Minggu, 5 Mei 2024

Tak Sekadar Pemanis Makanan, Gula Aren sebagai Sarana Upacara Yadnya Umat Hindu di Desa Pedawa Bali

- Rabu, 30 Agustus 2023 | 05:00 WIB
gula aren tak sekadar pemanis makanan bagi umat Hindu di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. (Istimewa)
gula aren tak sekadar pemanis makanan bagi umat Hindu di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. (Istimewa)

 

BALI EXPRESS- Gula aren (gula merah) bagi masyarakat Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali, tidak sekadar komoditas yang diperjualbelikan.

Di Desa Pedawa, gula aren juga ikon desa setempat, dan memiliki peran vital sebagai sarana upacara masyarakat Hindu di sana, khususnya banten Gula Klapa.

Produksi gula aren Pedawa menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Pedawa. Gula aren dibuat dari bahan baku air nira dari pohon aren atau di Bali dikenal dengan jaka. Pohon jaka kini banyak ditemukan di Desa Pedawa.

Baca Juga: Menari di Toko, WN Rusia Dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah

Tokoh Adat Pedawa Wayan Sukrata, 67 menjelaskan, gula aren memiliki peran penting dalam kehidupan religi masyarakat Hindu di Pedawa. Sebab, menjadi sarana utama dalam bebantenan.

Salah satu banten yang wajib menggunakan gula aren adalah Banten Gula Klapa. Banten ini  terdiri dari gula aren, kelapa, beras, uang kepeng satak isi benang putih, ketan, injin (ketan hitam), sirih 7 pucuk diikat tali bambu, dan buah pinang 2 butir.

Banten Gula Klapa memiliki makna bang dan petak, yang artinya merah dan putih. Merah berarti keberanian, putih berarti kesucian.

“Merah juga melambangkan pradana (kewanitaan), sedangkan putih melambangkan purusa (pria),” jelas Sukrata.

Baca Juga: Gempa Guncang Bali Sasih Katiga, Ini yang Bakal Terjadi Menurut Lontar Palelindon

Selain itu, gula aren Pedawa juga digunakan sebagai sarana banten daksina. Banten daksina di Pedawa sangatlah berbeda dengan di Bali pada umumnya.

Daksina umat Hindi di Bali pada umumnya terdiri dari wakul sebagai alas daksina, tapak dara, beras, porosan, kelapa, telur itik, pisang. tebu, kojong, tanceb gegantusan, benang tukelan, dan canang sari.

Namun daksina di Pedawa, tidak menggunakan telur itik. Melainkan gula aren yang dibungkus dengan kraras (daun pisang kering).

“Gula aren ini sebagai simbol dari kebijaksanaan leluhur orang Pedawa. Dalam Banten daksina ini, gula aren melambangkan hasil dari manisnya kebijaksanaan masyarakat Pedawa,” papar pensiunan Guru Agama ini.

Halaman:

Editor: I Made Mertawan

Tags

Terkini

X