua pihak, kini mulai tidak konsisten dan melanggar etika kekuasaan.
  3. Menyerukan segenap masyarakat masyarakat luas, akademisi, aktivis gerakan mahasiswa, aktivis masyarakat sipil, kaum minoritas, aktivis lingkungan, kalangan rohaniawan dan lain-lain untuk kritis terhadap jalannya kekuasaan agar tetap berada dalam rel demokrasi yang sejati.
  4. Kami menuntut Presiden Jokowi dan aparat negara untuk netral dalam Pemilu Presiden 2024.

*Kawan-kawan silakan membaca tulisan lain Muhammad Akmal Firmansyah atau artikel-artikel tentang Reformasi atau Pemilu 2024.

Editor: Iman Herdiana

COMMENTS

//