Tahun ini puasa kedua di Kyoto.

Ya semuanya berjalan baik, kami sekeluarga tetap puasa dengan penuh, termasuk Ayu dan Ilham. Padahal puasa di sini termasuk cukup panjang. Subuh sekitar pukul 3 dan Maghrib sekitar pukul 7. Ya, sekitar 16 jam berpuasa ditengah musim panas yang menyiksa.

Tarawih berjamaah juga tetap dilaksanakan, walaupun di rumah. Anak-anak tentu saja mengeluh karena rakaatnya banyak, tapi harus dibiasakan. Alhamdulillah sampai hari ini belum bolong satu kalipun.

Tapi teteup saja, yang namanya kangen kampung halaman terasa. Suasana ramadhan dan nanti lebaran tetap tidak terasa di sini. Kami minoritas yang hidup di tengah masyarakat Jepun yang beragama Budha, Sintho atau tak beragama.

Ya, ada beberapa kali kegiatan buka puasa bersama seperti di kampus atau komunitas orang Indonesia.

Tapi apakah keguyuban Ramadhan terasa di saat rame pemilihan Pilpres di Indonesia, entahlah. Semoga rukun, saling menghormati, dan yang terpenting menjaga kejujuran.

Saya ingat waktu kecil setengah jam sebelum buka, kami bersaudara selalu berkumpul, bersama (alm) Apa membaca surat Yasin. Oh ya sebelumnya pasti disuruh mengantarkan penganan berbuka ke tetangga, terutama yang tidak mampu. Belakangan baru saya paham Apa rupanya mengincar pahala berpuasa para tetangga 🙂

Yang jelas saya kangen kampung, cucuwer, apem putih, pasung, timun suri dan es kelapa muda. Sudah lama juga nggak punya baju lebaran 😉

Ayu dan Ilham juga sudah dua tahun tak bertemu sepupu-sepunya.

Oh ya, tebak, lokasi foto dibawah ini dimana ya?

14175731624_d5bca61bf6_o

1 Komentar »

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.